Professional Documents
Culture Documents
Team 4 (Psikolog Pendidikan)
Team 4 (Psikolog Pendidikan)
Team 4 (Psikolog Pendidikan)
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Prodi PTIK 7
Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis, sehingga bisa
menyelesaikan makalah ini, sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
junjungan kita semua Nabi agung Muhammad SAW beserta kepada para keluarganya,
sahabatnya, tabi’in dan tabiatnya serta tak lupa kepada kita semua selaku umatnya yang
mudah-mudahan mendapatkan syafaat di Yaumil akhir nanti. Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada yang terhormat Ibu Eva Gustiana M.Psi, Psikolog. yang telah
memberikan dukungan dan juga bimbingannya.
Makalah ini penulis buat dengan tujuan guna memenuhi tugas mata kuliah Psikolog
Pendidikan, sebagai pemahaman tambahan untuk memenuhi tugas kelompok. Dengan
harapan agar kita semua dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya untuk penulis
karena dengan itu kita dapat belajar dengan lebih baik lagi.
Penulis sadari bahwasannya makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa maupun penulisannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang dapat membangun dari pembaca agar menjadi acuan
bagi penulis untuk lebih baik lagi kedepannya
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
A. Siapakah Guru...........................................................................................................................3
1. Pengertian Guru....................................................................................................................3
2. Tugas dan Tanggung Jawab.................................................................................................3
3. Hak dab Kewajiban Guru.....................................................................................................6
B. Kepribadian Guru.....................................................................................................................6
1. Indikator Kepribadian Guru................................................................................................8
2. Karakteristik Kepribadian Guru.........................................................................................9
3. Kompetensi Kepribadian sebagai bentuk pengembangan kepribadian guru...............10
4. Kompetensi Kepribadian sebagai bentuk pengembangan kepribadian guru...............11
C. Kemampuan Profesional Guru...............................................................................................12
1. Kriteria – Kriteria Profesionalisme Guru.........................................................................13
2. Peran Guru Profesional.......................................................................................................14
3. Kualitas Pembelajaran........................................................................................................19
4. Keterampilan Pembelajaran yang Profesional.................................................................20
D. Kemampuan Guru dalam Berkomunikasi............................................................................21
1. Profesional Pengertian kemampuan Komunikasi Guru..................................................21
2. Proses Komunikasi..............................................................................................................22
3. Kemampuan Komunikasi Guru dalam Proses Belajar Mengajar..................................22
4. Bentuk – Bentuk Komunikasi Yang disampaikan Oleh Guru........................................23
5. Komunikasi Dalam Tahap Pengajaran.............................................................................24
6. Jenis – Jenis Komunikasi....................................................................................................25
7. Tujuan Komunikasi.............................................................................................................27
BAB III..................................................................................................................................................28
PENUTUP.............................................................................................................................................28
A. Kesimpulan...............................................................................................................................28
ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Seorang guru dikatakan profesional jika memiliki keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi. Oleh karena itu, guru disyaratkan memenuhi kualifikasi akademik
minimal sarjana S1 atau D4 yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen
pembelajaran. Kompetensi itu sendiri merupakan seperangkat pengetahuan
keterampilan dan perilaku tugas yang harus dimiliki.Setelah dimiliki, tentu harus
dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan di dalam kelas yang disebut sebagai pengajaran.
Badan standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 dikemukakan bahwa
yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
Janawi memahami bahwa kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan
guru berinteraksi dengan peserta didik dan orang yang berada di sekitar dirinya.
Selanjutnya Mappanganro menjelaskan bahwa kompetensi sosial bagi guru
merupakan kemampuan guru, baik secara makhluk individu dan makhluk sosial. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial guru merupakan
kemampuan sosial guru yang mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada
tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai
guru dan kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru,
kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah guru?
2. Bagaimana Kematangan Kepribadian Guru?
3. Bagaimana Kemampuan Profesional Guru?
4. Bagaimana Kemampuan Guru dalam Berkomunikasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan Mendalami Siapakah Guru
2. Mengetahui dan Mendalami Kematangan Kepribadian Guru
3. Mengetahui dan Mendalami Kemampuan Profesional Guru
4. Mengetahui dan Mendalami Kemampuan Guru dalam Berkomunikasi
2
BAB 2
PENDAHULUAN
A. Siapakah Guru
1. Pengertian Guru
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang
yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara
terpola, formal, dan sistematis. Dalam UU R.I. Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen pada bab I pasal 1 dinyatakan bahwa: Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (Redaksi Sinar
Grafika, 2009:3)
Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang pekerjanya
(mata pencahariannya, profesinya) mengajar (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2005: 509). Pengertian ini memberi kesan bahwa guru adalah orang yang
melakukan kegiatan dalam bidang mengajar. Istilah guru sinonim dengan kata
pengajar dan sering dibedakan dengan istilah pendidik. Perbedaan ini dalam
pandangan Muh. Said dalam Rusn (2009: 62- 63) dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir
orang Barat, khususnya orang Belanda yang membedakan kata onderwijs (pengajaran)
dengan kata opveoding (pendidikan). Pandangan ini diikuti oleh tokoh-tokoh
pendidikan di dunia Timur, termasuk tokoh-tokoh pendidikan di kalangan muslim.
Nata (1997: 61) mengemukakan istilah-istilah yang berkaitan dengan
penamaan atas aktivitas mendidik dan mengajar. Ia lalu menyimpulkan bahwa
keseluruhan istilah-istilah tersebut terhimpun dalam kata pendidik. Hal ini disebabkan
karena keseluruh istilah itu mengacu kepada seseorang yang memberikan
pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada orang lain.
Selanjutnya, guru menurut Zahara Idris dan Lisma Jamal dalam Idris (2008:
49) adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada
peserta didik dalam hal perkembangan jasmani dan ruhaniah untuk mencapai tingkat
kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu yang
mandiri, dan makhluk sosial.
Al-Gazali tidak membedakan kata pengajaran dan pendidikan sehingga guru
dan pendidik juga tidak dibedakan (Rusn: 63). Hal ini senada dengan pandangan Abi
Salih (1410: 10). Ia memandang bahwa sesungguhnya istilah tarbiyyah dan ta‘lȋm
dalam pendidikan Islam sama saja. Pendapatnya demikian karena melihat kenyataan
bahwa di dalam al-Qur'an kedua kata itu digunakan untuk mengungkapkan kegiatan
pengajaran dan pendidikan yang meliputi semua segi perkembangan manusia. Dengan
demikian, guru dan pendidik sama saja.
2. Tugas dan Tanggung Jawab
Seseorang dapat disebut sebagai manusia yang bertanggung jawab apabila
ia mampu membuat pilihan dan membuat keputusan atas dasar nilai nilai dan norma-
norma tertentu, baik yang bersumber dari dalam dirinya maupun yang bersumber dari
lingkungan sosialnya (Hamalik, 2008: 39). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
manusia bertanggung jawab apabila ia mampu bertindak atas dasar keputusan moral.
Setiap guru profesional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang
bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan dalam waktu yang sama dia juga
mengembang sejumlah tanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai
3
pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi
muda sehingga terjadi proses pelestarian dan penerusan nilai. Bahkan melalui proses
pendidikan, diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Kehadiran guru dalam proses
pembelajaran sebagai sarana mewariskan nilai-nilai dan norma-norma masih
memegang peranan yang sangat penting. Peranan guru dalam pembelajaran tidak bisa
digantikan oleh hasil teknologi modern seperti komputer dan lainnya. Masih terlalu
banyak unsur manusiawi, sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-
lain yang harus dimiliki dan dilakukan oleh guru. Seorang guru akan sukses
melaksanakan tugas apabila ia profesional dalam bidang keguruannya. Selain itu,
tugas seorang guru mulia dan mendapat derajat yang tinggi yang diberikan oleh Allah
swt. disebabkan mereka mengajarkan ilmu kepada orang lain. Salah satu faktor yang
paling menentukan dalam proses pembelajaran di kelas adalah guru. Tugas guru yang
paling utama adalah mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar, guru berperanan aktif
(medium) antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan. (Muhaimin dkk., 1996: 54).
Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain berbuat baik. Tugas tersebut
identik dengan dakwah islamiyah yang bertujuan mengajak umat Islam untuk berbuat
baik. Allah swt. berfirman di dalam Q.S. Ali Imran/3: 104:
َٰٓل
َو ْلَتُك ن ِّم نُك ْم ُأَّم ٌة َيْدُع وَن ِإَلى ٱْلَخْيِر َو َيْأُم ُروَن ِبٱْلَم ْعُروِف َو َيْنَهْو َن َع ِن ٱْلُم نَك ِرۚ َو ُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلُم ْفِلُحوَن
4
Apabila dilihat dari rincian tugas dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan oleh guru, al-Abrasyi (1979: 150-151) yang mengutip pendapat al-
Ghazali bahwa:
a. Guru harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid dan memperlakukan
mereka seperti perlakuan anak sendiri.
b. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi bermaksud
dengan mengajar itu mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada
Tuhan.
c. Memberikan nasehat kepada murid pada tiap kesempatan, bahkan menggunakan
setiap kesempatan itu untuk menasehati dan menunjukkannya.
d. Mencegah murid dari akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran jika mungkin
dan dengan jalan terus terang, dengan jalan halus, dan tidak mencela.
e. Seorang guru harus menjalankan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan
perbuatannya.
Ahmad Tafsir, 1994: 79) membagi tugas-tugas yang dilaksanakan oleh guru
yaitu:
a. Wajib mengemukakan pembawaan yang ada pada anak dengan berbagai cara
seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket dan sebagainya.
b. Berusaha menolong peserta didik mengembangkan pembawaan yang baik dan
menekankan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang;
c. Memperlihatkan kepada peserta didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai keahlian, keterampilan agar mereka memilikinya
dengan cepat.
d. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan
peserta didik berjalan dengan baik;
e. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala peserta didik melalui kesulitan
dalam mengembangkan potensinya.
5
b. Menciptakan situasi pendidikan keagamaan yaitu suatu keadaan dimana tindakan-
tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan hasil yang memuaskan sesuai
dengan tuntunan ajaran Islam
Pada sisi lain, Nizar (1993: 44) mengungkapkan rangkaian tugas guru
dalam mendidik, yaitu rangkaian mengajar, memberikan dorongan, memuji,
menghukum, memberikan contoh, dan membiasakan. Barnadib (1993: 40)
menambahkan bahwa tugas guru terkait dengan perintah, larangan, menasehati,
hadiah, pemberian kesempatan, dan menutup kesempatan. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa tugas guru bukan hanya sekedar mengajar. Di samping itu, ia
bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga
seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis
3. Hak dab Kewajiban Guru
Guru sebagai jabatan profesional yang dituntut memiliki keahlian khusus,
diharapkan betul-betul mengarahkan seluruh perhatiannya agar selalu dapat
melaksanakan tugas profesionalnya dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu, guru
harus diberikan hak-hak tertentu sehingga mereka dapat memenuhi tugas dan
tanggung jawabnya.
Di dalam UU R.I. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal
14 ayat 1 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial;
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual;
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menjaga kelancaran tugas keprofesionalan;
f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan
kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;
h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;
j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi;
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya
B. Kepribadian Guru
Setiap individu lahir dengan karakteristik dan kepribadian yang berbeda, bahkan jika
kembar identik sekalipun akan memiliki kepribadian yang berbeda. Kepribadian
(personality) adalah suatu kesatuan yang bersifat dinamis dari sistem psikofisik individu
yang menentukan kemampuan penyesuaian diri yang unik sifatnya terhadap
lingkungannya (Cervone & Pervin, 2015; Hall & Lindzey, 1993). Definisi lain
menyebutkan bahwa kepribadian adalah cara berpikir, perasaan, dan perilaku yang khas.
6
Kepribadian merangkul suasana hati, sikap, dan pendapat serta paling jelas diungkapkan
dalam interaksi dengan orang lain (Andreyana, Piarsa, & Buana, 2015). Ini mencakup
karakteristik perilaku, baik yang melekat maupun yang diperoleh, yang membedakan satu
orang dari orang lain dan yang dapat diamati dalam hubungan dengan lingkungan dan
dengan kelompok sosial.
Kepribadian terdiri dari karakteristik, pola pemikiran, perasaan, dan perilaku, yang
membuat seseorang menjadi unik. Setiap individu memiliki pola kepribadian yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada satupun yang sama antara satu dengan yang
lainnya. Dapat disimpulkan kepribadian menunjukkan keunikan diri seorang individu
tentang segala sesuatu yang ada pada dirinya yang menjadikannya berbeda dengan
individu lain.
Setiap individu memiliki karakter berbeda-beda, begitupun dengan seorang guru
memiliki gaya kepribadian, gaya mengajar, dan gaya belajar yang berbeda. Pola
kepribadian yang dimiliki oleh seorang guru perlu diidentifikasi karena pendidik sebagai
contoh bagi peserta didiknya.
Guru merupakan faktor utama dan berpengaruh terhadap proses belajar siswa
(Juandi & Sontani, 2017; Sartika, Dahlan, & Waspada, 2018). Dalam pandangan siswa,
guru memiliki otoritas, bukan saja otoritas dalam bidang akademis, melainkan juga dalam
bidang non-akademis, karena itu berpengaruh guru terhadap para siswanya sangat besar
dan sangat menentukan. Hal ini didukung oleh pernyataan (Anwar, 2018) tentang
kepribadian guru bahwa, kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif
terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Sejumlah percobaan dan hasil-
hasil observasi menguatkan kenyataan bahwa banyak sekali yang dipelajari oleh siswa dari
gurunya. Para siswa menyerap sikap-sikap gurunya, merefkleksikan perasaan-
perasaannya, menyerap keyaninan-keyakinannya, meniru tingkah lakunya, dan mengutip
pernyataan-pernyataannya. Pengalaman menunjukkan bahwa masalah-masalah seperti
motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi dan hasrat belajar yang terus-menerus pada
diri siswa yang bersumber dari kepribadian guru.
Idealnya sebagai seorang guru dapat mencerminkan kompetensi kepribadian yang
mantap dan dapat di contoh bagi seorang peserta didik (Nasution & Suriani, 2016; Sarjana
& Khayati, 2016). Kompetensi kepribadian merupakan sumber kekuatan, sumber inspirasi,
sumber motivasi, dan sumber inovasi bagi guru untuk memiliki kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Oleh karena itu untuk saat ini
pembentukan kompetensi kepribadian guru mutlak untuk dikembangkan. Sikap dan
kepribadian guru dapat dibentuk melalui tindakan atau perlakuan tertentu baik dibangku
kuliah maupun di lingkungan masyarakat.
Kepribadian guru telah memberikan kontribusi yang cukup bagi keberhasilan
pendidikan, terutama dalam kegiatan belajar. Dan pengaruh yang signifikan terhadap
pembentukan siswa. Ciri khas kepribadian guru, sebagian besar, terlihat dalam cara dia
melakukan pekerjaannya. Fakta ini semakin benar dalam pekerjaan seorang guru yang
mendidik siswa di sekolah. Sadar atau tidak kehadirannya di kelas, memiliki dampak pada
perkembangan siswa termasuk motivasi dalam belajar.
Kepribadian bagi seorang guru mempunyai andil yang cukup besar dalam
menentukan identitas menarik atau tidaknya guru di mata orang lain. Karena kepribadian
itulah yang membentuk karakter seseorang menjadi pribadi yang baik atau tidak. Jika
pribadi yang baik telah dimiliki oleh seseorang maka pribadi yang baik tersebut dapat
melahirkan karakter yang menarik, berupa perilaku, etika pergaulan, dan jalinan
komunikasi (Mulyana, 2010). Kepribadian akan menentukan apakah seorang guru adalah
pendidik yang baik dan pembangun bagi para siswa, atau akankah menjadi perusak untuk
masa depan siswa mereka, terutama bagi siswa yang masih muda dan mereka yang
7
mengalami gejolak mental. Murray menjabarkan beberapa tipe kepribadian diantaranya
(Murray, Rushton, & Paunonen, 1990):
Kinerja peran guru dalam kaitan dengan mutu pendidikan harus dimulai dengan
dirinya sendiri. Sebagai pribadi, guru merupakan perwujudan diri dengan seluruh
keunikan karakteristik yang sesuai dengan posisinya sebagai pemangku profesi keguruan.
Kepribadian merupakan landasan utama bagi perwujudan diri sebagai guru yang efektif
baik dalam melaksanakan tugas profesionalnya di lingkungan pendidikan dan di
lingkungan kehidupan lainnya. Hal ini mengandung makna bahwa seorang guru harus
mampu mewujudkan pribadi yang efektif untuk dapat melaksanakan fungsi dan tanggung
jawabnya sebagai guru. Untuk itu, ia harus mengenal dirinya sendiri dan mampu
mengembangkannya ke arah terwujudnya pribadi yang sehat dan paripurna (fully
functioning person).
Seorang guru dinilai tidak hanya dari aspek keilmuan saja, tapi juga dari aspek
kepribadian yang ditampilkannya. Mampukah menarik anak didik dan memunculkan aura
optimis dalam menghadapi berbagai tanggapan hidup, atau kepribadian yang acuh tak
acuh, pesimis, dan tidak mampu memancarkan aura optimis, yang kesemuanya tercantum
dalam konsep kepribadian. Menurut Theodore M. Newcomb diartikan sebagai organisasi
sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki oleh seseorang sebagai latar belakang terhadap
perilaku. Yang mana organisasi tersebut yaitu bagaimana seseorang berbuat, mengetahui,
berpikir, merasakan, dan menanggapi suatu keadaan. Kepribadian merupakan organisasi
faktor-faktor biologis, psikologi, dan sosiologi yang mendasari perilaku individu.
kepribadian mencangkup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang khas dimiliki
oleh seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain.
8
layak, misalnya diancam dikeluarkan dari sekolah. Dipanggil orang tuannya,
dan ancaman-ancaman kasar lainnya. Tegas dalam pengertian konsisten
menegakan aturan, dan berani bertanggung jawab terhadap perbuatan yang
dilakukannya. Walaupun guru harus tegas, tapi cara yang dilakukan tetap tidak
boleh kasar. Tegas bukan identik dengan kasar, tegas bisa dengan pendekatan
yang humanis, persuasif, dan psikologis sehingga lebih bisa menyadarkan anak
didik secara emosional.
e. Dekat dengan anak didik. Kedekatan membawa efek positif bagi pembelajaran.
Kedekatan ini akan menciptakan hubungan batin dan keakraban dalam bergaul.
Anak didik tidak takut bertanya dan berkonsultasi masalah yang dihadapi
kepada gurunya. Lewat kedekatan inilah, murid akan tahu kebijakan guru, sikap
perilaku guru, dan sepak terjang guru. Dan ini akan memunculkan inspirasi bagi
peserta didik untuk meniru dan mengembangkan apa yang ada pada guru
9
Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik atau siapa saja
yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Dan oleh Djamarah mengemukakan
beberapa peranan guru yaitu :(1) sebagai korektor (2) sebagai inspirator (3) sebagai
informator (4) sebagai organisator (5) sebagai motivator (6) sebagai inisiator (7)
sebagai fasilitator (8) sebagai pembimbing (9) sebagai pengelola kelas (10) sebagai
mediator (11) sebagai demonstrator (12) sebagai supervisor (13) sebagai evaluator.
Guru dan anak didik adalah Dwi Tunggal.10 Yang mana posisi guru dan anak boleh
berbeda, tetapi keduanya tetap seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak
setujuan. Seiring dalam arti kesamaan langkah dalam mencapai tujuan bersama.
Anak didik berusaha mencapai cita-citanya dan guru dengan ikhlas mengantar dan
membimbing anak didik ke pintu gerbang cita-citanya. Itulah sikap guru yang tepat
sebagai sosok pribadi yang mulia. Pendek kata kewajiban guru adalah menciptakan
manusia yang baik.
10
ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan. Dalam
Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah
“kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik”. Surya menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai
kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar
dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan
pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri,
dan perwujudan diri
11
dari uang dan bahkan bagaikan sebilah pedang tajam yang dapat membunuh
siapa saja termasuk pemiliknya. Pedang yang tajam bisa berguna untuk
membantu guru menghadapi hidup ini, namun bisa juga sebagai pembunuh
dirinya sendiri. Bagi guru yang kurang memanfaatkan waktunya dengan baik,
maka tidak akan banyak prestasi yang ia raih dalam hidupnya. Dia akan
terbunuh oleh waktu yang ia sia-siakan. Karena itu guru harus sensitif
terhadap waktu. Detik demi detik waktunya teratur dan terjaga dari sesuatu
yang kurang baik serta sangat berharga. Saat kita menganggap waktu tidak
berharga, maka waktu akan menjadikan kita manusia tidak berharga.
Demikian pula saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita
orang mulia. Karena itu, kualitas seseorang terlihat dari cara ia
memperlakukan waktu dengan baik.
e. Guru yang ideal adalah guru yang kreatif dan inovatif. Merasa sudah
berpengalaman membuat guru menjadi kurang kreatif. Guru malas mencoba
sesuatu yang baru dalam pembelajarannya. Dia merasa sudah cukup. Tidak
ada upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru dari pembelajarannya. Dari
tahun ke tahun gaya mengajarnya itu-itu saja. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat pun dari tahun ke tahun sama, hanya sekedar
copy and paste tanggal dan tahun saja. RPP tinggal menyalin dari kurikulum
yang dibuat oleh pemerintah atau menyontek dari guru lainnya. Guru menjadi
tidak kreatif. Proses kreatif menjadi tidak jalan. Untuk melakukan suatu proses
kreatif dibutuhkan kemauan untuk melakukan inovasi yang terus menerus,
tiada henti. Guru yang kreatif adalah guru yang selalu bertanya pada dirinya
sendiri. Apakah dia sudah menjadi guru yang baik? Apakah dia sudah
mendidik dengan benar? Apakah anak didiknya mengerti tentang apa yang dia
sampaikan? Dia selalu memperbaiki diri. Dia selalu merasa kurang dalam
proses pembelajarannya. Dia tidak pernah puas dengan apa yang dia lakukan.
Selalu ada inovasi baru yang dia ciptakan dalam proses pembelajarannya. Dia
selalu memperbaiki proses pembelajarannya melalui Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Dia selalu belajar sesuatu yang baru, dan merasa tertarik untuk
membenahi cara mengajarnya. Dia senantiasa belajar sepanjang hayat
hidupnya.
f. Guru yang ideal adalah guru yang memiliki 5 kecerdasan. Kecerdasan yang
dimiliki terpancar jelas dari karakter dan prilakunya sehari-hari. Baik ketika
mengajar, ataupun dalam hidup di tengah-tengah masyarakat. Kelima
kecerdasan itu adalah: kecerdasan intelektual, kecerdasan moral, kecerdasan
sosial, kecerdasan emosional, kecerdasan motorik. Kecerdasan intelektual
harus diimbangi dengan kecerdasan moral, Mengapa? Bila kecerdasan
intelektual tidak diimbangi dengan kecerdasan moral akan menghasilkan
peserta didik yang hanya mementingkan keberhasilan ketimbang proses,
segala cara dianggap halal, yang penting target tercapai semaksimal mungkin.
Inilah yang terjadi pada masyarakat kita sehingga kasus korupsi
merajalela di kalangan orang terdidik. Karena itu kecerdasan moral akan mengawal
kecerdasan intelektual sehingga akan mampu berlaku jujur dalam situasi apapun.
Jujur bukanlah kebijakan yang terbaik, tetapi jujur adalah satu-satunya kebijakan
karena kejujuran adalah kunci keberhasilan dan kesuksesan. Selain itu kecerdasan
sosial juga harus dimiliki oleh guru ideal agar tidak egois, dan tidak mempedulikan
orang lain. Dia harus mampu bekerjasama dengan karakter orang lain yang berbeda.
Kecerdasan emosional harus ditumbuhkan agar guru tidak gampang marah,
tersinggung, dan mudah melecehkan orang lain. Sedangkan kecerdasan motorik
12
diperlukan agar guru mampu melakukan mobilitas tinggi sehingga mampu bersaing
dalam memperoleh hasil yang maksimal.
13
proses belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang
lebih baik (Kunandar 2009, 47).
1. Kriteria – Kriteria Profesionalisme Guru
Kriteria – Kriteria Profesionalisme guru menurut Oemar Hamalik (2008,27)
yaitu :
14
(membantu memecahkan masalah), fasilitator (memberikan bantuan teknis dan
petunjuk), dan evaluator (menilai pekerjaan siswa).
Guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau,harus
dilaksanakannya sebagai seorang guru. Sardiman dalam bukunya yang berjudul
Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar diterangkan ada beberapa
berpendapat tentang peran guru antara lain:
a. Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai kominator, sahabat yang
dapat memberikan nasihat- nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan
dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta
nilai- nilai orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
b. Havighurst menjelaskan bahwa peran guru disekolah sebagai pegawai
(employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subardinate)
terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman
sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai
pengatur disiplin,evaluator dan pengganti orang tua.
c. James W.Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara lain:
menguasai dan mengembangkan materi pelajaran,merencanakan dan
mempersiapkan pelajaran sehari-hari,mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
siswa
d. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia,mengungkapkan bahwa
peran guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tetapi juga
berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.
(Sidi, 2003:50) Sikap seorang guru yang profesional dituntut dengan
sejumlah persyaratan minimal, antara lain: memiliki kualitas pendidikan profesi
yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang
ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak
didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan
komitmen yang tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan
diri secara terus menerus (continuous improvement) melalui organisasi profesi,
internet, buku, seminar dan semacamnya.
Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah
tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Hal penting yang menjadi aspek bagi
sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Menjadi profesional,
berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Seorang ahli, tentunya berkualitas dalam
melaksanakan pekerjaannya. Menjadi seorang guru profesional adalah
keniscayaan. Profesi guru juga sangat lekat dengan integritas dan personaliti,
bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium,
seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak
manusia dan juga suatu bangsa.
Sebagai salah satu elemen tenaga kependidikan, seorang guru harus
mampu melaksanakan tugasnya secara profesional, dengan selalu berpegang
teguh pada etika kerja, produktif, efektif, dan efisien serta siap melakukan
pelayanan prima berdasarkan pada kaidah ilmu atau teori yang sistematis,
kewenangan profesional, pengakuan masyarakat, dan kode etik yang regulatif.
Selain itu, guru profesional dituntut untuk memiliki tiga kemampuan,
pertama, kemampuan kognitif, berarti guru harus memiliki penguasaan pada
materi, metode, media, dan mampu merencanakan dan mengembangkan kegiatan
pembelajarannya. Kedua, kemampuan psikomotorik, berarti guru dituntut
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengimplementasikan ilmu yang
dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, kemampuan afektif, berarti guru
15
memiliki akhlak yang luhur, terjaga perilakunya, sehingga ia akan mampu
menjadi model yang bisa diteladani oleh peserta didiknya.
Selain memiliki ketiga kemampuan tersebut, guru profesional juga
perlu melakukan pembelajaran di kelas secara efektif. Berikut, ciri-ciri guru
efektif yakni:
a. Memiliki hubungan baik dengan siswa
b. Menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar
c. Mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas
antar kelompok siswa
d. Mampu melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan
kegiatan pembelajaran
e. Mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara
dalam setiap diskusi
f. Mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan
berpikir yang berbeda untuk semua siswa
g. Mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa
h. Mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif
i. Dan mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk
menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang relevan.
Dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal (1) ayat
(1) dinyatakan, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.”
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih
memegang peranan yang penting. Peran guru dalam proses pengajaran belum
dapat digantikan oleh mesin, seperti : radio, televisi, ataupun komputer yang
paling modern sekalipun. Karena masih banyak unsur – unsur manusiawi seperti
sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan, dan lain – lain yang diharapkan
merupakan proses dari pengajaran yang tidak mungkin dapat dicapai melalui
mesin – mesin modern
Sosok profesional guru ditunjukkan juga melalui tanggung jawabnya
dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru profesional hendaknya
mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta
didik, orangtua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional
mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.
Tanggung jawab pribadi ditunjukkan melalui kemampuannya memahami dirinya.
Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami
dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki
kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan
melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menunjang tugas – tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan
moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama
yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma – norma agama dan
moral.
Dengan demikian, seorang guru profesional akan tercermin dalam
penampilan pelaksanaan pengabdian tugas – tugas yang ditandai dengan keahlian
baik dalam materi maupun metode.Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional
adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan
yang diprogramkan secara khusus untuk itu. Keahlian tersebut mendapat
16
pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan
lisensi dari pihak berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi).
Conny semiawan mengisyaratkan bahwa untuk menjadi tenaga yang
profesional, guru harus meningkatkan kemampuannya yaitu ia harus dapat
mengantisipasi berbagai perubahan dan perkembangan, mampu merancang dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang mengacu pada proses belajar
mengajar yang lebih baik. Selanjutnya ia mengemukakan bahwa profesionalisme
yang berkenaan dengan suatu keahlian, keterampilan dan sikap untuk bertindak
yang terbaik bagi lingkungannya. Seorang yang profesional senantiasa
berpandangan melakukan sesuatu yang benar dan baik.
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang
memiliki keahlian dalam mendidik perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang
yang memadai. Dalam konteks tersebut, menjadi guru profesional setidaknya
memiliki standar minimal, yakni :
a. Memiliki kemampuan intelektual yang baik
b. Memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional
c. Mempunyai keahlian mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara
efektif
d. Memahami konsep perkembangan psikologi anak
e. Memiliki kemampuan mengorganisir dan proses belajar
f. Memiliki kreativitas dan seni mendidik
John Goodlad, seorang Tokoh Pendidikan Amerika Serikat, pernah
melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa peran guru amat
signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran. Penelitian itu kemudian
dipublikasikan dengan judul “Behind the Classroom Doors”, yang di dalamnya
dijelaskan bahwa ketika para guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu
– pintu kelas itu, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh
guru.
Hal tersebut sangat masuk akal, karena ketika proses pembelajaran
berlangsung, guru dapat melakukan apa saja di kelas. Di dalam kelas itu seorang
guru juga dapat tampil sebagai sosok yang mampu membuat siswa berpikir
divergen dengan memberikan berbagai pertanyaan yang jawabnya tidak sekedar
terkait dengan fakta. Seorang guru di kelas dapat merumuskan pertanyaan kepada
siswa yang memerlukan jawaban secara kreatif, imajinatif-hipotetik, dan sintetik.
Pada prinsipnya profesionalisme guru dapat diartikan sebagai guru yang
dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Untuk melihat apakah seorang
guru dikatakan profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama,
dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk
jenjang sekolah tempat bekerja menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap
materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan
tugas – tugas bimbingan, dan lain – lain.
Suyanto (2001) mengemukakan empat prasyarat agar seorang guru dapat
dikatakan profesional, yakni:
a. Kemampuan guru mengolah atau menyiasati kurikulum
b. Kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan lingkungan
c. Kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri
d. Kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai bidang studi atau mata
pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh.
Guru sebagai pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahlian
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya keberhasilan proses belajar
17
mengajar sangat tergantung kepada bagaimana guru mengajar. Agar guru dapat
melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien, maka guru perlu memiliki
kompetensi yang dapat menunjang tugasnya. Kompetensi tersebut menurut
Bustami (2009;40-41) antara lain sebagai berikut:
a. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian yaitu guru memiliki kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan wibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia. Bakat dan minat menjadi guru merupakan faktor
penting untuk memperkokoh seseorang memilih profesi guru. Guru adalah
teladan bagi anak didik, dan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu
kepribadian yang mantap menjadi syarat pokok bagi guru agar tidak mudah
terombang-ambing secara psikologis oleh situasi-situasi yang terus berubah
secara dinamis (baik positif maupun situasi negatif). Dengan kepribadian
seperti ini guru akan mampu tampil berwibawa, arif dalam menyapa dan
mendidik para siswa dan cerdas dalam melayani masyarakat dengan segala
perbedaannya
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional yaitu kemampuan untuk dapat menguasai
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru
mampu membimbing peserta didik apa dapat memenuhi standar kompetensi
minimal yang seharusnya dikuasai oleh peserta didik. Guru diwajibkan
menguasai dengan baik mata pelajaran yang diasuhnya, sejak dari dasar-
dasar keilmuannya sampai dengan bagaimana metode dan teknik untuk
mengajarkan serta cara menilai dan mengevaluasi siswa yang mengikuti
proses belajar mengajar. Akhir dari proses pembelajaran adalah siswa
memiliki standar kompetensi minimal yang harus dikuasai dengan baik,
sehingga ia dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kompetensi tersebut.
Guru profesional adalah guru yang menguasai mata pelajaran dengan baik
dan mampu membelajarkan siswa secara optimal,menguasai semua
kompetensi yang dipersyaratkan bagi seorang guru
Mencakup kemampuan dalam hal: Mengerti dan dapat menerapkan
landasan kependidikan baik filosofis dan psikologis. Mengerti dan dapat
menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku
peserta didik. Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang
ditugaskan kepadanya. Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar
yang sesuai. Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta
fasilitas yang lain. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pengajaran. Mampu melaksanakan evaluasi belajar. Mampu menumbuhkan
kepribadian peserta didik.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Guru harus menjauhkan sikap egois,
sikap yang hanya mengedepankan kepentingan diri sendiri. Guru harus
pandai bergaul, ramah terhadap peserta didik, orang tua maupun pada
masyarakat umumnya. Guru adalah sosok yang dapat secara luwes
berkomunikasi ke segala arah, karena bidang tugasnya harus berhubungan
dengan siswa, antar guru, dengan atasannya, dan kepada masyarakat diluar
sekolah. Kunci keberhasilan guru dalam membina dan membelajarkan siswa
18
maupun anggota masyarakat lainnya, adalah pada kemampuan guru
melakukan interaksi sosial ini kepada siswa dan masyarakat lainnya.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya.
Upaya memperdalam pemahaman terhadap peserta didik ini didasari oleh
kesadaran bahwa bakat minat dan tingkat kemampuan mereka berbeda-beda,
sehingga layanan secara individual juga berbeda-beda. Sekalipun bahan ajar
yang disajikan dalam kelas secara klasikal sama, namun ketika sampai
kepada pemahaman individu, guru harus mengetahui tingkat perbedaan
individual siswa, sehingga dapat memandu siswa yang percepatan belajarnya
terbelakang, sehingga pada akhir pembelajaran memiliki kesetaraan. Pada
dasarnya proses pembelajaran ini adalah bagaimana kemampuan pendidik
membantu pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
3. Kualitas Pembelajaran
Kualitas adalah ukuran baik buruknya sesuatu, kadar, mutu,
derajat/taraf(kepandaian/kecakapan, dan sebagainya). Pembelajaran adalah proses
atau cara menjadikan orang belajar. Pendapat diatas dipertegas oleh Sardimin
19
(dalam Abdul Majid, 2013:5) pembelajaran merupakan proses yang berfungsi
membimbing peserta didik di dalam kehidupannya, yakni membimbing dan
mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani.
Sedangkan menurut Corey (dalam Abdul Majid,2006:4) pembelajaran adalah
suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran
merupakan subyek khusus dari pendidikan.
Kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas belajar dan
pemahaman siswa berdasar kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai,
serta kinerja guru yang mendukung proses pembelajaran. Kompetensi Dasar dan
Indikator yang harus dicapai, serta kinerja guru yang mendukung proses
pembelajaran.
Menurut Mulyasa (2002:101) kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak – tidaknya sebagian besar
(75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat
belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif
pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak – tidaknya sebagian besar (75%).
Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi serta
sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat dan pembangunan
Menurut Lovitt dan Clarke (Suherman, 2007: 79) menambahkan
bahwa kualitas pembelajaran ditandai dengan berapa luas dalam lingkungan
belajar; mulai dari mana siswa ini berada, mengenali bahwa siswa belajar dengan
kecepatan yang berbeda, melibatkan siswa secara fisik dalam proses belajar,
meminta siswa untuk memvisualkan yang imajiner
Berikut ini akan dipaparkan tujuh langkah efektif guna
meningkatkan kualitas pembelajaran, yaitu pembelajaran harus mampu:
a. Mengembangkan kecerdasan emosi(emotional quotient)
b. Mengembangkan kreativitas(creativity quotient).
c. Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang.
d. Membangkitkan gairah belajar.
e. Memecahkan masalah.
f. Mendayagunakan sumber belajar
g. Melibatkan masyarakat dalam pembelajaran.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila mencapai tujuan yang
ditentukan. Pernyataan tersebut diperkuat dengan definisi kualitas pembelajaran
yang dikemukakan Depdiknas (2004: 7-10) yaitu keterkaitan sistemik dan
sinergis antara guru, siswa, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan
sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal
sesuai dengan tuntutan kurikulum. Komponen kualitas pembelajaran meliputi
perilaku pembelajaran pendidik, perilaku dan dampak belajar siswa, materi,
media, iklim dan sistem pembelajaran. Berdasarkan komponen kualitas
pembelajaran tersebut, guru semestinya menekankan pada tiga komponen kualitas
pembelajaran yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar.
20
4. Keterampilan Pembelajaran yang Profesional
Turney (1973) mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat
berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya,
memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup
pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar
kelompok kecil dan perorangan. Berikut diuraikan 8 keterampilan tersebut dan
cara menggunakannya agar tercipta pembelajaran profesional dan berkualitas:
a. Menggunakan keterampilan bertanya
Menggunakan keterampilan bertanya Keterampilan bertanya
mencakup pertanyaan yang jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan
perhatian, pemindahan giliran, penyebaran pertanyaan (ke seluruh kelas, ke
peserta didik tertentu dan ke peserta didik lain untuk menanggapi jawaban),
pemberian waktu berpikir, pemberian tuntunan (dapat dilakukan dengan
mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain, menanyakan dengan
pertanyaan yang lebih sederhana dan mengulangi penjelasan sebelumnya)
b. Memberi penguatan
Penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat
meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut.
Penguatan dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal, dengan prinsip
kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan dan menghindari penggunaan
respon yang negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat
pujian seperti bagus, tepat, puas dengan hasil kerja kalian. Sedangkan secara
nonverbal dapat dilakukan dengan gerakan mendekati peserta didik,
sentuhan, acungan jempol dan kegiatan yang menyenangkan.
c. Mengadakan variasi
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai
guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar
selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran
adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
motivasi belajar peserta didik serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
d. Menjelaskan
Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu
benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang
berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki
guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk
memberikan penjelasan. Oleh sebab itu, keterampilan menjelaskan perlu
ditingkatkan agar dapat mencapai hasil yang optimal.
e. Membuka dan menutup pelajaran
Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin
yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Agar
kegiatan tersebut memberikan sumbangan yang berarti terhadap pencapaian
tujuan pembelajaran, perlu dilakukan secara profesional.
f. Membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan
dan memecahkan masalah. Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu
bentuk kegiatan pembelajaran yang sering digunakan.
g. Mengelola kelas
21
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika
terjadi gangguan dalam pembelajaran.
h. Mengelola kelas
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian
terhadap setiap peserta didik dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara
guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan, perlu diperhatikan
kemampuan dan kematangan berpikir peserta didik, agar apa yang
disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik.
22
2. Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa
merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain – lain.Peristiwa tersebut adalah suatu
rangkaian kegiatan komunikasi antara guru dengan siswa yang saling digunakan
dalam interaksi untuk mencapai suatu perubahan dan pertumbuhan intelektual. Proses
komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu:
a. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing (symbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa.
b. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
23
siswa relatif sama. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
menjawab apa yang dibutuhkan siswa. Model pembelajaran ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa, proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
c. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah
Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah Komunikasi ini tidak
hanya melibatkan interaksi yang dinamis antara guru dan siswa, tetapi juga
melibatkan interaksi dinamis antara siswa dengan siswa lainya. Proses belajar
mengajar dengan pola komunikasi ini mengarahkan kepada proses pengajaran yang
mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga siswa belajar aktif,
diskusi, simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini.
24
Guru sebagai evaluator berperan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Komunikasi guru siswa di dalam kelas lebih banyak tercipta dalam bentuk
komunikasi langsung atau tatap muka. Dalam kegiatan belajar mengajar tatap muka
komunikasi langsung dapat terjadi baik dalam situasi klasikal, kelompok, maupun
individual.20 Beberapa bentuk komunikasi dalam situasi tersebut adalah :
25
a. Penyampaian informasi secara lisan Interaksi belajar mengajar berintikan
penyampaian informasi yang berupa pengetahuan terutama dari guru kepada
siswa.
b. Penyampaian informasi secara tertulis Para guru kemungkinan juga
berkomunikasi oleh siswa dengan siswanya secara tertulis, berupaya
penyampaian bahan tertulis tulisanya sendiri atau karya orang lain supaya dibaca
dan dipelajari oleh siswa.
c. Penyampaian melalui media elektronika Beberapa sekolah dewasa ini sudah
mulai memanfaatkan media elektronika dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
digunakannya media elektronika, maka komunikasi guru-siswa menjadi tidak
langsung, peranan guru tetap besar terutama memberikan bimbingan mengatasi
kesulitan, dan memberikan penilaian.
d. Komunikasi dalam aktifitas kelompok Dalam aktivitas kelompok, kemungkinan
mengadakan komunikasi ini lebih kaya dibandingkan dengan penyampaian
informasi baik lisan maupun tertulis
26
1. Ekspresi wajah, merupakan sumber yang kaya dengan Komunikasi, karena
ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
2. kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan
mengadakan kontak mata selama berinteraksi atau tanya jawab berarti orang
tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk
memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga
memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.
3. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih
bersifat spontan daripada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti
perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau
simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
4. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
5. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi.
Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya
sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
6. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan
isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk- ngetukan kaki
atau menggerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam
keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.
7. Tujuan Komunikasi
Menurut Widjaja, H.A.W (2000) pada umumnya komunikasi mempunyai
beberapa tujuan :
a. supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita harus
menjelaskan kepada komunikan dengan sebaik – baiknya apa yang kita
maksudkan
b. memahami orang lain, sebagai komunikan kita harus mengerti benar asperasi
masyarakat tentang apa yang di inginkan
c. upaya gagasan diterima orang lain, kita harus berusaha agar gagasan kita
diterimaorang lain dengan pendekatan yang persuasive bukan memaksakan
kehendak
d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakkan sesuatu itu
dapat bermacam – macam, mungkin berupa kegiatan, kegiatan yang dimaksud
disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong namun yang penting harus
diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.
Menurut penulis komunikasi itu bertujuan mengharapkan pengertian,
dukungan, gagasan, dan tindakan, setiap kali kita bermaksud mengadakan
komunikasi maka kita perlu meneliti apa yang menjadi tujuan kita tersebut, yaitu:
a. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Ini dimaksudkan
apakah kita menginginkan supaya orang lain mengerti dan dapat memahami apa
yang kita maksud.
27
b. Apakah kita ingin supaya orang lain menerima dan mendukung gagasan kita.
Dalam hal ini tentunya cara penyampaiannya akan berbeda dengan cara yang
dilakukan diatas.
c. Apakah kita ingin supaya orang lain mengerjakan sesuatu atau supaya mereka
mau bertindak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru memiliki peran sentral dalam sistem pendidikan, merupakan sebutan
untuk orang yang secara terpola, formal, dan sistematis mendidik peserta didik pada
berbagai jalur pendidikan. Meskipun definisi guru bervariasi, dalam konteks hukum
Indonesia, guru diatur oleh UU R.I. Nomor 14 Tahun 2005 sebagai pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Namun, pandangan mengenai
perbedaan antara guru, pengajar, dan pendidik dapat bervariasi di berbagai budaya
dan tradisi.
Setiap individu memiliki kepribadian unik yang mencakup karakteristik, pola
pemikiran, perasaan, dan perilaku. Hal ini berlaku juga untuk guru, yang memiliki
gaya kepribadian, gaya mengajar, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Pola
kepribadian guru sangat penting, karena guru memiliki otoritas yang besar terhadap
siswa. Kepribadian guru mempengaruhi motivasi, disiplin, tingkah laku sosial,
prestasi, dan hasrat belajar siswa.
28
Profesionalisme guru memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu. Guru profesional adalah mereka yang
memiliki kemampuan tinggi, berpegang teguh pada nilai moral, dan terus
mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan zaman. Pengakuan sebagai guru
profesional diberikan oleh badan atau lembaga formal, serta diakui oleh masyarakat
dan pengguna jasa profesi guru. Profesionalisme guru juga mencakup kemampuan
komunikasi yang efektif, melibatkan kemampuan berbahasa baik, volume suara
yang sesuai, penampilan yang memadai, dan penguasaan materi pelajaran yang
diajarkan.
Dalam konteks pembelajaran, proses komunikasi guru sangat penting. Proses
komunikasi terbagi menjadi dua tahap: proses komunikasi secara primer, yang
melibatkan lambang (bahasa), dan proses komunikasi secara sekunder, yang
melibatkan alat atau sarana sebagai media tambahan. Untuk berkomunikasi dengan
baik, guru harus memiliki kemampuan berbahasa, volume suara yang sesuai,
penampilan yang moderat, dan penguasaan materi pelajaran. Guru yang memiliki
kemampuan komunikasi yang baik dapat menciptakan pembelajaran yang efektif
dan membangun hubungan yang baik dengan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
29
Khatimah, D. K. (2019). Peranan Guru Profesional Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Di Smp Negeri 2 Bantaeng. Skripsi UNIV.MUHAMMADIYAH
MAKASSAR, 1–86.
Kuliah, M. (2024). RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.
Mathematics, A. (2016). Tinjauan Tentang Guru. 20, 1–23.
Nurtanto, M. (2016). Mengembangkan Kompetensi Profesionalisme Guru. Prosiding
Seminar Nasional Inovasi Pendidikan: Inovasi Pembelajaran Berbasis Karakter Dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, 10, 553–565.
Pokok, A. T., & Fungsi, D. A. N. (2022). Bab i menjadi guru profesional. Eduvation, 1–148.
Rahmatita, N. (2021). Tugas Dan Peran Guru Profesionalisme. 15601040025.
http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/xhn2k
Sopian, A. (2016). Tugas, Peran, Dan Fungsi Guru Dalam Pendidikan. Raudhah Proud To Be
Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 1(1), 88–97.
https://doi.org/10.48094/raudhah.v1i1.10
Zahruddin. (2015). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Guru Dalam Rangka Menciptakan
Professional Learning. Seminar Nasional Professional Learning Untuk Indonesia Emas,
1–640.
Zola, N., & Mudjiran, M. (2020). Analisis Urgensi Kompetensi Kepribadian Guru. Jurnal
EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 6(2), 88–93.
https://doi.org/10.29210/120202701%0Ahttps://jurnal.iicet.org/index.php/jppi
%0AAnalisis
30