Professional Documents
Culture Documents
Prihandoko Dkk. (2020)
Prihandoko Dkk. (2020)
e-ISSN 2502-4175
JUMBO (Jurnal Manajemen, Bisnis
dan Organisasi)
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JUMBO
Danang Prihandoko
dprihandoko@binus.ac.id
Program Studi Ilmu Manajemen, Universitas Bina Nusantara
Esta Fania
fania.esta907@yahoo.com
Jurusan Manajemen, Universitas Bina Nusantara
Klasifikasi JEL:
L15, L69
DOI: http://dx.doi.org/10.33772/jumbo.v4i1.12099
Pengendalian Kualitas Produksi Teh TB 4 Asli RCLT Menggunakan …………..
I. PENDAHULUAN
20
15 7 Tea in Bag
Tea in Seal
10 3 1
No Tread
3
5 1 7 No tag
3
0 Bag Overlap
0
2016 2017 2018
Tahun
Gambar 1.2 Grafik Jumlah Produk Cacat Bulan April 2018- Mei 2019
Sumber: PT. XYZ, diolah peneliti (2019)
8.00%
7.24%
-2.00%
% Defect Limit
Dari data tabel dan grafik-grafik di atas, dapat dilihat bahwa selama tiga tahun terakhir PT. XYZ
telah menerima keluhan dari Konsumen terkait produk cacat. Pada awal produksi tahun 2016 tidak ada
keluhan yang diterima dari Konsumen, namun pada tahun 2017 PT. XYZ menerima sebanyak 7 keluhan
terkait produk cacat. Jumlah keluhan terus meningkat setiap tahunnya, bahkan sepanjang tahun 2018 PT.
XYZ telah menerima sebanyak 18 keluhan terkait produk cacat. Jumlah keluhan ini adalah jumlah
keluhan terbanyak yang diterima PT. XYZ selama tiga tahun terakhir, padahal pihak PT. XYZ sangat
berharap tidak menerima 1 keluhan pun dari Konsumen, namun pada kenyataannya masih ditemukan
produk cacat yang menjadikan harapan PT. XYZ masih jauh untuk dicapai.
Mengacu pada permasalahan ini, penelitian terdahulu Fariogo Kusuma (2017) telah melakukan
penelitian dengan mengimplementasikan seven tools untuk mengendalikan kualitas. Dari hasil penelitian
tersebut Fariogo dapat memberikan hasil rekomendasi perbaikan berdasarkan penyebab cacat produk
dengan metode analisis seven tools. Selain itu, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lim Sanny dan
Ria Amalia (2015) dapat diketahui tiga jenis defect yang memiliki frekuensi paling banyak kemudian
dilakukan analisa faktor penyebab produk cacat serta memberikan solusi terbaik menggunakan metode
seven tools.
Pada penelitian ini peneliti memilih metode seven tools dalam melakukan pengendalian kualitas
produksi pada PT. XYZ karena berdasarkan latar belakang permasalahan defect yang dialami PT. XYZ
peneliti melihat bahwa metode seven tools adalah alat yang lengkap karena terdiri dari tujuh alat kualitas
yang dapat mempresentasikan data dalam bentuk diagram yang mudah dipahami serta dapat digunakan
untuk mengetahui akar permasalahan penyebab defect. Hal ini didukung penelitian terdahulu Aksay
Jaware (2018) menyatakan bahwa perbaikan produk dapat dicapai dengan menerapkan metode seven
tools. Ketujuh alat ini sangat mudah dimengerti dan proses langkah demi langkah implementasi mengarah
ke hasil yang lebih baik. Alat-alat ini membantu mengidentifikasi dimana defect tertinggi terjadi dan
memberikan saran perbaikan menggunakan metode seven tools melalui data yang mudah dipahami dalam
bentuk diagram.
Peneliti terdahulu Sulaman Muhammad (2015) juga menyatakan bahwa metode seven tools sangat
berguna dan efektif dalam mengidentifikasi dan menghilangkan cacat dari proses manufaktur. Tujuh alat
tersebut sangat membantu dalam setiap tahap proses penghapusan cacat. Untuk menganalisa faktor
penyebab defect dapat digunakan salah satu alat dari seven tools of quality control yaitu fish bone
diagram. Sam’un Jaja Raharja (2018) telah melakukan penelitian menggunakan analisa fish bone diagram
dalam menemukan faktor penyebab defect. Hasil penelitian tersebut menemukan faktor penyebab defect
disebabkan karena peralatan yang tidak memadai, permintaan barang meningkat tetapi terbatas peralatan,
tenaga kerja tidak terampil dan pendidikan rendah. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab defect,
maka perusahaan dapat mengambil tindakan pencegahan, perbaikan dan peningkatan kualitas produk
(Suryoputro, 2017). Menurut Heizer dan Render (2014:256) seven tools adalah metode untuk
menguraikan masalah yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab dari masalah tersebut. Pada penelitian
ini peneliti menetapkan dua formulasi masalah yaitu apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya
produk cacat pada proses produksi di PT. XYZ dan apa solusi yang dapat dilakukan PT.XYZ untuk
menurunkan tingkat produk cacat dengan penerapan seven tools of quality control selama proses
produksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya produk cacat (defect)
dan mengetahui solusi apa yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat produk cacat. Dengan
diterapkannya seven tools of quality control yaitu berupa flow charts, check sheet, histogram, scatter
diagram, pareto diagram, statistical process control dan fish bone diagram diharapkan PT. XYZ mampu
mengendalikan kualitas produksinya dengan mengurangi jumlah cacat produksi.
Manajemen Kualitas
Dalam suatu perusahaan manufaktur, kualitas dapat menentukan kebutuhan pelanggan. Untuk
menciptakan kualitas dari produk atau jasa perlu diterapkan manajemen kualitas. Manajemen kualitas
diartikan sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan
kebijaksanaan kualitas, tujuan dan tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat
sebagai berikut (Quality Vocabulary, ISO 8402 (dalam Apriliyani, 2016)):
a) Perencanaan Kualitas (Quality Planning), merupakan penetapan dan pengembangan tujuan dan
kebutuhan untuk kualitas serta penerapan sistem kualitas.
b) Pengendalian Kualitas (Quality Control),merupakan teknik dan aktivitas operasional yang
digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.
c) Jaminan Kualitas (Quality Assurance), merupakan semua tindakan terencana dan sistematis yang
diimplementasikan untuk memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk akan memuaskan
kebutuhan untuk kualitas tertentu.
d) Peningkatan Kualitas (Quality Improvement), merupakan tindakan-tindakan yang diambil untuk
meningkatkan nilai produk pelanggan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses
dan aktivitas melalui struktur organisasi.
Kualitas
Menurut Heizer dan Render (2014:245), kualitas adalah kemampuan suatu produk atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Untuk mencapai kesempurnaan suatu produk atau jasa, hal terpenting
adalah bagaimana menciptakan produk atau jasa tersebut agar dapat memenuhi bahkan melebihi harapan
pelanggan. Ketika suatu produk atau jasa dapat dikatakan memenuhi kebutuhan pelanggan, maka dapat
disimpulkan bahwa produk atau jasa tersebut memiliki kualitas yang baik.
1. DIMENSI KUALITAS
Setelah memahami definisi kualitas, maka harus diketahui apa saja yang termasuk dalam
dimensi kualitas. Menurut Garvin (dalam Nasution, 2015), terdapat delapan dimensi kualitas yang
dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas barang, antara lain:
a) Performa (performance). Performa berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu
produk.
b) Keistimewaan (features). Keistimewaan merupakan aspek kedua dari performansi yang
menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. Ukuran
kapasitas dimana kemampuan tersebut hanya bisa dilakukan pada sebuah produk.
c) Keandalan (reliability). Keandalan berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi
secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Oleh karena itu,
keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam
penggunaan produk, misalnya keandalan mobil adalah kecepatan.
d) Konformansi (conformance). Konformansi berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konformansi
merefleksikan derajat dimana karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi
standar yang telah ditetapkan.
e) Daya tahan (durability). Daya tahan merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik
ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.
f) Kemampuan pelayanan (service ability). Kemampuan pelayanan merupakan karakteristik yang
berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, serta akurasi dalam perbaikan.
g) Estetika (aesthetics). Estetika merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat
subjektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari pilihan individual.
Dengan demikian, estetika dari suatu produk lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan
mencakup karakteristik tertentu, seperti keelokan, kemulusan, suara yang merdu, selera, dan
lain-lain.
h) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality). Kualitas yang dipersepsikan bersifat subjektif,
berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk, seperti meningkatkan harga
diri. Hal ini berupa karakteristik yang berkaitan dengan reputasi.
Biaya Kualitas
Biaya kualitas merupakan biaya yang dikeluarkan akibat melakukan hal yang salah yaitu harga
yang harus dibayar karena tidak sesuai dengan standar. Menurut Heizer dan Render (2014: 246) terdapat
empat kategori utama biaya dikaitkan dengan kualitas yang disebut biaya kualitas (cost of quality-COQ),
yaitu:
1. Biaya pencegahan. Biaya pencegahan adalah biaya yang terkait dengan mengurangi
kemungkinan barang atau jasa mengalami kerusakan seperti biaya pelatihan, program
peningkatan kualitas, membeli peralatan baru dan sebagainya.
2. Biaya penaksiran. Biaya penaksiran adalah biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk,
proses, komponen, dan jasa seperti biaya pengujian, laboratorium dan pemeriksa.
3. Biaya kegagalan internal. Biaya kegagalan internal adalah biaya yang diakibatkan oleh proses
produksi barang atau jasa yang rusak sebelum diantarkan kepada pelanggan seperti rework,
scrap, dan waktu tunggu akibat mesin rusak (downtime).
4. Biaya kegagalan eksternal. Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi setelah
pengiriman barang atau jasa yang cacat seperti biaya rework, retur, kehilangan kepercayaan atau
goodwill.
Produk Cacat
Pengertian produk cacat menurut bustami dan nurlela (dalam fransen 2016: 11) produk cacat
merupakan produk yang dihasilkan melalui proses produksi, dimana produk tersebut tidak sesuai dengan
standar mutu yang diterapkan, namun masih bisa diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu, tetapi
biaya yang dikeluarkan cenderung lebih besar dari nilai jual setelah produk tersebut diperbaiki.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa produk cacat merupakan suatu produk yang
dihasilkan dari proses produksi yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan namun produk
tersebut masih bisa diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tambahan. Produk cacat adalah produk yang
tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi
produk yang baik.
Seven Tools
a. Flow Charts
Menurut Heizer dan Render (2014: 256) flow charts adalah sebuah diagram kotak yang
secara grafis menggambarkan sebuah proses atau sistem. Diagram ini cukup sederhana, namun
merupakan alat yang sangat baik untuk memahami sebuah proses. Flow charts dapat juga
diartikan sebagai gambaran skematik yang menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan
menunjukkan bagaimana langkah tersebut saling mengadakan interaksi satu sama lain (Nasution,
2015). Ada beberapa tujuan dari penggunaan flow charts yaitu:
1) Memberikan pengertian tentang jalannya proses. Kebanyakan orang lebih cepat mengerti
informasi yang disampaikan melalui grafik atau bagan daripada melalui uraian verbal.
2) Membandingkan proses ideal dengan proses yang sebenarnya terjadi.
3) Mengetahui langkah-langkah duplikatif dan langka-langkah yang tidak perlu.
4) Mengetahui dimana pengukuran dapat dilakukan.
5) Menggambarkan sistem total. Sistem total meliputi input material dan jasa dari pemasok,
seluruh proses internal dan penerimaan produk serta jasa, termasuk umpan balik yang
diberikannya.
Menurut Dale (dalam Nasution, 2015), ada beberapa cara untuk menggambarkan flow
charts dengan berbagai simbol yang digunakan, antara lain:
b. Check Sheet
Menurut Heizer dan Render (2014:254) check sheet (lembar periksa) adalah lembar yang
diperlukan untuk tujuan pencatatan data. Pencatatan dilakukan agar pada saat data diambil, pola
akan muncul dan dapat dilihat dengan mudah. Check sheet membantu analis menemukan pola
yang dapat membantu analisa berikutnya. Menurut Nasution (2015) ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menyusun check sheet seperti bentuk lajur-lajur untuk mencatat data harus
jelas, data yang hendak dicatat harus jelas tujuannya, kapan data dikumpulkan harus
dicantumkan dan data harus dikumpulkan secara jujur. Berikut ini adalah contoh penggunaan
check sheet:
Gambar 5. Histogram
Sumber: Heizer dan Render (2014:254)
d. Scatter Diagram
Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi)
antara pasangan dua macam variabel (Nasution, 2015: 138). Menurut Jaware A.et al (2018),
scatter diagram (diagram pencar) adalah diagram yang mewakili hubungan antara kedua jenis
data atau dua variabel. Dua variabel diplot sepanjang dua sumbu koordinat konvensional dan
hubungan antara variabel akan dibuktikan oleh menyebar atau menyebar poin. Dengan demikian,
scatter diagram membantu untuk menemukan korelasi antara dua variabel. Scatter diagram
mempunyai sumbu horizontal X yang menunjukkan ukuran satu variabel dan sumbu Y
menunjukkan ukuran variabel yang lain. Macam-macam pola dan arti scatter diagram antara
lain:
1.Korelasi positif: Kenaikan Y mungkin tergantung pada kenaikan X. Apabila X dikendalikan,
mungkin dapat pula mengendalikan Y, misal pelatihan dan performansi.
2.Mungkin korelasi positif: Apabila X meningkat, mungkin Y juga sedikit meningkat. Namun, Y
mungkin disebabkan oleh faktor selain X.
3.Tidak ada korelasi: Y mungkin disebabkan oleh variabel lain.
4.Mungkin korelasi negatif: Meningkatnya X mungkin menyebabkan kecenderungan Y
menurun, misalnya kualitas dan menurunnya keluhan pelanggan.
5.Korelasi negatif: Meningkatnya X mungkin menyebabkan menurunnya Y.
Diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk beberapa hal seperti menyimpulkan
sebab-sebab variasi dalam proses, mengidentifikasi kategori sebab yang memengaruhi suatu
karakteristik kualitas tertentu dan memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang
dibutuhkan (Nasution, 2015:145). Selain itu terdapat juga manfaat dari analisis diagram sebab
akibat, menurut Mardiansyah dan Ikhwana (dalam Raharja, 2018: 184), manfaat diagram sebab
akibat yaitu:
1) Dapat menggunakan kondisi nyata untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan dan
efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan dapat mengurangi biaya.
2) Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk
atau layanan dan keluhan pelanggan.
3) Dapat menstandarkan operasi yang ada atau yang direncanakan.
4) Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pengambilan
keputusan dan mengambil tindakan korektif.
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam membuat diagram sebab akibat,
antara lain (Apriliyani,2016:33):
1) Menentukan masalah mendesak yang ingin segera diperbaiki.
2) Pada bagian “kepala ikan” tulis masalah tersebut yang merupakan dampak dari suatu
penyebab.
3) Tulis faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas
sebagai “tulang besar”, juga ditempatkan dalam kotak.
4) Tulis penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab- penyebab utama
(tulang-tulang besar) serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai “tulang
tulang berukuran sedang”.
5) Tulis penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab sekunder (tulang-
tulang berukuran sedang) serta penyebab-penyebab tersier itu dinyatakan sebagai “tulang-
tulang berukuran kecil”.
6) Tentukan dan tandai faktor- faktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh
nyata terhadap karakteristik kualitas.
7) Catatlah informasi yang diperlukan di dalam diagram sebab-akibat seperti judul, nama
produk, proses, kelompok, daftar partisispan, tanggal dan lain-lain.
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif karena menggambarkan objek
yang diteliti berdasarkan fakta sesungguhnya. Penelitian melibatkan peneliti dalam melakukan observasi
secara mendalam untuk memperoleh informasi mengenai proses produksi perusahaan. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan metode survei untuk menganalisis data yang diperoleh dari suatu populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah hasil produksi Teh TB 4 Asli RCLT yang diteliti selama 16 hari
pengamatan kualitas oleh bagian Quality Control PT. XYZ yang berlangsung sejak 22 April-22 Mei
2019. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan time series. Sumber data terdiri dari data primer
dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak
perusahaan seperti data umum perusahaan, data alur produksi, transkrip wawancara mengenai penyebab
defect dan sebagainya. Data tersebut kemudian dianalisa menggunakan seven tools of quality control
seperti flow charts dan fish bone diagram sehingga dapat diketahui dimana defect terbesar terjadi dan apa
saja faktor yang dapat menyebabkan defect. Data sekunder diperoleh melalui data dokumentasi
perusahaan seperti data jumlah produksi, data jenis defect, data jumlah defect, data jumlah karyawan yang
hadir dan sebagainya. Data jumlah produksi dan jumlah defect digunakan untuk latar belakang
permasalahan. Data jenis defect digunakan untuk diolah menggunakan bantuan check sheet, histogram,
scatter diagram, pareto diagram sehingga diketahui jenis defect terbesar selama proses produksi dan
dapat dilakukan analisa mengenai faktor penyebabnya. Metode analisis yang digunakan adalah
pendekatan tujuh alat kualitas (seven tools of quality) yang didukung dengan bantuan Microsoft Excel
2016 dan software Minitab 18.
IV. PEMBAHASAN
Penelitian diawali dengan mengetahui alur produksi Teh TB 4 Asli RCLT pada PT. XYZ yang
dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan data jumlah dan jenis
defect yang diperoleh melalui pengamatan selama 16 hari yang berlangsung sejak 22 April-22 Mei 2019.
Data tersebut kemudian diolah menggunakan check sheet, histogram, scatter diagram, pareto diagram,
statistical process control dan fish bone diagram.
Check Sheet
Formulir sederhana dengan format tertentu yang dapat membantu peneliti untuk mencatat data di
suatu perusahaan secara sistematis (Neyestani, 2017). Alat ini digunakan untuk mengidentifikasi jumlah
dan jenis defect yang terjadi selama proses produksi. Pada check sheet tercatat ada 8 jenis defect dengan
jumlah defect berbeda-beda. Jumlah defect terbesar terjadi pada pengamatan hari ke-12 dan 14 masing-
masing sebanyak 23 karton dan jumlah defect terkecil terjadi pada pengamatan hari ke- 1 sebanyak 2
karton.
Histogram
Sebuah distribusi yang menggambarkan frekuensi kemunculan dari sebuah variabel (Heizer dan
Render, 2014). Histogram berfungsi menunjukkan distribusi frekuensi dari jumlah defect selama
pengamatan berlangsung. Berikut adalah histogram dari 8 jenis defect produk Teh TB 4 Asli RCLT
selama proses produksi (Gambar 4.3).
Scatter Diagram
Gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan antara dua macam variabel (Nasution,
2015). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara jumlah karyawan yang hadir
dengan tingkat produktivitas yang dapat dilihat pada Gambar 4.4 serta hubungan tingkat produktivitas
dengan tingkat kecacatan yang dapat dilihat pada Gambar 4.5. Berdasarkan scatter diagram pada Gambar
4.4, dapat dilihat bahwa penyebaran titik mengarah ke bagian kanan atas. Hal ini mengindikasikan
adanya hubungan atau korelasi positif antara jumlah operator yang hadir dengan jumlah produksi. Pada
scatter diagram dapat dilihat pola diagram yang menunjukkan hubungan positif yang berarti semakin
banyak jumlah operator yang hadir maka semakin banyak pula tingkat produksi yang dihasilkan
perusahaan, begitu juga sebaliknya. Setelah mengetahui hubungan positif antara jumlah karyawan yang
hadir dengan tingkat produktivitas, selanjutnya peneliti ingin mengetahui hubungan antara tingkat
produktivitas dengan tingkat kecacatan. Berdasarkan scatter diagram pada Gambar 4.5 dapat diketahui
bahwa penyebaran titik mengarah ke bagian kanan atas. Hal ini menunjukkan adanya hubungan atau
korelasi positif antara jumlah produksi dan jumlah defect yang dihasilkan. Pada scatter diagram dapat
dilihat pola diagram yang menunjukkan hubungan positif yang berarti semakin banyak jumlah produksi
maka semakin banyak juga jumlah defect yang dihasilkan perusahaan.
Pareto Diagram
Metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat guna membantu memusatkan perhatian
untuk upaya penyelesaian (Heizer dan Render, 2014). Diagram ini memiliki konsep yang menyatakan
80% permasalahan merupakan hasil dari penyebab 20% saja. Dari diagram pareto yang dapat dilihat pada
Gambar 4.6, dapat diketahui bahwa terdapat 2 permasalahan jenis defect yang menyebabkan kecacatan
terbesar yaitu Bag Overlap dengan persentase cacat sebesar 26,15%, dan Tea in Seal dengan persentase
cacat sebesar 22,56%. Kedua jenis defect ini menjadi masalah utama yang diprioritaskan untuk
diselesaikan terlebih dahulu, karena ini merupakan 20% penyebab kerusakan, sehingga apabila penyebab
ini dihilangkan maka 80 % permasalahan perusahaan dapat terselesaikan.
Gambar 13: Histogram Berbagai Jenis Defect: (a) no thread; (b) no tag; (c) top seal;
(d) tea in seal; (e) slippings tags; (f) posisi tag;(g) bag overlap;(h) tea in bag
Sumber: Peneliti, 2019
500
400
Jumlah Produksi
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120
-100
Jumlah Operator Hadir
25
20
Total Defect
15
10
5
0
0 100 200 300 400 500
Jumlah Produksi
Gambar 15. Scatter Diagram Antara Jumlah Produksi dan Jumlah Defect
Sumber: Peneliti, 2019
Dari gambar diagram peta kendali p di atas, dapat dilihat bahwa selama 16 hari pengamatan yang
berlangsung pada tanggal 22 April- 22 Mei 2019 masih terdapat titik yang berada di dalam dan luar batas
Upper Control Limit (UCL) dan Lower Control Limit (LCL). Pada diagram peta kendali p terlihat bahwa
dari 16 hari pengamatan terdapat 13 hari produksi yang berada di dalam batas kendali dan 3 hari produksi
yang berada di luar batas kendali. Pada pengamatan ke- 1,2,3,4,5,8,9,10,11,12,13, 14 dan 15 proses
produksi masih berada dalam batas kendali, sedangkan pada pengamatan ke-6,7 dan 16 proses produksi
berada di luar batas kendali. Hal ini menunjukkan bahwa cacat produk Teh TB 4 Asli RCLT yang
dihasilkan PT. XYZ selama proses produksi belum cukup terkendali dengan baik. Untuk itu, perusahaan
perlu mengambil tindakan perbaikan mengenai masalah penyebab cacat sehingga perusahaan dapat
menurunkan tingkat produk cacat.
Berdasarkan hasil analisa bag overlap dengan diagram cause and effect di atas, dapat dilihat
bahwa terdapat 3 kategori penyebab kecacatan yaitu: machine, method dan men, dimana kategori machine
yang paling berkontribusi terhadap timbulnya permasalahan.
Berdasarkan hasil analisa tea in seal dengan diagram cause and effect diatas, dapat dilihat bahwa
terdapat 3 kategori penyebab kecacatan yaitu : material, machine dan men, dimana kategori machine dan
men yang paling berkontribusi terhadap timbulnya permasalahan.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa faktor penyebab terjadinya produk cacat pada proses
produksi di PT. XYZ menurut hasil analisa data menggunakan seven tools of quality control disebabkan 2
kategori utama yaitu mesin dan manusia. Untuk faktor mesin dapat disebabkan akibat kondisi mesin yang
kotor, mesin tidak diservis secara berkala, kesalahan pengaturan mesin, umur mesin yang sudah tua, dan
belum ada pembaruan mesin di pabrik. Selain itu, faktor manusia dapat disebabkan kurangnya
kemampuan tenaga kerja seperti kurangnya pengalaman operator dalam mengoperasikan mesin produksi,
kurangnya kepedulian operator untuk mengecek kembali, kurangnya ketelitian dan konsentrasi akibat jam
kerja yang panjang serta kurangnya pelatihan yang diberikan oleh pihak manajemen PT. XYZ kepada
operator pabrik sehingga operator banyak melakukan kesalahan yang menyebabkan defect selama proses
produksi.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data menggunakan seven tools of quality control dan pengolahan data
yang diperoleh melalui pengamatan selama proses produksi, dokumen perusahaan serta wawancara
kepada pihak QC dan operator produksi PT. XYZ untuk mengurangi kecacatan produk Teh TB 4 Asli
RCLT, maka dapat diketahui faktor penyebab terjadinya produk cacat dapat disebabkan berbagai macam
faktor seperti kerusakan mesin akibat kondisi mesin yang kotor, mesin tidak diservis secara berkala,
kesalahan pengaturan mesin, umur mesin yang sudah tua, dan belum ada pembaruan mesin di pabrik
sehingga memberikan kontribusi besar terjadinya cacat selama produksi Teh TB 4 Asli RCLT. Selain itu,
faktor manusia disebabkan kurangnya kemampuan tenaga kerja seperti kurangnya pengalaman operator
dalam mengoperasikan mesin produksi, kurangnya kepedulian operator untuk mengecek kembali,
kurangnya ketelitian dan konsentrasi akibat jam kerja yang panjang serta kurangnya pelatihan yang
diberikan oleh pihak manajemen PT. XYZ kepada operator pabrik sehingga operator banyak melakukan
kesalahan yang menyebabkan defect selama proses produksi. Solusi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi penyebab defect akibat faktor mesin yaitu dengan melakukan perawatan, pengecekan mesin
secara berkala, memastikan setting mesin sesuai SOP serta melakukan analisis secara mendalam
mengenai faktor-faktor lain yang mungkin menjadi penyebab kerusakan mesin. Untuk penyebab defect
yang disebabkan oleh faktor manusia, maka solusi yang dapat dilakukan adalah memberikan bimbingan
dan pelatihan yang bukan hanya sebatas teori saja melainkan juga praktik di lapangan langsung,
memberikan reward and punishment untuk memotivasi pekerja bekerja secara optimal, serta memberikan
toleransi pekerja untuk menyegarkan mata.
Perusahaan direkomendasikan untuk menerapkan metode seven tools of quality dalam
pengendalian kualitas produksi, pengawasan lebih intensif, memberikan perhatian lebih pada kualitas
manusia seperti pemberian pelatihan,bimbingan, reward dan punishment serta perusahaan
direkomendasikan untuk melakukan analisis mendalam mengenai faktor-faktor lain yang dapat menjadi
penyebab kerusakan mesin.