Professional Documents
Culture Documents
Fitriani Saragih Artikel Scopus
Fitriani Saragih Artikel Scopus
Fitriani Saragih Artikel Scopus
Fitriani Saragih, Novien Rialdy, Edisah Putra Nainggolan, Maya Sari, Jufrizen
Faculty of Economics and Business, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Indonesia
Email : fitrianisaragih@umsu.ac.id
Abstract
Ethical behavior is behavior that is in accordance with generally accepted social norms
regarding right and good actions. This ethical behavior can determine the quality of individuals
(employees) which are influenced by factors obtained from outside which then become principles
that are internalized in the form of behavior. The purpose of this study was to study the factors that
influence the ethical behavior of the accounting profession of educators and to produce a model of
ethical behavior of the accounting profession of educators at private universities in North Sumatra.
The population in this study were all accounting lecturers who teach at private universities in North
Sumatra. While the number of samples in this study was a sample of 206 accountants educators.
Data collection techniques using questionnaires and interviews while the data analysis used is the
Structural Equation Modeling (Structural Equation Modeling) with data processing using PLS
software. The results showed that there was a significant influence of emotional intelligence,
intellectual intelligence and spiritual intelligence on ethical behavior. Furthermore, there is no
significant effect of Intellectual Intelligence on Ethical Behavior moderated by Locus of Control. There
is no significant effect of the moderating effect of Locus of Control on the relationship between
Spiritual Intelligence and Ethical Behavior and there is a significant influence of the moderating effect
of Locus of Control on the relationship between Emotional Intelligence and Ethical Behavior.
Keywords: intelligence, intellectual, emotional, spiritual, ethical behavior and Locus of Control
PENDAHULUAN
Ethics is the investigation of profound quality and, specifically, of simply deciding (or
decisions) in an ethical setting. In standardizing morals, a part of reasoning, one
examinations the components, or conditions, one should think about when settling on
moral decisions. In enlightening morals, a part of formative brain research, one
examinations how upright choices are made (Armstrong, 1993). Etika sangat erat kaitannya
dengan hubungan yang mendasar antar manusia dan berfungsi untuk mengarahkan perilaku
bermoral. Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki individu sebagai anggota
kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang diharuskan kelompoknya
serta loyalitas pada kelompoknya. Etika adalah prinsip-prinsip dan standar perilaku moral
yang diterima oleh masyarakat, "benar" lawan "salah" (Bovee et al., 2006) yang berkaitan
dengan kewajiban moral, tanggung jawab dan keadilan sosial dari semua pihak yang terlibat
dalam proses keputusan (Morf et al., 1999). Kesadaran akan pentingnya etika ini justru
muncul ketika berbagai kasus yang terkait dengan pelanggaran etika terjadi, baik pada
profesi akuntan maupun bisnis secara umum. Perhatian yang ditujukan kepada profesi
akuntansi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pelanggaran terhadap
standar dan aturan yang berlaku terkait dengan kode etik profesi akuntansi (Hendri &
Suyanto, 2014).
Ethics in accounting is one of the most significant, yet generally misconstrued,
worries in the realm of business today. The field of business morals manages inquiries
regarding whether explicit strategic policies are adequate. Despite their legitimateness,
activities taken in such circumstances will definitely be decided as right or wrong, as either
moral or dishonest. The actual idea of business morals is questionable, and there is no all
around satisfactory methodology for resolving these issues (Onyebuchi, 2011).
Pelanggaran etika yang terjadi dalam Perguruan Tinggi dapat berupa plagiat karya
ilmiah, kekerasan terhadap mahasiswa, pemberian nilai akademik yang tidak adil, pelecehan
seksual, dan sebagainya. Jika prilaku etis tidak dijalankan dengan benar maka kasus-kasus
penyimpangan tersebut akan banyak terjadi. Penyimpangan-penyimpangan dalam
akademik tidak akan terjadi apabila setiap profesional pendidik ini mempunyai
pengetahuan, pemahaman, kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara
memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Oleh karena itu, terjadinya berbagai
kasus sebagaimana disebutkan di atas, seharusnya memberikan kesadaran untuk lebih
memperhatikan etika dalam melaksanakan pekerjaan profesi khususnya sebagai akuntan
pendidik. Berbagai kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan
mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral
dan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaannya sebagai pendidik. Oleh karena
itu, terjadinya kasus sebagaimana disebutkan di atas, seharusnya member kesadaran untuk
lebih memperhatikan etika dalam melaksanakan pekerjaan profesi termasuk akuntan
pendidik. Sudibyo mengemukakan bahwa dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap perilaku etika. Ungkapan tersebut mengisyaratkan bahwa sikap dan perilaku
moral dapat terbentuk melalui proses pendidikan. Lebih dari itu, akuntan pendidik
merupakan pelaksana utama dalam aktivitas belajar mengajar jurusan akuntansi sehingga
sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap proses pendidikan yang pada akhirnya pada
profesi akuntansi secara keseluruhan (Khomsiyah & Indriantoro, 1998).
Ethical behavior is a critical issue for society, business, and the accounting profession
(Brands & Lange, 2016). Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma
sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan
baik (Griffin & Ebert, 2006). Perilaku etis ini dapat menentukankualitas individu (karyawan)
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh dari luar yang kemudian menjadi prinsip
yang dijalani dalam bentuk perilaku. Sementara Socrates menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan tindakan etis atau perilaku etis adalah tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai
kebenaran, benar dari sisi cara, teknik, prosedur maupun dari sisi tujuan yang dicapai
Perilaku etis juga sering disebut sebagai komponen dari kepemimpinan yang mana
pengembangan etika adalah hal penting bagi kesuksesan individu sebagai pemimpin suatu
organisasi (Morgan, 1993).
Perilaku yang beretika dalam organisasi adalah melaksanakan tindakan secara fair
sesuai hukum konstitusional dan peraturan pemerintah yang dapat diaplikasikan (Steiner,
1971). Apabila seorang auditor melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis maka tindakan
tersebut akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor itu [4].
Kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perilaku etis dan tidak etis sangat berguna dalam
semua profesi termasuk akuntan (Larkin, 2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang meliputi: a) Faktor personal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu. b)
Faktor situasional, yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia sehingga dapat
mengakibatkan seseorang cenderung berperilaku sesuai dengan karakteristik kelompok atau
organisasi di mana ia ikut di dalamnya. c) Faktor stimulasi yang mendorong dan
meneguhkan perilaku seseorang (McDougall, 1999).
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas di dalam dunia pendidikan
akuntansi seperti mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan melakukan
penelitian dalam bidang akuntansi (Soemarso, 2004). Akuntan pendidik harus dapat
melakukan transfer of knowledge kepada mahasiswanya, memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi, menguasai pengetahuan bisnis dan akuntansi, teknologi informasi,serta mampu
mengembangkan pengetahuannya melalui penelitian. Akuntan pendidik sebagai seorang
dosen sangat memerlukan sikap profesional sebagaimana tuntutan profesi, namun sikap
profesional tersebut juga ditunjang oleh lingkungan kerja. Lingkungan kerja dapat
mempengaruhi akuntan pendidik, ataupun sebaliknya akuntan pendidik dapat dipengaruhi
oleh lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja akuntan pendidik adalah dunia pendidikan, di
sisi lain dunia praktek seorang akuntan adalah dunia bisnis. Perpaduan dua bidang ini akan
membentuk kebutuhan seorang dosen yang hanya menekuni dunia pendidikan saja.
Perpaduan ini diperlukan untuk membentuk profesionalisme sebagai akuntan pendidik dan
pelaksanaan atas pengetahuannya.
Pekerjaan seorang akuntan pendidik harus dikerjakan dengan sikap professional
dengan sepenuhnya berlandaskan pada standar moral dan etika yang telah ditetapkan
dalam Perguruan Tinggi. Dengan sikap profesionalnya seorang akuntan pendidik akan
mampu menghadapi berbagai tekanan yang dapat muncul dari dirinya sendiri ataupun pihak
eksternal. Profesi akuntan pendidik juga harus mengakui pentingnya nilai-nilai etika karena
nilai-nilai etika personal tersebut mempunyai pengaruh terhadap prilaku etis tidaknya
keputusan yang diambil oleh seorang akademisi [(Nofsinger & Kim, 2003). Masalah perilaku
etis telah mendapat perhatian lebih dalam beberapa tahun terakhir karena fakta bahwa
profesi akuntansi telah berkembang menjadi entitas yang lebih dari sekedar sistem
pembukuan dan pelaporan (Hendri & Suyanto, 2014).
Penelitian mengenai perilaku etis individu dalam pengambilan keputusan telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Banyak penelitian sebelumnya di Indonesia
membahas mengenai pembuatan keputusan etis, akan tetapi lebih difokuskan pada
karakteristik personal yang dimiliki individu seperti gender, usia, pendidikan, tingkat
moralitas, maupun faktor-faktor organisasional seperti iklim etis organisasi, pengaruh
kelompok sejawat, dan kode etik (Nugrahaningsih, 2005). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa gender, ethical sensitivity dan locus of control tidak berpengaruh terhadap
perilaku etis, Sedangkan pemahaman kode etik berpengaruh terhadap perilaku etis
(Kusvanti et al., 2019). Sedangkan hasil penelitian (Andreana & Putri, 2020) menunjukkan
bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan gender
berpengaruh positif pada perilaku etis. Kecerdasan emosional kemampuan merasakan,
memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energy, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional menuntut
penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri sendiri dan
orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi
dalam kehidupan sehari-hari (Cooper & Sawaf, 2002). Intellectual Intelligence (IQ) adalah
sebuah kecerdasan formal yang mempelajari cara memanipulasi dan menggunakan aturan-
aturan formal, seperti aturan-aturan tata bahasa atau aturan aritmatika (Zohar & Marshall,
2007). Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan
dengan Tuhan. Potensi kecerdasan spiritual setiap orang sangat besar dan tidak dibatasi
oleh faktor keturunan, lingkungan atau materi lainnya (Zohar & Marshall, 2007).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian eksplanatori, yang bertujuan
untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel penelitian dan hipotesis
pengujian (Nasution, et al., 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen
akuntansi yang mengajar pada perguruan tinggi swasta di Sumatera Utara. Pada penelitian
ini besarnya sampel disesuaikan dengan model analisis yang digunakan yaitu Structural
Equation Modeling (SEM). Ukuran sampel untuk SEM menggunakan model estimasi
Maximum Likehood Estimation (MLE) adalah sebesar 200-400 sampel (Hair, et al., 2014).
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, instrumen (alat)
pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah dengan penyebaran kuesioner kepada
responden melalui Google Form yang disebarkan menggunakan aplikasi whatsapp. Analisis
data dengan statistika digunakan Model Persamaan Struktural (Structural Equation
Modeling) dengan pengolahan data menggunakan software PLS.
Uji t yang dilakukan merupakan hasil uji t dari perhitungan secara bootsttrap. Hasil
uji t pada gambar di atas selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai t tabel.
Tabel 5. Hasil Path Coefficient Pengaruh Langsung
Standard
Original T Statistics (| P
Hipotesis Deviation
Sample (O) O/STDEV|) Values
(STDEV)
Kecerdasan_Emosional ->
0.276 0.114 2.412 0.016
Perilaku_Etis
Kecerdasan_Intelektual ->
0.222 0.102 2.172 0.03
Perilaku_Etis
Kecerdasan_Spiritual_ -> Perilaku_Etis 0.223 0.108 2.07 0.039
Nilai Pvalue untuk Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis sebesar 0.016. Jika
dibandingkan dengan nilai α =5%, maka Pvalue (0.016) < α =5% (0.05) sehingga H0 ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari Kecerdasan
emosional terhadap Perilaku Etis. Besarnya pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap
Perilaku Etis sebesar 0,276. Koefisien jalur yang bernilai positif menunjukkan semakin tinggi
Kecerdasan Emosional maka semakin tinggi pula Perilaku Etis.
Nilai Pvalue untuk Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis sebesar 0.03. Jika
dibandingkan dengan nilai α =5%, maka Pvalue (0.03) < α =5% (0.05) sehingga Ho ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari Kecerdasan
Intelektual terhadap Perilaku Etis. Besarnya pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap
Perilaku Etis sebesar 0,222. Koefisien jalur yang bernilai positif menunjukkan semakin baik
Kecerdasan Intelektual maka semakin baik pula Perilaku Etis.
Nilai Pvalue untuk Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis sebesar 0.039. Jika
dibandingkan dengan nilai α =5%, maka Pvalue (0.039) < α =5% (0.05) sehingga Ho ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari Kecerdasan
Spiritual terhadap Perilaku Etis. Besarnya pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku
Etis sebesar -0,223. Koefisien jalur yang bernilai positif menunjukkan semakin baik
Kecerdasan Spiritual maka semakin baik pula Perilaku Etis.
Goodness Of Fit
Untuk memvalidasi model secara keseluruhan, maka digunakan goodness of fit (GoF)
yang diperkenalkan oleh (Tenenhaus, 2004). GoF index ini merupakan ukuran tunggal yang
digunakan untuk memvalidasi performa gabungan antara model pengukuran dan model
structural. Nilai GoF ini diperoleh dari average communalities index dikalikan dengan nilai R2
model. Berikut adalah hasil perhitungan goodness of fit model :
Tabel 8. Hasil Average Communalities Index
Average Variance
Variabel Laten R Square
Extracted (AVE)
Kecerdasan_Emosional 0.466
Kecerdasan_Intelektual 0.630
Kecerdasan_Spiritual 0.675
Perilaku_Etis 0.393 0.424
Locus of Control 0.637
Rata-rata 0.560 0.424
Goodness of Fit 0.487
Berdasarkan Tabel di atas hasil rata-rata communalities adalah 0,560. Nilai ini
selanjutnya dikalikan dengan R2 dan diakarkan. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai
GoF sebesar 0,487 lebih dari 0,36 sehingga dikategorikan sebagai GoF besar, artinya bahwa
model sangat baik (memiliki kemampuan yang tinggi) dalam menjelaskan data empiris.
PEMBAHASAN
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
Kecerdasan emosional terhadap Perilaku Etis. Hasil penelitian ini mendukung Theory of
Planned Behavior (TPB) menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku secara
sadar dan mempertimbangkan semua informasi yang tersedia, menurut Ajzen dan Fishbein
(1980), Theory of Planned Behavior (TPB) memiliki salah satu variabel adalah faktor latar
belakang adalah sifat yang hadir dari dalam diri seseorang yang meliputi pribadi, sosial dan
informasi. Kecerdasan emosional berasal dari faktor pribadi yang dapat mempengaruhi
seseorang dalam mengenali perasaan sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan
baik sehingga mampu bersosialisasi dengan lingkungan kerjanya. Akuntan pendidik yang
memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan memiliki penilaian yang lebih baik dalam
bersikap dan berperilaku sehingga perilaku etis menjadi lebih baik. Hasil dari penelitian ini
memperkuat hasil penelitian (Andreana & Putri, 2020), (Jeffries & Lu, 2018) dan (Cabral &
Carvalho, 2014) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional memiliki efek positif
terhadap perilaku etis.
Selanjutnya untuk Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis diketahui bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis. Hasil
dari ini Studi ini mendukung Theory of Planned Behavior yang menggunakan asumsi dasar
bahwa manusia berperilaku secara sadar dan mempertimbangkan semua informasi yang
ada, Theory of Planned Behavior (TPB) memiliki variabel, salah satunya adalah faktor latar
belakang yaitu suatu sifat yang hadir dari dalam diri seseorang yang meliputi pribadi, sosial
dan informasi. Kecerdasan intelektual adalah bagian dari Faktor latar belakang pribadi
karena kecerdasan intelektual secara keseluruhan adalah kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah sikap dan kemampuan mengelola dan mengendalikan
lingkungan secara efektif. Semakin tinggi kecerdasan intelektual seseorang akan
mempengaruhi kemampuannya dalam menghadapi masalah yang dihadapi serta mampu
menganalisis dan mengambil keputusan pada saat melaksanakan pekerjaan sehingga
perilaku etis menjadi lebih baik. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Andreana & Putri, 2020) dan (Dewi & Suryanawa, 2020) yang menjelaskan
bahwa kecerdasan intelektual memiliki efek positif pada perilaku etis
Terakhir untuk Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis terdapat pengaruh yang
signifikan dari Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis. Hasil dari penelitian ini
mendukung Theory of Planned Behavior (TPB) yang menyatakan bahwa salah satu faktor
yang melatarbelakangi adalah sifat yaitu hadir dari dalam diri seseorang yang meliputi
pribadi, sosial dan informasi. Kecerdasan spiritual berasal dari factor pribadi seseorang, jika
jika seseorang memiliki kecerdasan spiritual yang baik, seseorang tersebut akan memiliki
kemampuan untuk memaknai kehidupan dan kemampuan seseorang untuk memaknai nilai,
akhlak dan perbuatan terhadap sesama makhluk hidup serta mampu menjadikan diri sendiri
positif, damai dan bijaksana terhadap sesama dan mereka dapat menjalankan hidup mereka
secara positif. Kecerdasan spiritual yang baik akan memiliki rasa moral dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan yang sesuai dengan hati nuraninya sehingga seseorang
akan mampu meningkatkan perilaku etisnya. Hasil penelitian ini memperkuat hasil dari
penelitian (Drakulevski & Taneva-Veshoska, 2014), (Kumar & Aradya, 2017), (Dewi &
Suryanawa, 2020) dan (Andreana & Putri, 2020) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan
spiritual secara positif mempengaruhi perilaku etis.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dari penelitian ini
adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual
dan Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis. Selanjutnya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis yang dimoderasi oleh Locus of
Control. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari efek moderasi Locus of Control
terhadap hubungan Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Etis serta terdapat pengaruh yang
signifikan dari efek moderasi Locus of Control terhadap hubungan Kecerdasan Emosional
dan Perilaku Etis. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan populasi penelitian ini dapat diperluas
ke perguruan tinggi negeri sehingga dapat memperoleh hasil penelitian yang lebih mewakili
akuntan pendidik di seluruh perguruan tinggi dalam satu wilayah. Bagi peneliti selanjutnya
dapat mengembangkan penelitian ini pada dimensi lain yaitu aspek individu, aspek
organisasi dan lingkungan, serta aspek lain yang dapat memberikan bukti empiris sebagai
faktor yang mempengaruhi sikap etis seseorang. Selain itu, disarankan untuk menambahkan
variabel independen lain antar variabel yang berinteraksi atau dengan menambahkan
variabel intervening.
REFERENSI
Andreana, M. O. C., & Putri, I. G. A. M. A. D. (2020). The effect of intellectual intelligence,
emotional intelligence, spiritual intelligence and gender on ethical behavior.
Accounting, 6, 1411–1418. https://doi.org/10.5267/j.ac.2020.8.008
Armstrong, M. B. (1993). Ethics and Professionalism in Accounting Education: A Sample
Course. Journal of Accounting Education, 11, 77–92.
Bovee, C. L., Thill, J. V., & Mescon, M. H. (2006). Excellence in Business (3rd ed.). Prentice
Hall.
Brands, K., & Lange, L. S. (2016). Teaching Accounting Ethics: Opportunities and Challenge.
Jesuit Higher Education: A Journal, 5(1), 34–43.
Cabral, Â. M. R., & Carvalho, F. M. P. D. O. (2014). Emotional Intelligence and Ethics on
Organizations. Open Journal of Business and Management, 2(1), 5–23.
https://doi.org/10.4236/ojbm.2014.21004
Cooper, R. K., & Sawaf, A. (2002). Executive EQ. PT Gramaedia Pustaka Utama.
Dewi, N. K. K., & Suryanawa, I. K. (2020). The Influence Of Intellectual, Emotional, Spiritual
Intelligence And Cultural Organizational Culture On Students’ Ethical Behavior.
American Journal of Humanities and Social Sciences Research (AJHSSR), 4(3), 121–127.
Drakulevski, L., & Taneva-Veshoska, A. (2014). The influence of spiritual intelligence on
ethical behavior in Macedonian organizations. Proceedings of the Business Systems
Laboratory - 2nd International Symposium, 1–15.
Griffin, R. W., & Ebert, R. J. (2006). Business. Pearson/Prentice Hall,Inc.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2014). Multivariate Data Analysis (7th
ed.). Pearson Education Limited.
Hendri, N., & Suyanto. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Etis Profesi
Akuntan Pendidik (Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Di Provinsi Lampung). AKUISISI :
Jurnal Akuntansi, 10(2), 21–37.
Jeffries, F. L., & Lu, Y. (2018). Emotional Intelligence as an Influence on Ethical Behavior: A
Preliminary Study. Journal of Behavioral and Applied Management, 18(1), 19–32.
https://doi.org/10.21818/jbam.18.1.2
Khomsiyah, & Indriantoro, N. (1998). Pengaruh Orientasi Etika terhadap Komitmen dan
Sensitivitas Etika Auditor Pemerintah di DKI Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 1,
13–28.
Kumar, S., & Aradya, G. B. (2017). The Influence of Spiritual Intelligence on Ethical Behaviour
in ITES Organizations with respect to Bengaluru. International Journal of Research and
Scientific Innovation (IJRSI), 4(4), 46–51.
Kusvanti, H., Suhendro, S., & Dewi, R. R. (2019). Individual Factors that Influence the Ethical
Behavior of Accounting Student. Jurnal EBA, 5(1), 1–10.
Larkin, J. M. (2000). The Ability of Internal Auditors to Identify Ethical Dilemmas. Journal of
Business Ethics, 23(4), 401–409.
McDougall, W. (1999). An introduction to social psychology. Methuen, Barnes & Noble.
Morf, D. A., Schumacher, M. G., & Vitell, S. J. (1999). A Survey of Ethics Officers in Large
Organizations. Journal of Business Ethics, 20, 265–271.
https://doi.org/10.1023/A:1006000131803
Morgan, R. B. (1993). Self- and Co-Worker Perceptions of Ethics and Their Relationships to
Leadership and Salary. Academy of Management Journal, 36(1), 200–214.
Nasution, M. I., Fahmi, M., Jufrizen, J., Muslih, M., & Prayogi, M. A. (2020). The Quality of
Small and Medium Enterprises Performance Using the Structural Equation Model-Part
Least Square (SEM-PLS). Journal of Physics: Conference Series, 1477(2020), 1–7.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1477/5/052052
Nofsinger, J. R., & Kim, K. A. (2003). Infectious Greed: Restoring Confidence in America’s
Companies. Financial Times Prentice Hall.
Nugrahaningsih, P. (2005). Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor Di Kap Dalam Etika
Profesi (Studi Terhadap Peran Faktor-Faktor Individual: Locus Of Control, Lama
Pengalaman Kerja, Gender, Dan Equity Sensitivity ),. Seminar Nasional Akuntansi VII,
617–630.
Nunnally, J. C., & Bernstein, I. H. (1994). Psychometric Theory (3rd ed.). McGraw Hill.
Onyebuchi, V. N. (2011). Ethics in Accounting. International Journal of Business and Social
Science, 2(10), 275–276.
Soemarso, S. . (2004). Akuntansi Suatu Pengantar. Rineka Cipta.
Steiner, G. A. (1971). Business and society. Random House.
Tenenhaus, M. (2004). PLS Regression and PLS Path Modeling for Multiple Table Analysis.
COMPSTAT 2004 — Proceedings in Computational Statistics, 489–499.
Zohar, D., & Marshall, I. (2007). SQ : Kecerdasan Spiritual. Mizan Pustaka.