Professional Documents
Culture Documents
93183682-Karya-Ilmiah Data Indonesia
93183682-Karya-Ilmiah Data Indonesia
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Membuktikan pengaruh terapi bermain: skill play terhadap kemampuan perawatan diri
pada anak retardasi mental.
1.3.2 Tujuan Khusus
Menganalisis pengaruh terapi bermain: skill play terhadap kemampuan perawatan diri
pada anak retardasi mental.
1.4 Manfaat
1.4.2 Manfaat Teoritis
Terapi bermain: skill play dapat digunakan sebagai stimulus untuk mendorong anak
retardasi mental dalam berinisiatif dan membentuk perilaku perawatan diri.
1.4.3 Manfaat Praktis
1. Dapat digunakan oleh orang tua/keluarga sebagai alat untuk menstimulus anak agar bisa
mandiri sehingga tidak terjadi ketergantungan seumur hidup pada orang tua/keluarga.
2. Sebagai bahan pertimbangan para pengajar, untuk membantu penerapan pembelajaran
merawat diri di luar sekolah sehingga tujuan pembelajaran dapat mencapai hasil yang
baik dan maksimal.
3. Membantu anak untuk mandiri dalam perawatan diri sehingga anak memiliki kepribadian
yang kuat, mampu beradaptasi dengan lingkungan, membantu meningkatkan rasa percaya
diri dan tidak terjadi ketergantungan.
4. Dapat digunakan sebagai wacana dan bahan pertimbangan dalam melakukan asuhan
keperawatan psikiatri anak dalam membantu perawatan diri dan perkembangan
kemandiriannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan tentang pembahasan tentang pengaruh terapi bermain: skill
play terhadap kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental. Anak retardasi mental
mengalami peningkatan yang besar setelah diberikan terapi bermain tingkat kemampuan
perawatan dirinya yaitu kemampuan makan dan minum, berpakaian, berhias diri, dan kebersihan
diri menjadi baik. Pendidikan yang dilakukan di sekolah saja tidak cukup untuk membantu
memaksimalkan kemampuan anak, diperlukan juga suatu terapi bermain di luar jam sekolah
untuk mengaplikasikannya agar anak tidak mudah lupa dan akan selalu mengingat pelajaran
yang telah diberikan, sehingga dapat dihasilkan kemampuan perawatan diri yang baik dan anak
bisa melaksanakannya di kehidupan (Ali, 1994). Meskipun anak retardasi mental telah diberikan
pembelajaran merawat diri di sekolah akan tetapi mereka mengalami kesulitan untuk
mengaplikasikan apa yang dipelajari di sekolah dalam kehidupan sehari-harinya.
Terapi bermain/skill play untuk menstimulus mereka untuk mengaplikasikan apa yang
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari sehingga perubahan tingkat kemampuan perawatan
dirinya menjadi signifikan dan hal ini menjelaskan adanya pengaruh terapi bermain/skill play
terhadap kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental.
Perubahan tingkat kemampuan perawatan diri pada kelompok perlakuan setelah
diberikan terapi bermain/skill play terjadi karena dalam terapi bermain/skill play dilakukan
dengan menggunakan permainan modeling. Anak seolah-olah mengalami sendiri keterampilan
yang didemonstrasikan melalui permainan dan bekerja dengan baik ketika dikombinasikan
dengan penguatan (Bandura, 1965). Terapi bermain:skill play diperlukan sebagai stimulus untuk
mendorong dalam berinisiatif memenuhi kemampuan perawatan dirinya, lebih menarik perhatian
siswa dan menumbuhkan motivasi belajar yang cukup tinggi sehingga siswa dapat mengerti dan
memahami apa yang diajarkan oleh guru serta tercapai perkembangan fisik, intelektual, emosi
dan sosial secara optimal (Resna L&Sunjaya, 2002). Terapi bermain:skill play juga dapat
membentuk perasaan yang positif karena dilakukan dengan berkelompok dan munculnya kerja
sama yang kompak antar tiap kelompok untuk saling mendukung satu sama lain serta dukungan
motivasi dari fasilitator untuk menyelesaikan setiap keterampilan merawat diri dengan baik
sehingga proses penyerapan kognitif anak retardasi mental menjadi lebih baik. Adanya
stimulus/dorongan yang berasal dari luar akan memunculkan keinginan untuk memenuhi
kemampuan perawatan dirinya (Azwar, 2003).
Permainan yang berbasiskan keterampilan ini dilakukan dengan menggunakan permainan
modeling. Permainan modeling yang membuat anak mengalami sendiri keterampilan yang
didemonstrasikan. Bermain bekerja dengan baik ketika dikombinasikan dengan modeling dan
penguatan. Ketiga komponen digunakan dalam urutan pemodelan, peran bermain, dan
penguatan. Peran bermain didefinisikan sebagai praktek atau latihan perilaku dari keterampilan
yang akan digunakan kemudian dalam kehidupan situasi yang nyata. Penguatan didefinisikan
sebagai penghargaan model kinerja dalam praktek atau dalam kehidupan situasi nyata (Bandura,
1965). Fasilitator mencontohkan di depan tiap kelompok langkah-langkah yang akan dilakukan
saat permainan keterampilan pada tiap-tiap kemampuan perawatan diri, lalu tiap kelompok
diberikan waktu untuk menyelesaikannya. Kelompok yang berhasil menyelesaikan lebih awal
akan mendapatkan penghargaan berupa bendera dan pujian. Pada akhir tahap permainan,
fasilitator akan mengulang langkah-langkah yang telah dilakukan dan menanyakan bagaimana
perasaan anak setelah menjalani terapi bermain serta menginstruksikan dan membantu anak
untuk mengulang kemampuan tersebut di rumah. Selain itu menyarankan orang tua untuk lebih
intensif membimbing, mengarahkan dan memberi kesempatan anak melakukan perawatan diri.
Perubahan yang terjadi selain disebabkan karena terapi bermain/skill play yang diberikan
sehingga kemampuan perawatan dirinya menjadi mandiri, orang tua dan keluarga juga ikut
memberikan andil terhadap perubahan tersebut. Dengan adanya pengarahan dari orang tua dan
saudara/kerabat yang bertanggung jawab pada keseharian anak menjadi lebih memberikan
bimbingan, arahan dan kesempatan kepada anak untuk melakukan perawatan dirinya dengan
mandiri. Peran orang tua juga sangat penting yaitu memberikan contoh, mengawasi, memberikan
bimbingan secara langsung dalam memenuhi perawatan dirinya dan memberikan kesempatan
kepada mereka untuk memenuhinya secara mandiri. Kualitas dari kedua orang tua yang
mempengaruhi proses pemberian bimbingan dalam pembelajaran kemampuan perawatan diri
anak salah satunya dapat dilihat dari pendidikan terakhir yang mereka tempuh. Semakin tinggi
tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi kualitas proses pemberian bimbingan pembelajaran
kemampuan perawatan diri dalam mengarahkan dan memberikan contoh langkah-langkah
perawatan diri yang tepat.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Terapi bermain/skill play berperan sebagai stimulus pada anak retardasi mental dengan
teknik modelling dan penguatan serta dilakukan secara kelompok sehingga membuat anak
mengalami kemampuan tersebut secara nyata, munculnya motivasi yang kuat antar kelompok
dan memunculkan keinginan serta respon yang positif dalam perawatan dirinya.
2. Peran orang tua dalam mendukung dan membimbing anak selama di rumah juga ikut
mempengaruhi kemampuan perawatan diri.
3. Terapi bermain/skill play dapat digunakan untuk membantu melatih anak dalam kemampuan
perawatan dirinya agar pembelajaran merawat diri yang didapatkan di sekolah dapat
diterapkan dalam kehidupan.
4.2 Saran
1. Pemberian terapi bermain/skill play pada anak retardasi mental sebagai alternatif perlu
dilakukan secara teratur untuk menstimulus kemauan anak melaksanakan perawatan diri.
2. Meningkatkan peran orang tua dan keluarga dalam memberikan bimbingan, arahan,
pengawasan dan motivasi pada anak retardasi mental dalam melatih kemampuan perawatan
diri seperti kemampuan makan dan minum, berpakaian, berhias diri dan kebersihan diri.
3. Meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya keikutsertaannya dalam pembelajaran
yang diterima anak retardasi mental terutama dalam mengaplikasikan pembelajaran
perawatan diri di rumah dan memberikan kesempatan anak untuk melaksanakan perawatan
diri secara mandiri sehingga tidak bergantung pada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, (1996). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Bandung: PPTG Dirjen
Dikti.
Amin, (1995). Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: CV. Karya Sejahtera.
Arikunto, S., (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Astati, (1995). Terapi Okupasi, Bermain dan Musik untuk Anak Retardasi Mental. Bandung:
Dirjen Dikti.
Depdikbud, (1996). Pendidikan Keterampilan Merawat Diri. Jakarta: PT. Melton Putra.
Depdikbud, (1999/2000). Kemampuan Merawat Diri untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Retardasi
Mental Ringan. Jakarta: CV. Karya Sejahtera.
Depdiknas, (2002). Pedoman Guru Pendidikan Kegiatan Merawat Diri untuk Anak Retardasi
Mental. Jakarta: CV. Karya Sejahtera.
Dirjen Pembinaan Sekolah Luar Biasa, (1994). Pedoman Guru Pendidikan Anak Retardasi
Mental. Jakarta: CV. Karya Sejahtera.
Hidayat, A.A.A., (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Isbani, (1985). Play Therapy. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.
Muhibbin Syah, (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nursalam, (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Porwanti, D.I., (2007). Perbedaan Efektifitas Terapi Bermain dan Terapi Musik terhadap
Penurunan Stress Hospitalisasi pada Anak Usia 4-6 Tahun di Ruang Anak RSU Dr.
Soetomo Surabaya. Skripsi Unair Surabaya.
Soemantri, H.T.S., (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Dirjen Dikti.
Suhaeri dan Purwanto, (1996). Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa. Bandung: Dirjen Dikti.
Tedjasaputra, M.S., (2003). Bermain, Mainan dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
Townsend, M.C., (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC.
Walgito, (2003). Psikologi Sosial Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Off Set.