Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PENGUATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEBAGAI KURIKULUM INTI DI SEKOLAH

Miftah Syarif
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau
miftah_syarif@fis.uir.ac.id

Abstract
Islamic Religious Education is a complex and comprehensive education touches the whole
area of education. Rahmatan Lil’alamien. Islamic Religious Education does not just take the
discourse on religious knowladge course material to students, but also to guide students to
behave in accordance with the values taught by religion that promotes akhlakul karimah or
noble character as the basic behaviour that should be owned by the learner. The position of
Isla,mic religious education among other subjects at school is as the core in the nationa
education curriculum. Therefore in practice in the field should be about [roviding
transparency understanding and application process, thus giving birth to attitudes and
behaviors that are inclusive and positioned equivalent to other subbjects or even prioritized.
For it puts the subjects os islamic religious education as a core subject in the school
curriculum is a need and a necessity. This is an intelligent effort to strengthen forms of
islamic religious education in the school curruculum. So, Islamic religious education covers
all aspects of integrated subjects in knowladge, attitudes, behaviour, and social interaction.
Islamic religious education is more oriented to the moral level of action, namely that learners
do not just stop at the level of competence, but to have the will, and habit, in realizing the
teachings and values of the islamic religion in everyday life.
Key words: Core curriculum, Islamic Religious Education.

Abstrak
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang kompleks dan komprehensif menyentuh
keseluruhan ranah pendidikan. Rahmatan lil’alamien. PAI tidak saja menyampaikan materi
pengetahuan agama saja kepada peserta didik, akan tetapi juga membimbing peserta didik
untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan agama yang mengedepankan
akhlakul karimah atau budi pekerti luhur sebagai perilaku dasar yang harus dimilki oleh
semua peserta didik. Posisi PAI diantara mata pelajaran lain di sekolah adalah sebagai inti
atau “core” dalam kurikulum pendidikan nasional. Oleh karena itu dalam prakteknya di
lapangan harus memberikan proses keterbukaan pemahaman dan penerapan, sehingga
melahirkan sikap dan perilaku yang inklusif dan diposisikan setara dengan mata pelajaran lain
atau bahkan diprioritaskan. Untuk itu menempatkan mata pelajaran PAI sebagai mata
pelajaran inti “core” di dalam kurikulum sekolah merupakan suatu kebutuhan dan keharusan.
Ini merupakan suatu upaya cerdas bentuk penguatan PAI di dalam kurikulum sekolah.
Sehingga PAI meliputi seluruh aspek mata pelajaran yang terintegrasi di dalam pengetahuan,
perilaku, sikap, dan interaksi sosial. PAI lebih diorientasikan pada tataran moral action, yakni
agar peserta didik tidak hanya berhenti pada tataran kompetensi (competence), tetapi sampai
memiliki kemauan (will), dan kebiasaan (habit), dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai
agama Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci: Kurikulum inti, Pendidikan Agama Islam.

PENDAHULUAN sejarah perkembangan kurikulum di


Semenjak Bangsa Indonesia merdeka, Indonesia paling tidak sudah sebelas kali
kurikulum pendidikan telah mengalami mengalami dinamika perubahan. Dimulai
berbagai perubahan kebijakan. Dalam dari masa prakemerdekaan dalam bentuk

194
Penguatan Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai Kurikulum Inti di Sekolah
Miftah Syarif

yang sangat sederhana, lalu masa dipengaruhi oleh faktor politis daripada
kemerdekaan yang terus menerus filosofis-pedagogis; kedua, pengembangan
disempurnakan yaitu pada tahun 1947, kurikulum PAI masih bersifat parsial;
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, ketiga, pengembangan kurikulum PAI
2006, dan tahun 2013 (Imam Machali, lebih berorientasi pada pencapaian target
2014: 72). materi (materi oriented) daripada
Berbagai kebijakan perubahan kemampuan dasar dalam melakukan
kurikulum tersebut didasarkan pada hasil perbuatan dan memecahkan problem
analisis, evaluasi, prediksi dan berbagai keagamaan siswa; keempat, pembelajaran
tantangan yang dihadapi baik internal PAI lebih cenderung pada pengembangan
maupun eksternal yang terus berubah. aspek kognitif, sehingga tidak dapat
Dalam konteks ini kurikulum sebagai mengembangkan kepribadian siswa secara
produk kebijakan bersifat dinamis, integratif, bahkan PAI lebih cenderung
kontekstual, dan relatif. Dinamis sebab berfungsi sebagai penyekolahan
terus berkembang dan disesuaikan dengan (schooling), sedangkan sebagai fungsi
perkembangan zaman serta terbuka pendidikan (education) nilai dan ajaran
terhadap kritik. Kontekstual karena sangat Islam masih kurang efektif (Mustajab, tt.:
dibutuhkan dan didasarkan pada konteks 314).
zamannya. Relatif sebab kebijakan Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
kurikulum yang dihasilkan dipandang bagus perlu adanya pemikiran pendidikan Islam
atau sempurnya pada zamannya, dan akan yang difokuskan pada kajian
menjadi tidak relevan pada zaman-zaman pengembangan dan inovasi kurikulum,
berikutnya. Oleh karenanya prinsip dasar khususnya dalam penguatan Pendidikan
dalam kebijakan kurikulum adalah Agama Islam (PAI) sebagai kurikulum inti
perubahan yang dilakukan terus menerus. di sekolah.
Kebijakan perubahan kurikulum
merupakan ikhtiar dan wujud dari prinsip ISI
dasar kurikulum change and continuity 1. Pengembangan Kurikulum PAI
yang merupakan hasil dari kajian, evaluasi, Pengembangan kurikulum PAI dapat
kritik, respon, prediksi, dan berbagai dipahami dengan pengertian yang luas
tantangan yang dihadapi. Demikian juga yaitu:
halnya dengan kurikulum Pendidikan a. Kegiatan menghasilkan kurikulum PAI.
Agama Islam yang menjadi acuan utama b. Proses yang mengaitkan satu komponen
dalam pengembangan lembaga-lembaga dengan yang lainnya untuk
pendidikan Islam, sudah seharusnya menghasilkan kurikulum PAI yang lebih
mengikuti alur perubahan yang terus baik.
menerus dan mengikuti perkembangan c. Kegiatan penyusunan (desain),
zaman. Disamping itu pengembangan pelaksanaan, penilaian dan
kurikulum PAI memerlukan landasan yang penyempurnaan kurikulum PAI
jelas dan kokoh, sehingga tidak mudah (Muhaimin, 2005: 10).
terombang-ambing oleh arus transformasi Dalam realitas sejarahnya,
dan inovasi pendidikan dan pembelajaran pengembangan kurikulum PAI tersebut
yang begitu dahsyat sebagaimana terjadi ternyata mengalami perubahan-perubahan
pada saat ini. paradigma, walaupun dalam beberapa hal
Kemunduran Pendidikan Islam di tertentu paradigma sebelumnya masih tetap
Indonesia akhir-akhir ini oleh sebagian dipertahankan hingga sekarang. Hal ini
orang diasumsikan sebagai akibat dari tidak dapat dicermati dari fenomena-fenomena
tegasnya kurikulum PAI, yaitu: pertama, sebagai berikut :
pengembangan kurikulum lebih banyak

195
JURNAL PIGUR
Volum 02, Nomor 01, Maret 2017

1) Perubahan dari tekanan pada hafalan dan Hadits, Keimanan/Aqidah, Akhlak, Fiqh
daya ingatan tentang teks-teks dari (Hukum Islam), dan Tarikh (Sejarah).
ajaran-ajaran agam Islam, serta disiplin Meskipun masing-masing aspek tersebut
mental spiritual sebagaimana pengaruh dalam prakteknya saling terkait (mengisi
dari Timur Tengah, kepada pemahaman dan melengkapi), tetapi jika dilihat secara
tujuan, makna dan motivasi beragama teoritis masing-masing memiliki
Islam untuk mencapai tujuan karakteristik tersendiri, yaitu:
pembelajaran PAI. a. Aspek Al-Quran dan Hadits,
2) Perubahan dari cara berfikir tekstual, menekankan pada kemampuan baca tulis
normatif, dan absolut, kepada cara yang baik dan benar, memahami makna
berfikir historis, empiris, dan kontekstual secara tekstual dan kontekstual, serta
dalam memahami dan menjelaskan mengamalkan kandunganya dalam
ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama kehidupan sehari-hari.
Islam. b. Aspek Aqidah, menekankan pada
3) Perubahan dari tekanan pada produk atau memahami dan mempertahankan
hasil pemikiran keagamaan Islam dari keyakinan/keimanan yang benar serta
para pendahulunya kepada proses atau menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
metodologinya sehingga menghasilkan asma’ al-husna.
produk tersebut. c. Aspek Akhlak, menekankan pada
4) Perubahan dari pola pengembangan pembiasaan untuk melaksanakan akhlak
kurikulum PAI yang hanya terpuji dan menjauhi akhlak tercela
mengandalkan pada para pakar dalam dalam kehidupan sehari-hari.
memilih dan menyusun isi kurikulum d. Aspek Fiqh, menekankan pada
PAI, ke arah keterlibatan yang luas dari kemampuan cara melaksanakan ibadah
para pakar, guru, peserta didik, dan mu’amalah yang benar dan baik.
masyarakat untuk mengidentifikasi Aspek Tarikh/Sejarah Kebudayaan
tujuan PAI dan cara-cara mencapainya. Islam, menekankan pada kemampuan
Apapun bentuk pola pengembangannya mengambil ibrah (pelajaran/hikmah) dari
kurikulum PAI harus selalu dilakukan peristiwa-peristiwa bersejarah, meneladani
inovasi secara terus menerus guna tokoh-tokoh berprestasi, dan
merespon dan mengantisipasi mengaitkannya dengan fenomena sosial,
perkembangan dan tuntutan yang ada tanpa budaya, politik, ekonomi, iptek, dan lain-
harus menunggu pergantian pejabat lain untuk mengembangkan kebudayaan
(menteri). Apalagi saat ini masyarakat yang dan peradaban Islam (Muhaimin, 2009: 39).
berada dalam era global, berimplikasi pada Dalam tataran aplikasi di lapangan,
banyak masalah komplek yang menuntut aspek-aspek PAI tersebut bertujuan untuk
penanganan secara tepat, cepat dan akurat. membentuk anak didik yang meliputi :
Pengembangan kurikulum PAI a. Tarbiyah Jismiyah, yaitu segala rupa
hendaknya dapat memberikan solusi terbaik pendidikan yang wujudnya
bagi masyarakat yang sedang menghadapi menyuburkan dan menyehatkan tubuh
permasalahan tersebut dengan serta menegakkannya, supaya dapat
menginjeksikan nilai-nilai keislaman secara mengatasi kesukaran yang dihadapi
terstruktur sedini mungkin sebagai bekal dalam hidupnya.
dalam kehidupanya. b. Tarbiyah Aqliyah, yaitu segala rupa
pendidikan dan pelajaran yang akibatnya
2. Aspek Pendidikan Agama Islam mencerdaskan akal dan menajamkan
Pendidikan Agama Islam di sekolah akal.
bermuatan materi ajar yang terdiri dari c. Tarbiyah Adabiyah, yaitu segala rupa
beberapa aspek, yaitu: aspek Al-Quran praktek maupun teori yang wujudnya

196
Penguatan Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai Kurikulum Inti di Sekolah
Miftah Syarif

meningkatkan budi dan meninghkatkan lingkupnya, urutan dari bahan pelajaranya,


perangai (Dian Andayani & Abd Majid, serta metode dan teknik apa yang
2005). digunakan untuk mencapai kurikulum itu.
Dalam hal ini Pendidikan Agama PAI sebagai kurikulum inti
Islam bukan hanya pada aspek adabiyah diharapkan dapat memandu jalannya
yang berorientasi pada pembinaan budi pendidikan itu sesuai dengan karakteristik
pekerti (moral), namun juga komprehensif yang dimilikinya, yaitu :
pada sisi aqliyah yang membangun a. PAI berusaha untuk menjaga akidah
kemampuan akal dalam melihat dan peserta didik agar tetap kokoh dalam
memberi solusi dari berbagai persoalan di situasi dan kondisi apapun.
masyarakat. Serta juga pada aspek jismiyah b. PAI berusaha menjaga dan memelihara
yang membangun kemampuan fisik dalam ajaran dan nilai-nilai yang tertuang dan
berbagai keterampilan diri untuk siap terkandung dalam Al-Quran dan Hadits
berkompetensi pada ranah publik. serta otentitas keduanya sebagai sumber
utama ajaran Islam.
3. PAI Sebagai Kurikulum Inti c. PAI menonjolkan kesatuan iman, ilmu,
Kurikulum Inti sebagaimana dan amal dalam kehidupan keseharian.
didefinisikan oleh Caswell dalam Abdullah d. PAI berusaha membentuk dan
Idi (2011), adalah a continuous, careful mengembangkan kesalehan individu dan
planned series of experiences which are sekaligus kesalehan sosial.
based on significant personal and social e. PAI menjadi landasan moral dan etika
problem and which involve learning of dalam pengembangan iptek dan budaya
common concern to all youth (Abdullah Idi, serta aspek-aspek kehidupan lainnya.
2011: 275). (Terus-menerus, direncanakan f. Substansi PAI mengandung entitas-
dengan hati-hati dari serangkaian entitas yang bersifat rasional dan supra
pengalaman yang didasarkan pada masalah rasional.
pribadi dan sosial yang penting dan yang g. PAI berusaha menggali,
melibatkan belajar dari keprihatinan umum mengembangkan dan mengambil ibrah
untuk semua pemuda) dari sejarah dan kebudayaan/peradaban
Berdasarkan definisi di atas, ciri-ciri Islam.
kurikulum inti adalah: a) rangkaian h. Dalam beberapa hal, PAI mengandung
pengalaman yang saling berkaitan; b) pemahaman dan penafsiran yang
direncanakan secara terus menerus sebelum beragam, sehingga memerlukan sikap
dan selama dijalankan; c) berdasarkan pada terbuka dan toleran atau semangat
masalah; d) diperuntukkan bagi semua ukhuwah islamiyah (Muhaimin, 2005:
siswa. 123).
Kurikulum inti disusun dalam rangka Dari paparan tersebut, sebagai
mewujudkan tujuan pendidikan nasional kurikulum inti PAI mengandung pesan-
dengan memperhatikan tahap pesan pembelajaran yang berupaya
perkembangan siswa dan kesesuaiannya membangun inner force dalam bentuk
dengan lingkungan, kebutuhan kekokohan akidah (keimanan) dan
pembangunan nasional, perkembangan ilmu kedalaman spiritual, juga diperkuat dengan
pengetahuan dan teknologi, serta kesenian ilmu keagamaan Islam untuk
sesuai dengan jenis dan jenjang masing- diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh
masing satuan pendidikan. Kurikulum inti dalam kehidupan sehari-hari pada setiap
adalah isi dari pelajaran yang akan aspek kehidupannya.
diajarkan atau dipelajari oleh peserta didik. Pada gilirannya pengembangan
Dapat juga disebut rencana pengajaran, kurikulum PAI diharapkan mampu
bagaimana rencana itu dibuat ruang menciptakan ukhuwah islamiyah dalam arti

197
JURNAL PIGUR
Volum 02, Nomor 01, Maret 2017

luas, yakni persaudaraan yang bersifat sedangkan masalah dunia dianggap tidak
islami, bukan sekadar persaudaraan antar penting. Sehingga menekankan pada
umat Islam sebagaimana yang selama ini pendalaman al-ulum ad-diniyah, yang
dipahami, tetapi juga mampu membangun merupakan jalan pintas untuk menuju
persaudaraan antar sesama, serta mampu kebahagiaan akhirat, sementara sains
membentuk kesalehan pribadi sekaligus (ilmu umum) dianggap terpisah dari
kesalehan sosial. agama. Demikian pula pendekatan yang
dipergunakan lebih bersifat keagamaan
4. Model Pengembangan Kurikulum yang normatif, doktriner, dan absolutis.
PAI
Dalam sejarah pendidikan di b. Model Mekanisme
Indonesia, aspek-aspek pendidikan telah Model Mekanisme ini memandang
mengalami perubahan dan perbaikan. Hal kehidupan terdiri atas berbagai aspek,
ini disebabkan oleh kebijakan (policy) yang dan pendidikan dipandang sebagai
pernah diberlakukan dari satu penanaman dan pengembangan
pemerintahan ke pemerintahan yang lain. seperangkat nilai kehidupan, yang
Demikian juga, pendidikan Islam mendapat masing-masing bergerak dan berjalan
efek dari perubahan kebijakan tersebut. menurut fungsinya. Hal ini sebagaimana
Sehingga dalam kurikulum seperti yang sebuah mesin yang terdiri atas beberapa
telah dikemukakan di atas, mengalami komponen yang masing-masing
perubahan baik di masa orde lama, orde menjalankan fungsinya sendiri-sendiri,
baru, maupun reformasi. Maka corak model dan antara yang satu dengan yang lain,
pengembangan kurikulum PAI yang pernah bisa saling berkonsultasi.
berkembang adalah : Secara sederhana dapat dipahami
a. Model Dikhotomis bahwa aspek-aspek atau nilai-nilai itu
Pada model ini, aspek kehidupan sendiri terdiri atas nilai agama, nilai
dipandang dengan sangat sederhana dan individu, nilai sosial, nilai politik, nilai
kata kuncinya adalah dikhotomi ekonomi, nilai rasional, nilai estetika,
(terbelah dua). Segala sesuatu hanya dan lain-lain. Dengan demikian aspek
dilihat dari dua sisi yang berlawanan atau nilai agama merupakan salah satu
yakni pendidikan agama dan pendidikan aspek atau nilai kehidupan dari aspek-
non-agama. Pandangan dikhotomis aspek atau nilai-nilai kehidupan lainnya.
tersebut pada gilirannya dikembangkan Hubungan antara nilai agama dengan
dalam memandang kehidupan dunia dan nilai-nilai lainnya bersifat lateral-
akhirat, kehidupan jasmani dan rohani, sekuensial, yang berarti diantara masing-
sehingga pendidikan agama Islam hanya masing mata pelajaran tersebut
diletakkan pada aspek kehidupan akherat mempunyai relasi sederajat yang bisa
saja atau kehidupan rohani saja saling berkonsultasi.
(Muhaimin, 2005: 31). Seksi yang Model ini dapat dikembangkan pada
mengurusi masalah keagaman disebut sekolah umum sebagai upaya
seksi kerohanian. Dengan demikian pembentukan kepribadian yang religius.
pendidikan agama dihadapkan dengan Pada implikasinya di lapangan sangat
pendidikan umum/non-agama, tergantung pada kemauan dan
pendidikan keislaman dengan non- kemampuan dari para pemimpin sekolah,
keislaman, dan seterusnya. terutama dalam membangun hubungan
Pandangan dikhotomis ini kerja sama dengan mata pelajaran
mempunyai implikasi terhadap lainnya. Model ini dapat diaplikasikan
pengembangan pendidikan agama Islam melalui pengintegrasian imtaq dengan
yang lebih berorientasi pada keakhiratan, materi pembelajaran yakni dengan upaya

198
Penguatan Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai Kurikulum Inti di Sekolah
Miftah Syarif

mengintegrasikan konsep atau ajaran nilai-nilai insani yang mempunyai


agama ke dalam materi (teori, konsep) hubungan vertikal-linier dengan nilai-
yang sedang dipelajari oleh peserta didik nilai agama.
atau diajarkan oleh guru. Hal ini dapat Melalui upaya semacam ini, maka
dilakukan dengan beberapa cara yaitu: sistem pendidikan Islam diharapkan
1) Pengintegrasian filosofis, yakni bila dapat mengintegrasikan nilai-nilai ilmu
tujuan fungsional mata pelajaran pengetahuan, nilai-nilai agama dan etik,
umum sama dengan tujuan fungsional serta mampu melahirkan manusia yang
mata pelajaran agama. Misalnya, menguasai dan menerapkan ilmu
Islam mengajarkan perlunya hidup pengetahuan, teknologi dan seni,
sehat, sementara ilmu kesehatan juga memiliki kematangan profesional, dan
begitu. Demikian juga mata pelajaran sekaligus hidup di dalam nilai-nilai
matematika mengajarkan ketelitian agama.
dan keuletan, maka Islam juga
mengajarkan demikian. 5. Penguatan PAI di Sekolah.
2) Pengintegrasian dilakukan jika Pendidikan Agama Islam di sekolah
konsep agama saling mendukung pada dasarnya lebih diorientasikan pada
dengan konsep pengetahuan umum. tataran moral action, yakni agar peserta
Misalnya, Islam mengajarkan didik tidak hanya berhenti pada tataran
membela negara dan taat pada aturan kompetensi (competence), tetapi sampai
pemerintah, maka tata cara dan memiliki kemauan (will), dan kebiasaan
pelaksanaan diajarkan oleh mata (habit) dalam mewujudkan ajaran dan nilai-
pelajaran pendidikan nilai agama tersebut dalam kehidupan
kewarganegaraan. sehari-hari. Menurut Lickona dalam
Mustajab dan Muhaimin (2009), bahwa
c. Model Organism/Sistemik. untuk mendidik moral anak sampai pada
Meminjam istilah biologi, bahwa tataran moral action diperlukan tiga proses
organism dapat diartikan sebagai pembinaan secara berkelanjutan mulai dari
susunan yang bersistem dari berbagai proses moral knowing, moral feeling,
jasad hidup untuk suatu tujuan. Dalam hingga moral action.
konteks pendidikan Islam, model Revitalisasi PAI tidak akan dapat
organism bertolak dari pandangan bahwa dilakukan jika guru memandang kurikulum
aktifitas kependidikan merupakan suatu PAI yang ada secara sempit. Cara pandang
sistem yang terdiri atas komponen- demikian ini mengakibatkan pembelajaran
komponen bersama dan bekerja sama tidak dinamis, terlalu tekstual, dan kurang
secara terpadu menuju tujuan tertentu, memperhatikan kontekstual materi
yaitu perwujudan hidup yang relijius pembelajaran dalam kurikulum. Sehingga
atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai perlu pemahaman secara utuh tentang
agama. konsep kurikulum. Menurut Said Hamid
Pandangan semacam ini Hasan setidaknya ada empat dimensi
menggarisbawahi pentingnya kerangka kurikulum, yaitu : a) kurikulum sebagai ide
pemikiran yang dibangun dari atau konsep, b) kurikulum sebagai rencana
fundamental doctrines dan fundamental tertulis, c) kurikulum sebagai suatu kegiatan
value yang tertuang dan terkandung atau proses, dan d) kurikulum sebagai hasil
dalam Al-Quran dan Hadits sebagai belajar (Suyanto & Djihan Hisyam, 2000:
sumber pokok. Ajaran dan nilai 54).
didudukkan sebagai sumber konsultasi Dalam pelaksanaanya di lapangan,
yang bijak, sementara aspek-aspek diakui PAI mengalami banyak tantangan,
kehidupan lainnya didudukkan sebagai diantaranya minimnya jam pelajaran yang

199
JURNAL PIGUR
Volum 02, Nomor 01, Maret 2017

dialokasikan. Dalam waktu yang singkat Dalam tataran praktis kurikulum PAI
itu, guru harus menyampaikan materi yang sebagai hasil belajar dan pengalaman
cukup padat kepada peserta didik. Maka belajar harus selalu dikembangkan dan
diperlukan suatu pendekatan yang efektif diperbaharui sesuai dengan zamannya.
agar materi PAI dapat disampaikan secara Sehingga pembelajaran PAI bukan sekedar
bermakna, sehingga dapat mengoptimalkan kurikulum tertulis yang hanya disampaikan
sedikitnya jam mata pelajaran di sekolah. sebagai pengetahuan (kognitif) saja. Tetapi
Dalam hal ini ada beberapa pendekatan kurikulum PAI mampu memberikan nilai
yang dapat dijadikan acuan, yakni: dan membekali peserta didik dengan
a. Pendekatan keimanan, yaitu memberikan pemahaman, perilaku, sikap dan kebiasaan
peluang kepada peserta didik untuk berbuat baik, dari materi yang ada.
mengembangkan pemahaman adanya Dalam menghadapi tantangan global,
Tuhan sebagai sumber kehidupan materi PAI tidak hanya membahas
makhluk di alam ini. persoalan keagamaan secara sempit, namun
b. Pendekatan pengamalan, yaitu juga menyentuh wilayah sosial. Maka
memberikan kesempatan kepada peserta diperlukan adanya penguatan pendidikan
didik untuk mempraktekkan dan agama Islam melalui inovasi materi PAI
merasakan hasil-hasil pengamalan yang berwawasan kontekstual. Paling tidak
ibadah dan akhlak dalam menghadapi terdapat empat orientasi wawasan PAI yang
tugas-tugas dan masalah dalam relevan, yaitu :
kehidupan. Pertama : PAI berwawasan
c. Pendekatan pembiasaan, yaitu kebangsaan.
memberikan kesempatan kepada peserta Kedua : PAI berwawasan
didik untuk membiasakan sikap dan demokrasi.
perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam Ketiga : PAI berwawasan HAM.
dan budaya bangsa dalam menghadapi Keempat : PAI berwawasan pluralis
masalah kehidupan. (Abdurrahman Assegaf,2005
d. Pendekatan rasional, yaitu memberikan dan Mustajab, tt.: 320)
peran pada akal peserta didik dalam Dalam jangka panjang keempat
memahami dan membedakan berbagai wawasan PAI tersebut diharapkan mampu
bahan ajar dalam standar materi serta memberikan kontribusi nyata dalam
kaitannya dengan perilaku yang baik dan mengurangi problematika moral, sosial,
buruk dalam kehidupan. ekonomi, dan politik bangsa Indonesia.
e. Pendekatan emosional, yaitu upaya Dalam pelaksanaan di lapangan materi PAI
menggugah perasaan peserta didik dalam jangan hanya disampaikan terkait dengan
menghayati perilaku yang sesuai dengan aspek kognitif saja, tetapi harus terwujud
ajaran agama dan budaya bangsa. dalam psikomorik dan afektif peserta didik,
f. Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan melalui keteladanan atau peragaan hidup
bentuk semua standar materi (Al-Quran, secara riil dan terus menerus serta
Hadits, Keimanan, Akhlak, Fiqh, dan penciptaan suasana yang religius.
Tarikh) dari segi manfaatnya bagi
peserta didik dalam kehidupan sehari- KESIMPULAN
hari dalam arti yang luas. Pengembangan dan inovasi
g. Pendekatan keteladanan, yaitu kurikulum PAI harus diarahkan kepada
menjadikan figur guru agama dan guru integrasi dan singkronisasi ilmu
mata pelajaran lain serta semua pihak pengetahuan. Menghindarkan pemahaman
sekolah sebagai cermin manusia yang dikhotomis antara pendidikan agama dan
berkepribadian (Dian Andayani & Abd umum/non-agama. PAI yang berwawasan
Majid, 2005). kontekstual dan sinergis dengan mata

200
Penguatan Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai Kurikulum Inti di Sekolah
Miftah Syarif

pelajaran lain di sekolah, akan DAFTAR PUSTAKA


menempatkan PAI sebagai muatan inti di Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum
dalam kurikulum sekolah. Hal itu berarti Teori dan Praktek, Jogjakarta : Ar-
juga PAI menjadi salah satu tonggak Ruzz Media, 2011.
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan Abdurrahman Assegaf, Politik Pendidikan
nasional. Nasional, Yogyakarta : Kurnia
Pendidikan Agama Islam adalah Kalam, 2005.
pendidikan yang kompleks dan Arifin, Pendidikan Islam Dalam Arus
komprehensif menyentuh keseluruhan Dinamika Masyarakat, Jakarta :
ranah pendidikan. Rahmatan lil’alamien. Golden Pers, 1991.
PAI tidak saja menyampaikan materi Azyumardi Azra, Paradigma Baru
pengetahuan agama saja kepada peserta Pendidikan Nasional: Rekonstruksi
didik, akan tetapi juga membimbing peserta dan Demokratisasi, Jakarta : Kompas,
didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai- 2002.
nilai yang diajarkan agama yang Dian Andayani & Abd Majid, Pendidikan
mengedepankan akhlakul karimah atau budi Agama Islam Berbasis Kompetensi,
pekerti luhur sebagai perilaku dasar yang Bandung : Remaja Rosda Karya,
harus dimilki oleh semua peserta didik. 2005.
Posisi PAI diantara mata pelajaran Imam Machali, Kebijakan Perubahan
lain di sekolah adalah sebagai inti atau Kurikulum 2013 Menyongsong
“core” dalam kurikulum pendidikan Indonesia Emas 20145, Jurnal
nasional. Oleh karena itu dalam prakteknya Pendidikan Islam, Vo. III, No. 1, Juni
di lapangan harus memberikan proses 2014.
keterbukaan pemahaman dan penerapan, Ismail, dkk (editor), Paradigma Pendidikan
sehingga melahirkan sikap dan perilaku Islam, Semarang : FT. IAIN
yang inklusif dan diposisikan setara dengan Walisongo, 2001.
mata pelajaran lain atau bahkan Mustajab, Inovasi Pembelajaran Berbasis
diprioritaskan. Untuk itu menempatkan Karakter Dalam Menghadapi MEA,
mata pelajaran PAI sebagai mata pelajaran Prosiding Seminar Nasional Inovasi
inti “core” di dalam kurikulum sekolah Pendidikan, 2014.
merupakan suatu kebutuhan dan keharusan. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum
Ini merupakan suatu upaya cerdas bentuk Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
penguatan PAI di dalam kurikulum sekolah. Madrasah, dan Perguruan Tinggi,
Sehingga PAI meliputi seluruh aspek mata Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005.
pelajaran yang terintegrasi di dalam --------------, Rekonstruksi Pendidikan
pengetahuan, perilaku, sikap, dan interaksi Islam, Jakarta : Rajawali Press, 2009.
sosial. --------------, Wacana Pengembangan
PAI lebih diorientasikan pada tataran Pendidikan Islam, Surabaya : Pustaka
moral action, yakni agar peserta didik tidak Pelajar, 2004.
hanya berhenti pada tataran kompetensi Ramayulis & Samsul Nizar, Filsafat
(competence) , tetapi sampai memiliki Pendidikan Islam; Telaah Sistem
kemauan (will), dan kebiasaan (habit), Pendidikan dan Pemikiran Para
dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai Tokohnya, Jakarta : Kalam Mulia,
agama Islam tersebut dalam kehidupan 2009.
sehari-hari. Wallahu a’alam bi as-showab. Suyanto & Djihan Hisyam, Refleksi dan
Reformasi Pendidikan di Indonesia
Memasuki Milenium III, Yogyakarta :
Adicita, 2000.

201
JURNAL PIGUR
Volum 02, Nomor 01, Maret 2017

UU. SISDIKNAS No. 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bandung : Citra Umbara, 2003.

202

You might also like