Professional Documents
Culture Documents
Success of Chemoteraphy in Residive Fibrosarcoma After Surgery
Success of Chemoteraphy in Residive Fibrosarcoma After Surgery
Success of Chemoteraphy in Residive Fibrosarcoma After Surgery
Penulis untuk korespondensi: KJF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad
1
Abstract
Seorang pasien anak perempuan berusia 2 tahun 4 bulan dirawat pada tanggal 8 Agustus
2022 dengan tumor preauricular suspect hemangioma. Pasien dilakukan fnab dan ct scan
kepala dengan kontras kemudian pasien dipulangkan pada tanggal 13 Agustus 2022.
Pasien dari poli onkologi anak dan dikonsul ke dokter bedah anak untuk dilakukan biopsi.
Operasi dilakukan untuk pengangkatan massa pada preauricular tumor dextra pada
tanggal 22 Agustus 2022 dan dikirim ke laboratorium patologi anatomi dan diperoleh
hasil fibrosarcoma well differentiated . Pasien pulang tanggal 4 September 2022 dan
rencananya akan kontrol ulang untuk tatalaksana lebih lanjut namun pasien tidak datang.
Pasien datang kembali (11 bulan setelah operasi) pada tanggal 18 Juli 2022 dengan
keluhan lemas dan massa kembali tumbuh di tempat yang sama. Pasien diberikan
kemoterapi protocol fibrosarkoma. Followup setelah beberapa siklus kemoterapi ukuran
massa mengecil.
dimana secara histopatologi sel yang dominan adalah sel fibroblas yang
pada anak dijumpai 1-2 kasus per 1 juta populasi. 2 Angka penderita fibrosarkoma
pada anak di Indonesia belum diketahui secara pasti karena kurangnya data serta
studi yang dilakukan dalam lingkup yang luas. Fibrosarkoma pada anak
merupakan penyakit yang sangat jarang terjadi, kejadiannya kurang dari 1% dari
total kanker pada anak. Angka kejadiannya tinggi pada bayi yang baru lahir dan
terus menurun hingga usia 5 tahun.3 Faktor risiko fibrosarkoma antara lain:5
Paparan radiasi, paparan radiasi dosis tinggi sebelumnya, seperti selama terapi
oleh mutasi pada gen tertentu yang mengatur pertumbuhan dan pembelahan sel.
tertentu, seperti obat kemoterapi atau terapi radiasi, mungkin berisiko lebih tinggi
tertentu, seperti bahan kimia atau racun tertentu, dapat meningkatkan risiko
pada usia berapa pun. Tampaknya lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada
anak perempuan. Trauma atau cedera beberapa kasus fibrosarkoma telah dikaitkan
dengan trauma atau cedera sebelumnya pada area tubuh tertentu, meskipun
dalam sel-sel normal. Mutasi ini dapat muncul secara acak atau sebagai respons
terhadap faktor lingkungan, seperti paparan radiasi atau bahan kimia berbahaya.
Mutasi ini mengubah instruksi genetik dalam sel dan dapat mengganggu regulasi
pertumbuhan dan pembagian sel. Setelah mutasi terjadi, sel-sel yang terkena
pertumbuhan normal dalam sel-sel ini mungkin rusak, mengarah pada pembelahan
sel yang berlebihan. Sel-sel ini melewati tahap-tahap siklus sel tanpa hambatan,
tumor ini terdiri dari sel-sel fibrosa yang bermutasi dan berperilaku secara ganas.
Kanker dapat tumbuh di jaringan lunak seperti otot, tendon, ligamen, atau bahkan
tulang. Sel kanker dalam tumor fibrosarkoma dapat memiliki kemampuan untuk
normal. Mereka dapat memasuki jaringan sehat, seperti otot atau pembuluh darah,
dan merusaknya. Pada tahap lanjut, sel-sel kanker ini juga dapat berpindah
melalui biopsi. Bahan yang diperoleh dari hasil biopsi menjadi dasar untuk
salah satu dari lima kelompok histomorfologis berikut: pola pleomorfik, pola sel
epiteloid, pola miksoid, pola sel bulat kecil, dan pola sel spindel. Fibrosarkoma
termasuk jenis sel spindle dari sarkoma jaringan lunak. Sel spindel dicirikan oleh
nukleusnya yang lonjong hingga fusiformis, sitoplasmanya yang uni atau bipolar
Pola khas fibrosarkoma sel spindel berasal dari susunan sel seperti
yang tersusun paralel. Seringkali, untaian fibroblas ini bersudut tegak lurus satu
sama lain yang menyebabkan kesan pola herringbone. Nuklei menonjol dengan
jumlah nukleolus yang bervariasi dan peningkatan kromatin tidak teratur, kasar,
jaringan nekrotik dan hemoragik, kolagen interstisial dan sel mitosis berkorelasi
semua sel kanker diangkat. Terapi radiasi, terapi radiasi menggunakan sinar
berenergi tinggi untuk menghancurkan sel kanker. Terapi ini dapat digunakan
rendah terhadap radioterapi dan bahkan tidak mempunyai pengaruh yang berarti
obat-obatan yang menargetkan dan membunuh sel kanker yang membelah dengan
cepat. Terapi targeted terapi terarah menggunakan obat-obatan yang secara khusus
menargetkan molekul atau protein tertentu yang terlibat dalam pertumbuhan dan
sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan menyerang sel kanker. Namun,
Laporan Kasus
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun, datang ke poli onkologi anak
dengan keluhan lemas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Lemas dirasakan
di seluruh badan, terus menerus sepanjang hari sehingga pasien tidak bisa
melakukan aktivitas apapun selain berbaring. Keluhan juga disertai demam sejak
2 minggu yang lalu, naik turun, demam tersering pada malam hari dan tidak
berkurang dengan konsumsi obat penurun panas, demam tidak disertai dengan
keringat dingin, menggigil dan nyeri sendi. Pada pasien terdapat benjolan di dekat
telinga yang membesar sejak 1 bulan SMRS. Benjolan awalnya hanya sebesar
gigitan nyamuk dan selama sebulan membesar hingga sebesar apel dan nyeri.
Benjolan juga disertai perdarahan aktif sejak 3 minggu yang lalu. Pasien juga
berat badan 2 kg dalam waktu 2 bulan. Buang air besar dan buang air kecil dalam
batas normal, sebelumnya pasien masuk lewat poli 8 agustus 2022 dengan tumor
edelweis pada tanggal 16 agustus 2022 dan dilakukan eksisi biopsi pada tumor
kontrol ulang untuk tata laksana selanjutnya namun pasien tidak datang. Adik dari
pucat (+/+) pada Preauricula: Telinga kanan terdapat tumor sebesar apel,
berwarna merah (+), ukuran 7 x 5 cm, perdarahan aktif (+), telinga kiri dalam
fL, MCH 15.7 pg , MCHC 23.7 g/dL, RDW-CV 23.4 %, RDW- SD : 51.9
APTT 32.4 detik, CRP Kuantitatif 41.5 mg/L, Albumin 2.2g/dL. Berdasarkan
Diskusi
fibrosarkoma. Anemia pada pasien terjadi karena kanker yang dapat menyebabkan
defisiensi besi fungsional atau absolut. Defisiensi besi fungsional atau functional
iron deficiency (FID) paling sering terjadi dan mewakili suatu kondisi di mana
simpanan besi tampaknya memadai, tetapi pasokan besi tidak mencukupi untuk
pelepasan sitokin pro-inflamasi terkait kanker (misalnya, IL-6, IL-1, TNF-α, dan
akibat penyakit kronis. Hepcidin adalah hormon peptida kecil yang mewakili
aliran besi ke dalam plasma dari makrofag yang terlibat dalam daur ulang eritrosit
tua, enterosit duodenum yang terlibat dalam penyerapan besi dari makanan, dan
simpanan besi hepatosit. FID adalah salah satu kontributor utama yang disebut
anemia penyakit kronis, termasuk kanker.7 Selain itu pada pasien ini terjadinya
fibrosarkoma pada usia 1 tahun 5 bulan. Fibrosarkoma pada area leher dan kepala
termasuk langka, Kejadian kanker jaringan lunak pada anak 50%-60% adalah
post eksisi atau metastasis dan sensitif terhadap kemoterapi. 11 Pada pasien
dilakukan eksisi pada agustus 2022, dan tumor kembali tumbuh pada tempat yang
sama pada Juni 2023. Pasien diberikan kemoterapi pertama setelah hasil
yang sangat tinggi 141,5. C-reactive protein (CRP) adalah penanda berbasis darah
laboratorium yang mudah diakses tetapi murah yang banyak digunakan dalam
perlu diingat bahwa meskipun CRP adalah penanda sensitif untuk peradangan, itu
secara spesifik.
pada pasien kanker mungkin dilakukan untuk mengatasi infeksi bakteri yang
berkembang, terutama jika sistem kekebalan tubuh mereka sedang lemah karena
penyakit atau pengobatan kanker. Pasien kanker, terutama mereka yang menjalani
perawatan seperti kemoterapi atau radioterapi, bisa lebih rentan terhadap infeksi.
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi bakteri. Pada pasien kanker juga sering
menjalani berbagai prosedur medis, seperti pada saat operasi yang dapat
diberikan sebelum atau sesudah prosedur untuk mencegah infeksi. Pada pasien ini
hasil darah didapatkan peningkatan CRP kuantitatif sebanyak 141.5 mg/L Tingkat
bakteri.8
Alasan utama rendahnya kadar albumin pada pasien kanker masih belum
jelas, namun berbagai mekanisme telah diajukan. Misalnya, sel kanker dapat
albumin. Selain itu, adanya mikrometastasis hati dapat merangsang sel Kupffer
untuk menghasilkan sitokin (seperti IL-1β, IL-6 dan tumor nekrosis faktor), yang
tidak berbeda dibandingkan dengan kontrol yang sehat. Atau, juga telah
disebabkan karena kekurangan asupan nutrisi akibat penurunan nafsu makan dan
sarkoma jaringan lunak dengan ukuran kecil dan lokasi subkutan menunjukkan
hasil terapi yang sangat baik dan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik