Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020, hal. 01-18.

e-ISSN 2502-4175
JUMBO (Jurnal Manajemen, Bisnis
dan Organisasi)
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JUMBO

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI TEH TB 4 ASLI RCLT


MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS PADA PT. XYZ
(Production Quality Control of Original TB 4 Tea RCLTs Using The Seven Tools
Method in PT. XYZ)

Danang Prihandoko
dprihandoko@binus.ac.id
Program Studi Ilmu Manajemen, Universitas Bina Nusantara

Esta Fania
fania.esta907@yahoo.com
Jurusan Manajemen, Universitas Bina Nusantara

Jihan Nurul Julita


jihannrl01@gmail.com
Jurusan Manajemen, Universitas Bina Nusantara

Info Jurnal Abstract


________________
Sejarah Artikel: PT. XYZ often experiences production constraints because of the tea
TB 4 Asli RCLT's type of defective product during the production process. The
Diterima purpose of this study is to find out the factors that cause the occurrence of
02-03-2020 defective products and provide recommendations that can be made to reduce
the level of defective products. This study uses the Seven Tools method which
Disetujui
consists of flow charts, check sheets, histograms, pareto diagrams, scatter
12-05-2020 diagrams, fish bone diagrams (cause-and-effect diagrams), and statistical
Dipublikasikan process control (control charts). The results showed that there were 2 types of
12-05-2020 the biggest defects are Bag Overlap with a damage percentage of 26.15% and
Tea in Seal 22.56%. These defects are caused by several major factors which
________________ are machines and men. The results of the study also show that the company's
Keywords: production process is still not well controlled. So, it is expected that PT. XYZ
considers recommendations by giving more attention to the quality of the
Quality; Defective people who work and conducting in-depth analysis of other factors that can
products; Seven cause engine damage so that the company can reduce the level of defective
Tools products during the production process.

Klasifikasi JEL:
L15, L69

DOI: http://dx.doi.org/10.33772/jumbo.v4i1.12099
Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

I. PENDAHULUAN

Industri di Indonesia mengalami perkembangan dari tahun ke tahun karena meningkatnya


persaingan khususnya di bidang manufaktur. Pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang tahun
2017 naik sebesar 4,74 persen terhadap tahun 2016. Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya
produksi industri makanan dan minuman, naik 9,93 persen (sumber: https://www.bps.go.id). Industri
makanan dan minuman diproyeksi masih menjadi sektor andalan penopang pertumbuhan manufaktur dan
ekonomi nasional karena memberikan kontribusi yang konsisten terhadap produk domestik bruto (PDB)
industri non-migas (sumber: http://kemenperin.go.id). Kementerian Perindustrian mencatat, sumbangan
industri makanan dan minuman kepada PDB industri non-migas dapat mencapai 34,95 persen pada
triwulan III 2017 lalu. Pencapaian tersebut mengalami kenaikan empat persen dibanding periode sama
tahun sebelumnya, sedangkan kontribusi industri makanan dan minuman terhadap PDB nasional sebesar
6,21 persen pada triwulan III 2017 atau naik 3,85 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Salah satu industri minuman yang perkembangannya cukup pesat adalah industri teh.
Teh merupakan salah satu minuman yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Industri teh celup
di Indonesia mengalami pertumbuhan yang begitu pesat, hal ini ditandai munculnya persaingan
perusahaan yang sejenis. PT. XYZda adalah industri manufaktur yang bergerak di bidang jasa
pengemasan teh dan menjadi perusahaan tunggal yang memproduksi produk Teh setelah PT.Sari Wangi
A.E.A dinyatakan pailit (sumber:tribunnews.com). Banyaknya kemunculan produk sejenis yang beredar
di masyarakat seperti Teh Sosro, Bendera, Teh Poci, Tong Tji menjadikan PT. XYZ harus selalu berusaha
menjaga kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar sebab kualitas
merupakan faktor yang dapat meningkatkan daya saing suatu produk (Idris, 2016). Penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Iswandi Idris (2016) menyatakan bahwa untuk menjaga konsistensi mutu produk
yang dihasilkan, perusahaan perlu melakukan pengendalian kualitas yaitu dengan melakukan identifikasi
terhadap faktor penyebab kecacatan produk. Tujuannya agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
standar mutu perusahaan. Selama hampir tiga tahun berproduksi PT. XYZ sering mengalami hambatan
ketika proses produksi karena masih ditemukannya produk cacat pada saat produksi. Teh celup Teh TB 4
Asli RCLT jenis produk yang paling banyak memiliki produk cacat selama proses produksi. Hal ini
menyebabkan kualitas produk teh yang diproduksi PT. XYZ mengalami penurunan, padahal aspek
kualitas menjadi salah satu faktor penting dalam persaingan global saat ini
(sumber:ekbis.sindonews.com). PT. XYZ juga menerima beberapa keluhan terkait produk cacat yang
ditemukan sebelum disalurkan ke konsumen berdasarkan data yang diambil oleh peneliti di bawah ini :

Tabel 1.1 Data Jumlah Keluhan Terkait Produk Cacat


Jumlah
Tahun
Keluhan
2016 0
2017 7
2018 18

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 2


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

DATA KELUHAN DEFECT

20

15 7 Tea in Bag
Tea in Seal
10 3 1
No Tread
3
5 1 7 No tag
3
0 Bag Overlap
0
2016 2017 2018
Tahun

Gambar 1. Grafik Data Defect Berdasarkan Keluhan


Sumber: PT. XYZ, diolah peneliti (2019)

Gambar 1.2 Grafik Jumlah Produk Cacat Bulan April 2018- Mei 2019
Sumber: PT. XYZ, diolah peneliti (2019)

13.00% % Defect 12.80%


11.42%

8.00%
7.24%

3.00% 0.70% 0.88% 1.88%


0.30% 0.78% 1.02% 1.54%
0.22% 0.70%

-2.00%
% Defect Limit

Gambar 1.3 Grafik Presentase Produk Cacat


Sumber: PT. XYZ, diolah peneliti (2019)

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 3


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

Dari data tabel dan grafik-grafik di atas, dapat dilihat bahwa selama tiga tahun terakhir PT. XYZ
telah menerima keluhan dari Konsumen terkait produk cacat. Pada awal produksi tahun 2016 tidak ada
keluhan yang diterima dari Konsumen, namun pada tahun 2017 PT. XYZ menerima sebanyak 7 keluhan
terkait produk cacat. Jumlah keluhan terus meningkat setiap tahunnya, bahkan sepanjang tahun 2018 PT.
XYZ telah menerima sebanyak 18 keluhan terkait produk cacat. Jumlah keluhan ini adalah jumlah
keluhan terbanyak yang diterima PT. XYZ selama tiga tahun terakhir, padahal pihak PT. XYZ sangat
berharap tidak menerima 1 keluhan pun dari Konsumen, namun pada kenyataannya masih ditemukan
produk cacat yang menjadikan harapan PT. XYZ masih jauh untuk dicapai.
Mengacu pada permasalahan ini, penelitian terdahulu Fariogo Kusuma (2017) telah melakukan
penelitian dengan mengimplementasikan seven tools untuk mengendalikan kualitas. Dari hasil penelitian
tersebut Fariogo dapat memberikan hasil rekomendasi perbaikan berdasarkan penyebab cacat produk
dengan metode analisis seven tools. Selain itu, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lim Sanny dan
Ria Amalia (2015) dapat diketahui tiga jenis defect yang memiliki frekuensi paling banyak kemudian
dilakukan analisa faktor penyebab produk cacat serta memberikan solusi terbaik menggunakan metode
seven tools.
Pada penelitian ini peneliti memilih metode seven tools dalam melakukan pengendalian kualitas
produksi pada PT. XYZ karena berdasarkan latar belakang permasalahan defect yang dialami PT. XYZ
peneliti melihat bahwa metode seven tools adalah alat yang lengkap karena terdiri dari tujuh alat kualitas
yang dapat mempresentasikan data dalam bentuk diagram yang mudah dipahami serta dapat digunakan
untuk mengetahui akar permasalahan penyebab defect. Hal ini didukung penelitian terdahulu Aksay
Jaware (2018) menyatakan bahwa perbaikan produk dapat dicapai dengan menerapkan metode seven
tools. Ketujuh alat ini sangat mudah dimengerti dan proses langkah demi langkah implementasi mengarah
ke hasil yang lebih baik. Alat-alat ini membantu mengidentifikasi dimana defect tertinggi terjadi dan
memberikan saran perbaikan menggunakan metode seven tools melalui data yang mudah dipahami dalam
bentuk diagram.
Peneliti terdahulu Sulaman Muhammad (2015) juga menyatakan bahwa metode seven tools sangat
berguna dan efektif dalam mengidentifikasi dan menghilangkan cacat dari proses manufaktur. Tujuh alat
tersebut sangat membantu dalam setiap tahap proses penghapusan cacat. Untuk menganalisa faktor
penyebab defect dapat digunakan salah satu alat dari seven tools of quality control yaitu fish bone
diagram. Sam’un Jaja Raharja (2018) telah melakukan penelitian menggunakan analisa fish bone diagram
dalam menemukan faktor penyebab defect. Hasil penelitian tersebut menemukan faktor penyebab defect
disebabkan karena peralatan yang tidak memadai, permintaan barang meningkat tetapi terbatas peralatan,
tenaga kerja tidak terampil dan pendidikan rendah. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab defect,
maka perusahaan dapat mengambil tindakan pencegahan, perbaikan dan peningkatan kualitas produk
(Suryoputro, 2017). Menurut Heizer dan Render (2014:256) seven tools adalah metode untuk
menguraikan masalah yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut. Pada penelitian
ini peneliti menetapkan dua formulasi masalah yaitu apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya
produk cacat pada proses produksi di PT. XYZ dan apa solusi yang dapat dilakukan PT.XYZ untuk
menurunkan tingkat produk cacat dengan penerapan seven tools of quality control selama proses
produksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya produk cacat (defect)
dan mengetahui solusi apa yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat produk cacat. Dengan
diterapkannya seven tools of quality control yaitu berupa flow charts, check sheet, histogram, scatter
diagram, pareto diagram, statistical process control dan fish bone diagram diharapkan PT. XYZ mampu
mengendalikan kualitas produksinya dengan mengurangi jumlah cacat produksi.

II. TINJAUAN LITERATUR

Manajemen Kualitas
Dalam suatu perusahaan manufaktur, kualitas dapat menentukan kebutuhan pelanggan. Untuk
menciptakan kualitas dari produk atau jasa perlu diterapkan manajemen kualitas. Manajemen kualitas
diartikan sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan
kebijaksanaan kualitas, tujuan dan tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat
sebagai berikut (Quality Vocabulary, ISO 8402 (dalam Apriliyani, 2016)):
a) Perencanaan Kualitas (Quality Planning), merupakan penetapan dan pengembangan tujuan dan
kebutuhan untuk kualitas serta penerapan sistem kualitas.
b) Pengendalian Kualitas (Quality Control),merupakan teknik dan aktivitas operasional yang
digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 4


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

c) Jaminan Kualitas (Quality Assurance), merupakan semua tindakan terencana dan sistematis yang
diimplementasikan untuk memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk akan memuaskan
kebutuhan untuk kualitas tertentu.
d) Peningkatan Kualitas (Quality Improvement), merupakan tindakan-tindakan yang diambil untuk
meningkatkan nilai produk pelanggan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses
dan aktivitas melalui struktur organisasi.

Kualitas
Menurut Heizer dan Render (2014:245), kualitas adalah kemampuan suatu produk atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Untuk mencapai kesempurnaan suatu produk atau jasa, hal terpenting
adalah bagaimana menciptakan produk atau jasa tersebut agar dapat memenuhi bahkan melebihi harapan
pelanggan. Ketika suatu produk atau jasa dapat dikatakan memenuhi kebutuhan pelanggan, maka dapat
disimpulkan bahwa produk atau jasa tersebut memiliki kualitas yang baik.

1. DIMENSI KUALITAS
Setelah memahami definisi kualitas, maka harus diketahui apa saja yang termasuk dalam
dimensi kualitas. Menurut Garvin (dalam Nasution, 2015), terdapat delapan dimensi kualitas yang
dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas barang, antara lain:
a) Performa (performance). Performa berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu
produk.
b) Keistimewaan (features). Keistimewaan merupakan aspek kedua dari performansi yang
menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. Ukuran
kapasitas dimana kemampuan tersebut hanya bisa dilakukan pada sebuah produk.
c) Keandalan (reliability). Keandalan berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi
secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Oleh karena itu,
keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam
penggunaan produk, misalnya keandalan mobil adalah kecepatan.
d) Konformansi (conformance). Konformansi berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konformansi
merefleksikan derajat dimana karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi
standar yang telah ditetapkan.
e) Daya tahan (durability). Daya tahan merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik
ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.
f) Kemampuan pelayanan (service ability). Kemampuan pelayanan merupakan karakteristik yang
berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, serta akurasi dalam perbaikan.
g) Estetika (aesthetics). Estetika merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat
subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari pilihan individual.
Dengan demikian, estetika dari suatu produk lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan
mencakup karakteristik tertentu, seperti keelokan, kemulusan, suara yang merdu, selera, dan
lain-lain.
h) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality). Kualitas yang dipersepsikan bersifat subjektif,
berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk, seperti meningkatkan harga
diri. Hal ini berupa karakteristik yang berkaitan dengan reputasi.

Biaya Kualitas
Biaya kualitas merupakan biaya yang dikeluarkan akibat melakukan hal yang salah yaitu harga
yang harus dibayar karena tidak sesuai dengan standar. Menurut Heizer dan Render (2014: 246) terdapat
empat kategori utama biaya dikaitkan dengan kualitas yang disebut biaya kualitas (cost of quality-COQ),
yaitu:
1. Biaya pencegahan. Biaya pencegahan adalah biaya yang terkait dengan mengurangi
kemungkinan barang atau jasa mengalami kerusakan seperti biaya pelatihan, program
peningkatan kualitas, membeli peralatan baru dan sebagainya.
2. Biaya penaksiran. Biaya penaksiran adalah biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk,
proses, komponen, dan jasa seperti biaya pengujian, laboratorium dan pemeriksa.
3. Biaya kegagalan internal. Biaya kegagalan internal adalah biaya yang diakibatkan oleh proses
produksi barang atau jasa yang rusak sebelum diantarkan kepada pelanggan seperti rework,
scrap, dan waktu tunggu akibat mesin rusak (downtime).

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 5


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

4. Biaya kegagalan eksternal. Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi setelah
pengiriman barang atau jasa yang cacat seperti biaya rework, retur, kehilangan kepercayaan atau
goodwill.

Produk Cacat
Pengertian produk cacat menurut bustami dan nurlela (dalam fransen 2016: 11) produk cacat
merupakan produk yang dihasilkan melalui proses produksi, dimana produk tersebut tidak sesuai dengan
standar mutu yang diterapkan, namun masih bisa diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu, tetapi
biaya yang dikeluarkan cenderung lebih besar dari nilai jual setelah produk tersebut diperbaiki.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa produk cacat merupakan suatu produk yang
dihasilkan dari proses produksi yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan namun produk
tersebut masih bisa diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tambahan. Produk cacat adalah produk yang
tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi
produk yang baik.

Seven Tools

1. Pengertian Seven Tools


Seven tools atau yang populer disebut 7 alat QC, terdiri dari metode grafis dan membantu
mengubah data menjadi diagram atau bagan yang mudah dimengerti. Alat ini membantu untuk
memahami situasi atau menganalisis masalah dengan mudah dan mengarah pada pengembangan solusi
yang bertujuan untuk peningkatan kualitas (Jaware A.et al, 2018)

2. Alat-Alat Seven Tools

a. Flow Charts
Menurut Heizer dan Render (2014: 256) flow charts adalah sebuah diagram kotak yang
secara grafis menggambarkan sebuah proses atau sistem. Diagram ini cukup sederhana, namun
merupakan alat yang sangat baik untuk memahami sebuah proses. Flow charts dapat juga
diartikan sebagai gambaran skematik yang menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan
menunjukkan bagaimana langkah tersebut saling mengadakan interaksi satu sama lain (Nasution,
2015). Ada beberapa tujuan dari penggunaan flow charts yaitu:
1) Memberikan pengertian tentang jalannya proses. Kebanyakan orang lebih cepat mengerti
informasi yang disampaikan melalui grafik atau bagan daripada melalui uraian verbal.
2) Membandingkan proses ideal dengan proses yang sebenarnya terjadi.
3) Mengetahui langkah-langkah duplikatif dan langka-langkah yang tidak perlu.
4) Mengetahui dimana pengukuran dapat dilakukan.
5) Menggambarkan sistem total. Sistem total meliputi input material dan jasa dari pemasok,
seluruh proses internal dan penerimaan produk serta jasa, termasuk umpan balik yang
diberikannya.

Menurut Dale (dalam Nasution, 2015), ada beberapa cara untuk menggambarkan flow
charts dengan berbagai simbol yang digunakan, antara lain:

Gambar 2. Simbol Flow Charts


Sumber: Nasution (2015)

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 6


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

Gambar 3. Flow Charts


Sumber: Heizer dan Render (2014:254)

b. Check Sheet
Menurut Heizer dan Render (2014:254) check sheet (lembar periksa) adalah lembar yang
diperlukan untuk tujuan pencatatan data. Pencatatan dilakukan agar pada saat data diambil, pola
akan muncul dan dapat dilihat dengan mudah. Check sheet membantu analis menemukan pola
yang dapat membantu analisa berikutnya. Menurut Nasution (2015) ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menyusun check sheet seperti bentuk lajur-lajur untuk mencatat data harus
jelas, data yang hendak dicatat harus jelas tujuannya, kapan data dikumpulkan harus
dicantumkan dan data harus dikumpulkan secara jujur. Berikut ini adalah contoh penggunaan
check sheet:

Gambar 4 Check Sheet


Sumber: Heizer dan Render (2014:254)
c. Histogram
Histogram adalah sebuah distribusi yang menggambarkan frekuensi kemunculan dari sebuah
variabel (Heizer dan Render (2014:254)). Distribusi frekuensi menunjukkan seberapa sering
setiap nilai yang berbeda dalam satu set data terjadi. Menurut Jaware A.et al (2018), histogram
adalah diagram distribusi frekuensi yang menampilkan distribusi data dalam bentuk grafik
batang. Histogram dibuat dari data yang dikumpulkan dalam tabel frekuensi yang menunjukkan
data didistribusikan di beberapa interval kelas dan frekuensi kejadian di bawah masing-masing
kelas. Histogram yang diambil dari tabel frekuensi terdiri dari kolom yang lebarnya mewakili
interval kelas dan tingginya mewakili frekuensi. Histogram menyediakan representasi visual dari
distribusi data dan memberikan penilaian cepat pada penyebaran dan bentuk distribusi.

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 7


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

Gambar 5. Histogram
Sumber: Heizer dan Render (2014:254)

d. Scatter Diagram
Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi)
antara pasangan dua macam variabel (Nasution, 2015: 138). Menurut Jaware A.et al (2018),
scatter diagram (diagram pencar) adalah diagram yang mewakili hubungan antara kedua jenis
data atau dua variabel. Dua variabel diplot sepanjang dua sumbu koordinat konvensional dan
hubungan antara variabel akan dibuktikan oleh menyebar atau menyebar poin. Dengan demikian,
scatter diagram membantu untuk menemukan korelasi antara dua variabel. Scatter diagram
mempunyai sumbu horizontal X yang menunjukkan ukuran satu variabel dan sumbu Y
menunjukkan ukuran variabel yang lain. Macam-macam pola dan arti scatter diagram antara
lain:
1.Korelasi positif: Kenaikan Y mungkin tergantung pada kenaikan X. Apabila X dikendalikan,
mungkin dapat pula mengendalikan Y, misal pelatihan dan performansi.
2.Mungkin korelasi positif: Apabila X meningkat, mungkin Y juga sedikit meningkat. Namun, Y
mungkin disebabkan oleh faktor selain X.
3.Tidak ada korelasi: Y mungkin disebabkan oleh variabel lain.
4.Mungkin korelasi negatif: Meningkatnya X mungkin menyebabkan kecenderungan Y
menurun, misalnya kualitas dan menurunnya keluhan pelanggan.
5.Korelasi negatif: Meningkatnya X mungkin menyebabkan menurunnya Y.

Gambar 6 Scatter Diagram


Sumber: Heizer dan Render (2014:254)
e. Pareto Charts (Diagram Pareto)
Pareto charts adalah sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat guna
membantu memusatkan perhatian untuk upaya penyelesaian (Heizer dan Render (2014:255)).
Diagram ini dibuat berdasarkan karya Vilfredo Pareto yaitu seorang ahli ekonomi yang berasal
dari Italia pada abad ke-19. Joseph M. Juran memopulerkan pekerjaan Pareto yang menyatakan
80% permasalahan merupakan hasil dari penyebab 20% saja. Menurut Dale (dalam Nasution,
2015: 131), pareto charts digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang
disusun berdasarkan ukurannya, dari kiri ke kanan yaitu data paling besar ke paling kecil.

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 8


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

Gambar 7 Pareto Charts


Sumber: Heizer dan Render (2014:254)

Beberapa kegunaan diagram pareto yaitu menunjukkan prioritas sebab-sebab kejadian,


membantu memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani dalam upaya
perbaikan, menunjukkan hasil upaya perbaikan dan menyusun data menjadi informasi yang
berguna. Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat diagram pareto:
1. Menentukan persoalan, macam-macam data yang diperlukan dan bagaimana data akan diolah.
2. Susun data menjadi bentuk tally sheet.
3. Susun data sheet untuk diagram pareto.
4. Menggunakan data pada langkah ketiga, gambarkan diagram pareto.

f. Statistical Process Control (Control Charts)


Menurut Heizer dan Render (2017:229), pengendalian proses statistik (statistical process
control) berarti melakukan pengawasan standar, membuat pengukuran dan mengambil tindakan
perbaikan saat sebuah produk atau jasa sedang diproduksi. Statistical process control/ statistical
quality control juga didefinisikan sebagai metode yang dapat menggambarkan pengendalian
kualitas dalam bentuk data dan data statistik. Data yang digunakan dalam statistical quality
control merupakan data yang real didapat dari analisis data produksi yaitu data total produksi
selama periode tertentu dan total reject produksi selama periode tertentu (Arifin (2017:99)).
Menurut Assauri (dalam Arifin, 2017: 101) penggunaan statistical quality control dalam
penelitian memiliki beberapa manfaat yaitu:
1. Pengawasan dan penyelidikan diperlukan untuk menetapkan statistik pengendalian kualitas
mengharuskan bahwa syarat mutu dan kemampuan proses dipelajari secara detail.
2. Dapat mencegah penyimpangan dalam proses sebelum terjadi hal-hal serius dan akan
diperoleh kesesuaian yang baik antara kemampuan proses dengan spesifikasinya, sehingga
banyak barang sisa dapat dikurangi.
3. Biaya pemeriksaan dapat dikurangi karena statistik pengendalian kualitas dilakukan dengan
menggunakan teknik sampling.
Statistical quality control memiliki alat bantu yaitu control charts. Control charts (peta
kendali) adalah representasi grafis dari data sejalan dengan waktu yang menunjukkan batas atas
dan bawah proses yang ingin kita kendalikan. Menurut Fouad et, al (dalam Fransen 2016:15)
dalam menggunakan peta kendali terdapat tiga garis horizontal yang menjadi batasan yaitu:
1. Upper Control Limit / batas kendali atas (UCL) adalah garis batas kendali atas yang
menunjukkan penyimpangan masih diperbolehkan.
2. Central Line / garis pusat atau tengah (CL) adalah garis tengah yang menunjukkan tidak
adanya penyimpangan dari karakteristik sampel.
3. Lower Control Limit / batas kendali bawah (LCL), merupakan garis batas kendali bawah
untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel.

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 9


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

Gambar 8 Control Charts


Sumber: Heizer dan Render (2014)

g. Cause and effect diagram (diagram sebab akibat)


Cause and effect diagram atau lebih dikenal sebagai fish bone diagram atau ishikawa
diagram, pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Jepang. Cause and effect
diagram (diagram sebab akibat) merupakan pendekatan terstruktur untuk melakukan analisis
lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan
kesenjangan yang terjadi (Nasution, 2015:143). Menurut Fouad et.al (dalam Fransen, 2016:16)
diagram diagram sebab akibat dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor utama yang
berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang kita teliti. Dalam
penggunaan diagram sebab akibat ada 6 kategori utama yang menjadi faktor penyebab
permasalahan, yaitu (Fransen, 2016:16):
1) Man, meliputi semua orang yang terlibat dalam kegiatan produksi menghasilkan barang atau
jasa.
2) Methods, meliputi semua peraturan dan prosedur bagaimana suatu proses dilakukan.
3) Material, meliputi semua bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
4) Machine, meliputi mesin yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa.
5) Measurement, meliputi pengukuran kualitas produksi yang dilakukan dengan mengambil
data selama proses produksi.
6) Environment, meliputi kondisi lingkungan di sekitar perusahaan seperti suhu, kelembaban
udara, tingkat kebisingan dan sebagainya.

Diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk beberapa hal seperti menyimpulkan
sebab-sebab variasi dalam proses, mengidentifikasi kategori sebab yang memengaruhi suatu
karakteristik kualitas tertentu dan memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang
dibutuhkan (Nasution, 2015:145). Selain itu terdapat juga manfaat dari analisis diagram sebab
akibat, menurut Mardiansyah dan Ikhwana (dalam Raharja, 2018: 184), manfaat diagram sebab
akibat yaitu:
1) Dapat menggunakan kondisi nyata untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan dan
efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan dapat mengurangi biaya.
2) Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk
atau layanan dan keluhan pelanggan.
3) Dapat menstandarkan operasi yang ada atau yang direncanakan.
4) Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pengambilan
keputusan dan mengambil tindakan korektif.
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam membuat diagram sebab akibat,
antara lain (Apriliyani,2016:33):
1) Menentukan masalah mendesak yang ingin segera diperbaiki.
2) Pada bagian “kepala ikan” tulis masalah tersebut yang merupakan dampak dari suatu
penyebab.
3) Tulis faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas
sebagai “tulang besar”, juga ditempatkan dalam kotak.
4) Tulis penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab- penyebab utama
(tulang-tulang besar) serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai “tulang
tulang berukuran sedang”.
5) Tulis penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab sekunder (tulang-
tulang berukuran sedang) serta penyebab-penyebab tersier itu dinyatakan sebagai “tulang-
tulang berukuran kecil”.

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 10


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

6) Tentukan dan tandai faktor- faktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh
nyata terhadap karakteristik kualitas.
7) Catatlah informasi yang diperlukan di dalam diagram sebab-akibat seperti judul, nama
produk, proses, kelompok, daftar partisispan, tanggal dan lain-lain.

Gambar 9. Cause and Effects Diagram


Sumber: Heizer dan Render (2017:227)

Gambar 10. Kerangka Pemikiran


Sumber: Peneliti (2019)

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 11


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif karena menggambarkan objek
yang diteliti berdasarkan fakta sesungguhnya. Penelitian melibatkan peneliti dalam melakukan observasi
secara mendalam untuk memperoleh informasi mengenai proses produksi perusahaan. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan metode survei untuk menganalisis data yang diperoleh dari suatu populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah hasil produksi Teh TB 4 Asli RCLT yang diteliti selama 16 hari
pengamatan kualitas oleh bagian Quality Control PT. XYZ yang berlangsung sejak 22 April-22 Mei
2019. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan time series. Sumber data terdiri dari data primer
dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak
perusahaan seperti data umum perusahaan, data alur produksi, transkrip wawancara mengenai penyebab
defect dan sebagainya. Data tersebut kemudian dianalisa menggunakan seven tools of quality control
seperti flow charts dan fish bone diagram sehingga dapat diketahui dimana defect terbesar terjadi dan apa
saja faktor yang dapat menyebabkan defect. Data sekunder diperoleh melalui data dokumentasi
perusahaan seperti data jumlah produksi, data jenis defect, data jumlah defect, data jumlah karyawan yang
hadir dan sebagainya. Data jumlah produksi dan jumlah defect digunakan untuk latar belakang
permasalahan. Data jenis defect digunakan untuk diolah menggunakan bantuan check sheet, histogram,
scatter diagram, pareto diagram sehingga diketahui jenis defect terbesar selama proses produksi dan
dapat dilakukan analisa mengenai faktor penyebabnya. Metode analisis yang digunakan adalah
pendekatan tujuh alat kualitas (seven tools of quality) yang didukung dengan bantuan Microsoft Excel
2016 dan software Minitab 18.

IV. PEMBAHASAN

Penelitian diawali dengan mengetahui alur produksi Teh TB 4 Asli RCLT pada PT. XYZ yang
dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan data jumlah dan jenis
defect yang diperoleh melalui pengamatan selama 16 hari yang berlangsung sejak 22 April-22 Mei 2019.
Data tersebut kemudian diolah menggunakan check sheet, histogram, scatter diagram, pareto diagram,
statistical process control dan fish bone diagram.

Gambar 11 Flow Chart Alur Produksi PT. XYZ

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 12


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

Gambar 12. Check Sheet

Check Sheet
Formulir sederhana dengan format tertentu yang dapat membantu peneliti untuk mencatat data di
suatu perusahaan secara sistematis (Neyestani, 2017). Alat ini digunakan untuk mengidentifikasi jumlah
dan jenis defect yang terjadi selama proses produksi. Pada check sheet tercatat ada 8 jenis defect dengan
jumlah defect berbeda-beda. Jumlah defect terbesar terjadi pada pengamatan hari ke-12 dan 14 masing-
masing sebanyak 23 karton dan jumlah defect terkecil terjadi pada pengamatan hari ke- 1 sebanyak 2
karton.

Histogram
Sebuah distribusi yang menggambarkan frekuensi kemunculan dari sebuah variabel (Heizer dan
Render, 2014). Histogram berfungsi menunjukkan distribusi frekuensi dari jumlah defect selama
pengamatan berlangsung. Berikut adalah histogram dari 8 jenis defect produk Teh TB 4 Asli RCLT
selama proses produksi (Gambar 4.3).

Scatter Diagram
Gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan antara dua macam variabel (Nasution,
2015). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara jumlah karyawan yang hadir
dengan tingkat produktivitas yang dapat dilihat pada Gambar 4.4 serta hubungan tingkat produktivitas
dengan tingkat kecacatan yang dapat dilihat pada Gambar 4.5. Berdasarkan scatter diagram pada Gambar
4.4, dapat dilihat bahwa penyebaran titik mengarah ke bagian kanan atas. Hal ini mengindikasikan
adanya hubungan atau korelasi positif antara jumlah operator yang hadir dengan jumlah produksi. Pada
scatter diagram dapat dilihat pola diagram yang menunjukkan hubungan positif yang berarti semakin
banyak jumlah operator yang hadir maka semakin banyak pula tingkat produksi yang dihasilkan
perusahaan, begitu juga sebaliknya. Setelah mengetahui hubungan positif antara jumlah karyawan yang
hadir dengan tingkat produktivitas, selanjutnya peneliti ingin mengetahui hubungan antara tingkat
produktivitas dengan tingkat kecacatan. Berdasarkan scatter diagram pada Gambar 4.5 dapat diketahui
bahwa penyebaran titik mengarah ke bagian kanan atas. Hal ini menunjukkan adanya hubungan atau
korelasi positif antara jumlah produksi dan jumlah defect yang dihasilkan. Pada scatter diagram dapat
dilihat pola diagram yang menunjukkan hubungan positif yang berarti semakin banyak jumlah produksi
maka semakin banyak juga jumlah defect yang dihasilkan perusahaan.

Pareto Diagram
Metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat guna membantu memusatkan perhatian
untuk upaya penyelesaian (Heizer dan Render, 2014). Diagram ini memiliki konsep yang menyatakan
80% permasalahan merupakan hasil dari penyebab 20% saja. Dari diagram pareto yang dapat dilihat pada
Gambar 4.6, dapat diketahui bahwa terdapat 2 permasalahan jenis defect yang menyebabkan kecacatan
terbesar yaitu Bag Overlap dengan persentase cacat sebesar 26,15%, dan Tea in Seal dengan persentase
cacat sebesar 22,56%. Kedua jenis defect ini menjadi masalah utama yang diprioritaskan untuk
diselesaikan terlebih dahulu, karena ini merupakan 20% penyebab kerusakan, sehingga apabila penyebab
ini dihilangkan maka 80 % permasalahan perusahaan dapat terselesaikan.

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 13


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

Gambar 13: Histogram Berbagai Jenis Defect: (a) no thread; (b) no tag; (c) top seal;
(d) tea in seal; (e) slippings tags; (f) posisi tag;(g) bag overlap;(h) tea in bag
Sumber: Peneliti, 2019
500

400
Jumlah Produksi

300

200

100

0
0 20 40 60 80 100 120
-100
Jumlah Operator Hadir

Gambar 14. Scatter Diagram Antara Jumlah Operator


yang Hadir dengan Jumlah Produksi

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 14


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

25
20

Total Defect
15
10
5
0
0 100 200 300 400 500
Jumlah Produksi

Gambar 15. Scatter Diagram Antara Jumlah Produksi dan Jumlah Defect
Sumber: Peneliti, 2019

Gambar 16. Pareto Diagram


Sumber: Pengolahan Data, 2019

Statistical Process Control


Setelah membuat diagram pareto, alat yang digunakan selanjutnya adalah statistic quality
control atau statistical process control (SPC). SPC adalah teknik penyelesaian masalah yang digunakan
untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, memperbaiki produk, dan proses
menggunakan metode-metode statistik (Setiawan, 2018). Pada penelitian ini alat bantu SPC yang akan
digunakan adalah peta kendali p. Alat ini memiliki peranan penting untuk melihat apakah cacat produk
Teh TB 4 Asli RCLT yang dihasilkan PT. XYZ masih dalam batas kendali atau tidak. Peta kendali p
dibuat untuk mempermudah peneliti dalam melihat grup mana saja yang berada di luar batas kendali.
Berikut ini adalah p-chart dari hasil pengolah data menggunakan Minitab 18:

Gambar 17. Peta Kendali P (P-Chart)


Sumber: Peneliti,2019

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 15


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

Dari gambar diagram peta kendali p di atas, dapat dilihat bahwa selama 16 hari pengamatan yang
berlangsung pada tanggal 22 April- 22 Mei 2019 masih terdapat titik yang berada di dalam dan luar batas
Upper Control Limit (UCL) dan Lower Control Limit (LCL). Pada diagram peta kendali p terlihat bahwa
dari 16 hari pengamatan terdapat 13 hari produksi yang berada di dalam batas kendali dan 3 hari produksi
yang berada di luar batas kendali. Pada pengamatan ke- 1,2,3,4,5,8,9,10,11,12,13, 14 dan 15 proses
produksi masih berada dalam batas kendali, sedangkan pada pengamatan ke-6,7 dan 16 proses produksi
berada di luar batas kendali. Hal ini menunjukkan bahwa cacat produk Teh TB 4 Asli RCLT yang
dihasilkan PT. XYZ selama proses produksi belum cukup terkendali dengan baik. Untuk itu, perusahaan
perlu mengambil tindakan perbaikan mengenai masalah penyebab cacat sehingga perusahaan dapat
menurunkan tingkat produk cacat.

Cause and effect diagram (fish bone diagram)


Teknik skematik yang digunakan untuk mengetahui letak-letak kemungkinan masalah kualitas
(Heizer dan Render, 2014). Tujuan dari fish bone diagram adalah untuk menganalisis akar penyebab
utama dalam permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Pada penelitian ini peneliti hanya akan
berfokus untuk menganalisis akar penyebab dua pemasalahan utama yang berdampak paling besar pada
kegiatan produksi yaitu Bag Overlap dan Tea in Seal. Dalam fish bone diagram, terdapat enam kategori
utama yaitu measurements, materials, methods, machines, men dan environment. Namun, pada
kenyataannya tidak semua kategori dimasukkan dalam pembuatan diagram cause and effect karena
penggunaan kategori tersebut dimasukkan berdasarkan kondisi lapangan sesungguhnya pada saat peneliti
melakukan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 4 kategori penyebab utama yaitu
material, machine, method dan men.

Gambar 18: Fish Bone Bag Overlap


Sumber: Peneliti, 2019

Berdasarkan hasil analisa bag overlap dengan diagram cause and effect di atas, dapat dilihat
bahwa terdapat 3 kategori penyebab kecacatan yaitu: machine, method dan men, dimana kategori machine
yang paling berkontribusi terhadap timbulnya permasalahan.
Berdasarkan hasil analisa tea in seal dengan diagram cause and effect diatas, dapat dilihat bahwa
terdapat 3 kategori penyebab kecacatan yaitu : material, machine dan men, dimana kategori machine dan
men yang paling berkontribusi terhadap timbulnya permasalahan.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa faktor penyebab terjadinya produk cacat pada proses
produksi di PT. XYZ menurut hasil analisa data menggunakan seven tools of quality control disebabkan 2
kategori utama yaitu mesin dan manusia. Untuk faktor mesin dapat disebabkan akibat kondisi mesin yang
kotor, mesin tidak diservis secara berkala, kesalahan pengaturan mesin, umur mesin yang sudah tua, dan
belum ada pembaruan mesin di pabrik. Selain itu, faktor manusia dapat disebabkan kurangnya
kemampuan tenaga kerja seperti kurangnya pengalaman operator dalam mengoperasikan mesin produksi,
kurangnya kepedulian operator untuk mengecek kembali, kurangnya ketelitian dan konsentrasi akibat jam

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 16


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

kerja yang panjang serta kurangnya pelatihan yang diberikan oleh pihak manajemen PT. XYZ kepada
operator pabrik sehingga operator banyak melakukan kesalahan yang menyebabkan defect selama proses
produksi.

Gambar 19: Fish Bone Tea in Seal


Sumber: Peneliti, 2019

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data menggunakan seven tools of quality control dan pengolahan data
yang diperoleh melalui pengamatan selama proses produksi, dokumen perusahaan serta wawancara
kepada pihak QC dan operator produksi PT. XYZ untuk mengurangi kecacatan produk Teh TB 4 Asli
RCLT, maka dapat diketahui faktor penyebab terjadinya produk cacat dapat disebabkan berbagai macam
faktor seperti kerusakan mesin akibat kondisi mesin yang kotor, mesin tidak diservis secara berkala,
kesalahan pengaturan mesin, umur mesin yang sudah tua, dan belum ada pembaruan mesin di pabrik
sehingga memberikan kontribusi besar terjadinya cacat selama produksi Teh TB 4 Asli RCLT. Selain itu,
faktor manusia disebabkan kurangnya kemampuan tenaga kerja seperti kurangnya pengalaman operator
dalam mengoperasikan mesin produksi, kurangnya kepedulian operator untuk mengecek kembali,
kurangnya ketelitian dan konsentrasi akibat jam kerja yang panjang serta kurangnya pelatihan yang
diberikan oleh pihak manajemen PT. XYZ kepada operator pabrik sehingga operator banyak melakukan
kesalahan yang menyebabkan defect selama proses produksi. Solusi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi penyebab defect akibat faktor mesin yaitu dengan melakukan perawatan, pengecekan mesin
secara berkala, memastikan setting mesin sesuai SOP serta melakukan analisis secara mendalam
mengenai faktor-faktor lain yang mungkin menjadi penyebab kerusakan mesin. Untuk penyebab defect
yang disebabkan oleh faktor manusia, maka solusi yang dapat dilakukan adalah memberikan bimbingan
dan pelatihan yang bukan hanya sebatas teori saja melainkan juga praktik di lapangan langsung,
memberikan reward and punishment untuk memotivasi pekerja bekerja secara optimal, serta memberikan
toleransi pekerja untuk menyegarkan mata.
Perusahaan direkomendasikan untuk menerapkan metode seven tools of quality dalam
pengendalian kualitas produksi, pengawasan lebih intensif, memberikan perhatian lebih pada kualitas
manusia seperti pemberian pelatihan,bimbingan, reward dan punishment serta perusahaan
direkomendasikan untuk melakukan analisis mendalam mengenai faktor-faktor lain yang dapat menjadi
penyebab kerusakan mesin.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Heizer, J.& Render, B. (2014). Operations management sustainability and supply


chain management. (11th edition). England: Pearson Education.
Jaware, A., Bhandare, K., Sonawane, G., Bhagat, S., & Ralebhat, R. (2018). Reduction
of machining rejection of shiftfork by using seven quality tools. International Research Journal of
Engineering and Technology (IRJET) e-ISSN: 2395-0056.5(4).
Jaware, A., Bhandare, K., Sonawane, G., & Bhagat, S. (2018). Seven quality tools a
review. International Research Journal of Engineering and Technology (IRJET) e-ISSN: 2395-0056.5(5)

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 17


Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..

[Kemenperin] Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian, Badan Pusat


Statistik. (2018). Pertumbuhan Industri Besar Sedang Menurut SubSektor.(Online). Diakses 10 Maret
2019 dari https://www.bps.go.id/
[Kemenperin] Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian, Badan Pusat
Statistik. (2018). Industri Makanan dan Minuman Masih Jadi Andalan. (Online). Diakses 20 Juli 2019
dari http://kemenperin.go.id
Kusuma, F. (2017). Pengendalian kualitas sepatu dengan metode seven tools di pt.
halim jaya sakti pasuruan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 6(2).
Muhammad, S. (2015). Quality improvement of fan manufacturing industry by using
basic seven tools of quality: a case study. Int. Journal of Engineering Research and Applications ISSN:
2248-9622.5(4). Part -4.
Muis, S. (2016). Fungsi-fungsi statistik pengolahan data penelitian dengan perangkat
lunak minitab. Yogyakarta: Teknosain.
Nasution, M.N. (2015). Manajemen mutu terpadu (total quality management). Edisi
Ketiga.Indonesia: Ghalia Indonesia.
Neyestani, B. (2017). Seven basic tools of quality control: the appropriate quality
techniques for solving quality problems in the organizations. MPRA Paper. No 77941.
Sanny, L., &Amalia, R. (2015). Quality improvement strategy to defect reduction
with seven tools method: case in food field company in indonesia. Medwell Journals International
Business Management.
Sekaran, U. (2013). Research methods for business: a skill-building approach. (06th
Edition). Wiley.West Sussex. ISBN 9781119942252
Setiawan, L., & Alriani, I.M. (2018). Analisis pengendalian proses produksi dengan
metode statictical quality control pada pt. estwind mandiri semarang. Jurnal Manajemen Ekonomi dan
Akuntansi. No 44.
Sindonews.com. (2018). Ekonomi dan Bisnis. (Online). Diakses 31 Maret 2019 dari
https://ekbis.sindonews.com/ .
Timotius, K.H. (2017). Pengantar metodologi penelitian. Yogyakarta: A N D I
(Anggota IKAPI). (Online). Diakses 18 April 2019 dari http://tinyurl.com/y5nw882b
Tribunnews.com (2018). Perusahaan Teh Dinyatakan Pailit, PT. Konsumen
Pastikan Tetap Produksi Teh Celup Teh.(Online).Diakses 31 Maret 2019 dari
https://www.tribunnews.com

JUMBO Vol. 4, No.1, April 2020 Hal. | 18

You might also like