Fitriani Saragih Artikel Scopus

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

Model Perilaku Etis Profesi Akuntan Pendidik dengan Spasial SEM-PLS

pada Perguruan Tinggi Swasta di Sumatera Utara, Indonesia

Fitriani Saragih, Novien Rialdy, Edisah Putra Nainggolan, Maya Sari, Jufrizen
Faculty of Economics and Business, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Indonesia
Email : fitrianisaragih@umsu.ac.id

Abstract
Ethical behavior is behavior that is in accordance with generally accepted social norms
regarding right and good actions. This ethical behavior can determine the quality of individuals
(employees) which are influenced by factors obtained from outside which then become principles
that are internalized in the form of behavior. The purpose of this study was to study the factors that
influence the ethical behavior of the accounting profession of educators and to produce a model of
ethical behavior of the accounting profession of educators at private universities in North Sumatra.
The population in this study were all accounting lecturers who teach at private universities in North
Sumatra. While the number of samples in this study was a sample of 206 accountants educators.
Data collection techniques using questionnaires and interviews while the data analysis used is the
Structural Equation Modeling (Structural Equation Modeling) with data processing using PLS
software. The results showed that there was a significant influence of emotional intelligence,
intellectual intelligence and spiritual intelligence on ethical behavior. Furthermore, there is no
significant effect of Intellectual Intelligence on Ethical Behavior moderated by Locus of Control. There
is no significant effect of the moderating effect of Locus of Control on the relationship between
Spiritual Intelligence and Ethical Behavior and there is a significant influence of the moderating effect
of Locus of Control on the relationship between Emotional Intelligence and Ethical Behavior.

Keywords: intelligence, intellectual, emotional, spiritual, ethical behavior and Locus of Control

PENDAHULUAN
Ethics is the investigation of profound quality and, specifically, of simply deciding (or
decisions) in an ethical setting. In standardizing morals, a part of reasoning, one
examinations the components, or conditions, one should think about when settling on
moral decisions. In enlightening morals, a part of formative brain research, one
examinations how upright choices are made (Armstrong, 1993). Etika sangat erat kaitannya
dengan hubungan yang mendasar antar manusia dan berfungsi untuk mengarahkan perilaku
bermoral. Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki individu sebagai anggota
kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang diharuskan kelompoknya
serta loyalitas pada kelompoknya. Etika adalah prinsip-prinsip dan standar perilaku moral
yang diterima oleh masyarakat, "benar" lawan "salah" (Bovee et al., 2006) yang berkaitan
dengan kewajiban moral, tanggung jawab dan keadilan sosial dari semua pihak yang terlibat
dalam proses keputusan (Morf et al., 1999). Kesadaran akan pentingnya etika ini justru
muncul ketika berbagai kasus yang terkait dengan pelanggaran etika terjadi, baik pada
profesi akuntan maupun bisnis secara umum. Perhatian yang ditujukan kepada profesi
akuntansi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pelanggaran terhadap
standar dan aturan yang berlaku terkait dengan kode etik profesi akuntansi (Hendri &
Suyanto, 2014).
Ethics in accounting is one of the most significant, yet generally misconstrued,
worries in the realm of business today. The field of business morals manages inquiries
regarding whether explicit strategic policies are adequate. Despite their legitimateness,
activities taken in such circumstances will definitely be decided as right or wrong, as either
moral or dishonest. The actual idea of business morals is questionable, and there is no all
around satisfactory methodology for resolving these issues (Onyebuchi, 2011).
Pelanggaran etika yang terjadi dalam Perguruan Tinggi dapat berupa plagiat karya
ilmiah, kekerasan terhadap mahasiswa, pemberian nilai akademik yang tidak adil, pelecehan
seksual, dan sebagainya. Jika prilaku etis tidak dijalankan dengan benar maka kasus-kasus
penyimpangan tersebut akan banyak terjadi. Penyimpangan-penyimpangan dalam
akademik tidak akan terjadi apabila setiap profesional pendidik ini mempunyai
pengetahuan, pemahaman, kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara
memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Oleh karena itu, terjadinya berbagai
kasus sebagaimana disebutkan di atas, seharusnya memberikan kesadaran untuk lebih
memperhatikan etika dalam melaksanakan pekerjaan profesi khususnya sebagai akuntan
pendidik. Berbagai kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan
mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral
dan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaannya sebagai pendidik. Oleh karena
itu, terjadinya kasus sebagaimana disebutkan di atas, seharusnya member kesadaran untuk
lebih memperhatikan etika dalam melaksanakan pekerjaan profesi termasuk akuntan
pendidik. Sudibyo mengemukakan bahwa dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap perilaku etika. Ungkapan tersebut mengisyaratkan bahwa sikap dan perilaku
moral dapat terbentuk melalui proses pendidikan. Lebih dari itu, akuntan pendidik
merupakan pelaksana utama dalam aktivitas belajar mengajar jurusan akuntansi sehingga
sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap proses pendidikan yang pada akhirnya pada
profesi akuntansi secara keseluruhan (Khomsiyah & Indriantoro, 1998).
Ethical behavior is a critical issue for society, business, and the accounting profession
(Brands & Lange, 2016). Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma
sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan
baik (Griffin & Ebert, 2006). Perilaku etis ini dapat menentukankualitas individu (karyawan)
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh dari luar yang kemudian menjadi prinsip
yang dijalani dalam bentuk perilaku. Sementara Socrates menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan tindakan etis atau perilaku etis adalah tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai
kebenaran, benar dari sisi cara, teknik, prosedur maupun dari sisi tujuan yang dicapai
Perilaku etis juga sering disebut sebagai komponen dari kepemimpinan yang mana
pengembangan etika adalah hal penting bagi kesuksesan individu sebagai pemimpin suatu
organisasi (Morgan, 1993).
Perilaku yang beretika dalam organisasi adalah melaksanakan tindakan secara fair
sesuai hukum konstitusional dan peraturan pemerintah yang dapat diaplikasikan (Steiner,
1971). Apabila seorang auditor melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis maka tindakan
tersebut akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor itu [4].
Kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perilaku etis dan tidak etis sangat berguna dalam
semua profesi termasuk akuntan (Larkin, 2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang meliputi: a) Faktor personal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu. b)
Faktor situasional, yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia sehingga dapat
mengakibatkan seseorang cenderung berperilaku sesuai dengan karakteristik kelompok atau
organisasi di mana ia ikut di dalamnya. c) Faktor stimulasi yang mendorong dan
meneguhkan perilaku seseorang (McDougall, 1999).
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas di dalam dunia pendidikan
akuntansi seperti mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan melakukan
penelitian dalam bidang akuntansi (Soemarso, 2004). Akuntan pendidik harus dapat
melakukan transfer of knowledge kepada mahasiswanya, memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi, menguasai pengetahuan bisnis dan akuntansi, teknologi informasi,serta mampu
mengembangkan pengetahuannya melalui penelitian. Akuntan pendidik sebagai seorang
dosen sangat memerlukan sikap profesional sebagaimana tuntutan profesi, namun sikap
profesional tersebut juga ditunjang oleh lingkungan kerja. Lingkungan kerja dapat
mempengaruhi akuntan pendidik, ataupun sebaliknya akuntan pendidik dapat dipengaruhi
oleh lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja akuntan pendidik adalah dunia pendidikan, di
sisi lain dunia praktek seorang akuntan adalah dunia bisnis. Perpaduan dua bidang ini akan
membentuk kebutuhan seorang dosen yang hanya menekuni dunia pendidikan saja.
Perpaduan ini diperlukan untuk membentuk profesionalisme sebagai akuntan pendidik dan
pelaksanaan atas pengetahuannya.
Pekerjaan seorang akuntan pendidik harus dikerjakan dengan sikap professional
dengan sepenuhnya berlandaskan pada standar moral dan etika yang telah ditetapkan
dalam Perguruan Tinggi. Dengan sikap profesionalnya seorang akuntan pendidik akan
mampu menghadapi berbagai tekanan yang dapat muncul dari dirinya sendiri ataupun pihak
eksternal. Profesi akuntan pendidik juga harus mengakui pentingnya nilai-nilai etika karena
nilai-nilai etika personal tersebut mempunyai pengaruh terhadap prilaku etis tidaknya
keputusan yang diambil oleh seorang akademisi [(Nofsinger & Kim, 2003). Masalah perilaku
etis telah mendapat perhatian lebih dalam beberapa tahun terakhir karena fakta bahwa
profesi akuntansi telah berkembang menjadi entitas yang lebih dari sekedar sistem
pembukuan dan pelaporan (Hendri & Suyanto, 2014).
Penelitian mengenai perilaku etis individu dalam pengambilan keputusan telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Banyak penelitian sebelumnya di Indonesia
membahas mengenai pembuatan keputusan etis, akan tetapi lebih difokuskan pada
karakteristik personal yang dimiliki individu seperti gender, usia, pendidikan, tingkat
moralitas, maupun faktor-faktor organisasional seperti iklim etis organisasi, pengaruh
kelompok sejawat, dan kode etik (Nugrahaningsih, 2005). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa gender, ethical sensitivity dan locus of control tidak berpengaruh terhadap
perilaku etis, Sedangkan pemahaman kode etik berpengaruh terhadap perilaku etis
(Kusvanti et al., 2019). Sedangkan hasil penelitian (Andreana & Putri, 2020) menunjukkan
bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan gender
berpengaruh positif pada perilaku etis. Kecerdasan emosional kemampuan merasakan,
memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energy, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional menuntut
penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri sendiri dan
orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi
dalam kehidupan sehari-hari (Cooper & Sawaf, 2002). Intellectual Intelligence (IQ) adalah
sebuah kecerdasan formal yang mempelajari cara memanipulasi dan menggunakan aturan-
aturan formal, seperti aturan-aturan tata bahasa atau aturan aritmatika (Zohar & Marshall,
2007). Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan
dengan Tuhan. Potensi kecerdasan spiritual setiap orang sangat besar dan tidak dibatasi
oleh faktor keturunan, lingkungan atau materi lainnya (Zohar & Marshall, 2007).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian eksplanatori, yang bertujuan
untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel penelitian dan hipotesis
pengujian (Nasution, et al., 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen
akuntansi yang mengajar pada perguruan tinggi swasta di Sumatera Utara. Pada penelitian
ini besarnya sampel disesuaikan dengan model analisis yang digunakan yaitu Structural
Equation Modeling (SEM). Ukuran sampel untuk SEM menggunakan model estimasi
Maximum Likehood Estimation (MLE) adalah sebesar 200-400 sampel (Hair, et al., 2014).
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, instrumen (alat)
pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah dengan penyebaran kuesioner kepada
responden melalui Google Form yang disebarkan menggunakan aplikasi whatsapp. Analisis
data dengan statistika digunakan Model Persamaan Struktural (Structural Equation
Modeling) dengan pengolahan data menggunakan software PLS.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Untuk melihat model pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerasan Emosional dan
Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis yang dimoderasi oleh Locus of Control dilakukan
analisis Partial Least Square (PLS).
Evaluasi Model Pengukuran
Evaluasi terhadap model pengukuran indikator meliputi pemerikasaan individual
item reliability, internal consistency atau composite reliability, average variance extracted,
dan discriminant validity. Ketiga pengukuran pertama dikelompokan dalam convergent
validity.
1. Convergent Validity
Convergent validity terdiri dari tiga pengujian yaitu reliability item (validitas tiap
indikator), composit+e reability, dan average variance extracted (AVE). Convergent validity
digunakan untuk mengukurseberapa besar indikator yang ada dapat menerangkan dimensi.
Artinya semakin besar convergent validity maka semakin besar kemampuan dimensi
tersebut dalam menerapkan variabel latennya.
a. Reliability Item
Item reliabilitas atau biasa kita sebut dengan validitas indikator. Pengujian terhadap
reability item (validitas indikator) dapat dilihat dari nilai loading factor (standardized
loading). Nilai loading faktor ini merupakan besarnya korelasi antara antara setiap indikator
dan konstraknya. Nilai loading factor diatas 0,7 dapat dikatakan ideal, artinya bahwa
indikator tersebut dapat dikatakan valid sebagai indikator untuk mengukur konstrak.
Meskipun demikian, nilai standardized loading factor diatas 0,5 dapat diterima. Sedangkan
nilai standardized loading factor dibawah 0,5 dapat dikeluarkan dari model Chin (1998).
Berikut adalah nilai reability item yang dapat dilihat pada kolom standardized loading:
Gambar 1. Standardized Loading Factor Inner dan Outer Model
Hasil perhitungan dapat dilihat bahwa loading factor untuk Kecerdasan Intelektual
diantaranya INT1 sebesar 0.788; lalu pada INT2 sebesar 0.761; dan INT3 sebesar 0.845,
untuk variabel Kecerdasan spiritual diantaranya untuk SPR1 sebesar 0,716; SPR2 sebesar
0,628; dan SPR3 sebesar 0,743 dan seterusnya.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa seluruh loading bernilai lebih dari 0,5
sehingga tidak perlu disisihkan. Dengan demikian, tiap indikator telah valid untuk
menjelaskan masing-masing laten variabelnya yaitu Kecerdasan Intelektual, Kecerasan
Emosional dan Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Etis.
Selain menunjukkan validitas item dari masing-masing indikator, loading factor juga
menunjukkan besarnya kontribusi tiap indikator pada faktornya.
b. Composite Reliability
Statistik yang digunakan dalam composite reliability atau reabilitas konstrak adalah
cronbach’s alpha dan D.G rho (PCA). Nilai cronbach’s alpha dan D.G rho (PCA) diatas 0,70
menunjukan konstrak memiliki reabilitas atau keterandalan yang tinggi sebagai alat ukur.
Nilai batas 0,7 keatas berarti dapat diterima dan diatas 0,8 dan 0,9 berarti sangat
memuaskan (Nunnally & Bernstein, 1994).
Tabel 1. Hasil Composite Reliability
Composite
Variabel
Reliability
Kecerdasan_Spiritual 0.929
Kecerdasan_Intelektua
0.945
l
Kecerdasan_Emosional 0.966
Perilaku_Etis 0.920
Locus of Control 0.946
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa nilai composite reliability untuk
Kecerdasan Intelektual sebesar 0,945; Kecerdasan emosional sebesar 0.966; Kecerdasan
Spiritual sebesar 0,929. Sementara untuk Locus of Control dan Perilaku Etis sebesar 0,920
dan 0,946. Kelima laten memperoleh nilai composite reliability diatas 0,7 sehingga dapat
dikatakan seluruh faktor memiliki reabilitas atau keterandalan yang baik sebagai alat ukur.
c. Average Variance Extracted (AVE)
Average Variance Extracted (AVE) menggambarkan besaran variance yang mampu
dijelaskan oleh item-item dibandingkan dengan varian yang disebabkan oleh error
pengukuran. Standarnya adalah bila nilai AVE diatas 0,5 maka dapat dikatakan bahwa
konstrak memiliki convergent validity yang baik, sedangkan nilai AVE diatas 0.3 sudah dapat
dikatakan cukup baik. Artinya variabel laten dapat menjelaskan rata-rata nilai variance dari
indikator-indikatornya.
Tabel 2. Hasil Average Variance Extracted (AVE)
Variabel Average Variance Extracted (AVE)
Kecerdasan_spiritual 0.466
Kecerdasan_Intelektual 0.63
Kecerdasan_emosional 0.675
Perilaku_Etis 0.393
Locus of Control 0.637
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa nilai AVE untuk Kecerdasan spiritual
sebesar 0.466, lalu kecerdasan Intelektual sebesar 0,630; Kecerdasan emosional sebesar
0,675; Sementara untuk Locus of Control dan Perilaku Etis sebesar 0,393 dan 0,637.
Keempat variabel memiliki AVE yang berada diatas 0,3 sehingga konstrak memiliki
convergent validity yang cukip baik dimana variabel laten dapat menjelaskan rata-rata nilai
variance dari indikator-indikatornya.
2. Discriminant Validity
Pemeriksaan discriminant validity dari model pengukuran reflektif yang dinilai
berdasarkan cross loading dan membandingkan antara nilai AVE dengan kuadrat korelasi
antarkonstrak. Ukuran cross loading adalah adalah membandingkan korelasi indikator
dengan konstraknya dan konstrak dari blok lain. Discriminant validity yang baik akan mampu
menjelaskan variabel indikatornya lebih tinggi dibandingkan dengan menjelaskan varian dari
indikator konstrak yang lain. Berikut adalah nilai discriminant validity untuk masing-masing
indikator.
Tabel 3. Discriminant Validity
Kecerdasa
Kecerdasan Kecerdasan Perilaku
Indikator n
Spiritual Intelektual Etis
Emosional
EMO1 0.430 0.303 0.675 0.406
EMO10 0.582 0.375 0.895 0.481
EMO11 0.605 0.372 0.891 0.442
EMO12 0.608 0.432 0.89 0.466
EMO13 0.416 0.34 0.662 0.352
EMO14 0.543 0.352 0.704 0.424
EMO2 0.586 0.365 0.858 0.438
EMO3 0.633 0.43 0.884 0.451
EMO4 0.551 0.361 0.848 0.409
EMO5 0.551 0.369 0.856 0.439
EMO6 0.582 0.354 0.868 0.43
EMO7 0.583 0.377 0.868 0.447
EMO8 0.497 0.404 0.764 0.382
EMO9 0.473 0.309 0.783 0.438
ETI1 0.43 0.335 0.36 0.691
ETI10 0.223 0.254 0.26 0.592
ETI11 0.336 0.27 0.277 0.554
ETI12 0.372 0.343 0.323 0.66
ETI13 0.339 0.235 0.203 0.574
ETI14 0.323 0.244 0.264 0.663
ETI15 0.386 0.329 0.332 0.659
ETI16 0.309 0.247 0.321 0.576
ETI17 0.26 0.246 0.294 0.568
ETI18 0.294 0.238 0.171 0.518
ETI2 0.352 0.332 0.318 0.635
ETI3 0.351 0.372 0.352 0.626
ETI4 0.411 0.467 0.468 0.722
ETI5 0.401 0.358 0.378 0.683
ETI6 0.311 0.362 0.321 0.602
ETI7 0.4 0.253 0.428 0.632
ETI8 0.288 0.248 0.373 0.648
ETI9 0.298 0.226 0.33 0.636
INT1 0.493 0.788 0.389 0.421
INT10 0.504 0.79 0.298 0.335
INT2 0.454 0.761 0.362 0.382
INT3 0.522 0.845 0.359 0.367
INT4 0.471 0.779 0.31 0.336
INT5 0.541 0.776 0.394 0.447
INT6 0.564 0.824 0.414 0.439
INT7 0.474 0.806 0.357 0.373
INT8 0.465 0.775 0.312 0.371
INT9 0.49 0.792 0.326 0.352
SPR1 0.716 0.475 0.561 0.415
SPR10 0.684 0.336 0.467 0.376
SPR11 0.674 0.436 0.427 0.302
SPR12 0.7 0.414 0.483 0.351
SPR13 0.71 0.399 0.405 0.382
SPR14 0.549 0.311 0.375 0.389
SPR15 0.589 0.376 0.337 0.436
SPR2 0.628 0.423 0.445 0.392
SPR3 0.743 0.52 0.492 0.426
SPR4 0.674 0.492 0.443 0.345
SPR5 0.659 0.398 0.444 0.35
SPR6 0.729 0.495 0.486 0.286
SPR7 0.738 0.487 0.463 0.295
SPR8 0.697 0.423 0.522 0.357
SPR9 0.72 0.45 0.466 0.389
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa nilai discriminant validity atau loading
factor pada indikator EMO1 untuk variabel kecerdasan emosional adalah 0,675, nilai ini
lebih besar dibandingkan indikator EMO1 pada variabel kecerdasan spiritual (0.430),
kecerdasan intelektual (0.303), dan perilaku etis (0.406). demikian seterusnya. Semua nilai
loading factor untuk tiap variabel memiliki korelasi yang lebih tinggi dengan variabelnya
dibandingkan dengan variabel lainnya. Demikian pula dengan indikator -indikator tiap
variabelnya. Ini menunjukkan bahwa penempatan indikator pada tiap variabelnya telah
tepat.
Evaluasi Model Struktural
Ada beberapa tahap dalam mengevaluasi model struktural. Pertama adalah melihat
signifikansi pengaruh antara konstrak. Hal ini dapat dilihat dari koefisien jalur (path
coefficient) yang menggambarkan kekuatan hubungan antar konstrak.
Path Coeffecient Direct
Melihat signifikansi pengaruh langsung antara konstrak dapat dilihat dari koefisien
jalur (path coefficient). Tanda dalam path coefficient harus sesuai dengan teori yang
dihipotesiskan, untuk menilai signifikansi path coefficient dapat dilihat dari t test (critical
ratio) yang diperoleh dari proses bootstrapping (resampling method). Berikut hasil
pengujian t terhadai inner dan outer model.

Gambar 2. T-Value Inner dan Outer Model

Uji t yang dilakukan merupakan hasil uji t dari perhitungan secara bootsttrap. Hasil
uji t pada gambar di atas selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai t tabel.
Tabel 5. Hasil Path Coefficient Pengaruh Langsung
Standard
Original T Statistics (| P
Hipotesis Deviation
Sample (O) O/STDEV|) Values
(STDEV)
Kecerdasan_Emosional ->
0.276 0.114 2.412 0.016
Perilaku_Etis
Kecerdasan_Intelektual ->
0.222 0.102 2.172 0.03
Perilaku_Etis
Kecerdasan_Spiritual_ -> Perilaku_Etis 0.223 0.108 2.07 0.039
Nilai Pvalue untuk Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis sebesar 0.016. Jika
dibandingkan dengan nilai α =5%, maka Pvalue (0.016) < α =5% (0.05) sehingga H0 ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari Kecerdasan
emosional terhadap Perilaku Etis. Besarnya pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap
Perilaku Etis sebesar 0,276. Koefisien jalur yang bernilai positif menunjukkan semakin tinggi
Kecerdasan Emosional maka semakin tinggi pula Perilaku Etis.
Nilai Pvalue untuk Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis sebesar 0.03. Jika
dibandingkan dengan nilai α =5%, maka Pvalue (0.03) < α =5% (0.05) sehingga Ho ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari Kecerdasan
Intelektual terhadap Perilaku Etis. Besarnya pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap
Perilaku Etis sebesar 0,222. Koefisien jalur yang bernilai positif menunjukkan semakin baik
Kecerdasan Intelektual maka semakin baik pula Perilaku Etis.
Nilai Pvalue untuk Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis sebesar 0.039. Jika
dibandingkan dengan nilai α =5%, maka Pvalue (0.039) < α =5% (0.05) sehingga Ho ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari Kecerdasan
Spiritual terhadap Perilaku Etis. Besarnya pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku
Etis sebesar -0,223. Koefisien jalur yang bernilai positif menunjukkan semakin baik
Kecerdasan Spiritual maka semakin baik pula Perilaku Etis.

Path Coeffecient Moderation


Melihat signifikansi pengaruh antara konstrak yang dimoderasi oleh variabel locus of
control dapat dilihat dari koefisien jalur (path coefficient) moderasi. Untuk menilai
signifikansi moderasi dari path coefficient dapat dilihat dari t test (critical ratio) yang
diperoleh dari proses bootstrapping (resampling method). Berikut hasil pengujian pengaruh
moderasi dari locus of control baik inner dan outer model.

Gambar 3. T-Value Inner dan Outer Model


Uji t yang dilakukan merupakan hasil uji t dari perhitungan secara bootstrap dengan
menambahkan adanya variabel moderasi dari variabel locus of control terhadap pengaruh
antara kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual , dan kecerdasan emosional dengan
perilaku etis sebagai laten endogen. Hasil uji t untuk variabel moderating pada gambar di
atas selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai t tabel.
Tabel 6. Hasil Path Coefficient Pengaruh Moderasi
Hipotesis Original Standard T Statistics (| P Values
Deviation
Sample (O) O/STDEV|)
(STDEV)
Moderating _LOC_Intelektual ->
0.116 0.09 1.42 0.156
Perilaku_Etis
Moderating LOC_Spiritual -> Perilaku_Etis 0.105 0.094 1.141 0.254
Moderating_LOC_Emosional ->
-0.158 0.079 2.022 0.044
Perilaku_Etis
Nilai Pvalues untuk Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis yang dimoderasi
oleh Locus of Control sebesar 0.156. Jika dibandingkan dengan nilai α =5%, maka 0.156 >
0.05, sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh
yang signifikan dari Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis yang dimoderasi oleh
Locus of Control. Nilai Pvalues untuk Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis yang
dimoderasi oleh Locus of Control sebesar 0.254. Jika dibandingkan dengan nilai α =5%, maka
0.254> 0.05, sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari efek moderasi Locus of Control terhadap hubungan
Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Etis. Nilai Pvalues untuk Kecerdasan Emosional terhadap
Perilaku Etis yang dimoderasi oleh Locus of Control sebesar 0.044. Jika dibandingkan dengan
nilai α =5%, maka 0.044> 0.05, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
terdapat pengaruh yang signifikan dari efek moderasi Locus of Control terhadap hubungan
Kecerdasan Emosional dan Perilaku Etis. Besarnya pengaruh moderasi dari locus of control
pada jalur Kecerdasan emosional terhadap Perilaku Etis sebesar 0,158. Koefisien jalur yang
bernilai positif menunjukkan semakin baik locus of control, maka akan meningkatkan
hubungan antara Kecerdasan emosional terhadap Perilaku Etis.

Goodness Of Fit
Untuk memvalidasi model secara keseluruhan, maka digunakan goodness of fit (GoF)
yang diperkenalkan oleh (Tenenhaus, 2004). GoF index ini merupakan ukuran tunggal yang
digunakan untuk memvalidasi performa gabungan antara model pengukuran dan model
structural. Nilai GoF ini diperoleh dari average communalities index dikalikan dengan nilai R2
model. Berikut adalah hasil perhitungan goodness of fit model :
Tabel 8. Hasil Average Communalities Index
Average Variance
Variabel Laten R Square
Extracted (AVE)
Kecerdasan_Emosional 0.466
Kecerdasan_Intelektual 0.630
Kecerdasan_Spiritual 0.675
Perilaku_Etis 0.393 0.424
Locus of Control 0.637
Rata-rata 0.560 0.424
Goodness of Fit 0.487
Berdasarkan Tabel di atas hasil rata-rata communalities adalah 0,560. Nilai ini
selanjutnya dikalikan dengan R2 dan diakarkan. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai
GoF sebesar 0,487 lebih dari 0,36 sehingga dikategorikan sebagai GoF besar, artinya bahwa
model sangat baik (memiliki kemampuan yang tinggi) dalam menjelaskan data empiris.

PEMBAHASAN
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
Kecerdasan emosional terhadap Perilaku Etis. Hasil penelitian ini mendukung Theory of
Planned Behavior (TPB) menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku secara
sadar dan mempertimbangkan semua informasi yang tersedia, menurut Ajzen dan Fishbein
(1980), Theory of Planned Behavior (TPB) memiliki salah satu variabel adalah faktor latar
belakang adalah sifat yang hadir dari dalam diri seseorang yang meliputi pribadi, sosial dan
informasi. Kecerdasan emosional berasal dari faktor pribadi yang dapat mempengaruhi
seseorang dalam mengenali perasaan sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan
baik sehingga mampu bersosialisasi dengan lingkungan kerjanya. Akuntan pendidik yang
memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan memiliki penilaian yang lebih baik dalam
bersikap dan berperilaku sehingga perilaku etis menjadi lebih baik. Hasil dari penelitian ini
memperkuat hasil penelitian (Andreana & Putri, 2020), (Jeffries & Lu, 2018) dan (Cabral &
Carvalho, 2014) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional memiliki efek positif
terhadap perilaku etis.
Selanjutnya untuk Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis diketahui bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis. Hasil
dari ini Studi ini mendukung Theory of Planned Behavior yang menggunakan asumsi dasar
bahwa manusia berperilaku secara sadar dan mempertimbangkan semua informasi yang
ada, Theory of Planned Behavior (TPB) memiliki variabel, salah satunya adalah faktor latar
belakang yaitu suatu sifat yang hadir dari dalam diri seseorang yang meliputi pribadi, sosial
dan informasi. Kecerdasan intelektual adalah bagian dari Faktor latar belakang pribadi
karena kecerdasan intelektual secara keseluruhan adalah kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah sikap dan kemampuan mengelola dan mengendalikan
lingkungan secara efektif. Semakin tinggi kecerdasan intelektual seseorang akan
mempengaruhi kemampuannya dalam menghadapi masalah yang dihadapi serta mampu
menganalisis dan mengambil keputusan pada saat melaksanakan pekerjaan sehingga
perilaku etis menjadi lebih baik. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Andreana & Putri, 2020) dan (Dewi & Suryanawa, 2020) yang menjelaskan
bahwa kecerdasan intelektual memiliki efek positif pada perilaku etis
Terakhir untuk Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis terdapat pengaruh yang
signifikan dari Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis. Hasil dari penelitian ini
mendukung Theory of Planned Behavior (TPB) yang menyatakan bahwa salah satu faktor
yang melatarbelakangi adalah sifat yaitu hadir dari dalam diri seseorang yang meliputi
pribadi, sosial dan informasi. Kecerdasan spiritual berasal dari factor pribadi seseorang, jika
jika seseorang memiliki kecerdasan spiritual yang baik, seseorang tersebut akan memiliki
kemampuan untuk memaknai kehidupan dan kemampuan seseorang untuk memaknai nilai,
akhlak dan perbuatan terhadap sesama makhluk hidup serta mampu menjadikan diri sendiri
positif, damai dan bijaksana terhadap sesama dan mereka dapat menjalankan hidup mereka
secara positif. Kecerdasan spiritual yang baik akan memiliki rasa moral dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan yang sesuai dengan hati nuraninya sehingga seseorang
akan mampu meningkatkan perilaku etisnya. Hasil penelitian ini memperkuat hasil dari
penelitian (Drakulevski & Taneva-Veshoska, 2014), (Kumar & Aradya, 2017), (Dewi &
Suryanawa, 2020) dan (Andreana & Putri, 2020) yang menyimpulkan bahwa kecerdasan
spiritual secara positif mempengaruhi perilaku etis.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dari penelitian ini
adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual
dan Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis. Selanjutnya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis yang dimoderasi oleh Locus of
Control. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari efek moderasi Locus of Control
terhadap hubungan Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Etis serta terdapat pengaruh yang
signifikan dari efek moderasi Locus of Control terhadap hubungan Kecerdasan Emosional
dan Perilaku Etis. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan populasi penelitian ini dapat diperluas
ke perguruan tinggi negeri sehingga dapat memperoleh hasil penelitian yang lebih mewakili
akuntan pendidik di seluruh perguruan tinggi dalam satu wilayah. Bagi peneliti selanjutnya
dapat mengembangkan penelitian ini pada dimensi lain yaitu aspek individu, aspek
organisasi dan lingkungan, serta aspek lain yang dapat memberikan bukti empiris sebagai
faktor yang mempengaruhi sikap etis seseorang. Selain itu, disarankan untuk menambahkan
variabel independen lain antar variabel yang berinteraksi atau dengan menambahkan
variabel intervening.

REFERENSI
Andreana, M. O. C., & Putri, I. G. A. M. A. D. (2020). The effect of intellectual intelligence,
emotional intelligence, spiritual intelligence and gender on ethical behavior.
Accounting, 6, 1411–1418. https://doi.org/10.5267/j.ac.2020.8.008
Armstrong, M. B. (1993). Ethics and Professionalism in Accounting Education: A Sample
Course. Journal of Accounting Education, 11, 77–92.
Bovee, C. L., Thill, J. V., & Mescon, M. H. (2006). Excellence in Business (3rd ed.). Prentice
Hall.
Brands, K., & Lange, L. S. (2016). Teaching Accounting Ethics: Opportunities and Challenge.
Jesuit Higher Education: A Journal, 5(1), 34–43.
Cabral, Â. M. R., & Carvalho, F. M. P. D. O. (2014). Emotional Intelligence and Ethics on
Organizations. Open Journal of Business and Management, 2(1), 5–23.
https://doi.org/10.4236/ojbm.2014.21004
Cooper, R. K., & Sawaf, A. (2002). Executive EQ. PT Gramaedia Pustaka Utama.
Dewi, N. K. K., & Suryanawa, I. K. (2020). The Influence Of Intellectual, Emotional, Spiritual
Intelligence And Cultural Organizational Culture On Students’ Ethical Behavior.
American Journal of Humanities and Social Sciences Research (AJHSSR), 4(3), 121–127.
Drakulevski, L., & Taneva-Veshoska, A. (2014). The influence of spiritual intelligence on
ethical behavior in Macedonian organizations. Proceedings of the Business Systems
Laboratory - 2nd International Symposium, 1–15.
Griffin, R. W., & Ebert, R. J. (2006). Business. Pearson/Prentice Hall,Inc.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2014). Multivariate Data Analysis (7th
ed.). Pearson Education Limited.
Hendri, N., & Suyanto. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Etis Profesi
Akuntan Pendidik (Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Di Provinsi Lampung). AKUISISI :
Jurnal Akuntansi, 10(2), 21–37.
Jeffries, F. L., & Lu, Y. (2018). Emotional Intelligence as an Influence on Ethical Behavior: A
Preliminary Study. Journal of Behavioral and Applied Management, 18(1), 19–32.
https://doi.org/10.21818/jbam.18.1.2
Khomsiyah, & Indriantoro, N. (1998). Pengaruh Orientasi Etika terhadap Komitmen dan
Sensitivitas Etika Auditor Pemerintah di DKI Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 1,
13–28.
Kumar, S., & Aradya, G. B. (2017). The Influence of Spiritual Intelligence on Ethical Behaviour
in ITES Organizations with respect to Bengaluru. International Journal of Research and
Scientific Innovation (IJRSI), 4(4), 46–51.
Kusvanti, H., Suhendro, S., & Dewi, R. R. (2019). Individual Factors that Influence the Ethical
Behavior of Accounting Student. Jurnal EBA, 5(1), 1–10.
Larkin, J. M. (2000). The Ability of Internal Auditors to Identify Ethical Dilemmas. Journal of
Business Ethics, 23(4), 401–409.
McDougall, W. (1999). An introduction to social psychology. Methuen, Barnes & Noble.
Morf, D. A., Schumacher, M. G., & Vitell, S. J. (1999). A Survey of Ethics Officers in Large
Organizations. Journal of Business Ethics, 20, 265–271.
https://doi.org/10.1023/A:1006000131803
Morgan, R. B. (1993). Self- and Co-Worker Perceptions of Ethics and Their Relationships to
Leadership and Salary. Academy of Management Journal, 36(1), 200–214.
Nasution, M. I., Fahmi, M., Jufrizen, J., Muslih, M., & Prayogi, M. A. (2020). The Quality of
Small and Medium Enterprises Performance Using the Structural Equation Model-Part
Least Square (SEM-PLS). Journal of Physics: Conference Series, 1477(2020), 1–7.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1477/5/052052
Nofsinger, J. R., & Kim, K. A. (2003). Infectious Greed: Restoring Confidence in America’s
Companies. Financial Times Prentice Hall.
Nugrahaningsih, P. (2005). Analisis Perbedaan Perilaku Etis Auditor Di Kap Dalam Etika
Profesi (Studi Terhadap Peran Faktor-Faktor Individual: Locus Of Control, Lama
Pengalaman Kerja, Gender, Dan Equity Sensitivity ),. Seminar Nasional Akuntansi VII,
617–630.
Nunnally, J. C., & Bernstein, I. H. (1994). Psychometric Theory (3rd ed.). McGraw Hill.
Onyebuchi, V. N. (2011). Ethics in Accounting. International Journal of Business and Social
Science, 2(10), 275–276.
Soemarso, S. . (2004). Akuntansi Suatu Pengantar. Rineka Cipta.
Steiner, G. A. (1971). Business and society. Random House.
Tenenhaus, M. (2004). PLS Regression and PLS Path Modeling for Multiple Table Analysis.
COMPSTAT 2004 — Proceedings in Computational Statistics, 489–499.
Zohar, D., & Marshall, I. (2007). SQ : Kecerdasan Spiritual. Mizan Pustaka.

You might also like