Professional Documents
Culture Documents
Proposal-Veronika BR Pinem-Seminar PKN
Proposal-Veronika BR Pinem-Seminar PKN
Proposal-Veronika BR Pinem-Seminar PKN
Proposal
Oleh:
Veronika Br Pinem
NIM. 3203111002
2023
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Seminar PKn
2. Prayetno S.IP,M,Si
3. Ramsul Nababan S.H,M.H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa untuk segala
penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Judul proposal
Negeri Medan.
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Dalam penulisan proposal ini
Medan.
Seminar PKn yang telah banyak memberi motivasi dan bimbingan, arahan
6. Bapak Raya Pinem dan Ibu Sri Lenni Br Sembiring selaku orang tua
kesalahan, baik dari segi struktur penulisan maupun isinya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan proposal ini kedepannya. Semoga
proposal ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dan bagi penulis
sendiri.
Veronika Br Pinem
NIM. 3203111002
iii
DAFTAR ISI
iv
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................... 27
3.4.1 Jenis Data ......................................................................................................... 27
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 28
3.4.3 Instrumen Pengumpulan Data .......................................................................... 28
3.5 Teknik Analisis Data............................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 30
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Orisinalitas Penelitian……………………………………………….20
vi
ABSTRAK
Veronika Br Pinem 3203111002, “Urgensi Perlindungan Hukum Terhadap
Penelantaran Anak Berdasarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014”
Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Medan.
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
martabat dan nilai kemanusia secara keseluruhan. Anak merupakan tunas baru
bagi setiap bangsa, dan menjadi generasi muda untuk meneruskan cita-cita
eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Sehingga setiap anak bisa memikul
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun mental,
haknya sebagai seorang anak dan mendapat perlakuan yang tidak diskriminatif.
(Sukardi, 2016)
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan hukum terhadap anak
1945 dan secara khusus Indonesia telah mengatur dan memberikan perlindungan
(KURNIAWAN, 2020)
perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia dikarenakan
1
anak merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan
bangsa memiliki peran strategis, ciri, dan sifat khusus(Ardiansyah and Nggeboe,
anak menurut peraturan Perundang- undangan, begitu juga menurut para pakar
pengertian anak tersebut, karena di latar belakangi dari maksud dan tujuan
belum dewasa adalah Mereka yang belum mencapai umur 21 tahun dan
tidak lebih dahulu telah kawin. Jadi Anak adalah setiap orang yang belum
belas) tahun.
2
d. Menurut Undang-undang No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
Peradilan Pidana Anak Dijelaskan dalam (Pasal 1 Ayat (3)) Anak adalah
anak yang telah berumur 12 (dua Belas) tahun, tetapi belum berumur 18
Hak Asasi Manusia adalah sebagai berikut : “Anak adalah setiap manusia
termasuk anak yang masih dalam Kandungan apabila hal tersebut demi
kepentingannya”
1 “ Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai
j. Menurut UU No.39 thn 1999 ttg HAM Pasal 1 angka 5 “ Anak adalah
setiap manusia Yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum
3
menikah, terrnasuk anak Yang masih dalam kandungan apabila hal
hak anak yang diatur menurut peraturan perundang-undangan yaitu antara lain:
(1) Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat 2 “ Setiap anak berhak
(2) Pasal 34 ayat 2 “ Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara “
(4) Pasal 5 “ Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan”
(5) Pasal 6 “ Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir,
(6) Pasal 7 “ Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan
diasuh oleh Orang tuanya sendiri “ Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya
tidak dapat menjamin tumbuh kembang Anak, atau anak dalam keadaan
terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau Diangkat sebagai anak asuh
atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan Peraturan
4
(7) Pasal 8 “ Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
(8) Pasal 9 “ Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
minat dan Bakatnya.Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pendidikan luar biasa, sedangkan bagi Anak yang memiliki keunggulan juga
kecerdasan dan usianya demi Pengembangan dirinya sesuai dengan nilai nilai
(10) Pasal 11 “ Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu
luang, bergaul dengan Anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi
diri.
merupakan salah satu kekerasan yang dialami oleh anak-anak. Kekerasan anak
termasuk Konvensi 1989 tentang Hak Anak Disahkan dengan Keputusan Presiden
5
No. 35 Tahun 1990, UU Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 dan UU No. 11
penjaminan hak asasi anak untuk hidup, berkembang dan berpartisipasi tanpa
melindungi anak-anak dan hak-hak mereka untuk hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi dengan martabat yang optimal, untuk terlindungi dari kekerasan dan
diskriminasi
hukum. Faktor perlindungan sosial seperti masyarakat yang acuh tak acuh
melihat anak-anak yang terlantar di jalanan. Faktor hukum yang terkesan lamban
mengembangkan minat dan bakatmu untuk masa depan, tapi realitanya anak di
pinggir jalan akan terus mengalami kekerasan. Situasi ini sangat memprihatinkan,
sebagaimana tercantum dalam Konvensi Hak Anak, masih Jauh dari kenyataan,
mereka masih bagian dari yang terpinggirkan, ditekan oleh lingkungan dan
6
budaya tempat mereka tinggal, Seperti keluarga baru di jalanan, harus mengamen
untuk makan dan jauh dari kata pendidikan formal di sektor sekolah.
perlindungan anak yang ditelantarkan harus segara diatasi dan ditegaskan melalui
perundangan agar tidak ada lagi pelantaraan anak berdasarkan undang undang 35
Tahun 2014. Atas dasar ini maka peneliti merasa perlu dilakukan penelitian
TAHUN 2014
pelantaraan anak
7
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dimaksudkan agar penelitian terfokus pada permasalahan yang
35 Tahun 2014.
8
a. Penulisan laporan proposal ini dapat memberikan manfaat dan masukan dalam
penelantaran anak.
Manfaat Praktis
terhadap penelantaran anak. Dan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
dimaksud dengan anak adalah keturunan atau manusia yang masih kecil.
2. Pengertian anak menurut hukum perdata, tercantum dalam Pasal 330 KUHPdt
yakni anak adalah orang yang belum dewasa dan seseorang yang belum
mencapai usia batas legitimasi hukum sebagai subjek hukum atau layaknya
dalam Pasal 47 ayat (1), yakni orang belum mencapai umur 18 (delapan
4. Pengertian anak berdasarkan UU No. 35 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (1) adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun), termasuk anak yang
5. Pengertian anak menurut hukum pidana, sesuai dengan isi Pasal 46 KUHP,
bahwa anak adalah anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16
6. Pengertian anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa
dimana kata anak merupakan lawan dari orangtua dan berdasarkan pendapat
10
psikologi, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi
hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut periode
Dari beberapa literatur di atas dapat disimpulkan bahwa seorang anak baik itu
usia dewasa dan belum mampu untuk menjadi subjek hukum serta bertanggung
hukum
hukum pidana sebagai salah satu usaha dalam menanggulangi kejahatan dalam
penegakan hukum pidana yang rasional. Penegakan hukum pidana yang rasional
11
1. Tahap Formulasi, adalah tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh
situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya
keadilan dan daya guna. Tahap ini juga disebut tahap kebijakan legislatif.
hingga pengadilan, dalam tahap ini aparat penegak hukum menegakkan serta
penegak hukum harus memegang teguh nilai-nilai keadilan dan daya guna.
secara
konkret oleh aparat pelaksana pidana, dalam tahap ini aparat pelaksana pidana
guna.
12
Sistem peradilan pidana merupakan suatu jaringan (network) peradilan yang
demikian kelembagaan substansial ini harus dilihat dalam kerangka atau konteks
sosial. Sifatnya yang terlalu formal apabila dilandasi hanya untuk kepentingan
harus
Sistem peradilan pidana melibatkan penegakan hukum pidana, baik hukum pidana
Mengenai kejahatan atau penelantaran terhadap anak, selain diatur dalam UU No.
No. 23 Tahun 2004, kita sebaiknya memahami dulu mengenai apa yang dimaksud
dengan Pengertian Keluarga, yang diatur dalam Pasal 1 ayat (4) UU No. 35 Tahun
13
2014. Orangtua adalah ayah atau ibu kandung, atau ayah dan/atau ibu tiri, atau
Ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2004, menyatakan bahwa Kekerasan
hukum dalam lingkup rumah tangga. Ketentuan ayat (3) berisi bahwa Korban
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang
a. Kekerasan fisik;
b. Kekerasan psikis;
tangganya,
atau
14
perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan
(2) Penelantaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi
setiap
membatasi
dan/atau melarang untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah
d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat
dan
Perlindungan Anak
15
Penelantaran anak termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala keadaan
perhatian yang tidak memadai, baik fisik, emosi maupun sosial. Bentuk-bentuk
pendidikan yang sesuai padahal anak tidak dapat berprestasi secara optimal,
c. Penelantaran secara emosi dapat terjadi misalnya ketika orang tua tidak
d. Penelantaran fasilitas medis, hal ini terjadi ketika orang tua gagal
misalnya ketika anak sakit diobati secara tradisional ketika tidak berhasil baru
ke dokter.
terlarang,
pertanggungjawaban pidana bagi anak, baik anak yang ditelantarkan atau anak
(KUHP);
(KUHAP);
Tangga;
dengan harapan melindungi anak dari kekerasan, selain itu juga dalam rangka
yang berlaku dan perbuatan ini dilakukan oleh orang tua dari anak tersebut,
dimungkinkan karena orang tua tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan anak
secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Kepentingan anak
haruslah dijadikan dasar pedoman oleh mereka yang bertanggung jawab terhadap
17
pendidikan dan bimbingan anak yang bersangkutan pertama-tama tanggung
kesempatan yang leluasa untuk bermain dan berekreasi yang harus diarahkan
untuk tujuan pendidikan, dan masyarakat serta penguasa yang berwenang harus
Anak terlantar adalah anak yang karena sebab orang tuanya melalaikan
kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dipenuhi secara wajar baik rohani,
No. 35 Tahun 2015 Pasal 1 ayat 6 bahwa : “anak terlantar adalah anak yang tidak
terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial”,
Jenis penelantaran yang semakin marak ditemukan seperti orang tua tidak
menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal maupun kasih sayang yang cukup
bagi seorang anak, serta anak anak yang ditinggalkan orang tuanya, dikarenakan
memberikan keperluan hidup yang mendasar kepada anak seperti makan, pakaian,
18
Kewajiban orang tua adalah memberikan perlindungan dan bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak. Tidak hanya orang tua saja yang harus
mempersiapkan generasi muda, tetapi masyarakat dan pemerintah juga ikut andil
yang dilakukan oleh orang tua kandung terhadap anaknya ini jika dilihat dari sisi
jelas orang tua korban menelantarkan anak, dan ini merupakan suatu perbuatan
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang sekarang diubah menjadi UU No.
35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, yang dengan jelas dikatakan dalam
a. Non diskriminasi;
19
Adanya perlindungan anak ditujukan agar terjaminnya kelangsungan hak-hak
anak baik hak hidup, berkembang, tumbuh dan berpartisipasi secara terbaik agar
terdahulu perlu digunakan sebagai rujukan, tolak ukur dan pembanding dalam
penelitian ini ada beberapa penelitian terdahulu berupa jurnal penelitian dan
skripsi yang relevan dan dapat digunakan sebagai rujukan, sebagai berikut:
20
perbedaan. anaknya, sedangkan penelitian yang
dilakukan penulis adalah di Kantor
lembaga perlindungan anak (LPA) di
sumatera utara berada di lokasi Jl.
Durung No. 105, Sidorejo Hilir,
Kecamatan Medan Tembung, Kota
Medan
2. Syahliza Viranti, Program Studi Persamaan :
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Objek penelitian yang dibahas tentang
Universitas Medan Area, 2021, anak yang Ditelantarkan oleh orang tua
dengan judul skripsi Kajian
Hukum Terhadap Tindakan Perbedaan :
Penelantaran Anak Oleh Penelitian ini membahas tentang
Orangtua di Medan (Studi di bagaimana kajian hukum terhadap
Lembaga Bantuan Hukum pelantaraan anak sedangkan penelitian
Medan) ini membahas tentang urgensi
perlindungan hukum terhadap
pelantaraan anak dari UUD no 35
Tahun 2014
3. Skripsi oleh Febri Argo Persamaan :
Kurniawan, Program Studi Ilmu Penelitian ini membahas tentang
Hukum, Fakultas Hukum sebuah pelantaraan anak sebagai objek
Universitas Muhammadiyah
Magelang, 2020, dengan judul Perbedaan :
skripsi Aspek Pidana Penelitian ini membahas bagaimana
Penelantaran Anak Oleh Pelantaraan anak bisa menjadi tidak
Orangtua pidana untuk orang tua dan bagaimana
mekanisme hukum atas tindak pidana
pelantaraan anak yang dilakukan
sedangkan penelitian ini membahas
urgensi perlindungan hukum terhadap
anak melalui UUD no 35 Tahun 2014.
4. Skripsi oleh Indah Wulandari, Persamaan :
Fakultas Hukum dan Ilmu Penelitian ini dan penelitian yang
Sosial, Universitas dibuat sama sama membahas tentang
Muhammadiyah Kota bumi, Penelantaran anak
2020, dengan judul aspek pidana
terhadap perbuatan penelantaran Perbedaan :
anak (Studi Normatif) yang Penelitian ini membahas bagaimana
membahas ruang lingkup bentuk ruang lingkup bentuk penelantaran
21
penelantaran anak dalam aspek anak didalam bentuk bentuk dan aspek
pidana pidana apa yang diberikan . Sedangkan
penelitian Ini membahas tentang
keterkaitan dan urgensi hukum
terhadap anak didalam Kasus
pelantaraan anak.
5. Skripsi Septiani Kumala Dewi, Persamaan :
Progaram Studi Hukum Pidana Penelitian ini membahas tentang objek
Islam (JINAYAH), Fakultas yang sama yaitu pelantaraan anak
Syariah dan Hukum, Universitas Didalam UUD nomor 35 Tahun 2014
Islam Negeri Sumatera Utara,
Medan, 2020, dengan judul Perbedaan :
skripsi Penelantaran Anak Oleh Penelitian ini membahas tentang
Orangtua Menurut Undang- Penelantaran anak melalui Hukum
undang No. 35 Tahun 2014 Islam sedangkan penelitian membahas
Tentang Perlindungan anak dan tentang urgensi perlindungan hukum
Hukum Pidana Islam (Studi terhadap pelantaraan anak dari UUD 35
Penelitian Di Kantor Lembaga Tahun 2014
Perlindungan Anak Sumatera
Utara)
yang terkategori anak adalah anak yang masih dalam kandungan, uraian pasal ini
sebagai anak sangat besar, memiliki potensi untuk memajukan kehidupan bangsa.
mengganggu kesehatan fisik maupun psikis mereka dan akan membuat mereka
22
trauma yang mendalam, hal ini sangat bertentangan dengan prinsip perlindungan
anak.
atas keturunan dengan cara ilegal, hal ini antara lain disebabkan oleh faktor-faktor
seperti faktor ekonomi dan sosial, serta penyakit mental. Seorang anak yang
ditinggalkan atau dibuang oleh orang tuanya disebut dengan anak buangan.
perlindungan terhadap anak, dikarnakan sesuai dengan isi UUD 1945, dikatakan
bahwa seorang anak memiliki hak hidup untuk tumbuh dan berkembang serta
dilindungi dari kekerasan dan diskriminasi. Idealnya nak adalah pewaris dan
penerus masa depan bangsa, secara real kondisi anak Indonesia masih mengalami
kekerasan
Salah satu faktor yang membuat penelantaran anak adalah faktor ekonomi
dan kemiskinan ini selalu menjadi dasar alasan pembenar dari setiap pelaku
kandung tersebut untuk diberikan sanksi dan jalan keluarnya untuk korban akan
dirawat oleh kerabat atau melalui pendekatan pemulihan rasa keadilan bagi
23
mereka dan korban penelantaran anak tetap akan diasuh oleh orang tuanya dan
diadakan pemantuan.
Tahun 2014 berisi “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
hakikatnya dunia anak adalah dunia bermain yang penuh kreatifitas dan imajinasi.
perlindungan anak melalui lembaga terkait, badan usaha, media masa, maupun
perseorangan.
24
BAB III METODE PENELITIAN
25
Dalam penelitian ini metode penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk
menganalisis dan mendeskripsikan penemuan dan fakta dari obyek penelitian yaitu
beberapa lokasi yakni Kantor Lembaga Perlindungan Anak Sumatera Utara, Komisi
1. Kota Medan merupakan daerah yang ramai ditinggali oleh masyarakat sehingga
menjadi sampel sumber data sifatnya sementara. Sampel sumber data dibuat dengan
menjadi subjek adalah bahan hukum seperti undang-undang dan sejumlah informan
terkait. Dalam penelitian ini yang akan menjadi informan yaitu Pembimbing
Kemasyarakatan di kantor lembaga perlindungan anak, dan pekerja sosial yang ada di
kantor perlindangan anak yang terletak di jalan durung No. 105, Sidorejo Hilir, Kec.
26
3.3 Variabel penelitian dan Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk mendeteksi variabel untuk menghindari
yang dijadikan landasan dan acuan dalam penelitian. Dalam penelitian ini variabel
yang akan dibahas dan didefinisikan secara operasional ada dua yaitu sebagai
1. Data Primer
Data primer atau sumber data utama adalah kata-kata atau Tindakan orang
penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari wawancara terhadap informan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kajian atau telaah yang
27
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara atau Langkah yang dilakukan
penting untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan ada dua yaitu wawancara dan
analisis kualitatif. Teknik analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen yang
28
mencari, mengatur pola dan menyusun apa yang penting dari data yang
1. Reduksi data (data reduction) yaitu pemilihan, pengaturan pokok data dan
2. Penyajian data (data display) yaitu menyajikan data dalam bentuk sederhana
agar mudah dipahami dan dianalisis mengenai fenomena dan apa yang
hendaknya dilakukn.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, A. and Nggeboe, F. (2019) „Kajian Yuridis Penelantaran Anak Oleh
Orang Tua Menurut Perspektif Hukum Indonesia‟, Legalitas: Jurnal Hukum,
10(1), p. 146. Available at: https://doi.org/10.33087/legalitas.v10i1.160.
AL-ULYA, A. N. A., Henny Yuningsih, and Suci Flambonita. PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP HAK ANAK KORBAN PENELANTARAN OLEH
ORANG TUA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN
2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK. Diss. Sriwijaya University,
2021.
Ayu Nadia Maryandani, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban
Penelantaran Oleh Orang Tua Berdasarkan Hukum Pidana Indonesia
(Skrips), Fakultas Hukum Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2016.
Burhayan, Burhayan. "Perlindungan hukum terhadap anak di bawah umur korban
persetubuhan berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2014 atas
perubahan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak." Jurnal Hukum Tri Pantang 7.1 (2021): 52-69.
Harahap, Ranty Angriyani, and Winsherly Tan. "Tinjauan Yuridis Tentang Kekerasan
Seksual Terhadap Anak Kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak." Petitum 10.1 (2022): 24-36.
Ibrahim, Rifki Septiawan. "Hak-Hak Keperdataan Anak dalam Perspektif Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak." Lex Privatum
6.2 (2018).
KURNIAWAN, F.A. (2020) „Aspek Pidana Penelantaran Anak Oleh Orang Tua‟, p.
41.
Latifa, Kurnia Tri, and Dhita Novika. "Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai
Korban Tindak Pidana Kekerasan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014." LONTAR MERAH 1.1 (2018): 45-53.
Sukardi, D. (2016) „Perlindungan Hukum Anak Korban Penelantaran Orang Tua
Berbasis Hukum Positif dan Islam‟, Jurnal Kajian Hukum Islam, 1(2), p.
185.
Wuisan, Maria. "Perlindungan Hukum terhadap Anak Korban Penculikan dan
Kekerasan Seksual Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
atas Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak." Lex Et Societatis 7.12 (2019).
30
Peraturan dan Perundang-undangan:
UU Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 dan UU No. 11 Tahun 2012
UU No.39 thn 1999 ttg HAM Pasal 1 angka 5
UU No. 3 TAHUN 1997 Tentang Pengadilan Anak Pasal 1 angka 1
UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 4-11
Nasir, M.J.A, 2001, Membela Anak Dengan Teater, Yogyakarta,Purwanggan Cet- 1.
Peraturan Perundang-undangan :
a. Undang-Undang Dasar 1945;
b. Undang-Undang No. 1 tahun 1946 Tentang KUHP;
c. Undang-Undang No. 73 Tahun 1958 Tentang Pemberlakuan KUHP;
d. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU.No. 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Buku
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1980, hlm. 81
Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit
UNDIP, Semarang, 1997, hlm. 62.
Mulyadi, Lilik, 1997, Pengadilan Anak di Indonesia (Teori Praktek dan
Permasalahannya), CV. Manda Mulya, Bandung, 2005, hlm. 3. 1
Muladi,Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Badan
Penerbit UNDIP, Semarang
Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Yulies Tina Masriani, Pengantar Hukum Indonesia Cet-V, Sinar Grafika, Jakarta,
2009,hlm. 66.
Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara baru-Cet IV, Jakarta, 1983, hlm. 9.
31
Soedarto, Intisari Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hlm. 48.
R. Soesilo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm. 9.
32