Proposal-Veronika BR Pinem-Seminar PKN

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 40

URGENSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PENELANTARAN ANAK BERDASARKAN UNDANG-


UNDANG NO. 35 TAHUN 2014

Proposal

Diajukan Untuk Memenuhi

Persyaratan Seminar PKn

Oleh:

Veronika Br Pinem

NIM. 3203111002

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Proposal ini Diajukan Oleh Veronika Br Pinem. NIM. 3203111002

Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Seminar PKn

Dosen Pengampu : 1. Drs. Liber Siagian, M.Si

2. Prayetno S.IP,M,Si
3. Ramsul Nababan S.H,M.H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa untuk segala

limpahan rahmat, berkat dan perlindunganNya, yang telah diberikan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Judul proposal

ini yaitu “Urgensi Perlindungan Hukum Terhadap Penelantaran Anak

Berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014”. Penulisan proposal ini

ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan seminar PKn di Jurusan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Medan.

Dalam proses penulisan proposal ini tentunya tidak terlepas dari

dukungan, bantuan, kerjasama, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak,

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Dalam penulisan proposal ini

penulis menemui banyak kekurangan, hambatan, tantangan dan rintangan,

sehingga sepantasnya penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Arief wahyudi, S.H., M.H selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Dr. Surya Dharma S.Pd., M.Pd selaku sekretaris Jurusan

Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan.


3. Bapak Drs. Liber Siagian, M.Si Selaku Dosen Pengampu Mata kuliah

Seminar PKn yang telah banyak memberi motivasi dan bimbingan, arahan

dalam mengerjakan proposal

4. Bapak Prayetno S.IP,M,Si Selaku Dosen pengampu Mata kuliah Seminar

PKn yang telah memberikan banyak bimbingan dalam pengerjaan

proposal selama perkuliahan

5. Bapak Ramsul Nababan S.H,M.H Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah

Seminar PKn yang memberikan arahan dalam menentukan judul penelitian

pada pengerjaan proposal.

6. Bapak Raya Pinem dan Ibu Sri Lenni Br Sembiring selaku orang tua

penulis yang telah begitu banyak memberi kasih sayanga, kepedulian,

perhatian, penyemangat serta dukungan yang penuh kepada penulis.

7. Teman-teman kelas Reguler E 2020 yang telah banyak memberi dukungan

dan semangat selama proses perkuliahaan

Penulis menyadari proposal ini masih memiliki banyak kekurangan dan

kesalahan, baik dari segi struktur penulisan maupun isinya. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan proposal ini kedepannya. Semoga

proposal ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dan bagi penulis

sendiri.

Medan, 24 March 2023

Veronika Br Pinem
NIM. 3203111002

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ........................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................................vi
ABSTRAK .........................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................................. 7
1.3. Batasan Masalah ...................................................................................................... 8
1.4. Rumusan Masalah .................................................................................................... 8
1.5. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 8
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................ 10
2.1 Kajian Teori ............................................................................................................ 10
2.1.1 Pengertian Anak ............................................................................................... 10
2.1.2. Penegakan Hukum .......................................................................................... 11
2.1.3 Kejahatan Dalam Keluarga .............................................................................. 13
2.1.4 Aspek Pidana Penelantaran Anak Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak
.................................................................................................................................. 15
2.1.5 Pengertian Penelantaran Anak Dalam UU Perlindungan Anak ....................... 17
2.2. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................................ 20
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 25
3.1 Desain Penelitian .................................................................................................... 25
3.1.1 Jenis Penelitian................................................................................................. 25
3.1.2 Metode Penelitian ............................................................................................ 25
3.1.3 Lokasi Penelitian .............................................................................................. 26
3.2 Subjek Penelittian ................................................................................................... 26
3.3 Variabel penelitian dan Definisi Operasional ......................................................... 27

iv
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................... 27
3.4.1 Jenis Data ......................................................................................................... 27
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 28
3.4.3 Instrumen Pengumpulan Data .......................................................................... 28
3.5 Teknik Analisis Data............................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 30

v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Orisinalitas Penelitian……………………………………………….20

vi
ABSTRAK
Veronika Br Pinem 3203111002, “Urgensi Perlindungan Hukum Terhadap
Penelantaran Anak Berdasarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014”
Jurusan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Urgensi Perlindungan


Hukum Terhadap Penelantaran Anak Berdasarkan Undang-undang Nomor 35
Tahun 2014 serta bagaimana peran Lembaga perlindungan anak dan komisi
nasional perlindungan anak dalam halpenelantaran anak. Penelitian ini merupakan
penelitian hukum normatif-empiris, yaitu menelaah pengaturan hukum dalam
pelaksanaan perlindungan hukum terhadap penelantaran anak. Penelitian ini
dilakukan dengan metode wawancara dan observasi dengan informan yaitu
Pembimbing Kemasyarakatan di kantor lembaga perlindungan anak, dan pekerja
sosial yang ada di kantor perlindangan anak. Kemudian teknik analisis data dalam
penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, memiliki

martabat dan nilai kemanusia secara keseluruhan. Anak merupakan tunas baru

bagi setiap bangsa, dan menjadi generasi muda untuk meneruskan cita-cita

bangsa, memiliki peran masing-masing dalam menjamin kesinambungan

eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Sehingga setiap anak bisa memikul

tanggung jawab untuk memajukan bangsa, maka anak harus mendapat

kesempatan untuk tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun mental,

maka perlu untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan menjaminan hak-

haknya sebagai seorang anak dan mendapat perlakuan yang tidak diskriminatif.

(Sukardi, 2016)

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan hukum terhadap anak

khususnya di Indonesia telah diatur secara tegas di dalam sebuah instrument

hukum yakni sebuah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945 dan secara khusus Indonesia telah mengatur dan memberikan perlindungan

pada anak dalam sebuah Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014.

(KURNIAWAN, 2020)

Perlindungan hukum terhadap anak diperhatikan serius oleh negara Negara

Kesatuan Republik Indonesia dengan memberikan jaminam kesejahteraan,

perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia dikarenakan

1
anak merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan

bangsa memiliki peran strategis, ciri, dan sifat khusus(Ardiansyah and Nggeboe,

2019). Di Indonesia sendiri terdapat beberapa pengertian tentang perlindungan

anak menurut peraturan Perundang- undangan, begitu juga menurut para pakar

ahli. Namun di antara beberapa Pengertian tidak ada kesamaan mengenai

pengertian anak tersebut, karena di latar belakangi dari maksud dan tujuan

masing-masing. Pengertian anak menurut peraturan perundang-undangan dapat

dilihat sebagai berikut:

a. Anak Menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Pengertian anak Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak Adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang Masih dalam kandungan.

b. Anak menurut Kitab Udang –Undang Hukum perdata Di jelaskan dalam

Pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, mengatakan orang

belum dewasa adalah Mereka yang belum mencapai umur 21 tahun dan

tidak lebih dahulu telah kawin. Jadi Anak adalah setiap orang yang belum

berusia 21 tahun dan belum menikah. Seandainya seorang anak telah

menikah sebelum umur 21 tahun kemudian bercerai Atau ditinggal mati

oleh suaminya sebelum genap umur 21 tahun, maka ia tetap Dianggap

sebagai orang yang telah dewasa bukan anak-anak.

c. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Anak dalam Pasal 45

KUHP Pidana Adalah anak yang umurnya belum mencapai 16 (enam

belas) tahun.

2
d. Menurut Undang-undang No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Yang disebut anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21

e. Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak Dijelaskan dalam (Pasal 1 Ayat (3)) Anak adalah

anak yang telah berumur 12 (dua Belas) tahun, tetapi belum berumur 18

(delapan belas) tahun yang diduga melakukan Tindak pidana

f. Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia adalah sebagai berikut : “Anak adalah setiap manusia

yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah,

termasuk anak yang masih dalam Kandungan apabila hal tersebut demi

kepentingannya”

g. Menurut UU No.44 Thn 2008 Ttg Pornografi Pasal 1 angka 4 “Anak

adalah seseorang Yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun “

h. Menurut UU No. 3 TAHUN 1997 Tentang Pengadilan Anak Pasal 1 angka

1 “ Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai

Umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas)

tahun dan Belum pernah kawin “

i. Menurut Konvensi Hak-hak Anak Anak adalah setiap manusia yang

berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan yang berlaku bagi anak

tersebut ditentukan bahwa usia Dewasa dicapai lebih awal

j. Menurut UU No.39 thn 1999 ttg HAM Pasal 1 angka 5 “ Anak adalah

setiap manusia Yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum

3
menikah, terrnasuk anak Yang masih dalam kandungan apabila hal

tersebut adalah demi kepentingannya.”

Selain pengertian anak menurut Perundang-Undangan terdapat juga hak-

hak anak yang diatur menurut peraturan perundang-undangan yaitu antara lain:

(1) Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat 2 “ Setiap anak berhak

atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak Atas

perlindungan dari kekerasan dan dikriminasi.

(2) Pasal 34 ayat 2 “ Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara “

(3) Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 4 “

Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara Wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

serta mendapat perlindungan Dari kekerasan dan diskriminasi”

(4) Pasal 5 “ Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status

kewarganegaraan”

(5) Pasal 6 “ Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir,

dan berekspresi Sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam

bimbingan orang tua”

(6) Pasal 7 “ Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan

diasuh oleh Orang tuanya sendiri “ Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya

tidak dapat menjamin tumbuh kembang Anak, atau anak dalam keadaan

terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau Diangkat sebagai anak asuh

atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan Peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

4
(7) Pasal 8 “ Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan

sosial sesuai Dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.”

(8) Pasal 9 “ Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam

rangka Pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan

minat dan Bakatnya.Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

khusus bagi anak yang Menyandang cacat juga berhak memperoleh

pendidikan luar biasa, sedangkan bagi Anak yang memiliki keunggulan juga

berhak mendapatkan pendidikan khusus.

(9) Pasal 10 “ Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya,

menerima, mencari, dan Memberikan informasi sesuai dengan tingkat

kecerdasan dan usianya demi Pengembangan dirinya sesuai dengan nilai nilai

kesusilaan dan kepatutan”

(10) Pasal 11 “ Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu

luang, bergaul dengan Anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi

sesuai dengan minat, bakat, dan Tingkat kecerdasannya demi pengembangan

diri.

Penelantaran anak adalah salah satu bentuk pengasuhan terburuk dan

merupakan salah satu kekerasan yang dialami oleh anak-anak. Kekerasan anak

adalah perbuatan yang disengaja untuk menyakiti, membahayakan dan

menyebabkan kerusakan fisik, mental atau emosional anak. Suatu bentuk

pembelaan hukum yang diberikan negara terhadap anak-anak yang menjadi

korban penelantaran yang dimuat dalam Undang-undang khusus tentang anak

termasuk Konvensi 1989 tentang Hak Anak Disahkan dengan Keputusan Presiden

5
No. 35 Tahun 1990, UU Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 dan UU No. 11

Tahun 2012, Sistem Peradilan Pidana Seorang anak.

Perlindungan anak adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan

penjaminan hak asasi anak untuk hidup, berkembang dan berpartisipasi tanpa

diskriminasi. Perlindungan anak adalah kegiatan untuk mengamankan dan

melindungi anak-anak dan hak-hak mereka untuk hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi dengan martabat yang optimal, untuk terlindungi dari kekerasan dan

diskriminasi

Pengaturan dan perlindungan hukum terhadap anak yang terlantar telah

diatur dengan terbitnya UU perlindungan anak. Namun, anak masih belum

mendapatkan perlindungan hukum tersebut karena faktor perlindungan sosial dan

hukum. Faktor perlindungan sosial seperti masyarakat yang acuh tak acuh

melihat anak-anak yang terlantar di jalanan. Faktor hukum yang terkesan lamban

walaupun sudah mendapat laporan dari masyarakat. Kasus penelantaran anak

seringkali tidak sampai ke meja pengadilan dalam penegakan hukum terhadap

orang tua yang meninggalkan anaknya di tengah jalan.

Meninggalkan anak di tengah jalan sama dengan menghancurkan dunia

anak tersebut. Dunia yang diharapkan anak adalah bermain, belajar,

mengembangkan minat dan bakatmu untuk masa depan, tapi realitanya anak di

pinggir jalan akan terus mengalami kekerasan. Situasi ini sangat memprihatinkan,

sebagaimana tercantum dalam Konvensi Hak Anak, masih Jauh dari kenyataan,

mereka masih bagian dari yang terpinggirkan, ditekan oleh lingkungan dan

6
budaya tempat mereka tinggal, Seperti keluarga baru di jalanan, harus mengamen

untuk makan dan jauh dari kata pendidikan formal di sektor sekolah.

Dalam Hal ini peneliti memandang bahwa hukum di Indonesia terhadap

perlindungan anak yang ditelantarkan harus segara diatasi dan ditegaskan melalui

perundangan agar tidak ada lagi pelantaraan anak berdasarkan undang undang 35

Tahun 2014. Atas dasar ini maka peneliti merasa perlu dilakukan penelitian

tentang: URGENSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PENELANTARAN ANAK BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO. 35

TAHUN 2014

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dari

Penelitian ini adalah :

1. Perlindungan hukum terhadap anak-anak melalui Undang-undang No 35

Tahun 2014 sebagai upaya pencegahan pelantaraan anak.

2. Perlindungan Hukum melalui Undang-undang No 35 TAHUN 2014

sebagai pengetahuan informasi terhadap masyarakat

3. Kesadaran Masyarakat mengenai Anak dan mencegah terjadinya

pelantaraan anak

4. Masyarakat & Pemerintah mendorong penjaminan masa depan anak agar

tidak terjadi pelantaraan anak.

7
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dimaksudkan agar penelitian terfokus pada permasalahan yang

diangkat dalam penelitian lebih jelas dan meluas kemana-mana sehingga

menghindari kesalahpahaman Pembatasan masalah tersebut antara lain.

1. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Anak melalui undang-undang

Nomor 34 Tahun 2014 harus dijelaskan dan diberikan pemaparan terhadap

masyarakat agar mencegah terjadinya pelantaraan anak

2. Masyarakat & Pemerintah mendorong penjaminan masa depan anak agar

tidak terjadi pelantaraan anak

1.4. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pengaruh Undang undang Nomor 35 TAHUN 2014 didalam

mencegah pelantaraan anak anak ?

2. Bagaimana peran masyarakat & pemerintah didalam mendorong agar

berkurangnya pelantaraan anak!

1.5. Tujuan Penelitian


1. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memahami dan menambah wawasan

kita tentang perlindungan anak yang tercantum dalam undang-undang No.

35 Tahun 2014.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perundangan didalam

menjaga dan mencegah terjadinya pelantaraan anak.

1.6. Manfaat Penelitian


Manfaat Teoritis

8
a. Penulisan laporan proposal ini dapat memberikan manfaat dan masukan dalam

menambah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademisi, serta

menambah pengetahuan perlindungan hukum terhadap anak terlantar

b. Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai perlindungan hukum

terhadap penelantaran anak menurut undang-undang No. 35 Tahun 2014,

maka dari itu diharapkan bahwa berkurangnya penelantaran anak yang

dilakukan orang tua.

c. Diharapkan dapat menjadi landasan untuk penelitian berikutnya terkait

penelantaran anak.

Manfaat Praktis

a. Peneliti dapat menemukan berbagai permasalah terkait perlindungan hukum

terhadap penelantaran anak. Dan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih

lanjut sebagai sumbangan pemikiran peneliti terhadap peneliti berikutnya.

b. Memberikan pemahaman bagi masyarakat pelaku penelantaran anak

pentingnya untuk menjaga dan merawat anak.

c. Untuk menjadi masukan dan bahan pertimbangan pemerintah untuk upaya

pengurangan penelantaran anak

9
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Anak

Pengertian anak menurut beberapa literatur yaitu:

1. Pengertian anak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang

dimaksud dengan anak adalah keturunan atau manusia yang masih kecil.

2. Pengertian anak menurut hukum perdata, tercantum dalam Pasal 330 KUHPdt

yakni anak adalah orang yang belum dewasa dan seseorang yang belum

mencapai usia batas legitimasi hukum sebagai subjek hukum atau layaknya

subjek hukum nasional yang ditentukan oleh perundang-undangan perdata.

3. Pengertian anak dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan terdapat

dalam Pasal 47 ayat (1), yakni orang belum mencapai umur 18 (delapan

belas) tahun atau belum pernah melakukan pernikahan ada dibawah

kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut kekuasaan orangtuanya.

4. Pengertian anak berdasarkan UU No. 35 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (1) adalah

seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun), termasuk anak yang

masih dalam kandungan.

5. Pengertian anak menurut hukum pidana, sesuai dengan isi Pasal 46 KUHP,

bahwa anak adalah anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16

(enam belas) tahun.

6. Pengertian anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa

atau belum mengalami pubertas, dan anak merupakan keturunan kedua,

dimana kata anak merupakan lawan dari orangtua dan berdasarkan pendapat

10
psikologi, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi

hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut periode

prasekolah, kemudian berkembang ke tahap sekolah.

Dari beberapa literatur di atas dapat disimpulkan bahwa seorang anak baik itu

laki-laki maupun perempuan masih dikatakan anak-anak jika belum mencapai

usia dewasa dan belum mampu untuk menjadi subjek hukum serta bertanggung

jawab atas segala konsekuensi hukum dari tindakannya.

2.1.2. Penegakan Hukum

Pengertian penegakan hukum menurut Menurut Satjipto Raharjo, penegakan

hukum merupakan penegakan penegakan ide-ide atau konsep tentang keadilan,

kebenaran, kemanfaatan sosial, dan sebagainya, jadi penegakan hukum

merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep tadi menjadi

kenyataan. Pengertian penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto, penegakan

hukum

adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam

kaidah-kaidah/pandangan nilai yang mantab dan mengejahwantah dan sikap

tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan,

memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.

Teori Roscoe Pound, Sosiological Jurisprudence menyebutkan bahwa politik

hukum pidana sebagai salah satu usaha dalam menanggulangi kejahatan dalam

penegakan hukum pidana yang rasional. Penegakan hukum pidana yang rasional

itu terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu:

11
1. Tahap Formulasi, adalah tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh

badan pembentuk undang-undang dalam tahap ini pembentuk undang-undang

melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan

situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya

dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil

perundang-undangan pidana yang paling baik, dalam arti memenuhi syarat

keadilan dan daya guna. Tahap ini juga disebut tahap kebijakan legislatif.

2. Tahap Aplikasi, tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum

pidana) oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan

hingga pengadilan, dalam tahap ini aparat penegak hukum menegakkan serta

menerapkan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh

badan pembentuk undang-undang, dalam melaksanakan tugas ini aparat

penegak hukum harus memegang teguh nilai-nilai keadilan dan daya guna.

Tahap ini disebut juga tahap kebijakan yudikatif.

3. Tahap Eksekusi, yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) hukum pidana

secara

konkret oleh aparat pelaksana pidana, dalam tahap ini aparat pelaksana pidana

bertugas menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk

undang-undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan oleh

pengadilan. Aparat pelaksana dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman

kepada peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh

pembentuk undang-undang (legislatur) dan nilai-nilai keadilan serta daya

guna.

12
Sistem peradilan pidana merupakan suatu jaringan (network) peradilan yang

menggunakan hukum pidana sebagai sarana utamanya, baik hukum pidana

materil, hukum pidana formil maupun hukum pelaksanaan pidana. Namun

demikian kelembagaan substansial ini harus dilihat dalam kerangka atau konteks

sosial. Sifatnya yang terlalu formal apabila dilandasi hanya untuk kepentingan

kepastian hukum saja akan membawa bencana berupa ketidakadilan, dikatakan

sebagai precise justice, maka ukuran-ukuran yang bersifat materiil, yang

nyatanyata dilandasi oleh asas-asas keadilan yang bersifat umum benar-benar

harus

diperhatikan dengan baik dan cermat dalam proses penegakan hukum.

Sistem peradilan pidana melibatkan penegakan hukum pidana, baik hukum pidana

substantif, hukum pidana formil maupun hukum pelaksanaan pidana, dalam

bentuk prefentif, refresif, kuratif. Terlihat keterkaitan antar subsistem peradilan

pidana yakni kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.

2.1.3 Kejahatan Dalam Keluarga

Mengenai kejahatan atau penelantaran terhadap anak, selain diatur dalam UU No.

35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak juga diatur dalam UU No. 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, namun sebelum berbicara UU

No. 23 Tahun 2004, kita sebaiknya memahami dulu mengenai apa yang dimaksud

dengan Pengertian Keluarga, yang diatur dalam Pasal 1 ayat (4) UU No. 35 Tahun

13
2014. Orangtua adalah ayah atau ibu kandung, atau ayah dan/atau ibu tiri, atau

ayah dan/atau ibu angkat.

Ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2004, menyatakan bahwa Kekerasan

dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seorang terutama

perempuan,yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan

hukum dalam lingkup rumah tangga. Ketentuan ayat (3) berisi bahwa Korban

adalah orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam

lingkup rumah tangga.

Ketentuan Pasal 5 UU No. 23 Tahun 2004, menyatakan bahwa:

Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang

dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara:

a. Kekerasan fisik;

b. Kekerasan psikis;

c. Kekerasan seksual; atau

d. Penelantaran rumah tangga

Ketentuan Pasal 9 UU No. 23 Tahun 2004, menyatakan bahwa:

(1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah

tangganya,

padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan

atau

14
perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan

kepada orang tersebut.

(2) Penelantaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi

setiap

orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara

membatasi

dan/atau melarang untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah

sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut.

Pasal 10 UU No.23 Tahun 2004, menyatakan bahwa:

Korban berhak mendapatkan:

a. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat,

lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan

penetapan perintah perlindungan dan pengadilan;

b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;

c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;

d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat

proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

e. Pelayanan bimbingan rohani

2.1.4 Aspek Pidana Penelantaran Anak Dalam Undang-Undang

Perlindungan Anak

15
Penelantaran anak termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala keadaan

perhatian yang tidak memadai, baik fisik, emosi maupun sosial. Bentuk-bentuk

penelantaran anak adalah sebagai berikut:

a. Penelantaran fisik merupakan kasus yang paling banyak ditemui, misalnya

keterlambatan bantuan medis, pengawasan yang kurang memadai, serta tidak

tersedianya kebutuhan akan rasa aman dalam keluarga.

b. Penelantaran pendidikan terjadi ketika anak seakan-akan mendapat

pendidikan yang sesuai padahal anak tidak dapat berprestasi secara optimal,

lama-kelamaan hal ini mengakibatkan prestasi di sekolah menurun.

c. Penelantaran secara emosi dapat terjadi misalnya ketika orang tua tidak

menyadari kehadiran anak ketika ribut dengan pasangannya, atau orangtua

memberikan perlakuan dan kasih sayang yang berbeda diantara anak-anaknya.

d. Penelantaran fasilitas medis, hal ini terjadi ketika orang tua gagal

menyediakan fasilitas kesehatan untuk anak padahal finansial memadai,

misalnya ketika anak sakit diobati secara tradisional ketika tidak berhasil baru

ke dokter.

Penyebab penelantaran anak umumnya terjadi, karna permasalahan didalam

keluarga yang banyak, misalnya karena orangtua kecanduan obat-obatan

terlarang,

permasalahan ekonomi keluarga yang sulit, orangtua tunggal, dan lain-lain.36

Perkembangan hukum di Indonesia, banyak sekali diatur mengenai aspek

pertanggungjawaban pidana bagi anak, baik anak yang ditelantarkan atau anak

yang menjadi pelaku pelanggaran hukum pidana, yakni:


16
1. UU No. 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP);

2. UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP);

3. UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak;

4. UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia;

5. UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak;

6. UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga;

7. UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No.23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak;

Dari aturan hukumpidana yang terdapat di undang-undang maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa upaya pemerintah dalam mencegah kekerasan terhadap anak,

dengan cara memberikan hukuman terhadap pelakunya sudah dioptimalisasikan,

dengan harapan melindungi anak dari kekerasan, selain itu juga dalam rangka

mencegah anak terlibat dalam kejahatan juga dilakukan dalam penyusunan

peradilan yang bersahabat dengan anak.

2.1.5 Pengertian Penelantaran Anak Dalam UU Perlindungan Anak

Penelantaran anak merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma hukum

yang berlaku dan perbuatan ini dilakukan oleh orang tua dari anak tersebut,

dimungkinkan karena orang tua tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan anak

secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Kepentingan anak

haruslah dijadikan dasar pedoman oleh mereka yang bertanggung jawab terhadap
17
pendidikan dan bimbingan anak yang bersangkutan pertama-tama tanggung

jawabnya terletak pada orang tua mereka. Anak-anak harus mempunyai

kesempatan yang leluasa untuk bermain dan berekreasi yang harus diarahkan

untuk tujuan pendidikan, dan masyarakat serta penguasa yang berwenang harus

berusaha meningkatkan pelaksanaan hak tersebut.

Anak terlantar adalah anak yang karena sebab orang tuanya melalaikan

kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dipenuhi secara wajar baik rohani,

jasmani, maupun sosial. Pengertian anak terlantar tertera pada Undang-Undang

No. 35 Tahun 2015 Pasal 1 ayat 6 bahwa : “anak terlantar adalah anak yang tidak

terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial”,

Walaupun ada seperangkat peraturan perundang-undangan yang melindungi

hakhak anak, tetapi kualitas permasalahannya dari tahun ketahun mengalami

perkembangan kompleksitas bahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik,

mental, moral, sosial dan intelektual anak.

Jenis penelantaran yang semakin marak ditemukan seperti orang tua tidak

menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal maupun kasih sayang yang cukup

bagi seorang anak, serta anak anak yang ditinggalkan orang tuanya, dikarenakan

hutang, ataupun dikarenakan ekonomi kemiskinan yang menjadi faktor utamanya.

Penelantaran mempunyai pengertian yaitu merupakan kegagalan untuk

memberikan keperluan hidup yang mendasar kepada anak seperti makan, pakaian,

tempat berlindung, perhatian atau pengawasan kesehatan sehingga mengakibatkan

kesehatan dan perkembangan anak dapat atau mungkin dapat terancam.

18
Kewajiban orang tua adalah memberikan perlindungan dan bertanggung jawab

terhadap perkembangan anak. Tidak hanya orang tua saja yang harus

mempersiapkan generasi muda, tetapi masyarakat dan pemerintah juga ikut andil

dalam perlindungan dan perkembangan anak.

Titik tolaknya adalah masa depan anak melalui perlindungan anak

terhadap segala bentuk ketelantaran, kekerasan dan lainnya. Kasus penelantaran

yang dilakukan oleh orang tua kandung terhadap anaknya ini jika dilihat dari sisi

hukumnya merupakan perbuatan yang termasuk kedalam tindak pidana, karena

jelas orang tua korban menelantarkan anak, dan ini merupakan suatu perbuatan

yang dikategorikan sebagai perbuatan tindak pidana peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang perlindungan anak.

Negara Indonesia sendiri telah menunjukkan dengan adanya UU No. 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang sekarang diubah menjadi UU No.

35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, yang dengan jelas dikatakan dalam

pasal 2 UU No. 22 Tahun 2002 bahwa penyelenggaraan perlindungan anak

didasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

dan prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak Anak, yaitu mencakup:

a. Non diskriminasi;

b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;

c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan;

d. Penghargaan terhadap pendapat anak;

19
Adanya perlindungan anak ditujukan agar terjaminnya kelangsungan hak-hak

anak baik hak hidup, berkembang, tumbuh dan berpartisipasi secara terbaik agar

seimbang dengan harkat dan martabat manusia, serta memperoleh jaminan

perlindungan dari tindakan diskriminasi dan kekerasan, guna menciptakan anak

yang memiliki nilai, berperilaku baik dan bahagia.

2.2. Hasil Penelitian Relevan

Hasil penelitian mengenai Penelantaran Anak telah banyak dilakukan dan

dituangkan dalam berbagai buku, tulisan, dan penelitian lainnya. Penelitian

terdahulu perlu digunakan sebagai rujukan, tolak ukur dan pembanding dalam

sebuah penelitian. Hal tersebut juga bertujuan untuk menjaga orisinalitas

penelitian agar tidak terjadi kesamaan pembahasan antar penelitian. Dalam

penelitian ini ada beberapa penelitian terdahulu berupa jurnal penelitian dan

skripsi yang relevan dan dapat digunakan sebagai rujukan, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Originalitas Penelitian

No Penelitian Relevan Originalitas


1. Sunandar N, Jurusan Syari‟ah Persamaan:
dan Hukum, Program Studi Ilmu Persamaan pada laporan penelitian
Hukum, Universitas Islam tersebut dengan penelitian ini yaitu
Negeri Alauddin Makasar, 2017, pada objek penelitian, meneliti
dengan judul skripsi “Tinjauan mengenai anak sebagai korban
Terhadap Penelantaran Anak di penelantaran
Kaluku Bodoa Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia No. Perbedaan:
35 Tahun 2014 Tentang Perbedaan pada laporan penelitian ini
Perlindungan Anak”. Dalam adalah penelitian yang dilakukan oleh
skripsi yang disudah diteliti Sunandar N mengambil lokasi di
Sunandar N dengan peneletian Kaluku Bodoa dengan mengkaji
yang dilakukan oleh penulis bagaimana bentuk pertanggung
terdapat persamaan dan jawaban orang tua yang menelantarkan

20
perbedaan. anaknya, sedangkan penelitian yang
dilakukan penulis adalah di Kantor
lembaga perlindungan anak (LPA) di
sumatera utara berada di lokasi Jl.
Durung No. 105, Sidorejo Hilir,
Kecamatan Medan Tembung, Kota
Medan
2. Syahliza Viranti, Program Studi Persamaan :
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Objek penelitian yang dibahas tentang
Universitas Medan Area, 2021, anak yang Ditelantarkan oleh orang tua
dengan judul skripsi Kajian
Hukum Terhadap Tindakan Perbedaan :
Penelantaran Anak Oleh Penelitian ini membahas tentang
Orangtua di Medan (Studi di bagaimana kajian hukum terhadap
Lembaga Bantuan Hukum pelantaraan anak sedangkan penelitian
Medan) ini membahas tentang urgensi
perlindungan hukum terhadap
pelantaraan anak dari UUD no 35
Tahun 2014
3. Skripsi oleh Febri Argo Persamaan :
Kurniawan, Program Studi Ilmu Penelitian ini membahas tentang
Hukum, Fakultas Hukum sebuah pelantaraan anak sebagai objek
Universitas Muhammadiyah
Magelang, 2020, dengan judul Perbedaan :
skripsi Aspek Pidana Penelitian ini membahas bagaimana
Penelantaran Anak Oleh Pelantaraan anak bisa menjadi tidak
Orangtua pidana untuk orang tua dan bagaimana
mekanisme hukum atas tindak pidana
pelantaraan anak yang dilakukan
sedangkan penelitian ini membahas
urgensi perlindungan hukum terhadap
anak melalui UUD no 35 Tahun 2014.
4. Skripsi oleh Indah Wulandari, Persamaan :
Fakultas Hukum dan Ilmu Penelitian ini dan penelitian yang
Sosial, Universitas dibuat sama sama membahas tentang
Muhammadiyah Kota bumi, Penelantaran anak
2020, dengan judul aspek pidana
terhadap perbuatan penelantaran Perbedaan :
anak (Studi Normatif) yang Penelitian ini membahas bagaimana
membahas ruang lingkup bentuk ruang lingkup bentuk penelantaran

21
penelantaran anak dalam aspek anak didalam bentuk bentuk dan aspek
pidana pidana apa yang diberikan . Sedangkan
penelitian Ini membahas tentang
keterkaitan dan urgensi hukum
terhadap anak didalam Kasus
pelantaraan anak.
5. Skripsi Septiani Kumala Dewi, Persamaan :
Progaram Studi Hukum Pidana Penelitian ini membahas tentang objek
Islam (JINAYAH), Fakultas yang sama yaitu pelantaraan anak
Syariah dan Hukum, Universitas Didalam UUD nomor 35 Tahun 2014
Islam Negeri Sumatera Utara,
Medan, 2020, dengan judul Perbedaan :
skripsi Penelantaran Anak Oleh Penelitian ini membahas tentang
Orangtua Menurut Undang- Penelantaran anak melalui Hukum
undang No. 35 Tahun 2014 Islam sedangkan penelitian membahas
Tentang Perlindungan anak dan tentang urgensi perlindungan hukum
Hukum Pidana Islam (Studi terhadap pelantaraan anak dari UUD 35
Penelitian Di Kantor Lembaga Tahun 2014
Perlindungan Anak Sumatera
Utara)

2.3 Kerangka Berpikir


Pengertian anak menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang

Perlindungan Anak, yakni berusia maksimal 18 (delapan belas) tahun, termasuk

yang terkategori anak adalah anak yang masih dalam kandungan, uraian pasal ini

jika melihat komposisi penduduk maka penduduk Indonesia yang terkategori

sebagai anak sangat besar, memiliki potensi untuk memajukan kehidupan bangsa.

Penelantaran anak tentunya memerlukan perlindungan dari berbagai pihak

termasuk tanggungjawab negara untuk melindungi dari berbagai macam tindak

kekerasan, penelantaran yang dilakukan orangtua terhadap anak dapat

mengganggu kesehatan fisik maupun psikis mereka dan akan membuat mereka

22
trauma yang mendalam, hal ini sangat bertentangan dengan prinsip perlindungan

anak.

Penelantaran anak adalah praktik melepaskan tanggung jawab dan klaim

atas keturunan dengan cara ilegal, hal ini antara lain disebabkan oleh faktor-faktor

seperti faktor ekonomi dan sosial, serta penyakit mental. Seorang anak yang

ditinggalkan atau dibuang oleh orang tuanya disebut dengan anak buangan.

Penelantaran anak termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala keadaan

perhatian yang tidak memadai, baik fisik, emosi, maupun sosial.

Keseluruhan peraturan yang ada dan berlaku di Indonesia, mengatur dan

mengikat berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, termasuk juga mengenai

perlindungan terhadap anak, dikarnakan sesuai dengan isi UUD 1945, dikatakan

bahwa seorang anak memiliki hak hidup untuk tumbuh dan berkembang serta

dilindungi dari kekerasan dan diskriminasi. Idealnya nak adalah pewaris dan

penerus masa depan bangsa, secara real kondisi anak Indonesia masih mengalami

kekerasan

Salah satu faktor yang membuat penelantaran anak adalah faktor ekonomi

dan kemiskinan ini selalu menjadi dasar alasan pembenar dari setiap pelaku

penelantaran dengan melepaskan tanggung jawab sebagai orang tua. Dengan

demikian, aparat penegak hukumlah yang dapat memutuskan kepada orangtua

kandung tersebut untuk diberikan sanksi dan jalan keluarnya untuk korban akan

dirawat oleh kerabat atau melalui pendekatan pemulihan rasa keadilan bagi

23
mereka dan korban penelantaran anak tetap akan diasuh oleh orang tuanya dan

diadakan pemantuan.

Namun dalam perlindungannya terhadapt pada Pasal 1 angka 2 UU No. 35

Tahun 2014 berisi “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin

dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”, uraian ini

pentingnya perlindungan terhadap anak menentukan proses kejiwaan, karena pada

hakikatnya dunia anak adalah dunia bermain yang penuh kreatifitas dan imajinasi.

Peran aktif pemerintah sangat dibutuhkan untuk menyatukan,

mensinergikan dan melipat gandakan seluruh kekuatan untuk menyelamatkan

masa depan anak-anak bangsa. Berdasarkan pasal 25 Undang-undang 23 Tahun

2004 Tentang perlindungan anak, selain pemerintah, masyarakat juga memiliki

kewajiban dan tanggungjawab terhadap perlindungan anak yang dilaksanakan

melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak.

Masyarakat memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam

perlindungan anak melalui lembaga terkait, badan usaha, media masa, maupun

perseorangan.

24
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

penelitian hukum normatif-empiris dengan pendekatan konseptual dan perundang-

undangan. Menurut Muhaimin (2020:117) penelitian hukum normatif-empiris

adalah penelitian yang mengkaji mengenai pelaksanaan ketentuan perundang-

undangan dalam fenomena yang terjadi di masyarakat. Penelitian hukum

normatif-empiris bertujuan untuk memastikan sesuai atau tidaknya penerapan

hukum dalam fenomena.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan konseptual.

Pendekatan konseptual dilakukan dengan mendeskripsikan pandangan atau

analisis penyelesaian permasalahan yang diangkat dalam penelitian yaitu

mengenai pelindungan hukum terhadap Penelantaran Anak. Selain itu, penulis

juga menggunakan pendekatan perundang-undangan untuk menganalisis

peraturan perundang-undangan terkait Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014

dalam penelitian ini.

3.1.2 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2019:19) penelitian kualitatif

mendeskripsikan apa yang dilihat dan menganalisis informasi yang didapatkan

serta mengkaji permasalahan dengan lebih rinci. Metode deskriptif kualitatif

berupaya menggambarkan penemuan dan fakta dalam penelitian dengan membuat

deskripsi berupa kata-kata (Muhaimin, 2020:107).

25
Dalam penelitian ini metode penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk

menganalisis dan mendeskripsikan penemuan dan fakta dari obyek penelitian yaitu

urgensi perlindungan hukum terhadap penelantaran anak berdasarkan undang-undang

nomor 35 tahun 2014.

3.1.3 Lokasi Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Kota Medan Provinsi Sumatra Utara dengan

beberapa lokasi yakni Kantor Lembaga Perlindungan Anak Sumatera Utara, Komisi

Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) di kota Medan. Pemilihan lokasi

penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan berikut:

1. Kota Medan merupakan daerah yang ramai ditinggali oleh masyarakat sehingga

banyak penelantaran anak yang sering dijumpai.

2. Peneliti telah melakukan observasi awal sebagai pra-penelitian di lokasi tersebut.

3.2 Subjek Penelittian


Menurut Sugiyono (2019:302) penulisan proposal penelitian kualitatif yang

menjadi sampel sumber data sifatnya sementara. Sampel sumber data dibuat dengan

berkemungkinan dapat menjadi informan. Dalam penelitian normative-empiris yang

menjadi subjek adalah bahan hukum seperti undang-undang dan sejumlah informan

terkait. Dalam penelitian ini yang akan menjadi informan yaitu Pembimbing

Kemasyarakatan di kantor lembaga perlindungan anak, dan pekerja sosial yang ada di

kantor perlindangan anak yang terletak di jalan durung No. 105, Sidorejo Hilir, Kec.

Medan Tembung, Kota Medan, Sumatera Utara

26
3.3 Variabel penelitian dan Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk mendeteksi variabel untuk menghindari

ketidakjelasan penelitian. Definisi operasional menurut Muhaimin (2020:42) adalah

susunan langkah operasional sebagai satu kesatuan sehingga membentuk wawasan

yang dijadikan landasan dan acuan dalam penelitian. Dalam penelitian ini variabel

yang akan dibahas dan didefinisikan secara operasional ada dua yaitu sebagai

berikut: pertama urgensi pelindungan hukum sebagai jaminan perlindungan terhadap

anak yang ditelantarkan oleh orangtuanya, kedua, peran Undang-undang Nomor 35

Tahun 2014 terkait perlindungan anak.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data


Jenis data yang dapat digunakan dalam mengkaji penelitian hukum normatif-

empiris yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer atau sumber data utama adalah kata-kata atau Tindakan orang

yang diamati atau diwawancarai (Moleong, 2018:157). Data primer dalam

penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari wawancara terhadap informan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kajian atau telaah yang

dilakukan di berbagai sumber kepustakaan, undang-undang, dokumen

internasional, artikel dan jurnal, website dan laporan terkait urgensi

perlindungan hukum terhadap penelantaran anak.

27
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara atau Langkah yang dilakukan

untuk mengumpulkan data penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Wawancara yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi. Menurut

Moleong (2018:187) wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh

pewawancara dengan narasumber dengan maksud tertentu.

2. Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan mengamati dan menilai

keadaan di lokasi penelitian dan informan penelitian sehingga peneliti dapat

memandang dari sudut pandang orang-orang di lokasi penelitian.

3.4.3 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Instrumen pengumpulan data sangat

penting untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam

penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan ada dua yaitu wawancara dan

observasi sehingga instrument pengumpulan data yang digunakan yaitu pedoman

wawancara berupa daftar pertanyaan dan pedoman observasi.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kualitatif. Teknik analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen yang

dikutif Moleong (2018:249) merupakan upaya dalam mengolah, mensitesiskan,

28
mencari, mengatur pola dan menyusun apa yang penting dari data yang

diperoleh kemudian dideskripsikan menjadi kata-kata.

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Reduksi data (data reduction) yaitu pemilihan, pengaturan pokok data dan

penyederhanaan data yang dilakukan terus menerus selama penelitian.

2. Penyajian data (data display) yaitu menyajikan data dalam bentuk sederhana

agar mudah dipahami dan dianalisis mengenai fenomena dan apa yang

hendaknya dilakukn.

3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing) yaitu gabungan data pokok untuk

memperdalam pemahaman mengenai temuan penelitian.

29
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, A. and Nggeboe, F. (2019) „Kajian Yuridis Penelantaran Anak Oleh
Orang Tua Menurut Perspektif Hukum Indonesia‟, Legalitas: Jurnal Hukum,
10(1), p. 146. Available at: https://doi.org/10.33087/legalitas.v10i1.160.
AL-ULYA, A. N. A., Henny Yuningsih, and Suci Flambonita. PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP HAK ANAK KORBAN PENELANTARAN OLEH
ORANG TUA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN
2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK. Diss. Sriwijaya University,
2021.
Ayu Nadia Maryandani, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban
Penelantaran Oleh Orang Tua Berdasarkan Hukum Pidana Indonesia
(Skrips), Fakultas Hukum Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2016.
Burhayan, Burhayan. "Perlindungan hukum terhadap anak di bawah umur korban
persetubuhan berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2014 atas
perubahan undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak." Jurnal Hukum Tri Pantang 7.1 (2021): 52-69.
Harahap, Ranty Angriyani, and Winsherly Tan. "Tinjauan Yuridis Tentang Kekerasan
Seksual Terhadap Anak Kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak." Petitum 10.1 (2022): 24-36.
Ibrahim, Rifki Septiawan. "Hak-Hak Keperdataan Anak dalam Perspektif Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak." Lex Privatum
6.2 (2018).
KURNIAWAN, F.A. (2020) „Aspek Pidana Penelantaran Anak Oleh Orang Tua‟, p.
41.
Latifa, Kurnia Tri, and Dhita Novika. "Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai
Korban Tindak Pidana Kekerasan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014." LONTAR MERAH 1.1 (2018): 45-53.
Sukardi, D. (2016) „Perlindungan Hukum Anak Korban Penelantaran Orang Tua
Berbasis Hukum Positif dan Islam‟, Jurnal Kajian Hukum Islam, 1(2), p.
185.
Wuisan, Maria. "Perlindungan Hukum terhadap Anak Korban Penculikan dan
Kekerasan Seksual Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
atas Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak." Lex Et Societatis 7.12 (2019).

30
Peraturan dan Perundang-undangan:
UU Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 dan UU No. 11 Tahun 2012
UU No.39 thn 1999 ttg HAM Pasal 1 angka 5
UU No. 3 TAHUN 1997 Tentang Pengadilan Anak Pasal 1 angka 1
UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 4-11
Nasir, M.J.A, 2001, Membela Anak Dengan Teater, Yogyakarta,Purwanggan Cet- 1.
Peraturan Perundang-undangan :
a. Undang-Undang Dasar 1945;
b. Undang-Undang No. 1 tahun 1946 Tentang KUHP;
c. Undang-Undang No. 73 Tahun 1958 Tentang Pemberlakuan KUHP;
d. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU.No. 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Buku
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1980, hlm. 81
Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit
UNDIP, Semarang, 1997, hlm. 62.
Mulyadi, Lilik, 1997, Pengadilan Anak di Indonesia (Teori Praktek dan
Permasalahannya), CV. Manda Mulya, Bandung, 2005, hlm. 3. 1
Muladi,Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Badan
Penerbit UNDIP, Semarang
Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Yulies Tina Masriani, Pengantar Hukum Indonesia Cet-V, Sinar Grafika, Jakarta,
2009,hlm. 66.
Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara baru-Cet IV, Jakarta, 1983, hlm. 9.

31
Soedarto, Intisari Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hlm. 48.
R. Soesilo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm. 9.

Link Website lainnya


https://id.wikipedia,org/wiki/kekerasan_terhadap_anak
http://blogspot.com/pengertian-penelantaran-anak

32

You might also like