Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

IDENTITAS JURNAL

Nama Jurnal Jurnal Kesehatan Tadulako

Penerbit Universitas Tadulako

Sinta Sinta 4

KOMPONEN ARTIKEL JURNAL


Judul Jurnal FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PENYAKIT MALARIA DI DESA BOBALO KECAMATAN PALASA
KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2013

Nama Penulis 1. Ari Krisna


2. Sudirman
Volume,Issue / Vol: 1 No1, halaman: 16-28
Nomer,
Halaman
Bulan Terbit Januari
Abstrak Abstrak ini dapat diklasifikasikan sebagai ringkasan informasi. Abstrak
ini memberikan informasi latar belakang (malaria adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles), keadaan geografis di Indonesia
dan Provinsi Sulawesi Tengah, dan tujuan penelitian (“Faktor”) yang
berhubungan dengan kejadian tersebut. penyakit malaria di desa Bobalo
distrik keraton kabupaten Parigi Moutong).
Ringkasan ini juga menjelaskan jenis penelitian yang digunakan
(observasi analitik dengan metodologi cross-sectional), ukuran sampel,
teknik pengambilan sampel, dan temuan utama penelitian. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sejumlah
faktor seperti kebiasaan keluar rumah, keberadaan lahan basah,
penggunaan kelambu, dan jenis pekerjaan dengan kejadian penyakit
malaria.
Lebih lanjut, laporan singkat ini menyoroti perlunya upaya promosi dan
pencegahan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pencegahan malaria. Hal ini menjelaskan implikasi hasil penelitian dan
pentingnya tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi jumlah
kasus malaria di wilayah tersebut.
Selain itu, ringkasan ini memberikan informasi numerik (nilai ρ) untuk
setiap faktor yang mempunyai hubungan dengan kejadian malaria,
yang menunjukkan bahwa hubungan ini
Kata Kunci Malaria, Desa Bobalo

Pendahuluan Pendahuluan , malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


parasit (protozoa )dari genus plasmadium yang dapat ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles betina .penyebab malaria di dunia sangat
luas yakni antara garis bujur 64°
Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia terutama di bagian
yang beriklim tropis dan subtropis.
Sampai tahun 2010 ada sekitar 80% kabupaten / kota termasuk ke
kategori endemis malaria di Indonesia dan sekitar 45% penduduk
bertempat tinggal di daerah yang beresiko malaria .Kecamatan palasa
kabupaten Parigi Moutong tahun 2011, jumlah kasus malaria di desa
bobalo sebanyak 6 kasus positif malaria pada tahun 2012 mengalami
peningkatan yang signifikan.
Metode / Jenis penelitian yang digunakan adalah
Metodologi penelitian Analitik dengan pendekatan
Cross sectional Studi. Penelitian crosssectional merupakan desain
penelitian
yang mempelajari hubungan penyakit
(outcome) dan pajanan (exposure) dengan
cara mengamati status pajanan dan
penyakit serentak pada populasi tunggal,
pada suatu waktu periode.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik purposive sampling, besarnya
sampel yang telah memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi sebanyak 69 orang.
Olahan data ini dilakukan dengan cara
editing, coding, entry dan tabulating,
dengan penggunaan software SPSS versi
17. Waktu pelaksanaan penelitian ini
dilakukan pada bulan April 2013. Tempat
penelitian ini diadakan di Desa Bobalo
Kecamatan Palasa Kabupaten Parigi Moutong.

Hasill Hasil .
Data pada tabel 1 menunjukan distribusi responden terbanyak menurut
jenis kelamin terbanyak pada wanita adalah sebanyak 48 orang atau
58%.

Data pada table 2 di atas menunjukkan


bahwa distribusi responden menurut
golongan umur terbanyak adalah pada
golongan umur 22-26 tahun yaitu
sebanyak 15 orang atau 21,7% sedangkan
yang terendah pada golongan umur ≥ 52
tahun sebanyak 2 orang atau 2,9%.

Data pada tabel 3 di atas menunjukkan


bahwa distribusi responden menurut
tingkat pendidikan terbanyak adalah pada
tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD)
yaitu sebanyak 26 orang atau 37,7%
sedangkan yang terendah pada tingkat
pendidikan tidak sekolah yaitu 1 orang
atau 1,4%

Data pada tabel 4 di atas menunjukkan


bahwa distribusi responden menurut jenis
pekerjaan terbanyak adalah jenis
pekerjaan petani yaitu sebanyak 38 orang
atau 55,1% sedangkan yang terendah pada
jenis pekerjaan buruh dan perawat yaitu
masing-masing 1 orang atau 1,4%

Data pada tabel 5 di atas menunjukkan


bahwa responden yang menderita malaria
lebih banyak yang memiliki kebiasaan
keluar rumah pada malam hari yaitu
sebanyak 28 orang atau 65,1% dibanding
yang tidak memiliki kebiasaan keluar
rumah pada malam hari yaitu 5 orang atau
19,2%. Sedangkan responden yang tidak
menderita Malaria lebih banyak yang
tidak memiliki kebiasaan yaitu sebanyak
21 orang atau 80,8% dibanding dengan
yang memiliki kebiasaan yaitu 15 orang
34,9%.

Data pada tabel 6 di atas menunjukkan


bahwa responden yang menderita malaria
lebih banyak yang memiliki daerah rawa
yaitu sebanyak 22 orang atau 78,6%
dibanding yang tidak memiliki daerah
rawa yaitu 11 orang atau 26,8%.
Sedangkan responden yang tidak
menderita malaria lebih banyak yang tidak
memiliki daerah rawa yaitu sebanyak 30
orang atau 73,2% dibanding dengan yang
memiliki daerah rawa yaitu 6 orang
21,4%
Data pada tabel 7 di atas menunjukkan
bahwa responden yang menderita malaria
lebih banyak yang tidak menggunakan
kelambu yaitu sebanyak 25 orang atau
89,3% dibanding yang menggunakan
kelambu yaitu 8 orang atau 19,5%.
Sedangkan responden yang tidak
menderita malaria lebih banyak yang
menggunakan kelambu yaitu sebanyak 33
orang atau 80,5% dibanding dengan yang
tidak menggunakan kelambu yaitu 3 orang
10,7%
Data pada

tabel 8 di atas menunjukkan


bahwa responden yang menderita malaria
lebih banyak yang memiliki pekerjaan
berisiko yaitu sebanyak 23 orang atau
60,5% dibanding yang memiliki pekerjaan
tidak berisiko yaitu 10 orang atau 32,3%.
Sedangkan responden yang tidak
menderita malaria lebih banyak yang
memiliki pekerjaan tidak berisiko yaitu
sebanyak 20 orang atau 67,7% dibanding
dengan yang memiliki pekerjaan berisiko
yaitu 16 orang 39,5%
Pembahasa Hubungan Kebiasaan Keluar Rumah pada
Malam Hari dengan Kejadian Penyakit
Malaria.
Sosial budaya (Culture) berpengaruh
terhadap kejadian malaria seperti:
kebiasaan keluar rumah sampai larut
malam, dimana vektor dari penyakit
malaria bersifat eksofilik (nyamuk lebih
suka hinggap atau istirahat di luar rumah)
dan eksofagik (nyamuk lebih suka
menggigit di luar rumah) yang akan
mempermudah kontak dengan nyamuk.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara kebiasaan keluar rumah pada
malam hari dengan kejadian penyakit
malaria dengan nilai  = 0,001 atau nilai
 ≤ 0,05. Ini berarti kebiasaan untuk
keluar rumah pada malam hari lebih
berisiko untuk menderita penyakit malaria
dibanding dengan yang tidak memiliki
kebiasaan keluar rumah pada malam hari.
Berdasarkan hasil yang peneliti dapatkan
di daerah penelitian tersebut menunjukkan
bahwa dari 69 orang yang di wawancarai,
masih terdapat 28 orang yang tidak
Menggunakan kelambu pada saat tidur.
Dari 28 warga yang tidak menggunakan
kelambu, sebagian besar menderita
Malaria yaitu sebanyak 25 orang atau
89,3% dan yang tidak menderita sebanyak
3 orang atau 10,7%
Warga Desa Bobalo rata-rata telah
memiliki kelambu yang dibagikan secara
gratis oleh Pemerintah Dinas Kesehatan
melalui Puskesmas yang ada di masingmasing kecamatan pada tahun
2011.
Setiap Puskesmas membagikan kelambu
berinsekti-sida secara gratis kepada
seluruh warga desa yang ada di wilayah
kecamatan Palasa termasuk desa Bobalo.

Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian


Penyakit Malaria.
Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan oleh peneliti di lokasi
penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara pekerjaan dengan
kejadian penyakit malaria namun
memiliki hubungan yang sangat lemah
yakni nilai  = 0,036 < 0,05 dan hanya
ada selisih 0,014, itu artinya hubungan
antara jenis pekerjaan dengan kejadian
malaria di Desa Bobalo sangat lemah.
Menurut peneliti, hubungan yang lemah ini
disebabkan karena banyak juga
masyarakat desa Bobalo yang memiliki
pekerjaan tidak berisiko (bukan sebagai
petani atau pun nelayan) namun pernah
menderita penyakit malaria selama 1 tahun terakhir.
Simpulan Terdapat hubungan antara kebiasaan keluar rumah pada malam hari
(nilai ρ = 0,001), daerah rawa (nilai ρ = 0,000), penggunaan kelambu
(nilai ρ = 0,000), dan pekerjaan (nilai ρ = 0,036) dengan kejadian
penyakit malaria.
Disarankan kepada warga desa Bobalo untuk memakai perlindungan
diri dari gigitan nyamuk (seperti pakaian berlengan panjang dan celana
panjang, serta memakai lotion anti nyamuk), memasang kawat kasa
pada ventilasi rumah, memakai kelambu pada saat tidur dan memakai
obat anti nyamuk serta melakukan kerja bakti atau pembersihan
terhadap daerah-daerah rawa atau genangan air, dapat menggunakan
kelambu pada saat tidur dan lebih aktif menanyakan kepada petugas
kesehatan yang berada di Puskesmas Pembantu atau kepada warga yang
telah memakai kelambu tentang cara penggunaan dan manfaat dari
kelambu tersebut dan kepada warga desa Bobalo yang memiliki
pekerjaan berisiko (petani kebun) agar pada saat pergi ke kebun untuk
dapat memakai baju berlengan panjang dan celana panjang serta
sedapat mungkin untuk menghindari menginap di kebun.
Daftar Pustaka 1. Achmadi, Umar Fahmi. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis
Wilayah. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
2. Afrisal, 2011, Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir
Selatan. Skripsi tidak diterbitkan, Padang, Fakultas Kedokteran,
Universitas Andalas.
3. Ahmad, Hidayat, 2010, Hubungan Aktivitas Keluar Rumah pada
Malam Hari dan Penggunaan Kelambu dengan Kejadian Malaria di
Kecamatan Nangsa dan Galang di Kota Batam Propinsi Kepulauan
Riau, Tesis diterbitkan, Depok, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia.
4. Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.
5. Fesa Bobalo, 2013, Profil Desa Bobalo Kecamatan Palasa
Kabupaten Parigi Moutong, Desa Bobalo, Bobalo.
6. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2011. Profil Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah. Dinkes Sulteng. Palu.
7. Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong, 2011. Profil
Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong. Dinkes Parigi Moutong.
Parigi.
8. Effendy, 2008. Tinjauan Tentang Penyuluhan Kesehatan, (online),
(http://wordpress.com.), di akses tanggal 28 November 2012.
9. Hari B N & Atik C H, 2005, Risk factors of communication of
malaria in areas Divided by administrative boundaries, J. Penelitian.
Med. Eksakta, Vol. 8, No. 2, Agust 2009: 143-151.
10. Harijanto, P.N. 2000, Malaria: Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi klinis dan Penanganan. EGC. Jakarta.
11. Hasan, Husin, 2007, Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di
Puskesmas Sukamerindu Kecamatan Serut Kota Bengkulu Propinsi
Bengkulu, Tesis diterbitkan, Semarang, Program Pascasarjana
Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro.
12. Hetzel, Manuel, W., 2008. Malaria risk and access to prevention
and treatment in the paddies of the Kilombero Valley, Tanzania.
13. Irma R, Faktor-faktor risiko Malaria di wilayah kerja Puskesmas
paruga kota bima nusa tenggara barat. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 2008 (Skripsi,
tidak dipublikasikan).
14. Kemenkes RI, 2010. Prevalensi Penyakit Malaria Di Indonesia,
(online), (http://wordpress.com.), di akses tanggal 28 November
2012.
15. Manalu H, 2007. Penanggulangan Penyakit Malaria di Tinjau dari
Aspek Sosial Budaya di Daerah Hiperendemis Timika Irian Jaya,
Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. XXVIII No. 13,
2007.
16. Martha, Dali, 2008. Malaria, mencegah dan mengobatinya. Puspa
Swara, Jakarta.
17. Masra, Ferizal, 2002, Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk
dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Teluk Betung Kota
Bandar Lampung Tahun 2002, [Thesis] Program Pascasarjana FKM
Universitas Indonesia Program Studi Epidemiologi Komunitas,
Depok
18. Muchtar, 2008. Prevalensi Penyakit, (online),
(http://wordpress.com.), di akses tanggal 28 November 2012.
19. Nadasul, Hadrawan, 2008. Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan
Malaria, Puspa Swara, Jakarta.
20. Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.
Rineka
21.
22. Cipta. Jakarta. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.
23. Nurhadi, Soenarto & Martanto, 2010, Pengaruh Lingkungan
Terhadap Kejadian Malaria di Kabupaten Mimika, Tesis diterbitkan,
Salatiga, Program Pascasarjana Magister Biologi, Universitas
Kristen Satya Wacana.
24. PP No. 27/1999. Peraturan Tentang Rawa, (online),
(http://wikipedia .com.), di akses tanggal 28 November 2012.
25. Probowo, A., 2006, Malaria, Mencegah dan Mengatasinya, Puspa
Swara, Jakarta.
26. Rahmad dan Purnomo, 2010. Atlas Diagnostik Malaria.
EGC. Jakarta.
27. Subki S, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria
di Puskesmas Membalong, Gantung dan Manggar Kabupaten
Belitung, Universitas Indonesia, Depok, 2008.
28. Supri, Ahmadi, 2008, Faktor Risiko Kejadian Malaria di Desa
Lubuk Nipis Kec. Tanjung Agung Kab. Muara Enim, Tesis
diterbitkan, Semarang, Program Pascasarjana Magister Kesehatan
Lingkungan, Universitas Diponegoro.
29. Sunarsih, Faktor risiko kejadian Malaria di puskesmas suko
kecamatan magelang jawa timur. Universitas Gadja Mada,
Yogyakarta, 2009.
30. Wales, Jimmy.(2009).Pekerjaan, (online),
(http://id.wikipedia.org.), di akses tanggal 28 Januari 2013.
31. WHO, 2010. Prevalensi Malaria Secara Global, (online),
(http://wordprees.com.), di akses tanggal 28 November 2012.
32. Yatim, Faisal. 2009. Macam-macam Penyakit Menular dan Cara
Pencegahannya. Pustaka Obor Populer. Jakarta.

You might also like