3 +F-252+Alsintan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 2, Desember 2022: 105-118 DOI: http://dx.doi.org/10.21082/fae.v40n2.2022.

105-118 105

TATA KELOLA BANTUAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN SEBAGAI


INSTRUMEN PENDUKUNG PERTANIAN MODERN

Management of Agricultural Tools and Machinery as Supporting Instruments for


Modern Agriculture

Iwan Setiajie Anugrah1*, Syahyuti2, Juni Hestina2

1PusatRiset Kesejahteraan Sosial, Desa dan Konektivitas - Badan Riset dan Inovasi Nasional
Jln. Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta 12170, DKI Jakarta, Indonesia
2Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan - Badan Riset dan Inovasi Nasional

Jln. Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta 12170, DKI Jakarta, Indonesia
*Korespondensi penulis. E-mail: iwan.setiajie@gmail.com

Naskah diterima: 5 Desember 2022 Direvisi: 13 Maret 2023 Disetujui terbit: 3 April 2023

ABSTRACT

The use of agricultural tools and machines (Alsintan) continues to be encouraged to support modern agriculture
through diverse agricultural development programs. Alsintan is fulfilled through various schemes and project
management. However, nationally, the use of Alsintan aid is considered not optimal. This paper aims to analyse
the implementation of the Alsintan aid program and its benefits through the scientific review study method of various
publications, regulations, and program policies, as well as the results of related studies. The review analysis method
is carried out in a descriptive-qualitative manner from various associated data/information sources through the
process of collecting, sorting, and grouping data and information to analyse the substance of the material. Some of
the findings in this study are that among the existing aid programs, there are programs that are right on target and
have impacts and benefits for users. Alsintan Service Business Group (UPJA) is one of the models still used/applied
by the government, even though it faces various obstacles in its implementation. From the analysis results, at least
two things must be considered in formulating the following strategy for Alsintan mechanisation aid: (1) procurement
that must consider local suitability and needs (geographical and socio-economic), and (2) cross-sectoral policies
should pay more attention to the possibility of developing the capability of the local machinery industry. The
development of Alsintan must begin with identifying the needs of farmers, then increasing the agricultural business
system efficiency, and finally leading to the commercialisation of farming businesses. This development pattern is
expected to drive sustainable Alsintan aid.
Keywords: agricultural tools, agricultural machines, aid management, modern agriculture, UPJA

ABSTRAK

Penggunaan Alsintan terus didorong untuk mendukung pertanian modern melalui berbagai program
pembangunan pertanian. Pemenuhan Alsintan dilakukan melalui berbagai skim dan pola bantuan. Namun
demikian, secara nasional penggunaan bantuan Alsintan tersebut dinilai belum optimal. Tulisan ini bertujuan
menganalisis pelaksanaan program bantuan Alsintan, implementasi dan manfaat pelaksanaan, melalui metode
kajian scientific review dari berbagai publikasi, regulasi dan kebijakan program serta hasil-hasil studi terkait. Metode
analisis reviu dilakukan secara deskriptif - kualitatif dari berbagai sumber data/informasi terkait, melalui proses
pengumpulan, pemilahan serta pengelompokan data dan informasi hingga proses analisis materi substansi.
Beberapa temuan dalam kajian ini bahwa diantara program bantuan dengan pola yang ada, sebagian sudah tepat
sasaran dan memberikan dampak serta manfaat bagi para pengguna. Pengelolaan bantuan melalui kelompok
Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) menjadi salah satu model yang masih digunakan/diterapkan pemerintah,
sekalipun masih dihadapkan pada berbagai kendala dalam implementasinya. Dari hasil analisis, setidaknya ada
dua hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan strategi bantuan mekanisasi Alsintan ke depan, yaitu
mempertimbangkan kesesuaian dan kebutuhan setempat (geografis dan sosial ekonomi), dan penguatan
kemampuan industri Alsintan lokal. Pengembangan Alsintan harus diawali dengan identifikasi kebutuhan petani,
kemudian peningkatan efisiensi sistem usaha pertanian, dan terakhir mengarah pada komersialisasi usaha
pertanian. Diharapkan dengan pola pengembangan ini, penggunaan Alsintan bantuan dapat berkelanjutan.
Kata kunci: alat pertanian, mesin pertanian, tata kelola bantuan, pertanian modern, UPJA
106 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 2, Desember 2022: 105-118

crowding out effect dengan usaha serupa milik


PENDAHULUAN
perorangan atau swasta (Owombo et al. 2012,
Aldillah 2016, Tarigan 2018). Adapun berkaitan
Mekanisasi pertanian merupakan dengan industri lokal, pada beberapa lokasi telah
keniscayaan untuk memacu peningkatan berkembang perbengkelan Alsintan, dan terbukti
produksi, produktivitas, efisiensi dan daya saing sangat mendukung keberhasilan mekanisasi di
pertanian. Faktor lain adalah semakin wilayah tersebut, misalnya di Jawa Tengah dan
berkurangnya ketersediaan tenaga kerja usia Sulsel (Indranngsih et al. 2017). Alsintan
muda di desa (Sulaiman et al. 2018). Penerapan diharapkan akan mendorong peningkatan
mekanisasi mampu menghemat penggunaan produksi dan produktivitas pertanian. Namun,
tenaga kerja, menekan biaya produksi, bantuan Alsintan yang kurang memperhitungkan
peningkatan produksi, dan penurunan ketersediaan sarana perbengkelan, kemudahan
kehilangan hasil saat panen. Sesuai perhitungan memperoleh suku cadang, serta pembinaan,
Sulaiman et al. (2018), jika diasumsikan hasilnya tidak akan optimal. Hal ini menyebabkan
penurunan kehilangan hasil 20%, dari luas panen sebagian besar alat tidak terpelihara baik dan
sawah padi di Indonesia 14 juta ha dengan rusak (Hermanto et al 2018). Oleh karena itu, tata
tingkat produksi rata-rata nasional 5 ton per ha, kelola yang terkait dengan pola-pola bantuan
maka penggunaan mesin dapat menyelamatkan mekanisasi yang dijalankan selama ini perlu
14 juta ton gabah, atau dengan nilai Rp5,18 triliun ditinjau kembali, sehingga dapat dirumuskan
dengan asumsi harga GKP Rp3.700 per kg. kebijakan yang lebih tepat. Tulisan ini bertujuan
melakukan analisis empirik terhadap kebijakan
Namun demikian, pemanfaatan Alsintan di bantuan Alsintan yang sudah dilaksanakan
tingkat petani belum optimal. Penyebabnya selama ini. Melalui pendekatan literature review
adalah karena Alsintan yang didistribusikan serta metode analisis deskriptif kualitatif,
kurang sesuai dengan kebutuhan petani, tidak diharapkan diperoleh gambaran komprehensif
cocok dengan agroekosistem setempat, kurang tentang tata kelola Alsintan bantuan, sekaligus
tersedianya tenaga operator yang terampil, dan rancangan mengenai pola bantuan Alsintan
masih digunakan sebatas untuk Poktan sendiri untuk mendukung program pembangunan
(Suryana et al. 2017). Alasan lain adalah pertanian maju, mandiri, dan modern.
minimnya biaya operasional dan belum adanya
dukungan informasi tentang jadwal tanam di satu
wilayah (Hermanto et al. 2018). Pada kasus lain,
PENGEMBANGAN ALSINTAN MENDUKUNG
bantuan Alsintan pemerintah justru mematikan
PERTANIAN MODERN DAN
usaha jasa Alsintan perorangan atau swasta
PEMANFAATANNYA
yang sudah ada lebih dahulu eksis (Hermanto et
al. 2016). Ada banyak faktor yang menjadi
penentu keberhasilan pelaksanaan program Pertanian Indonesia dihadapkan pada
mekanisasi yakni penggunaan Alat dan Mesin terbatasnya lahan pertanian karena alih fungsi,
Pertanian (Alsintan) di lapangan. luas penguasaan semakin sempit, dan upah
Pengembangan Alsintan yang sukses tidak tenaga kerja pertanian relatif mahal. Akibatnya,
hanya sekedar mengadakan dan diperlukan proses produksi yang lebih cepat dan
mendistribusikan, namun harus memperhatikan murah, yakni dengan beralih ke pertanian
aspek teknis, ekonomi, sosio budaya, maupun modern. Adapun satu ciri pertanian modern
karakter wilayah. Oleh karena itu, Alsintan yang adalah penggunaan Alsintan. Secara konseptual,
sesuai kebutuhan baik dari segi jumlah maupun Yumeikochi (2011) menyebut bahwa pertanian
mutunya perlu mendapat perhatian serius. modern merupakan usaha pertanian yang
Berkaitan dengan gambaran diatas, Tarigan memanfaatkan teknologi terbaru yang sesuai
(2018) menegaskan, setidaknya ada dua hal dengan agroekologi dan sosial ekonomi petani,
yang harus diperhatikan dalam menyusun produktif, efisien, dan lebih menguntungkan.
strategi mekanisasi pertanian, yaitu harus Bentuknya adalah pengolahan tanah dengan
mempertimbangkan kesesuaian dan kebutuhan traktor, penggilingan padi dengan mesin, aplikasi
setempat, serta pengembangan industri lokal pupuk kimia, penggunaan bibit unggul, dan
untuk memproduksi Alsintan secara mandiri. irigasi modern (Yumeikochi 2011). Peningkatan
Tahapan program mekanisasi harus diawali penggunaan alat mesin pertanian (Alsintan)
dengan analisis kebutuhan petani, kemudian jugabertujuan untuk meningkatkan Indeks
peningkatan efisiensi sistem usaha pertanian, Pertanaman (IP), mempercepat proses
dan diakhiri dengan upaya komersialisasi usaha pertanaman, menekan biaya tenaga kerja,
pertanian. Efektivitas program Alsintan menekan kehilangan hasil, serta meningkatkan
membutuhkan ketepatan teknologi dan produksi, produktivitas, dan pendapatan petani
manajemen, sehingga tidak menimbulkan (Suryana et al. 2017). Adapun menurut Saliem
TATA KELOLA BANTUAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN SEBAGAI INSTRUMEN PENDUKUNG 107
PERTANIAN MODERN
Iwan Setiajie Anugrah, Syahyuti, Juni Hestina

et al (2016), tujuan utama pertanian modern sebesar 10–12%, sedangkan dengan


adalah memaksimalkan hasil dan keuntungan penggunaan combine harvester kehilangan hasil
dari usaha tani. Dua ciri utama pertanian modern menjadi hanya sebesar 3%. Manfaat lain dari
adalah komersialisasi dan penggunaan teknologi pertanian modern dengan menggunakan alsintan
mutakhir. Sesuai dengan itu, pendekatan adalah pengurangan biaya usaha tani rata-rata
pertanian modern yang dikembangkan 20–25% dan peningkatan keuntungan sekitar
Kementerian Pertanian adalah mekanisasi dari 50%.
hulu sampai hilir. Salah satu tujuannya adalah
Penelitian Firdaus dan Adri (2021) pada
menarik minat generasi muda terlibat di sektor
usaha penangkaran benih padi menemukan
pertanian
bahwa Alsintan membantu mengurangi
Mekanisasi pertanian menjadi subsistem kelangkaan tenaga kerja baik untuk pengolahan
penunjang (supporting system) dalam proses tanah, penanaman, panen, dan pascapanen.
budi daya, pengolahan, dan penyimpanan Alsintan dapat mempercepat kegiatan dan
produksi pertanian (Handaka 2012). Kehadiran menghemat biaya produksi sebesar Rp
Alsintan berperan signifikan dalam meningkatkan 400.000/ha/musim tanam. Corn sheller dan dryer
produksi dan mengatasi masalah kelangkaan jagung sangat penting untuk mengatasi
tenaga kerja (Farming 2018). Hasil kajian tertundanya proses pascapanen (pengeringan
Suryana et al. (2017) di Jawa Barat, Jawa dan pemipilan), karena dapat mengakibatkan
Tengah, dan Riau menunjukkan terjadinya susut hasil 5,2% dan mutu 6–10% (Galib 2010).
keragaman baik dalam pengelolaan maupun
Hasil positif penggunaan Alsintan ditunjukkan
pemanfaatan Alsintan bantuan. Traktor dan
juga dari hasil penelitian Suryana et al. (2017)
pompa air terbukti lebih sesuai, sehingga
yang menyebutkan bahwa penggunaan traktor
dimanfaatkan secara lebih efektif. Hasil
roda dua dan empat mampu menghemat
penelitian Purwantini dan Susilowati (2018) juga
penggunaan tenaga kerja dari 20 menjadi 3
menyebutkan bahwa lsintan akan meningkatkan
orang/ha, serta biaya pengolahan lahan sekitar
kinerja usaha tani dan sekaligus menekan biaya
28%. Penggunaan rice transplanter dapat
usaha tani, karena mempercepat proses budi
menghemat tenaga tanam dari 19 menjadi 7
daya dan akhirnya meningkatkan hasil produksi.
orang/ha, dan biaya tanam hingga 35%, serta
Namun demikian, ketepatan teknologi dan
mempercepat waktu tanam hanya menjadi 6
manajemen menjadi prioritas agar memberikan
jam/ha. Penggunaan combine harvester mampu
pengaruh yang optimal (Owombo et al. 2012;
menghemat tenaga kerja dari 40 menjadi 7,5
Aldillah 2016). Jika tidak, bantuan Alsintan hanya
orang/ha dan menekan biaya panen hingga 30%,
akan menimbulkan crowding out effect dengan
dan menekan kehilangan hasil dari 10,2 menjadi
usaha mekanisasi yang dimiliki perorangan atau
hanya 2%, serta menghemat waktu panen
swasta sehingga ketergantungan petani pada
menjadi 4–6 jam/ha saja. Hal Ini sejalan dengan
bantuan pemerintah semakin besar,
riset Nugraha (2012) yang menyebutkan
sebagaimana ditemukan di beberapa lokasi
combine hasvester telah mempercepat waktu
(Hermanto et al. 2016).
pengolahan lahan 75% dibandingkan tenaga
Dari sisi ekonomi, menurut Suryana et al. manusia. Bersamaan dengan itu, tingkat
(2017) pemanfaatan Alsintan memberi dampak kehilangan hasil juga berkurang signifikan dari
positif yang beragam. Pemanfaatan Alsintan di 16% menjadi hanya 4,1–5,4%. Combine
lahan sawah telah berfungsi meningkatkan harvester juga menghasilkan gabah lebih bersih
efisiensi usaha tani dengan menekan biaya dan tidak tercampur kotoran.Untuk usaha tani
produksi. Kasus di Kelompok Tani Cangkudu di padi, pemanfaatan Alsintan pengolahan lahan
Desa Sindang Asih, Kecamatan Banjarsari, sampai panen secara keseluruhan dapat
Kabupaten Ciamis, bantuan Alsintan mampu menurunkan biaya produksi secara keseluruhan
menekan biaya pengolahan lahan dari sebesar 6,5%, meningkatkan produksi padi
Rp910.000 per ha menjadi Rp665.000 per ha sebesar 33,83% (dari 6.015 kg GKP/ha menjadi
(hemat 27%). Di samping itu, luas garapan petani 8.050 kg GKP/ha) (Nugraha 2012). Sumber nya
yang memakai traktor lebih luas (5,7 ha) adalah dari dari penurunan kehilangan hasil
dibanding menggunakan tenaga kerja manusia 10,89%, peningkatan produktivitas 11,0%, dan
(2 ha) dan ternak sapi (3,25 ha). Sejalan dengan peningkatan produktivitas 11,94%. Dengan
ini, penelitian Saliem et al. (2015) di Kabupaten demikian, faktor berpengaruh terhadap
Soppeng Sulawesi Selatan menemukan bahwa pengembangan Alsintan dapat dilihat dari sisi
mekanisasi pertanian menyebabkan peningkatan fisik alat, luasan lahan yang diusahakan, modal
hasil produksi padi dari 6,7 ton/ha menjadi 8,05 usaha dan SDM petani (pendidikan, persepsi,
ton/ha, serta menekan kehilangan hasil pada ketrampilan, kapabilitas manajerial serta
saat panen dengan sabit dan power thresher dari penyuluhan. Dachlan (2020) juga menemukan
108 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 2, Desember 2022: 105-118

bahwa produksi gabah dengan combine tenaga operator yang terampil sangat terbatas,
harvester telah meningkat dengan signifikan serta penolakan dari kelompok tanam dan
mencapai lebih dari 9–10 ton/hektaree dengan panen. Kendala teknisnya adalah minimnya
kualitas padi yang sangat baik, sementara biaya biaya operasional dan tidak didukung informasi
produksi turun hingga 40%. tentang jadwal tanam di tingkat petani. Alsintan
umumnya masih digunakan sebatas untuk
Melihat banyaknya manfaat yang dihasilkan
kebutuhan Poktan sendiri, sedangkan brigade
dengan penggunaan Alsintan maka upaya
Alsintan juga belum beroperasi secara optimal.
pengembangan Alsintan menjadi penting untuk
segera dilaksanakan. Kementerian Pertanian Penelitian Bahruddin (2018) menemukan
melalui Dirjen Sarana dan Prasarana Pertanian bahwa mesin tanam (transplanter) tidak berjalan
tahun 2015 telah mengeluarkan Petunjuk dengan efektif karena beberapa alasan, yaitu (a)
Pelaksanaan Percontohan Pertanian kesulitan dalam menyesuaikan umur benih, (b)
Modernguna mempercepat proses mekaisasi kesulitan dalam menentukan tingkat kegemburan
pertanian Program ini sudah dimulai tahun 2014 tanah, (c) petani cenderung menanam benih
berupa percontohan di tiga kabupaten yaitu dengan sistem manual dan tidak mau beralih
Kabupaten Sukoharjo dan Blora (Jawa Tengah) menggunakan teknologi mesin tanam. Mesin
serta Kabupaten Soppeng (Sulawesi Selatan). panen (harvester) juga kurang digunakan secara
Selanjutnya, tahun 2015 diperluas di 15 optimal karena (a) tingkat kerontokan gabah
kabupaten pada delapan provinsi. Salah satu yang tinggi akibat putaran perontok terlalu berat,
persyaratan untuk dapat menerima bantuan (b) tekstur tanah yang tidak mampu menahan
Alsintan dalam program pertanian modern ini beban dari alat yang berat, akibatnya roda mesin
adalah adanya hamparan sawah minimal 100 ha, tersangkut di tanah, dan (c) sulitnya mencari
karena mempertimbangkan skala ekonomi yang tenaga operator yang terampil. Belajar dari
optimal. Selain itu, secara teknis dan finansial persoalan di atas, maka selama periode 2015–
harus layak dan diterima sosial budaya setempat 2017 terdapat perubahan jenis alat yang
serta tangguh menghadapi ancaman eksternal. disalurkan ke petani, yakni dari semuala dominan
Dengan kata lain memiliki viabilitas ekonomi dan alat prapanen menjadi alat untuk panen dan
resilience yang tinggi (Saliem et al. 2016). pascapanen (power thresser, combine
Namun demikian, implementasi program ini harvester). Sementara, penelitian di Sulawesi
masih menghadapi beberapa kendala, terutama Tengah (Hutahaean et al. 2005) menunjukkan
karena skala usaha yang sempit dan terpencar, bahwa pengolahan lahan sawah menggunakan
serta masalah sosial dan kelembagaan traktor roda 2 hanya membutuhkan waktu 3–4
pengelolaan Alsintan di tingkat petani (PSEKP hari, sedangkan menggunakan ternak sapi butuh
2015). waktu 12–15 hari. Target operasional untuk TR-
2 sekitar 15 ha per MT, namun sulit dicapai
Dalam upaya penerapan mekanisasi
karena luas lahan garapan yang terbatas.
pertanian tidak lepas dari permasalahan dan
Demikian pula, operasional TR-2 dan perontok
kendala dalam implementasinya. Belum
padi di Kalimantan Tengah tidak layak karena
optimalnya Alsintan yang sudah diperbantukan
capaian jauh di bawah kapasitas mesin yang
menjadi persoalan klasik yang masih saja terus
seharusnya.
terjadi hingga sekarang. Banyak hal
menyebabkan kurang optimalnya penggunaan Guna memenuhi Alsintan yang bersifat
Alsintan oleh petani. Pengalaman mekanisasi mendesak, disediakan Alsintan cadangan di
pertanian di Jepang, setiap wilayah dan Brigade. Namun petani kesulitan mengakses
komunitas memiliki kesesuaian teknologi sendiri- Alsintan di Brigade karena tidak memiliki biaya
sendiri. Oleh karena itu, Aldillah (2016) transportasi untuk memobilisasi Alsintan ke
menyebutkan perlunya pemetaan kebutuhan lokasi petani. Mendukung optimalitas
Alsintan terlebih dahulu sebelum dilakukan penggunaan alat, dibentuk juga Unit Pelayanan
pendistribusian agar pemanfaatan efektif dan Jasa Alsintan (UPJA) yang merupakan divisi
dampaknya optimal. Artinya, pendekatan wilayah usaha di kelompok tani atau Gapoktan. Sebagai
dan teknologi harus diselaraskan. Strategi ini kelembagaan ekonomi, UPJA semestinya
akan lebih menjamin keberhasilan program menjalin jejaring kerja yang erat dengan lembaga
mekanisasi pertanian. terkait lain. Namun dalam pengembangannya
masih ditemui banyak kendala. Kelembagaan ini
Belum optimalnya pemanfaatan Alsintan juga
belum diarahkan untuk menghasilkan produk
ditemukan oleh Suryana et al. (2017) dalam
berdaya saing tinggi, karena belum didukung
penelitian di Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
oleh jaringan permodalan, peningkatan
Peneliti menemukan bahwa penyebabnya
kemampuan manajerial, serta sarana dan
adalah karena Alsintan tidak sesuai dengan
kebutuhan petani dan agroekosistem setempat,
TATA KELOLA BANTUAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN SEBAGAI INSTRUMEN PENDUKUNG 109
PERTANIAN MODERN
Iwan Setiajie Anugrah, Syahyuti, Juni Hestina

infrastruktur perdesaan (Mayrowani dan Pranadji pembangunan pertanian. Dalam empat tahun
2012). terakhir, program pengembangan Alsintan
merupakan program utama Kementerian
Pada masa mendatang pemerintah perlu
Pertanian dalam upaya mewujudkan
mendorong petani penerima bantuan agar
swasembada pangan. Program bantuan atau
mengelola Alsintan secara mandiri melalui
fasilitasi merupakan bentuk intervensi langsung
kelompok. Kelompok tani dan Gapoktan harus
pemerintah, yang kini cukup dominan dalam
mengoperasikan Alsintan dengan manajemen
bidang Alsintan (Hermanto et al. 2018). Sebagai
kolektif. Dibutuhkan pendampingan dan
gambaran, di era Pemerintahan Jokowi-JK
pelatihan manajerial termasuk perawatan
program bantuan Alsintan merupakan bantuan
peralatan berupa penyediaan suku cadang.
terbesar dalam sejarah pembangunan pertanian
di Indonesia. Pada tahun 2015, sebanyak
345.546 unit Alsintan bantuan telah disalurkan.
TATA KELOLA BANTUAN ALSINTAN DALAM Angka tersebut meningkat dua kali lipat
MENDUKUNG PERTANIAN MODERN mencapai 771.904 unit pada 2016 dan pada
tahun 2017 mencapai 284.041 unit (Sulaiman et
Pengembangan Alsintan tidak hanya sekedar al. 2018). Bantuan terbanyak berupa traktor roda
mengadakan, menambah dan mendistribusikan, dua dan empat, pompa air, rice transplanter,
tetapi terkait dengan aspek teknis, ekonomi, combine harvester, dan power thresher.
pembangunan wilayah dan kawasan, serta Sejak tahun 2015 Kementan memberikan
keberlanjutan program. Untuk itu, dukungan dan bantuan Alsintan dalam jumlah yang cukup besar
peranan bantuan Alsintan yang sesuai dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
kebutuhan baik dari segi jumlah maupun Sebagai contoh, selama periode tahun 2011–
mutunya perlu mendapat perhatian serius. 2014 pemerintah menyediakan Alsintan sekitar
Berbagai temuan di lapangan (Sulaiman et al. 3.090–24.292 unit per tahun (Ditjen PSP 2015).
2018) menunjukkan bahwa dari jumlah Alsintan Sejak tahun 2015, selain jumlahnya, jenis
yang beredar dan dioperasikan di lapangan, Alsintan yang diberikan juga makin meningkat
belum sesuai dengan kebutuhan kelompok dan beragam yang totalnya 65.325 unit. Lalu,
penerima manfaat. tahun 2016 dan 2017 jumlah bantuan berturut-
Pelaksanaan program bantuan Alsintan di turut 57.648 unit dan 41.000 unit (Ditjen PSP
Indonesia pada dasarnya telah diatur dan 2018). Sehingga total bantuan Alsintan yang
ditetapkan melalui berbagai regulasi pemerintah, sudah didistribusikan periode 2014–2017 untuk
di antaranya adalah (1) Kepmentan No. 06 Tahun masing-masing alat TR-2 113.845 unit, TR-4
2019 tentang Pedoman Teknis Pengadaan dan 6.379 unit, pompa air 51.829 unit, dan combine
Penyaluran Bantuan Alsintan, (2) Kepmentan harvester 17.367 unit (besar, sedang, dan kecil).
No. 25 Tahun 2008 tentang Pedoman dan Pada Tabel 1, disampaikan data tentang
Penumbuhan Usaha Jasa Alsintan (UPJA), (3) jumlah bantuan Alsintan yang didistribusikan
Permentan No. 49 Tahun 2019, tentang secara nasional, meliputi jenis Alsintan prapanen
Komando Strategis Pembangunan Pertanian, dan pascapanen. Jumlah Alsintan bantuan pra
dan (4) Permentan No. 39 Tahun 2008 tentang panen yang paling banyak diberikan selama TA
Pembentukan Lembaga Sertifikasi Produk 2015–2021, meliputi hand sprayer (167.142 unit),
Alsintan.Peraturan-peraturan ini berupaya traktor roda dua (152.779 unit) dan pompa air
menjamin agar bantuan yang didistribusikan (121.574 unit). Sementara jumlah bantuan
memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan Alsintan pascapanen TA 2015–2021, adalah
peruntukannya, sehingga bermanfaat dan tepat corn sheller (20.812 unit), combine harvester
sasaran. Program distribusi Alsintan yang lebih padi (20.003), serta power thresher (15.817 unit)
masif berlangsung pada usaha tani padi sawah, (Ditjen PSP Kementan 2022).
baik untuk kegiatan prapanen maupun
pascapanen. Manajemen utama yang Untuk mengoptimalkan pemanfaatan Alsintan
dipersyaratkan dalam pengelolaan Alsintan bantuan pemerintah, Kementerian Pertanian
adalah harus dikelola dalam kelompok melalui sejak tahun 2018 telah melaksanakan Program
Usaha Pengelolaan Jasa Alsintan (UPJA). Optimalisasi Alsintan (OPSIN) sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan optimalisasi
pemanfaatan Alsintan Bantuan (Hermanto et al.
Kebijakaan dan Implementasi Pengembangan 2019). Program OPSIN meliputi pemanfaatan
Program Bantuan Alsintan Alsintan, penguatan kelembagaan UPJA, serta
Pengembangan Alsintan merupakan salah monitoring dan evaluasi. Pemerintah melalui
satu kebijakan dan program strategis Kementerian Pertanian secara aktif memelopori
peningkatan penggunaan Alsintan melalui
110 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 2, Desember 2022: 105-118

Tabel 1. Data bantuan Alsintan prapanen dan pascapanen secara nasional TA 2015–2021
Tahun
No. Jenis Alsintan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Total
(unit) (unit) (unit) (unit) (unit) (unit) (unit) (unit)
A Prapanen
1 Traktor Roda 4 1.419 2.250 2.873 3.461 954 1.033 888 12.878
2 Traktor Roda 2 27.728 46.980 26.091 29.687 9.965 6.666 5.662 152.779
3 Pompa Air 21.534 19.518 19.615 34.160 11.573 7.514 7.660 121.574
4 Rice Transplanter 5.879 7.854 2.952 3.143 37 470 318 20.653
5 Hand Sprayer 0 72.000 22.923 40.012 18.365 7.789 6.053 167.142
Jumlah 56.560 148.602 74.454 110.463 40.894 23.472 20.581 475.026
B Pascapanen
Combine Harvester 3.185 9.606 4.276 1.142 841 632 351 20.033
1
Padi
2 Vertical Dryer Padi 166 5 17 650 107 25 51 1.021
Vertical Dryer 236 1 5 65 18 2 3 330
3
Jagung
4 Power Thresher _ 3.103 319 3.428 3.616 2.638 2.713 15.817
Power Thresher 1.655
5
Multiguna
6 Corn Sheller 2.220 6.276 2.258 2.205 3.092 2.539 2.222 20.812
Corn Combine 25 177 126 535 325 70 4 1.262
7
Harvester
Combine Harvester _ _ _ 265 66 169 206 706
8
Multiguna
9 Rice Milling Unit 1.142 _ 31 115 72 38 53 1.451
10 Dryer UV _ _ _ 157 135 20 58 370
Jumlah 8.629 25.668 7.900 10.831 11.035 8.267 7.563 79.893

Sumber : Ditjen PSP Kementan (2022)

Program Pengembangan Pertanian Modern et al. (2018) menemukan banyak Alsintan


yang mengacu pada pertanian modern 4.0 yang bantuan belum dimanfaatkan secara optimal,
berbasis digital (Dachlan 2020), dengan akibat pemberian bantuan yang tidak selektif,
dukungan bantuan Alsintan. Secara bergantian lemahnya kelembagaan UPJA, kapasitas
petani mulai merasakan manfaat dari pengelola Alsintan terbatas, skala usaha Alsintan
transformasi sistem pertanian tradisonal ke belum memadai, serta lemahnya dukungan
sistem petanian modern yang didorong oleh perbengkelan, suku cadang dan purna jual.
bantuan Alsintan pemerintah.
Selanjutnya, khusus tahun 2020 sudah UPJA sebagai Unit Pengelolaan Alsintan
dianggarkan Rp1,1 triliun bantuan Alsintan yang secara Berkelompok
meliputi pengadaan 8.500 unit traktor roda dua,
10.000 unit pompa air, 1.100 unit rice Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA)
transplanter, 2.630 unit cultivator, dan 1.210 unit merupakan organisasi milik petani dalam
pelayanan jasa Alsintan. Alsintan yang dikelola
traktor roda empat tanaman pangan, alokasi
UPJA meliputi Alsintan untuk kegiatan prapanen,
pompa air sebanyak 1.000 unit di 32 provinsi
panen, dan pascapanen, antara lain pompa air,
dengan 285 kabupaten/kota, irigasi pipa 138 unit
traktor, power tresher dan RMU. Kelembagaan
di 25 provinsi dengan 59 kabupaten/kota. Jumlah
saluran irigasi akan melayani minimal 20 hektare UPJA bertujuan untuk mencari keuntungan
tanaman pangan, dan 10 hektare hortikultura, usaha namun memprioritaskan pada pelayanan
anggota. Pengelolaan Alsintan secara kolektif
perkebunan, dan peternakan. Namun demikian,
menjadi keniscayaan, karena penguasaan lahan
tingginya intensitas bantuan dengan anggaran
pertanian sawah di Indonesia yang sempit-
yang besar dan jumlah Alsintan yang banyak,
sempit. Berkelompok menjadikan pengelolaan
belum menjadi jaminan atas tercapainya tujuan
program Alsintan bantuan. Penelitian Hermanto Alsintan lebih ekonomis, dan dapat memenuhi
kebutuhan secara kewilayahan. Sebagian besar
TATA KELOLA BANTUAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN SEBAGAI INSTRUMEN PENDUKUNG 111
PERTANIAN MODERN
Iwan Setiajie Anugrah, Syahyuti, Juni Hestina

UPJA yang ada saat ini merupakan bagian dari terhadap jasa alat, juga mampu menyerap
kelompok tani atau Gapoktan. tenaga kerja muda di perdesaan. Seringkali
UPJA belum mencapai titik optimal pelayanan
Berdasarkan tingkat perkembangannya,
yang bisa dilakukan sehingga keuntungan yang
UPJA dikelompokkan ke dalam tiga kelas, yaitu
diperoleh belum maksimal. Sebagai contoh,
pemula, berkembang, dan profesional (sesuai
salah satu UPJA di Jawa Barat yang dalam
Permentan No. 25 Tahun 2008). Kelas pemula
perhitungan usaha pelayanan jasa TR-2
belum berkembang karena hanya memiliki
menguntungkan jika luasan garapannya di atas
jumlah alat 1–4 unit dan jenis alat juga terbatas
7,7 ha dengan nilai RCR 1,1. Realitanya
1–2 jenis. Berikutnya kelas berkembang, jika
pelayanan jasa TR-2 dapat menggarap lahan
jumlah Alsintan yang dimiliki 5–9 unit dan
seluas 10 ha atau lebih (Hermanto et al. 2019).
ragamnya 3–4 jenis. Dan terakhir, kelas
Dari analisis pay back period, pengembalian nilai
profesional telah memiliki lebih dari 10 unit
investasi modal 1 unit TR-2 tercapai setelah 8
dengan jenis Alsintan lebih dari 5 jenis. Pola
MT, lebih cepat dibanding umur ekonomis alat.
pembagian kelas UPJA seperti ini dinilai tidak
Lalu, untuk power thresher akan menguntungkan
memadai, karena belum memperhitungkan
jika dapat beroperasi di atas 6 ton GKP per hari,
aspek SDM pengelola, kemampuan manajemen,
dan pay back period-nya tercapai setelah 7 MT.
dan juga pendapatan sebagai sebuah usaha
jasa. Artinya, hanya memperhitungkan aspek
input, namun belum pada aspek proses dan Tingkat Keberhasilan Pengelolaan Alsintan
output. oleh UPJA
Optimalisasi peran UPJA digerakkan oleh Legalisasi pengembangan UPJA sudah
dikeluarkan Permentan Nomor 25 Tahun 2008 dimulai sejak tahun 2008 dengan lahirnya
tentang Pedoman Penumbuhan dan Permentan No. 25 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Menumbuhkan dan Mengembangkan UPJA.
Mesin Pertanian (UPJA). Sesuai Permentan ini, Kelembagaan UPJA bisa dilihat sebagai
UPJA adalah “suatu lembaga ekonomi rekayasa sosial yang dimaksudkan untuk
perdesaan yang bergerak di bidang pelayanan mendorong pemanfaatan Alsintan oleh petani.
jasa dalam rangka optimalisasi penggunaan alat Namun, pengembangan UPJA dapat menemui
dan mesin pertanian untuk mendapatkan berbagai kendala, baik teknis, sosial ekonomi,
keuntungan usaha, baik di dalam maupun di luar maupun sarana penunjang lain. Kendala teknis
kelompok tani/gapoktan”. UPJA memberikan dapat berupa kurang sesuainya peralatan
pelayanan jasa Alsintan dalam kegiatan budi dengan kondisi lokasi, kurangnya dukungan
daya sampai pascapanen, termasuk mendorong tenaga profesional, belum tersedia bengkel di
pengembangan produk dalam rangka lapangan, dan kurangnya minat petani untuk
peningkatan nilai tambah dan perluasan pasar. memakai mekanisasi pertanian. Kendala teknis
Namun, bisnis UPJA selama ini masih memiliki lain adalah hambatan agroekosistem (sawah
berbagai kendala, seperti keterbatasan modal, dalam, terasering, tidak terdapat jalan usaha
rendahnya keterampilan teknis SDM dan tani), keterbatasan biaya operasional, dan
kapabilitas manajerial pengelola, serta rendahnya ketrampilan SDM petani, pengelola,
jangkauan pelayanan yang masih sempit, dan maupun operator Alsintan. Maryowani dan
juga belum bankable. Sebagian besar UPJA Pranadji (2012) serta Nasrul (2012) menegaskan
belum berorientasi bisnis dan dikelola sesuai bahwa pengembangan UPJA sangat tergantung
skala ekonomi (economic of scale) (Indraningsih pada kemampuan pengelola, terutama pada figur
et al. 2017). UPJA belum dikelola sesuai format ketua atau manajer. Regulasi yang lebih kuat
pedoman pengelolaan UPJA, dimana belum disertai standarisasi kapasitas dan kapabilitas
semua bagian struktur menjalankan tugasnya SDM pelaksana akan membantu pengembangan
secara optimal dan ketua sangat dominan. UPJA. Oleh karena itu pelatihan, pembinaan dan
Alsintan terkesan seperti milik pribadi ketua pendampingan sangat diperlukan.
kelompok dan belum merupakan usaha
Efektivitas keberhasilan UPJA dalam
kelompok (Hermanto et al. 2016). Dari sisi
mengelola bantuan Alsintan sangat variatif. Pada
eksternal, relasi UPJA dengan pihak luar seperti
wilayah nonsentra produksi padi yang sawahnya
pemerintah desa, mitra, dan lain-lain cukup
berhasil, misalnya untuk membantu jadwal dan terpencar dan luasan kecil, sulit untuk
operasional Alsintan menjadi lebih tertata mencapainya. Kendala ini ditemukan pada
program pertanian modern di Bali, Kalimantan,
dengan baik. UPJA sanggup mengoperasikan
Sulawesi, dan daerah lainnya (Indraningsih et al.
mesin sampai luar wilayah kerjanya.
2017). Secara keseluruhan pemanfaatan
UPJA merupakan sebuah peluang bisnis, Alsintan dalam proses usaha tani dapat
karena selain memudahkan akses petani memberikan tambahan pendapatan sekitar 80%,
112 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 2, Desember 2022: 105-118

dari Rp10,2 juta/ha/musim menjadi Rp18,6 UPAYA MEMPERBAIKI TATA KELOLA


juta/ha/musim. Dari besarnya keuntungan yang BANTUAN ALSINTAN KE DEPAN
bisa diperoleh dengan pemanfaatan Alsintan
dalam usaha tani, maka sesungguhnya udaha
Hakekat penggunaan Alsintan untuk
pelayanan Alsintan oleh UPJA sangat prospektif
meningkatkan daya kerja manusia dalam proses
(Suryana et al. 2017). Kontribusi terbesar adalah
produksi pertanian dan mempercepat transisi
dari pemanfaatan kegiatan usaha tani,
bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris
pengolahan, dan panen.
menjadi sifat industri, namun efektivitas program
Secara teknis upaya penguatan kelembagaan ini belum optimal (Hermanto et al. 2019; Aldillah
petani termasuk UPJA melibatkan banyak 2016). Karena itu, perlu upaya untuk
pemangku kepentingan (stakeholders) dari pusat memperbaiki manajemen bantuan Alsintan ke
hingga daerah. Urgensi pendampingan petani depan.
dalam menjalankan program pemerintah sangat
vital karena kehadiran pendamping berperan
aktif sebagai komunikator, fasilitator, advisor, Lesson Learn dari Pengelolaan Bantuan
motivator, edukator, organisator, sekaligus Alsintan Selama ini
dinamisator (Wahyudi 2015). Pengelolaan Pada hakekatnya, program mekanisasi
Alsintan di tingkat UPJA dilakukan dalam bentuk pertanian mempunyai tujuan spesifik yaitu untuk
pendampingan teknologi, manajemen usaha, meningkatkan produktivitas lahan dan tenaga
pemasaran, dan lain-lain. Untuk itu perlu kerja, mempercepat proses produksi, serta
melibatkan organisasi lainnya terutama dalam mencapai efisiensi biaya produksi (Hermanto et
bimtek pemeliharaan Alsintan, akses suku al. 2016). Tujuan-tujuan tersebut menjadikan
cadang, keterampilan operator Alsintan, Alsintan sebagai suplemen, substitutor atau
manajemen dan administrasi keuangan hingga sebagai faktor komplemen dalam proses
pendamping yang peduli dan mampu melakukan produksi tergantung pada jenis, tipe, kapasitas,
pembinaan dan penguatan kelompok tani. jumlah, serta cara pemakaiannya. Sebagai
Pengembangan UPJA perlu melibatkan contoh, introduksi Alsintan yang kurang
seluruh komponen sistem meliputi unit memperhatikan kondisi sosial budaya
perbengkelan, pemberi jasa, pengguna, dan masyarakat akan menjadi kompetitor bagi tenaga
permodalan. Secara operasional, pembenahan kerja pertanian. Agar usaha tani
UPJA bisa dilakukan dengan meningkatkan menguntungkan, maka dalam prosesnya harus
kemampuan organisasi maupun personal diterapkan kaidah efisiensi, salah satunya
anggota kelompok dalam bidang teknis dan dengan menerapkan bantuan teknologi
ekonomis, serta meningkatkan kapasitas pemakaian bahan-bahan dan gaya-gaya alami
manajemen kelompok berupa kepemimpinan yang terangkum dalam bentuk alat dan mesin
(leadership), kerja sama, pemasaran jasa, dan pertanian (Handaka dan Prabowo 2014).
administrasi keuangan. Untuk pengembangan Bantuan Alsintan yang digelontorkan selama ini
usaha, perlu ditingkatkan kemampuan ragam terkesan lebih mementingkan dampaknya secara
pelayanan sehingga bisnis dapat berjalan teknis terhadap produksi, namun belum
sepanjang tahun. mempertimbangkan aspek sosial budaya. Ini
karena belum terjalinnya komunikasi yang efektif
Sejalan dengan penelitian Ahmad (2015) di antara para pengambil kebijakan, lembaga riset,
Kabupaten Sinjai (Sulsel) dengan menggunakan dan petani pengguna (Lakitan 2013).
analisis SWOT, variabel yang sangat penting
adalah investasi awal dan menekan biaya Pendekatan dan strategi pengembangan
operasional. Skor tertinggi dari aspek kekuatan Alsintan perlu ditinjau kembali. Kebijakan
(strength) adalah kemampuan manajerial dan kedepan harus bisa mempertimbangkan
pengalaman operator serta administrasi kebutuhan masyarakat yang bersifat spesifik
pelayanan jasa Alsintan, sedangkan faktor lokasi. Pencapaian target progam-program
peluang penting adalah potensi lahan utama dan strategis pembangunan pertanian
pengembangan yang masih cukup besar, modern, membutuhkan dukungan penerapan
jaminan dan kemudahan suku cadang, serta mekanisasi melalui penggunan Alsintan yang
minimnya angkatan kerja dari sektor pertanian. sesuai. Agar bantuan tepat sasaran, diperlukan
Dari sisi ancaman, faktor yang perlu mendapat kajian awal terkait pola bantuan yang tepat,
perhatian adalah kurangnya sarana infrastruktur disesuaikan dengan kondisi target. Kementan
pertanian dan kuatnya hubungan kekerabatan. berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas,
produksi, sekaligus mendukung modernisasi
pertanian, yang perlu didukung dengan kebijakan
penting, yakni dengan mengintegrasikan UPJA
TATA KELOLA BANTUAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN SEBAGAI INSTRUMEN PENDUKUNG 113
PERTANIAN MODERN
Iwan Setiajie Anugrah, Syahyuti, Juni Hestina

dengan kelembagaan perekonomian desa lain, daya, pengolahan hasil, pemasaran, penelitian
jasa pelayanan Alsintan harus difokuskan pada dan pengembangan, sumber daya manusia yang
pengembangan produk pertanian dalam arti luas, terhubung secara fungsional membentuk
serta bisnis UPJA harus diintegrasikan dengan kawasan pengembangan budi daya pertanian
percepatan dan penguatan agroindustrialisasi di kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.
perdesaan. Selanjutnya, pasal 17 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2019 mengamanatkan bahwa Pemerintah
Alsintan melalui lembaga UPJA berpeluang
Pusat berkewajiban menetapkan kawasan budi
memperluas kesempatan kerja di perdesaan
daya pertanian untuk pengembangan komoditas
melalui terciptanya sistem agribisnis terpadu
unggulan.
yang akan memacu kegiatan ekonomi di
perdesaan (Manwan dan Ananto 1994), serta RPJMN menyatakan bahwa optimalisasi
membentuk badan usaha milik petani (BUMP), pemanfaatan teknologi digital dan Industri 4.0
suatu korporasi dengan skala usaha yang lebih sebagai salah satu strategi untuk penguatan pilar
besar (Tarigan et al. 2017). Transformasi menjadi pertumbuhan dan daya saing ekonomi termasuk
lembaga komersial membutuhkan penyatuan sektor pertanian. Keputusan Menteri Pertanian
dan sinergi untuk kelompok tani, penyuluhan, Nomor 259/Kpts/RC.020/M/05/2020 tentang
penyedia input, pemasaran, dan penyedia Rencana Strategis Kementerian Pertanian
permodalan yang kuat (Anantanyu 2011; Nasrul menyatakan visi pembangunan pertanian adalah
2012; Hermawan dan Andianyta 2012). “Pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern untuk
Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
Pengembangan Alsintan untuk Mendukung
Gotong Royong”. Kemajuan dan kemandirian di
Digitalisasi Pertanian
sektor pertanian diwujudkan dengan peningkatan
Saat ini pertanian juga didorong untuk hasil pengembangan penelitian terapan
menerapkan revolusi industri 4.0, sementara didukung oleh kualitas SDM dalam
program mekanisasi merupakan penanda menggunakan teknologi modern berbasis
lahirnya Revolusi Pertanian 2.0 yang dimulai kawasan pertanian. Namun demikian, kebijakan
pada tahun 1902/1903, ditandai oleh produksi operasional mengenai arahan rancangan inovasi
serta penggunaan traktor berbahan bakan di Kawasan Pertanian masih belum ditetapkan.
minyak secara komersial di Amerika Serikat dan Sebagai strategi pembangunan pertanian,
Inggris. Revolusi mekanisasi pertanian dipicu pengembangan Kawasan Pertanian dipandang
oleh penemuan mesin diesel oleh Rudolf Diesel dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah
pada 1892. Mekanisasi pertanian mendorong hasil pertanian melalui pengembangan klaster
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian di agro di suatu kawasan pertanian. Konsep
Benua Amerika dan Eropa berbasis pada traktor pengembangan klaster ditujukan untuk
dan combined harvester berukuran besar. peningkatan efisiensi dan daya saing produk.
Mekanisasi pertanian di Asia baru berkembang Revolusi Industri 4.0 berarti perubahan besar
pada dekade 1960-an dipelopori oleh Jepang
ke-4 pada sektor industri dunia yang terjadi
yang mengembangkan traktor roda dua. Bagi
karena perubahan teknologi. Istilah “Industri 4.0”
Indonesia, mekanisasi pertanian baru
bermula dari istilah Bahasa Jerman “Industrie
berkembang pada pertengahan dekade 1970-an,
4.0”, yang diperkenalkan oleh Kagermann et al.
utamanya dengan traktor roda 2. Saat itu traktor (2013). Studi itu dimaksudkan untuk merancang
roda 4 hanya dipergunakan oleh perusahaan inisiatif strategis dalam rangka memperkukuh
besar pertanian. Combined harvester dan
keunggulan industri manufaktur Jerman di masa
transplanter baru muncul pada dekade kedua
datang dengan memanfaatkan teknologi Internet
abad ke-21. Pada masa ini, hampir seluruh
of Things. Istilah Revolusi Industri 4.0 cepat
pekerjaan dilaksanakan dengan
menjadi populer secara global setelah Klaus
mempergunakan tenaga mesin atau mekanisasi Schwab executive chairman of the World
pertanian. Economic Forum menulis artikel (Schwab 2015)
Berbagai regulasi tentang penyelenggaraan dan buku (Schwab 2015), serta menjadikan
pembangunan pertanian mengamanatkan “Mastering the Fourth Industrial Revolution"
bahwa pelaksanaan pembangunan pertanian sebagai tema The World Economic Forum
melalui pendekatan Kawasan Pengembangan Annual Meeting 2016 in Davos-Klosters,
Budi Daya Pertanian. Pasal 16 Undang-Undang Switzerland, 10 Oktober 2016 dan pengumuman
Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya pembentukan Centre for the Fourth Industrial
Pertanian Berkelanjutan menjelaskan bahwa Revolution di San Francisco pada 16 Oktober
kawasan pengembangan budi daya pertanian 2016. Berdasarkan empat komponen utamanya,
dilakukan secara terintegrasi dari lokasi budi Hermanto et al. (2016) merumuskan enam
114 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 2, Desember 2022: 105-118

prinsip dasar perancangan Industri 4.0 yaitu: saling berkomunikasi dengan sesamanya
interoperability, virtualization, decentralization, maupun dengan operator dan manajemen,
real-time capability, service orientation, dan sehingga koordinasi dan integrasi rantai nilai
modularity. Interoperability dicirikan oleh dapat dilakukan dengan presisi (Zambon et al.
konektivitas perusahaan, Cyber-Physical System 2019). Presisi pekerjaan, optimisasi, otomatisasi,
(CPS), dan manusia, yang terkoneksi melalui substitusi tenaga manusia, dan konektivitas
Internet of Thing (IoT) dan Internet of Services antarelemen dan subsistem dapat meningkatkan
(IoS). Sementara, virtualization berarti CPS produktivitas, efisiensi, dan kapasitas produksi
dapat memantau proses fisik, desentralisasi sehingga industri berdaya saing tinggi dan
berarti CPS dapat membuat keputusan sendiri, tumbuh pesat. Akan tetapi dalam penerapannya,
sedangkan real-time capability berarti data mekanisasi berbasis teknologi menghadapi
dikumpulkan dan diolah langsung pada waktu beberapa persoalan, diantaranya biaya investasi
yang sama. Service Orientation berarti bahwa yang mahal dan kapasitas petani belum siap
jasa perusahaan, CPS, dan sumber daya (Cunha et al. 2019). Untuk itu perlu dilakukan
manusia (SDM) tersedia melalui IoS dan dapat terobosan dengan melibatkan swasta dan petani.
digunakan oleh partisipan. Modularity Petani memerlukan penguatan kelembagaan
menunjukkan fleksibilitas adaptasi terhadap sebagai sarana untuk distribusi dan pegawasan
perubahan syarat dan ketentuan dengan penggunaan meknisasi berbasis teknologi ini
mengganti atau menambah modul secara (Tarigan 2018), misalnya menerapkan usaha
individual. Dengan demikian, sistem modular bersama berupa sistem berbagi (share system)
dapat disesuaikan dengan mudah jika ada yang adil, baik risiko maupun keuntungannya.
perubahan karakteristik produk yang ingin
dihasilkan atau pun perubahan lingkungan
Pengembangan dan Pemanfaatan Alsintan
kontekstual proses produksi.
Bantuan melalui Model Taksi Alsintan
Industri 4.0 menghubungkan alat, mesin,
pekerjaan, dan operator dalam setiap dan antar Dalam rangka percepatan penumbuhan
modernisasi pertanian melalui penerapan
seluruh simpul sistem rantai nilai, melalui jejaring
mekanisasi pertanian dan pengembangan
cerdas, seperti IoT, CPS, big data analyis, 3-D
Alsintan, pemerintah melalui Kementerian
printing, dan IoS, yang dibangun di sepanjang
Pertanian terus mendorong pengembangan
rantai nilai, dapat mengendalikan secara otonom
dan antarsesama. Industri pertanian telah pemanfaataan Alsintan bantuan oleh
memasuki era negara maju menuju Industri 5.0 masyarakat, melalui ”Model Taksi Alsintan”.
Model taksi Alsintan diluncurkan pada tahun
(Verdeow at al. 2021, Jansen et al. 2017;
2022 sekaligus diresmikan secara nasional oleh
Tzounis et al. 2017; Wolfert et al. 2017; Kamilaris
Presiden dan Menteri Pertanian Republik
and Prenata-Boldu 2018; Zhai et al. 2002).
Industri 4.0 maupun Industri 5.0 menerapkan Indonesia. Langkah operasional dan teknis
smart farming yang menggunakan teknologi pelaksanaan program tersebut diatur dan
ditetapkan dengan Surat Keputusan Ditjen
tinggi untuk menghasilkan produksi pertanian
Prasarana dan Sarana Pertanian Nomor
dengan mengikuti perkembangan teknologi yang
16.2/Kpts/SR.430/B/01/2022 melalui upaya
meliputi sistem komputerisasi, IoT, mekanisasi,
penerbitan Petunjuk Teknis Pengembangan
penyimpanan data, dan robotic.
Program Taksi Alat dan Mesin Pertanian Tahun
Penggunaan teknologi mekanisasi pertanian 2022.
tidak lagi memadai dalam bentuk konvensional.
Inisiasi dan akselerasi model pengelolaan
Petani membutuhkan mekanisasi digital yang
Alsintan bantuan menjadi model pengembangan
diaplikasi pada pertanian smart farming dan
pengelolaan Taksi Alsintan secara nasional.
membantu petani menerapkan sistem pertanian
Taksi Alsintan adalah kegiatan model
yang presisi dan akurat, melakukan sistem
pengawasan pada tanaman secara digital, dan pengelolaan usaha jasa Alsintan dengan sistem
mampu mengontrol panen dengan hasil yang sewa atau pinjam pakai oleh
petani/poktan/gapoktan/UPJA Alsintan bantuan
maksimal. Informasi yang terfasilitasi dalam
Pemerintah (APBN) dan skema kredit perbankan
teknologi tersebut membantu petani untuk
(KUR), dengan dukungan pemanfaatan teknologi
melakukan pemasaran produk yang dihasilkan
(Idoje et al. 2021; Haque et al. 2021). Pada informasi untuk penguatan usaha/bisnis
intinya, pendekatan Industri 4.0 memungkinkan kelembagaan pengelola Alsintan (Ditjen PSP
2020). Program Taksi Alsintan merupakan
terciptanya lingkungan industri dimana seluruh
terobosan yang diluncurkan dalam rangka
elemen sistem mikro suatu pabrik manufaktur
percepatan penumbuhan modernisasi pertanian
dan rantai nilainya saling berhubungan kontinu
melalui penerapan mekanisasi pertanian dan
dan otomatis. Seluruh peralatan dan mesin
pengembangan Alsintan pada sistem produksi
TATA KELOLA BANTUAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN SEBAGAI INSTRUMEN PENDUKUNG 115
PERTANIAN MODERN
Iwan Setiajie Anugrah, Syahyuti, Juni Hestina

pertanian, terwujudnya penguatan sistem dan pendapatan usaha. Namun, beberapa kasus
manajemen dan pelayanan usaha jasa Alsintan menunjukkan penggunaan Alsintan tidak optimal,
di tingkat poktan dan gapoktan dengan tidak produktif, bahkan terbengkalai hingga tidak
pemanfaatan Alsintan baik melalui bantuan berkelanjutan. Melalui analisis review berbagai
pemerintah maupun perbankan. hasil penelitian di atas, beberapa faktor
penyebab keberhasilan (sekaligus kegagalan)
Kegiatan pengembangan Taksi Alsintan
yang ditemukan di antaranya adalah ketepatan
dikelola dengan menggunakan anggaran
alat dengan kebutuhan teknis setempat (faktor
pemerintah (APBN) dan pembiayaan dari
geografis, kesuburan lahan, dll), kesiapan
perbankan melalui dana KUR di tahun anggaran
manajemen pengelolaan (utamanya UPJA),
2022. Kegiatan Taksi Alsintan, meliputi (a) jasa
dukungan perbengkelan dan suku cadang, serta
sewa Alsintan yang terdiri dari jasa olah tanah,
aspek-aspek sosial ekonomi masyarakat. Pada
jasa tanam dan jasa panen, (b) jasa perawatan
masa mendatang, dibutuhkan perbaikan tata
dan bengkel, dan (c) penyediaan suku cadang.
kelola dan pola pengembangan mekanisasi
Berdasarkan pengaturannya, paket jasa satu unit
melalui bantuan Alsintan yang berbasis
Taksi Alsintan, terdiri dari 5 unit traktor roda 2, 2
kebutuhan petani.
unit traktor roda 4, dan combine harvester, 3 unit
cultivator/rice transplanter, serta masing-masing Konsep Pertanian Modern dengan karakter
5 unit pompa air dan handsprayer. pertanian yang maju, tidak terlepas dari tujuan
utama yakni maksimisasi pemanfaatan sumber
Pelaksanaan kegiatan dan Program Taksi
daya dan keuntungan komersial dari usaha tani.
Alsintan mulai tahun 2022, dilaksanakan di 500
Dua ciri utama pertanian modern adalah
kabupaten/kota di Indonesia. Setiap
komersialisasi dan penggunaan teknologi
kabupaten/kota ditetapkan empat titik lokasi yang
mutakhir. Oleh karena itu, mekanisasi menjadi
merupakan sentra produksi pertanian, baik dari
pendekatan utama dalam implementasi konsep
subsektor tanaman pangan, hortikultura,
pertanian modern yang dikembangkan
perkebunan dan peternakan (Ditjen PSP 2022).
Kementerian Pertanian. Temuan di lapangan
Pelaksana utama kegiatan Taksi Alsintan dapat
menunjukkan keberhasilan belum optimal,
berupa petani individual atau berupa kelompok.
sehingga ke depan di butuhkan pengembangan
Mekanisme dan sistem pengelolaan Taksi
mekanisasi pertanian melalui tahapan identifikasi
Alsintan secara rinci telah diatur melalui SK
kebutuhan petani, kemudian dikembangkan
Ditjen PSP Kementan
untuk mencapai tingkat efisiensi tertentu, dan
16.2/Kpts/SR.430/B/01/2022, tentang petunjuk
ujungnya adalah komersialisasi usaha pertanian
teknis pengembangan Program Taksi Alsintan
yang berkelanjutan. Penerapan mekanisasi
tahun 2022, berikut pola pembagian keuntungan
berbasis teknologi membutuhkan biaya investasi
yang diperhitungkan dengan jelas antara pelaku.
yang tinggi. Untuk itu perlu dilakukan pola
Target pemerintah dengan adanya Program
pengembangan dimulai dari proses menyusun
Taksi Alsintan diharapkan masyarakat maupun
rancangan dan perencanaan, usulan rumusan
pengelola akan mendapatkan minimal dua
kebijakan, implementasi atau pelaksanaan,
keuntungan, yaitu adanya jaminan keberlanjutan
hingga evaluasi dan monitoring. Pola bantuan
penggunaan Alsintan, dan menjadi sumber
Alsintan yang dirumuskan dapat mendukung
pendapatan dari usaha jasa sewa Alsintan yang
program pembangunan strategis baru yang
dikelola. Melalui model Taksi Alsintan diharapkan
sudah ditetapkan, khususnya dengan dinamika
dapat mendorong pengembangan penggunaan
dan pelaksanaan pencapaian program-program
Alsintan bantuan lebih bermanfaat dan optimal,
saat ini dengan capaian akhir pertanian modern.
sinergi mendukung pelaksanaan berbagai
Memadukan konsep maupun kebijakan (top
program pembangunan pertanian nasional
down) dan usulan kebutuhan Alsin dari
(Ditjen PSP Kementan 2022).
masyarakat (bottom up) beserta spesifikasi dan
kesiapan pengelolaannya menjadi hal penting.
Hal ini dilakukan agar bantuan Alsintan dan
PENUTUP pemanfaatannya menjadi sinergis dan
memberikan manfaat optimal. Model Taksi
Alsintan menjadi komponen pokok untuk Alsintan menjadi alternatif dan terobosan
mewujdukan pertanian modern. Pengalaman pemerintah untuk mempercepat optimalisasi
panjang dari program mekanisasi di Indonesia pemanfaatan Alsintan bantuan oleh masyarakat
menunjukkan keberhasilan sekaligus kegagalan petani dan pengguna lain secara lebih luas. Ini
di sisi yang lain. Penggunaan Alsintan telah merupakan pendekatan yang baru dengan
memberikan manfaat bagi pengguna, karena melibatkan pihak swasta melalui kemitraan dan
mampu menekan biaya, meningkatkan produksi pemberdayaan, sehingga petani dapat lebih
mandiri di tengah keterbatasan anggaran
116 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 2, Desember 2022: 105-118

pemerintah. Namun demikian, secara lebih luas, Prasarana Pertanian, 2022. Keputusan Direktur
program bantuan Alsintan semestinya harus Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Nomor
selalu dapat disinergikan dengan pelaksanaan 16.2/Kpts/SR 430/B/01/2022 tentang Petunjuk
program pembangunan pertanian lainnya, teknis pengembangan Program Taksi Alat dan
Mesin Pertanian Tahun 2022.
sehingga dampaknya bisa optimal dan
berkelanjutan. [Ditjen PSP] Direktorat Jenderal Sarana dan
Prasarana Pertanian. 2018. Pedoman teknis
pengadaan dan penyaluran bantuan alat dan
mesin pertanian TA 2015. Jakarta (ID): Ditjen PSP,
UCAPAN TERIMA KASIH
Kementerian Pertanian.
[Ditjen PSP] Direktorat Jenderal Sarana dan
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih Prasarana Pertanian. 2015. Pedoman
kepada para pihak yang telah memberikan pelaksanaan penyaluran bantuan alat dan mesin
bantuan, dorongan, dan materi untuk pertanian APBN-P TA. 2015
melengkapi substansi yang dibahas dalam artikel Farming.id. 2018. Peran penerapan Alsintan dalam
review ini. Penghargaan yang tinggi diberikan meningkatkan kesejahteraan petani [Internet].
kepada para dewan redaksi dan mitra bestari Tersedia dari: https://farming.id/peran-penerapan-
jurnal FAE yang telah membantu Alsintandalam-meningkatkan-kesejahteraan-
menyempurnakan naskah ini. Semoga artikel ini petani/. Diunduh 27 Februari 2021.
bermanfaat bagi para pengambil keputusan
Galib R. 2010. Pengkajian kelembagaan UPJA,
hingga menjadi bahan penyusunan kebijakan distribusi dan pemasaran jagung di Kalimantan
yang terkait dengan pola bantuan Alsintan di Selatan. [Prosiding] Pekan Serealia Nasional 2010.
masa yang akan datang. ISBN: 978-979-8940-29-3. Hal. 557-566.
Gie, TL. 1982. The Interelationships of Science and
Technology: A Systematic Clarification for the
DAFTAR PUSTAKA Development of Science.
Handaka. 2012. Kontribusi mekanisasi pertanian dan
Ahmad A. 2015. Strategi pengembangan usaha teknologi pasca panen pada sistem dan usaha
pelayanan jasa alat dan mesin pertanian (UPJA) di agribisnis. Makalah pada Expose dan Seminar
Kabupaten Sinjai. J KIAT Universitas Alkhairaat Mekanisasi Pertanian dan Teknologi Pasca Panen;
7(1): 78-89. 2012 Jul 30-31. Malang, Indonesia.
Aldillah. R. 2016. Kinerja Pemanfaatan Mekanisasi Harian Kompas. 2020. Ketahanan Pangan Nasional
Pertanian dan Implikasinya dalam Upaya Dukung pertanian modern, Kementan salurkan
Percepatan Produksi Pangan di Indonesia. J Bantuan Alsintan ke petani [internet] Kompas.com,
Forum Penelitian Agro Ekonomi 34 (2):163-177 1 November 2020. Tersedia dari:
Bahruddin, AM. 2018. Pemanfaatan Pengelolaan Alat https://money.kompas.com/read/2020/11/01/1804
Mesin Pertanian (Alsintan) Bantuan Pemerintah 26726/dukung-pertanian-modern-kementan-
pada Kelompok Tani Padi di Kota Malang. [Skripsi] salurkan-bantuan-Alsintan-ke-petani?page=all.
Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Diunduh pada 27 Februari 2022
Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Harian Kompas. 2018. Jokowi: Untuk Menjadi
Cunha M, Goncalves SG, 2019. MACHoice: a decision Kekuatan Besar, Buatlah korporasi petani
support system for agricultural machinery [Internet]. Kompas.com, 28/06/2018.
management. Open Agriculture, 4, 305-321. https://nasional.kompas.com/read/2018/06/28/
https://doi.org/10.1515/opag-2019-0029. 21485491/jokowi-untuk-menjadi-kekuatan-besar-
buatlah-korporasi-petani. diunduh 27 Februari
Dachlan, J. 2020. Alsintan modern, solusi terkini 2022.
peningkatan hasil dan mutu panen [Internet].
Tersedia dari https://web.sibenih.com/info- Hermanto, HJ Purba, M Maulana, YH Saputra, L
update/opini-pertanian/513- Suharyanto, A Boro, Suyitno, AY Asqiah, H
%E2%80%8B%E2%80%8B%E2%80%8B%E2%8 Sulistyowati, L Hasanah. 2019. Kajian evaluasi
0%8B%E2%80%8B%E2%80%8B%E2%80%8BAl Program Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan
sintan-modern,-solusi-terkini-peningkatan-hasil- (OPSIN) ; [Laporan] Pusat Sosial Ekonomi dan
dan-mutu-panen%20.html. Diunduh 27 Februari Kebijakan Pertanian, Sekretariat Jenderal
2021. Kementerian Pertanian. Bogor.

Direktorat Alat dan Mesin Pertanian. 2011. Penguatan Hermanto, Ashari, H Tarigan, FBM Dabukke dan AR
usaha pelayanan jasa alsin pertanian (UPJA) Rachmita. 2018 Optimalisasi pemanfaatan
pemula, berkembang dan profesional. Pedoman bantuan alat dan mesin pertanian dan dampaknya
Teknis. Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. terhadap peningkatan produksi. [Laporan Analisis
Kementerian Pertanian. Jakarta. Kebijakan] Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Kementerian Pertanian. Bogor.
[Ditjen PSP] Direktorat Jenderal Sarana dan
TATA KELOLA BANTUAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN SEBAGAI INSTRUMEN PENDUKUNG 117
PERTANIAN MODERN
Iwan Setiajie Anugrah, Syahyuti, Juni Hestina

Hermanto, Mayrowani H, Prabowo A, Aldillah R, Volume 3(29):166-174. LPPM UMSB. ISSN 1693-
Soeprapto D. 2016. Evaluasi rancangan, 2617. Padang.
implementasi dan dampak bantuan mekanisasi
terhadap percepatan peningkatan produksi padi, Nugraha S. 2012. Inovasi teknologi pascapanen untuk
jagung dan kedelai. [Laporan] Pusat Sosial mengurangi susut hasil dan mempertahankan
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. mutu gabah/beras di tingkat petani. Bumi Aksara.
Jawa Barat.
Haque, A., Islam, N., Samrat, N.H., Dhey, S., Ray, B.
2021. Smart farming through responsibility Owombo, Akinola, Ayodele and Koledoye. 2012.
leadership in Bangladesh: possibilities Economic impact of agricultural mechanization
oppurtunities, and beyond. Sustainability 13, 1-18. adoption: evidence from Maize Farmers in Ondo
https://doi.org/10.3390/su13084511. State, Nigeria. Journal of Agriculture and
Biodiversity Research. 1(2): 25-32.
Hermawan H, Andianyta A. 2012. Lembaga keuangan
mikro agribisnis: terobosan penguatan Purwantini TB dan Susilowati SH. 2018. Dampak
kelembagaan dan pembiayaan pertanian di penggunaan alat mesin panen terhadap
perdesaan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian kelembagaan usaha tani padi. Jurnal Analisis
10(2): 143-158. Kebijakan Pertanian 16(1):73-88 DOI:
http://dx.doi.org/10.21082/akp.v16n1.2018.73-88
Hutahaean L, Anasiru RH, Sarasutha IGP. 2005. 73.
Analisis kelayakan usaha pelayanan jasa Alsintan
di Sulawesi Tengah. Jurnal Pengkajian Saliem HP, Kariyasa IK, Mayrowani H, Agustian A,
Pengembangan Teknologi Pertanian 8(1): 150- Friyatno S, Sunarsih. 2015. Prospek
163. pengembangan pertanian modern melalui
penggunaan teknologi mekanisasi pertanian pada
Idoje G, Dagiuklas T, Iqbal M. 2021. Survey for smart lahan padi sawah. [Laporan Analisis Kebijakan]
farming technologies: challenges and issues. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Computers and Electrical Engineering 92, 2-14. Bogor (ID)
Indraningsih KS, Swastika DKS, Susilowati SH, Schwab K. 2015. The fourth industrial revolution: what
Syahyuti, Askin A. 2017. Pengembangan model it means and how to respond [Internet]. Tersedia
kelembagaan petani dan penyuluhan pertanian dari https://www.foreignaffairs.com/articles/2015-
mendukung implementasi program Pertanian 12-12/fourth-industrial-revolution.
Modern. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Sekretariat Jenderal. Sulaiman AA, Herodian S, Hendriadi A, Jamal E,
Kementerian Pertanian Prabowo A, Mulyantara LT, Budiharti, Syahyuti,
Hoerudin. 2018. Revolusi mekanisasi pertanian
the International Conference on Small Farm Indonesia [Buku] Penerbit IAARD PRESS Badan
Equipment for Developing Countries: Past Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl.
Experiences and Future Priorities; 1986 Sep 2-6; Ragunan No. 29, Pasar Minggu, Jakarta 12540
Los Baños, Filipina. Los Baños (PH): International
Rice Research Institute. Suryana A, Hermanto, Kariyasa IK, Ariani M,
Agustian A, Tarigan H, Rachmita N. 2017.
Janssen SJC, Porter CH, Moore A, Athanasiadis IN. Kebijakan pelaksanaan program peningkatan
2017. Towards a new generation of agricultural produksi pangan pokok. Laporan Analisis
system data, models and knowledge product: Kebijakan. Bogor (ID): PSEKP, Sekretariat
information and communication technology. Jenderal Kementerian Pertanian.
Agric.Sys. 155, 200-212.
Tarigan, H. 2018. Mekanisasi pertanian dan
Kagermann, PDH., Wahlster, PDW. & Helbig, DJ., 20 pengembangan usaha pelayanan jasa Alsintan
13. Recommendations for implementing the (UPJA). Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi 36
strategic initiative INDUSTRIE 4.0. Frankfrut: (2): 117-128
Secretariat of The Platform Industrie 4.0
Tarigan H, Suhaeti RN, Sunarja RR, Darwis, Hastuti
Kamilaris A. Prenafeta-Boldu FX. 2018. Deep learning S. 2017. Analisis tipologi dan penguatan
in agriculture: a survey. Comput. Electron. kelembagaan petani kecil dalam rangka
Agric.147, 70-90. transformasi menuju petani komersial. Bogor (ID):
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Lakitan B. 2013. Connecting all the dots: identifying the Sekretariat Jenderal. Kementerian Pertanian.
“actor level” challenges in establishing effective
innovation system in Indonesia. Technol Soc. Tzounis A, Katsoulas N, Bartzanas T, Kittas C. 2017.
35:41-54. Internet of things in agriculture, recent advances
and future challenges. Biosyst. ENG.164, 31-48.
Mayrowani H, Pranadji T. 2012. Pola pengembangan
kelembagaan UPJA untuk menunjang sistem Umar S. 2013. Pengelolaan dan pengembangan
usaha tani padi yang berdayasaing. Jurnal Analisis Alsintan untuk mendukung usaha tani padi di lahan
Kebijakan Pertanian. 10(4):347-360. pasang surut. Jurnal Teknologi Pertanian
Universitas Mulawarman 8 (2): 37-48.
Nasrul W. 2012. Pengembangan kelembagaan
pertanian untuk meningkatkan kapasitas petani Wahyudi D. 2015. Urgensi pendampingan terhadap
terhadap pembangunan pertanian. Menara Ilmu tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan
118 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 40 No. 2, Desember 2022: 105-118

program swasembada dan swasembada Zambon, Ilaria, Cecchini M, Egidi G, Saporito MG


berkelanjutan di Kota Padang Sidempuan. Jurnal and Colantoni A. 2019. Revolution 4.0: industry vs.
Agrica Ekstensia 10(1): 57-63. agriculture in a future development for SMEs.
[Internet] Diunduh 27 September 2019. Tersedia
Wolfert S, Ge L, Verdouw, C., Bogaardt, M.J. 2017. Big dari: https://www.mdpi.com/2227-9717/7/1/36/pdf-
data in smart farming – a review. Agric.Syst.153, vor.
69-80.
Zhai Z, Martinez JF, Beltran V, Martinez NI. 2020.
Yumeikochi. 2011. Modernisasi pertanian [Internet]. Decision support system for agriculture 4.0; survey
[diunduh 2021 Feb 27 Februari]. Tersedia dari: and challenges. Conput. Electron. Ag ric. 170,
https://yumeikochi.wordpress.com/2011/05/16/mo 105256.
dernisasi-pertanian.

You might also like