Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Luka Metode Moist Wound Healing Di

Rs Pmi Aceh Utara

Humaira1, Mursal2, Abrar3


1
Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
2
Dosen Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
3
Dosen Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
*
Correspondence : humaira97aira@gmail.com
ABSTRACT
Wounds are damage to the integrity of the skin caused by many things such as friction, trauma,
temperature, infection and others. The incidence of injuries is increasing every year, both either
acute or chronic wounds. A recent research in America showed the prevalence of patients with
wounds was 3.50 per 1000 population. The majority of wounds often occurred on the people in
the world were caused by surgery / trauma (48.00%), leg ulcers (28.00%) and pressure sores
(21.00%). Moist wound healing is the latest method which is effective in healing wounds. The
objective of this research was to know the level of knowledge of nurses about wound care by
using the moist wound healing method at the Hospital of PMI, Aceh Utara Regency. This research
design was descriptive using 60 people as population and 36 people as samples. The sampling
was taken through a purposive sampling technique and it was the technique selected with
specified criteria where the researcher selected 36 respondents as the samples. This research was
conducted at the Hospital of PMI, Aceh Utara Regency using a questionnaire sheets. The
statistical analysis used in this research was univariate analysis. Based on the results of the
research, it showed that 19 respondents (52.8%) had sufficient knowledge and 11 respondents
(30.6%) had insufficient knowledge. This data showed that the majority of respondents who had
sufficient and insufficient knowledge. It is recommended that the Hospital of PMI, Aceh Utara
can give facilitation and training of wound care for nurses so that the knowledge and skills of
nurses will be better which has an impact on improving the quality of nursing care.
Key words : The Knowledge of Nurses, Wound care, Moist Wound Healing

ABSTRAK
Luka merupakan kerusakan integritas kulit yang disebabkan oleh banyak hal seperti gesekan,
trauma, suhu, infeksi dan lainnya. Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik
luka akut maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan prevalensi
pasien dengan luka adalah 3.50 per 1000 populasi penduduk. Mayoritas luka pada penduduk dunia
adalah luka karena pembedahan/trauma (48.00%), ulkus kaki (28.00%), luka dekubitus (21.00%).
Moist wound healing merupakan metode terkini yang efektif menyembuhkan luka. Tujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan luka metode moist wound healing.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah populasi 60 orang dan jumlah sampel 36 orang
dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu teknik pengmbilan sampel
dengan kriteria yang ditentukan sebanyak 36 responden. Penelitian ini dilakukan di RS PMI Aceh
Utara dengan menggunakan lembar kuisioner. Analisa statistik yang digunakan adalah analisa
univariat. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 19 responden (52,8%) memiliki pengetahuan
yang cukup dan 11 responden (30,6%) memiliki pengetahuan kurang. Data tersebut menunjukkan
mayoritas responden memiliki pengetahuan yang cukup dan kurang. Disarankan bagi pihak RS
agar dapat menfasilitasi pealtihan perawatan luka bagi perawat sehingga pebgetahuan dan
ketrampilan perawat menjadi lebih baik yang berdampak pada peningkatan kualitas asuhan
keperawatan.
Kata Kunci : Pengetahuan Perawat, Perawatan Luka, Moist Wound Healing
PENDAHULUAN tenaga seminimal mungkin. Oleh
Luka merupakan gangguan karena itu perawat harus melakukan
integritas kulit yang disebabkan oleh perawatan luka yang tepat sesuai
banyak hal, diantaranya gesekan, perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekanan, suhu, infeksi dan lain-lain teknologi (Potter dan Perry, 2009
(Aristanty, 2012). Angka kejadian luka dalam Naralia, T, 2015).
setiap tahun semakin meningkat, baik Perawatan luka merupakan
luka akut maupun luka kronis. Sebuah asuhan keseharian perawat di bangsal,
penelitian terbaru di Amerika terutama pada ruang perawatan medical
menunjukkan prevalensi pasien dengan surgical. Perawat dituntut untuk
luka adalah 3.50 per 1000 populasi mempunyai pengetahuan dan
penduduk. Mayoritas luka pada keterampilan yang adekuat terkait
penduduk duniacadalah luka karena dengan proses perawatan luka yang
pembedahan / trauma (48.00%), ulkus dimulai dengan pengkajian
kaki (28.00%), luka dekubitus komprehensif, perencanaan intervensi
(21.00%). Pada tahun 2009, yang tepat, implemantasi tindakan,
MedMarket Diligence, sebuah asosiasi evaluasi hasil yang ditemukan selama
luka di Amerika melakukan penelitian perawatan serta hasil dokumentasi hasil
tentang insiden luka di dunia yang sistematis (Sinaga, dkk,2012).
berdasarkan etiologi penyakit. Teknik perawatan luka terkini
Diperoleh data untuk luka bedah ada di dunia keperawatan yaitu
110.30 juta kasus, luka trauma 1.60 juta menggunakan prinsip lembab tertutup,
kasus,luka lecet ada 20.40 juta kasus, suasana lembab pada luka mendukung
luka bakar 10 juta kasus, ulkus terjadinya proses penyembuhan luka
dekubitus 8.50 juta kasus, ulkus vena (Blackley, 2004 dalam Septiyanti,
12.50 juta kasus, ulkus diabetik 13.50 Maria dkk, 2014). Teknik perawatan
juta kasus, amputasi 0.20 juta pertahun, luka lembab dan tertutup atau yang
karsinoma 0.60 juta pertahun, dikenal “moist wound healing” adalah
melanoma 0.10 juta, komplikasi kanker metode mempertahankan kelembaban
kulit ada sebanyak 0.10 juta kasus luka dengan menggunakan bahan
(Wound West, 2013). balutan penahan kelembaban sehingga
Dalam melakukan perawatan menyembuhkan luka, pertumbuhan
luka yang tepat diperlukan jaringan dapat terjadi secara alami.
keterampilan perawat, sesuai dengan Moist wound healing bertujuan
perkembangan ilmu pengetahuan dan untuk mempertahankan isolasi
teknologi (Potter dan Perry, 2009 lingkungan luka yang tetap lembab
dalam Naralia T, 2015). Penanganan dengan menggunakan balutan penahan
yang tepat pada luka akut dan kronis kelembaban oklusif dan semi oklusif.
bertujuan agar tidak jatuh kepada Balutan tersebut dapat mempercepat
kondisi komplikasi seperti infeksi dan penyembuhan 45% lebih cepat,
akhirnya memperlama waktu mengurangi komplikasi infeksi dan
penyembuhan luka serta mencegah pertumbuhan jaringan parut residual
terjadinya keparahan yang lebih serius. sehingga perawatan luka dapat
Dalam hal ini perawat bertangggung dioptimalkan Schultz et all, 2007 dalam
jawab membantu klien memperoleh naralia T, 2015).
kembali kesehatan dan kehidupan Munculnya konsep “moist
mandiri yang optimal melalui proses wound healing”menjadi dasar
pemulihan dengan biaya, waktu dan munculnya pembalut luka modern
(Mutiara, 2009 dalam Septiyanti, dkk, Masalah dengan pendekatan ini adalah
2014). seiring dengan jaringan mati yang
Maibach, Bashir dan McKibbon terkelupas, sel-sel pertumbuhan halus
(2002) dalam Naralia, T (2015), dan jaringan granulasi juga berhenti
mengatakan metode lembab dengan bertumbuh. Hal ini mengakibatkan
balutan tertutup secara klinis memiliki tidak hanya pertumbuhan jaringan
keuntungan akan meningkatkan sehat yang terganggu, tetapi juga
proliferasi dan migrasi dari sel-sel menimbulkan rasa nyeri yang
epitel disekitar lapisan air yang tipis, berlebihan (Kohr, 2011 dalam Naralia,
mengurangi resiko infeksi dan T, 2015).
timbulnya jaringan parut. Beberapa Penelitian oleh Sinaga (2012)
keunggulan metode ini dibandingkan menyatakan bahwa 100% perawat di
dengan kondisi luka yang kering adalah RSUP Dr. djasemen Saragih Pematang
meningkatkan re-epitalisasi 30-50%, Siantar masih menerapkan cara lama
meningkatkan sintesa kolagen dalam perawatan luka yang digunakan
sebanyak 20-60%, dan rata-rata re- dengan teknik basah dan kering, hal ini
epitalisasi dengan kelembaban 2-6 kali dapat menyebabkan hipogranulasi dan
lebih cepat dan epitelisasi terjadi 3 hari hipergranulasi, serta mempercepat
lebih awal daripada luka yang terjadinya infeksi.
dibiarkan terbuka dan mengering. Berdasarkan hasil wawancara
Berdasarkan penelitian terkait awal di RS PMI Aceh Utara terdapat 10
oleh Riani, dkk pada tahun 2017 di orang perawat, diantaranya di peroleh 6
RSUD Bakinang mengatakan pasien orang perawat tidak mengetahui teknik
dengan luka diabetik yang perawatan luka menggunakan metode
mendapatkan perawatan luka diperoleh moist wound healing dan 4 orang
penurunan skor derajat luka yang perawat lainnya mengetahui teknik
cukup besar pada kelompok dengan perawatan luka menggunakan metode
metode moist wound healing di moist wound healing. Berdasarkan latar
bandingkan menggunakan NaCl 0,9 % belakang tersebut diatas maka penulis
+ madu. tertarik untuk melakukan penelitian
Naralia T (2015) di RSUD H. dengan judul “Pengetahuan Perawat
Adam Malik hasil penelitiannya Tentang Perawatan Luka Metode Moist
menunjukkan 50% perawat yang Wound Healing di RS PMI Aceh
memiliki pengetahuan cukup tentang Utara”.
perawatan luka dengan menggunakan
metode moist wound healing dan METODE PENELITIAN
31,7% responden memiliki Desain penelitian yang
pengetahuan yang kurang tentang digunakan dalam penelitian ini adalah
perawatan luka metode moist wound deskriptif yang bertujuan untuk
healing. mengetahui pengetahuan perawat
Perawatan luka di Rumah Sakit tentang perawatan luka metode moist
saat ini masih menggunakan metode wound healing di RS PMI Aceh Utara.
basah ke kering. Metode tersebut Populasi dalam penelitian ini adalah
menggunakan kasa yang basah semua perawat di RS PMI Aceh Utara
menutupi luka dan kemudian yang berjumlah 60 orang. Teknik
membiarkannya kering pada luka pengambilan sampel yang digunakan
tersebut, dan setelah kering bekas luka dalam penelitian ini adalah purposive
atau jaringan matinya bisa dikupas. sampling yaitu penentuan sampel
N Data Frekue Persenta distribusi dan persentase dari tiap
o. Demogr nsi (f) se (%) variabel dengan menggunakan rumus
afi persentase
Umur
1 17-25 11 30,6 % HASIL PENELITIAN
2 tahun 20 55,6 % Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi
3 26-35 4 11,1 % Responden Berdasarkan Data
4 tahun 1 2,8 % Demografi di RS PMI Aceh Utara
36-45 Tahun 2020 (n = 36)
tahun
46-55 Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh
tahun bahwa mayoritas umur responden
Jenis penelitian adalah 26-35 tahun sebanyak
Kelamin 20 responden (55,5%) dengan jenis
1 LK 10 27,8 % kelamin rata-rata perempuan sebanyak
2 PR 26 72,2 % 26 responden (72,2%), pendidikan
Pendidik minimal DIII sebanyak 30 responden
an (83,3%), lama bekerja rata-rata
1 Ns 6 16,7 % responden adalah 1-5 tahun sebanyak
2 DIII 30 83,3 % 20 responden (55,6%) dan yang pernah
Lama mengikuti pelatihan perawatan luka
Bekerja sebanyak 4 responden (11,1%) dan
1 1-5 20 55,6 % yang tidak mengikuti pelatihan dari 36
2 tahun 9 25 % responden yang diteliti.
3 6-10 7 19,4 %
tahun Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi
11-15 Pengetahuan Perawat Tentang
tahun Perawatan Luka Metode Moist Wound
Pernah Healing di RS PMI Aceh Utara
Ikut
Pelatiha
n Luka No Pengetahua Jumlah
1 YA 4 11,1 % . n Frekuen Persenta
2 TIDAK 32 88,9 % si (f) se (%)
Jumlah 36 100 % 1 Baik 6 16,7 %
dengan pertimbangan khusus sehingga 2 Cukup 19 52,8 %
layak dijadikan sampel (Khairani, 3 Kurang 11 30,6 %
2016). Jumlah sampel pada penelitian Total 36 100%
ini adalah 36 orang perawat yang
menangani perawatan luka dengan Tabel 5.2 diperoleh hasil
mengacu pada kriteria inklusi dan pengetahuan perawat tentang
eksklusi yang telah ditetapkan perawatan luka metode moist wound
Analisa data yang digunakan healing di RS PMI Aceh Utara dalam
pada penelitian ini adalah analisa katagori baik sebanyak 6 responden
univariat. Analisa ini dilakukan (16,7%), katagori cukup sebanyak 19
terhadap tiap variabel dari hasil responden (52,8%), dan katagori
penelitian. pada umumnya dalam kurang sebanyak 11 responden
analisis ini hanya menghasilkan (30,5%).
PEMBAHASAN responden (83,3%) dan perawat
professional (Ners) sebanyak 6
Data karakteristik responden responden (16,7%). Pendidikan
yang didapat dari hasil penelitian ini merupakan salah satu faktor penting
diperoleh bahwa mayoritas umur yang dapat menambah pengetahuan
responden peneliti adalah 26-35 tahun seseorang, sehingga tingkat pendidikan
sebanyak 20 responden (55,5%). Usia mendukung pengetahuan yang baik
dewasa dalam penelitian ini merupakan yang dimiliki responden paada
usia produktif dimana pada usia ini penelitian ini. Hal ini didukung oleh
responden akan memusatkan harapan- pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa
harapannya untuk bersaing dengan pendidikan dapat mempengaruhi cara
responden yang lain atau rekan pandang seseorang terhadap informasi
kerjanya.menurut Ramadhani (2015) baru yang diterimanya. Maka dapat
semakin bertambahnya usia maka dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pekerja akan membawa sifat-sifat pendidikannya, maka semakin mudah
positif dan melaksanakan pekerjaannya seseoarang menerima informasi yang di
seperti interaksi yang komitmen dalam dapatnya. Hal ini sejalan dengan
pekerjaannya. Menurut Hasibuan penelitian Septiyanti (2015),
(2010), umur akan mempengaruhi menunjukkan ada peningkatan
kondisi fisik, mental, kemampuan kerja pengetahuan yang signifikan antara
dan tanggung jawab seseorang. tingkat pengetahuan sebelum dan
sesudah diberikan edukasi mengenai
Mayoritas responden yang ikut
perawatan luka lembab tertutup di RS
berpartisipasi dalam penelitian ini
Eka Hospital Pekanbaru.
berjenis kelamin rata-rata perempuan
yaitu sebanyak 26 responden (72,2%). Pada penelitian ini hampir
Hal ini disebabkan karena perawat setengah dari total responden memiliki
identik dengan seorang wanita, pengalaman bekerja dalam pelayanan
meskipun dalam kenyataan nya laki- keperawatan yaitu 1-5 tahun sebanyak
laki juga memiliki hak serta mampu 20 responden (55,6 %). Pengalaman
berprofesi sebagai seorang perawat merupakan aspek terpenting dalam
(Sheldon, 2010). Hal ini sejalan dengan proses pembelajaran yang dapat
pendapat Nilson dan Lasson (2005, berimplikasi positif menambah
dalam Potter dan Perry, 2009) pengetahuan seseoarang terhadap suatu
menunjukkan bahwa laki-laki hal. Sesuai penelitian yang dilakukan
cenderung mengkomunikasikan oleh Islam (2010), pengalaman kerja 1-
sesuatu secara langsung tanpa banyak 10 tahun dalam keperawatan memiliki
pertimbangan dan melihat hubungan tingkat pengetahuan yang jauh lebih
sebagai tugas saja, sedangkan baik dibandingkan dengan pengalaman
perempuan cenderung lebih berhati- kerja 21-30 tahun. Islam (2010) juga
hati dan teliti dalam melakukan mengatakan bahwa perawat dengan
penilaian terhadap sesuatu yang tahun kerja yang lebih lama memiliki
dianggap baik dengan menggunakan kesempatan yang lebih rendah
perasaan. mengupdate ilmunya.
Untuk katagori pendidikan, Pada penelitian ini sebanyak 32
didapatkan hasil Lebih dari setengah responden (88,9%) responden terdata
total responden berpendidikan D3 belum pernah mengikuti pelatihan
Keperawatan yaitu sebanyak 30 tantang perawatan luka dengan metode
moist wound healing atau perawatan Sebanyak 28 responden
luka modern. Sumber informasi (77,8%) responden sudah mengetahui
biasanya didapatkan melalui pelatihan- tentang pemilihan balutan yang tepat
pelatihan yang dilakukan. Pelatihan guna mendukung metode perawatan
merupakan salah satu sumber informasi luka lembabyaitu balutan yang mampu
yang menjadi perantara dalam mencegah infeksi, menampung
menyampaikan informasi, merangsang eksudat, tertutup rapat dan dapat
fikiran dan kemapuan serta menambah mempertahankan kelembaban
pengetahuan (Notoadmodjo,2010). lingkungan luka untuk mendukung
Dari data yang diperoleh beberapa proses penyembuhan luka. Menurut
orang responden sudah pernah Arisanty (2012), mengatakan bahwa
mengikuti pelatihan selain pelatihan balutan oclisive ataupun semi-
perawatan luka seperti pelatihan occlusive mampu menggantikan fungsi
Bantuan Hidup Dasar (BHD), kulit yang hilang atau rusak,
Pencegahan dan Penanganan Infeksi mempertahankan kelembababan,
(PPI), Keselamatan dan Kesehatan mengoptimalkan proses debris,
Kerja RS (K3RS). Pelatihan – pelatihan mencegah trauma atau perdarahan
tersebut telah di fasilitasi oleh rumah berulang, mengefektifkan biaya, waktu
sakit untuk memenuhi standar dan tenaga karena balutan modern tidak
akreditasi rumah sakit. perlu diganti setiap hari.
Berdasarkan hasil dari Mayoritas responden memiliki
penelitian yang telah dilakukan di RS pengetahuan yang baik tentang teknik
PMI Aceh Utara menunjukkan pencucian luka yang tepat tanpa
sebanyak 6 responden (16,7%) menyebabkan trauma berulang yaitu
memiliki pengethaun baik, 19 sebanyak 30 responden (83,3%)
responden (52,8%) memiliki responden telah mengetahui bahwa
pengetahuan yang cukup dan 11 showering (mengirigasi) merupakan
responden (30,5%) memilki teknik pencucian yang tepat tanpa
pengetahuan kurang tentang perawatan mengakibatkan trauma dan perdarahan
luka dengan metode moist wound berulang pada luka. Beberapa teknik
healing. pencucian luka lainnya seperti
swabbing (menggosok) tidak
Pada penelitian sebanyak 36 dianjurkan dapa luka dengan banyak
orang (100%) responden mampu vaskularisasi karena dapat
menjawab kuisioner nomor urut 1 menyebabkan perdarahan dan trauma
mengenai prinsip moist wound healing berulang sehingga dapat meningkatkan
bahwa prinsip moist wound healing resiko inflamasi pada jaringan yang
adalah lembab tertutup. McKibbon sedang mengalami granulasi dan
(2002) dalam Naralia T (2015) memperlama proses penyembuhan luka
mengatakan bahwa metode perawatan (Gitarja, 2008).
liuka secara lembab dengan balutan
tertutup secara klinis memiliki Sebanyak 30 responden
keuntungan akan meningkatkan (83,3%) responden sudah sangat
proliferasi dan migrasi dari sel-sel mengetahui tentang tipe cairan pencuci
epitel disekitar lapisan air yang tipis luka yang tepat dan mendukung
serta mengurangi resiko infeksi dan perawatan luka dengan menggunakan
timbulnya jaringan parut. metode moist wound healing.
Mayoritas responden sudah
mengetahui bahwa NaCl 0,9 % Kabanyakan dari total responden belum
merupakan tipe cairan pencuci luka menenal jenis-jenis balutan primer
yang baik. Menurut pedoman AHCPR maupun sekunder yang sesuai dengan
(1994 dalam Naralia T (2015)) jenis luka dengan karakteristik tertentu.
mengatakan bahwa cairan cairan Asumsi peneliti bahwa ketidaktahuan
pembersih yng dianjyrkan adalah responden tersebut disebabkan karena
normal salin (sodium klorida). Sodium mayoritas responden masih
klorida atau Natrium Klorida tersusun menggunakan jenis balutan yang sama
atas Na dan Cl memiliki komposisi untuk berbagai jenis luka dengan
yang sama dengan plasma darah maka karakeristik luka yang berbeda. Balutan
dengan demikian cairan tersebut aman oclusisive modern memiliki harga yang
bagi tubuh (Morison, 2013). lebih mahal dari balutan konvensional,
kelebihan dari balutan occlusive
Hasil penelitian juga modern adalah dapat mengurangi
menunjukkan sebanyak 24 responden frekuensi penggantian balutan serta
(66,7%) dari total responden dapat meningkatkan kecepatan
mengetahui tentang autolisis penyembuhan dengan prinsip lembab
debridement. Menurut Maryunani tertutup sehingga dapat menghemat
(2013), autolisis debridement biaya yang dibutuhkan untuk
merupakan proses peluruhan jaringan perawatan luka (Schuiitz et al., 2005).
nekrotik oleh tubuh sendiri dengan Sesuai dengan penelitian yang
syarat lingkungan harus lembab. dilakukan oleh Ohura, Hiromi dan
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yosio pada tahun 2004 tentang
Mwipatayi pada tahun 2004 pada 10 efektifitas pengeluaran biaya pada
orang pasien dengan luka kronik perawatan luka dengan balutan
dengan jaringan nekrotik, dua tradisional dan balutan modern. Hasil
diantaranya dilakukan proses autolisis dari penelitian nya mengungkapkan
debridement menggunakan balutan bahwa total biaya yang digunakan
polyacrylate mengalami penurunan selama 12 minggu untuk perawatan
luas area luka dari 26,4 cm2 menjadi luka dengan luka derajat II dan III
21,4 cm2 dalam waktu 5 hari. menunjukkan hasil pengeluaran biaya
Sedangkan delapan orang pasien yang berbeda yakni rata-rata biaya yang
lainnya dirawat menggunakan balutan dikeluarkan pada perawatan luka
basah kering mengalami penurunan dengan menggunakan balutan modern
luas rea luka dari 25 cm2 menjadi 232 dengan prinsip moist wound healing
dalam waktu 5 hari. Dari hasil yaitu sebesar 87,715 yen, jumlah
penelitian yang dilakukan oleh tersebut lebih rendah nominalnya
Mwpatayi (2004) menunjukkan bahwa dibandingkan perawatan luka dengan
proses autolisis debridement lebih dengan balutan tradisional dengan
efektif terhadap perawatan luka. menggunakan kassa yaitu sebesar
131,283 yen.
Untuk kuisioner yang memiliki
jumlah jawaban yang benar yang Hasil penelitian menunjukkan
sangat sedikit dari responden adalah hanya 17 responden (47,2 %)
kuisioner no urut 20 hanya 8 responden responden yang mengetahui prosedur
(22,2%) perawat yang mengetahui pengkajian luka yang tepat. Sebagian
bahwa jenis balutan ideal untuk luka besar dari mereka mengatakan bahwa
dengan yang banyak mengeluarkan pengkajian luka dilakukan sebelum
cairan eksudat adalah balutan alginate.
luka tersebut dibersihkan. Apabila Asumsi peneliti bahwa
pengkajian luka dilakukan sebelum pengetahuan perawat untuk katagori
luka dibersihkan maka benda asing baik, dapat dipengaruhi oleh banyak hal
yang ada disekitar luka akan seperti usia, pendidikan, lama berkrja
menghambat penilaina derajat luka dan pelatihan. Usia dewasa dalam
yang dialami. Warna dasar luka akan penelitian ini merupakan usia produktif
terhalangi oleh benda asing yang dimana pada usia ini responden akan
berada diatas permukaan luka. Menurut memusatkan harapan-harapan nya
Marison (2013), pengkajian luka harus unuk bersaing dengan responden yang
dilakukan setelah luka dibersihkan lain atau rekan kerjanya. Peneliti juga
untuk dapat menentukan hasil beranggapan bahwa dukungan dari
pengkajian dan intervensi yang akurat. rumah sakit sangat penting untuk
meningkatkan pengetahuan perawat
Hasil penelitian juga dengan memberikan kesempatan atau
menujukkan hanya 13 responden menfasilitasi perawat dengan
(36,1%) dari total responden yang mengadakan seminar dan pelatihan
mengetahui tujuan kelembaban yang tentang perawatan luka. Hal ini sejalan
seimbang (moisture balance) pada dengan yang dilakukan oleh Nursanty
prinsip (TIME) dalam perawatan luka (2020) di RS PKU Muhammadiyah
metode terttutup yakni melindungi luka Bantul hasil penelitiannya
dari trauma saat mengganti balutan menunjukkan bahwa perawat yang
luka dan melindungi kulit di sekitar telah mengikuti pelatihan perawatan
luka. luka pasca operasi efektif terhadap
penerapan SOP perawatan luka bersih
Hal ini dapat disimpulkan
oleh perawat di Instalasi Rawat Inap RS
bahwa pengetahuan responden tentang
PKU Muhammadiyah Bantul.
perawatan luka dengan metode moist
wound healing tergolong masih rendah KESIMPULAN DAN SARAN
karena data menunjukkan mayoritas
responden memilki pengetahuan cukup Kesimpulan
dan kurang. Penelitian yang sama juga
pernah dilakukan oleh Naralia T (2015) Berdasarkan hasil dari
menunjukkan 50% perawat yang penelitian yang telah dilakukan,
berkerja di ruang bedah RSUD H. peneliti dapat menarik kesimpulan
Adam Malik memiliki pengetahuan bahwa perawat PMI Aceh utara
yang cukup tentang perawatan luka memiliki pengetahuan yang cukup
metode lembab tertutup. tentang perawatan luka metode moist
wound healing yaitu sebanyak 52,8%,
Dari pembahasan diatas perawat yang memiliki pengetahan
menunjukkan bahwa sebanyak 19 yang baik sebanyak 16,7%, dan
responden (52,8%) memiliki perawat yang memiliki pengetahuan
pengetahuan cukup tentang perawatan yang kurang sebanyak 30,5%.
luka metode moist wound healing.
Tingkat pengetahuan yang cukup masih Hal ini dapat disimpulkan
perlu ditingkatkan menjadi bahwa pengetahuan perawat tentang
pengetahuan yang baik karena akan perawatan luka dengan metode moist
mendukung terciptanya pelayanan wound healing tergolong masih rendah
yang baik pula. karena data menunjukkan mayoritas
responden memilki pengetahuan cukup DAFTAR PUSTAKA
dan kurang
Arikunto, S. (2010). Prosedur
Saran Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : PT. Rineka
Kepada responden diharapkan Cipta.
dapat menambah pengetahuan dalam
tindakan perawatan luka metode moist Arisanty, Irma. P. (2013). Konsep
wound healing. Dasar Manajemen
Keperawatan Luka . Jakarta:
Kepada tempat penelitian
Mitra Wacana Medika.
diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan gambaran mengenai
Ekaputra, E. (2013). Evolusi
pengetahuan perawat tentang
Manajemen Luka : Menguak 5
perawatan luka metode moist wound
Keajaiban Moist Dressing .
healing di RS PMI Aceh Utara. Melalui
Jakarta : Trans Info Media.
hasil penelitian ini disarankan bagi
pihak RS PMI Aceh Utara agar dapat
Hasibuan. (2013). Organisasi Dan
menfasilitasi pelatihan perawatan luka
Motivasi Peningkatan Aktivitas.
pada perawat. Hasil data demografi dan
Jakarta : Bumi Aksara.
wawancara responden menunjukkan
bahwa sebagian besar perawat belum
Islam, M.S. (2010). Nurses’
pernah mendapatkan pelatihan
Knowledge, Attitude, And
perawatan luka dari rumah sakit. Hal
Practice Regarding Pressure
tersebut yang menyebabkan masih
Ulcer Prevention For
banyak perawat yang memiliki
Hospitalized Patients At
pengetahuan yang cukup tentang
Rajshahi Medical College
perawatn luka metode moist wound
Hospital In Bangladesh. Thesis
healing.
For The Degree Of Master Of
Kepada institusi pendidikan Nursing Science. Thailand:
diharapkan hasil penelitian ini menjadi Prince Of Songkla University.
referensi bagi mahasiswa dalam
mengembangkan ilmu keperawatan Machfoedz. (2010). Metodelogi
serta memberi informasi tentang Penelitian. Yogyakarta :
Gambaran Tingkat Pengetahuan Fitramaya.
Perawat Tentang Perawatan Luka
Metode Moist Wound Healing. Maghfuri, Ali. (2016). Perawatan Luka
Diabetes Melitus. Jakarta :
Bagi peneliti selanjutnya Salemba Medika.
diharapkan perlu kiranya untuk
dilakukan penelitian lain yang lebih Maibach, Bashir. (2002). Efidence
mendalam tidak hanya mengenai Based Dermatology. Canada :
pengetahuan perawat tentang Bc Decker.
perawatan luka namun juga mencakup
sikap dan aplikasi tindakan perawatan Marisson, M.J. (2013). Manajemen
luka di rumah sakit tertentu. Luka. Jakarta :EGC.
\
Mwapatayi et al. (2005). Clinic Ramadhani. (2015). Analisis Faktor-
Experience – With Activated Faktor Yang Mempengaruhi
Polyacrylate Dressing Kepuasan Kerja Perawat.
(Tenderwet 24). Journal Of Universitas Riau.
Royal Perth Hospital Australia,
Vol :13, No, 2 Riani,dkk. (2017). Perbandingan
Efektifitas Perawatan Luka
Maryunani, A. (2013). Perawatan Luka Modern “Moist Wound
Modern Praktis Pada Wanita Healing” Dan Terapi
Dengan Luka Diabetes. Jakarta Komplementer “Nacl 0,9% +
: Trans Info Media. Madu Asli” Terhadap
Penyembuhan Luka Kaki
Muntoha, Ragil (2016) Hubungan Diabetik Derajat II di RSUD
Beban Kerja Dengan Perilaku Bakinang. Universitas
Caring Perawat. Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.
Padjajaran. journal.universitaspahlawan.ac.
id.
Naralia, T.W. (2015). Pengetahuan
Perawat Tentang Perawatan Septiyanti, Maria. et al. (2014).
Luka Dengan Metode Moist Hubungan Tingkat
Wound Healing di RSUD H. Pengetahuan Dengan Sikap
Adam Malik Medan. Jurnal of Perawat Tentang Perawatan
Talentaconference Luka Diabetes Dengan
series:Topical Medicine (TM). Menggunakan Teknik Moist
10.32734 Wound Healing. Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Riau. E-
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Journal.Unair.ac.id.2620-7478
Rineka Cipta.
Schultz et al. (2005). Wound Healing
Nursanty,Oci E dkk (2020).Penerapan And TIME; New Concept And
Standar Operasional Prosedur Scientific Application : Wound
Perawatan Luka Bersih Melalui Repair And Regeneratiaon
Pelatihan Pasca
Operasi.Universitas Sinaga, M. (2012). Gambaran
Muhammadiyah Penggunaan Bahan Pada
Yogyakarta.Jurnal ilmiah Perawatan Luka di RSUD Dr.
kesehatan.1412-2804. Djasamen Saragih
Pematangsiantar. Medan :
Potter dan Perry. (2009). Fundamental Fakultas Keperawatan USU.
Keperawatan (Edisi) 7. Jakarta repository.usu.ac.id.
: Salemba Medika.
Sheldon. (2010). Komunikasi
Prasetyono, Theddeus. (2016). Keperawatan Berbicara
Panduan Klinis Manajemen Dengan Pasien. Jakarta:
Luka. Jakarta: EGC. Erlangga.
Sudjana. (2002). Metode Statistil, Edisi
6. Bandung : Tarsito. Wound Care Center, (2012). Buku
Panduan Pelatihan Perawatan
Sulistyaningsih. (2012). Metodelogi Luka : Certified Wound Care
Penelitian Kuantitatif- Clinician Associate. Edisi 1.
Kualitatif. Yogyakarta : Graha Bogor : CWCCAP.
Ilmu.
WoundsWest Wound Prevalence
White, Dr. Barry. (2009). National Best Survey. (2013). State-Wide
Practice And Evidence Based Overview Report
Guidelines For Wound health.wa.gov.au
Management. Irland : Health
Service Executive

You might also like