Professional Documents
Culture Documents
5451 10895 1 SM
5451 10895 1 SM
Miftah Syarif
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau
miftah_syarif@fis.uir.ac.id
Abstract
Islamic Religious Education is a complex and comprehensive education touches the whole
area of education. Rahmatan Lil’alamien. Islamic Religious Education does not just take the
discourse on religious knowladge course material to students, but also to guide students to
behave in accordance with the values taught by religion that promotes akhlakul karimah or
noble character as the basic behaviour that should be owned by the learner. The position of
Isla,mic religious education among other subjects at school is as the core in the nationa
education curriculum. Therefore in practice in the field should be about [roviding
transparency understanding and application process, thus giving birth to attitudes and
behaviors that are inclusive and positioned equivalent to other subbjects or even prioritized.
For it puts the subjects os islamic religious education as a core subject in the school
curriculum is a need and a necessity. This is an intelligent effort to strengthen forms of
islamic religious education in the school curruculum. So, Islamic religious education covers
all aspects of integrated subjects in knowladge, attitudes, behaviour, and social interaction.
Islamic religious education is more oriented to the moral level of action, namely that learners
do not just stop at the level of competence, but to have the will, and habit, in realizing the
teachings and values of the islamic religion in everyday life.
Key words: Core curriculum, Islamic Religious Education.
Abstrak
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang kompleks dan komprehensif menyentuh
keseluruhan ranah pendidikan. Rahmatan lil’alamien. PAI tidak saja menyampaikan materi
pengetahuan agama saja kepada peserta didik, akan tetapi juga membimbing peserta didik
untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan agama yang mengedepankan
akhlakul karimah atau budi pekerti luhur sebagai perilaku dasar yang harus dimilki oleh
semua peserta didik. Posisi PAI diantara mata pelajaran lain di sekolah adalah sebagai inti
atau “core” dalam kurikulum pendidikan nasional. Oleh karena itu dalam prakteknya di
lapangan harus memberikan proses keterbukaan pemahaman dan penerapan, sehingga
melahirkan sikap dan perilaku yang inklusif dan diposisikan setara dengan mata pelajaran lain
atau bahkan diprioritaskan. Untuk itu menempatkan mata pelajaran PAI sebagai mata
pelajaran inti “core” di dalam kurikulum sekolah merupakan suatu kebutuhan dan keharusan.
Ini merupakan suatu upaya cerdas bentuk penguatan PAI di dalam kurikulum sekolah.
Sehingga PAI meliputi seluruh aspek mata pelajaran yang terintegrasi di dalam pengetahuan,
perilaku, sikap, dan interaksi sosial. PAI lebih diorientasikan pada tataran moral action, yakni
agar peserta didik tidak hanya berhenti pada tataran kompetensi (competence), tetapi sampai
memiliki kemauan (will), dan kebiasaan (habit), dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai
agama Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci: Kurikulum inti, Pendidikan Agama Islam.
194
Penguatan Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai Kurikulum Inti di Sekolah
Miftah Syarif
yang sangat sederhana, lalu masa dipengaruhi oleh faktor politis daripada
kemerdekaan yang terus menerus filosofis-pedagogis; kedua, pengembangan
disempurnakan yaitu pada tahun 1947, kurikulum PAI masih bersifat parsial;
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, ketiga, pengembangan kurikulum PAI
2006, dan tahun 2013 (Imam Machali, lebih berorientasi pada pencapaian target
2014: 72). materi (materi oriented) daripada
Berbagai kebijakan perubahan kemampuan dasar dalam melakukan
kurikulum tersebut didasarkan pada hasil perbuatan dan memecahkan problem
analisis, evaluasi, prediksi dan berbagai keagamaan siswa; keempat, pembelajaran
tantangan yang dihadapi baik internal PAI lebih cenderung pada pengembangan
maupun eksternal yang terus berubah. aspek kognitif, sehingga tidak dapat
Dalam konteks ini kurikulum sebagai mengembangkan kepribadian siswa secara
produk kebijakan bersifat dinamis, integratif, bahkan PAI lebih cenderung
kontekstual, dan relatif. Dinamis sebab berfungsi sebagai penyekolahan
terus berkembang dan disesuaikan dengan (schooling), sedangkan sebagai fungsi
perkembangan zaman serta terbuka pendidikan (education) nilai dan ajaran
terhadap kritik. Kontekstual karena sangat Islam masih kurang efektif (Mustajab, tt.:
dibutuhkan dan didasarkan pada konteks 314).
zamannya. Relatif sebab kebijakan Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
kurikulum yang dihasilkan dipandang bagus perlu adanya pemikiran pendidikan Islam
atau sempurnya pada zamannya, dan akan yang difokuskan pada kajian
menjadi tidak relevan pada zaman-zaman pengembangan dan inovasi kurikulum,
berikutnya. Oleh karenanya prinsip dasar khususnya dalam penguatan Pendidikan
dalam kebijakan kurikulum adalah Agama Islam (PAI) sebagai kurikulum inti
perubahan yang dilakukan terus menerus. di sekolah.
Kebijakan perubahan kurikulum
merupakan ikhtiar dan wujud dari prinsip ISI
dasar kurikulum change and continuity 1. Pengembangan Kurikulum PAI
yang merupakan hasil dari kajian, evaluasi, Pengembangan kurikulum PAI dapat
kritik, respon, prediksi, dan berbagai dipahami dengan pengertian yang luas
tantangan yang dihadapi. Demikian juga yaitu:
halnya dengan kurikulum Pendidikan a. Kegiatan menghasilkan kurikulum PAI.
Agama Islam yang menjadi acuan utama b. Proses yang mengaitkan satu komponen
dalam pengembangan lembaga-lembaga dengan yang lainnya untuk
pendidikan Islam, sudah seharusnya menghasilkan kurikulum PAI yang lebih
mengikuti alur perubahan yang terus baik.
menerus dan mengikuti perkembangan c. Kegiatan penyusunan (desain),
zaman. Disamping itu pengembangan pelaksanaan, penilaian dan
kurikulum PAI memerlukan landasan yang penyempurnaan kurikulum PAI
jelas dan kokoh, sehingga tidak mudah (Muhaimin, 2005: 10).
terombang-ambing oleh arus transformasi Dalam realitas sejarahnya,
dan inovasi pendidikan dan pembelajaran pengembangan kurikulum PAI tersebut
yang begitu dahsyat sebagaimana terjadi ternyata mengalami perubahan-perubahan
pada saat ini. paradigma, walaupun dalam beberapa hal
Kemunduran Pendidikan Islam di tertentu paradigma sebelumnya masih tetap
Indonesia akhir-akhir ini oleh sebagian dipertahankan hingga sekarang. Hal ini
orang diasumsikan sebagai akibat dari tidak dapat dicermati dari fenomena-fenomena
tegasnya kurikulum PAI, yaitu: pertama, sebagai berikut :
pengembangan kurikulum lebih banyak
195
JURNAL PIGUR
Volum 02, Nomor 01, Maret 2017
1) Perubahan dari tekanan pada hafalan dan Hadits, Keimanan/Aqidah, Akhlak, Fiqh
daya ingatan tentang teks-teks dari (Hukum Islam), dan Tarikh (Sejarah).
ajaran-ajaran agam Islam, serta disiplin Meskipun masing-masing aspek tersebut
mental spiritual sebagaimana pengaruh dalam prakteknya saling terkait (mengisi
dari Timur Tengah, kepada pemahaman dan melengkapi), tetapi jika dilihat secara
tujuan, makna dan motivasi beragama teoritis masing-masing memiliki
Islam untuk mencapai tujuan karakteristik tersendiri, yaitu:
pembelajaran PAI. a. Aspek Al-Quran dan Hadits,
2) Perubahan dari cara berfikir tekstual, menekankan pada kemampuan baca tulis
normatif, dan absolut, kepada cara yang baik dan benar, memahami makna
berfikir historis, empiris, dan kontekstual secara tekstual dan kontekstual, serta
dalam memahami dan menjelaskan mengamalkan kandunganya dalam
ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama kehidupan sehari-hari.
Islam. b. Aspek Aqidah, menekankan pada
3) Perubahan dari tekanan pada produk atau memahami dan mempertahankan
hasil pemikiran keagamaan Islam dari keyakinan/keimanan yang benar serta
para pendahulunya kepada proses atau menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
metodologinya sehingga menghasilkan asma’ al-husna.
produk tersebut. c. Aspek Akhlak, menekankan pada
4) Perubahan dari pola pengembangan pembiasaan untuk melaksanakan akhlak
kurikulum PAI yang hanya terpuji dan menjauhi akhlak tercela
mengandalkan pada para pakar dalam dalam kehidupan sehari-hari.
memilih dan menyusun isi kurikulum d. Aspek Fiqh, menekankan pada
PAI, ke arah keterlibatan yang luas dari kemampuan cara melaksanakan ibadah
para pakar, guru, peserta didik, dan mu’amalah yang benar dan baik.
masyarakat untuk mengidentifikasi Aspek Tarikh/Sejarah Kebudayaan
tujuan PAI dan cara-cara mencapainya. Islam, menekankan pada kemampuan
Apapun bentuk pola pengembangannya mengambil ibrah (pelajaran/hikmah) dari
kurikulum PAI harus selalu dilakukan peristiwa-peristiwa bersejarah, meneladani
inovasi secara terus menerus guna tokoh-tokoh berprestasi, dan
merespon dan mengantisipasi mengaitkannya dengan fenomena sosial,
perkembangan dan tuntutan yang ada tanpa budaya, politik, ekonomi, iptek, dan lain-
harus menunggu pergantian pejabat lain untuk mengembangkan kebudayaan
(menteri). Apalagi saat ini masyarakat yang dan peradaban Islam (Muhaimin, 2009: 39).
berada dalam era global, berimplikasi pada Dalam tataran aplikasi di lapangan,
banyak masalah komplek yang menuntut aspek-aspek PAI tersebut bertujuan untuk
penanganan secara tepat, cepat dan akurat. membentuk anak didik yang meliputi :
Pengembangan kurikulum PAI a. Tarbiyah Jismiyah, yaitu segala rupa
hendaknya dapat memberikan solusi terbaik pendidikan yang wujudnya
bagi masyarakat yang sedang menghadapi menyuburkan dan menyehatkan tubuh
permasalahan tersebut dengan serta menegakkannya, supaya dapat
menginjeksikan nilai-nilai keislaman secara mengatasi kesukaran yang dihadapi
terstruktur sedini mungkin sebagai bekal dalam hidupnya.
dalam kehidupanya. b. Tarbiyah Aqliyah, yaitu segala rupa
pendidikan dan pelajaran yang akibatnya
2. Aspek Pendidikan Agama Islam mencerdaskan akal dan menajamkan
Pendidikan Agama Islam di sekolah akal.
bermuatan materi ajar yang terdiri dari c. Tarbiyah Adabiyah, yaitu segala rupa
beberapa aspek, yaitu: aspek Al-Quran praktek maupun teori yang wujudnya
196
Penguatan Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai Kurikulum Inti di Sekolah
Miftah Syarif
197
JURNAL PIGUR
Volum 02, Nomor 01, Maret 2017
luas, yakni persaudaraan yang bersifat sedangkan masalah dunia dianggap tidak
islami, bukan sekadar persaudaraan antar penting. Sehingga menekankan pada
umat Islam sebagaimana yang selama ini pendalaman al-ulum ad-diniyah, yang
dipahami, tetapi juga mampu membangun merupakan jalan pintas untuk menuju
persaudaraan antar sesama, serta mampu kebahagiaan akhirat, sementara sains
membentuk kesalehan pribadi sekaligus (ilmu umum) dianggap terpisah dari
kesalehan sosial. agama. Demikian pula pendekatan yang
dipergunakan lebih bersifat keagamaan
4. Model Pengembangan Kurikulum yang normatif, doktriner, dan absolutis.
PAI
Dalam sejarah pendidikan di b. Model Mekanisme
Indonesia, aspek-aspek pendidikan telah Model Mekanisme ini memandang
mengalami perubahan dan perbaikan. Hal kehidupan terdiri atas berbagai aspek,
ini disebabkan oleh kebijakan (policy) yang dan pendidikan dipandang sebagai
pernah diberlakukan dari satu penanaman dan pengembangan
pemerintahan ke pemerintahan yang lain. seperangkat nilai kehidupan, yang
Demikian juga, pendidikan Islam mendapat masing-masing bergerak dan berjalan
efek dari perubahan kebijakan tersebut. menurut fungsinya. Hal ini sebagaimana
Sehingga dalam kurikulum seperti yang sebuah mesin yang terdiri atas beberapa
telah dikemukakan di atas, mengalami komponen yang masing-masing
perubahan baik di masa orde lama, orde menjalankan fungsinya sendiri-sendiri,
baru, maupun reformasi. Maka corak model dan antara yang satu dengan yang lain,
pengembangan kurikulum PAI yang pernah bisa saling berkonsultasi.
berkembang adalah : Secara sederhana dapat dipahami
a. Model Dikhotomis bahwa aspek-aspek atau nilai-nilai itu
Pada model ini, aspek kehidupan sendiri terdiri atas nilai agama, nilai
dipandang dengan sangat sederhana dan individu, nilai sosial, nilai politik, nilai
kata kuncinya adalah dikhotomi ekonomi, nilai rasional, nilai estetika,
(terbelah dua). Segala sesuatu hanya dan lain-lain. Dengan demikian aspek
dilihat dari dua sisi yang berlawanan atau nilai agama merupakan salah satu
yakni pendidikan agama dan pendidikan aspek atau nilai kehidupan dari aspek-
non-agama. Pandangan dikhotomis aspek atau nilai-nilai kehidupan lainnya.
tersebut pada gilirannya dikembangkan Hubungan antara nilai agama dengan
dalam memandang kehidupan dunia dan nilai-nilai lainnya bersifat lateral-
akhirat, kehidupan jasmani dan rohani, sekuensial, yang berarti diantara masing-
sehingga pendidikan agama Islam hanya masing mata pelajaran tersebut
diletakkan pada aspek kehidupan akherat mempunyai relasi sederajat yang bisa
saja atau kehidupan rohani saja saling berkonsultasi.
(Muhaimin, 2005: 31). Seksi yang Model ini dapat dikembangkan pada
mengurusi masalah keagaman disebut sekolah umum sebagai upaya
seksi kerohanian. Dengan demikian pembentukan kepribadian yang religius.
pendidikan agama dihadapkan dengan Pada implikasinya di lapangan sangat
pendidikan umum/non-agama, tergantung pada kemauan dan
pendidikan keislaman dengan non- kemampuan dari para pemimpin sekolah,
keislaman, dan seterusnya. terutama dalam membangun hubungan
Pandangan dikhotomis ini kerja sama dengan mata pelajaran
mempunyai implikasi terhadap lainnya. Model ini dapat diaplikasikan
pengembangan pendidikan agama Islam melalui pengintegrasian imtaq dengan
yang lebih berorientasi pada keakhiratan, materi pembelajaran yakni dengan upaya
198
Penguatan Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai Kurikulum Inti di Sekolah
Miftah Syarif
199
JURNAL PIGUR
Volum 02, Nomor 01, Maret 2017
dialokasikan. Dalam waktu yang singkat Dalam tataran praktis kurikulum PAI
itu, guru harus menyampaikan materi yang sebagai hasil belajar dan pengalaman
cukup padat kepada peserta didik. Maka belajar harus selalu dikembangkan dan
diperlukan suatu pendekatan yang efektif diperbaharui sesuai dengan zamannya.
agar materi PAI dapat disampaikan secara Sehingga pembelajaran PAI bukan sekedar
bermakna, sehingga dapat mengoptimalkan kurikulum tertulis yang hanya disampaikan
sedikitnya jam mata pelajaran di sekolah. sebagai pengetahuan (kognitif) saja. Tetapi
Dalam hal ini ada beberapa pendekatan kurikulum PAI mampu memberikan nilai
yang dapat dijadikan acuan, yakni: dan membekali peserta didik dengan
a. Pendekatan keimanan, yaitu memberikan pemahaman, perilaku, sikap dan kebiasaan
peluang kepada peserta didik untuk berbuat baik, dari materi yang ada.
mengembangkan pemahaman adanya Dalam menghadapi tantangan global,
Tuhan sebagai sumber kehidupan materi PAI tidak hanya membahas
makhluk di alam ini. persoalan keagamaan secara sempit, namun
b. Pendekatan pengamalan, yaitu juga menyentuh wilayah sosial. Maka
memberikan kesempatan kepada peserta diperlukan adanya penguatan pendidikan
didik untuk mempraktekkan dan agama Islam melalui inovasi materi PAI
merasakan hasil-hasil pengamalan yang berwawasan kontekstual. Paling tidak
ibadah dan akhlak dalam menghadapi terdapat empat orientasi wawasan PAI yang
tugas-tugas dan masalah dalam relevan, yaitu :
kehidupan. Pertama : PAI berwawasan
c. Pendekatan pembiasaan, yaitu kebangsaan.
memberikan kesempatan kepada peserta Kedua : PAI berwawasan
didik untuk membiasakan sikap dan demokrasi.
perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam Ketiga : PAI berwawasan HAM.
dan budaya bangsa dalam menghadapi Keempat : PAI berwawasan pluralis
masalah kehidupan. (Abdurrahman Assegaf,2005
d. Pendekatan rasional, yaitu memberikan dan Mustajab, tt.: 320)
peran pada akal peserta didik dalam Dalam jangka panjang keempat
memahami dan membedakan berbagai wawasan PAI tersebut diharapkan mampu
bahan ajar dalam standar materi serta memberikan kontribusi nyata dalam
kaitannya dengan perilaku yang baik dan mengurangi problematika moral, sosial,
buruk dalam kehidupan. ekonomi, dan politik bangsa Indonesia.
e. Pendekatan emosional, yaitu upaya Dalam pelaksanaan di lapangan materi PAI
menggugah perasaan peserta didik dalam jangan hanya disampaikan terkait dengan
menghayati perilaku yang sesuai dengan aspek kognitif saja, tetapi harus terwujud
ajaran agama dan budaya bangsa. dalam psikomorik dan afektif peserta didik,
f. Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan melalui keteladanan atau peragaan hidup
bentuk semua standar materi (Al-Quran, secara riil dan terus menerus serta
Hadits, Keimanan, Akhlak, Fiqh, dan penciptaan suasana yang religius.
Tarikh) dari segi manfaatnya bagi
peserta didik dalam kehidupan sehari- KESIMPULAN
hari dalam arti yang luas. Pengembangan dan inovasi
g. Pendekatan keteladanan, yaitu kurikulum PAI harus diarahkan kepada
menjadikan figur guru agama dan guru integrasi dan singkronisasi ilmu
mata pelajaran lain serta semua pihak pengetahuan. Menghindarkan pemahaman
sekolah sebagai cermin manusia yang dikhotomis antara pendidikan agama dan
berkepribadian (Dian Andayani & Abd umum/non-agama. PAI yang berwawasan
Majid, 2005). kontekstual dan sinergis dengan mata
200
Penguatan Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai Kurikulum Inti di Sekolah
Miftah Syarif
201
JURNAL PIGUR
Volum 02, Nomor 01, Maret 2017
202