Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Iklim Belajar 3
Jurnal Iklim Belajar 3
Jurnal Iklim Belajar 3
Abstract
Getting to know students became a crucial in teaching that teachers often did not consider about. This study aimed at collecting
information related to early-elementary grade students experiencing a data-based learning. Then, teachers were expected to know
the characteristics of their students as a reference to improve the quality of teaching and learning. The subjects of the study were
50 students. They were all early-elementary grade students of MI Annur from first up to third grades. Data triangulation
was employed for assuring the validity. The technique of data analysis was qualitative descriptive explaining three components,
including (1) awareness of learning; (2) awaereness of feelings; (3) and visionary thinking. The results revealed that on the
first components most of the students prefered to play and learn as easy activities. They learned better when they were pleased.
On the second components they were able to manage their socio-emotional condition seen from the answers related to their likes
and dislikes, interests, and from their ability to express a happiness as the one they needed during their learning. On the third
components, the results revealed that most of them had goals achieved in learning. Besides, they were able to appropriately choose
the TV programs well-suited to their developmental levels. The results led us to have deeper understanding that knowing our
students really matters for building a conducive classroom climate.
Keywords: Conducive Classroom Climate, Awareness of Learning, Awareness of Feelings, Visionary Thinking.
PENDAHULUAN
Apapun metode yang diterapkan oleh guru 2005:37), yaitu tahap sensori-motor (pada usia
dikelas tidak akan pernah berhasil apabila guru 0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun),
belum memahami peserta didiknya. Hal ini tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan
sering terjadi pada siswa kelas awal disekolah tahap operasi formal (11 atau 12 tahun ke
dasar. Proses transisi seorang anak dari pra atas). Anak usia pra sekolah berada pada tahap
sekolah memasuki sekolah dasar merupakan fase praoperasional, yaitu mulai mengoperasikan
yang unik dan jarang dilakukan kajian mendalam. sesuatu yang mencerminkan aktivitas mental dan
Rentang anak usia pra sekolah yaitu antara 4-6 tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Pada tahap
tahun (Zaini, 2015:119), yang merupakan masa ini anak mulai mengaktualisasikan diri melalui
peka bagi anak. Pada masa ini anak akan mengalami bahasa, bermain dan menggambar. Selain itu,
perkembangan kecerdasaran hingga 50%, serta anak juga menempatkan diri sebagai pusat dunia
merupakan masa untuk menentukan dasar dan belum dapat menempatkan diri di antara
pertama dalam pengembangan kemampuannya, orang lain atau belum dapat melihat sesuatu dari
baik kognitif, psikomotor, afektif dan emosinya. sudut pandang orang lain. Anak menggunakan
Menurut Piaget, masa pra sekolah simbol melalui gerakan tertentu dan bahasa
merupakan masa menuju pada tahap berpikir dalam pembicaraan. Pada masa ini anak sedang
operasional konkret, di mana anak memasuki dalam proses untuk membangun pengetahuan
tahap perkembangan intelektual (Nurgiyantoro, secara logis (Yusuf, 2009:165).
2005:200). Perkembangan intelektual pada anak Setelah tahap pra operasional, anak akan
ini dibedakan menjadi empat tahap (Budiningsih, memasuki tahap operasional konkret (7-11
ada pr
tenang
bahagia
dibantu
menulis
Hari sore
gampang
disekolah
bisa fokus
belajar iqro
Perut Kenyang
diajari utadzah
sungguh sungguh
mudah dimengerti
Jumlah
Kelas 1
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Dari data diatas 3 hal yang dipilih para kreatif dan menciptakan suasana belajar
siswa kelas 1 sd kelas 3 bahwa siswa akan yang menyenangkan (Trinova, 2012:212).
mampu belajar baik jika bahagia, belajar Perasaan bahagia atau senang dengan
didampingi dan belajar di sekolah. Sejumlah sekolah sangat penting untuk dimiliki siswa
10 responden menjawab bahagia, 9 responden (Singh, 2014:389). Siswa yang merasa senang
menjawab apabila didampingi dan 5 pergi ke sekolah dapat dimungkinkan bahwa
responden menjawab sekolah sebagai pilihan. sekolah menyediakan lingkungan yang dapat
Meskipun kata bahagia adalah kata abstrak merangsang perasaan senang siswa untuk ke
namun dipilih mayoritas semua siswa. Hal ini sekolah. Pembelajaran yang menyenangkan
menunjukkan bahwa pembelajaran hendaknya dan berkesan akan menarik minat siswa untuk
menyenangkan, berbasis kebutuhan terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan
anak dan memfasilitasi keanekaragaman pembelajaran. Siswa yang dengan aktif
gaya belajar siswa. Pembelajaran yang mengikuti kegiatan pembalajaran akan dapat
menyenangkan merupakan salah memahami materi yang diajarkan sehingga
satu model dalam pembelajaran yang tujuan pembelajaran dapat tercapai.
mendukung pengembangan berpikir
Siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3 Dari data diatas dapat disimpulkan bah-
memilih opsi belajar sebagai pilihan paling wa siswa kelas 1 sd kelas 3 MI Annuur masih
tinggi atas hal yang dapat dilakukan dengan memiliki kesadaran bahwa belajar adalah hal
baik. Sejumlah 25 anak dari 50 responden yang penting dalam kegiatan pembelajaran.
menjawab belajar. Data ini menunjukkan Belajar adalah proses usaha yang dilakukan
bahwa 50% anak memiliki kesadaran untuk memperoleh suatu perubahan
bahwa belajar adalah kebutuhan. Beberapa tingkah laku yang baru secara keseluruhan
jawaban yang lain juga menunjukkan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
indikator kesadaran belajar walaupun secara interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
jumlah rerata menyebar, seperti membantu 2013:2). Seseorang akan mendapatkan
orangtua, menulis, membaca baca iqro dan pengetahuan dan keterampilan baru setelah
sebagainya. Banyaknya responden yang mengalami proses pembelajaran. Selain itu,
menyatakan belajar merupakan hal yang seseorang yang memiliki kesadaran untuk
akan dilakukan dengan baik harus didukung belajar akan senantiasa untuk membiasakan
oleh guru yang dapat membuat siswa untuk diri belajar. Kebiasaan belajar ini dapat
terlibat aktif dalam proses pembelajaran agar dibentuk menggunakan perintah yang
tetap tertanam pada diri siswa bahwa belajar diberikan orang tua atau guru, suri teladan,
itu sesuatu yang penting dan bermanfaat pengalaman khusus, dan pemberian
bagi dirinya dan orang lain dikemudian hari. hukuman (Muhibbinsyah, 2008:123). Jika
Keterlibatan ini dapat dilakukan dengan siswa memiliki kebiasaan untuk belajar, maka
memunculkan rasa ingin tahu siswa, minat siswa akan merasakan hasilnya pada prestasi
dan kegembiraan, serta cenderung ingin belajar yang diperoleh.
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan Proses pembelajaran yang efektif dapat
(Jablon dan Wilkinson, 2006:1), sehingga dilakukan dengan membangun iklim belajar
siswa tidak akan mudah bosan belajar karena yang kondusif. Iklim belajar yang kondusif
telah ditanamkan padanya bahwa belajar dapat dibangun dengan menciptakan
adalah aktivitas yang menyenangkan. suatu hubungan. Hubungan yang baik
pekerjaan…
sekolah
bermain
kegiatan
olah raga
jalan jalan
berbuat baik
menggambar
Jumlah
Kegiatan
Kelas 1
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kegiatan bermain adalah hal yang paling adalah olahraga dan belajar. Ketiga jawaban
disenangi siswa kelas 1 sd kelas 3. Dua tertinggi ini menunjukkan bahwa anak
kegiatan selanjutnya yang paling disukai anak membutuhkan suasana pembelajaran yang
membantu orang…
belajar
rekreasi
bermain
olah raga
di sekolah
beribadah
lagi senang
ulang tahun
bersama keluarga
Jumlah
Kelas 1
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
kasti
senam
basket
Jumlah
berenang
jalan jalan
bersepeda
sepak bola
bulu tangkis
gobak sodor
takewondow
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Salah satu indikator seorang siswa dijawab oleh siswa kelas 3 dan bermain
menjadi senang bersekolah karena memiliki oleh siswa kelas 1 dan 2. Dapat disimpulkan
hal yang disenangi di sekolah. Sebanyak 14 pada kelas tinggi anak memiliki kesadaran
responden menjawab belajar, 8 responden belajar yang penuh untuk memulai cita
bermain dan 7 responden menjawab olah cita yang akan diraih. Sejalan dari hasil ini
raga. Belajar sebagai jawaban mayoritas menunjukkan bahwa belajar yang bagaimana,
dari responden sejalan dengan komponen yang menyenangkan bagi anak, melibatkan
kesadaran belajar dan memahami perasaan. semua pancaindera untuk aktif dan berpusat
Dalam pemetaan jawaban belajar banyak pada anak.
Gambar 7. Cita-cita
Data di atas menunjukkan bahwa dokter guru dapat memahami karakteristik siswanya.
masih menjadi mayoritas pilihan responden, Pemahaman karakteristik siswa dapat membantu
selanjutnya polisi dan pemainsepakbola guru dalam memahami siswa serta dapat
menjadi prioritas siswa kelas 1 sd kelas membantu guru dalam menciptakan iklim belajar
3. Pertanyaan cita-cita adalah pertanyaan yang kondusif, karena guru dapat menentukan
yang lazim dilakukan dimasyarakat, bahkan metode yang tepat untuk menyampaikan materi
pertanyaaan ini adalah hal yang biasa. Namun pelajaran. Pemahaman terhadap karakteristik
ketika siswa menjawab pertanyaan ini dan siswa dapat dilihat dari tiga hal yaitu kesadaran
mampu mengungkapkan apa yang diinginkan belajar, memahami perasaan dan berpikir
merupakan bagian dari mampu berpikir visioner. Berdasarkan hasil penelitian dapat
visioner. Informasi yang digali dari responden disimpulkan bahwa model pembelajaran yang
tersebut akan memberi masukan kepada tepat digunakan pada anak kelas 1-3 di MI Annuur
sekolah untuk memperdalam pemahaman yaitu active learning. Hal tersebut dikarenakan
atas semua profesi yang diinginkan oleh anak pada komponen kesadaran belajar, mayoritas
yang terintergrasi kedalam pembelajaran siswa memilih bermain sebagai hal yang dapat
tematik. Dengan terintegrasi secara tematik dilakukan dengan baik, yang menunjukkan bahwa
maka pembelajaran bermakna akan dapat siswa termasuk dalam kategori aktif. Siswa dapat
tercapai. belajar dengan baik jika memiliki perasaan yang
bahagia, sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik.
SIMPULAN Pada komponen memahami perasaan,
Iklim yang kondusif dalam pembelajaran mayoritas siswa menyukai aktivitas bermain, olah
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, raga dan belajar. Selain itu, siswa akan merasa
karena siswa akan merasa nyaman dan fokus sangat bahagia jika mendapatkan nilai yang tinggi.
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Iklim Siswa juga menyukai olahraga, khusunya berenang
yang kondusif tersebut dapat diciptakan jika dan sepak bola. Hal yang disukai oleh siswa dari
sekolahnya yaitu belajar, yang berarti bahwa siswa
DAFTAR PUSTAKA
Almasitoh, U.H. (2012). Menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Magistra, no.79 tahun
XXIV, pp. 87-100.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Barr, J.J. (2016). Developing a positive classroom climate. IDEA Paper, no.61, pp. 1-9.
Budiningsih, C.A. (2005). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Desti, S. (2005). Dampak tayangan film di televisi terhadap perilaku anak. Jurnal Komunikologi, vol. 2, no. 1,
pp. 1-7.
Findley, B., & Varble, D. (2006). Creating a conducive classroom environment: classroom management is the
key. College Teaching Methods & Styles Journal, vol. 2, no. 3, pp. 1-6.
Jablon, J.R., & Wilkinson, M. (2006). Using engagement strategies to facilitate children’s learning and success.
Beyond the Journal – Young Children on the Web, pp. 1-5.
Marjuni & Sodiq AK. (2001). Pola pembinaan anak usia prasekolah melalui prinsip-prinsip bermain sambil
belajar. Jurnal Penelitian dan Evaluasi, no. 4, tahun III, pp. 62-79.
Muhibbin Syah. (2008). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhtadi, A. (2005). Menciptakan iklim kelas (classroom climate) yang kondusif dan berkualitas dalam proses
pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran, vol. 1, no.2, pp. 199-209.
Nurgiyantoro, B. (2005). Tahapan perkembangan anak dan pemilihan bacaan sastra anak. Cakrawala
Pendidikan, th.XXIV, no.2, pp. 197-222.
O’Brennan, L., & Bradshaw, C. (2013). Importance of School Climate. National Education Association Research
Bried.
Partin, R.L. (2012). Kiat nyaman mengajar di dalam kelas: strategi praktis, teknik manajemen dan bahan pengajaran yang
dapat diproduksi ulang bagi para guru baru maupun guru berpengalaman. Jakarta: Indeks.
Presiden RI. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Rusman. (2013). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali.
Simatupang, N. (2005). Bermain sebagai upaya dini menanamkan aspek sosial bagi siswa sekolah dasar. Jurnal
Pendidikan Jasmani Indonesia, vol. 3, no. 1, pp. 23-32.