Professional Documents
Culture Documents
Identifikasi Tinggalan Jepang Di Desa Labuan Beropa Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan
Identifikasi Tinggalan Jepang Di Desa Labuan Beropa Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan
Aldi Wiranata
Tugas Mid Seminar Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo
Universitas Halu Oleo
AldiWiranata0709@gmail.com
ABSTRAK
The entry of Japan into Indonesia, including Kendari, on January 24 1942, was inseparable from the defeat of the
Netherlands. The aim of seizing Kendari from the hands of Dutch colonial powers was to strengthen their war fighting
strength because Japan considered Kendari to be a very strategic region in controlling the eastern part of Indonesia.
To find out and explain the remains archaeological, explaining the function of archaeological remains in Labuan
Beropa Village. This research method is inductive reasoning which is descriptive exploratory, observing, or finding
data observations. The location of this research is in the Labuan Beropa Village area, Laonti District, South Konawe
Regency. The data sources used in research are primary data sources and secondary data. Primary data is from
direct observation in the field, namely data collection, data recording, whether in the form of recording, measuring,
plotting findings or in documentation. Secondary data used in this research is in the form of old maps, sources.
literature related to research and interviews. Related library data sources include books, journals, articles, papers
and theses related to the research object. Data collection uses literature study, observation and interviews.
Archaeological remains in Labuan Beropa Village are the remains of buildings built during World War II. Based on
survey results in the field, it shows that archaeological remains from the Japanese Occupation period are water
tanks, house structures, furnaces, structures.
Masuknya Jepang di Indonesia diantaranya Kendari yaitu tanggal 24 Januari 1942 tidak terlepas dari kekalahan
Belanda.Tujuan direbutnya Kendari dari tangan kekuasan kolonial Belanda ingin memperkuat kekuatan tempur
perang karena Jepang menganggap Kendari sebagai wilayah yang sangat strategis dalam menguasai wilayah
Indonesia bagian Timur Untuk mengetahui dan mejelaskan tinggalan arkeologis, menjelaskan fungsi dari tinggalan
arkeologis yang berada di Desa Labuan Beropa. Metode penelitian ini adalah penalaran induktif yang bersifat
eksploratif deskriptif, mengamati, atau menemukan suatu pengamatan data Lokasi penelitian ini berada di wilayah
Desa Labuan Beropa, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan. Sumber data yang dipakai penelitian adalah
sumber data primer dan data sekunder, Data primer dari pengamatan langsung dilapangan yaitu pengumpulan data,
perekaman data, baik itu berupa pencatatan, pengukuran, plotting temuan maupun dalam pendokumentasian, data
sekunder digunakan dalam penelitian ini berupa peta lama, sumber pustaka yang terkait dengan penelitian dan
wawancara. Sumber data pustaka yang terkait berupa buku, jurnal, artikel, makalah dan skripsi yang berhubungan
dengan objek penelitian. Pengumpulan data menggunakan cara studi pustaka, observasi dan wawancara. tinggalan
arkeologis di Desa Labuan Beropa merupakan tinggalan bangunan Jepang. Berdasarkan hasil survey di lapangan
menunjukkan bahawa tinggalan arkeologi masa tinggalan bangunan Bak air, Struktur rumah, Tungku, Struktur.
Keywords : archaeological remains, building remains, water tanks, house structures, furnaces, structures.
Kata Kunci :I tinggalan bangunan, Bak air, Struktur rumah, Tungku, Struktur.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di Dunia. Pulau Indonesia terbentuk dari pegunungan
yang memgarah dari Barat ke Timur dan melewati garis katulistiwa yang letaknya di antara dua Benua
yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dikelilingi oleh dua Samudra yaitu Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik sehingga Indonesia menjadi Wilayah yang strategis sehingga menjadi perhatian bangsa
Eropa dan Asia untuk datang dan menguasai seluruh kekayaan alam Indonesia
Perang Dunia II sebuah yang berlangsung dimulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini
melibatkan banyak sekali negara di dunia termasuk semua kekuatan besar membentuk dua aliansi militer
yang saling berperang: sekutu dan poros. Perang ini merupakan perang terluas dalam sejarah karena
melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer. Dalam keadaan "perang total", negara-
negara besar mengeluarkan seluruh kemampuan ekonomi, industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang,
sehingga tidak ada perbedaan antara sumber daya sipil dan militer. Perang Dunia II merupakan perang
yang kebanyakan menggunaan taktik perang modern menyangkut strategi, senjata dan peralatan tempur
lainnya. Selain itu,pada Perang Dunia II kekuatan politik suatu negara dalam sistem internasional menjadi
factor penting dalam memenangkan perang. Perang Dunia II. 1939-1945 adalah perang yang banyak
melibatkan banyak negara, dan melibatkan hampir seluruh kawasan diDunia. Diantara kawasan yang
terlibat daratan Asia Tenggara (Asia Pasifik) Pada kawasan Asia-Pasifik, Perang Dunia II terutama
melibatkan Jepang yang dibantu Jerman berhadapan dengan sekutu yaitu Amerika, Inggris, Australia dan
beberapa negara Asia lainnya (Mansyur, 2006).
Perang Asia Pasifik adalah Perang sekutu antara Amerika Serikat dan Jepang yang memulai
penyerangan Jepang secara mendadak terhadap pangkalan laut milik Amerika Serikat di Pearl Harbour,
Kepulauan Hawaii, pada tanggal 7 Desember 1941. Jepang termasuk negara yang cukup siaegani dalam
perang Dunia II, terbukti dalam usahanya untuk membangun suatu imperium di Asia, yang mana Jepang
meletuskan perang pasifik. Dalam keterlibatan Negara Jepang pada perang Dunia II, melakukan serangan
mendadak oleh 360 pesawat terbang Jepang yang terdiri dari pesawat pembom dan pemburu yang
menenggelamkan dan merusakkan hebat delapan kapal tempur angkatan laut Amerika dengan satu
serangan (Ojong, 2006). Latar belakang utama Perang Pasifik adalah karena pihak Jepang yang terdesak
pasca embargo yang dilakukan Amerika Serikat. Akhir perang ini terjadi pada 15 Agustus 1945
pengumuman resmi Kaisar Hirohito yang menyatakan kekalahan dan menyerah.
Masuknya Jepang di Indonesia tidak terlepas dari pecahnya perang Dunia II di kawasan Asia-
Pasifik Jepang menyadari bahwa Asia merupakan batu loncatan penunjang Perang sehingga berupaya
untuk melakukan ekspansi terhadap wilayah di Asia. Dalam waktu singkat Jepang dapat menguasai
negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Filipina oleh Jepang dijadikan tolak ukur untuk melakukan invasi
ke wilayah Indonesia dengan tujuan mengeksploitasi SDA dan SDM untuk mendukung perang Jepang.
Kalimantan pertama dikuasai dan dijadikan pemasok minyak dan Sulawesi sebagai pemasok logistik.
Setelah berhasil masuk ke Sulawesi melalui Manado dengan cepat menyebar sampai ke pedalaman
menduduki daerah yang sebelumnya diduduki Belanda. Pada masa awal, masuknya Jepang di Indonesia,
wilayah Sulawesi bagian tenggara berada di bawah onderafdeling Buton en Laiwoi dan onderafdeling
Luwu. Jadi tidak mengherankan apabila di hari ini, di wilayah Sulawesi bagian Tenggara ditemukan
tinggalan Jepang dari masa Perang Dunia II, khususnya Theater of Pacific. pendaratan Jepang di Manado
pada tanggal 11 Januari 1942. Setelah menguasai Manado, Jepang mulai menguasai kota, yaitu
Balikpapan dan Kendari. Tentara kekaisaran Jepang ke Kota Balikpapan dan Kota Kendari. Dalam waktu
singkat kedua Kota tersebut berhasil dikuasai. Salah satu, instalasi militer Belanda yang sangat penting
yaitu Kendari II Airfield berhasil dikuasai tentara Kekaisaran Jepang pada saat itu (Suseno, 2021).
Keberadaan Jepang di Kendari yaitu tanggal 24 Januari 1942 tidak terlepas dari kekalahan
Belanda. Salah satu tujuan direbutnya Kendari dari tangan kekuasan kolonial Belanda karena ingin
memperkuat kekuatan tempur perang karena Jepang menganggap Kendari adalah wilayah yang cukup
penting pada saat itu. karena Kendari sebagai wilayah yang sangat strategis terdapat banyak sumber daya
alam diantaranya tambang nikel, aspal dan lain-lain yang dapat menunjang kehidupan Jepang dan bala
tentaranya. Tujuan lain Jepang adalah merebut Lapangan Udara yang mempunyai potensi basis
pertahanan Jepang yang pada saat itu dikuasai oleh Pemerintahan Kolonial Belanda sebelum jatuh di
tangan Jepang.
Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki banyak tinggalan-
tinggalan arkeologis Jepang dari masa Perang Dunia II. diantaranya adalah Bungker di Kelurahan Mata
Kecamatan Kendari, beberapa pilboks di Wua-Wua dan Lepo-Lepo, struktur bak air dan struktur tungku di
Desa Bokori Kecamatan Soropia, beberapa pilboks di Kecamatan Abeli, serta kompleks gua Jepang yang
terdapat di Kecamatan Mandonga. Selain itu terdapat juga tinggalan-tinggalan arkeologis Jepang di
wilayah Konawe Selatan di Kecamatan Laonti tepatnya Desa Labuan Beropa. Berdasarkan hasil observasi
melakukan penelitian mendalam di Desa Labuan Beropa Pertama, bahwa kemungkinan masih ada
tinggalan-tinggalan arkeologis Jepang lainnya yang belum di terexplorasi, Kedua, belum ada penelitian
arkeologis yang dilakukan di situs tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini adalah
“Identifikasi Tinggalan Jepang Di Desa Labuan Beropa Kecamatan Laonti
Tungku berada di dalam wilayah kawasan warga atau dipingir pantai dengan koordinat 04°03'45.8"
Lintang Selatan dan 122°47'22.8" Bujur Timur, di bagian utara bersebelahan dengan bak air I, di bagian
timur bersebelahan dengan rumah warga, bagian selatan bersebelahan dengan bak air II, dan di bagaian
barat bersebelahan dengan perkebunan warga.tungku ini Secara keseluruhan mempunyai 3 buah lubang
mata tungku pada dinding sudut bagian selatan telah mengalami kerusakan, adanya keretakan pada
tungku dan telah banyak di tumbuhi lumut pada setiap sisi dinding tunggu.
Bak air merupakan tempat penyimpanan air yang digunakan jepang letak tempatnya dipemukiman
warga pada koordinat 04°03'45.7" Lintang Selatan dan 122°47'22.9" Bujur Timur, berbatasan dengan
tinggalan struktur, bagian arah selatan berbatasan dengan tungku dan juga bak air II. Bak air II bentuk
keseluruhannya berbentuk persegi masih original dikarenakan tidak pernah direnovasi akan tetapi bak ini
ditumbuhi lumut pada dinding bak dan sekitaran bak air ini telah ditumbuhi pohon mangga, pohon gersen,
dan rumput-rumput liar.
Struktur Rumah I letaknya berdampingan dengan bak air satu pada koordinat 04°03'45.8" Lintang
Selatan dan 122°47'23.3" Bujur Timur, tempat struktur rumah satu letaknya dipemukiman warga
banggunan ini terdapat pohon pisang diketahui ditanam oleh oleh warga setempat, untuk kondisi
banggunan ini telah rusak parah sehingga tidak dapat diidentifikasi secara bentuk banggunan struktur ini
berbentuk persegi. Struktur rumah dua ini letaknya berada di perbukitan bentuk struktur rumah dua ini
berbentuk persegi panjang untuk kondisi struktur ini sudah mengalami kerusakan dipengaruhi factor usia,
pengaruh alam, dan faktor utama penyebabnya akibat pandalisme oleh manusia. Area struktur telah
ditumbuhi pepohonan seperti pohon mangga, pohon nangka, serta terdaapat didalam struktur terdapat
batu bata yang berserakan serta pohon-pohon yang tubuh liar yang menutupi bangunan struktur
2.2 Fungsi Dan Bentuk Tinggalan Arkeologis Jepang Di Desa Labuan Beropa
Tinggalan arkeologis pasti memiliki fungsi kegunaan kali ini akan dibahas kegunaan serta bentuk
tinggalannya di situs Desa Labuan Beropa Analisis yang dipakai pada temuan konteks primer
menggunakan analisis kontekstual karena berfokus pada tinggalan yang termasuk dalam temuan konteks
primer. Terkhusus tinggalan dalam konteks sekunder tidak dapat diuraikan dalam analisis dikarenakan
tingglan yang ditemukan sedikit.
Struktur tungku letaknya berada di pemukiman warga di pesisir pantai dengan bentuk persegi
panjang dengan ukuran 310 x 132 meter tigggi 56 cm, Berdasarkan bentuknya struktur ini merupakan
sebuah tungku menurut Wiipedia merupakan alat atau instalasi yang di rancang untuk membantu kegiatan
kependudukan jepang diaplikasikan sebagai tempat pembakaran sehingga bahan bakar dapat digunakan
untuk memanaskan sesuatu.
Bak air I letaknya diwilayah pemukiman warga di pesisir pantai, berbentuk persegi empat dengan
ukuran 125 cm x 107 cm, jika dilihat dari bentuk dan ukurannya bak air satu ini berfungsi sebagai wadah
atau tempat penampungan terakhir air, hal ini di karenakan bak ini hanya berada kurang lebih 1 meter dari
tungku dan struktur rumah satu sedangkan Bak air II memiki bentuk persegi empat dengan ukuran 183 cm
x 176 cm dengan kedalam bak 120 cm serta Dan memiliki 3 buah sekat penampungan air struktur bak air,
sekat pertama berfungsi sebagai penampungan awal kemudian dipindahkan ke ruang dua, selanjutnya
cairan yang di ruang dua dialirkan ke ruang tiga melalui lubang kecil dibawah sekat, struktur ini letaknya
berada di wilayah pemukiman warga berdekatan kurang lebih 10 meter dari tunggu dan bak air satu.
Struktur rumah satu berdampingan dengan bak air satu berbentuk persegi empat dengan
berukuran 6,5 x 6 meter, fungsi struktur rumah satu ini digunakan tempat ruang memasak dan mencuci
yang memiliki ukuran ruang yang kecil dari struktur rumah dua serta struktur ini berada bersampingan
dengan dengan bak air dan tungku. Struktur rumah II ini berada di atas perbukitan, berbentuk persegi
panjang berukuran 25 x 19,4 meter, struktur rumah dua memiliki memiliki beberapa fungsi sebagai tempat
beristirahat, meiliki jalur masuk kendaraan mobil tentara jepang dan letak struktur ini berada pada tempat
yang sangat setrategis yang sangat cocok sebagai tempat pengintaian.
Bak air III berada perbukitan terletak 43 meter dari sumber mata air bentuk struktur ini persegi
panjang di bawah permukaan tanah terdapat bak air yang memiliki jalur pembuangan air 40 cm. jika dilihat
dari bentuk dan ukurannya bak air tiga di fungsikan sebagai tempat permandian atau berendam bagi
tentatara Jepang pada zaman perang Dunia II, hal ini dikarenakan bak air hanya terletah 43 mtere sebelah
barat dari sumber mata air.
Untuk mengakses tinggalan berada di wilayah wilayah Desa Labuan Beropa, Kecamatan Laonti,
Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara Untuk mencapai Desa Labuan Beropa ini harus
menggunakan transportasi laut dari Kota Kendari. Pusat pemerintahannya berada di Desa Ulu Sawa.
Kecamatan Laonti merupakan kecamatan dengan wilayah terluas dan terjarang penduduknya.
Gambar. 3 Peta Wilayah Lokasi Penelitian
luas wilayah Kecamatan Laonti memiliki luas sekitar 406,53 km² serta terdiri 19 Desa/Kelurahan.
Desa Batu Jaya, Desa Cempedak, Desa Kondono, Desa Labuan Beropa, Desa Labotaone, Desa Laonti,
Desa Lawisata, Desa Malaringi, Desa Namu, Desa Peo Indah, Desa Puudirangga, Desa Rumbia Rumbia,
Desa Sangi-Sangi, Desa Tambeanga, Desa Tambolosu, Desa Tue Tue, Desa Ulu Sawa, Desa Wandaeha,
Desa Woru-Woru. Dari 19 desa tersebut Desa Labuan Beropa adalah salah satu tempat lokasi penelitian
penduduk di Kecamatan Laonti memiliki jumlah 10.309 jiwa terdiri dari laki-laki 5.356 perempuan
4.953. adapun jumlah penduduk Desa/Kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut.
Laki-Laki Perempuan
No Desa/Kelurahan (Frekuensi) (Frekuensi) Jumlah Total
Tabel 1 Data Jumlah Penduduk Desa Dan Jenis Kelamin Di Kecamatan Laonti
(Sumber: BPS Kecamatan Laonti Dalam Angka 2021)
Kondisi Topografi, dan Geografis menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Laonti, 2019 memiliki
ketinggian yang sama yaitu 14 (DPL), Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel sebagai berikut.
Tabel 2 Ketinggian, Keadaan Geografi, Dan Topografis Di Desa/Kelurahan di Kecamatan Lonti, 2019
3. SIMPULAN
Tujuan penelitian untuk mengetahui tinggalan-tinggalan jepang yang wiliyah di Desa
Labuan Beropa, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan yang diketahui tinggalan-tinggalan
seta fungsi dari tinggalan tersebut berbeda-beda, adapun tinggalan terdapat 7 temuan tinggalan
arkeologis Jepang sebagai berikut
1. Tungku difungsikan sebagai tempat pembakaran
2. Bak air I difungsikan i sebagai wadah atau tempat penampungan air terakhir
3. Bak air II difungsikan sebagai tempat penampungan awal serta penyaringan agar cairannya
yang di hasilkan lebih baik
4. Bak air III yang berfungsi sebagai tempat permandian atau tempat berendam
5. Struktur rumah I yang berfungsi sebagai ruang dapur
6. Struktur rumah II yang berfungsi sebagai tempat istirahat dan di gunakan untuk tempat
pengintaian.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar. 2013. Potensi Tinggalan Kolonial Jepang di Pomalaa
Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Buletin Somba Opu. Vol. 16, No. 20: 53-67.
Binford, Lewis R. 1972. "Contemporary Model Building: Paradigms and the Current State of Palaeolithic
Research", Models in Archaeology. David L . Clarke (ed.). London: Methuen & Co, Ltd. Him. 109-
166.
Burhanuddin, B. dkk, 1978/1979. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sulawesi Tenggara. Jakarta:
Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Chawari, M. 2013. Sistem Pertahanan Jepang di Jawa; Studi Berdasarkan Tinggalan Gua Jepang di
Banyumas, Jawa Tengah. Berkala Arkeologi, Vol.33 No.1: 79-92.
Dwiriyanto, Ersa. (2018). Identifikasi Tinggalan Bunker Pertahanan Militer Jepang Di Kecamatan
Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan. Skripsi. Universitas Halu Oleo, Kendari. Tidak
Diterbitkan.
Eriani. (2018). Identifikcasi Tinggalan Jepang pada Masa Perang Dunia II di Kelurahan Munse,
Kecamatan Wawonii, Kabupaten Buton Selatan. Skripsi. Universitas Halu Oleo, Kendari. Tidak
Diterbitkan.
Hamado, Hamdan. (2018). Tinggalan-Tinggalan Arkeologis Sarana Militer Jepang, Masa Perang Dunia II
di Situs Lapangan Udara Ambesea, Kabupaten Konawe Selatan. Skripsi. Jurusan Arkeologi
Universitas Halu Oleo: Kendari. Tidak terbit
Hayat, Nuim. 2016. Pendudukan Jepang di Wawonii Tahun 1942-1945. Skripsi. Kendari: FKIP Universitas
Halu Oleo.
Hayunira, Sasadara. (2013). Masa Pendudukan Jepang di Kendari: Interpretasi Terhadap Tinggalan
Bangunan Jepang di Kawasan TNI AU Ranomeeto, Konawe Selatan. Makassar: Fakultas Sastra,
Universitas Hasanuddin.
Hafid, Anwar dan Misran Safar. 2007. Sejarah Kota Kendari. Bandung: Humaniora
Harto, A., Darnawati. (2019). Kapal Perang Jepang di Teluk Koloni sebagai Sumber Peninggalan Sejarah
(1942-2018). Historical Education. 4(1): 65-71
Koeng, A. P., & Tan, F. J. 1962. Perang Pasifik 1941-1945. Djakarta: Penerbit Kinta.
Kurasawa, A. 2016. Masyarakat dan Perang Asia Timur Raya. Depok: Komunitas Bambu
Mansyur, Syahruddin. 2006. Studi Keruangan Dalam Arkeologi prospek penelitian di Maluku dan Maluku
Utara. Dalam Jurnal Kapata Arkeologi. 2(2): 106-125.
______2011. Tinggalan Perang Dunia II di Ambon: Tinjauan Atas Sarana Pertahanan dan Konteks
Sejarahnya. Kapata Arkeologi. Vol 7. No. 12: 43- 61.
Mukmin, Finawati. (2015). Basis Pertahanan Jepang DI Batauga. Baubau : Universitas Dayanu
Ikhsanuddin.
Ojong, P.K. 2006. Perang Pasifik, Cetakan IX 2006. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Rahman, A. (n.d.). Morotai : Pulau Terlupakan dalam Sejarah Perang Pasifik di Indonesia, 1944-1945.
Retrieved March 23, 2018, from
https://www.academia.edu/15242907/Morotai_Pulau_Terlupakan_Dalam_Sejarah_Perang_Pasi
fik_Di_Indonesia)
Sunarto (2017) Analisis Nilai Penting dalam Upaya Pelestarian Sumberdaya Arkeologi di Kawasan
Pangkalan Militer TNI AU Halu Oleo, Desa Ambaipua, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten
Konawe Selatan.
Suseno. 2021. Nilai Pembelajaran Dari Pemanfaatan Tinggalan Jepang Dalam Konsep Open Air-Museum
Di Situs Kendari II Airfield (Lanud Hlo), Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Jurnal Pendidikan,
Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial. 5(1): 180-190.
Tanudirjo, Daud Aris. 1988–1989. Ragam Penelitian Arkeologi dalam Skripsi Karya Mahasiswa Arkeologi
Universitas Gadjah Mada. Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Sastra, Universitas Gadjah
Mada
Thomas, David Hurst. 1989. Archaeology. Chicago: Holt, Rinehart and Winston
Wijayanti, Dyah. 2014. Kehidupan Sosial Masyarakat di Bunken Kendari pada Masa Pendudukan Jepang