Professional Documents
Culture Documents
Inggris Matematika
Inggris Matematika
Terjemahan :
Pengalaman Saya Belajar Matematika
Tak sedikit orang yang mengakui bahwa pelajaran matematika adalah sulit bahkan bener-
bener di luar kepala. Guru-guru matematika pun sering dianggap killer dan tak bisa bersahabat.
Maka, wajar jika pada akhirnya banyak siswa yang tak menyukai pelajaran berhitung. Saat
penjelasan materi, siswa cenderung mengantuk dan mengeluh ketika harus menyelesaikan soal.
Ketika SD, tidak diragukan lagi bahwa pelajaran matematika justru jadi yang paling
menyenangkan dibandingkan yang lain, Isinya berhitung semua, walaupun soal cerita, tapi tetap
saja menghitung. Belajar berhitung tidak butuh menghafal seperti mempelajari IPA dan IPS
terpadu. Satu hal yang dibutuhkan hanya latihan setiap hari, hingga terbiasa dengan memasukkan
rumus pada soal. Dimulai kelas dua belajar perkalian, lalu pembagian, mencari KPK dan FPB,
sampai kelas lima baru belajar pecahan dan bilangan desimal, dan kelas enam baru ada
menghitung luas, volume (mulai belajar mengukur).
Kesimpulannya selama SD saya belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Saya sempat ingat belajar deret tak hingga juga. Rasa senang ketika diberitahu
bagaimana menyelesaikannya. Waktu itu saya merasa terpukau, mungkin seperti melihat sesuatu
yang susah pintar. Namun, tak henti-hentinya berlatih dan terus berlatih ditemani dengan Ibu,
memang ibu tidak terlalu jago matematika, tetapi bagi saya ia cukup menguasai. Justru
berdasarkan pengalaman saya, guru matematika di sekolah sangat galak. Akan tetapi berkat
belajar bersama Ibu, saya jadi lebih mudah memahami pelajaran.
Ketika SMP tidak banyak yang bisa saya ingat mengenai matematika. Saya lebih suka
terlibat di organisasi sekolah dan ekstrakulikuler. Hhmmm, biarkan saya mencoba mengingat
kembali.
SMA, saya masih ingat sekali, kelas satu untuk pertama kalinya bertemu dengan matriks
dan operasi-operasinya. Kelas dua pertama kalinya belajar statistik deskriptif (rata-rata, mean,
median, simpangan). Kelas tiga, bagian lingkaran, elips, parabola, dan hiperbola. saya ingat nilai
ujian matematika untuk materi ini sangat bagus. Yahh, walaupun hanya pelajaran matematika
saja, bila pelajaran lain yang banyak itu tidak begitu bagus karena tidak bisa saya pelajari semua
dengan kemampuan yang saya miliki. Di SMA pula saya pertama kali mengenal integral (dulu
gak tau nama jenis integral ini, pokoknya integral aja) yang dianalogikan dengan menghitung
luas. Sekarang kalau di fikir ke belakang, kayaknya di SMA saya lebih suka matematika yang
geometri dan kalkulus, dan tidak begitu interest dengan statistik karena waktu itu saya merasa
ukuran di statistik lebih ke menghafal. Dan saya tidak begitu suka menghafal bulat tanpa paham,
hal itu akan membuat saya lebih cepat lupa.
The best part nihh..! Di masa kuliah ? Down, unexpected, suprised, almost give up. Saya
memilih dengan bulat jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Muhammadiyah Bengkulu
dan pilihan kedua adalah Teknik Informatika (mencoba mengingat-ingat kenapa ? :)) mungkin
karena tidak tahu alternatifnya mau ambil apa. pokoknya hanya matematika untuk pilihan
pertama (my taste sounded very singular yakk ). Saya senang sekali waktu itu saya lolos pilihan
pertama. Percaya sekali bahwa kehidupan akademik saya akan mulus-mulus di jurusan
Pendidikan Matematika, karena saya merasa mata pelajaran matematika hingga jenjang SMA
tidak terlalu sulit asal mau belajar. Namun.. jreng..jreng..jreeengggg…
Ternyata, masa itu adalah masa pertama kali sempat tersirat dalam benak saya bahwa
saya tidak mampu. Bahkan pernah saya bertanya apakah saya bodoh, juga menanyakan
sebetulnya matematika macam apa yang saya pelajari hingga SMA. Saya menjalani tahun
pertama dengan banyak kejutan kesulitan memahami konsep yang diajarkan. Oke kalkulus.
Materi-materi yang diajarkan di kalkulus kebanyakan adalah yang sudah diajarkan di SMA
(kecuali differensial, tapi setidaknya sudah pernah melihat hal serupa di fisika gerak untuk
konsep turunan), semua mahasiswa yang mengambil jurusan eksak pasti tahu betul hal ini.
Ternyata hingga SMA saya hanya belajar menghitung.