Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

ENTINAS: Jurnal Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran

Vol. 1 No. 2, Juli-Desember (2023), Hal. 371-387 e-ISSN: 2986-5565

INOVASI PEMGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN PESANTREN DI ERA DIGITAL

Sholeh Huda
STIT Ibnu Rusyd Tanah Grogot, Paser- Kalimantan timur, Indonesia
sholehhuda886@gmail.com

Adiyono Adiyono*1
STIT Ibnu Rusyd Tanah Grogot, Paser- Kalimantan timur, Indonesia
adiyono8787@gmail.com

Abstract
This research uses a library research approach. This method is a type of research that is
collected entirely from library findings or writing library references. Data is collected from
various sources of reading, storing, analyzing, and classifying data to be able to draw reliable
conclusions. Innovation or renewal of a curriculum needs to be done, considering that the
curriculum as a means to achieve goals must adapt to the ever-changing and evolving
development of society. Curriculum changes begin with fundamental conceptual changes,
then followed by structural changes. This paper aims to examine and describe innovations in
the development of pesantren education curriculum in the digital era. Pesantren education
has an important role in shaping character and improving the quality of religious education.
However, with technological advances and changes in educational demands, innovations are
needed in the development of pesantren curriculum to answer the challenges of the digital
era. Through literature study and conceptual analysis, this paper analyzes various innovations
that can be made in the development of pesantren education curriculum in the digital era. In
general, curriculum changes involve curriculum components, namely: a). changes in
curriculum objectives, b). Changes in curriculum content and structure, c). Changes in
curriculum strategies, d). Changes in curriculum facilities.
Keyword: Ininovation, Curriculum, Islamic Boarding School Education, Development.
Abstrak
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan (library research). Metode ini
merupakan jenis penelitian yang dihimpun secara keseluruhan dari hasil temuan kepustakaan
atau penulisan referensi kepustakaan. Data dikumpulkan dari berbagai sumber membaca,
menyimpan, menganalisis, dan mengklasifikasikan data untuk dapat menarik kesimpulan
yang dapat dipercaya. Inovasi atau pembaharuan suatu kurikulum perlu dilakukan, mengingat
kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang. Perubahan kurikulum
dimulai dari perubahan konseptual yang mendasar, kemudian diikuti dengan perubahan
struktural. Paper ini bertujuan untuk mengkaji dan menggambarkan inovasi dalam
pengembangan kurikulum pendidikan pesantren di era digital. Pendidikan pesantren memiliki
peran penting dalam membentuk karakter dan meningkatkan kualitas pendidikan agama.
Namun, dengan kemajuan teknologi dan perubahan dalam tuntutan pendidikan, diperlukan
inovasi dalam pengembangan kurikulum pesantren untuk menjawab tantangan di era digital.
Melalui studi pustaka dan analisis konseptual, paper ini menganalisis berbagai inovasi yang
dapat dilakukan dalam pengembangan kurikulum pendidikan pesantren di era digital. Secara

1
Coresponding author.

371
umum, perubahan kurikulum melibatkan komponen-komponen kurikulum, yaitu: a).
perubahan tujuan kurikulum, b). Perubahan isi dan struktur kurikulum, c). Perubahan dalam
strategi kurikulum, d). Perubahan fasilitas kurikulum, e). Perubahan sistem evaluasi
kurikulum.
Kata Kunci; Pendidikan Pesantren, Pengembangan, Inovasi, Kurikulum.

PENDAHULUAN
Era digitalisasi menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan Islam. Perkembangan teknologi
secara tidak langsung telah menyebabkan dehumanisasi dalam kehidupan sosial. Selain itu,
perkembangan tidak diperhatikan oleh persiapan masyarakat untuk mengubah tatanan nilai budaya
dan agama. Teknologi digital khususnya dapat menyebabkan krisis moral yang berkelanjutan
dengan perubahan sikap, gaya hidup dan perilaku dalam kehidupan sosial. perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, Demokratisasi dan kemunduran adalah bentuk tantangan yang
sebenarnya lembaga pendidikan Islam. Tentu saja, institusi merujuknya Kurikulum harus selalu
diubah atau dikembangkan lebih lanjut dihasilkan oleh generasi yang kompeten dan berdaya saing
dalam persaingan global (Adiyono; 2022, Adiyono,et.al; 2023)). Selain pengembangan kurikulum
memerlukan peningkatan sistem, manajemen (Adiyono; 2023), personel dan fasilitas dan
infrastruktur, budaya dan etos kerja agar pendidikan Islam tidak mengalami kemunduran.
Salah satu lembaga pendidikan Islam yang berhubungan secara langsung dan yang
memiliki tantangan berat adalah pondok pesantren. Pesantren harus disiapkan dalam menghadapi
globalisasi/digitalisasi, khususnya dalam mempertahankan kurikulum pesantren. Hal ini karena
pesantren telah digunakan dan dipercaya sebagai solusi masyarakat untuk dapat beradaptasi
dengan masa kini. suatu bentuk kepercayaan Secara keseluruhan tak luput menantang
kemandirian pesantren dalam pengelolaan Pendidikan, Bahkan dengan adanya beberapa pesantren
modern salah satu bentuk respon terhadap perkembangan sistem pendidikan di era digital yang
mencakup konsep pendidikan virtual (Fatimah, S., & Suib, M. S. ;2019).
Selain perkembangan dan modernisasi ini, masyarakat masih bisa menawarkan pilihan
atau evaluasi (Adiyono, et.al; 2022). Karena pesantren masih eksis tiga model atau sistem
pendidikan. Model atau sistem pelatihan (Adiyono,et.al; 2021) yang dimaksud meliputi pesantren
tradisional, modernis dan revivalis. Pesantren tradisional diperkenalkan pendidikan didasarkan pada
empat konsep dasar yaitu tasamuh, ta'addul, tawazun dan tawasut Pesantren modernis merupakan
salah satu jenis pesantren modern yang menarik perhatian perubahan untuk tetap relevan dengan
perkembangan zaman. sedangkan revivalis merupakan pesantren yang menyajikan ajaran-ajaran
amalan agama Islam secara praktis murni dan tanpa interpretasi parsial. Dengan adanya Dalam
beberapa opsi ini, pesantren masih bertahan dengan pola pendidikan (Halimah. N,et.al; 2022) yang
mampu menjawab tantangan global.
Pendidikan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional memiliki peran penting
dalam membentuk karakter dan memperkuat pemahaman agama pada para santri. Namun, dalam
menghadapi tantangan era digital yang terus berkembang, pesantren perlu mengadopsi inovasi
dalam pengembangan kurikulum agar tetap relevan dan efektif (Adiyono; 2022, Maulida,dkk; 2021)
dalam memberikan pendidikan (Adiyono; 2022, Ana Saraya; 2023) yang komprehensif kepada
santri. Pada era digital ini, teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan signifikan

372
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Pesantren harus menyadari potensi yang
dimiliki oleh teknologi ini dan mengintegrasikannya ke dalam pengembangan kurikulum mereka.
Inovasi dalam kurikulum pesantren di era digital dapat membuka peluang baru dalam pembelajaran
(Adiyono; 2022), meningkatkan efisiensi dan kualitas pendidikan (Adiyono,et.al; 2023), serta
mempersiapkan santri untuk menghadapi tantangan masa depan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai inovasi yang dapat dilakukan dalam
pengembangan kurikulum pendidikan pesantren di era digital. Melalui pendekatan penelitian
kepustakaan, berbagai sumber literatur yang relevan akan dijelajahi dan dianalisis untuk
mengidentifikasi inovasi-inovasi yang telah dilakukan dalam konteks pendidikan pesantren di era
digital. Dalam penelitian ini, akan dibahas berbagai konsep dan strategi inovatif, seperti integrasi
teknologi dalam kurikulum, pengembangan materi pembelajaran yang relevan dengan era digital,
pemanfaatan media pembelajaran interaktif, dan peningkatan keterampilan digital bagi santri dan
tenaga pendidik. Selain itu, tantangan yang dihadapi dalam implementasi inovasi kurikulum di
pesantren dan peluang yang dapat dihadirkan juga akan dikaji.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
potensi inovasi dalam pengembangan kurikulum pendidikan pesantren di era digital. Implikasi
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi praktis bagi pesantren dalam
mengadopsi inovasi-inovasi tersebut guna meningkatkan efektivitas dan relevansi pendidikan
pesantren di era digital. Dengan demikian, penelitian ini memiliki relevansi yang tinggi dalam
menghadapi tantangan dan peluang pendidikan di era digital. Dengan memahami dan menerapkan
inovasi dalam pengembangan kurikulum, pesantren dapat memperkuat peran mereka dalam
membentuk santri yang berilmu, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tuntutan zaman.
Paper ini bertujuan untuk membahas inovasi dalam pengembangan kurikulum pendidikan
pesantren dalam menghadapi tantangan era digital. Era digital memberikan dampak signifikan pada
berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Pendidikan pesantren, sebagai lembaga
pendidikan tradisional yang memiliki keunikan tersendiri, juga harus mengikuti perkembangan
teknologi dan memperbarui pendekatan kurikulumnya (Adiyono,et.al; 2023). Penelitian ini
menggunakan metode studi pustaka untuk menganalisis inovasi dan strategi yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum (Kabariah, S;2023, Rahayutiningsih,et.al; 2021) pendidikan pesantren di
era digital. Diharapkan paper ini dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya inovasi dalam
kurikulum pendidikan pesantren serta memberikan rekomendasi praktis bagi pesantren dalam
mengembangkan kurikulum yang relevan dengan perkembangan zaman (Al Rashid,et.al; 2023,
Adiyono; 2023).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan. metode ini adalah jenis
penelitian yang disusun secara keseluruhan dari temuan aliteratur atau penulisan referensi pustaka.
Data dikumpulkan dari berbagai sumber tersebut Membaca, menyimpan, menganalisis, dan
mengklasifikasikan data untuk dapat menarik kesimpulan yang dapat diandalkan. Dalam penelitian
ini, peneliti mencari teori, pendapat atau Temuan peneliti dari jurnal, buku, dan referensi ilmiah
lainnya yang berkaitan dengan inovasi kurikulum pesantren di era di gital,. Berikutnya data yang di
temukan dari berbagai temuan disimpulkan untuk menjawab rumusan masalah apa di tentukan.

373
Dalam pendekatan penelitian kepustakaan, peneliti mencari teori, pendapat, atau temuan
peneliti sebelumnya yang terkait dengan inovasi kurikulum pesantren di era digital. Informasi ini
dianggap sebagai data penelitian dan digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah
ditentukan dalam penelitian ini. Proses pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan
melibatkan pencarian, penelaahan, dan peninjauan terhadap literatur yang relevan dengan topik
penelitian. Peneliti melakukan analisis terhadap data yang ditemukan, membandingkan temuan,
mengidentifikasi pola atau tren, dan menarik kesimpulan yang dapat diandalkan. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan metode penelitian kepustakaan untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang inovasi kurikulum pesantren di era digital. Melalui analisis data yang
ditemukan dari berbagai referensi, peneliti dapat memberikan jawaban terhadap rumusan masalah
yang telah ditetapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengertian Pondok Pesantren
Kata pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an berarti tempat
tinggal santri. Manfret Ziemek juga menyebutkan bahwa etimologi Pesantren adalah Pesantrian,
yang berarti “tempat santri”. Santri atau murid menerima pengajaran dari para pembimbing
pesantren, baik Kyai maupun Ustadz. Kelas-kelas mencakup berbagai pengetahuan Islam (Edy
sutrisno; 2021). Pondok Pesantren merupakan lembaga keagamaan Islam yang berkembang dan
dihormati masyarakat sekitar dengan sistem asrama (kompleks) tempat para siswa dididik Agama
melalui sistem pengajian atau madrasah kepada kedaulatan penuh di bawah kepemimpinan
seorang atau beberapa Kiai yang sifatnya kharismatik dan mandiri dalam segala hal.
Pesantren adalah komplek yang biasanya lokasi nya terputus dari kehidupan sekitar
Kompleks ini terdiri dari beberapa bangunan Rumah pengasuh, Surau atau masjid dan asrama
tempat santri tinggal. dari beberapa kesimpulan Pesantren di atas, maka bisa
diambil Kesimpulannya bahwa pesantren lembaga pendidikan Islam yang terdiri dari Kompleks yang
di dalamnya ada Kiai (Pendidik) mengajar dan guru para santri (anak didik) yang memiliki
fasilitas seperti masjid, yang digunakan untuk pendidikan, serta dukungan asrama atau pondok
sebagai tempat tinggal para santri (Hendi Kariyanto; 2019). Lembaga untuk memahami pendidikan
Islam tradisional menghayati dan mengamalkan ajaran Islam menekankan pentingnya moral Islam
sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari (Nenden Maesaroh; 2017).
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang terdiri dari kompleks fisik yang
mencakup berbagai bangunan seperti rumah pengasuh, surau atau masjid, dan asrama untuk
santri. Pesantren dipimpin oleh seorang kiai yang bertindak sebagai pendidik, sedangkan santri
merupakan anak didik dalam pesantren. Fasilitas seperti masjid digunakan untuk kegiatan
pendidikan dan ibadah, sedangkan asrama atau pondok digunakan sebagai tempat tinggal bagi
para santri.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki fokus pada pemahaman dan
penerapan ajaran Islam. Pendidikan di pesantren tidak hanya berorientasi pada pengetahuan
agama, tetapi juga menekankan pentingnya moralitas Islam sebagai panduan dalam kehidupan
sehari-hari. Pesantren berperan dalam membentuk sikap, nilai-nilai, dan amal perbuatan yang
sesuai dengan ajaran Islam. Dalam konteks ini, pesantren berfungsi sebagai lembaga yang

374
memadukan pendidikan formal dengan pendidikan agama Islam yang mendalam. Selain itu,
pesantren juga memfasilitasi kehidupan sehari-hari santri dengan menyediakan tempat tinggal di
asrama atau pondok. Kompleks fisik pesantren yang terpisah dari lingkungan sekitarnya
memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan mengamalkan ajaran Islam.
Dengan demikian, pesantren memiliki peran penting dalam mengembangkan pemahaman
dan penghayatan ajaran Islam serta membentuk karakter dan moralitas para santri. Pesantren
sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tetap relevan dalam memberikan pendidikan yang
holistik dan mempersiapkan generasi muda yang berakhlak mulia dan berpegang teguh pada nilai-
nilai agama.

Unsur-Unsur Pondok Pesantren


Pondok
Istilah Pondok mungkin berasal dari bahasa yang disebut “funduk” yang berarti berarti
penginapan atau hotel. Tapi istilah Pondok khusus di pesantren lebih mirip dengan pemondokan
dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dibagi-bagi dalam kamar adalah
asrama para santri.
Santri tidur dan belajar di pesantren dan sekarang di pondok Pesantren merupakan
perpaduan antara pesantren dan transfer pendidikan dan mengajar dengan sistem seorang dan
wetonan. pondok Pesantren tidak selamanya ada pemondokan, jadi namanya pesantren saja. Tapi
jika Kalau pondok nama yang diberikan, namanya menjadi Pesantren. tokoh Pendidikan Dewan
Nasional Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikemukakan oleh H.Alamsyah Ratu Perwiranegara
mencatat bahwa“sistem pondok dan asrama adalah sistem Nasional" (Sangkot Nasution; 2019).
Santri tidur dan belajar di pesantren, dan dalam konteks tertentu, mereka tinggal di pondok.
Pesantren merupakan tempat di mana pendidikan dan pengajaran agama dilakukan dengan sistem
seorang kiai sebagai pengajar dan wetonan sebagai metode pengajaran. Jika terdapat asrama atau
pondok untuk santri tinggal, maka disebut pesantren. Namun, jika tidak ada asrama atau pondok,
maka disebut pesantren saja. Penggunaan istilah "pondok" dalam pesantren mengacu pada adanya
fasilitas penginapan atau asrama bagi santri. Dalam hal ini, santri tidak hanya menghadiri kegiatan
pembelajaran, tetapi juga tinggal di lingkungan pesantren. Mereka belajar, beribadah, dan menjalani
kehidupan sehari-hari di dalam pesantren.
Penting untuk dicatat bahwa sistem pondok dan asrama dalam pendidikan pesantren
dianggap sebagai sistem nasional menurut pemikiran H. Alamsyah Ratu Perwiranegara,
sebagaimana dicatat oleh Dewan Nasional Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Hal ini menunjukkan
pentingnya sistem penginapan atau asrama dalam memfasilitasi pendidikan pesantren dan
memungkinkan santri untuk mengikuti kegiatan pendidikan secara intensif dan terstruktur.
Dalam konteks ini, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tidak hanya memberikan
pendidikan formal, tetapi juga memberikan pengalaman hidup yang lengkap bagi santri. Santri tidur
dan belajar di pesantren, yang menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan karakter,
pembelajaran agama, dan pengembangan keterampilan. Dengan adanya sistem pondok atau
asrama, pesantren memberikan kesempatan kepada santri untuk berinteraksi secara langsung
dengan guru dan teman sejawat, serta mengembangkan kemandirian, tanggung jawab, dan nilai-
nilai sosial. Selain itu, sistem ini juga memungkinkan santri untuk mendalami pemahaman agama

375
dan melaksanakan ibadah secara intensif, karena mereka tinggal di lingkungan yang didedikasikan
untuk pendidikan agama.
Dalam kesimpulannya, santri tidur dan belajar di pesantren, dan penggunaan istilah
"pondok" merujuk pada adanya fasilitas penginapan atau asrama. Sistem pondok dan asrama
dalam pesantren dianggap penting dalam memfasilitasi pendidikan pesantren dan memungkinkan
santri untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan mempraktikkan agama secara intensif.

Kyai
Kata kiai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa. Secara terminologi
Dalam bahasa Jawa, kata kiai berarti sesuatu yang ad diyakini tuah atau keramat. Artinya siapa pun
dengan keistimewaan dan yang luar biasa, jika dibandingkan dengan yang lain dalam Terminologi
bahasa Jawa dapat digolongkan ke dalam kategori kiai. Makna bahasa Indonesia yang lebih luas,
istilah kiai adalah pendiri dan kepala sekolah pesantren yang, sebagai seorang Muslim terpelajar,
mengabdikan hidupnya untuk allah serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran dan
pandangan Islam melalui aktivitas keagamaan (Hendi Kariyanto; 2019). Dhofer (1994: 55) kiai
adalah unsur yang paling esensial dari suatu pestantren dan kiai sering menjadi pendiri pesantren
Tentu saja pertumbuhan pesantren tergantung kepada kemampuan pribadi kiainya, Mengenai
Engkuu dan Zubaidah (2014: 119-120) tertulis bahwa kiai adalah karakter utama dalam pesantren
yang mengajar Karena, kiai adalah salah satu unsurnya dominan dalam kehidupan pesantren.
kemasyahuran, pengembangan dan kelangsungan hidup pesantren banyak tergantung pada
keterampilan dan kedalaman pengetahuan, karismatik dan berwibawa, dan keterampilan kiai yang
yang bersangkutan.
Dalam mengelola pesantren; Dalam konteks ini, pribadi kiai sangat menentukan, sebab ia
adalah tokoh sentral dalam pesantren. Yahya (2006: 228) menyimpulkan dalam sistem pendidikan
pesantren berhasil atau tidaknya suatu pendidikan dipengaruhi oleh individu pengajar dan pelajar.
Pengajar dalam hal ini adalah kiai Dhofer (1994: 79) menemukan sesungguhnya sejak Islam
datang ke Jawa, para kiai selalu terjalin dengan intellectual chains (rantai intelektual) yang tidak
terputus Itu berarti satu hal pesantren dengan pesantren lainnya, baik secara satu zaman atau dari
generasi ke generasi, terjalin hubungan intelektual yang matang perubahan dan perubahan yang
terjadi di lingkungan pesantren yang sebenarnya. Validitas pengetahuan (keaslian) dan jaminan
yang dimilikinya seorang yang di akui seorang murid yang diakui dari kiai terkenal terkenal dapat ia
buktikan melalui rantai transmisi biasanya dia menulis dengan rapi dan bisa dikonfirmasi oleh kiai
lain yang dikenal yang seangkatan dengan diri nya. di dalam Tradisi pesantren, rantai transmisi ini
disebut sanad.

Santri
Santri adalah anak atau seseorang yang mempelajari ilmu di Pesantren atau yang biasa
disebut para siswa yang belajar mendalami ilmu agama di Pesantren (Setiawan, 2012). siswa
merupakan elemen dasar dari suatu pesantren yang biasanya terdiri dari dua kelompok yaitu:
pertama,santri mukim yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren
Kedua, siswa kalong, yaitu siswa yang ada di sekitar daerah-daerah pesantren (Tatang Hidayat;
2018) dan belum menetap di pondok,tetapi mereka pulang pergi antara rumahnya dan pesantren

376
(Fauziyah, 2014). Dalam kehidupan pesantren, hubungan Guru dan murid bukan sekedar
hubungan menyampaikan ilmu tetapi memiliki kedekatan dalam hal pembentukan emosi antara
guru dan siswa Rizal (2012) sampai pada kesimpulan ini kedekatan emosional antara kiai dan
santri akan terbentuk, yang pada gilirannya akan membuat proses identifikasi. Santri sacara
inisiatif untuk belajar tentang nilai-nilai kehidupan melalui proses evaluasi manusia yang
dikaguminya. Itu sebabnya kiai sebagai karakter yang dia kagumi datang dengan memberikan
contoh yang baik untuk para santrinya.

Masjid
Masjid secara harfiah diartikan sebagai tempat sujud karena setidaknya seorang Muslim
sholat di tempat ini lima kali sehari semalam. Fungsi masjid tidak hanya untuk sholat, tetapi juga
memiliki fungsi lain seperti pendidikan dan lain sebagainya. Pada masa Nabi, masjid merupakan
tempat ibadah, urusan sosial kemasyarakatan dan pendidikan (Haidar Putra Daulay; 2008).
Masjid adalah elemen yang tak terpisahkan dari pesantren irham (2015) melaporkan bahwa
masjid merupakan ciri universalitas sistem pendidikan pesantren. Engku dan Zubaidah (2014: 118)
membenarkan hal tersebut masjid adalah elemen pokok kedua dari pesantren, di samping
berfungsi sebagai tempat untuk melakukan shalat jamaah setiap waktusedangkan masjid juga
berfungsi sebagai lokasi belajar mengajar pada Beberapa pesantren Masjid juga merupakan
tempat i'tikaf dan melakukan latihan-latihan, suluk dan żikir, serta amalan-amalan lainya dalam
kehidupan tarekat dan sufi.

Buku-buku Klasik
Unsur dasar lain yang cukup membedakan pesantren dengan Lembaga Bentuk pendidikan
lainnya adalah di pesantren diajari buku-buku klasik yang telah ditulis ulama , terdahulu
mengacu pada berbagai macam ilmu pengetahuan agama Islam dan Bahasa Arab Pelajaran
kemudian dimulai dengan buku-buku sederhana kemudian buku-buku tentang berbagai ilmu yang
mendalam. Dan tingkatan pesantren dan ajarannya banyak diketahui dari kitab-kitab yang ada di
dalamnya diajarkan (Abu Anwar; 2029).
Suryadi (2012) berbicara tentang Pendidikan Islam pada tingkat ilmiah tidak bisa
dipisahkan dari studi buku pelajaran bahasa arab. Petunjuk Islam berasal dari Alquran dan
Hadis dikodifikasi dalam bahasa Arab, dan buku teks Islam ditulis dalam banyak Bahasa Buku-buku
Arab baik klasik maupun modern. Sangat mudah, jika kita mau Mengeksplorasi aspek
pengetahuan. Peran buku tata bahasa arab dalam Islam tidak bisa diabaikan. Sejalan dengan
pendapat di atas Sanusi (2013: 62) menunjukkan kekhasan lain pesantren adalah Belajar melalui
penggunaan buku-buku tertentu sering disebut dengan “pembelajaran”. buku kuning Buku ini adalah
referensi Santri, biasanya buku ini tidak digunakan Tanda baca (Syakal). Kiai sedang membaca
terkait Versi dalam kitab tersebut , Santri Dengarkan dan tulis kembali mengenai menjelaskan kiai
mengenai kitab yang di kaji nya baik dari segi makna i'rab, syakal al-kalimat serta makna redaksi.

Kurikulum Pendidikan Pesantren


Keberadaan Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia.
Pesantren berfungsi sebagai lembaga yang digunakan untuk menyebarkan agama dan tempat

377
belajar agama Islam. kemampuan pondok pesantren tidak hanya dalam pengembangan pribadi
umat Islam, tetapi upaya untuk membawa perubahan sosial Dan kemasyarakatan (Rufaidah Salam ;
2021). Sampai saat ini berkembang pesat dengan berbagai inovasi dan reformasi. Berhubungan
dengan Perkembangan pesantren terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Pesantren Salaf/Klasik adalah pesantren yang menggunakan sistem salaf dalam proses
pendidikan. Pendidikan Salaf diperkuat dengan sistem Sorogan dan Wetonan serta sistem
klasik berupa madrasah.
2. Pesantren Semi berkembang; yaitu pesantren dengan sistem pendidikan Salaf (Weton,
Sorogan, Bandongan) dan sistem klasikal (madrasah) swasta yang kurikulumnya 90% dan
agama 10% umum.
3. Pesantren Berkembang; yaitu Pesantren seperti semi berkembang, hanya lebih beragam
dalam bidang Kurikulumnya yang terdiri dari 70% mata pelajaran agama dan 30% mata
pelajaran umum. Selain itu juga Tiga madrasah SKB menteri terselenggarakan dengan
tambahan Diniyah (Rofi’ Addaroini; 2020).
4. Pesantren Khalaf adalah pesantren yang berkembang dengan memiliki berbagai lembaga
pendidikan di dalamnya. Pendidikan yang di laksanakan melalui sistem sekolah umum
menambahkan dengan model Diniyah, Perguruan Tinggi mata pelajaran yang beragam dan
keterampilan bahasa asing.
5. Pesantren Ideal adalah pesantren yang modern, yang juga dilengkapi dengan unsur-unsur
yang lebih komprehensif dalam berbagai mata pelajaran. Pengetahuan dan praktik
keterampilan seperti pertanian, teknologi, perikanan, perbankan Pesantren jenis ini sangat
mengutamakan kualitas tanpa meninggalkan pesantren kekhasan pondok pesantren yang
masih kekinian dan merespon kebutuhan masyarakat (Nasir, 2005).

Dari jenis-jenis pesantren yang diusulkan, hanya dua jenis yang dikenal secara umum, yaitu
Salafiyah dan khalafiyah. Khalafiyah adalah pesantren modern dan merupakan tipe pengembangan
Salaf sedangkan Salafiyah adalah pesantren klasik. baik pesantren Salafiyah dan Khalafiyah
memiliki komponen-komponen yang sesuai sebagai untuk lembaga pendidikan Islam: Kiai, Santri,
Pondok, Masjid, Strategi Mengajar dan buku kuning Namun, keduanya tetap menggunakan tiga
teknik pengajaran Sorogan: Bandongan dan Wetonan .
Adapun beberapa metode pembelajaran di pesantren diantara lain, yaitu:
1. Metode Sorogan. Metode ini tergambar dari aktivitas santri, Sorog Atau menyodorkan.
Tujuannya adalah agar para siswa membagikan buku mereka secara bergiliran
bergantian kepada Kiai ataupu pembantu kiai.
2. Metode Wetonan. Cara ini disebut juga Bandongan atau Halaqah. Yakni, para santri belajar
dengan membentuk lingkaran mengelilingi para Kiai.Kegiatan ini juga dapat dilakukan di
dalam ruangan dengan menggunakan sistem pembelajaran Kuliah atau ceramah. Dalam
metode ini, siswa mendengarkan pernyataan Kiai untuk diberi dilabeli dan membuat catatan
dalam buku pedomannya. Jadi Kitab tersebut dapat diterima atau diakui oleh Kiai Yang
sebagai guru bersangkutan.
3. Metode Bandongan. Metode ini tidak mengharuskan siswa untuk menunjukkan bahwa dia
mengerti apa yang disampaikan. Karena pada dasarnya Metode Bandongan menekankan

378
pada perubahan tingkah laku atau moral sesudahnya mendapatkan pelajaran dari Kiai
atau di bacakan oleh kiai atau ustad lainnya.
4. Metode Halaqoh. Secara linguistik, Halaqo mengacu pada sekelompok siswa yang
berkumpul untuk belajar di satu tempat di bawah pengawasan seorang guru,ustadz atau kiai
Halaqoh ini meliputi kegiatan kelas dan diskusi ilmu umum, termasuk filsafat, kecuali ilmu
agama. Karena, Halaqoh ini dikelompokkan menjadi lembaga pendidikan yang terbuka
terhadap informasi Pengetahuan umum
5. Metode Pelatihan
Pesantren juga menekankan pembelajaran psikomotor Model pelatihan yang
dikembangkan mengutamakan pengembangan keterampilan praktis yang berkontribusi
pada pengembangan kemandirian terpadu, seperti pertukangan, perkebungan, perikanan,
manajemen koperasi dan kerajinan tangan Hal ini berkaitan erat dengan keterampilan lain
yang biasanya menghasilkan peserta didik yang cerdas dan ulama masa depan yang
cemerlang (Maunah, 2009).
6. Metode ceramah
Metode ceramah adalah penjelasan oleh guru secara lisan di depan kelas.
metode Itu telah digunakan sampai sekarang proses pembelajaran di kelas pada
pesantren. Metode ceramah dalam pengajaran kitab kuning lembaga pendidikan formal
dapat digunakan jika guru ingin menyampaikan hal-hal baru yang penjelasan atau
generalisasi dari materi/bahan kajian yang diberikan. Menurut Nana Sudjana, metode
ceramah ini biasa saja digunakan ketika guru ingin mengajar suatu mata pelajaran baru,
tidak ada sumber bahan belajar bagi siswa, dan menghadapi jumlah siswa yang cukup
Banyak (Abdul Adib; 2021).
7. Metode Majlis Ta'lim
Metode Majlis-ta'lim adalah “sarana untuk mentransmisikan ajaran Islam bersifat
umum dan terbuka" . Dengan menerapkan metode ini, peserta belajar atau disebut jama'ah
terdiri dari beberapa lapisan dengan latar belakang yang berbeda Pengetahuan bermacam-
macam dan tidak dibatasi oleh usia atau perbedaan jenis kelamin Penerapan metode
tersebut pada kegiatan ta’lim di pondok pesantren telah dilakukan pada waktu-waktu
tertentu, beberapa kali seminggu atau sebulan sekali. Terkait Materi yang disampaikan
dengan metode ini “biasanya berisi nasehat agama yang bersifat Amar ma'ruf Nahi munkar.
Kadang-kadang materinya diambil dari kitab-kitab tertentu, seperti Tafsir Al-Qur'an dan
Hadits" (Natsir; 2020).

Pesantren memainkan peran yang semakin konstruktif Pendidikan dengan


mengingat perkembangan zaman. Kurikulum pesantren saat ini lebih fleksibel Menarik untuk dicatat
bahwa kompetisi sekarang harus dikembangkan kurikulum paling inovatif yang up to date dengan
zaman dan beradaptasi baik di lingkungannya dalam rangka mendirikan pesantren yang
lebih unggul. Pesantren jenis ini diklasifikasikan sebagai Lembaga pendidikan nonformal karena
mereka hanya mempelajari buku-buku klasik, Tafsir, Tauhid, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tasawuf,
Mantiq dan Akhlak. Juga pesantren semacam ini Pelajari bahasa Arab secara detail termasuk
Nahwu, Balaghah, Sharaf dan Tajwid. Kesederhanaan dan kompleksitas informasi atau masalah

379
yang dibahas di dalam Buku ini akan menentukan bagaimana kurikulum Pendidikan
pesantren dapat diimplementasikan (Rahmawati, 2020).
Pesantren salaf dikenal luas menawarkan kajian mendalam proses pendidikannya
didasarkan pada karya-karya Islam klasik, juga dikenal sebagai “Kitab Kuning”, terutama karya para
ulama yang mengikutinya pemahaman Syafi'iyah. Ini adalah bagian dari pengajaran di pesantren
Pembelajaran tradisional yang menitikberatkan pada literal teks tertentu (Syafe'i, 2017). Pesantren
menggabungkan kitab kuning dengan berbagai kebutuhan hidup seperti Untuk meningkatkan
pengtahuan siswa dan memperluas pemahaman mereka tentang Al-Qur'an dan Al-Hadits yang
merupakan sumber terpercaya untuk ajaran Islam dan berdasarkan teori para sarjana; mereka yang
mendirikan Madzhab atau diakui otoritas intektual dan personalnya kitab kuning, Dibaca terutama
dan aslinya oleh pesantren-pesantren merupakan sumber refleksi intelektual dan tradisi ilmiah yang
saat ini mendefinisikan identitas Muslim Indonesia. Sebagai Sumber kemajuan Islam
Indonesia, ilmu pengetahuan tradisional berdasarkan kitab kuning dapat memunculkan orang-orang
yang peka terhadap urusan budaya local dan ingin beradaptasi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi global masa depan Pesantren memiliki kekuatan untuk
mengembangkan karakter anak, menumbuhkan kebanggaan nasional bahkan membantu mereka
belajar. keterampilan khusus (life skill) (Halid, 2019).
Model pengembangan kurikulum masing-masing pesantren memiliki ciri khas tersendiri.
Keunikan pengembangan kurikulum dapat dilihat dari hasil yang dicapai Siswa dibuktikan dengan
prestasinya. Perkembangan Kurikulum yang banyak bersifat umum digunakan adalah
teknik menggabungkan atau mengintegrasikan (integratif). Tujuannya adalah menggabungkan jenis
kurikulum dan kurikulum resmi nasional dan internasional. Kurikulum pesantren yang ideal
Mengutamakan pengembangan karakter melalui kegiatan pembelajaran dan kedisiplinan sekolah,
budaya dan administrasi yang dilakukan oleh lembaga. Semua komponen ini kemudian
digabungkan dengan lebih baik untuk mendapatkan hasil yang mengarah pada internalisasi karakter
siswa (Ma'arif, 2018). Bahkan saat ini Integrasi yang diterapkan telah mencapai peningkatan dan
karena itu lebih fleksibel Artinya, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
mengembangkan kurikulumnya sendiri secara sepenuhnya atau sebagian sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuannya. Hal yang menarik dari kehidupan di pesantren adalah sudah ada sistem
pendidikan sekolah yang baik (Budiyono, 2021).
Pesantren juga di anggap salah satu Lembaga sosial-keagamaan dan Islami sekaligus. Hal
ini dibuktikan dengan salah satu komponen Pesantren yaitu Santri. Sejauh yang diketahui, tidak
pernah ada konflik atau konfrontasi antara yang para Santri belajar di pesantren yang di Indonesia,
meskipun mereka berasal dari kelas sosial dan etnis yang berbeda. Implementasi pemahaman
perspektif Penghuni Pesantren tampaknya berhasil beroperasi. Sastra klasik memiliki melibatkan
transisi berbasis sumber daya ke pendidikan multicultural yang sumbernya di dalam Alquran dan
Hadits serta kajian lainnya konten pendidikan multikultural. Memahami keragaman dan eliminasikan
terlihat jelas di pesantren, yang ditandai dengan minimnya pengamalan terhadap siswa yang
diskriminatif. Upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional pembelajaran multikultural dilaksanakan
di pesantren pemahaman ajaran Islam yang komprehensif dan holistik (Syafe'i, 2017). sebuah
fenomena Hal ini semakin menegaskan bahwa kurikulum di pesantren sudah baik nilai positif dan

380
memberikan kontribusi penting bagi lingkungan Pendidikan dan kehidupan berbangsa (Ali
Muhtarom; 2022).
Pesantren dianggap lembaga pendidikan yang unggul. Keunggulan Hal ini dibuktikan
dengan kenyataan bahwa pesantren dapat berkembang pendidikan terpadu baik secara kultural,
struktural maupun institusional. Jadi Perspektif pesantren sebagai lembaga Pendidikan dikotomi
Islam tidak bisa dipungkiri. Karena yang ada hanya pesantren adalah lembaga pendidikan Islam
berhasil dalam mewujudkan keunggulan modernitasme dan kearifan tradisional (Kamal & Mukromin,
2019 ).

Inovasi Pengembangan Kurikulum Pesantren di Era Digital


Keberhasilan suatu sekolah sangat tergantung pada kurikulumnya yang dikembangkan
karena kurikulum untuk acuan atau seperangkat rencana dan pengeturan tentang isi dan materi
pembelajaran kegiatan belajar mengajar. Untuk pengembangan kurikulum sekolah, hal itu bisa
diartikan bahwa semua Kegiatan yang berlangsung di lingkungan pondok pesantren adalah
kurikulum Pengajaran berbasis pesantren dilaksanakan untuk mencapai tujuan Pendidikan dan
pengajaran seperti yang diharapkan (Muhammad Munif, dkk; 2021).
Kurikulum pesantren saat ini tidak hanya fokus pada kita buku Klasik (baca: ilmu agama),
tetapi juga semakin banyak mata Pendidikan umum dan keterampilan umum, di pesantren saat ini,
dikotomi ilmu sudah mulai hilang populer, beberapa pesantren bahkan mendirikan lembaga
pendidikan umum, yang berada di bawah Kementerian Pendidikan atau Kementerian Agama.
Misalnya Undar Jombang, Pondok Pesantren Iftitatul Muallim, Ciwaring, Jawa Barat dan lain-lain
(Khoirun Nisa’ & Chusnul Chotimah; 2020). Kurikulum yang diterapkan adalah keseimbangan
antara kurikulum pendidikan umum dan kurikulum Pesantren Kurikulum pendidikan umum terkait
dengan kurikulum nasional berdasarkan ketentuan UU. sedangkan, kurikulum pesantren mengacu
pada kurikulum kepada beberapa modifikasi kurikulum pondok pesantren lainnya (Dedi Sahputra
Napitupulu; 2018).
Kebutuhan santri dan masyarakat dapat dipenuhi dengan reformasi kurikulum. Perubahan
tersebut berkaitan dengan tiga bidang, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan
kurikulum pendidikan harus didahului dengan penilaian kebutuhan secara akurat untuk membuat
pekerjaan pendidikan fungsional. Kajian yang ada harus relevan dengan tuntutan era global,
khususnya pendidikan dasar keterampilan hidup yang akrab ( life skill) di lingkungan tempat tinggal
santri. Kurikulum berorentasi untuk keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan santri dan
masyarakat. Pesantren masih berfokus pada peningkatan pemahaman dan pengalaman
keagamaan santridan masyarakat. Jika melihat tantangan ke depan yang semakin sulit,
Meningkatkan kapasitas santri dan masyarakat tidak cukup dalam bidang hanya religius semata,
tetapi mereka harus didukung oleh kemampuan yang bersifat keahlian (Muhammad Idris Usman;
2013).
Pendekatan kecerdasan majemuk. digunakan dalam implementasi kurikulum.
Sedangkan evaluasinya,menerapkan penilaian menyeluruh dari semua kompetensi santri. Aspek
pengelolaan kurikulum pesantren meliputi: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Wati. W, et.al;
2022). Sejak awal pesantren harus menentukan desainnya. desain yang di maksud meliputi:
kurikulum agama saja atau kurikulum agama yang disetujui dengan kurikulum umum untuk

381
memungkinkan santri dapat mengembangkan keilmuan yang lebih luas. Saat merencanakan
kurikulum, perhatian biasanya diberikan pada visi, misi, dan tujuan pesantren. Penyusun kurikulum
adalah pengelola Kiai dan Pesantren. Tim pengembangan kurikulum terdiri dari pengasuh,
sesepuh, ustad senior dan pengelola pesantren. Kurikulum akan diubah atau dikembangkan sesuai
dengan tuntutan dan tantangan zaman.
Metode yang biasa digunakan di pondok pesantren adalah Sorogan, Bandongan, Bahtsul
Masa'il, Ceramah dan lain-lain. Penilaian Kurikulum Pesantren diselenggarakan pada akhir tahun
pelajaran. Pesantren sering melakukan hal ini bersamaan dengan tahun ajaran baru secara formal
Penilaian dilakukan oleh pengelola pesantren, Dewan Asatid dan pengurus Pesantren. Seiring
berjalannya waktu, pesantren sering dipandang sebelah mata karena kurikulumnya yang statis.
Untuk menghilangkan stigma negatif yang ada, pesantren menggunakan kurikulum yang bervariasi.
Di era saat ini sudah muncul sebuah perlombaan untuk menciptakan pesantren unggulan.
Pesantren berlomba-lomba mengembangkan kurikulum paling inovatif yang sesuai dengan
lingkungan dan zaman. Kurikulum yang beragam tercermin dari tipologi pesantren. Contoh
kurikulum pondok pesantren salaf . Kurikulum Pesantren Salaf, sebuah lembaga pendidikan non-
formal, hanya membahas kitab-kitab klasik seperti:Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqh, ushul Fiqh,
Tasawuf, bahasaArab, Nahwu, Balaghah, Shoroff, Mantiq dan Akhlak. Penerapan literasi pendidikan
pesantren ini pada tingkat kemudahan dan kompleksitas ilmu atau topik yang dibahas dalam kitab.
Kurikulum ini terdiri dari tiga tingkatan; pemula, menengah dan lanjutan.
Kurikulum berikut adalah kurikulum pesantren modern. Ciri-ciri pesantren modern mulai
memenuhi kurikulum yang disponsori oleh Kementerian Agama untuk pendidikan Islam di sekolah
formal (madrarah). Kurikulum khusus pesantren berorientasi pada muatan lokal atau
diimplementasikan melalui kebijakannya sendiri. Gambaran lain dari kurikulum adalah pembagian
waktu belajar, yaitu santri-santri belajar keilmuan sesuai dengan kurikulum universitas yang ada.
Sisa waktunya digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman khas pesantren. komponen utama
dari kurikulum adalah:Tujuan pendidikan, bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi
(penilaian).
Paradigm UU Sisdiknas, kita bisa menafsirkannya Pendidikan agama sebagai pesantren
mendapatkan legalitas untuk mendorong pengembangan potensi siswa, sehingga mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Jadi pesantren ini adalah kesempatan besar untuk mereformasi
kurikulumnya yang sesuai perkembangan zaman saat ini. Oleh karena itu, tujuan dan arah
pengembangan Pesantren masa depan Hal tersebut diperkirakan terkait dengan setidaknya tiga
faktor penting; Pertama: pola Penyelenggaraan pesantren bersifat mandiri dan terkooptasi oleh
negara, kedua: ketiga: sistem nilai yang di gunakan adalah bagian Karya referensi harus dikaitkan
dengan konteks realitas yang berkembang saat ini dari masyarakat yang luas sebagai
pengguna jasa dari out put Pesantren Berbekal ketiga unsur tersebut,
diharapkan pesantren mampu: untuk membuat terobosan baru dalam desain pondok pesantren
refsentatif masa depan (Hermanto Halil, 2016).
Mengenai kurikulum, dari segi bahan ajar pesantren tetap fokus pada pendidikan agama
Islam, tetapi mereka di berikan materi kewirausahaan, keterampilan dan teknologi informasi, yang
tidak termasuk dalam struktur kurikulum pesantren, melainkan ekstrakurikuler (Dewi
Fatmawati,Ahmad Rifa’I; 2021). Dalam konteks kurikulum pesantren, fokus utama pendidikan tetap

382
pada pendidikan agama Islam. Namun, ada beberapa pesantren yang mengadopsi pendekatan
inovatif dengan memperluas cakupan materi pembelajaran melalui ekstrakurikuler yang meliputi
bahan ajar seperti kewirausahaan, keterampilan, dan teknologi informasi. Meskipun materi tersebut
tidak termasuk dalam struktur kurikulum pesantren tradisional, pemberian materi tersebut dianggap
penting untuk membekali santri dengan keterampilan tambahan yang relevan dengan
perkembangan zaman.
Salah satu alasan untuk memperkenalkan materi-materi tersebut dalam bentuk
ekstrakurikuler adalah untuk memberikan kesempatan kepada santri untuk mengembangkan potensi
mereka di luar ranah pendidikan agama. Materi kewirausahaan, misalnya, dapat memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi wirausaha yang sukses di masa
depan. Sementara itu, keterampilan dan teknologi informasi membantu santri memahami dan
menggunakan teknologi modern dengan efektif.
Dengan memperkenalkan materi-materi tersebut melalui ekstrakurikuler, pesantren dapat
memberikan peluang bagi santri untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan mereka di luar
konteks pendidikan agama. Hal ini dapat membantu mereka menghadapi tantangan yang ada dalam
era digital dan meningkatkan kesiapan mereka untuk memasuki dunia kerja yang semakin
kompleks.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun bahan ajar seperti kewirausahaan, keterampilan,
dan teknologi informasi tidak termasuk dalam struktur kurikulum pesantren, tetapi pengenalan dan
pengembangan materi tersebut melalui ekstrakurikuler tetap menjadi bagian penting dari pendidikan
pesantren yang komprehensif. Dengan demikian, pesantren dapat menggabungkan nilai-nilai agama
dengan pengetahuan dan keterampilan tambahan yang relevan dengan perkembangan zaman,
sehingga memberikan pendidikan yang holistik dan sesuai dengan kebutuhan santri dalam
menghadapi tantangan masa depan.
Dalam hal manajemen kurikulum, digunakan kurikulum yang terpadu antara kurikulum
nasional dan kurikulum kepesantrenan (formal dan salafi). Kedua jenis materi pembelajaran dalam
kedua jenis kurikulum tersebut disampaikan secara terpadu kepada para siswa/santri secara klasikal
dengan materi salafi diberikan berdasarkan tingkat kelas formal. Namun, pesantren juga
mempertahankan sistem pembelajaran salafi berupa wetonan, sorogan, dan bandongan yang
diberikan secara terpisah di luar jam intrakurikuler (Ahmad Damanhuri, dkk; 2013). Dalam
manajemen kurikulum pesantren, digunakan pendekatan terpadu yang menggabungkan antara
kurikulum nasional dan kurikulum kepesantrenan, yang mencakup aspek formal dan salafi.
Kurikulum nasional merujuk pada kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan formal,
sementara kurikulum kepesantrenan mengacu pada kurikulum yang berfokus pada pendidikan
agama Islam dan nilai-nilai kepesantrenan.
Kedua jenis materi pembelajaran dari kurikulum nasional dan kurikulum kepesantrenan
tersebut disampaikan kepada siswa/santri secara terpadu melalui metode pembelajaran klasikal.
Materi pembelajaran salafi, yang berfokus pada pemahaman agama Islam berdasarkan ajaran
salafusshalih (generasi awal Islam), diberikan sesuai dengan tingkat kelas formal. Ini berarti bahwa
materi salafi disampaikan dalam kurikulum nasional, diintegrasikan dengan materi-materi lain yang
diajarkan dalam konteks pendidikan formal. Namun, pesantren juga mempertahankan sistem
pembelajaran salafi tradisional yang melibatkan metode wetonan, sorogan, dan bandongan. Metode

383
pembelajaran salafi ini diberikan secara terpisah dari jam intrakurikuler, yang berarti di luar jam
pembelajaran yang terstruktur secara formal. Metode-metode ini mencakup pengajian kitab kuning,
bacaan kitab-kitab salafi, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang memperdalam pemahaman
agama Islam secara mendalam.
Dengan pendekatan terpadu ini, pesantren mencoba untuk mengintegrasikan pendidikan
formal dengan pendidikan agama Islam yang kuat berdasarkan ajaran salafi. Kurikulum nasional
memberikan landasan pengetahuan umum yang dibutuhkan oleh siswa/santri, sementara kurikulum
kepesantrenan memperdalam pemahaman agama dan mempertahankan tradisi kepesantrenan
yang khas. Dalam hal ini, pesantren menjaga keseimbangan antara pembelajaran formal dan
pendalaman nilai-nilai keagamaan. Dalam manajemen kurikulum pesantren, pendekatan terpadu ini
memungkinkan siswa/santri untuk memperoleh pendidikan yang holistik, menggabungkan
pengetahuan umum dengan pemahaman mendalam tentang agama Islam. Selain itu, sistem
pembelajaran salafi yang terpisah juga memberikan ruang bagi siswa/santri untuk memperdalam
pemahaman dan praktik keagamaan dengan lebih fokus dan intensif di luar kurikulum formal.

KESIMPULAN
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memegang peranan penting dalam
sejarah Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dan Madura. Pesantren, jika di Aceh disebut
Rangkang atau Meunasah sedangkan di Sumatera Barat disebut Surau. Istilah pondok pesantren
dalam arti Kehidupan sehari-hari terkadang hanya disebut Pondok atau Pesantren dan bisa juga
disebut demikian bersama dengan pesantren, Di Indonesia lebih populer dengan sebutan pondok
pesantren. Unsur-unsur pesantren meliputi; pondok, kyai, santri, masjid,dan buku-buku klasik.
Pesantren memainkan peran yang semakin konstruktif Pendidikan dengan
mengingat perkembangan zaman. Kurikulum pesantren saat ini lebih fleksibel Menarik untuk dicatat
bahwa kompetisi sekarang harus dikembangkan kurikulum paling inovatif yang up to date dengan
zaman dan beradaptasi baik di lingkungannya dalam rangka mendirikan pesantren yang
lebih unggul. Pesantren jenis ini diklasifikasikan sebagai Lembaga pendidikan nonformal karena
mereka hanya mempelajari buku-buku klasik, Tafsir, Tauhid, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tasawuf,
Mantiq dan Akhlak. Juga pesantren semacam ini Pelajari bahasa Arab secara detail termasuk
Nahwu, Balaghah, Sharaf dan Tajwid. Kesederhanaan dan kompleksitas informasi atau masalah
yang dibahas di dalam penelitian ini menyajikan bagaimana kurikulum pendidikan pesantren dapat
diimplementasikan, Mengenai kurikulum, dari segi bahan ajar pesantren tetap fokus pada
pendidikan agama Islam, tetapi mereka di berikan materi kewirausahaan, keterampilan dan
teknologi informasi, yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum pesantren, melainkan
ekstrakurikuler.
Dalam hal manajemen kurikulum, digunakan kurikulum yang terpadu antara kurikulum
nasional dan kurikulum kepesantrenan (formal dan salafi). Kedua jenis materi pembelajaran dalam
kedua jenis kurikulum tersebut disampaikan secara terpadu kepada para siswa/santri secara klasikal
dengan materi salafi diberikan berdasarkan tingkat kelas formal. Namun, pesantren juga
mempertahankan sistem pembelajaran salafi berupa wetonan, sorogan, dan bandongan yang
diberikan secara terpisah di luar jam intrakurikuler.

384
DAFTAR PUSAKA
ABDUL ADIB,METODE PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN, jurnal
mubtadiin,Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021.
Abu Anwar, KARAKTERISTIK PENDIDIKAN DAN UNSUR-UNSUR KELEMBAGAAN DI
PESANTREN, potensia: jurnal Pendidikan islam Vol. 2, No. 2, Desember 2016.
Adiyono, A. (2019). Kontribusi Seleksi dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah
Menengah Pertama Se-Kabupaten Paser (Doctoral dissertation, Pascasarjana).
Adiyono, A. (2020). Pasca Pandemi Covid-19 Perspektif Pendidikan Islam. Fikruna, 2(2), 56-73.
Adiyono, A. (2020). Pendekatan Pendidikan Islam Dalam Penerapan Manajemen. FIKRUNA, 2(1),
74-90.
Adiyono, A. (2020). UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM PEMBINAAN PERILAKU
KEAGAMAAN SISWA KELAS X AGAMA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI PASER. Cross-
border, 3(1), 224-243.
Adiyono, A. (2021). Implementasi Pembelajaran: Peluang dan Tantangan Pembelajaran Tatap Muka
Bagi Siswa Sekolah Dasar di Muara Komam. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6), 5017-
5023.
Adiyono, A. (2022). Pengaruh gaya kepemimpinan demokratis kepala madrasah terhadap kinerja
guru. Fikruna, 4(1), 50-63.
Adiyono, A., & Astuti, H. (2022). Processing Of Education Assessment Results In The Evaluation Of
Learning Outcomes. Salwatuna: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 50-59.
Adiyono, A., & Pratiwi, W. (2021). Teachers' Efforts in Improving the Quality of Islamic Religious
Education. Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal),
4(4), 12302-12313.
Adiyono, A., & Rohimah, N. (2021). Peran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Agama Islam Di MTs Negeri 1 Paser. Journal of Innovation Research and Knowledge, 1(5),
867-876.
Adiyono, A., Agnia, A. S., & Maulidah, T. (2023). Strategi Manajemen Kurikulum dan Metode
Pembelajaran Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MTs Nashirul As’ adiyah
Pepara Tanah Grogot. El-Idare: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 9(1), 124-130.
Adiyono, A., Fadhilatunnisa, A., Rahmat, N. A., & Munawarroh, N. (2022). Skills of Islamic Religious
Education Teachers in Class Management. Al-Hayat: Journal of Islamic Education, 6(1),
104-115.
Adiyono, A., Irvan, I., & Rusanti, R. (2022). Peran Guru Dalam Mengatasi Perilaku Bullying. Al-
Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 6(3), 649-658.
Adiyono, A., Lesmana, A. R., Anggita, D., & Rahmani, R. (2023). Implementasi Supervisi Akademik
dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMKN 4 Tanah Grogot. Journal on
Education, 5(2), 3492-3499.
Adiyono, A., Nova, A., & Arifin, Z. (2021). Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum PAI. Media
Sains1, 69-82.
Adiyono, A., Umami, F., & Rahayu, A. P. (2023, May). The Application of the Team Game
Tournament (TGT) Learning Model in Increasing Student Interest in Learning. In Proceeding
of International Conference on Education, Society and Humanity (Vol. 1, No. 1, pp. 791-
799).
Adiyono, A., Yulianti, Y., Azmi, M., Nisa, E. F., Aurelita, I. S., Zulfa, Z., & Rahmawati, R. (2022).
Konkretisasi Mahasiswa Praktek Pengalaman Lapangan (Ppl) Stit Ibnu Rusyd Tanah
Grogot Di Mts Negeri 1 Paser. Journal of Community Dedication, 2(4), 231-245.
Ahmad Damanhuri, Endin Mujahidin, Didin Hafidhuddin, Inovasi Pengelolaan Pesantren dalam
Menghadapi Persaingan di Era Globalisasi, ,ta’dibuna,Vol. 2, No. 1, April 2013.

385
Al Rashid, B. H., Sara, Y., & Adiyono, A. (2023). Implementation Of Education Management With
Learning Media In Era 4.0. International Journal of Humanities, Social Sciences and
Business (INJOSS), 2(1), 48-56.
Ali Muhtarom, KIAI DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PESANTREN DI ERA
DIGITALISASI,arfannur, Vol. 3, No. 3, 2022.
Dedi Sahputra Napitupulu, INOVASI SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN (Studi Pada
Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah), al-fatih: jurnal Pendidikan dan keislaman,Vol. I.
No. 2 Juli – Desember 2018.
Dewi Fatmawati,Ahmad Rifa’I,KURIKULUM PESANTREN IDEAL DI ERA DIGITAL,syntax literate,
Vol.6, No.6, Juni 2021.
Edy sutrisno,model pengembangan pesantren di era di modern,(malang: quepedia, 2021).
Fatimah, S., & Suib, M. S. (2019). Transformasi Sistem Pembayaran Pesantren Melalui E-Money Di
Era Digital (Studi Pondok Pesantren Nurul Jadid). Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 20(2), 96-
108.
H. M. Natsir, SISTEM PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN AL-AZIZIYAH ANALISIS
TERHADAP METODE DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN FORMAL DAN NONFORMAL,
jurnal penelitian keislaman,Vol.16 No.1 (2020).
Haidar Putra Daulay, ,sejarah pertumbuhan dan pembaruan islam di Indonesia( Jakarta: PRENA
MEDIA GROUP, 2007).
Halimah, N., & Adiyono, A. (2022). Unsur-Unsur Penting Penilaian Objek Dalam Evaluasi Hasil
Belajar. EDUCATIONAL JOURNAL: General and Specific Research, 2(1), 160-167.
Hendi Kariyanto, PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MASYARAKAT MODERN, Edukasia
Multikultura | Vol. 1, Edisi 1, Agustus 2019.
Hermanto Halil, INOVASI KURIKULUM PESANTREN DALAM MEMPROYEKSIKAN MODEL
PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN, ulumunna: jurnal studi keislaman,Vol.1 No.2
Desember 2015.
Hilir, A., Nova, A., Faridah, E. S., Jamaluddin, G. M., Komariah, N., Sayekti, S. P., & Arifin, Z.
(2022). Evaluasi Dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Julaiha, J., Jumrah, S., & Adiyono, A. (2023). Pengelolaan Administrasi Madrasah Tsanawiyah Al-
Ihsan dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Madrasah. Journal on Education, 5(2),
3108-3113.
Kabariah, S., & Adiyono, A. (2023). Efforts to Use Technology Effectively in Supporting the
Implementation of Educational Supervision. Indonesian Journal of Education (INJOE), 3(1),
63-78.
Khoirun Nisa’ & Chusnul Chotimah, PENGEMBANGAN KURIKULUM PONDOK PESANTREN,
inovatif,Vol 6, No. 1 Pebruari 2020.
Mardhatillah, A., Fitriani, E. N., Ma’rifah, S., & Adiyono, A. (2022). Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Di Sma Muhammadiyah
Tanah Grogot. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Kearifan Lokal, 2(1), 1-17.
Maulida, L. (2021). Upaya Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru di Madrasah Tsanawiyah Hubbul Wathan NW Tahun Ajaran
2020/2021. Jurnal Revolusi Indonesia, 1(3), 149-158.
Muhammad Idris Usman, PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (Sejarah Lahir,
Sistem Pendidikan, dan Perkembangannya Masa Kini), jurnal al-hikmah,Vol. XIV Nomor
1/2013.
Muhammad Munif , Fathor Rozi , Moh. Aminullah, Inovasi Pengembangan Kurikulum Sekolah
Berbasis Pesantren dalam Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat, mahazhim: jurnal
manajemen dan keislaman,Volume 3, Nomor 2, Agustus 2021.

386
Musri, N. A., & Adiyono, A. (2023). Kompetensi Guru Mata Pelajaran Fiqih dalam Meningkatkan
Keunikan Belajar. Jurnal Ilmu Manajemen dan Pendidikan (JIMPIAN), 3(1), 33-42.
Nenden Maesaroh, TUGAS DAN FUNGSI PESANTREN DI ERA MODERN, SOSIETAS, VOL. 7,
NO. 1, 2017.
Rahayuningtias, Z. D. (2021). Penerapan Model Pengembangan Kurikulum PAI SMA Negeri 1 Batu
Engau. SOKO GURU: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(2), 72-80.
Rofi’ Addaroini, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama di Pesantren, Madrasah dan Sekolah,
prosiding pasaca sarjana IAIN kediri,Volume 3, November 2020.
Rohmawati, O., Poniyah, P., & Adiyono, A. (2023). Implementasi Supervisi Pendidikan Sebagai
Sarana Peningkatan Kinerja Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jurnal Pendidikan Dan
Keguruan, 1(3), 108-119.
Rufaidah Salam, Pendidikan di Pesantren dan Madrasah, iqra: jurnal Pendidikan islam,Vol 1 Nomor
1, Juni 2021.
SANGKOT NASUTION, PESANTREN: KARAKTERISTIK DAN UNSUR-UNSUR KELEMBAGAAN,
tazkiya: jurnal Pendidikan islam Vol. VIII. No. 2, Juli – Desember 2019.
Saraya, A., Mardhatillah, A., & Fitriani, E. N. (2023). Educational Supervision of The Efforts Made
Madrasah Family in Mts Al-Ihsan in Increasing The Professionalism of Teachers Teacher
Professionalism. Cendekia: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 17(1), 16-29.
Tatang Hidayat1, Ahmad Syamsu Rizal , Fahrudin, PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA, ta’dib: jurnal Pendidikan islam,Vol. 7 No. 2
(2018) 461-472.
Wati, F., Kabariah, S., & Adiyono, A. (2022). Penerapan Model-Model Pengembangan Kurikulum Di
Sekolah. Adiba: Journal Of Education, 2(4), 627-635.
Wati, W. C. (2022). Analisis Standar Hasil Evaluasi Melalui Proses Belajar. SOKO GURU: Jurnal
Ilmu Pendidikan, 2(2), 170-176.

387

You might also like