Professional Documents
Culture Documents
Velintiana Nur Afidah - 1817503043 - KKN 49 - Jatijajar - 57
Velintiana Nur Afidah - 1817503043 - KKN 49 - Jatijajar - 57
Abstract
Jatijajar Cave is a geological site located in Jatijajar Village, Ayah District, Kebumen
Regency, Central Java. Initially, Goa Jatijaja was discovered by Djajamenawi, a farmer who
fell from a hole between two parallel teak trees. After Djajamenawi found the cave, then
the Regent of Ambal, the ruler of Kebumen Regency, directly inspected the location.
Jatijajar Cave began to be built and developed into a Kebumen Tourism Object in 1975.
Where the initial idea for developing Jatijajar Cave as a tourist spot was the Governor of
Central Java, Mr. Suparjo Rustam, and at that time the Regent of Kebumen was Mr.
Supeno Suryodiprojo. This is the background for researchers to raise the title "History of
the Development of Jatijajar Cave Tourism Objects and Community Participation in Local
Tourism Empowerment".
This research discusses. (1) What is the history of the development of Goa Jatijajar. (2)
How is community participation in local tourism empowerment. This study uses historical
research methods, covering the following stages: First, collecting sources in the form of
archives, articles and supports related to the history and development of Jatijajar Cave
tourism objects. Second, critique archival sources, articles, supporting books related to the
history and development of the Jatijajar Cave tourist attraction. Third, interpreting the
facts obtained. Fourth, historiography.
The results of the study, In 1802, Jatijajar Cave was first discovered by a village farmer
named Djajamenawi. He accidentally fell into the cave. After the ground covering the
passage was cleared by residents, a hole was found into the cave. Then, Jatijajar cave
became a tourist attraction. In 1975, Jatijajar Cave was built and developed into a
Kebumen Tourism Object. After the Jatijajar Cave was built, the management of this exotic
tourism object was held by the Kebumen Regional Government. Inside the Jatijajar Cave,
artistic buildings have been added, including: installation of electric lamps for lighting,
cave ornaments, concrete traps to make it easier for tourists to enter Jatijajar Cave, and
installation of statues.
Abstrak
20xx The Authors. Published by Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
UIN Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto. This is an open access article under the
CC-BY license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0).
Velintiana Nur Afidah
Sejarah Perkembangan Objek Wisata Goa Jatijajar dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan
Pariwisata Lokal
Goa Jatijajar merupakan situs geologi yang berada di Desa Jatijajar, Kecamatan
Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Awal mulanya, Goa Jatijaja ditemukan
oleh Djajamenawi, seorang petani yang terjatuh dari lubang diantara dua buah
pohon jati yang sejajar. Setelah Djajamenawi menemukan goa, kemudian Bupati
Ambal, penguasa Kabupaten Kebumen meninjau langsung lokasi tersebut. Goa
Jatijajar mulai dibangun dan dikembangkan menjadi Objek Wisata Kebumen
pada tahun 1975. Dimana ide awal dari pengembangan Goa Jatijajar sebagai
tempat wisata adalah Gubernur Jawa Tengah, Bapak Suparjo Rustam, dan pada
waktu itu yang menjadi Bupati Kebumen adalah Bapak Supeno Suryodiprojo.
Hal tersebut, melatarbelakangi peneliti untuk mengangkat judul “Sejarah
Perkembangan Objek Wisata Goa Jatijajar dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pemberdayaan Pariwisata Lokal”.
Penelitian ini membahas. (1) Bagaimana sejarah perkembangan Goa Jatijajar.
(2) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan pariwisata local.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, meliputi tahapan
sebagai berikut: Pertama, pengumpulan sumber berupa arsip, artikel dan
penunjang yang berhubungan dengan sejarah dan perkembangan objek wisata
Goa Jatijajar. Kedua, melakukan kritik terhadap sumber arsip, artikel, buku
penunjang yang berhubungan dengan sejarah dan perkembangan objek wisata
Goa Jatijajar. Ketiga, melakukan interprestasi antar fakta-fakta yang diperolah.
Keempat, historiografi.
Hasil penelitian, Pada tahun 1802, Goa Jatijajar pertama kali ditemukan seorang
petani desa yang bernama Djajamenawi. Beliau tidak sengaja terperosok ke
dalam gua. Setelah tanah penutup lorong dibersihkan oleh warga, dijumpai
lubang masuk ke dalam gua itu. Kemudian, goa Jatijajar menjadi obyek
wisata adalah pada tahun 1975 Goa Jatijajar mulai dibangun dan dikembangkan
menjadi Objek Wisata Kebumen. Setelah Goa Jatijajar dibangun,
pengelolaan obyek wisata eksotis ini dipegang oleh Pemda Kebumen. Di dalam
Goa Jatijajar sudah ditambah dengan bangunan-bangunan seni antara lain:
pemasangan lampu listrik sebagai penerangan, ornamen gua, trap-trap beton
untuk memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang masuk ke dalam Goa
Jatijajar, serta pemasangan patung-patung.
PENDAHULUAN
Negara Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dan
beraneka ragam keindahan alam serta didiami oleh ratusan suku bangsa
dengan aneka ragam budaya, memiliki potensi yang sangat besar untuk
dikembangkan, terutama di bidang pariwisata. Kegiatan melakukan perjalanan
dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui
sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olah raga, menunaikan tugas,
berziarah, dan lain-lain. Pariwisata merupakan suatu kegiatan dengan tujuan
untuk menikmati produk-produk wisata ataupun daya tarik wisata. Para
wisatawan dan masyarakat dapat menikmati suatu obyek pariwisata maka
perlu ada tindakan mengelola dan memperkenalkan obyek pariwisata tersebut,
kegiatannya meliputi pembenahan sarana dan prasarana obyek pariwisata.
Wisatawan yang mempunyai tujuan rekreasi, menginginkan suatu
daerah yang menciptakan suasana baru dari kehidupan sehari-hari. Daerah
yang diinginkan ialah daerah yang tenang, pemandangan yang asli, nyaman
untuk keperluan istirahat. Seperti daerah pantai, pegunungan, pedesaan,
perhutanan, dan sebagainya. Gairah wisatawan yang demikian justru harus
didorong dengan pemeliharaan lingkungan alam, sebab apabila daerah tujuan
atau obyek wisata tersebut rusak atau tidak terpelihara justru wisatawan tidak
akan mendatangi tempat tersebut karena kebutuhannya tidak terpenuhi.
Keberhasilan pengembangan sebuah tempat wisata sangat tergantung
dari sikap positif penduduknya terhadap keberadaan dari tempat wisata yang
bersangkutan. Partisipasi dari masyarakat merupakan kunci utama untuk
perkembangan obyek wisata sehingga akan terjalin kerjasama yang kuat. Untuk
memajukan obyek pariwisata, maka dari berbagai hal harus ditingkatkan
secara fisik maupun non fisik. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu
mengadakan kerja sama dengan pihak lain terutama masyarakat dan bekerja
secara maksimal dalam memberdayakan obyek pariwisata yang ada.
Dari banyaknya obyek wisata di Kabupaten Kebumen, Goa Jatijajar masih
menjadi primadona. Obyek wisata yang terletak 21 km sebelah barat daya
Kecamatan Gombong itu setiap tahun ramai dikunjungi pengunjung.
Pengunjung yang datang pun sangat beragam, tidak hanya dari masyarakat di
sekitar Kabupaten Kebumen (Rusmim, 1991:8).
Tidak sedikit pula keistimewaan yang ditawarkan dari obyek wisata Gua
Jatijajar. Di dalam gua ada sungai bawah tanah yang masih aktif. Ada juga dua
sendang, yakni Sendang Kantil dan Sendang Mawar, yang dipercaya oleh
masyarakat sekitar, bahwa air sendang bisa membuat awet muda. Selain dua
sendang, masih ada lagi dua sendang lain, yakni Sendang Jombor dan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah meliputi tahap
heuristik untuk mendapatkan arsip, dokumen, artikel, buku dan lain-lain. Tahap
kedua yaitu kritik, penulis melakukan seleksi terhadap isi sumber. Tujuan dilakukan
kritik untuk menyeleksi data menjadi fakta. Pada tahap kritik sumber, penulis
melakukan verifikasi untuk menguji kebenaran sumber-sumber yang telah diperoleh.
Tahap ketiga, yaitu interprestasi. Suatu proses mendeskripsikan sesuai dengan tema
penelitian untuk menjawab rumusan masalah. Dengan cara menyusun fakta-fakta
yang telah diteliti. Tahap terakhir, yaitu historiografi, menyusun sumber-sumber
yang sudah teruji kebenarannya.
sebuah lobang ventilasi yang ada di langit-langit Goa tersebut. Lobang ini
mempunyai garis tengah 4 meter dan tinggi dari tanah yang berada di
bawahnya sekitar 24 meter. Pada mulanya pintu-pintu Goa masih tertutup
oleh tanah, setelah tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang untuk
mencari pintu keluar, ketemulah pintu Goa yang sekarang digunakan sebagai
pintu masuk Goa Jatijajar. Karena di depan pintu Goa tersebut ada 2 pohon
jati yang besar dan tumbuh sejajar, maka goa tersebut akhirnya diberi nama
Goa Jatijajar.
Pada tahun 1975, Goa Jatijajar menjadi obyek wisata mulai dibangun
dan dikembangkan menjadi Objek Wisata Kebumen. Pengembangan Goa
Jatijajar sebagai tempat wisata berawal dari ide Bapak Suparjo Rustam,
Gubernur Jawa Tengah. Untuk melancarkan dan melaksanakan
pengembangan Goa Jatijajar sebagai tempat wisata goa di Kebumen, ditunjuk
langsung oleh Bapak Suparjo Rustam yaitu CV. AIS dari Yogyakarta, yang
dipimpin oleh Bapak Saptoto yang berprofesi sebagai seorang seniman
diorama terkenal di Indonesia. Sebelum dilakukan proyek pembangunan
Jatijajar, terlebih dahulu Pemda Kebumen telah mengganti rugi tanah
/pembebasan lahan penduduk yang terkena lokasi pembangunan Objek
Wisata Goa Jatijajar, dengan luas lahan 5,5 hektar.
Setelah Goa Jatijajar dibangun maka pengelolaan obyek wisata
eksotis ini dipegang oleh Pemda Kebumen. Di dalam Goa Jatijajar sudah
ditambah dengan bangunan-bangunan seni antara lain: pemasangan lampu
listrik sebagai penerangan, ornamen gua, trap-trap beton untuk memberikan
kemudahan bagi para wisatawan yang masuk ke dalam Goa Jatijajar, serta
pemasangan patung-patung atau diorama.
1. Partisipasi Masyarakat
Dalam hidup bermasyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan bagi kelangsungan hidupnya. Kebutuhan manusia itu beranekaragam
baik jumlahnya maupun jenisnya. Dalam memperoleh kebutuhan itupun
berbeda-beda caranya bergantung pada faktor yang mempengaruhinya.Faktor
itu biasanya berupa adat, agama, kebudayaan, pendidikan, ekonomi dan status
sosialnya. Akan tetapi manusia demi kelangsungan hidupnya dan memenuhi
kebutuhan hidupnya maka manusia berkewajiban selain berusaha atau bekerja
juga harus menjalin hubungan interaksi dengan manusia lain, karena manusia
2) Partisipasi horizontal, yaitu partisipasi antar sesama warga atau antar sesama
anggota kumpulan.
1) Keamanan
2) Pelayanan
3. Upaya Pemberdayaan
KESIMPULAN
Dari uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Positif
1) Masyarakat dapat membuka lapangan kerja/usaha, antara lain: membuka
warung, kios, tanaman hias dan sovenir serta photografi
b. Negatif
DAFTAR PUSTAKA
Ombak.
Resda Karya. Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Resda Karya.
Pandit, S. Nyoman, 1994. Ilmu Pariwisata Sejarah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya
Paramita.