Krim

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Krim

A. Definisi
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (DepKes RI, 2013).
Krim berfungsi sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan
kulit, sebagai bahan pelumas untuk kulit, dan sebagai pelindung untuk kulit.
(Wardiyah, 2015)

B. Tipe Krim
1) Emulsi minyak dalam air (M/A)
Merupakan basis yang dapat dicuci dengan air. Basis yang dapat dicuci
dengan air akan membentuk suatu lapisan tipis yang semi permiabel, setelah air
menguap pada tempat yang digunakan (Lachman et al., 1990).
2) Emulsi air dalam minyak (A/M)
Merupakan basis krim pendingin. Emulsi air dalam minyak dari sediaan semi
padat cenderung membentuk suatu lapisan hidrofobik pada kulit. Suatu lapisan
tipis minyak pelindung tetap berada pada kulit sesuai dengan penguapan air.
Penguapan air yang lambat memberikan efek mendinginkan pada kulit (Lachman
et al., 1990).

C. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Krim


1) Kelebihan :
 Mudah menyebar rata dan praktis
 Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air untuk tipe m/a (minyak
dalam air)
 Tidak lengket dan tidak berminyak, untuk tipe m/a (minyak dalam air)
 Zat aktif yang diabsorbsi pada pemakaian topikal tidak cukup beracun,
sehingga efek samping dapat diminimalisir .
 Meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan
kulit berminyak
2) Kekurangan :
 Susah dalam pembuatannya, karena dibutuhkan suhu yang optimal pada saat
pembuatan (fase minyak dan fase air)
 Mudah pecah, karena suhu tidak optimal atau saat pencampuran fase minyak
dan fase air pengadukannya tidak tepat.

D. Jenis Krim (Wasitaatmadja ; 1997)


1) Krim Pendingin (Cold Cream)
Pelembab yang karena kandungan airnya menguap secara lambat
menimbulkan rasa dingin pada kulit. Biasanya bentuk sediaannya air dalam
minyak namun tidak terlalu lunak dan tidak terlalu lengket, berisi bees-wax,
mineral oil, paraffin, dan spermaceti.
2) Krim Vitamin (Vitamin Cream)
Mengandung vitamin B kompleks, asam pantotenat, vitamin E, vitamin A,
vitamin C, dan vitamin D. Kegunaan vitamin secara topikal pada kulit ini
diragukan manfaatnya karena permeabilitas kulit yang rendah dan jauh kurang
efisien dibanding bila diberikan per oral.
3) Krim Urut (Massage Cream)
Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan minyak
dipermukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya berbentuk krim A/M.
4) Krim Tangan atau Badan (Hand and Body Cream)
Dipakai untuk melembutkan dan menghaluskan kulit ditempat tersebut dengan
menggunakan emolien, humektan, dan barrier kulit. Pelembab biasanya lebih
cair, dapat ditambah tabir surya, aloe vera, alantoin, AHA, atau vitamin.
5) Krim Mengandung Zat Makanan (Nourishing Cream atau Skin Food
Cream)
Tidak memberi makanan kulit tetapi hanya untuk lubrikasi, mengurangi
hilangnya kelembaban kulit dan tidak menghilangkan kerut secara permanent. Isi
terpenting adalah lanolin, white germ oil, sun flower oil atau corn oil.
E. Bahan
1) Vitamin C
 Fungsi : Sebagai antioksidan
merupakan sediaan yang jika dioleskan ke kulit mampu merangsang produksi
kolagen dan menghambat pembentukan melanin, dimana vitamin c berkhasiat
sebagai antioksidan. Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi
elektron. Secara biologis senyawa antioksidan adalah senyawa yang dapat
menangkal dampak negatif dari oksidan (Winarti ; 2010)
2) Cera Alba
 Fungsi : zat tambahan, basis krim, untuk meningkatkan konsistensi krim
Penambahan cera alba pada sediaan krim dapat menyebabkan krim memiliki
sifat fisik yang baik, konsistensi sediaan krim tidak terlalu encer sehingga lebih
nyaman dan lebih mudah saat digunakan. Selain itu cera alba membuat sediaan
krim dapat melekat lama di kulit, tidak mudah hilang oleh air dan keringat, serta
memberikan proteksi pada kulit (Fitriana, 2009).
3) Vaselin Album / Vaselin Putih
 Fungsi : Sebagai basis yang bersifat emolient
Vaselin banyak digunakan dalam formulasi sediaan topikal sebagai basis yang
bersifat emolient. Vaselin album digunakan sebagai emolien krim, topikal emulsi,
topikal ointments dengan konsentrasi antara 10-30% (Rowe et.al, 2009).
4) TEA
 Fungsi : Sebagai emulsifying agent
Trietanolamin (TEA) merupakan senyawa sabun yang terbentuk melalui
transplantasi asam lemak dan produk trietanol teknis yang mengandung 10-15%
dietanolamin dan 5% monoetanolamin. Trietanolamin banyak digunakan dalam
formulasi sediaan topical, terutama dalam pembentukan emulsi. Bersifat sangat
higroskopis, TEA akan berubah warna menjadi coklat apabila terpapar oleh udara
dan cahaya langsung (Rowe et al, 2009)
5) Propilenglikol (C3H8O2)
 Fungsi : Sebagai humektan dengan kadar 1-15%
Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut, ekstraktan, dan
pengawet dalam berbagai parenteral dan nonparenteral formulasi farmasi. Ini
adalah pelarut umum lebih baik dari gliserin dan melarutkan berbagai macam
bahan, seperti kortikosteroid, fenol, obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D),
yang paling alkaloid, dan banyak anestesi lokal. Propilen glikol digunakan dalam
berbagai macam formulasi farmasi dan umumnya dianggap sebagai bahan yang
tidak beracun (Rowe et al., 2009).
6) Aquadest (H2O)
 Fungsi : Sebagai pelarut
Air banyak digunakan sebagai bahan baku, bahan dan pelarut dalam
pengolahan, formulasi dan pembuatan produk farmasi, bahan aktif farmasi (API)
dan intermediet, dan reagen nalitis. Nilai spesifik dari air yang digunakan untuk
aplikasi tertentu dalam konsentrasi hingga 100% (Rowe et al., 2009)
7) Asam Stearat (C18H36O2)
 Fungsi : Sebaga emulsifying agent
Magnesium stearat digunakan secara luas sebagai bahan tambahan.
Magnesium stearat bersifat hidrofobik yang akan mempengaruhi disolusi obat
dari bentuk sediaan padat. Konsentrasi dan lamanya waktu pencampuran dapat
mempengaruhi disolusi suatu obat (Allen dan Luner,2006).
Asam stearat digunakan dalam krim yang mudah dicuci dengan air, sebagai
zat pengemulsi untuk memperoleh konsistensi krim tertentu serta untuk
memperoleh efek yang tidak menyilaukan pada kulit. (Lachman, 2008).
8) Oleum Anisi
 Fungsi : Zat tambahan

F. Skematis Kerja
1) Siapkan alat dan bahan
2) Timbang bahan-bahan
3) cera alba, asam stearate & vaselin album dileburkan di penangas air
4) TEA dan propilenglikol dimasukkan ke gelas beker dan larutkan dengan aquadest
5) Panaskan mortir dengan menggunakan air panas hingga mortir panas
6) Pada saat mortir panas masukkan fase minyak kedalam mortir. Gerus cepat lalu
masukkan fase air gerus ad terbentuk fase krim lalu tambahkan oleum anisi secara
perlahan dan gerus
G. Uji Sifat Fisik Sediaan Krim
1) Uji Organoleptis
2) Uji Homogenitas
3) Uji Daya Lekat
4) Uji Daya Sebar
5) Uji pH

You might also like