Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334026442

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK SLOW LEARNER

Article in NATURALISTIC Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran · October 2017
DOI: 10.35568/naturalistic.v2i1.108

CITATIONS READS
0 5,365

2 authors, including:

Nurul Hidayati Rofiah


Ahmad Dahlan University
21 PUBLICATIONS 41 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Disleksia View project

All content following this page was uploaded by Nurul Hidayati Rofiah on 01 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK SLOW LEARNER
(Studi Kasus Di Sekolah Dasar Inklusi Wirosaban Yogyakarta)

Nurul Hidayati Rofiah


Universitas Ahmad Dahlan
Jalan Ki Ageng Pemanahan No. 19 Yogyakarta
Email: nurulhidayati@pgsd.uad.ac.id

Ina Rofiana
Universitas Ahmad Dahlan
Jalan Ki Ageng Pemanahan No. 19 Yogyakarta
Email: inaroviana.ir@gmail.com

Abstract
This study aims to describe learning methods for slow learners Wirosaban is an inclusive school in Yogyakarta.
Based on the assessment results, 10 of 14 children with special needs included slow learner. This research is
descriptive with qualitative approach. This research is called descriptive research because it produces case study
data in the form of description about the learning method of slow learner in Wirosaban Elementary School. data
collection using participant observation, in depth interview, and documentation. Data analysis technique is
qualitative data analysis: data reduction, data dysplay, and drawing conclusion. The result of this research is
implementation of learning method for slow learner in Wirosaban Elementary School is with question and answer,
lecture, and discussion with demonstration. Learning method used slow leaner and normal learners no difference
only slow leaner modificated with additional time and additional task as follow-up. Evaluation activities such as
extra time working on problems for slow leaner are now removed due to full day school.
Keyword:
Slow learner; inclusive education; learning method.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendskripsikan penerapan metode pembelajaran untuk peserta didik slow learner. SD
Negeri Wirosaban merupakan sekolah inklusi di Yogyakarta. Berdasarkan hasil asesmen, 10 dari 14 anak
berkebutuhan khusus yang ada termasuk anak slow learner.jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini disebut penelitian deskiptif karena menghasilkan data studi
kasus berupa gambaran mengenai metode pembelajaran anak lambat belajar kelas III di SD Negeri Wirosaban
Yogyakata.Teknik pengumpulan data menggunakan observasi berperan serta, wawancara mendalam dan
dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif: reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan penerapan metode pembelajaran untuk anak
slow learner di SD Negeri Wirosaban adalah dengan tanya jawab, ceramah dan diskusi dengan demonstrasi.
Metode pembelajaran yang dipakai anak slow leaner dan peserta didik normal tidak ada perbedaanya hanya anak
slow leaner dimodifikasi dengan tambahan waktu dan tambahan tugas khusus sebagai tindak lanjut. Kegiatan
evaluasi seperti tambahan waktu mengerjakan soal untuk anak slow leaner sekarang tidak ada karena full day
school.
Kata Kunci:
Metode pembelajaran; slow learner; inklusi.

A. PENDAHULUAN setiap anak berhak untuk meningkatkan


Pendidikan merupakan hak yang harus segala potensi yang ada dalam dirinya
diterima oleh setiap anak dalam hidupnya melalui pendidikan. Anak Berkebutuhan
tanpa terkecuali anak berkebutuhan khusus. Khusus (ABK) memiliki hak untuk
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem mendapatkan pendidikan sebagaimana anak
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa normal pada umumnya tanpa perlu
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

didiskriminasikan dengan ditempatkan di anak normal lainnya. Diharapkan pula anak


sekolah khusus yang berbeda dengan anak dengan kebutuhan khusus dapat
normal. Penyelenggaraan pendidikan untuk memaksimalkan kemampuan dan potensi
peserta didik berkelainan atau memiliki yang dimilikinya salah satu jenis anak
kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan berkebutuhan khusus yang umum berada
pada SD umum, sekolah ini dinamakan disekolah adalah anak dengan kategori
sekolah inklusi. lamban belajar (Slow Learner).
Pendidikan inklusif dalam Pasal 3 Anak lamban belajar (slow learner)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional merupakan anak yang memiliki potensi
Republik Indonesia No. 70 tahun 2009 intelektual sedikit di bawah normal, tetapi
didefinisikan sebagai sistem tidak termasuk anak tuna grahita. Slow
penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi learner secara akademis biasanya
peserta didik yang memiliki kelainan dan diidentifikasi berdasarkan skor yang dicapai
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat mereka pada tes kecerdasan, dengan IQ
istimewa, peserta didik yang termasuk anak antara 70-89 (Hadi, 2016: 36). Anak yang
berkebutuhan khusus meliputi: 1) anak demikian akan mengalami hambatan belajar,
tunanetra; 2) anak tunarungu; 3) anak sehingga prestasi belajarnya biasanya juga di
tunawicara; 4) anak tunagrahita; 5) anak bawah prestasi belajar anak-anak normal
tunadaksa; 6) anak tunalaras; 7) anak lainnya, yang sebaya dengannya. Ketika anak
berkesulitan belajar; 8) anak lambat belajar; slow learner masuk ke sekolah dasar umum
9)anak autis; 10) anak memiliki gangguan (SD), anak slow learner akan mengalami
motorik. Secara konseptual model masalah akademik dan sosial. Secara
pendidikan inklusi menjanjikan sejumlah akademik mereka lambat dalam menyerap
keunggulan dalam penyelenggaraan pelajaran terutama dalam kemampuan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. bahasa, angka dan konsep, karena
Pendidikan inklusi dianggap sebagai strategi keterbatasan kognitif tersebut, anak slow
yang efektif untuk menuntaskan wajib learner cenderung kurang percaya diri,
belajar 9 tahun bagi anak-anak yang memilki mereka memiliki sedikit teman atau
kebutuhan khusus, hal ini dimungkinkan berteman dengan anak-anak yang lebih kecil.
karena anak dapat memperoleh pendidikan Peserta didik slow learner dimungkinkan
pada sekolah manapun yang terdekat dengan akan mengalami berbagai macam kendala
tempat tinggalnya (Maftuhatin, 2014: 203). selama proses pembelajaran berlangsung.
Pendidikan inklusif merupakan layanan Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus penyebab anak lambat belajar antara lain
yang digabungkan dengan anak normal karena masalah konsentrasi, daya ingat yang
dengan harapan menumbuhkan sikap saling lemah, kognisi, serta masalah sosial dan
menghargai antar sesama. Dengan emosional di sekolah peserta didik
keberadaan layanan pendidikan inklusif ini, diharuskan menyelesaikan tugas-tugas,
anak yang berkebutuhan khusus diharapkan belajar dengan sungguh-sungguh dalam
mampu mengembangkan bakat mereka menerima pelajaran, dan mencapai hasil nilai
secara optimal (Al Darmono, 2016: 1). yang tinggi, namun pada kenyataannya pada
Melalui pendidikan inklusif diharapkan anak saat sekarang ini banyak peserta didik yang
berkebutuhan khusus dapat dididik bersama- mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
sama dengan anak normal lainnya. tugas-tugasnya dikarenakan lambat belajar
Tujuannya adalah agar tidak ada kesenjangan (slow learner) sehingga mengakibatkan
diantara anak berkebutuhan khusus dengan timbulnya perasaan rendah diri atau

95 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

inferioritas (Mulyadi, 2010: 123). Oleh tentunya tergantung pada seberapa besar
karena itu sebagai guru yang harus dapat perhatian peserta didik terhadap stimulus
memberikan penyelesaian terhadap kendala- yang diterima oleh individu. Dalam
kendala yang dialami peserta didik tersebut mengakomodasikan kemampuan peserta
agar tidak ditemukan lagi saat proses didik dalam mengingat pelajaran yang
pembelajaran selanjutnya. Kendala-kendala diberikan tidak hanya menggunakan ceramah
yang terjadi harus dapat ditangani dengan yang oleh sebagian peserta didik akan
cepat agar peserta didik slow learner dapat mengalami kesulitan khususnya bagi anak
mengikuti pembelajaran bersama peserta yang mengalami hambatan belajar seperti
didik lainnya dan mencapai hasil yang slow learner (Raharjo, 2012: 36).
optimal dalam pembelajarannya. Salah satu
solusi dalam menghadapi kendala-kendala itu METODE
adalah dengan menerapkan metode Jenis penelitian yang digunakan dalam
pembelajaran yang berbeda-beda serta penelitian ini yaitu penelitian deskriptif
interaktif setiap harinya untuk dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
mengakomodasi anak lamban belajar agar disebut penelitian deskiptif karena
lebih termotivasi. menghasilkan data studi kasus berupa
Dalam pengaplikasian suatu metode gambaran mengenai metode pembelajaran
pembelajaran, guru harus memperhatikan anak lambat belajar di SD Negeri Wirosaban
bahwa fase perkembangan peserta didik Yogyakata. Pemilihan tempat karena sesuai
Sekolah Dasar berada pada fase operasional dengan latar belakang sekolah yang
dan operasional konkret (Jarmita, 2012: 152). merupakan sekolah inklusi. Subjek penelitian
Anak pada fase operasional ini mengambil yang akan diambil sebagai informan yaitu:
keputusan berdasarkan atas apa yang wali kelas III, peserta didik slow leaner.
dilihatnya seketika dan operasional konkret, Objek penelitian ini adalah metode
bahwa peserta didik sudah berpikir logis pembelajaran yang digunakan guru untuk
yang didasarkan manipulasi fisik dari objek- mengajar anak lambat belajar (slow learner)
objek. Guru dalam mentransfer nilai tidak yang duduk di kelas III. Teknik
hanya diberikan dalam bentuk ceramah, pengumpulan data observasi berperan serta
tetapi juga terkadang dalam bentuk dan (participant observation), wawancara
tindakan, sehingga suasana belajar tidak mendalam (in depth interview), dan data
monoton dan terasa menyenangkan. dokumentasi. Keabsahan data dengan proses
Kemudian diharapkan mengikuti triangulasi sumber dan teknik. Teknik
perkembangan metode pembelajaran analisis data menggunakan teknik analisis
mutakhir untuk menggunakan media data kualitatif. Aktivitas dalam analisis data,
teknologi informasi dalam pembelajarannya, yaitu data reduction (reduksi data, dan
melalui alat teknologi ini pembelajaran yang display (penyajian data), dan conclusion
efektif dan efisien dapat dicapai. drawing/verivication ( penarikan
Setiap peserta didik juga memiliki kesimpulan).
kemampuan mengingat, namun pada masing- B. HASIL DAN PEMBAHASAN
masing individu akan mempunyai 1. Proses Pemilihan Metode
kemampuan ingatan yang berbeda-beda Pembelajaran
(individual defferences). Dalam proses Guru menyusun rancangan
tersebut stimulasi yang masuk disimpan pembelajaran untuk kelas inklusi sama
dalam ingatan, tetapi tidak semua stimulus seperti RPP untuk kelas reguler. Berdasarkan
yang masuk di simpan dalam ingatan. Hal ini pedoman penyelenggaraan pendidikan

96 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

inklusi yang dibuat oleh Direktorat dan karakteristik peserta didik serta
Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Direktorat menyesuaikannya dengan tujuan
Jenderal Manajeman Pendidikan Dasar dan pembelajaran. Tujuan pembelajaran di kelas
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional III sudah mengikuti aturan Format ABCD
tahun 2009, ada tiga pengembangan yaitu komponen dalam rumusan tujuan
kurikulum yaitu: (1) model kurikulum pembelajaran, di mana A (audience) yaitu
reguler penuh, (2) model kurikulum reguler karakteristik peserta didik yang akan belajar.
dengan modifikasi, dan (3) model kurikulum B (behavior) adalah perilaku yang akan
PPI. Setelah mengetahui hasil analisis terkait dicapai sebagai hasil belajar. C (condition)
perencanaan pembelajaranan salah satunya adalah kondisi yang disediakan bagi peserta
pembuatan RPP dan analisis hasil observasi, didik saat mengikuti tes. D (degree) adalah
maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum tingkat pencapaian yang diharapkan pada
yang dijalankan di SD Negeri Wirosaban peserta didik (Faturihman).
termasuk ke dalam model kurikulum reguler Berdasarkan hasil observasi di guru
penuh. Proses pemilihan metode dalam kelas III, guru senantiasa mempersiapkan
perencanaan pembelajaran di kelas III RPP pada setiap pembelajaran. Metode yang
bersama slow learner di SD Negeri dilaksanakan dalam pembelajaran dengan
Wirosaban dipertimbangkan dari bebrapa slow learner tersebut adalah sama dengan
aspek, yaitu tujuan, materi, karakteristik metode yang telah direncanakan dalam RPP
peserta didik, dan guru. pun dalam pemberian materi antara anak
Tabel 1. Jumlah anak lambat belajar slow leaner dengan anak normal isi materi
di SDN Wirosaban sama, yang membedakan hanya pada
Jumlah anak penyampaian materi tersebut. RPP mengacu
No Kelas Skor IQ
lambat belajar pada buku guru tematik kurikulum 2013
1 Kelas II 70 1 Anak yang dibuat berkelompok dengan guru lain
72 dalam satu gugus. Seluruh komponen
Kelas 75 pembelajaran yang tercantum dalam RPP
2 4 Anak (media, metode, penilaian, sumber, materi,
III 83
85 strategi) untuk anak lamban belajar adalah
Kelas sama dengan peserta didk lainnya.
3 79 1 Anak Sedangkan untuk menganalisis karakteristik
IV
Kelas 80 anak lamban belajar, guru melakukan
4 2 Anak komunikasi individual secara intensif dan
V 85
Kelas berdasar pada evaluasi proses pembelajaran.
5 85 1 Anak Guru dalam memilih metode
VI
pembelajaran di sekolah inklusi bukan hanya
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari mempertimbangkan aspek kesesuaian dengan
setiap kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran dan tujuan pembelajaran
karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat melainkan juga mempertimbangkan aspek
mempengaruhi penentuan metode, sebab perbedaan karakteristik peserta didik serta
metode tunduk pada tujuan, bukan perbedaan karakteristik belajar dari peserta
sebaliknya. Kemudian berdasarkan hasil didik. Peserta didik memiliki karakteristik
wawancara dalam mengimplementasikan yang berbeda-beda, baik minat, bakat,
metode pembelajaran kelas III di SD Negeri kebiasaan, motivasi, situasi sosial,
Wirosaban maka guru harus lingkungan keluarga dan harapan terhadap
menyesuaikannya dengan kemampuan awal masa depan. Perbedaan peserta didik dari

97 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

aspek psikologis seperti sifat pendiam anak dibawah usianya. Karena anak
superaktif, tertutup, terbuka, periang, lebih nyaman bermain dengan teman di
pemurung bahkan ada yang menunjukkan bawa usianya.
prilaku-prilaku yang sulit untuk dikenal. e. Moral
Semua perbedaan tadi akan berpengaruh Anak malah cenderung rajin, selalu
terhadap penentuan metode pembelajaran. mematuhi aturan yang ada. Namun
Assesmen untuk anak Slow Learner di anak sering lupa dalam mengerjakan
kelas III diperoleh karakteristik anak lamban PR.
belajar di SD Negeri Wirosaban adalah
sebagai berikut : Perbedaan karakteristik peserta didik dan
a. Inteligensi karakteristik belajar peserta didik di sekolah
Memiliki daya ingat lemah. Anak Slow inklusi ini tentunya tertujuan pada perbedaan
learner umumnya lemah dalam mata antara anak normal dan anak berkebutuhan
pelajaran matematika, misalnya pada khusus. Jadi, meskipun anak berkebutuhan
materi perkalian mereka cenderung khusus itu jumlahnya lebih sedikit dari anak
cara menghitungnya bukan normal guru tetap tidak boleh
mengkalikan tetapi dengan cara mengabaikannya. Sebab mereka mempunyai
dijumlah. Sebagian besar anak lambat hak belajar yang sama dengan anak normal,
belajar kesulitan dalam menulis dan Guru juga harus melakukan modifikasi
membaca. terhadap metode pembelajaran yang
Daya tangkap terhadap pelajaran digunakan agar sifatnya lebih fleksibel dan
lambat karena anak lambat belajar mudah diterima oleh semua peserta didik
tidak dapat belajar dengan hal abstrak, baik peserta didik normal maupun anak
mereka lebih mudahnya dalam praktik berkebutuhan khusus.
langsung. Guru kelas III mempersiapkan sebaik
b. Bahasa mungkin metode pembelajaran yang akan
Bahasa anak lambat belajar jelas dan digunakan sebelum memulai proses
lancar-lancar aja. Namun terkadang pembelajaran. Modifikasi dilakukan antara
kurang sopan aja dalam berbicara lain dengan melakukan pengorganisasian
dengan orang yang belih tua. materi agar peserta didik lebih mudah
c. Emosi memahami materi pelajaran. Guru juga harus
Memiliki emosi yang kurang stabil banyak melakukan pengulangan materi untuk
seperti mereka diejek temannya mereka memberikan penguatan terutama kepada
cenderung balas dendam. Selain itu peserta didik berkebutuhan khusus Slow
Kurang percaya diri contohnya ketika Learner, karenanya guru juga harus
di suruh mengerjakan soal di depan memodifikasi alokasi waktu sebaik mungkin
kelas tidak mau, tidak mau bertanya agar tujuan pembelajaran seluruhnya bisa
ketika dia tidak paham terhadap apa tercapai meskipun banyak melakukan
yang disampaikan guru. pengulangan materi. Serta guru juga
d. Sosial melakukan umpan balik untuk mengetahui
Lebih suka menjadi penonton atau sejauhmana pemahaman peserta didik baik
pemain pasif dan dikelas, anak lambat itu peserta didik normal maupun anak
belajar cenderung diam saja. Apabila berkebutuhan khusus. Guru tidak
tidak ditanya mereka tidak akan memandang rendah kemampuan anak
bertanya karena keterbatasan kosakata berkebutuhan khusus sehingga
sehingga lebih suka bermain dengan mengabaikannya dalam proses pembelajaran.

98 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

Karena hal ini akan semakin membuat dan tingkat perkembangannya. Materi yang
peserta didik berkebutuhan khusus terpuruk. digunakan dalam pembelajaran hanya materi
Justru guru senantiasa memperhatikannya yang ada di dalam buku teks yang dimiliki
untuk membantu meningkatkan guru.
kemampuannya. Materi tersebut ditentukan berdasarkan
Kegiatan pembelajaran harus dirancang tujuan pembelajaran saja. Sehingga semua
dengan memperhatikan kelemahan yang materi yang diterapkan di kelas sama tanpa
dimiliki oleh peserta didik. Artinya cara yang membedakan dengan anak slow learner yang
dilakukan oleh guru harus mampu mengatasi ada di dalamnya. Materi pelajaran
kelemahan peserta didik dan memanfaatkan disampaikan dengan cara yang lebih menarik
kelebihan yang ada padanya. Misalnya, dengan menggunakan media variatif
untuk peserta didik tunanetra harus sehingga peserta didik dapat menyerap
menekankan suara yang bisa didengar, materi pelajaran yang diberikan.
sedangkan untuk tunarungu harus Situasi kegiatan belajar merupakan
menekankan pada aktivitas visual yang dapat setting lingkungan pembelajaran yang
dilihat. Untuk anak slow learner penekanan dinamis. Guru harus teliti dalam melihat
pada kesederhanaan cara penyampaian situasi. Oleh karena itu, berdasarkan
sehingga mudah dipahami. observasi penulis di kelas III, pada waktu
Guru kelas III berdasarkan dalam tertentu guru juga seringkali membentuk
penerapan metode pembelajaran anak lamban kelompok-kelompok diskusi didalam kelas
belajar adalah sama dengan peserta didik untuk menyelesaikan tugas. Prinsip belajar
lainnya atau tidak ada perbedaan, berarti dan bekerja kelompok memang akan sangat
selama pembelajaran di kelas. Pada kegiatan membantu bagi anak lamban belajar untuk
pembelajar guru selalu mengelompokan membaur dengan teman lainnya dalam
peserta didik normal dengan anak slow proses pembelajaran sehingga akan
leaner. Tidak ada perbedaan tugas antara meningkatkan motivasi belajar peserta didik
pesera didik normal dengan anak slow tersebut. Bilamana ia tidak mampu
leaner, namun ada pendekatan khusus untuk mengerjakan tugas, dalam kelompok akan
anak slow leaner dalam mengerjakan tugas. terjadi prinsip tolong menolong antara
Anak lamban belajar dan peserta didik nggotanya.
normal mendapatkan materi yang sama Prinsip belajar bekerja secara kelompok
dengan metode yang sama selama proses merupakan salah satu prinsip pendidikan
pembelajaran berlangsung. Hanya saja anak berkebutuhan khusus (terutama untuk
terdapat modifikasi yang disesuaikan situasi anak lamban belajar). Arah pendekatan pada
tertentu untuk memberi arahan lebih lanjut prinsip ini adalah sebagai salah satu dasar
pada siswa lamban belajar seperti misalnya. mendidik anak berkebutuhan khusus agar
Guru membagi kedalam beberapa kelompok, anak sebagai anggota masyarakat dapat
tidak ada perbedaan antara anak slow leaner bergaul dengan masyarakat lingkungannya
hanya saja anak yang memiliki intelektual tanpa harus merasa minder atau rendah diri.
lebih tinggi dikelompokan dengan anak slow Selain itu, aktivitas pembelajaran yang
leaner. Dalam penyusunan metode menandakan salah satu karakteristik inklusi
pembelajaran untuk setiap bidang studi di adalah munculnya sikap tolong menolong
kelas III, guru kelas sudah memiliki data- dan berbagi pengalaman. Hal tersebut
pribadi setiap peserta didiknya berkaitan dilaksanakan salah satunya dengan belajar
dengan karakteristik spesifik, kemampuan kelompok. Ketika terjadi kegiatan
dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki

99 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

berkelompok, maka terlihat terjadi interaksi komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung
yang positif antaranggota kelompok. secara optimal. Dengan memperhatikan
Guru seringkali mengatakan bahwa jika kompleks dan uniknya proses belajar, maka
ada anggota kelompok yang belum selesai ketepatan pemilihan media dan metode
mengerjakan tugas, maka satu kelompok pembelajaran akan sangat berpengaruh
tersebut tidak boleh pulang hingga selesai terhadap hasil belajar peserta didik.
semua. Akhirnya, seluruh peserta didik Penggunaan media dalam pembelajaran anak
saling bekerja sama agar semua anggota slow learner di kelas III disesuaikan dengan
kelompok dapat menyelesaikan tugasnya karakteristik anak lamban belajar. Guru
tepat waktu. Anak lamban belajar terlihat menggunakan media yang sesuai dengan
kooperatif ketika terjadi pembelajaran karakteristik peserta didik terutama anak
kelompok. Dalam pembelajaran anak slow slow leaner. Selain itu prinsip kesetaraan
leaner antusian untuk memperhatikan guru. juga diberlakukan di sekolah ini. Setiap anak
Karena metode pembelajaran untuk anak berhak mengakses fasilitas sekolah tak
dengan kebutuhan khusus (student with terkecuali anak lambat belajar. Misalnya
special needs) di kelas III membentuk suatu pada saat olahraga, Guru tidak membeda-
pola tersendiri sesuai dengan kebutuhan dari bedakan peserta didik normal dengan anak
masing-masing anak bersangkutan yang slow leaner saat penggunaan peralatan olah
saling berbeda antara satu dengan lainnya. raga.
Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan Dasar pertimbangan dalam penerapan
dan penentuan metode mengajar. Oleh metode pembelajaran selain yang disebutkan
karena itu, ketiadaan fasilitas akan sangat di atas yaitu kesesuaian dengan materi dan
mengganggu pemilihan metode yang tepat, perbedaan karakteristik peserta didik, maka
seperti tidak adanya laboratorium untuk dasar pertimbangan lain yang tidak kalah
praktek, jelas kurang mendukung penting adalah kemampuan guru dalam
penggunaan metode eksperimen atau menggunakan metode pembelajaran tersebut.
demonstrasi. Fasilitas di SD Negeri Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi
Wirosaban antara lain ruang ibadah, ruang pula oleh latar belakang pendidikan. Guru
koprasi sekolah, ruang pramuka dan PMI, yang berlatar belakang pendidikan
ruang konsling, toilet, ruang UKS. Selain keguruan biasanyan lebih terampil dalam
fasilitas tersebut didalam kelas tersedia memilih metode dan tepat dalam
media pembelajaran seperti gambar. Fasilitas menerapkannya, sedangkan guru yang latar
di SD Negeri Wirosaban sangat berpengaruh belakang pendidikannya kurang relevan,
dalam penentuan metode karena ketersediaan sekalipun tepat dalam menentukan metode,
media merupakan penunjang keberhasilan namun sering mengalami hambatan dalam
metode pembelajaran. Jika media yang penerapannya. Jadi, untuk menjadi seorang
dibutuhkan tidak tersedia maka metode guru pada intinya harus memiliki jiwa yang
pembelajaran tidak dapat dilakukan secara professional. Memiliki jiwa keprofesionalan
lebih bervariatif. dalam menyampaikan pelajaran atau dalam
Proses pembelajaran merupakan proses proses pembelajaran itu akan berhasil sesuai
komunikasi dan berlangsung dalam satu dengan tujuan yang telah ditetapkan.
sistem, maka media pembelajaran menempati Peran guru tersebut dapat dilaksanakan
posisi yang cukup penting sebagai salah satu dengan baik, jika guru memiliki latar
komponen sistem pembelajaran. Tanpa belakang pendidikan yang berkenaan dengan
media, komunikasi tidak akan terjadi dan anak berkesulitan belajar atau pun
proses pembelajaran sebagai proses mendapatkan bekal ilmu yang memadai. Di

100 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

SD Negeri Wirosaban guru kelas merupakan III ini sudah dilakukan menyesuaikan
guru yang berlatar belakang S1 PGSD yang kebutuhan di kelas slow learner. Berdasarkan
memiliki kemampuan 4 kriteria pedagogik hasil observasi, guru kelas III dalam
umum. Meskipun guru di kelas III secara menghadapi anak Slow learner selalu
profesional telah memenuhi 4 kriteria memberikan motivasi kepada peserta didik,
pedagogik namun kurang mendapatkan bekal dan memperhatikan perkembangan anak slow
ilmu tentang kesulitan belajar anak. Guru di leaner. Jika dinilai anak slow learner cukup
kelas III memiliki pemahaman yang kurang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran
dalam cara menangani anak berkebutuhan maka guru akan berusaha menggunakan
khusus Slow Learner dan metode metode yang bervariatif disesuaikan dengan
pembelajaran yang tepat bagi mereka. Hal kondisi kelas, disini dapat terlihat
inilah yang menyebabkan guru di sekolah kemampuan guru kelas III yang cukup
reguler menghadapi kesulitan ketika memenuhi untuk kualifikasi sekolah dengan
berhadapan dengan anak yang berkesulitan inklusi namun masih diperlukan pelatihan
belajar. secara khusus agar dapat lebih
Implikasinya adalah kurangnya mengakomodasi anak slow learner dalam
kemampuan guru dalam menangani anak pembelajaran sehari-hari.
berkebutuhan khusus maka metode
pembelajaran yang guru terapkan pun sebatas 2. Metode pembelajaran untuk anak
yang mereka tahu dan sebatas mereka slow leaner
mampu. Maka guru melakukan pembelajaran Guru kelas III menerapkan 3 metode
di sekolah inklusi itu terutama dalam pembelajaran dalam melaksanakan
menerapkan metode pembelajarannya pembelajaran di kelas inklusi dengan anak
dengan cara otodidak, jika metode tertentu lambat belajar. Metode tersebut adalah
coba diterapkan dan ternyata hasilnya cukup metode ceramah, metode tanya jawab, dan
efektif maka mereka akan menggunakan metode diskusi. Guru lebih banyak
metode tersebut lagi dilain waktu. Padahal menggunakan metode ceramah untuk
disisi lain Setiap guru masuk masuk kelas menjelaskan materi yang disampaikan.
akan menghadapi dua masalah pokok, yakni Setelah memberikan penjelasan yang cukup
masalah pengaajaran dan masalah memadai guru memberikan kesempatan
manajemen. kepada peserta didik untuk bertanya
Masalah pengajaran adalah usaha mengenai penjelasan yang belum dimengerti,
membantu peserta didik dalam mencapai tetapi sepertinya peserta didik sudah
tujuan pengajaran secara langsung, misalnya mengerti semua karena tidak ada satupun
membuat RPP, penyajian informasi, peserta didik yang bertanya. Guru langsung
mengajukan pertanyaan, evaluasi dan lain- melanjutkan langkah kerja selanjutnya yaitu
lain. Sedangkan masalah manajemen adalah dengan memberikan penugasan kepada
usaha untuk menciptakan dan peserta didik.
mempertahankan kondisi sedemikian rupa Metode ceramah yang digunakan Di
sehingga proses pembelajaran berlangsung kelas III berkombinasi dengan kegiatan
secara efektif dan efisien. Misalnya, praktek. Hal ini dikarenakan penjelasan
memberikan penguatan, mengembangkan diberikan pula ditengah-tengah pada saat
hubungan guru-peserta didik, membuat membimbing praktek. Cara penyajian dengan
aturan kegiatan kelompok yang produktif. mudah mempersiapkan dan melaksanakan
Manajemen pengelolaan kelas pada saat disertai media konkrit (disela-sela praktek)
pelaksanaan metode pembelajaran guru kelas dengan arahan, sesuai anak berkebutuhan

101 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

khusus. Guru mendapatkan kesempatan guru jadi anak slow learner memilih untuk
untuk melihat peserta didik mana yang mencatat. Berbeda dengan peserta didk
tampak bingung dan membuat perubahan normal, dimana peserta didik normal akan
cepat untuk membantu mereka agar paham. memperhatikan terlebih dahulu penjelasan
Metode pembelajaran ceramah guru baru kemudian mencatat ketika guru
digunakan guru kelas III pada saat proses selesai memberikan penjelasan.
pembelajaran yang masih konvensional Metode yang digunakan yang lain adalah
artinya suasana di dalam kelas menunjukkan tanya jawab. Sistem pelaksanaannya metode
tidak adanya interaksi yang saling tanya jawab mengacu pada buku pedoman
berkesinambungan antara guru dan peserta pembelajaran. guru melakukan umpan balik
didik sehingga lebih kondusif untuk untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
menyampaikan materi secara satu arah. peserta didik. meskipun guru telah
Berdasarkan hasil observasi, Guru lebih memberikan kesempatan bukan hanya untuk
dominan menguasai kelas dengan curahan peserta didik normal namun juga kepada
pengetahuan dan pengalaman guru anak berkebutuhan khusus untuk bertanya,
diutarakan melalui metode ceramah tetapi anak slow learner masih belum
dibanding membuat kelas lebih aktif memanfaatkan layanan tersebut. Pada saat
disamping itu juga kelas lebih mudah menggunakan metode tanya jawab ada
dikelola. Namun, pada saat penggunaan beberapa peserta didik yang mendatangi guru
metode ceramah ini partisipasi aktif peserta dan bertanya mengenai pekerjaan yang
didik dikelas kurang diperhatikan oleh guru mereka buat, satu persatu secara bergantian
sehingga aspek afektif dan psikomotorik dan guru tetap memberikan penjelasan.
peserta didik kurang terarah. Meskipun Pada saat menggunakan metode tanya
demikian pada dasarnya guru harus jawab ,ditinjau dari keaktifan di kelas saat
menguasai materi. proses pembelajaran, anak slow learner
Guru bisa mengendalikan suasana kelas cenderung pasif ketika guru mengajak
dengan penguasaan materi, sehingga peserta peserta didik untuk menjawab soal atau
didik memperhatikan dan mendengarkan merespon pertanyaan. Sikap pasif
bagaimana cara guru berbicara. Guru dalam ditunjukkan oleh peserta didik slow learner
menyampaikan materi sama antara anak slow karena ketika guru melempar pertanyaan atau
leaner dengan peserta didik normal. Namun, menyuruh peserta didik untuk mengerjakan
pada anak slow leaner dalam menjelaskan soal, peserta didik slow learner bingung dan
mereka sambil diberi contoh, dan setelah merasa kesulitan sehingga tidak tahu
menjelaskan guru selalu menanyakan ulang jawabannya (Herlinda, 2014). Berbeda
apa yang telah guru sampaikan. Pada saat dengan peserta didik normal yang terlihat
penggunaan metode ceramah anak slow aktif merespon pertanyaan guru dan
learner sengaja diminta oleh guru untuk menjawab soal. Dari pengamatan yang
duduk sendiri tanpa ada teman sebangku. Hal dilakukan, peserta didik yang bertanya
ini dimaksudkan agar guru dapat kepada guru merupakan peserta didik
memberikan arahan, bimbingan dan regular, artinya tidak ada satupun anak slow
perhatian khusus secara leluasa kepada anak learner yang bertanya. Bahkan saat guru
slow learner. bertanya kepada mereka tentang kesulitan
Peserta didik slow learner lebih memilih yang mereka alami guru mendapatkan
mencatat dari pada memperhatikan jawaban yang tidak begitu mengkhawatirkan,
penjelasan guru. Hal ini dikarenakan anak peserta didik tersebut menjawab bahawa
slow learner tidak paham dengan penjelasan mereka mengerti dan bisa mengerjakan.

102 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

Selanjutnya metode diskusi kelompok memberi tahu jawaban atau yang lainnya
dengan demonstrasi adalah dua metode yang tetapi lebih kepada memberi solusi dan
digabungkan guru pada satu waktu memberi suatu arahan kepada teman-
pembelajaran. Metode ini dimulai dengan temannya.
penjelasan guru menggunakan media tentang Di akhir diskusi seperti pada umumnya,
materi pembelajaran kemudian dilanjutkan selalu ada pemaparan hasil atau presentasi.
dengan pembentukan kelompok untuk dengan perwakilan, pesera didik
berdiskusi agar selanjutnya tiap kelompok menampilkan hasil di depan. Tampak peserta
dapat mepresentasikan hasil diskusinya didik dari kelompok lain memberikan
didepan kelas. Guru membagi kedalam berbagai pendapat dengan antusias. Suasana
beberapa kelompok, tidak ada perbedaan kembali gaduh, karena peserta didik yang
antara anak slow leaner hanya saja anak yang bertugas menjadi moderator belum terbiasa
memiliki intelektual lebih tinggi mendapat peran sebagai pengatur dalam
dikelompokan dengan anak slow leaner, diskusi dan mengendalikan peserta didik lain
Pada pembelajaran pengelompokan hewan dalam menyampaikan beberapa pendapat.
guru mengunakan media gambar hewan, dan Guru akhirnya mengambil alih sebagai
peserta didik diminta menyebutkan moderator sekaligus sebagai fasilitator.
penggolongan ciri-ciri khusus hewan Suasana kelas yang aktif interaktif, tidak
berdasarkan gambar yang diberi. Suasana terasa kaku dan mengedepankan situasi
tampak menjadi gaduh ketika guru meminta pembelajaran yang berkesinambungan antara
peserta didik untuk membuat kelompok. guru dengan pesera didik, Sebelum
Cukup membutuhkan waktu untuk memulai mengakhiri pembelajaran, guru meminta
diskusi. Sementara guru menyiapkan waktu kepada siswa ± 15 menit untuk
berbagai macam contoh yang mengerjakan tugas sebagai acuan hasil
divisualisasikan melalui gambar sebagai belajar pengelompokan hewan. Sementara itu
bahan untuk diskusi. Guru membantu setiap dihari selanjutnya Saat pembelajaran PKN
anggota dalam kelompok untuk materi bersatu dalam keragaman guru
mengidentifikasi dan mengklarifikasi memberi kesempatan kepada peserta didik
konsep-konsep yang belum jelas dalam untuk berdiskusi mebuat soal cerita,
pengelompokan hewan. tujuannya melatih peserta didik untuk saling
Peserta didik normal dan anak slow menghargai perbedaan.
leaner mempunyai peran yang sama dalam Tingkat kesulitan tugas kelompok dan
menggunakan media. Menurut pemaparan tugas individu antara anak slow leaner
guru kelas III bahwa dengan dengan peserta didik normal sama. Guru
mengaplikasikan metode diskusi guru memastikan setiap anggota kelompok
mengharapkan anak slow leaner mendapat memahami berbagai istilah dan konsep
pembelajaran dari kawanya / peer tutors dalam masalah. Menangkap setiap
(tutor sebaya) sehingga akan memperkokoh kesenjangan yang terjadi dari berbagai
hubungan di dalam kelas. Seorang peserta fenomena yang ada. Dapat dikatakan tahap
didik yang dapat menolong peserta didik ini membuat setiap peserta berangkat dari
lain di kelas akan menciptakan suasana kelas cara memandang yang sama atas istilah-
yang lebih sehat. Misalnya peserta didik istilah atau konsep yang ada dalam tugas
yang lebih pandai bisa membantu teman- kelompok.
temannya yang mengatasi kesulitan Guru mendorong setiap anggota
khususnya bagi anak yang berkebutuhan kelompok untuk menganalisis masalah dan
khusus, tetapi membantu bukan berarti mengeluarkan pengetahuan masing-masing

103 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

pesera didik dari lingkungan terhadap kelas reguler. Hanya saja dalam hal
permasalahan tersebut dengan menjelaskan perlakuan di dalam kelas, anak slow learner
fenomena yang ada dalam masalah menuntut mendapatkan perlakuan khusus. Tahap
penjelasan hubungan-hubungan apa yang pelaksanaan pembelajaran jika merujuk pada
terjadi di antara fenomena itu. Setiap peserta tugas guru pada saat mengajar di kelas
didik diberikan kesempatan untuk inklusi, maka guru sudah menjalankan
menjelaskan ceritanya, melihat alternatif tugasnya dengan baik. Hanya saja guru tidak
dalam penyelesaian masalah. Langkah ini menyusun program pembelajaran individual
membahas informasi faktual yang pernah (PPI) bersama-sama dengan guru
dialami di lingkungan sekitar dan juga pembimbing khusus (GPK). Dalam observasi
informasi yang ada dalam pikiran anggota penulis terhadap pelaksanaan metode
kelompok. Guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran anak lamban belajar, yakni
dengan berusaha memberikan arahan tahap kegiatan awal, kegiatan inti, dan
terhadap peserta didik yang diberikan kegiatan akhir.
kesempatan untuk mengeluarkan pendapat. Dalam kegiatan awal pembelajaran
Guru membantu setiap peserta didik terbagi menjadi tiga aspek pengamatan,
yang berusaha menata gagasan dalam mebuat yakni adanya apersepsi, motivasi, dan
cerita. Bagian yang sudah dianalisis penyampaian pokok-pokok materi.
kemudian dikaitkan dengan satu sama lain. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran diawal
Dikelompokkan, mana yang menunjang, pembelajaran guru menyampaikan apersepsi
mana yang bertentangan. Mulai dari terlebih dahulu, guru juga menyampaikan
menjelaskan sebab sampai dengan akibat dari tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaan
masalah yang diselesaikan dalam cerita. pembelajaran tahap pendahuluan di kelas III,
Melalui analisis cerita peserta didik guru menyiapkan peserta didik secara psikis
diharapkan dapat menentukan berbagai cara dan fisik sebelum proses pembelajaran.
menghargai perbedaan. Dalam hal ini guru menyiapkan anak slow
Dengan demikian, upaya ini secara tidak learners dengan memberitahu saat
langsung yang dapat dilakukan untuk pembelajaran sebelumnya. Selain
mencapai tujuan pembelajaran. Di akhir menyiapkan psikis dan fisik siswa, guru
pembelajaran guru bersama peserta didik kelas juga menjelaskan tujuan pembelajaran
membuat kesimpulan terhadap semua dan kompetensi dasar yang akan dicapai
jawaban kelompok yang telah diuraikan sebelum menjelaskan materi yang diajarkan.
bersama-sama sebelumya, dan kemudian Pada tahap pendahuluan guru kelas III
mengkaji informasi baru yang diperoleh dari memberikan pertanyaan pengetahuan yang
peserta didik agar diperoleh pemahaman berkaitan dengan materi yang akan dibahas
yang jelas dan mendalam terhadap baik untuk peserta didik normal maupun
permasalahan yang dikaji. Seluruh peserta anak slow learner. Untuk anak slow learner
didik berpartisipasi, Guru sebagai pertanyaan yang diberikan lebih mudah.
koordinator, memimpin jalannya diskusi juga Untuk dapat menjawab pertanyaannya.
memandu diskusi dan sampai pada tujuan Namun karena terbatasnya waktu maka ada
pembelajaran yang diharapkan. modifikasi pertanyaan yang hanya seputar
3. Penerapan Metode dalam pengetahuan saja yang dilontarkan guru
pembelajaran kepada anak slow learner.
Aspek pelaksanaan metode Dalam tahap inti pembelajaran yang
pembelajaran di kelas inklusi dengan anak dilakukan guru kelas III menggunakan
slow learner tidak ada perbedaan dengan di beragam metode pembelajaran didukung

104 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

beragam media pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran yaitu ceramah lebih lama dari
pembelajaran dalam kelas inklusi dengan pada penggunaan metode lainnya. Tujuannya
anak slow learner ini sekilas tidak berbeda agar bisa menjelaskan materi dengan sejelas-
dengan kelas reguler pada umumnya. Guru jelasnya dan berharap peserta didik bisa
melakukan pembelajaran secara klasikal dan memahami semua penjelasan. Dengan begitu
tidak memberikan perilaku spesial kepada peserta didik mampu menjawab pertanyaan
keempat anak lamban belajar. Guru dalam yang diberikan. Meskipun terkadang cara
menyampaikan materi sama antara anak slow seperti itu menjadikan pembelajaran agak
leaner dengan peserta didik normal. Namun, sedikit monoton. Masalah lain yang dialami
pada anak slow leaner dalam menjelaskan guru dalam menentukan materi yang baik
mereka sambil diberi contoh, dan setelah untuk siswa yaitu susahnya membedakan
menjelaskan guru selalu menanyakan ulang setiap kemampuan yang dimiliki peserta
apa yang telah guru sampaikan. didik sehingga materi yang disampaikan
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru akan mudah bagi peserta didik yang dengan
melibatkan peserta didik normal atau anak cepat menguasai dan akan sulit bagi peserta
lambat belajar secara aktif dalam setiap didik yang susah menguasai materi. Oleh
kegiatan pembelajaran dengan memberikan karena itu Selain menekankan penjelasan
soal kerjakan-jawab yang membuat peserta dengan metode ceramah guru juga
didik berani berbicara untuk menjawab. Guru menggunakan teknik pengulangan.
memfasilitasi terjadinya interaksi antara Guru pada tahap penutup bersama
peserta didik normal dengan anak lambat peserta didik membuat rangkuman atau
belajar, antara peserta didik dengan guru kesimpulan pelajaran yang melibatkan
dalam setiap pembelajaran dengan tidak peserta didik normal dan anak slow learner.
membedakan antara peserta didik normal Saat membuat rangkuman anak slow learner
maupun anak lambat belajar. Selain itu dibantu guru atau temannya. Selain itu guru
dalam proses pembelajaran guru selalu melakukan penilaian untuk peserta didik
memantau dan membimbing anak lambat yang mengikuti kurikulum regular baik
belajar. peserta didik normal maupun anak slow
Selama kegiatan penelitian, peneliti learner. Guru memberikan umpan balik
menemukan pola bagaimana cara guru terhadap proses dan hasil pembelajaran
menyampaikan materi di kelas atau kegiatan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
inti pembelajaran, yakni melalui rangkaian mengenai materi yang telah diajarkan. Jika
kegiatan pengamatan, tanya jawab, membaca diketahui dari antusiasme dan semangat
teks (secara klasikal, kelompok, peserta didik dalam belajar, anak slow
berpasangan), tanya jawab, menjawab soal, learner memiliki jam belajar lebih banyak
kemudian diteliti satu per satu pekerjaan setiap harinya dibandingkan dengan peserta
peserta didik berikut tanda bacanya. didik normal. Anak slow learner juga tidak
Walaupun guru sudah menggunakan segan untuk bertanya kepada guru ketika ada
berbagai media mereka tetap kesulitan materi yang belum paham di sekolah.
mengikuti pembelajaran. sedangkan di rumah, anak slow learner
Penerapan metode di dalam kelas bertanya kepada orang tua saat belajar ketika
terkadang tidak semua peserta didik bisa menjumpai kesulitan dalam pengerjaan
langsung memahami penjelasan yang tugas.
dilakukan khususnya anak lambat belajar Menerapkan tiga metode pembelajaran,
yang ada di kelas III. Oleh karena itu meliputi: metode ceramah, tanya jawab, dan
terkadang guru menggunakan satu metode diskusi. Masing-masing metode memiliki

105 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

kelebihan dan kekurangan masing-masing, kuis yang diberikan guru pada akhir
hal ini sesuai dengan Mufarokhah (2009: 79) pelajaran. Hal ini merupakan bentuk dari
bahwa setiap metode mempunyai kelebihan upan balik bagi peserta didk, yang mana
dan kekurangan oleh karena itu memberikan gambaran tentang kekuatan dan
penggabungan tidak luput dari pertimbangan kelemahan peseta didik. Peserta didik yang
berdasarkan metode yang dipilih.Mufarokhah diberi nilai dan juga mendapat komentar dari
(2009: 79) bahwa setiap metode mempunyai guru tentang jawaban yang salah mempunyai
kelebihan dan kekurangan oleh karena itu prestasi yang lebih baik dari pada peserta
penggabungan tidak luput dari pertimbangan didik yang hanya diberi nilai dengan angka
berdasarkan metode yang dipilih. atau huruf saja.
4. Evaluasi Metode Pembelajaran anak Pemberian tugas ini merupakan salah
slow leaner satu alternatif untuk lebih menyempurnakan
Tahapan terakhir dalam proses penyampaian tujuan pembelajaran khusus.
pembelajaran adalah evaluasi dan tindak Hal ini disebabkan oleh padatnya materi
lanjut. Evaluasi adalah penilaian terhadap pelajaran yang harus disampaikan sementara
tingkat keberhasilan peserta didik mencapai waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas.
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di
program. Jadi, tingkat keberhasilan pesera sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan
didik di SD dilihat dari pencapaian standart frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita
KKM. Berdasarkan hal tersebut guru kelas waktu peserta didik utnuk melaksanakan
III memberikan batasan, apabila belum kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk
mencapai yang diharapkan maka diberi mengatasi keadaan seperti diatas, guru perlu
kesempatan dengan memberikan praktik memberikan tugas-tugas diluar jam
ulang. Sedangkan untuk program khusus pelajaran. Pemberian tugas-tugas berupa PR
anak lamban belajar, dapat disimpulkan mempunyai pengaruh yang positif terhadap
bahwa program tersebut diantaranya adalah peningkatan prestasi belajar.
dilakukannya assesmen, tambahan waktu Bentuk tindakan dengan pemberian
mengerjakan tugas saat pulang sekolah, dan tugas yang berlainan dengan tugas teman
pertemuan rutin anak lambat belajar. peserta didik lainnya adalah tindakan
Evaluasi yang digunakan oleh guru kelas memodifikasi strategi belajar sesuai kondisi
III yang diberikan secara langsung dengan peserta didik. Hal itu dilakukan ketika
tujuan agar peserta didik mengetahui apakah penggunaan kurikulum di sekolah umum
ia mengerjakan betul atau tidak. Evaluasi untuk anak lamban belajar membutuhkan
yang dikembangkan adalah evaluasi proses beberapa penyesuaian atau adaptasi beberapa
dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan aspek program pembelajaran.
oleh guru untuk menilai perkembangan hasil Pada kegiatan belajar mengajar memang
belajar anak slow learner terutama dalam perlu layanan khusus bagi anak slow learner.
kemampuan membaca melalui pengamatan Guru memang seyogyanya memberikan
terhadap aktivitas belajar yang sedang layanan pendidikan dimana semua anak
berlangsung baik secara individu ataupun dapat mengaksesnya, misalnya dengan
secara kelompok di dalam kelas. Penilaian mendektekan materi yang perlu dicatat.
hasil dilakukan terhadap anak slow learner Sehingga peserta didik normal yang dapat
setelah kegiatan belajar berakhir dengan mengikutinya dan anak slow learner juga
maksud untuk menilai penguasaan terhadap dapat mengikutinya pula. Pembelajaran
materi yang dipelajari, guru bisa individu peserta didik harus
menggunakan tes obyektif, tes uraian atau dipertimbangkan, bukan hanya dengan

106 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107
Nurul Hidayah Rofiah, Ina Rofiana Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik
Slow Leaner

kemampuan akademik, tetapi juga gaya DAFTAR PUSTAKA


belajarnya. Pemberian waktu khusus dengan Al Darmono. 2016. Peran Orang Tua Dalam
alokasi diperpanjang di kelas III tidak lagi Pendidikan Anak Berkebutuhan
dilakukan karena full day school yang Khusus. jurnal Sekolah Tinggi
diterapkan pemerintah mulai tahun 2017. Agama Islam (STAI) Ngawi.
Modifikasi alokasi waktu disesuaikan Hadi, Fida Rahmantika.2016. Proses
dengan mengacu pada kecepatan belajar Pembelajaran Matematika Pada Anak
peserta didik. Misalnya materi pelajaran Slow Learners (Lamban
(pokok bahasan) tertentu dalam kurikulum Belajar).Jurnal Premiere Educandum,
normal diperkirakan alokasi waktunya Volume 6 Nomor 1, Juni 2016.
selama 1 jam. Untuk peserta didik Herlinda, Fatma. Meningkatkan Kemampuan
berkebutuhan khusus, dapat dimodifkasi Membaca Kata Melalui Media Audio
dengan menjadi kurang lebih 2 jam sehingga Visual bagi Anak Slow Learner.
mereka mendapat pembelajaran secara Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus
tuntas. Namun karena sistem full day school Universitas Negeri Padang.
yang di canangkan pemerintah akhir-akhir ini ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu.
menjadikan kebutuhan tambahan waktu 2014.
untuk peserta didik slow learner menjadi Jarmita, Nida. Penerapan Pembelajaran
terabaikan. Hal ini dikarenakan dalam Kooperatif Tipe Stad Dalam
pendidikan inklusi, sistem sekolah tidak Meningkatkan Pemahaman
berhak menentukan tipe peserta didik, namun Matematis Siswa Pada Pokok
sebaliknya sistem sekolah yang harus Bahasan Bangun Ruang. Jurnal
menyesuaikan untuk memenuhi kebutuhan Ilmiah Didaktika Agustus 2012 Vol.
semua peserta didik. Xiii No. 1.2012.
Maftuhatin, Lilik. Evaluasi Pembelajaran
C. SIMPULAN Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Penerapan metode pembelajaran untuk Di Kelas Inklusif Di SD Plus Darul
slow learner yang digunakan di SD N ‘Ulum Jombang. Jurnal Studi Islam
Wirosaban adalah dengan metode ceramah, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2014.
tanya jawab, dan diskusi dengan journal.unipdu.ac.id.2014.
demonstrasi. Metode pembelajaran yang Mulyadi. Diagnosis Kesulitan Belajar Dan
dipakai sama antara slow learner dan peserta Bimbingan Terhadap Kesulitan
didik normal hanya dengan modifikasi Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha
tambahan waktu dan tambahan tugas khusus Litera, H.123.2010.
sebagai tindak lanjut Dari beberapa metode Raharjo, Trubus. Peningkatan Kemampuan
pembelajaran yang digunakan sudah cukup Daya Ingat Anak Slow Learner
tepat untuk digunakan dalam pembelajaran Melalui Terapi Kognitif Pada Anak
bagi Slow Learner, tetapi ini bukan berarti Sekolah Dasar. 2010. Jurnal
bahwa metode yang lain tidak sesuai untuk pendidikan Volume 5, Nomor 1, Juni
digunakan, metode-metode yang lain tetap 2012
perlu digunakan sesuai dengan materi dan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
kondisi peserta didik. Guru dituntut untuk Nomor 70 ayat 2 Tahun 2009 tentang
lebih kreatif dalam mengembangkan metode Pendidikan Inklusif
yang sesuai bagi anak yang berkebutuhan
khusus dalam pendidikan inklusif.

107 Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran 2, 1 (Oktober 2017): 94-107

View publication stats

You might also like