Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial | Volume 12, No.

2 Desember 2021
ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2614-5863 (electronic)
doi: 10.46807/aspirasi.v12i2.2495
link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index

Pengembangan Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan


pada Remaja Indonesia

The Development of Education Future Orientation Scale


Among Indonesian Adolescence

Sulis Winurini

sulis.winurini@dpr.go.id
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
Jl. Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta, 10270

Naskah diterima: 10 September 2021 | Naskah direvisi: 18 November 2021 | Naskah diterbitkan: 31 Desember 2021

Abstract: This study aimed to develop an instrument for education future orientation
among adolescents in Indonesia, namely by confirming the future orientation model of
Seginer, Nurmi, and Poole. The approach used is quantitative because statistical tests
are needed to meet the psychometric requirements of an instrument. The researcher
used Confirmatory Factor Analysis (CFA) with Lisrel program to test construct validity
and single trial method with Cronbach Alpha technique with SPSS program to test
reliability. Data collection was conducted online at the end of August 2021 for 3,238
adolescents in class XII of Public High School with a convenient sampling technique.
Through CFA, it was confirmed that a unidimensional model was acceptable (RMSEA
= 0.048, < 0.05), meaning that all items truly measure the education future orientation.
In addition, it was also confirmed that the education future orientation consists of
motivational, cognitive, and behavioral components according to the theoretical
model of future orientation built by Seginer, Nurmi, and Poole. Meanwhile, based on
the results of the reliability test, this instrument has high reliability, with a reliability
coefficient of 0.905. Henceforth, this instrument can be used for educational research
purposes on adolescents.

Keywords: adolescence; education; future orientation; psychological scale; reliability;


validity

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen orientasi masa


depan pendidikan remaja, yaitu dengan mengonfirmasi model orientasi masa depan
Seginer, Nurmi, dan Poole. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif
karena uji statistika diperlukan untuk memenuhi persyaratan psikometrik dari sebuah
instrumen. Peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan program
Lisrel untuk menguji validitas konstruk dan metode single trial dengan teknik Cronbach-
Alpha dengan program SPSS untuk menguji reliabilitas. Pengumpulan data dilakukan
secara daring pada akhir Agustus 2021 terhadap 3.238 remaja kelas XII SMA Negeri
dengan teknik convenient sampling. Melalui CFA, terkonfirmasi bahwa model satu
faktor dapat diterima (RMSEA = 0,049 (RMSEA < 0,05); GFI = 0,97 (GFI > 0,90); CFI =
0,99 (CFI > 0,90); NFI = 0,99 (NFI > 0,90)), artinya seluruh butir benar-benar mengukur
orientasi masa depan pendidikan. Selain itu, terkonfirmasi juga bahwa orientasi masa

Sulis Winurini Pengembangan Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan pada Remaja Indonesia 179
depan pendidikan terdiri dari komponen motivasi, kognitif, dan perilaku sesuai model
teoritikal orientasi masa depan yang dibangun Seginer, Nurmi, dan Poole. Sementara
berdasarkan hasil uji reliabilitas, instrumen ini memiliki reliabilitas tinggi, dengan
koefisien reliabilitas sebesar 0,905. Untuk selanjutnya, instrumen ini bisa digunakan
untuk tujuan riset pendidikan terhadap remaja.

Kata Kunci: orientasi masa depan; pendidikan; reliabilitas; remaja; skala psikologi;
validitas

Pendahuluan saat ini untuk mencapai tujuan masa depan


Remaja dan masa depan adalah tema yang lebih jauh. FTP memberikan dasar
yang tidak terpisahkan. Di masa depan, yang kuat bagi tujuan personal dan peren-
remaja diharapkan perannya untuk bisa canaan hidup, eksplorasi pilihan-pilihan
berkontribusi bagi masyarakat secara luas. masa depan, dan membuat keputusan
Bagi dirinya sendiri, remaja dituntut untuk dalam hidup yang memengaruhi bagaima-
berpikir dan merencanakan masa depan- na seseorang menjalaninya (Leonardi,
nya karena keputusan yang diambil akan 2007). Perspektif lain dikemukakan Segin-
memengaruhi keberhasilan hidup dalam er, Nurmi, dan Poole (1991) dengan model
perkembangan selanjutnya (Nurmi, 1991), orientasi masa depan. Orientasi masa de-
termasuk persiapannya sebagai orang de- pan memberikan dasar untuk menetapkan
wasa (Hurlock, 2011). Menghadapi proses tujuan dan perencanaan, untuk mengeks-
transisi dari anak menuju dewasa, masa plorasi pilihan dan membuat komitmen
remaja identik dengan proses pencarian yang dapat memandu perilaku dan arah
identitas diri. Sebagaimana dijelaskan Erik- perkembangan orang tersebut (Bandura,
son (1968) bahwa remaja memiliki tugas 2001, Seginer, 2008, Nurmi, 1991, Trom-
untuk menyelesaikan konflik identity versus msdorff, 1986, Hideg et al., 2010, dalam
identity confusion. Identitas diri tidak hanya Hejazi et al., 2013). Model teoritikal orien-
tentang apa yang ada dalam diri seseorang tasi masa depan direpresentasikan dalam
saat ini, tetapi juga tentang masa depan- tiga komponen, yaitu motivasi, kognisi,
nya, termasuk harapannya, cita-citanya, dan perilaku. Motivasi adalah segala sesu-
dan berbagai rencana untuk mencapai sa- atu yang mendorong individu untuk memi-
saran di masa depan (Trommsdorff, 1986). kirkan masa depannya. Kognitif mengacu
Cara seseorang memandang masa de- pada harapan dan ketakutan terkait doma-
pannya merupakan orientasi masa depan. in yang spesifik. Perilaku berkaitan dengan
Menurut Trommsdorff dan Lamm (1983), eksplorasi dan komitmen mengenai pilih-
orientasi masa depan adalah antisipasi annya di masa depan terkait domain spesi-
dan evaluasi diri terkait masa depan dalam fik.
interaksi dengan lingkungan. Sementara Salah satu domain yang mendapat ba-
Seginer (1995) menyebutkan orientasi ma- nyak perhatian remaja adalah pendidikan
sa depan berisi tentang gambaran individu (Nurmi, 1989). Melalui pendidikan, rema-
mengenai masa depan mereka yang teref- ja dapat memenuhi tuntutan dan perannya
leksikan dalam harapan dan ketakutan. sebagai orang dewasa. Pendidikan menja-
Ada banyak perspektif yang menjelaskan di modal utama remaja untuk melanjutkan
orientasi masa depan, seperti future time kehidupan selanjutnya, baik pada kehi-
perspective model (FTP), future orientation dupan kerja maupun rumah tangga (Havi-
(orientasi masa depan). Husman dan Lens ghurst, 1974). Bagi remaja yang duduk di
(1999) berpendapat FTP merupakan instru- kelas XII SMA, memikirkan dan menentu-
mental value of a present behavior, yang kan jenjang pendidikan selanjutnya akan
berarti bahwa FTP yang dimiliki individu memberi peluang bagi kehidupan mereka
berperan dalam menentukan perilakunya di masa depan.

180 Aspirasi Vol 12 No 2, Desember 2021


Orientasi masa depan yang realistis perilaku, dengan jumlah total butir adalah
dan jelas akan membantu mereka menjadi 39 butir. FOQ dengan versi yang berbeda
lebih optimis dan memiliki kontrol internal telah digunakan pada beberapa studi,
terhadap masa depannya (Trommsdorff, yaitu terhadap remaja Israel (Seginer &
1986). Bagi mereka, kegagalan dalam me- Noyman, 2005; Seginer & Mahajna, 2004),
lanjutkan pendidikan akan dianggap seba- remaja Druze (Seginer & Halabi-Kheir,
gai kegagalan hidup di masa depan (Jem- 1998), remaja Arab (Seginer, 2001, dalam
barwati, 2015). Tingginya angka kenakalan Hejazi et al., 2013), remaja Afrika-Amerika
remaja, besarnya pengangguran dan putus (Kerpelman & Mosher, 2004). Hejazi et al.
sekolah, atau sejumlah siswa yang salah (2013) menekankan pentingnya memiliki
masuk jurusan di perguruan tingginya instrumen yang bebas budaya dan mampu
sering kali dikaitkan dengan ketidakmam- mengidentifikasi orientasi masa depan
puan mereka mengembangkan orientasi remaja dari budaya yang berbeda. Di
masa depan yang realistis dan jelas (Vidi- Indonesia, studi mengenai orientasi masa
yanto, 2006). depan remaja telah banyak dilakukan.
Orientasi masa depan terkait pendidik- Namun, studi mengenai pengembangan
an tidak hanya menjadi kebutuhan remaja instrumen orientasi masa depan remaja
secara pribadi, tetapi masyarakat secara belum banyak ditemukan.
luas. Menteri Pendidikan Nasional Indone- Berdasarkan pemaparan di atas, pene-
sia ke-25, Bambang Sudibyo (2009, dalam liti berupaya melakukan pengembangan
Preska & Wahyuni, 2017) mengatakan instrumen orientasi masa depan pendi-
bahwa investasi terbaik adalah pendidikan dikan remaja di Indonesia, yaitu dengan
karena hanya dengan pendidikan, nasib mengonfirmasi model orientasi masa
masyarakat bisa berubah. Sejalan dengan depan Seginer, Nurmi, dan Poole (1991).
hal ini, maka hendaknya setiap orang, teru- Dengan demikian, permasalahan yang
tama remaja, harus dapat melanjutkan akan diangkat melalui penelitian ini adalah:
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi “Bagaimana mengembangkan Skala Orien-
(Preska & Wahyuni, 2017). Untuk itu, pema- tasi Masa Depan Pendidikan untuk rema-
haman mengenai orientasi masa depan ja Indonesia sesuai dengan persyaratan
terkait pendidikan bagi remaja diperlukan. psikometrik?” Untuk menjawab pertan-
Dengan begitu, orangtua dan sekolah bisa yaan ini peneliti menggunakan pendekatan
menentukan intervensi yang tepat guna kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah
membantu remaja merencanakan masa pendekatan ilmiah yang menggunakan per-
depannya. Sementara itu, pemerintah bisa hitungan statistik untuk menjabarkan per-
mengupayakan kebijakan yang tepat guna masalahan penelitian (Matsumoto, 2009)
menunjang sistem pendidikan di Indone- sehingga diperoleh gambaran yang lebih
sia. Untuk mendapatkan pemahaman yang objektif dan terukur. Untuk memenuhi per-
baik, pengembangan instrumen orientasi syaratan psikometrik instrumen, uji statis-
masa depan bidang pendidikan menjadi tika diperlukan dalam penelitian ini.
suatu kebutuhan.
Beberapa instrumen orientasi masa Orientasi Masa Depan
depan pernah dikembangkan, misalnya Konsep orientasi masa depan telah di-
Future Orientation Questionnaire (FOQ) kaji oleh banyak tokoh dengan sudut pan-
yang disusun oleh Seginer et al. (2007, dang beragam. Frank (1939), Israeli (1932),
dalam Hejazi, Naghsh, Moghadam, & dan Lewin (1948) merupakan ilmuwan peri-
Saki, 2013). FOQ disusun dengan domain laku yang memprakarsai teori orientasi ma-
prospektif tertentu, yaitu pendidikan, karir, sa depan (Seginer, 2009). Dalam studinya,
dan pernikahan. Setiap domain mencakup Israeli (1932) menemukan bahwa orientasi
tiga komponen, yaitu motivasi, kognitif, dan masa depan berhubungan dengan masa

Sulis Winurini Pengembangan Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan pada Remaja Indonesia 181
lalu dan masa sekarang. Menurutnya, ori- bagi seseorang karena menyangkut kesia-
entasi masa depan dipengaruhi penilaian pannya dalam mengantisipasi hal-hal yang
masa depan berdasarkan penilaian kritis mungkin terjadi di masa depan (Nurmi,
dari masa lalu, serta konstruksi dari auto- 1989).
biografi di masa depan. Sementara Frank Sementara Seginer (1995) mengung-
(1939) memperkenalkan dua hal yang men- kapkan orientasi masa depan meliputi gam-
dasari orientasi masa depan, yaitu sejauh baran individu mengenai masa depannya
mana masa depan seseorang dapat mem- yang terefleksi dalam harapan dan kekha-
proyeksikan pemikirannya, dan bagaimana watiran. Orientasi masa depan menjadi
tahap perkembangan awal seseorang da- landasan bagi individu untuk menentukan
pat memengaruhi orientasi masa depan. masa depan dengan menetapkan tujuan,
Sementara Lewin (1948) menekankan bah- membuat perencanaan, menggali pilihan,
wa konsep orientasi masa depan tidak da- dan membuat komitmen yang mengarah-
pat dipisahkan dari tujuan ideal dan nilai kan perilaku dan perkembangan seseorang
individu, serta faktor lingkungan dari indi- (Bandura, 2001; Seginer, 2008; Nurmi,
vidu tersebut. 1991; Trommsdorff, 1986; Hideg et al. 2010
Pada tahun-tahun selanjutnya, konsep dalam Hejazi et al., 2013). Seginer, Nurmi,
orientasi masa depan berkembang dalam dan Poole (1991) mengangkat model orien-
berbagai perspektif. Misalnya, possible self tasi masa depan dengan tiga kompo-
theory model yang diangkat oleh Markus nen, yaitu motivasi, kognitif, dan perilaku.
& Nurius (1986), hopes and fear model Komponen motivasi terdiri dari dua aspek,
yang diangkat oleh Nurmi (1989), future yaitu nilai, harapan, dan kontrol; komponen
time perspective model yang diangkat oleh kognitif terdiri dari dua aspek, yaitu isi dan
Trommsdorff dan Lamm (1983), dan future valensi dan komponen perilaku terdiri dari
orientation model yang diangkat oleh Se- dua aspek, yaitu eksplorasi dan komitmen.
giner (Seginer, 2009). Pendekatan yang digunakan Seginer,
Nurmi, dan Poole (1991) seperti yang
Definisi Orientasi Masa Depan banyak dilakukan peneliti orientasi masa
Menurut Trommsdorff dan Lamm (1983), depan dalam lima dekade terakhir. Sejalan
orientasi masa depan adalah fenomena dengan Bandura (2001, dalam Seginer,
kognisi motivasi yang kompleks di mana 2009), orientasi masa depan disebut tidak
seseorang melakukan antisipasi dan evalu- hanya mengenai tujuan yang abstrak,
asi terhadap masa depan dalam interaksi- tetapi juga memiliki gambaran spesifik
nya dengan lingkungan. Sementara menu- dalam untuk dapat memengaruhi perilaku
rut Nurmi (1989), orientasi masa depan individu. Pendidikan adalah salah satu
berkaitan dengan harapan, tujuan, standar, tujuan spesifik dalam bidang kehidupan
perencanaan, dan strategi yang dilakukan remaja yang ikut mendapat perhatian
untuk mencapai tujuan, mimpi-mimpi, dan Seginer, Nurmi, dan Poole (1991) di
cita-cita seseorang. Harapan, tujuan, stan- dalam model teoritikalnya. Oleh karena
dar, perencanaan, dan strategi ini dapat alasan inilah, peneliti menggunakan model
dikaitkan dalam aspek masa depan yang teoritikal masa depan yang dibangun oleh
luas menyangkut berbagai bidang, misal- Seginer, Nurmi, dan Poole (1991).
nya pendidikan, pekerjaan, pernikahan,
dan lain-lain. Orientasi masa depan ber- Komponen Orientasi Masa Depan
fungsi sebagai kerangka berpikir yang Orientasi masa depan bidang pendidik-
mengarahkan individu untuk melakukan an didefinisikan sebagai interaksi dari tiga
hal-hal yang diperlukan untuk mencapai komponen dalam diri individu, yaitu moti-
harapan-harapan di masa depan. Dengan vasi, kognitif, dan perilaku (Seginer, Nur-
demikian, orientasi masa depan penting mi, & Poole, 1991) terhadap pendidikan.

182 Aspirasi Vol 12 No 2, Desember 2021


Nilai Ekspektasi Kontrol Isi Valensi Eksplorasi Komitmen

Motivasi Kognitif Perilaku

Gambar 1. Model Orientasi Masa Depan


Sumber: Seginer, 2009

Masing-masing komponen memiliki beber- kehidupan tidak akan lepas dari harapan-
apa aspek sebagai indikator perilaku. harapan dan antisipasi ketakutan yang
Komponen motivasi terdiri dari nilai, eks- mungkin akan dihadapinya (Seginer, 2009).
pektasi, dan kontrol terhadap pendidikan; Komponen perilaku berisi dua aspek,
komponen kognitif terdiri dari dua aspek, yaitu eksplorasi dan komitmen. Eksplorasi
yaitu isi dan valensi terhadap pendidikan; merupakan perilaku individu yang berorien-
dan komponen perilaku terdiri dari dua tasi pada lingkungan eksternal untuk men-
aspek, yaitu eksplorasi dan komitmen ter- cari dan mengumpulkan informasi, menye-
hadap pendidikan (Gambar 1). lidiki kesesuaiannya dengan karakteristik
Komponen motivasi berkaitan dengan pribadi individu, dan keadaan di lingkung-
segala hal yang paling mendorong individu an hidupnya. Komitmen berkaitan erat de-
untuk memikirkan masa depannya terkait ngan pengambilan keputusan. Individu yang
pendidikan. Ada tiga aspek komponen mo- telah memutuskan mempersiapkan jenjang
tivasi, yaitu nilai, ekspektasi, dan kontrol. pendidikan selanjutnya akan menyertakan
Nilai pendidikan berisi tentang hal-hal yang komitmen dalam pengambilan keputusan-
dianggap penting oleh individu dan perlu- nya.
nya mencapai tujuan yang spesifik pada
bidang pendidikan. Ekspektasi pendidikan Penyusunan Skala Psikologi
adalah keyakinan individu untuk mewujud- Sebagai alat ukur, skala psikologi me-
kan keinginan, tujuan, dan perencanaan miliki karakteristik khusus yang membeda-
yang spesifik terkait pendidikan. Hal ini ju- kannya dengan instrumen pengumpulan
ga berhubungan dengan emosi, terutama data yang lain, seperti angket, daftar isian,
optimisme individu untuk mewujudkan ke- inventori, dan lain-lainnya. Meskipun sering
inginan, harapan, tujuan, dan perencanaan, kali disamakan dengan istilah tes, namun
serta tekad kuat untuk memenuhi perenca- umumnya istilah tes merujuk kepada alat
naan pendidikan. Kontrol atas pendidik- ukur kemampuan kognitif, sedangkan isti-
an berkaitan dengan sejauh mana individu lah skala lebih banyak digunakan untuk
memiliki kuasa atau tidak atas apa yang menamakan alat ukur atribut nonkognitif
terjadi dengan dirinya (Lefcourt, 1966) un- (Azwar, 2018: 4).
tuk mencapai tujuan (Weiner, 1996) di bi- Beberapa karakteristik skala sebagai
dang pendidikan. alat ukur psikologi, yaitu: (1) berupa perta-
Komponen kognitif memiliki dua aspek, nyaan atau pernyataan yang tidak lang-
yaitu isi dan valensi. Isi berkaitan dengan sung untuk mengungkap atribut yang hen-
bagaimana individu mengkonstruksi bidang dak diukur dan mengungkap indikator peri-
kehidupan pendidikan, sementara valensi laku dari atribut yang bersangkutan; (2) se-
berkaitan dengan pendekatan dan peng- lalu berisi banyak butir karena atribut
hindaran yang dilakukan oleh individu yang psikologi diungkap secara tidak langsung
diungkapkan melalui hopes and fears ter- melalui indikator-indikator perilaku dan in-
hadap pendidikan. Individu dalam meren- dikator perilaku diterjemahkan dalam ben-
canakan masa depan di berbagai bidang

Sulis Winurini Pengembangan Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan pada Remaja Indonesia 183
tuk butir-butir; (3) respons subjek tidak di- evaluasi kualitatif; (6) melakukan evaluasi
klasifikasikan sebagai jawaban “benar” kuantitatif; (7) melakukan seleksi butir; (8)
atau “salah”, dan semua jawaban dapat melakukan validasi konstruk; dan (9) mela-
diterima sepanjang diberikan secara jujur kukan kompilasi final (Azwar, 2018: 15).
dan sungguh-sungguh (Azwar, 2018: 6).
Untuk mencapai tingkat objektivitas Penyusunan Skala Orientasi Masa
yang tinggi, skala psikologi harus menggu- Depan Pendidikan
nakan prosedur pengumpulan data yang Penyusunan Skala Orientasi Masa De-
akurat dan terpercaya. Untuk itu, ada be- pan Bidang Pendidikan diawali dengan me-
berapa tahapan yang harus diikuti dalam netapkan definisi, komponen, serta indika-
penyusunan skala psikologi, yaitu: (1) tor orientasi masa depan pendidikan. Pe-
mengidentifikasi tujuan ukur; (2) melakukan neliti menggunakan model teoritikal orien-
pembatasan domain; (3) menjabarkan indi- tasi masa depan yang dibangun oleh Segi-
kator; (4) menuliskan butir sekaligus blue- ner, Nurmi, dan Poole (1991, dalam Segi-
print dan spesifikasi skala; (5) melakukan ner, 2009). Orientasi masa depan pendidik-

Tabel 1.
Blueprint Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan

Dimensi Indikator Butir


Perilaku Eksplorasi 1) Saya aktif mencari informasi mengenai jurusan kuliah yang ingin saya tuju.
2) Saya antusias berdiskusi dengan pihak terpercaya (misal alumnus, guru BK,
psikolog) untuk membahas jurusan kuliah selepas SMA.
3) Saya terbuka menerima saran dan masukan mengenai pendidikan selepas
SMA.
Komitmen 4) Bagi saya, komitmen untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus sekolah
merupakan hal yang serius.
5) Saya akan melakukan apa saja supaya bisa melanjutkan pendidikan setelah
lulus sekolah.
6) Saya akan giat belajar supaya saya bisa kuliah di jurusan dan perguruan
tinggi yang saya inginkan.
Kognitif Isi 7) Saya mempertimbangkan potensi dan minat saya dalam memilih jurusan
kuliah.
8) Saya mempertimbangkan beberapa hal yang saya butuhkan untuk bisa
melanjutkan pendidikan selepas SMA (misal: kesiapan dana, bimbingan
belajar, dll.).
9) Saya mempertimbangkan beberapa alternatif perguruan tinggi untuk
melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA.
Valensi 10) Saya memikirkan cara mengatasi hambatan supaya bisa melanjutkan
pendidikan.
11) Saya memikirkan jurusan kuliah yang saya pilih apakah sesuai dengan
harapan saya.
12) Saya memikirkan apakah saya sanggup menyelesaikan kuliah tepat waktu
dengan hasil yang baik.
Motivasi Nilai 13) Sekolah setinggi mungkin menjadi prioritas dalam hidup saya.
14) Penting bagi saya memikirkan jurusan kuliah dengan serius.
Harapan 15) Saya yakin memiliki peluang besar untuk melanjutkan pendidikan setelah
lulus SMA.
16) Saya optimis dapat mengatasi hambatan untuk melanjutkan pendidikan
setelah lulus SMA.
Kontrol 17) Saya bisa mengambil keputusan secara mandiri terkait pendidikan saya.
18) Saya biarkan masa depan saya terkait pendidikan mengalir begitu saja.

184 Aspirasi Vol 12 No 2, Desember 2021


an didefinisikan sebagai interaksi dari tiga Tabel 2
komponen dalam diri individu, yaitu moti- Skor untuk Setiap Butir pada Skala
vasi, kognitif, dan perilaku (Seginer, Nurmi,
Favorable Unfavorable
dan Poole, 1991, dalam Seginer, 2009) ter- Skala
(+) (-)
hadap pendidikan. Komponen motivasi de- Sangat Setuju (SS) 4 1
ngan indikator nilai, ekspektasi, dan kontrol Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
pendidikan. Komponen kognitif dengan Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
indikator isi dan valensi terhadap pendi-
dikan. Sementara komponen perilaku de-
ngan indikator eksplorasi dan komitmen Tahap selanjutnya adalah evaluasi kua-
terhadap pendidikan. litatif. Evaluasi dilakukan peneliti dan tim,
Langkah selanjutnya adalah mener- bersama ahli, yaitu akademisi dengan area
jemahkan indikator perilaku ke dalam butir- penelitian psikologi pendidikan dan ber-
butir berdasar komponen dari orientasi ma- pengalaman dalam penyusunan skala psi-
sa depan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, kologi. Tujuan dari evaluasi kualitatif ada-
peneliti menyusun Blueprint Skala Orienta- lah untuk memastikan ketepatan penurun-
si Masa Depan Pendidikan yang dapat dili- an definisi masing-masing komponen ke
hat di Tabel 1. dalam indikator hingga butir, serta memas-
Sebagaimana digambarkan dalam blue- tikan kualitas redaksi butir dalam tiga hal,
print pada Tabel 1, jumlah keseluruhan bu- yaitu relevant, important, clarity (Cohen &
tir sebelum uji coba adalah 18 butir, di ma- Swerdlik, 2009). Lebih jauh lagi, peneliti
na tiap komponen berisikan 6 butir. Pada mengujicobakan skala pada beberapa
tahap ini, selain menyusun blueprint, pene- remaja, dengan karakteristik siswa kelas
liti juga merumuskan bentuk instrumen, XII SMA, untuk mengetahui apakah kali-
pengadministrasian, dan cara penskoran. mat yang digunakan dalam butir mudah
Instrumen ini berbentuk skala Likert de- dipahami dengan benar dan sesuai dengan
ngan empat pilihan jawaban, mulai dari Sa- populasi yang dituju. Berdasarkan hasil
ngat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), evaluasi kualitatif, semua butir dinilai sudah
Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Peneli- tepat penurunannya. Namun, ada bebera-
ti menggunakan skala genap untuk meng- pa butir yang perlu diperbaiki tata bahasa-
hindari kecenderungan responden Indone- nya supaya memenuhi syarat relevant,
sia menjawab ragu di tengah-tengah pilihan. important, clarity (Cohen & Swerdlik, 2009).
Penskoran pada instrumen ini dilakukan Setelah diperbaiki, butir-butir disiapkan un-
dengan cara mengkuantifikasikan jawaban tuk dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu
subjek, sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) uji empirik di lapangan.
dicatat sebagai skor 4, Setuju (S) skor 3, Uji coba empirik di lapangan dilakukan
Tidak Setuju (TS) skor 2, Sangat Tidak Se- mulai tanggal 25 Agustus 2021 hingga 30
tuju (STS) skor 1. Cara penskoran tersebut Agustus 2021 dengan teknik pengambilan
berlaku untuk butir favorable. Sedangkan data convenient sampling. Teknik conve-
untuk butir unfavorable, cara penskoran di- nient sampling merupakan salah satu tek-
balik menjadi Sangat Setuju (SS) dicatat nik nonprobability sampling, di mana sam-
sebagai skor 1, Setuju (S) skor 2, Tidak Se- pel dipilih berdasarkan karakteristik yang
tuju (TS) skor 3, Sangat Tidak Setuju (STS) paling mendekati dan mudah didapat atau
skor 4. Skor total dimensi dan skor total diakses (Guilford & Fruchter, 1978). Peneliti
skala ini didapatkan dengan menggunakan memilih teknik ini karena kesimpulan yang
model kumulatif. Artinya makin tinggi skor akan diperoleh adalah keterandalan instru-
dari skala, menunjukkan makin tinggi ori- men pengukuran (Triwahyuni et al., 2019),
entasi masa depan pendidikan remaja. di samping tidak diketahui secara pasti
jumlah populasi yang dituju. Total jumlah

Sulis Winurini Pengembangan Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan pada Remaja Indonesia 185
responden adalah 3.238 responden. Se- yaitu sebagai berikut: (1) Bahwa terdapat
mua adalah siswa kelas XII SMAN, terdiri sebuah trait atau konsep yang didefinisikan
dari 1.072 laki-laki (33,1%), 2.166 perem- secara operasional sehingga dapat disu-
puan (66,9%). Pada praktiknya, responden sun pertanyaan atau pernyataan yang di-
diminta mengisi kuesioner secara daring gunakan untuk mengukurnya. Konsep ini
sesuai dengan apa yang mereka rasakan disebut faktor, sedangkan pengukuran pa-
dan mereka alami. Data yang didapat lalu da faktor ini dilakukan melalui analisis ter-
diolah dan dievaluasi secara kuantitatif. hadap respons atas butir-butir yang ada
Evaluasi kuantitatif dilakukan dengan (Umar & Nissa, 2020). (2) Diteorikan setiap
menentukan butir mana yang dikeluarkan butir hanya mengukur satu faktor saja
dan mana yang dipertahankan untuk me- (Umar & Nissa, 2020). (3) Data yang terse-
menuhi persyaratan psikometrik. Dalam hal dia dapat digunakan untuk mengestimasi
ini, evaluasi kuantitatif dilakukan untuk me- matriks korelasi antarbutir yang seharus-
mastikan bahwa skala akurat dan dapat nya diperoleh apabila memang berbentuk
diandalkan sehingga memiliki tingkat ob- unidimensional. Matriks korelasi ini disebut
jektivitas tinggi. Evaluasi kuantitatif dilaku- sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan
kan melalui pengujian validitas dan reliabil- matriks data empiris (hasil yang didapat-
itas skala. kan dari uji di lapangan) yang disebut de-
Uji validitas dimaksudkan untuk me- ngan matriks S. Jika teori tersebut benar
mastikan ketepatan skala dalam menjalan- (unidimensional), maka tentunya tidak ada
kan fungsi ukurnya, dalam artian memasti- perbedaan antara matriks ∑ dan matriks
kan apakah skala sudah tepat atau belum S, artinya bisa dikatakan bahwa ∑ - S = 0.
mengukur konstruk yang dimaksudkan. Ini disebut hipotesis nihil (H0) yaitu ‘Tidak
Validitas yang digunakan dalam penelitian ada perbedaan antara matriks korelasi dari
ini adalah validitas konstruk melalui Confir- teori (∑) dan matriks korelasi yang didapat-
matory Factor Analysis (CFA) dengan ban- kan dari responden atau lapangan (S)’
tuan Lisrel. CFA adalah suatu metode ana- (Umar & Nissa, 2020). (4) Pernyataan terse-
lisis untuk menemukan apakah terdapat but dijadikan hipotesis nihil yang kemu-
satu atau beberapa variabel laten (kons- dian diuji dengan chi-square. Apabila nilai
truknya) yang menjadi penyebab menga- chi-square tersebut tidak signifikan p >
pa sehimpunan variabel saling berkorela- 0.05, maka hipotesis nihil tersebut “diteri-
si. Dengan kata lain, CFA bertujuan untuk ma”. Artinya teori unidimensional terse-
menguji apakah indikator-indikator yang but dapat diterima bahwa butir ataupun
sudah dikelompokkan berdasarkan varia- subtes instrumen hanya mengukur satu
bel laten (konstruknya) konsisten berada faktor saja. Namun, dalam kasus pene-
dalam konstruknya tersebut atau tidak. litian dengan jumlah sampel yang besar,
Ada dua kegiatan statistika dalam CFA, chi-square cenderung signifikan p < 0,05.
yaitu: (1) menguji hipotesis apakah model Hal ini dikarenakan chi-square sensitif ter-
teori yang ditetapkan (dimana banyaknya hadap jumlah sampel. Sebagai alterna-
na banyaknya faktor serta variabel yang di- tif, peneliti juga dapat melihat nilai indeks
gunakan untuk “mengukur” masing-ma- lainnya. Dalam hal ini, peneliti mengguna-
sing faktor itu telah ditetapkan, adalah fit kan RMSEA sebagai badness-of-fit index,
(sesuai) dengan data; dan (2) jika suatu mo- karena dinilai masih bersifat uji statistik
del teoretis tentang faktor telah terbukti fit seperti yang dikemukakan oleh Umar &
dengan data (dinyatakan diterima), maka Nissa (2020). Apabila nilai RMSEA < 0.05,
dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis maka model dinyatakan fit. Selain meng-
(tes signifikan) terhadap setiap parameter gunakan RMSEA, peneliti juga menggu-
dari model tersebut (Umar & Nissa, 2020). nakan GFI sebagai absolute fit index, NFI
Adapun logika yang digunakan dalam CFA, sebagai incremental fit index, CFI sebagai

186 Aspirasi Vol 12 No 2, Desember 2021


goodness-of-fit index untuk menguji vali- dung makna seberapa tinggi kecermatan
ditas skala. Kriteria standar nilai fit yang pengukuran. Pengukuran dikatakan tidak
digunakan adalah minimal 0,90 untuk GFI, cermat apabila error pengukuran terjadi
NFI, and CFI (Hair Jr., William, Babin, & secara random. Antara skor individu yang
Anderson, 2014). (5) Jika model fit, maka satu dengan yang lainnya terjadi error yang
langkah selanjutnya adalah menguji apa- tidak konsisten dan bervariasi sehing-
kah butir signifikan atau tidak mengukur ga perbedaan skor yang diperoleh lebih
apa yang hendak diukur dengan melihat banyak ditentukan oleh error, bukan oleh
nilai t-value. Apabila t-value tidak signifi- perbedaan yang sebenarnya. Dengan kata
kan maka butir tersebut tidak signifikan lain, pengukuran yang tidak cermat berar-
dalam mengukur apa yang hendak diukur, ti juga tidak konsisten dari waktu ke waktu
bila perlu butir yang demikian dikeluarkan. (Azwar, 2018). Sebaliknya, pengukuran
Dalam penelitian kali ini, peneliti meng- yang cermat akan memberikan hasil yang
gunakan taraf kepercayaan 95% sehing- konsisten jika pengukurannya diberikan
ga butir yang dikatakan signifikan adalah pada subjek yang sama, meskipun dilaku-
butir yang memiliki t-value lebih dari 1,96 kan oleh orang yang berbeda, waktu yang
(t > 1,96). Apabila dari hasil CFA terdapat berbeda, dan tempat yang berbeda.
butir yang koefisien muatan faktornya Hasil reliabilitas mengacu pada koefisi-
negatif, maka butir tersebut harus dikeluar- en reliabilitas, yaitu indikator konsistensi
kan. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat yang mengandung makna kecermatan
butir yang bersifat positif (favorable) (Umar pengukur (Azwar, 2018). Dalam mengin-
& Nissa, 2020). (6) Selain t-value, peneliti terpretasikan koefisien reliabilitas, ada dua
melihat besaran koefisien korelasi antara hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) be-
skor butir/konstruk dengan skor totalnya. sarnya koefisien reliabilitas skala yang dihi-
Skor ini menunjukkan besarnya muatan tung dari data skor suatu kelompok subjek
faktor. Carmines dan Zeller (dalam Sugi- dalam situasi tertentu kemungkinannya
yono, 2015) mengemukakan bahwa kons- sangat besar untuk tidak sama dengan
truk yang baik adalah jika mempunyai mu- koefisien reliabilitas skala tersebut pada
atan faktor minimal 0,30 sehingga bila kelompok subjek lain dan dalam situa-
nilai λ ≥ 0,30 maka dikatakan butir valid. si yang lain; (2) koefisien reliabilitas hanya
(7) Kemudian, peneliti mengecek korela- mengindikasikan besarnya inkonsistensi
si antarkesalahan pengukuran butir. Butir skor hasil pengukuran, bukan menyatakan
yang bagus adalah butir yang kesalah- secara langsung sebab akibat inkonsisten-
an pengukurannya tidak berkorelasi satu si itu (Azwar, 2018: 127).
sama lain. Sebaliknya, kesalahan pengu- Uji reliabilitas skala dalam penelitian ini
kuran butir yang saling berkorelasi menun- menggunakan pendekatan internal consis-
jukkan bahwa butir tersebut bersifat multi- tency (Cronbach’s Alpha Coefficient) yang
dimensional pada diri masing-masing butir. hanya memerlukan satu kali pengenaan tes
Artinya, butir-butir tersebut selain mengu- tunggal pada sekelompok individu sebagai
kur apa yang hendak diukur, juga mengu- subjek untuk melihat konsistensi tes. Da-
kur hal lainnya. Pada penelitian ini, peneliti lam penelitian ini, peneliti menggunakan
menetapkan jumlah maksimal total korelasi rumus Cronbach’s Alpha dengan bantuan
antarkesalahan pengukuran butir adalah 6. SPSS.
Lebih lanjut adalah mengenai reliabili-
tas. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengu- Hasil Uji Validitas
ji apakah instrumen yang digunakan dapat Dengan CFA, peneliti menguji model
diandalkan atau dipercaya. Pengertian reli- second order unidimensional, yaitu apakah
abilitas mengacu pada keterpercayaan a- 18 butir bersifat unidimensional mengukur
tau konsistensi hasil ukur, yang mengan- Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan.

Sulis Winurini Pengembangan Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan pada Remaja Indonesia 187
Hasil awal analisis menggunakan data yang Setelah dilakukan beberapa kali modi-
dikumpulkan, menunjukkan bahwa model fikasi terhadap model dengan cara mem-
tidak fit, dengan chi-square = 5017,84, df bebaskan korelasi antarkesalahan butir,
= 132, P-value = 0,00000, RMSEA = 0,107 maka diperoleh model yang fit, dengan
(Gambar 1). chi-square = 846,83; df = 96; P-value =

Y1 38,15
19,12
22,52 Y2 39,78 7,74
9,85
35,10 Y3 37,99 -7,58
10,32
PERILAKU 40,91 Y4 31,14 -7,33
9,92
39,20 Y5 33,66 5,12
42,38 Y6 27,74 -5,59
39,08 7,11
Y7 30,88 -6,04
-8,27
55,31 Y8 34,82 -9,22
7,79 6,03 7,85
55,24 Y9 34,36
0,00 OMD -8,42 -5,32
52,47 KOGNITIF 50,54 Y10 33,83
-6,50
61,62 Y11 31,86 9,12
8,38 -6,43
47,13 Y12 33,12 7,87
8,88 -5,18
38,34 Y13 37,56
-11,49 5,73
44,10 Y14 9,68
-8,91 -5,43
37,94 Y15 26,20 -5,66
13,83
Chi-Square = 846,83 MOTIVASI 37,21 Y16 27,67 -7,79
df = 96 13,71
22,24 Y17 38,17 8,63
P-value = 0,00000 -11,11
RMSEA = 0,049 1,25 Y18 40,32

Gambar 1. Hasil Uji CFA 18 Butir

Y1 37,87
19,16
22,25 Y2 39,87 8,59
9,76
35,14 Y3 37,98 -6,24
10,53-5,21
PERILAKU 41,24 Y4 30,98
8,97
38,23 Y5 33,10 5,30
42,75 Y6 27,81 -4,66
39,44 7,29
Y7 30,80 -5,64
-9,34 -4,22
55,58 Y8 34,45
7,08
55,22 Y9 34,32 6,26
-7,91 4,90
0,00 OMD 52,45 34,01
KOGNITIF 50,36 Y10
-6,71 -5,80
61,82 Y11 32,00 6,07 -8,18
8,39 -7,70
47,35 Y12 33,24 9,63
39,94 10,80 -6,90
Y13 36,13
5,88
45,41 Y14 22,69 6,50
Chi-Square = 726,61 36,85 Y15 35,57
df = 82 MOTIVASI 23,74
35,75 Y16 36,43 10,79
P-value = 0,00000 17,15
RMSEA = 0,049 22,61 Y17 39,29

Gambar 2. Hasil Uji CFA Setelah Butir Nomor 18 Dikeluarkan

188 Aspirasi Vol 12 No 2, Desember 2021


0,00000 (P < 0,05); RMSEA = 0,049 Hasil awal analisis menggunakan data
(RMSEA < 0,05); GFI = 0,97 (GFI > 0,90); yang dikumpulkan menunjukkan bahwa mo-
CFI = 0,99 (CFI > 0,90); NFI = 0,99 (NFI > del tidak fit, dengan chi-square = 4572,46,
0,90) (Gambar 2). Artinya, model unidi- df = 116, P-value = 0,00000, RMSEA = 0,109.
mensional dapat diterima dan seluruh butir Setelah dilakukan beberapa kali modifikasi
mengukur orientasi masa depan pendidi- terhadap model dengan cara membebas-
kan. kan korelasi antarkesalahan butir, maka di-
Kemudian, peneliti mengecek signifi- peroleh model yang fit, dengan chi-square
kansi butir dengan melihat besaran koefisi- 726,61, df = 82, P-value = 0,00000, RMSEA
sien muatan faktor dan t-value dari butir- = 0,049 (RMSEA < 0,05); GFI = 0,97 (GFI >
butir yang dianggap valid adalah butir yang 0,90); CFI = 0,99 (CFI > 0,90); NFI = 0,99
memiliki muatan faktor positif dengan nilai (NFI > 0,90). Artinya, model unidimensional
λ ≥ 0,30, serta t-value lebih dari 1,96. dapat diterima dan seluruh butir mengukur
Tabel 3 menunjukkan bahwa semua bu- orientasi masa depan pendidikan.
tir bermuatan positif, tetapi ada satu butir, Berdasarkan Tabel 4, semua butir ber-
yaitu butir nomor 18 yang memiliki t-value muatan positif dengan koefisien muatan fac-
< 1,96 serta koefisien muatan factor load- tor loading ≥ 0,30, memiliki t-value > 1,96
ing < 0,30 sehingga butir nomor 18 dikelu- sehingga semua butir dikatakan valid. Pa-
arkan dan model divalidasi ulang. da model pengukuran ini, terdapat kesalah-
an pengukuran butir yang saling berkorela-
si, seperti yang ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 3. Koefisien Muatan Factor Loading


Awal Tabel 4. Koefisien Muatan Factor Loading
Setelah Butir 18 Dikeluarkan
Koefisien
Muatan Signifi- Koefisien
Butir SE T-value
Factor kansi Muatan Signifi-
Butir SE T-value
loading Factor kansi
loading
Y1 Skala Ukur √
Y1 Skala Ukur √
Y2 0,56 0,02 22,52 √
Y3 0,99 0,03 35,1 √ Y2 0,55 0,02 22,25 √
Y4 1,32 0,03 40,91 √ Y3 0,97 0,03 35,14 √
Y5 1,25 0,03 39,2 √ Y4 1,31 0,03 41,24 √
Y6 1,38 0,03 42,38 √ Y5 1,25 0,03 38,23 √
Y6 1,37 0,03 42,75 √
Y7 Skala Ukur √
Y7 Skala Ukur √
Y8 0,95 0,02 55,31 √
Y9 0,95 0,02 55,24 √ Y8 0,95 0,02 55,58 √
Y10 0,94 0,02 50,54 √ Y9 0,95 0,02 55,22 √
Y11 1,01 0,02 61,62 √ Y10 0,94 0,02 50,36 √
Y12 0,9 0,02 47,13 √ Y11 1,01 0,02 61,82 √
Y12 0,9 0,02 47,35 √
Y13 Skala Ukur √
Y13 Skala Ukur √
Y14 1,39 0,03 44,1 √
Y15 1,17 0,03 37,94 √ Y14 1,35 0,03 45,41 √
Y16 1,15 0,03 37,21 √ Y15 1,13 0,03 36,85 √
Y17 0,65 0,03 22,24 √ Y16 1,09 0,03 35,75 √
Y18 0,03 0,03 1,25 √ Y17 0,66 0,03 22,61 √
η1 0,62 0,02 39,08 √ η1 0,63 0,02 39,44 √
η2 0,78 0,01 52,47 √ η2 0,78 0,01 52,45 √
η3 0,63 0,02 38,34 √ η3 0,65 0,02 39,94 √
Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96); X = Tidak Keterangan: Tanda √ = Signifikan (t > 1,96); X = Tidak
Signifikan Signifikan

Sulis Winurini Pengembangan Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan pada Remaja Indonesia 189
Tabel 5. Korelasi Antara Kesalahan Butir nitif dalam menata rangkaian situasi di ma-
sa depan secara berurutan, termasuk di
Total
Butir Korelasi dengan Butir dalamnya mengatur dan menyusun lang-
Korelasi
kah-langkah antisipatif terhadap masa de-
Y1 Y3,Y17,Y5 3 pan, memperluas atau menyederhanakan
Y2 Y3,Y4,Y11,Y14,Y13,Y9 6
Y3 Y13,Y2,Y4,Y1, 4 situasi di masa depan, membanding-
Y4 Y4,Y5,Y3,Y17,Y10,Y8 6 kan pilihan-pilihan yang tersedia di masa
Y5 Y4,Y13,Y1 3 depan, dan membantu individu untuk men-
Y6 Y7,Y17 2 dapatkan gambaran masa depan yang
Y7 Y6,Y10,Y12,Y13 4 lebih realistis. Bisa dikatakan komponen
Y8 Y9,Y15,Y4 3
Y9 Y8,Y12,Y2 3 kognitif adalah inti dari orientasi masa de-
Y10 Y7,Y4,Y16 3 pan yang akan membantu individu berfo-
Y11 Y14,Y2 2 kus pada komponen-komponen lainnya.
Y12 Y14,Y7,Y9,Y16 4 Apa yang dikonstruksikan mengenai masa
Y13 Y3,Y7,Y5,Y2,Y14 5 depan akan membantu individu menetap-
Y14 Y12,Y11,Y2,Y13 4
Y15 Y8 1 kan prioritas sekaligus kontrol atas dirinya,
Y16 Y12,Y10 2 mengembangkan harapan, serta menyu-
Y17 Y4,Y6,Y1 3 sun perilaku yang mengarah pada penca-
paian tujuan.
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada mo- Pada remaja, kemampuan kognitif se-
del ini tidak ada kesalahan pengukuran dang mengalami perkembangan. Piaget
yang tidak berkorelasi. Pada penelitian ini, (1994) menggolongkan remaja dalam ta-
peneliti menetapkan jumlah maksimal total hapan berpikir formal operasional yang di-
korelasi antarkesalahan pengukuran yang tandai dengan adanya aktivitas berpikir
bisa ditolerir adalah 6 sehingga semua bu- yang lebih abstrak dengan penalaran hipo-
tir pada Tabel 5 dapat diterima. Dengan tesis-deduktif. Pada tahapannya ini, rema-
demikian, dari total 18 butir, 17 butir yang ja mampu merumuskan proporsi perma-
masuk dalam instrumen ini, yaitu 5 butir salahan secara logis, mengantisipasi masa
motivasi, 6 butir kognitif, dan 6 butir depannya dengan membuat skema kogni-
perilaku. tif untuk merumuskan rencana bagi masa
Selain itu, terlihat juga bahwa nilai η ti- depannya, sekaligus melakukan evaluasi
ap komponen valid mengukur orientasi terhadap rencananya tersebut (Desmita,
masa depan (t > 1.96 dan bermuatan posi- 2008). Remaja dituntut untuk berpikir dan
tif), di mana η untuk komponen perilaku a- merencanakan masa depannya karena ke-
dalah 39,44, η untuk komponen kognitif a- putusan yang diambil akan memengaruhi
dalah 52,45, η untuk komponen motivasi keberhasilan hidup dalam perkembangan
adalah 39,94. Dengan demikian, terkonfir- selanjutnya (Nurmi, 1991), termasuk persi-
masi bahwa Skala Orientasi Masa Depan apannya sebagai orang dewasa (Hurlock,
Pendidikan terdiri dari tiga komponen, ya- 2011).
itu perilaku, kognitif, dan motivasi seba- Pendidikan adalah salah satu bidang
gaimana model teoritikal yang dibangun kehidupan yang esensial bagi remaja, ter-
Seginer, Nurmi, dan Poole (1991), di mana utama mereka yang duduk di kelas XII
komponen kognitif memiliki peran paling SMA. Keberhasilan di bidang pendidikan
besar di dalam skala dibanding komponen akan memperkuat keyakinan mereka untuk
lainnya, yaitu motivasi dan perilaku. mandiri secara ekonomi di masa menda-
Trommsdorff dan Lamm (1983) menje- tang karena lebih siap menjalankan peker-
laskan bahwa skema kognitif di dalam jaan. Dengan kesiapan ini, mereka memi-
orientasi masa depan berarti proses kog- liki keyakinan untuk menikah dan membi-

190 Aspirasi Vol 12 No 2, Desember 2021


na keluarga, serta berkontribusi lebih di te- Cronbach-Alpha. Secara keseluruhan, hasil
ngah-tengah masyarakat. Remaja me- menunjukkan bahwa Skala Orientasi Masa
ngembangkan skema kognitif untuk mem- Depan Pendidikan valid dan reliabel.
pertimbangkan tindakan yang tepat untuk Berdasarkan hasil CFA, model satu
dilakukan pada masa kini dengan pema- faktor (unidimensional) dapat diterima,
haman bagaimana perilaku saat ini berhu- bahwa seluruh butir mengukur satu faktor
bungan dengan tujuan di masa depan, se- saja, yaitu orientasi masa depan pendidik-
kaligus memikirkan konsekuensi dari setiap an. Selain itu, melalui CFA, terkonfirmasi
tindakan yang ditetapkan. Pemaparan ini bahwa orientasi masa depan pendidikan
menjelaskan mengapa komponen kognitif terdiri dari komponen motivasi, kognitif,
memiliki peran paling besar di dalam orien- dan perilaku, sesuai dengan model teori-
tasi masa depan pendidikan pada remaja tikal orientasi masa depan yang dibangun
dibanding komponen lainnya. Seginer, Nurmi, dan Poole (1991), di mana
komponen kognitif terbukti memiliki peran
Hasil Uji Reliabilitas paling besar dibanding komponen-kompo-
Pengukuran reliabilitas alat ukur ini nen lainnya. Sementara berdasarkan hasil
dilakukan dengan menggunakan metode uji reliabilitas, Skala Orientasi Masa Depan
single trial dengan teknik Cronbach-Alpha Pendidikan terbukti memiliki reliabilitas
dari software SPSS. Koefisien reliabilitas yang tinggi sehingga sesuai digunakan un-
dari skala ini adalah 0,905. Hal ini berarti tuk mengukur orientasi masa depan pendi-
variasi yang tampak pada skor skala mam- dikan remaja.
pu mencerminkan 90,5% dari variasi yang Secara umum, Skala Orientasi Masa
terjadi pada skor murni kelompok subjek Depan Pendidikan dapat digunakan untuk
yang bersangkutan. Dengan kata lain, da- tujuan riset pendidikan lainnya. Hasil riset
pat dikatakan bahwa 9,5% dari variasi mengenai orientasi masa depan pendidikan
skor yang tampak adalah akibat variasi remaja bisa menjadi masukan bagi sistem
error atau kesalahan pengukuran tersebut. pendidikan di Indonesia. Bagi DPR RI, hasil
Azwar (2018) menyebutkan bahwa sema- riset bermanfaat untuk memperkuat fungsi
kin tinggi koefisien reliabilitas, atau makin pengawasan terkait kinerja pemerintah di
mendekati angka 1,00, berarti instrumen bidang pendidikan, terutama terkait pem-
tersebut makin reliabel. Bisa dikatakan, binaan karakter remaja sebagai peser-
skala ini memiliki reliabilitas yang sangat ta didik. Sistem pendidikan yang disertai
baik, artinya secara keseluruhan, butir-butir penguatan karakter terhadap masa depan
dalam skala ini homogen dan konsisten menjadi penting mengingat tantangan yang
mengukur hal yang sama. diberikan Revolusi 4.0 dan imbas pandemi
Covid-19 yang telah berlangsung hingga
Penutup hampir 2 tahun.
Beberapa keterbatasan penelitian
Penelitian ini dirancang untuk mempe-
yang perlu diperhatikan adalah sampel
lajari psikometrik dari Skala Orientasi Masa
penelitian yang terfokus pada remaja yang
Depan Pendidikan pada remaja di Indone-
bersekolah di SMA Negeri kelas XII wilayah
sia. Pada penelitian ini, peneliti menggu-
Bali, memiliki akses internet, dan berada
nakan CFA untuk menguji validitas kons-
pada situasi pandemi. Untuk itu, perlu di-
truk. Analisis faktor digunakan untuk mem-
lakukan penelitian lanjutan terhadap rema-
validasi instrumen psikometri dan menguji
ja secara umum supaya instrumen bisa
teori yang mendasari instrumen. Sementa-
diterapkan pada populasi secara luas.
ra untuk menguji reliabilitas, peneliti meng-
gunakan metode single trial dengan teknik

Sulis Winurini Pengembangan Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan pada Remaja Indonesia 191
Terima Kasih Husman, J., & Lens, W. (1999). The role of the
future in student motivation. Educational
Penulis mengucapkan terima kasih ke- Psychologist, 34(2), 113–125.
pada Muhammad Fajrul Akhyar dan Abdur-
rahman Faiz yang telah membantu dalam Israeli, N. (1932). The social psychology of
time, comparative rating of and emotional
mengolah data penelitian. Terima kasih ju-
reactions of the past, present, and future.
ga diucapkan kepada Desi Yustari Much-
The Journal of Abnormal and Social
tar, Lukman Nul Hakim, Dinar Wahyuni, Psychology, 27(2), 209–213.
Hartini Retnaningsih, dan Nur Sholikah Pu-
teri Suni yang telah membantu jalannya Jembarwati, O. (2015). Pelatihan orientasi
masa depan dan harapan keberhasilan
penelitian dan memberikan banyak saran
studi pada siswa SMA. Humanitas: Jurnal
dalam penyusunan instrumen, serta pihak Psikologi Indonesia, 12(1), 45–51.
lain yang membantu dalam mengumpulkan
data penelitian. Kerpelman, J. L., & Mosher, L. S. (2004). Rural
African American adolescents’ future
orientation: the importance of self-efficacy,
control and responsibility, and identity
Daftar Pustaka development. Identity: An International
Journal of Theory and Research, 4(2): 187-
208. doi: 10.1207/s1532706xid0402_5
Azwar, S. (2018). Penyusunan skala psikologi
(Edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Piaget, J. (1994). Cognitive development in
children: Piaget development and learning.
Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2009).
Journal of Research in Science Teaching,
Psychological testing and assessment: an
2, 176–186.
introduction to tests and measurement (7th
ed.). USA: McGraw-Hill. Lefcourt, H. M. (1966). Belief in personal
control: research and implications. Journal
Desmita. (2008). Psikologi perkembangan.
of Individual Psychology, 22(2), 185–195.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Leonardi, A. (2007). Future time perspective,
Erikson, E. H. (1968). Identity: youth and crisis.
possible selves, and academic
New York: Norton.
achievement. New Directions for Adult and
Frank, L. K. (1939). Time perspectives. Journal Continuing Education, 114, 17–26.
of social philosophy, 4, 293–312.
Lewin, K. (1948). Time perspective and morale.
Guilford, J. P., & Frucher, B. (1978). In K. Lewin (Ed). Resolving social conflict
Fundamental statistics in psychology (103-124). New York, NY: Harper &
and education. Tokyo: McGraw-Hill Brothers Publishers.
Kogakusha, Ltd.
Markus, H., & Nurius, P. (1986). Possible
Hair Jr, J. F., William, C., Babin, B. J., & selves. American psychologist, 41(9), 954.
Anderson, R. E. (2014). Multivariate data
Matsumoto, D. (Ed.). (2009). The Cambridge
analysis (7th ed.). Harlow: Pearson.
dictionary of psychology. UK: Cambridge
Havighurst, R.J. (1974). Development tasks University Press.
and education (3rd ed.). New York: McKay.
Nurmi, J. E. (1989). Adolescent’s orientation
Hejazi, E., Naghsh, Z., Moghadam, A., & to the future: development of interest
Saki, S. S. (2013). Validation of the future and plans, and related attributions and
orientation questionnaire among Iranian effects in the life span context (Thesis
adolescents. Journal of Educational Dissertation). Finnish Society of Science,
Management Studies, 3(4), 487–491. Helsinski.
Hurlock, E.B. (2011). Psikologi perkembangan: Nurmi, J. E. (1991). How do adolescents see
Suatu pendekatan sepanjang rentang their future? A review of the development
kehidupan. Jakarta: Erlangga. of future orientation and planning.
Developmental Review, 11, 1–59.

192 Aspirasi Vol 12 No 2, Desember 2021


Preska, L., & Wahyuni, Z. I. (2017). Pengaruh Umar, J., & Nisa, Y. (2020). Uji validitas
dukungan sosial, self-esteem dan self konstruk dengan CFA dan pelaporannya.
efficacy terhadap orientasi masa depan JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan
pada remaja akhir. Tazkiya Journal of Pendidikan Indonesia), 9(2), 1-11. doi:
Psychology, 5(1), 65–77. doi: 10.15408/ 10.15408/jp3i.v9i2.16964
tazkiya.v22i1.8160
Vidiyanto, E. (2006). Penyusunan modul
Seginer, R., Nurmi, J. E., & Poole, M. E. (1991). pelatihan menyusun orientasi masa depan
Adolescent future orientation in cross “planning your future” bagi remaja. (Tugas
cultural perspective: Research prospect. Akhir). Pascasarjana Fakultas Psikologi UI,
[Paper]. Presented at the 11th meeting of Depok.
the ISSBD, Minneapolis.
Weiner, B. (1996). Human motivation:
Seginer, R. & Halabi-Kheir, H. (1998). metaphors, theories and research.
Adolescent passage adulthood: Future Newbury Park, CA: Sage.
orientation in the context of culture,
age, and gender. International Journal of
Intercultural Relations, 22(3), 298–217.
Seginer, R. & Mahajna, S. (2004). How the
future orientation of traditional Israeli
Palestinian girls links beliefs about
women's roles and academic achievement.
Psychology of Women Quarterly,
28(2), 122–135. doi: 10.1111/j.1471-
6402.2004.00129.x
Seginer, R. & Noyman, M. (2005). Future
orientation, identity and intimacy: Their
relations in emerging adulthood. European
Journal of Developmental Psychology, 2(1),
17–37.
Seginer, R. (2009). Future orientation:
developmental and ecological
perspectives. New York: Springer Science
& Business Media.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Triwahyuni, A., Purwono, U., Sadarjoen, S.
S., & Sapri, E. R. (2019). Pengembangan
Millon Personality Type Inventory
(MPTI) sebagai instrumen pengukuran
kepribadian di Indonesia. Jurnal Psikologi
Sains dan Profesi (Journal Psychology of
Science and Profession), 3(2), 65–74.
Trommsdorff. G., & Lamm, H. (1983). Future
orientation and socialization. International
Journal of Psychology, 18(1-4), 381–406.
doi: 10.1080/00207598308247489
Trommsdorff, G. (1986). Future time orientation
and its relevance for development as
action. In R. K. Silbereisen, K. Eyferth, &
G. Ruding (Eds.), Development as action
context (pp. 121-136). Berlin: Springer.

Sulis Winurini Pengembangan Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan pada Remaja Indonesia 193

You might also like