Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Pai - 083445

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

PROSEDUR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PAI

Afifudin Al Hadiq, Afinda Rahayu, Akif Ardiansyah


Institut Agama Islam Sunan Giri ponorogo
Affif.aff@gmail.com , afindarahayu17@gmail.com ,
akifardiansyah316@gmail.com

Abstract
Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta
lingkungan/ suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai peserta didik serta digunakan dalam proses pembelajaran dengan
tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Kata kunci: Bahan, Ajar, Materi


Abstrak
Teaching materials are a set of materials that are arranged systematically so as to create an
environment/atmosphere that allows students to learn to display a complete figure of competence that
will be mastered by students and used in the learning process with the aim of planning and studying
the implementation of learning.

Keyword: Material, Teaching, Material

A. PENDAHULUAN

Melihat kualitas pendidikan di Negara Republik Indonesia yang masih jauh


dari harapan, sangat jelas kondisi ini menunjukkan bahwa kurikulum pendidikan di
Republik Indonesia masih belum berfungsi secara maksimal. Tidak heran jika
kurikulum terus-menerus mengalami transformasi dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan di Republik Indonesia. Perubahan sebuah kurikulum merupakan
keniscayaan karena sifat dari kurikulum adalah dinamis, berkembang dan berubah
sesuai dengan perkembangan masyarakat. Namun sangat disayangkan, sampai saat ini
perubahan yang dilaksanakan masih belum membuahkan hasil yang sangat baik..

Selain itu, secara khusus, persoalan ini disebabkan karena gagalnya


Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi siswa sebagai insan yang
religius. Pendidikan Agama Islam (PAI) hingga saat ini masih berhadapan dengan
kritik-kritik internal. Dikatakan bahwa PAI kurang mempunyai relevansi terhadap
perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial

1
budaya, dan bersifat statis tekstualis, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-
nilai agama sebagai nilai-nilai yang hidup dalam keseharian Pola pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang lebih menekankan aspek kognitif. Nilai-nilai
keagamaan yang diajarkan di sekolah masih belum mampu berkonstribusi terhadap
kepribadian peserta didik. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini
berlangsung agaknya terasa kurang terkait dengan atau kurang concern terhadap
perosalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi
“makna” dan “nilai” yang pelu dinternalisasikan dalam diri peserta didik, untuk
selanjutnya menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat, dan
berprilaku secara kongkret-agamis dalam kehidupan praksis sehari-hari.

Upaya perbaikan moral dengan Pendidikan Agama Islam akan semakin sulit
jika dalam diri PAI sendiri terdapat banyak persoalan. Problem Pendidikan Agama
Islam selama ini tidak pernah bisa lepas dari beberapa persoalan, di antaranya: (1)
rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI; (2) materi pembelajaran
PAI masih berorientasi pada kemampuan kognitif dan kurang dalam pembentukan
sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik); (3) terbatasnya sikap dan
pemahaman guru agama dalam pengembangan pendekatan pembelajaran yang
berpusat kepada siswa (student centered), sehingga pembelajaran masih berjalan
secara konvensional; dan (4) terbatasnya sarana dan prasarana penunjang belajar.

Mengingat Pendidikan merupakan aspek utama dalam pengembangan diri


manusia dan sebagai jembatan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Di era yang
semakin modern dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses
pengetahuan, maka pendidikan perlu kiranya diformulasikan untuk menyesuaikan
tuntutan perkembangan zaman, sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Bahan ajar
adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta
lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Materi
pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang
harus dipelajari dalam mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam
rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan
ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah
ditentukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Adapun tujuan pengembangan
Bahan Ajar adalah Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum

2
dengan tujuan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan
setting atau lingkungan sosial siswa; membantu siswa dalam memperoleh alternatif
bahan ajar di samping makalah-makalah teks yang terkadang sulit diperoleh;
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sekaligus sebagai pedoman
dalam mengarahkan aktivitasnya dalam proses pembelajaran; sebagai alat ukur atau
evaluasi dalam suatu proses pembelajaran, sehingga kemampuan dan pemahaman
siswa dapat diketahui. Bahan ajar disini juga dapat dijadikan sebagai pengukuran bagi
peserta didik dalam proses pembelajaran , dengan cara mengidentifikasi pemahaman
siswa dari latihan-latihan yang ada di bahan ajar.

B. METODE
Tipe riset ini ialah riset kualitatif. Sesuai dengan obyek kajian artikel ini,
sehingga tipe riset ini tercantum dalam jenis riset kepustakaan (library research).
Bagi
Kaelan, dalam riset kepustakaan kadangkala mempunyai deskriptif serta pula
mempunyai karakteristik historis. Metode pengumpulan informasi, dalam perihal ini
penulis melaksanakan analisis dari berbagai literatur yang ada yang berkaitan dengan
Prosedur Pengembangan Bahan Ajar PAI. Berikutnya penyusunan ini ditelaah dengan
memakai model analisis interaktif Milles and Huberman, dengan alur reduksi
informasi, penataan informasi serta penarikan kesimpulan.1
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
pendidik atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam
kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis atau bahan tidak tertulis. 2
Contohnya seperti kaset, video, kamus, buku bacaan, kartu , ataupun CD-Room.
Menurut Lestari bahan ajar merupakan seperangkat materi pelajaran yang
mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.3
Materi pembelajaran (instructional materials) dalam konteks Indonesia kini
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikembangkan berdasarkan
Kompetensi Inti (KI), Standar Kompetensi Kelulusan (SKL), dan Komptensi

1
Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Interdispliner, (Yogyakarta , Indonesia Pradigma, 2010), 146
2
Ahmadi, 2010,159
3
Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar berbasisi Kompetensi, (Padang: Akademi, 2013), 2

3
Dasar (KD). Materi Pembelajaran scara garis besar terdiri dari pengetahuan
(fakta, konsep, prinsip, dan prosedur), keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi inti yang telah
ditentukan. Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain:
a. petunjuk belajar (untuk siswa atupun guru)
b. Kompetensi yang akan dicapai
c. Informasi pendukung
d. Latihan-latihan
e. Petunjuk kerja
f. Evaluasi4
2. Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan materi
pembelajaran meliputi:
a. Prinsip relevansi
Relevansi artinya adalalah keterkaitan. Materi pebelajran hendaknya relevan
atau ada kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar,
dan kompetensi inti. Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan
dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang
diajarkan harus berupa fakta. Sedangkan jika kompetensi yang diharapkan
dikuasai siswa berupa menggunakan sifat atau konsep, maka materi
pembelajaran yang diajarkan harus berupa prinsip. Misalkan pada mapel PAI
untuk KD: Menjelaskan hukum bacaan nun mati atau tanwin dan mim mati,
maka materi pembelajarannya mencakup konsep atau hukum nun mati atau
tanwin dan mim mati.
b. Prinsip konsistensi
Konsistensi atinya ajeg. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa satu
macam, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan juga harus diajarkan
juga harus meliputi satu macam. Untuk mapel PAI, pada saat mengembangkan
materi pembelajaran dari suatu KD: Menjelaskan hukum bacaan nun mati atau
tanwin dan mim mati, misalnya, harus dirinci terlebih dahulu indikator-
indikator yang akan mendukung pencapaian kompetensi dasar tersebut. Jika
satu KD terdiri atas tiga indikator, maka bahan yang harus disediakan harus

4
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), 174

4
berkait dengan ketiga indikator tersebut. Sebagai contoh, indikator dari KD:
Menjelaskan hukum bacaan nun mati atau tanwin dan mim mati adalah:
1) Menjelaskan pengertian nun mati atau tanwin
2) Menjelaskan pengertian mim mati
3) Menyebutkan contoh-contoh bacaan nun mati atau tanwin dan mim mati
Selain ketiga bentuk isi materi pembelajaran tentang hukum bacaan nun
mati atau tanwin dan mim mati tidak perlu lagi dikembangkan. Pola
pengembangan seperti ini menganut prinsip keajegan (konsistensi).
c. Prinsip edukasi
Prinsip edukasi (kecukupan) berarti bahwa materi yang diajarkan
hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi
dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit maka akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya5
3. Langkah-Langkah Pengembangan Bahan Ajar
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran,
terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan materi pembelajaran. Kriteria
pokok pemilihan materi pembelajaran adalah SKL, SK, dan KD. Hal ini berarti
bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak
dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi pembelajaran
yang benar-benar menunjang tercapainya SKKD. Dengan kata lain, pemilihan
materi pembelajaran haruslah mengacu atau merujuk pada SK-KD. Setelah
diketahui kriteria pemilihan materi pembelajaran, sampailah kita pada
langkahlangkah pengembangan materi pembelajaran. Secara garis besar langkah-
langkah pengembangan materi pembelajaran meliputi: 1 mengidentifikasi aspek-
aspek yang terdapat dalam SK-KD yang menjadi acuan atau rujukan
pengembangan materi pembelajaran; 2 mengidentifikasi jenis-jenis materi
pembelajaran; 3 memilih materi pembelajaran yang sesuai atau relevan dengan
SK-KD yang telah teridentifikasi tadi; 4 memilih sumber materi pembelajaran dan
selanjutnya mengemas materi pembelajaran tersebut. Secara lengkap, langkah-
langkah pengembangan materi pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut.

5
Ajat Sudrajad, Pengembangan Bahan Ajar Materi Pembelajaran Mapel Pendidikan Agama Islam, Universitas
Negeri Yogyakarta: 2008, hal 4

5
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu
diidentifikasi aspekaspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap
aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang
berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Perlu ditentukan apakah standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari siswa termasuk aspek
atau ranah: a. Kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis,
analisis, dan penilaian. b. Psikomotorik yang meliputi gerak awal, semi rutin, dan
rutin. c. Afektif yang meliputi pemberian respon, apresiasi, penilaian, dan
internalisasi. Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi
pembelajaran atau materi pembelajaran yang berbeda-beda untuk membantu
pencapaiannya.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran.
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi
pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat
dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur, seperti
telah diuraikan di depan.
3. Memilih jenis materi yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
Pemilihan jenis materi harus disesuaikan dengan kompetensi dasar dan standar
kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu, perlu diperhatikan pula jumlah atau
ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam
mencapai standar kompetensi. Sebagaimana disebutkan di point 2 di atas, materi
yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep,
prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan
mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan
mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Identifikasi jenis materi
pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya, sebab setiap jenis
materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan
sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan
materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”,

6
“jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur
adalah “demonstrasi”. Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi
pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan
tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada
kompetensi dasar, guru akan mengetahui apakah materi yang harus diajarkan
berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, sikap, atau psikomotorik.
4. Memilih sumber materi pembelajaran dan selanjutnya mengemas materi
pembelajaran.
a. Sumber Materi Pembelajaran
Setelah jenis materi ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan sumber
materi pembelajaran. Materi pembelajaran dapat ditemukan dari berbagai sumber seperti
buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dan sebagainya.
b. Bahan Pertimbangan Pemilihan Materi Pembelajaran
Cakupan materi pembelajaran yang ”disajikan” untuk dipelajari siswa
merupakan keputusan yang relatif sulit, walaupun guru telah berhasil
mengidentifikasikan materi pembelajaran secara global dengan mencermati SK
dan KD seperti yang telah diuraikan di atas. Sebagai contoh, untuk mata pelajaran
PAI mari perhatikan KD 3.2 pada kelas VII semester 1: Mengamalkan isi
kandungan 10 Asmaul Husna. Dengan mencermati KD ini, tampak bahwa materi
pembelajaran ini sudah jelas berisi 10 nama Allah dalam Asmaul Husna, padahal
untuk memastikan 10 nama itu berupa tiga (3) hukum Newton tentang gerak, dan
termasuk kategori prinsip. Namun, seberapa dalam materi pembelajaran harus
disampaikan kepada siswa? Apakah sampai pada tataran kuantitatif? Kehidupan
sehari-hari seperti apakah yang relevan dengan kehidupan siswa baik sebagai
siswa maupun sebagai generasi muda, dan warga negara
c. Jenis Pengembangan

beberapa jenis pengembangan materi pembelajaran, yakni jenis


penyusunan, pengadaptasian, pengadopsian, penerjemahan, dan perevisian (seperti
pada gambar di bawah). Di dalam istilah hak kekayaan intelektual (HAKI),
pengembangan materi pembelajaran tergolong ke dalam hak cipta yang
kepemilikannya ada pada pencipta. Terdapat beragam jenis ciptaan yang hak
ciptanya dapat dimiliki oleh pencipta, yakni penciptaan baru, penerjemahan,
pengadaptasian, pengaransemenan, pengalihwujudan, pengadopsian. Penciptaan

7
baru merupakan karya pertama, sedangkan penerjemahan, pengadaptasian,
pengaransemenan, pengalihwujudan, pengadopsian merupakan karya turunan
(derivasi) dari karya pertama

1) Penyusunan
Penyusunan merupakan proses pembuatan materi pembelajaran yang
dilihat dari segi hak cipta milik asli si penyusun. Proses penyusunan itu dimulai
dari identifikasi seluruh SK dan KD, menurunkan KD ke dalam indikator,
mengidentifikasi jenis isi materi pembelajaran, mencari sumber-sumber materi
pembelajaran, sampai kepada naskah jadi. Wujudnya dapat berupa modul, lembar
kerja, buku, e-book, diktat, hand-out, dan sebagainya.
2) Pengadaptasian
Pengadaptasian adalah proses pengembangan materi pembelajaran yang
didasarkan atas materi pembelajaran yang sudah ada, baik dari modul, lembar
kerja, buku, e-book, diktat, handout, CD, film, dan sebagainya menjadi materi
pembelajaran yang berbeda dengan karya yang diadaptasi. Misalnya, materi
pembelajaran IPS diadaptasi dari buku teks pelajaran IPS yang telah beredar di
pasar (toko buku) yang disesuaikan dengan kepentingan mengajar guru.
Penyesuaian itu dapat didasarkan atas SK dan Menyusun Merevisi
Menerjemahkan Mengadaptasi Mengadopsi Jenis Pengembangan Materi
Pembelajaran Menyusun Mengadaptasi Mengadopsi Merevisi Menerjemahkan
KD, tingkat kesulitan, atau tingkat keluasan. Materi pembelajaran yang baru
dibuat diwujudkan ke dalam bentuk modul.
3) Pengadopsian
Pengadopsian adalah proses mengembangkan materi pembelajaran melalui
cara mengambil gagasan atau bentuk dari suatu karya yang sudah ada
sebelumnya. Misalnya, guru mengadopsi gagasan atau bentuk model buku
pelajaran PKn yang telah dikembangkan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas
menjadi materi pembelajaran PKn yang baru, baik ke dalam wujud modul,
lembar kerja, buku, e-book, diktat, handout, dan sebagainya.
4) Perevisian
Perevisian adalah proses mengembangkan materi pembelajaran melalui
cara memperbaiki atas karya yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, seorang
guru Seni Budaya telah menulis buku pelajaran Seni Budaya yang dikembangkan

8
dari Kurikulum 1994. Oleh karena sekarang kurikulum itu tidak berlaku lagi,
buku pelajaran bahasa Seni Budaya tersebut tidak relevan lagi. Guru tersebut
kemudian memperbaikinya berdasarkan standar isi yang sekarang digunakan. 5)
Penerjemahan Penerjemahan merupakan proses pengalihan bahasa suatu buku
dari yang awalnya berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya ada
buku berjudul ”Science Interaction” yang dipandang cocok untuk pembelajaran
IPA. Buku tersebut berbahasa Inggris, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia

d. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar PAI


Pengembangan bahan ajar tentunya harus dilakukan secara sistematis
berdasarkan langkah-langkah yang saling berkaitan untuk menghasilkan bahan
ajar berkualitas. Selama ini pendidik kurang terlatih untuk mengembangkan bahan
ajarnya sendiri karena dalam proses pembelajaran di sekolah lebih sering
menggunakan bahan ajar yang siap pakai. Sehubungan dengan masalah tersebut,
diharapkan pendidik memahami prosedur pengembangan bahan ajar agar tidak
dengan mudah menggunakan bahan ajar instan. Dengan bahan ajar yang
dikembangkan, pendidik akan lebih transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menjadi tanggung jawabnya di kelas dapat dilakukannya dengan efektif dan
efisien. Langkah-langkah prosedur pengembangan bahan ajar adalah sebagai
berikut:

a. Analisis
Pada tahap ini guru mengidentifikasi perilaku awal siswa. Hal ini
berkaitan dengan tingkat penguasaan dan kemampuan mereka dalam
mata pelajaran yang akan disampaikan
b. Perancangan
Pada tahap ini, guru melakukan perumusan tujuan pembelajaran,
pengembangan peta konsep mata pelajaran, serta pengembangan garis
besar program pembelajaran
c. Pengembangan
Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk
mengembangkan bahan ajar dengan baik. Dalam proses pengembangan

9
bahan ajar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai
berikut:
1) Tulislah apa yang dapat ditulis
2) Janganlah merasa bahwa anda harus memulai secara berurutan
3) Tulis dan kembangkan bahan ajar anda untuk siswa yang anda
kenal
4) Ingatlah, bahwa bahan ajar yang dikembangkan harus dapat
memberi pengalaman melalui interaksi dengan siswa
5) Ragam media, sumber belajar, aktifitas, dan umpan balik
merupakan komponen penting dalam memperoleh bahan ajar yang
menarik, bermanfaat dan efektif bagi siswa
6) Ragam contoh, alat bantu belajar, serta pengemasan bahan ajar
juga berperan dalam membuat bahanajar yang menarik
7) Gaya penulisan sangat penting, agar siswa dapat emmahami
maksud bahan ajar
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari
berbagai pihak terhadap bahan ajar yang dikembangkan.6
D. KESIMPULAN

Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis


sehingga tercipta lingkungan/ suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik serta
digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran.

Fungsi bahan ajar dapat dibedakan berdasaarkan kebutuhan pendidik,yakni


untuk pedoman bagi pendidik dalam memberikan materi dan menghemat waktu
belajar. Sedangkan bagi peserta didik bahan ajar dapat berfungsi sebagai alat belajar
tanpa harus menggantungkan diri terhadap pendidik .

6
Risma Sitohang, Mengembangkan Bahan Ajar Dalam Pembelajaran IPS di SD, Jurnal
Kewarganegaraan Vol 23, Nomor 02, Nopember 2014, 19

10
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Interdispliner. Yogyakarta , Indonesia


Pradigma.

Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar berbasisi Kompetensi. Padang:


Akademi.

Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudrajad, Ajat. 2008. Pengembangan Bahan Ajar Materi Pembelajaran Mapel


Pendidikan Agama Islam. Universitas Negeri Yogyakarta.

Prastowo, Adi. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Tematik (Jogjakarta: DIVA Press.

Sitohang, Risma. 2014. Mengembangkan Bahan Ajar Dalam Pembelajaran IPS di


SD, Jurnal Kewarganegaraan Vol 23, Nomor 02.

11

You might also like