Jurnal Iklim Belajar 3

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

MENCIPTAKAN IKLIM KELAS YANG KONDUSIF MELALUI SISTEM

PENGAJARAN BERBASIS DATA


(Studi Kasus Kelas Rendah di MI Annur)

Septiyati Purwandari1, Nur Cholimah2, Agrissto Bintang Aji Pradana1


1
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Univervitas Muhammadiyah Magelang
2
Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, FIP, Universitas Negeri Yogyakarta
Email: septiyandariku@ummgl.ac.id

Abstract
Getting to know students became a crucial in teaching that teachers often did not consider about. This study aimed at collecting
information related to early-elementary grade students experiencing a data-based learning. Then, teachers were expected to know
the characteristics of their students as a reference to improve the quality of teaching and learning. The subjects of the study were
50 students. They were all early-elementary grade students of MI Annur from first up to third grades. Data triangulation
was employed for assuring the validity. The technique of data analysis was qualitative descriptive explaining three components,
including (1) awareness of learning; (2) awaereness of feelings; (3) and visionary thinking. The results revealed that on the
first components most of the students prefered to play and learn as easy activities. They learned better when they were pleased.
On the second components they were able to manage their socio-emotional condition seen from the answers related to their likes
and dislikes, interests, and from their ability to express a happiness as the one they needed during their learning. On the third
components, the results revealed that most of them had goals achieved in learning. Besides, they were able to appropriately choose
the TV programs well-suited to their developmental levels. The results led us to have deeper understanding that knowing our
students really matters for building a conducive classroom climate.

Keywords: Conducive Classroom Climate, Awareness of Learning, Awareness of Feelings, Visionary Thinking.

PENDAHULUAN

Apapun metode yang diterapkan oleh guru 2005:37), yaitu tahap sensori-motor (pada usia
dikelas tidak akan pernah berhasil apabila guru 0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun),
belum memahami peserta didiknya. Hal ini tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan
sering terjadi pada siswa kelas awal disekolah tahap operasi formal (11 atau 12 tahun ke
dasar. Proses transisi seorang anak dari pra atas). Anak usia pra sekolah berada pada tahap
sekolah memasuki sekolah dasar merupakan fase praoperasional, yaitu mulai mengoperasikan
yang unik dan jarang dilakukan kajian mendalam. sesuatu yang mencerminkan aktivitas mental dan
Rentang anak usia pra sekolah yaitu antara 4-6 tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Pada tahap
tahun (Zaini, 2015:119), yang merupakan masa ini anak mulai mengaktualisasikan diri melalui
peka bagi anak. Pada masa ini anak akan mengalami bahasa, bermain dan menggambar. Selain itu,
perkembangan kecerdasaran hingga 50%, serta anak juga menempatkan diri sebagai pusat dunia
merupakan masa untuk menentukan dasar dan belum dapat menempatkan diri di antara
pertama dalam pengembangan kemampuannya, orang lain atau belum dapat melihat sesuatu dari
baik kognitif, psikomotor, afektif dan emosinya. sudut pandang orang lain. Anak menggunakan
Menurut Piaget, masa pra sekolah simbol melalui gerakan tertentu dan bahasa
merupakan masa menuju pada tahap berpikir dalam pembicaraan. Pada masa ini anak sedang
operasional konkret, di mana anak memasuki dalam proses untuk membangun pengetahuan
tahap perkembangan intelektual (Nurgiyantoro, secara logis (Yusuf, 2009:165).
2005:200). Perkembangan intelektual pada anak Setelah tahap pra operasional, anak akan
ini dibedakan menjadi empat tahap (Budiningsih, memasuki tahap operasional konkret (7-11

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


72
tahun), yaitu anak mulai menggunakan aturan- anak mengikuti pembelajaran dengan tertib. Peran
aturan yang jelas dan logis (Budiningsih, 2005:39). guru sebagai fasilitator belum dilakukan dengan
Pada tahap ini, anak mulai masuk usia sekolah sepenuhnya, yaitu memberi tugas kepada siswa,
dasar, di mana anak telah memiliki kecakapan sharing cerita bersama tentang suatu peristiwa,
berpikir logis namun hanya pada benda yang mendengarkan keluh kesah anak belum diberikan
bersifat konkret. Meskipun demikian, anak tetap sesi khusus dalam kegiatan pembelajaran harian.
memerlukan seorang pembimbing yang dapat Peran guru sebagai motivator belum nampak pada
membantunya dalam belajar karena masih dalam sebagian guru MI Annuur. Guru belum maksimal
masa transisi dari usia pra sekolah ke sekolah dalam mengemas pembelajaran sebagai bagian
dasar. Oleh karena itu, diperlukan seorang guru motivasi untuk berperlaku lebih baik. Orientasi
yang dapat membantu dan membimbing anak yang dijadikan motivasi kepada anak adalah
dalam membangun pengetahuan. semangat nilai belajar yang tinggi. Peran guru
sebagai dinamisator hampir semua guru belum
Guru menurut Undang-Undang RI Nomor
melaksanakan peran ini dengan baik. Guru belum
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
sepenuhnya fleksibel dalam menghadapi kondisi
merupakan pendidik profesional yang bertugas
sosialemosional siswanya. Perilaku bully belum
untuk mendidik, mengajar, membimbing,
sepenuhnya ditangani dengan baik. Hal tersebut
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
dapat disebabkan karena guru belum memiliki
siswa pada pendidikan anak usia dini formal,
kemampuan untuk menciptakan lingkungan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
belajar dengan iklim yang kondusif, sehingga
Guru memiliki peran dan fungsi dalam kegiatan
pembelajaran tidak berjalan dengan maksimal.
pembelajaran. Suparlan (2008:29) menyebutkan
bahwa peran guru dalam pembelajaran yaitu Guru yang baik merupakan guru yang dapat
sebagai educator, manager, administrator, supervisor, menciptakan iklim belajar yang menarik, aman,
leader, innovator, motivator, dinamisator, evaluator nyaman dan kondusif di kelas (Yamin, 2007:95).
dan facilitator. Oleh karena itu, guru yang baik Iklim yang kondusif dalam pembelajaran dapat
adalah guru yang dapat menjalankan peran- meningkatkan motivasi belajar siswa, karena siswa
perannya tersebut sehingga siswa dapat aktif akan merasa nyaman dan fokus dalam mengikuti
dan mengikuti setiap pembelajaran dengan baik. kegiatan pembelajaran. Sebaliknya, jika iklim
Namun sayangnya proses pembelajaran yang yang tercipta tidak kondusif maka siswa dapat
terjadi selama ini masih cenderung satu arah, merasa gelisah, bosan dan jenuh, sehingga siswa
kurang memperhatikan partisipasi aktif siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
dalam proses pembelajaran. Guru cenderung Iklim kelas yang baik dapat diciptakan jika guru
belum menempatkan dirinya sebagai fasilitator, dapat mengelola kelas dengan baik. Pengelolaan
motivator, dan dinamisator dalam suatu proses kelas merupakan kegiatan yang dilakukan guru
pembelajaran yang lebih menempatkan siswa dengan tujuan untuk menciptakan kondisi kelas
sebagai subjek belajar. Guru lebih cenderung yang memungkinkan berlangsungnya proses
menempatkan dirinya sebagai satu-satunya pembelajaran dengan kondusif (Almasitoh,
sumber belajar, sehingga siswa selama ini lebih 2012:88). Pengelolaan kelas penting dilakukan
cenderung dinggap sebagai objek belajar yang sebelum kegiatan pembelajaran dimulai (Findley
harus menerima segala sesuatu yang akan dan Varble, 2006:5), agar guru mengidentifikasi
diberikan oleh guru. norma-norma yang dapat membantu siswa
berhasil dalam lingkungan belajarnya. Iklim kelas
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian di
merupakan suasana yang ditandai oleh adanya
MI Anuur, kondisi di atas sejalan dengan hasil
pola interaksi atau komunikasi antara guru dengan
evaluasi yang diselenggarakan oleh pihak yayasan.
siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan
Semua guru masih menggunakan otoritasnya
siswa (Muhtadi, 2005:201). Kondusif berarti
sebagai pengendali kelas. Metode pembelajaran
kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung
yang bertujuan untuk project kelas jarang
keberlangsungan proses pembelajaran. Proses
dilakukan. Motivasi yang dilakukan oleh guru
pembelajaran merupakan interaksi belajar antara
lebih cenderung sebagai kalimat ancaman agar

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


73
siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa yang baik, serta perkembangan intelektual yang
yang lain, sehingga pada diri siswa terjadi proses dapat memengaruhi prestasi akademiknya.
pengolahan informasi menjadi pengetahuan, Menurut Stol dalam Supardi (2013:52), bahwa
keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses “iklim sekolah yang positif dan kondusif
belajar. Iklim yang kondusif di suatu sekolah dapat membentuk siswa berkelakuan baik dan
itulah yang dapat memberikan kontribusi yang prestasi akademinya meningkat”. Horst B yrne,
signifikan terhadap proses kegiatan belajar Harttie dan raser di New South Wales, Australia
mengajar yang efektif. mendapati lingkungan atau suasana sekolah
yang baik dapat menggerakkan pembelajaran
Berdasarkan observasi yang dilakukan
dan pencapaian yang maksimum. Tunney dan
melalui wawancara langsung dengan guru kelas
Jenkins juga menyimpulkan bahwa iklim sekolah
rendah di MI Annuur tentang permasalahan
merupakan faktor terpenting untuk menentukan
menciptakan iklim belajar yang kondusif
mutu pembelajaran siswa di sekolah dan
dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang
merupakan satu-satunya faktor yang menentukan
terjadi diakibatkan dari dua faktor. Faktor
efektifitas sekolah.
yang pertama adalah dukungan keluarga
dalam bentuk pendampingan belajar dirumah, Salah satu aspek penting yang mendukung
komunikasi dengan pihak sekolah serta frekuensi keberhasilan proses pembelajaran adalah iklim
keikutsertaan orangtua dalam mengikuti kegiatan sekolah. Iklim sekolah merupakan suasana
parenting. Sedangkan faktor yang kedua adalah yang terdapat di dalam sekolah, iklim sekolah
dalam guru itu sendiri sebagai fasilitator. Guru menggambarkan keadaan warga sekolah
dalam menjalankan perannya mengalami kendala tersebut dalam keadaan riang dan mesra
yang utama yaitu penguasaan kelas. Dalam ataupun kepedulian antara satu sama lainnya.
pelaksanaan pembelajaran banyak masalah yang Iklim sekolah yang kondusif adalah iklim yang
muncul. Masalah yang sering muncul seperti bully benar-benar sesuai dan mendukung kelancaran
antar teman baik dalam bentuk fisik maupun serta kelangsungan proses pembelajaran yang
psikologis, malas belajar, tingkat pemahaman dilakukan guru (Supardi, 2013:20). Iklim
belajar, perilaku mengantuk dan tidak bergairah sekolah yang positif terjadi saat siswa meyakini
mengikuti pembelajaran. Masalah masalah bahwa siswa berbagi tanggung jawab dalam
tersebut sering terjadi di kelas dan menganggu mengembangkan dan memelihara lingkungan
iklim belajar yang kondusif. Efek dari perilaku yang hangat dan mendukung (Partin, 2012:24).
tersebut muncul dalam bentuk keributan di Lingkungan tersebut dapat memudahkan siswa
kelas, saling menganggu dan gangguan sosial untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
emosional pada anak. Maka dari itu menciptakan baik.
suasana iklim belajar yang kondusif merupakan
Kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan
kebutuhan utama dari semua permasalahan yang
baik jika guru dapat memahami karakteristik
dihadapi guru dalam menjalankan perannya.
siswa yang akan diajarnya. Memahami
Iklim sekolah yang positif dibangun melalui karakteristik siswa ini penting dilakukan untuk
menghormati visi bersama dan keterlibatan dapat menciptakan hubungan yang baik dengan
seluruh sistem pendidikan (O’Brennan dan siswa, terutama siswa baru. Menjalin hubungan
Branshaw, 2013:1). Iklim sekolah yang kondusif akan membantu membangun rasa saling
memiliki peran penting dalam memperbaiki menghargai, meminimalisasi masalah-masalah
sekolah dan meningkatkan perilaku, prestasi perilaku dan tingkah laku siswa di dalam kelas
akademik dan kesehatan mental siswa (Thapa, (Partin, 2012:15). Guru yang dapat menjalin
et al., 2013:359). Banyaknya penelitian yang hubungan dengan siswanya melalui pemahaman
dilakukan terkait dengan iklim sekolah karakteristik siswa terkait dengan kebutuhan
menunjukkan bahwa penelitian terkait dengan siswa, masalah dan minat siswa. Pemahaman
iklim sekolah penting untuk terus dikembangkan. terkait dengan karakteristik siswa tersebut dapat
Hal tersebut dikarenakan iklim sekolah yang baik digunakan guru untuk menentukan langkah atau
dapat menciptakan lingkungan sosial, emosi metode yang tepat untuk menyampaikan materi

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


74
pelajaran yang mudah diterima siswa. Namun HASIL DAN PEMBAHASAN
demikian, tidak semua guru memulai kegiatan
pembelajaran pertamanya dengan memahami Pemahaman karakteristik perkembangan
karakteristik siswa terlebih dahulu yang anak diperlukan guru sebagai dasar dalam
dapat memungkinkan ketidaktepatan metode menentukan strategi pembelajaran. Model
pembelajaran yang digunakan sehingga siswa pengajaran berbasis data merupakan model
tidak dapat menerima materi pembelajaran yang pembelajaran yang melakukan need assement
diberikan dengan baik. terlebih dahulu sebelum menentukan program
dan metode kegiatan belajar mengajar.
Pemahaman karakteristik siswa ini dapat Implementasi metode ini dilakukan dalam bentuk
dilakukan dengan beberapa cara (Partin, angket yang diisi siswa dengan pendekatan
2012:15), salah satunya berkenalan dengan humanis. Pendekatan humanis diharapkan dalam
siswa. Perkenalan ini dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan setiap siswa dalam kondisi
menanyakan hal yang disukai, seperti hobi, acara santai, tidak dalam kondisi tertekan dan dapat
televisi, cita-cita dan sebagainya. Hal ini penting dibacakan atau ditulis sesuai dengan pola bahasa
karena dengan memahami karakteristik siswa, setiap siswa itu sendiri.
guru dapat menentukan strategi pembelajaran
yang efektif. Maka dari itu perlu ada upaya Pada angket tersebut dikategorikan dalam
menggali informasi mendalam yang dilakukan tiga hal yaitu kesadaran belajar, memahami
kepada siswa sebelum membuat program program perasaan dan berpikir visioner. Tiga komponen
kegiatan. Berdasarkan uraian di atas peneliti ini penting untuk informasi berkaitan kesuksesan
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul kegiatan belajar mengajar, penggalian informasi
“Studi Deskriptif Membangun Iklim Belajar ini yang disebut sebagai pengajaran berbasis data.
Kondusif Melalui Sistem Pengajaran Berbasis Dari informasi yang diperoleh akan digunakan
Data Pada Kelas Awal MI Annur “. oleh pihak penyelenggara sekolah untuk dijadikan
dasar penentuan metode pembelajaran yang akan
diterapkan.
METODE Informasi kesadaran belajar diperlukan
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
Penelitian ini merupakan penelitian siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3 memahami
deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian kebutuhan belajar. Point pertanyaan yang
yang dilakukan untuk menyelidiki keadaan, diberikan kepada siswa adalah untuk menggali
kondisi atau hal lain mengenai suatu peristiwa informasi kesadaran belajaran adalah hal apa saja
yang hasilnya disajikan dalam bentuk laporan yang dilakukan dengan baik, hal apa saja yang bisa
penelitian (Arikunto, 2010: 3). Subjek yang mendukung untuk mampu belajar (bisa belajar
digunakan dalam penelitian yaitu siswa kelas 1- baik jika), hal apa yang ingin dilakukan dengan
3 di MI Annuur, yang berjumlah 50 siswa. Data baik dan harapan kegiatan yang dipikirkan oleh
penelitian dikumpulkan dengan menggunakan siswa. Adapun hasil angket untuk komponen
kuesioner yang diberikan kepada siswa. kesadaran belajar adalah sebagai berikut:
Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis
deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan data yang diperoleh, seperti
kesadaran belajar, memahami perasaan dan
berpikir visioner.

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


75
a. Hal apa saja yang bisa dilakukan dengan
baik.

Gambar 1. Hal yang Dapat Dilakukan dengan Baik

Berdasarkan data di atas menunjukkan pembelajaran yang menuntut siswa untuk


bahwa bermain menjadi jawaban anak turut aktif selama kegiatan pembelajaran
paling tinggi diantara yang lain. Sejumlah 11 berlangsung, seperti menggunakan metode
responden menjawab bermain, 9 responden bermain peran, diskusi atau praktek.
menjawab belajar dan 7 responden menjawab Singer et al (2009:284) menyebutkan bahwa
membantu orangtua. Tiga jawaban dengan bermain peran merupakan salah satu cara
jumlah tertinggi yaitu bermain, belajar untuk menyampaikan atau mengajarkan
dan membantu orangtua. Bermain tetap kepada siswa terkait dengan materi-
menjadi pilihan para siswa. Kondisi ini materi pelajaran, di mana dalam bermain
direkomendasikan akan menjadi dasar tersebut anak akan menggunakan semua
metode yang dilakukan kelas harus bersifat panca indera dalam mengeskpersikan
active learning. Hal tersebut dikarenakan, kreativitasnya melalui drama, musik, seni,
siswa yang aktif akan mudah bosan jika tari, olah raga dan sebagainya. Anak akan
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan memperoleh pengalaman secara alami dari
hanya menggunakan metode ceramah atau kegiatan bermain tersebut, sehingga materi
berpusat pada guru, sehingga akan lebih tepat yang diajarkan dapat dirasakan langsung dan
jika siswa yang aktif menggunakan metode dipahami oleh anak tersebut dengan baik.

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


76
b. Hal apa saja yang dapat mendukung belajar
(belajar baik jika)

Belajar Baik Jika


60
50
40 50
30
20
10 10 5 4 4 1 2 1 1 9 1 4 2 1 1 1 1 1 1 Kelas 3
0
pelajaran…

beljr stlh itu…


bersama/didamp…
Kelas 2
ujian

ada pr
tenang
bahagia

dibantu

menulis

Hari sore
gampang
disekolah

bisa fokus

belajar iqro

Perut Kenyang
diajari utadzah
sungguh sungguh
mudah dimengerti

Jumlah
Kelas 1
Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Gambar 2. Hal yang Dapat Mendukung Belajar

Dari data diatas 3 hal yang dipilih para kreatif dan menciptakan suasana belajar
siswa kelas 1 sd kelas 3 bahwa siswa akan yang menyenangkan (Trinova, 2012:212).
mampu belajar baik jika bahagia, belajar Perasaan bahagia atau senang dengan
didampingi dan belajar di sekolah. Sejumlah sekolah sangat penting untuk dimiliki siswa
10 responden menjawab bahagia, 9 responden (Singh, 2014:389). Siswa yang merasa senang
menjawab apabila didampingi dan 5 pergi ke sekolah dapat dimungkinkan bahwa
responden menjawab sekolah sebagai pilihan. sekolah menyediakan lingkungan yang dapat
Meskipun kata bahagia adalah kata abstrak merangsang perasaan senang siswa untuk ke
namun dipilih mayoritas semua siswa. Hal ini sekolah. Pembelajaran yang menyenangkan
menunjukkan bahwa pembelajaran hendaknya dan berkesan akan menarik minat siswa untuk
menyenangkan, berbasis kebutuhan terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan
anak dan memfasilitasi keanekaragaman pembelajaran. Siswa yang dengan aktif
gaya belajar siswa. Pembelajaran yang mengikuti kegiatan pembalajaran akan dapat
menyenangkan merupakan salah memahami materi yang diajarkan sehingga
satu model dalam pembelajaran yang tujuan pembelajaran dapat tercapai.
mendukung pengembangan berpikir

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


77
c. Hal yang akan dapat dilakukan dengan baik

Gambar 3. Hal yang Dapat Dilakukan dengan Baik oleh Anak

Siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3 Dari data diatas dapat disimpulkan bah-
memilih opsi belajar sebagai pilihan paling wa siswa kelas 1 sd kelas 3 MI Annuur masih
tinggi atas hal yang dapat dilakukan dengan memiliki kesadaran bahwa belajar adalah hal
baik. Sejumlah 25 anak dari 50 responden yang penting dalam kegiatan pembelajaran.
menjawab belajar. Data ini menunjukkan Belajar adalah proses usaha yang dilakukan
bahwa 50% anak memiliki kesadaran untuk memperoleh suatu perubahan
bahwa belajar adalah kebutuhan. Beberapa tingkah laku yang baru secara keseluruhan
jawaban yang lain juga menunjukkan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
indikator kesadaran belajar walaupun secara interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
jumlah rerata menyebar, seperti membantu 2013:2). Seseorang akan mendapatkan
orangtua, menulis, membaca baca iqro dan pengetahuan dan keterampilan baru setelah
sebagainya. Banyaknya responden yang mengalami proses pembelajaran. Selain itu,
menyatakan belajar merupakan hal yang seseorang yang memiliki kesadaran untuk
akan dilakukan dengan baik harus didukung belajar akan senantiasa untuk membiasakan
oleh guru yang dapat membuat siswa untuk diri belajar. Kebiasaan belajar ini dapat
terlibat aktif dalam proses pembelajaran agar dibentuk menggunakan perintah yang
tetap tertanam pada diri siswa bahwa belajar diberikan orang tua atau guru, suri teladan,
itu sesuatu yang penting dan bermanfaat pengalaman khusus, dan pemberian
bagi dirinya dan orang lain dikemudian hari. hukuman (Muhibbinsyah, 2008:123). Jika
Keterlibatan ini dapat dilakukan dengan siswa memiliki kebiasaan untuk belajar, maka
memunculkan rasa ingin tahu siswa, minat siswa akan merasakan hasilnya pada prestasi
dan kegembiraan, serta cenderung ingin belajar yang diperoleh.
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan Proses pembelajaran yang efektif dapat
(Jablon dan Wilkinson, 2006:1), sehingga dilakukan dengan membangun iklim belajar
siswa tidak akan mudah bosan belajar karena yang kondusif. Iklim belajar yang kondusif
telah ditanamkan padanya bahwa belajar dapat dibangun dengan menciptakan
adalah aktivitas yang menyenangkan. suatu hubungan. Hubungan yang baik

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


78
antar pribadi (hubungan interpersonal) menemukan jalan dari dan ke sekolah karena
tersebut yang mampu mempengaruhi iklim anak pada tahap ini dapat memahami cara yang
pembelajaran efektif. Hubungan antar lebih baik yang berhubungan dengan ruang.
pribadi (interpersonal) yang baik yang terjalin Anak sudah mampu mengelompokkan dan
pada saat pembelajaran menjadi motivasi mengurutkan benda sesuai ciri-cirinya. Anak juga
bagi siswa untuk saling bekerja sama secara sudah dapat memecahlan masalah yang bersifat
produkif. Siswa saling membantu dalam konkret (Rita Eka Izzaty dkk, 2008:106).
belajar, sehingga pemahaman siswa terhadap
MI Annuur memiliki potensi fisik yang baik,
materi pelajaran akan semakin cepat.
terletak didaerah yang tenang dan sumber alam
Terbinanya hubungan interpersonal yang
yang menarik untuk sumber belajar, sehingga
baik dapat meminimalisir terjadinya konflik
sangat memungkinkan anak anak memiliki
antar siswa, ketika terjadi masalah diantara
kesempatan konsentrasi belajar yang baik.
siswa dapat diselesaikan secara kekeluargaan,
Namun pada kenyataannya dukungan lingkungan
diantara siswa saling menghargai dan percaya,
fisik bukan faktor penentu membangun iklim
sehingga suasana belajar diliputi oleh suasana
belajar yang kondusif. Khususnya untuk siswa
santai dan penuh keakraban.
kelas rendah memiliki karakteristik yang unik.
Kunci utama dalam membangun hubungan Pada usia ini anak sedang berusaha memahami
adalah saling memahami atau mengenal tugas belajar. Upaya - upaya yang dilakukan
karakteristik individu (Partin, 2012:14). Siswa MI Annur sebagai sebuah lembaga pendidikan
kelas rendah yang memiliki usia sekitar 6/7 yang menyelenggarakan sekolah dasar islam
sd 8/9 tahun memiliki karakteristik yang unik memiliki berusaha menggunakan berbagai
karena masuk dalam masa peralihan tahapan strategi dalam membangun iklim belajar yang
praoperasional saat usia pra sekolah ke tahapan menyenangkan. Selain itu juga guru harus mampu
konkret ketika memasuki usia sekolah dasar menggembangkan kreatifitas para siswa melalui
(Budiningasih, 2005:38). Pada rentang usia ini kecakapannya memotivasi dengan iklim kelas
tingkah laku anak yang tampak yaitu: (1) anak yang kondusif. Guru yang memiliki keterampilan
mulai memandang dunia secara objektif, bergeser interpersonal dapat memengaruhi iklim kelas, di
dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif mana hal tersebut memiliki dampak besar pada
dan memandang unsur - unsur secara serentak, hasil akademis siswa (Barr, 2016:5). Hal tersebut
(2) anak mulai berpikir secara operasional, (3) juga sejalan dengan pendapat Wentzel (1997)
anak mampu mempergunakan cara berpikir mengungkapkan bahwa “iklim sekolah memiliki
operasional untuk mengklasifikasikan benda hubungan yang positif dengan motivasi belajar
- benda, (4) anak dapat membentuk dan siswa”.
menggunakan keterhubungan aturan - aturan,
Thapa et al (2012:3) juga menyebutkan
prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan
bahwa secara keseluruhan iklim sekolah yang
hubungan sebab akibat, dan (5) anak dapat
positif memiliki pengaruh yang kuat pada
memahami konsep substansi, panjang, lebar,
motivasi belajar, yang berarti bahwa iklim
luas, tinggi, rendah, ringan dan berat (Rusman,
kelas yang kondusif atau nyaman maka dapat
2013: 251).
meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu,
Siswa SD kelas rendah berada pada iklim kelas yang kondusif dapat mengurangi
rentang usia 7 sampai 9 tahun. Dengan terus dampak negatif dari konteks sosial ekonomi
bertambahnya berat dan kekuatan badan, pada keberhasilan akademis, karena keberhasilan
perkembangan motorik menjadi lebih halus dan akademis seseorang tidak sepenuhnya bergantung
terkoordinasi. Pada masa ini, pertumbuhan fisik keadaan sosial ekonominya. Iklim kelas yang
cenderung lebih stabil sebelum memasuki remaja. kondusif dapat mengurangi tindakan kasar atau
Usia ini berada pada tahap operasional konkret, membuat gaduh kelas, ngobrol dengan teman
dimana anak sudah mampu menggunakan dan sebagainya karena siswa merasa nyaman
pikirannya untuk berpikir logis walaupun masih untuk mengikuti pembelajaran. Iklim kelas yang
terbatas. Anak pada usia 6 atau 7 tahun mampu kondusif juga dapat memberikan pengaruh yang

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


79
positif bagi perkembangan siswa dalam belajar terkadang pengungkapan emosinya dilakukan
karena siswa akan merasa bahwa belajar itu dengan kasar, seperti berteriak, memukul, berkata
penting. dan bersikap kasar. Karakteristik sosial ekonomi
yang dimaksud dalam penelitian ini bertujuan
Iklim sekolah yang positif dapat dibangun
untuk melihat sejauh mana siswa kelas 1 sd
dengan memperbaiki hubungan siswa dengan
kelas 3 MI Anuur dapat mengelola kecerdasan
guru. Guru akan dapat memiliki kemampuan
sosial emosinya. Hal ini dibutuhkan untuk
menajemen kelas yang baik jika berhasil
mengurangi konflik sosial yang sering terjadi di
memahami karakteristik siswanya. Sebelum
kelas. Dapat diketahui bersama, bully baik fisik
melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru
maupun psikologis memiliki urutan tertinggi
melakukan screening data mengenal siswa. Hal ini
kenakan di masa usia ini. Dengan menggali
disebut sebagai pengajaran berbasis data. Tujuan
data mengenai kondisi sosial emosional ini
dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan
diharapkan dapat membantu menentukan guru
informasi mendalam dari siswa, sehingga
dalam menentukan strategi pembelajaran dan
menjadi dasar bagi guru untuk melaksanakan
mengurangi konflik sosial disekolah. Adapun
strategi pembelajaran yang efektif agar tujuan
informasi yang digali dari komponen ini adalah
pembelajaran tercapai.
Kegiatan apa yang paling disukai, kegiatan apa
Karakterstik sosial emosional anak usia 6 sd saja yang dapat menimbulkan perasaan bahagia
8 th yang paling menonjol adalah kematangan ,olah raga yang paling disukai, sesuatu yang
dalam hubungan sosial dan kemampuan dalam paling disukai disekolah dan sesuatu yang tidak
mengendalikan emosi (Yusuf, 2009:180-181). disukai disekolah. Adapaun hasil penelitian
Anak dengan rentang usia tersebut masih adalah sebagai berikut :
belum dapat mengendalikan emosinya sehingga

a. Kegiatan yang paling disukai

Hal-hal yang Paling di Senangi


Anak kelas 1 sd 3 SD
60
50
40 50
30
20 Kelas 3
10 16 12 1 1 8 5 1 1 3 2
0 Kelas 2
belajar/…

pekerjaan…

sekolah
bermain

kegiatan
olah raga

jalan jalan
berbuat baik

menggambar

Jumlah
Kegiatan

Kelas 1
Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 4. Hal yang Paling Disenangi Anak Kelas 1-3 SD

Kegiatan bermain adalah hal yang paling adalah olahraga dan belajar. Ketiga jawaban
disenangi siswa kelas 1 sd kelas 3. Dua tertinggi ini menunjukkan bahwa anak
kegiatan selanjutnya yang paling disukai anak membutuhkan suasana pembelajaran yang

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


80
bersifat active learning. Melibatkan seluruh pembelajaran bagi siswa usia 6-8 tahun
pancaindera anak untuk belajar dan suasana dengan menggunakan suatu permainan.
yang pembelajaran yang menyenangkan dan Permainan dapat digunakan sebagai media
berpusat pada anak. Hal tersebut dikarenakan untuk menyampaikan materi yang hendak
siswa pada usia tersebut merupakan diajarkan guru pada siswa, khususnya pada
peralihan dari tahap praoperasional menjadi siswa usia 6-8 tahun yang masih dalam
tahap operasional konkret, sehingga anak- masa transisi dari usia pra sekolah ke usia
anak masih senang untuk bermain. Oleh sekolah dasar, di mana pada masa tersebut
karena itu, untuk membentuk kesadaran anak masih senang untuk bermain. Piaget
belajar anak, kegiatan belajar mengajar dapat (Budiningsih, 2005: 37) dalam teorinya
dilakukan dengan sebuah permainan yang menjelaskan bahwa anak pada usia tersebut
dapat menarik minat dan motivasi anak untuk telah dapat memperoleh pengetahuan
belajar. Hasil ini sejalan dengan kesadaran berdasarkan pada kesan yang agak abstrak,
belajar bahwa bermain adalah kegiatan yang di mana anak sering mengungkapkan isi
disukai anak anak. hatinya bukan dengan kata-kata, namun lebih
secara simbolik. Nurgiyantoro (2005:201)
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
menyebutkan bahwa pada usia tersebut
penelitian yang dilakukan oleh Simatupang
anak mengaktualisasikan diri melalui bahasa,
(2005:23) yang menyatakan bahwa bermain
bermain dan menggambar. Oleh karena
dapat digunakan untuk menanamkan aspek
itu, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
sosial bagi siswa sekolah dasar. Bermain
dengan penggunaan bahasa yang mudah
merupakan hal yang sangat digemari oleh
dipahami, menggunakan media gambar, dan
anak, karena anak dapat mengekspresikan
juga menggunakan suatu permainan yang
dirinya dengan bermain. Bermain
tentunya disesuaikan dengan materi yang
merupakan tuntutan dan kebutuhan anak
hendak diajarkan, agar pesan atau materi
usia pra sekolah, karena anak adalah dunia
yang diberikan dapat tersampaikan dan
bermain (Marjuni dan Sodiq, 2001:63).
dipahami dengan baik oleh siswa.
Guru dapat melaksanakan kegiatan

b. Kegiatan yang dapat menimbulkan perasaan bahagia

ANAK PALING BAHAGIA SAAT


60
50
40 50
30
20
10 12 4 11 11 2 4 1 1 2 1 1 Kelas 3
0
Kelas 2
mendapat nilai…

membantu orang…
belajar

rekreasi
bermain

olah raga

di sekolah
beribadah
lagi senang
ulang tahun

bersama keluarga

Jumlah

Kelas 1
Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Gambar 5. Kegiatan yang Dapat Menimbulkan Perasaan Bahagia

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


81
Mendapatkan nilai tinggi adalah “bersama kelurga di rumah” menjadi pilihan
jawaban mayoritas dari seluruh responden pada seluruh responden menunjukkan
sejumlah 12 siswa, kemudian bermain dan bahwa responden lebih senang untuk tidak
bersama keluarga memiliki urutan tertinggi sekolah.
selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa
Simoes et al (2010:1181) dalam pene-
anak mampu mendenifisikan rasa bahagia
litiannya menjelaskan bahwa siswa yang
dalam kegiatan yang positif. Hal ini sejalan
menyukai sekolah adalah siswa yang memiliki
dengan hasil angket pada komponen
skor tinggi dalam prestasi akademiknya. Hal
sebelumnya bahwa siswa memiliki kesadaran
tersebut dikarenakan siswa yang menyukai
belajar yang wajar siswa kelas 1 sd kelas 3.
sekolah cenderung juga menyukai aktivitas
Poin ini cukup menarik karena mendapat
pembelajaran di sekolah, sehingga siswa akan
nilai tinggi bermain yaitu 12 responden
terus belajar dengan baik untuk mendapatkan
dan bersama keluarga juga sebagai angka
nilai yang tinggi. Oleh karena itu, pihak
tertinggi selanjutnya yaitu 11 responden.
sekolah harus menciptakan suasana belajar
Pihak sekolah memiliki tantangan untuk
di sekolah yang menyenangkan agar siswa
menyelenggarakan kegiatan yang tidak
senang ke sekolah untuk belajar agar prestasi
membosankan karena jika membosankan
akademik yang diperoleh juga tinggi.

c. Olahraga yang menjadi favorit

OLAH RAGA VAFORIT


60
50
40 50
30
20 Kelas 3
10 5 14 3 3 2 11 2 4 3 1 1 1 Kelas 2
0 Kelas 1
lari
voly

kasti
senam

basket

Jumlah
berenang

jalan jalan
bersepeda

sepak bola
bulu tangkis

gobak sodor

takewondow

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Gambar 6. Olahraga Favorit

Perkembangan pertumbuhan fisik baik untuk menyalurkan energi emosianal negatif


kasar maupun halus pada usia ini, memiliki sekaligus membangun sosial antar teman
perkembangan golden period dari seluruh masa sebaya. Pada poin ini responden menjawab
perkembangan. Siswa kelas 1-3 SD kebutuhan berenang sejumlah 14 sebagai olahraga
akan kegiatan fisik mengalami puncaknya. favorit, kemudian disusul dengan sepakbola
Oleh karena itu dibutuhkan data mengenai sejumlah 11 responden. Informasi ini
olahraga favorit. Olahraga bermanfaat penting bagi pihak sekolah agar memfasilitasi

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


82
siswa untuk kedua olahraga ini dan sesekali penyakit (Taylor, et al, 2015:31), karena badan
untuk olahraga yang lain. Kegiatan olahraga yang sehat memudahkan siswa untuk berpikir
menjadi pilihan utama anak untuk merefresh dan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
kembali kegiatan belajar yang selalu diadakan baik. Selain itu, dengan berolahraga juga
di dalam kelas. Hal terpenting dari olahraga dapat meningkatkan interaksi sosial dengan
yaitu bermanfaat untuk menetralkan kondisi orang lain, sehingga selain mendapatkan
fisik dan psikologis siswa sehingga memiliki badan yang sehat dan pikiran yang jernih,
kecerdasan sosial emosional yang baik. siswa juga dapat membangun hubungan yang
Olahraga secara rutin dapat menyehatkan baik atau berinteraksi dengan orang lain.
tubuh dan mencegah timbulnya berbagai

d. Sesuatu yang disukai disekolah

Gambar 7. Hal yang Disukai di Sekolah Anak Kelas 1-3 SD MI Annuur

Salah satu indikator seorang siswa dijawab oleh siswa kelas 3 dan bermain
menjadi senang bersekolah karena memiliki oleh siswa kelas 1 dan 2. Dapat disimpulkan
hal yang disenangi di sekolah. Sebanyak 14 pada kelas tinggi anak memiliki kesadaran
responden menjawab belajar, 8 responden belajar yang penuh untuk memulai cita
bermain dan 7 responden menjawab olah cita yang akan diraih. Sejalan dari hasil ini
raga. Belajar sebagai jawaban mayoritas menunjukkan bahwa belajar yang bagaimana,
dari responden sejalan dengan komponen yang menyenangkan bagi anak, melibatkan
kesadaran belajar dan memahami perasaan. semua pancaindera untuk aktif dan berpusat
Dalam pemetaan jawaban belajar banyak pada anak.

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


83
e. Sesuatu yang tidak disukai dari sekolah.

Gambar 8. Hal yang Tidak Disukai dari Sekolah

Sebanyak 26 responden menjawab upacara responden menjawab 5. Hal ini juga


sakit adalah alasan yang wajar untuk tidak menjadi masukan sekolah untuk melakukan
suka saat sekolah. Mayoritas responden pendekatan dan variasi model upacara yang
menjawab sakit. Hal ini menunjukkan bahwa dapat memberikan kenyamanan kepada
anak mampu menginternalisi kondisi fisik siswa.
dan psikologis yang bagaimana sehingga
Berpikir visioner untuk siswa kelas 1-
dapat mengganggu kelancaran belajar
3 SD diartikan sebagai pemahaman siswa
disekolah. Sekaligus jawaban responden ini
akan tujuan sederhana dari sekolah. Siswa
memberi masukan kepada pihak sekolah
kelas 1 sd kelas 3 memiliki karakteristik unik.
untuk menyediakan tempat yang nyaman
terutama kelas 1, proses transisi dari dunia
jika siswa sedang mengalami sakit, dapat
prasekolah menuju dunia sekolah jarang
terawat dengan baik. 6 responden menjawab
dilakukan kajian mendalam. Berpikir visioner
dipukul atau disakiti adalah sesuatu yang
masih cukup abstrak bagi anak anak, untuk
tidak disukai disekolah. Angka ini cukup
itu dalam penelitian ini berpikir visioner
sedikit, hal ini menunjukkan bahwa konfilik
digali informasi melalui tanyangan program
antara teman masih wajar. Sekolah perlu
TV yang disukai anak dan bila dewasa ingin
memelihara keamanan dan kenyamanan
menjadi apa. Berikut hasil rekapitulasi
situasi kegiatan belajar mengajar sehingga
jawaban responden.
meminimlisir konflik yang ada. Kegiatan

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


84
a. Program TV yang disukai anak

Gambar 9. Program Televisi yang Disukai

Data di atas menunjukkan bahwa merupakan kehidupan keseharian dan


mayoritas siswa senang menonton acara menceritakan mana yang boleh dilakukan
televisi upin ipin, yaitu sebanyak 23 responden. dan yang tidak boleh dilakukan. Selain itu,
Diurutan kedua yaitu film kartun, sebanyak film kartun juga dapat memberikan hiburan
16 responden. Hal tersebut berarti bahwa dari ceritanya yang lucu, gambar dan warna
siswa lebih menyukai acara kartun. Televisi serta cerita yang menarik. Animasi kartun
memiliki peranan pada perkembangan anak maupun penggunaan warna yang bervariasi
yang menonton (Desti, 2005:6). Program ini dapat diterapkan dalam kegiatan
acara di televisi dapat memberikan hiburan, pembelajaran. Namun penggunaannya juga
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai harus disesuaikan dengan materi yang hendak
dengan kebutuhan masyarakat. Namun, diberikan. Penggunaan animasi kartun dan
tidak semua acara televisi boleh ditonton penggunaan warna yang bervariasi ini dapat
oleh anak. Acara upin-ipin yang dipilih menarik perhatian siswa untuk mengikuti
oleh mayoritas responden memiliki unsur kegiatan pembelajaran dengan baik.
pendidikan, karena cerita yang ditayangkan

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


85
b. Cita cita

Gambar 7. Cita-cita

Data di atas menunjukkan bahwa dokter guru dapat memahami karakteristik siswanya.
masih menjadi mayoritas pilihan responden, Pemahaman karakteristik siswa dapat membantu
selanjutnya polisi dan pemainsepakbola guru dalam memahami siswa serta dapat
menjadi prioritas siswa kelas 1 sd kelas membantu guru dalam menciptakan iklim belajar
3. Pertanyaan cita-cita adalah pertanyaan yang kondusif, karena guru dapat menentukan
yang lazim dilakukan dimasyarakat, bahkan metode yang tepat untuk menyampaikan materi
pertanyaaan ini adalah hal yang biasa. Namun pelajaran. Pemahaman terhadap karakteristik
ketika siswa menjawab pertanyaan ini dan siswa dapat dilihat dari tiga hal yaitu kesadaran
mampu mengungkapkan apa yang diinginkan belajar, memahami perasaan dan berpikir
merupakan bagian dari mampu berpikir visioner. Berdasarkan hasil penelitian dapat
visioner. Informasi yang digali dari responden disimpulkan bahwa model pembelajaran yang
tersebut akan memberi masukan kepada tepat digunakan pada anak kelas 1-3 di MI Annuur
sekolah untuk memperdalam pemahaman yaitu active learning. Hal tersebut dikarenakan
atas semua profesi yang diinginkan oleh anak pada komponen kesadaran belajar, mayoritas
yang terintergrasi kedalam pembelajaran siswa memilih bermain sebagai hal yang dapat
tematik. Dengan terintegrasi secara tematik dilakukan dengan baik, yang menunjukkan bahwa
maka pembelajaran bermakna akan dapat siswa termasuk dalam kategori aktif. Siswa dapat
tercapai. belajar dengan baik jika memiliki perasaan yang
bahagia, sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik.
SIMPULAN Pada komponen memahami perasaan,
Iklim yang kondusif dalam pembelajaran mayoritas siswa menyukai aktivitas bermain, olah
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, raga dan belajar. Selain itu, siswa akan merasa
karena siswa akan merasa nyaman dan fokus sangat bahagia jika mendapatkan nilai yang tinggi.
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Iklim Siswa juga menyukai olahraga, khusunya berenang
yang kondusif tersebut dapat diciptakan jika dan sepak bola. Hal yang disukai oleh siswa dari
sekolahnya yaitu belajar, yang berarti bahwa siswa

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


86
senang belajar di sekolah. Namun, ketika sakit kondisi kesehatan siswa. Pada komponen
siswa tidak menyukai sekolah, karena siswa tidak berpikir visioner, mayoritas siswa menyukai
dapat fokus mengikuti kegiatan pembelajaran di acara televisi upin-ipin dan kartun. Selain itu
kelas. Komponen ini menunjukkan hal-hal yang mayoritas siswa bercita-cita menjadi dokter. Hal
disukai oleh siswa, dan guru dapat mengkaitkan tersebut menunjukkan bahwa siswa telah dapat
materi-materi yang hendak diajarkan dengan hal- mengungkapkan apa yang diinginkan.
hal yang disukai tersebut, serta memperhatikan

DAFTAR PUSTAKA

Almasitoh, U.H. (2012). Menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Magistra, no.79 tahun
XXIV, pp. 87-100.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Barr, J.J. (2016). Developing a positive classroom climate. IDEA Paper, no.61, pp. 1-9.
Budiningsih, C.A. (2005). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Desti, S. (2005). Dampak tayangan film di televisi terhadap perilaku anak. Jurnal Komunikologi, vol. 2, no. 1,
pp. 1-7.
Findley, B., & Varble, D. (2006). Creating a conducive classroom environment: classroom management is the
key. College Teaching Methods & Styles Journal, vol. 2, no. 3, pp. 1-6.
Jablon, J.R., & Wilkinson, M. (2006). Using engagement strategies to facilitate children’s learning and success.
Beyond the Journal – Young Children on the Web, pp. 1-5.
Marjuni & Sodiq AK. (2001). Pola pembinaan anak usia prasekolah melalui prinsip-prinsip bermain sambil
belajar. Jurnal Penelitian dan Evaluasi, no. 4, tahun III, pp. 62-79.
Muhibbin Syah. (2008). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhtadi, A. (2005). Menciptakan iklim kelas (classroom climate) yang kondusif dan berkualitas dalam proses
pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran, vol. 1, no.2, pp. 199-209.
Nurgiyantoro, B. (2005). Tahapan perkembangan anak dan pemilihan bacaan sastra anak. Cakrawala
Pendidikan, th.XXIV, no.2, pp. 197-222.
O’Brennan, L., & Bradshaw, C. (2013). Importance of School Climate. National Education Association Research
Bried.
Partin, R.L. (2012). Kiat nyaman mengajar di dalam kelas: strategi praktis, teknik manajemen dan bahan pengajaran yang
dapat diproduksi ulang bagi para guru baru maupun guru berpengalaman. Jakarta: Indeks.
Presiden RI. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Rusman. (2013). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali.
Simatupang, N. (2005). Bermain sebagai upaya dini menanamkan aspek sosial bagi siswa sekolah dasar. Jurnal
Pendidikan Jasmani Indonesia, vol. 3, no. 1, pp. 23-32.

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


87
Simoes, C., et al. (2010). School satisfaction and academic achievement: the effect of school and internal
assets as moderators of this relation in adolescents with special needs. Procedia Social and Behavioral
Sciences, vol.9, pp.1177-1181.
Singer, D.G., Singer, J.L., D’Agostino, H., & Delong, R. (2009). Children’s pastimes and play in sixteen
nations: is free-play declining?. American Journal of Play, Winter, pp. 283-312.
Singh, A. (2014). Conducive classroom environment in schools. International Journal of Science and Research
(IJSR), vol. 3, issue 1, pp. 387-392.
Slameto. (2013). Belajar dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Supardi. (2013). Sekolah efektif konsep dasar dan praktek. Jakarta: Rajawali Pers.
Suparlan. (2008). Menjadi guru efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Taylor, P., et al. (2015). A review of the social impacts of culture and sport. Sheffield: CASE.
Thapa, A., Cohen, J., D’Alessandro, A.H., & Guffey, S. (2012). School climate research summary. National
School Climate Center, School Climate Brief, no. 3, pp. 1-21.
Thapa, A., Cohen, J., Guffey, S., & D’Alessandro, A.H. (2013). A Review of School Climate Research. Review
of Educational Research, vol. 83, no. 3, pp. 357-385.
Trinova, Z. (2012). Hakikat Belajar dan Bermain Menyenangkan bagi Peserta Didik. Jurnal Al-Ta’lim, jilid 1,
no. 3, pp. 209-215.
Yamin, M. (2007). Profesionalisasi guru dan implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.
Yusuf, S. (2009). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zaini, A. (2015). Bermain sebagai metode pembelajaran bagi anak usia dini. ThufuLA, vol. 3, no.1, pp. 118-
134.

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


88

You might also like