Professional Documents
Culture Documents
1 SM
1 SM
Siti Zunariyah
Program Studi Sosiologi FISIP
Universitas Sebelas Maret
zunariyah@gmail.com
ABSTRACT
River management is consisting of river conservation, river development, and destructive control of river power
which carried out by involving technical institutions, companies, and community agencies who living around the
river area. One approachment that can be taken is to build partnerships among stakeholders and ensure
environmentally sound river management. This study uses exploratory studies in the first year. Observation
techniques, indepth interviews and Focus Group Discussion (FGD) will be developed by exploring river-based and
environmentally-based river management strategies. For the needs of this study, Surakarta City will be selected as
the location of the study with the consideration that this city has 4 main rivers and they across 43 urban villages
from 55 villages. The condition of the rivers in Solo in every village constraintrained on the participation of the
awareness of people about the importance of the river’s existence, currently, the river is only used as a waste
disposal. Not only household waste, but also industrial waste are contribute to the river. Some policies and
programs have been pursued by several agencies with duties and authority on the river. However, the existing
policies and programs have not been coordinated and connected between the duty of one with the other services. It
tends to be sectoral and sporadic. Some community initiatives also appear in the form of groups or communities,
whether they are handed by certain agencies or because of public awareness. However, the impression of grouping
between groups or communities is still clearly visible, so it runs independently and tends to be unsustainable. As a
result, efforts to establish partnerships between agencies and between community groups have not been able to run
optimally.
Keywords: River Management, Partnership, Invironmentally Sound Development
ABSTRAK
Pengelolaan sungai yang terdiri atas konservasi sungai, pengembangan sungai dan pengendalian daya rusak sungai
dilakukan dengan melibatkan instansi teknis, swasta maupun masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan sungai.
Salah satu pendekatan yang dapat ditempuh adalah dengan menjalin kemitraan diantara pihak yang berkepentingan
dan memastikan pengelolaan sungai yang berwawasan lingkungan. Penelitian ini menggunakan studi eksplorasi
pada tahun pertama. Teknik observasi, wawancara mendalam (indepth interview) dan Focus Group Discussion
(FGD) dikembangkan dengan mengeksplorasi strategi pengelolaan sungai yang berbasis kemitraan dan berwawasan
lingkungan. Adapun untuk kebutuhan penelitian ini maka akan dipilih Kota Surakarta sebagai sebagai lokasi studi
dengan pertimbangan bahwa kota ini memiliki 4 sungai utama dan melintasi 43 kelurahan dari 55 kelurahan yang
ada. Kondisi sungai di Kota Surakarta terus mengalami degradasi yang disebabkan oleh cara pandang masyarakat
yang menempatkan sungai sebagai halaman belakang sekaligus tempat untuk membuang sampah maupun limbah
rumah tangga maupun industri. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan melalui serangkaian kebijakan dan
program pemerintah untuk mengurangi persoalan terkait dengan sungai. Peran serta masyarakat juga dilakukan
dengan berbagai inisiatif maupun program yang dibentuk oleh pemerintah yang berasal dari beberapa kementrian
atau Dinas. Kemitraan yang terbangun terlihat antara Dinas dengan komunitas peduli sungai yang menjadi
bentukannya. Inisiatif dan gagasan program masih bersumber dari pemerintah, sementara komunitas atau warga
berfungsi sebagai pelaksana program. Upaya mendorong kemitraan dalam pengelolaan sungai perlu terus dilakukan
dan dikawal agar kepentingan masing-masing pihak baik pemerintah atau masyarakat dapat terkoordinasi dan
terkoneksi dengan baik.
Kata Kunci : Pengelolaan Sungai, Kemitraan, dan Pembangunan berwawasan lingkungan
25
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)
PENDAHULUAN
Sungai merupakan salah satu sumber- industri rumah tangga maupun industri skala
daya alam yang bisa menopang fungsi besar. Bahkan sungai juga seringkali
kehidupan semua makhluk hidup. Salah satu difungsikan sebagai tempat pembuangan
hal penting adalah ketersediaan air yang sampah bagi warganya. Laporan Kongres
mampu menarik semua organisme untuk Sungai Indonesia tahun 2015, menyebutkan
hidup tidak jauh darinya. Perkembangan bahwa saat ini 52 strategis di Indonesia
manusia dan kebudayaan juga tidak bisa dalam keadaan tercemar, 80% kondisi
dilepaskan dari keberadaan sungai. Sungai sungai dalam keadaan rusak. 15 diantaranya,
sangat berperan untuk transportasi, sumber memiliki peran penting untuk irigasi dan air
bahan makanan baik dari hewan dan minum kondisinya cukup kritis (Kongres
tumbuhan yang ada di sungai dan Sungai Indonesia, 2015). Akibatnya kondisi
sempadannya, tempat tinggal, bahkan pusat sungai-sungai di perkotaan berkurang daya
perkembangan penduduk perkotaan dan dukungnya dalam menopang kebutuhan
pusat pemerintahan di Indonesia. Bukti masyarakat yang terus meningkat. Degradasi
keterkaitan sungai dengan manusia dan lingkungan yang terjadi secara terus
kebudayaannya tergambar dalam beberapa menerus tidak hanya berdampak pada
catatan sejarah. kesehatan masyarakat akan tetapi
berpeluang menimbulkan klonflik sosial
Perkembangan Kota dari waktu ke
(Zunariyah dan Ramdhon, 2009).
waktu memberikan banyak pengaruh
terhadap sungai dan lingkungan sekitarnya. Menurunnya kualitas lingkungan dan
Derasnya arus urbanisasi memaksa kota fungsi sungai di perkotaan perlu mendapat-
harus menyediakan ruang bagi tempat kan perhatian yang serius dari semua pihak.
tinggal mereka, maka muncul pula Sebagaimana tercantum dalam Peraturan
pemukiman-pemukiman kumuh (slum area), Pemerintah Peraturan Pemerintah No.38
bahkan sebagian dari mereka tinggal di tahun 2011 tentang pengelolaan sungai
bantaran sungai. Bertambahnya jumlah yang menyeluruh, terpadu dan berwawasan
penduduk juga menyebabkan kebutuhan lingkungan dengan tujuan untuk kemanfaat-
akan air bersih yang terus meningkat. Akan an sungai yang berkelanjutan. Pengelolaan
tetapi kondisi sungai sebagai salah satu sungai yang terdiri atas konservasi sungai,
sumber air bersih juga mengalami pengembangan sungai dan pengendalian
pencemaran akibat pembuangan limbah daya rusak sungai dilakukan dengan
26
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500
melibatkan instansi teknis, swasta maupun dalam pengembangan agenda dan rencana
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan aksi secara menyeluruh yang dilakukan
sungai. Salah satu pendekatan yang dapat untuk mengurangi masalah yang berhubu-
ditempuh adalah dengan menjalin kemitraan ngan dengan lingkungan perkotaan. Kunci
diantara pihak yang berkepentingan dan agar aksi ini efektif adalah dengan mengum-
memastikan pengelolaan sungai yang pulkan para pelaku dan pengguna pem-
berwawasan lingkungan. bangunan perkotaan, baik pada kalangan
Pendekatan kemitraan dalam pem- pemerintah maupun non pemerintah dengan
bangunan kota berwawasan lingkungan tetap menghargai kekurangan dan
menjadi penting kedudukannya di tengah keunggulan masing-masing agar secara
upaya untuk menyertakan masyarakat dalam sinergis mampu menyelesaian masalah
pengelolaan lingkungan dan sumberdaya lingkungan perkotaan yang ada. Kemitraan
alam (Mitchell dkk, 2000). Kementrian berkesinambungan ini memiliki signifikansi
Sumberdaya Alam Ontario (1995) dalam rangka menjamin keberlanjutan
menyebutkan bahwa kemitraan terdiri dari program pembangunan kota dari waktu ke
beberapa jenis, diantaranya kemitraan waktu.
kontribusi, kemitraan operasional, kemitraan Kota Surakarta adalah sebuah kota yang
kunsultatif dan kemitraan kolaboratif. dialiri oleh 4 sungai utama ; Bengawan
Keempat jenis kemitraan itu didasarkan atas Solo, Kali Anyar, Kali Pepe dan Kali Jenes.
tujuan dan pembagian kekuasaan strategis Sungai-sungai yang mengalir di kota
yang dimiliki oleh masing-masing pihak mempunyai sejarah yang panjang dan
yang berkepentingan (stakeholders). Karena- kontribusi yang besar terhadap kota, sejak
nya, semua jenis kemitraan yang ada tidak zaman kolonial hingga saat ini. Seiring
bersifat sempurna, sehingga pilihan jenis berjalannya waktu dan perkembangan kota
kemitraan yang ada akan ditentukan oleh Surakarta, sungai – sungai tersebut turut
tujuan dan kondisi sosial politik dalam pe- mengalami perubahan, baik secara fisik,
ngelolaan sumberdaya alam (Wiens, 1995) . sosial serta fungsi sungai dan lingkungan
Sementara itu, Inoguchi dkk (2003) sekitarnya. Badan Lingkungan Hidup Kota
menegaskan bahwa kerangka kemitraan Surakarta mencatat bahwa pencemaran air
dalam pembangunan yang berwawasan sungai hampir ditemukan di seluruh sungai
lingkungan haruslah bersifat konstruktif di Kota ini. Kondisi air sungai diketahui
27
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)
melebihi ambang batas baku mutu, tercemar atau memberikan uraian mengenai suatu
bakteri e-coli sehingga tidak layak untuk gejala sosial tentang proses terbangunnya
dikonsumsi (Dinas Lingkungan Hidup kemitraan dalam pengelolaan sungai.
Surakarta, 2016). Pencemaran sungai Penelitian eksploratif ini bermaksud untuk
disebabkan oleh pembuangan air limbah memberikan uraian mengenai suatu gejala
rumah tangga, pembuangan sampah di sosial yang diteliti.
badan sungai dan pembuangan limbah dari Data kualitatif yang dikumpulkan dapat
industri tekstil. Dengan demikian maka berupa data primer maupun data sekunder.
artikel ini bertujuan untuk menggambarkan Data primer adalah data yang diperoleh
aktor dan peran masing-masing dalam pe- langsung dari sumbernya yakni kelompok-
ngelolaan sungai di Surakarta, menggam- kelompok masyarakat peduli sungai,
barkan upaya menjalin kemitraan dalam masyarakat yang tinggal di bantara sungai,
pengelolaan sungai dan menjelaskan faktor- Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan
faktor yang berpengaruh terhadap proses Umum dan Badan Besar Sungai Bengawan
kemitraan yang dilakuka Solo serta stakeholders lainnya yang
relevan. Pengambilan data primer dilakukan
METODE PENELITIAN dengan teknik observasi, wawancara
Penelitian dilakukan di Kota Surakarta mendalam dan Focus Group Discussion
didasarkan atas dua alasan. Pertama, (FGD) (Kruger dan Casey, 1994),
Surakarta adalah kota yang dilintasi 4 sungai sedangkan pengambilan data sekunder
dan terdiri atas 43 kelurahan yang dilalui dilakukan dengan menggunakan teknik olah
oleh sungai dari 51 kelurahan yang ada. dokumen.
Kedua, adalah kota Surakarta sedang Observasi dilakukan dengan mengamati
berbenah untuk mewujudkan tata kelola secara langsung aktivitas masyarakat, swasta
sungai yang baik. maupun pemerintah dalam mengelola
Jenis penelitian yang digunakan adalah sungai baik pada skala individu maupun
penelitian eksploratif kualitatif yang kelompok. Observasi akan dilakukan
dimaksudkan untuk membahas gejala yang beberapa kali bahkan untuk mendapatkan
belum diketahui secara tuntas oleh peneliti interaksi yang mendalam dari masing-
(Slamet, 1996). Peneliti mencatat kejadian- masing unsur. Wawancara mendalam
kejadian, kemudian dia menyusun kategori dilakukan dengan tokoh masyarakat,
28
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500
29
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)
Daerah pinggiran sungai yang semula Kota Surakarta memiliki 4 Sungai besar
merupakan wilayah hulu dari masuknya air yang membelah kota dan keberadaannya
(intake) ke persawahan telah berubah melintasi 43 Kelurahan dari 51 Kelurahan
menjadi areal terpinggirkan dan remote yang ada. Sungai tersebut antara lain Sungai
(terpencil). Area semacam inilah yang Bengawan Solo, Sungai Premulung, Sungai
kemudian menjadi salah satu ‘areal Pepe dan Sungai Anyar. Terdapat 3
buangan’ sekaligus penyelamat bagi permasalahan utama yang dimiliki oleh
penduduk pedesaan yang berbondong- sungai-sungai tersebut yaitu permukiman
bondong bermigrasi dari pedesaan ke kota liar (slum area) di sempadan sungai,
guna menemukan kehidupan dan persoalan pencemaran sungai dan persoalan
kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan bencana banjir. Kondisi sempadan sungai
dengan di daerah pedesaan asal mereka. yang dipenuhi dengan permasalahan alih
Gebyar perkotaan yang diiringi dengan fungsi penggunaan lahan dapat menjadi citra
modernisasi kehidupan perkotaan telah buruk bagi suatu kota sehingga memerlukan
menjadi daya tarik bagi migran pedesaan solusi untuk menangani permasalahan
untuk memaksakan diri berjuang mengais tersebut. Salah satu gagasan Walikota solo
bagian kehidupan perkotaan yang sangat adalah mencanangkan untuk memfungsikan
kejam bagi mereka. Wilayah pinggiran kembali Sungai Pepe yaitu salah satu sungai
sungai yang semula merupakan salah satu yang membelah Kota Solo sebagai sungai
sumber penghidupan masyarakat telah yang dapat difungsikan sebagai sarana
berubah menjadi wilayah yang dianeksasi rekreasi. Peremajaan fungsi sempadan
kalangan migran sehingga terciptalah sungai dapat dilakukan dengan mengem-
pemukiman kumuh di pinggiran sungai. balikan fungsinya sebagai kawasan lindung,
Peradaban pertanian perkotaan telah tetapi pada kawasan pekotaan fungsi sempa
digantikan dengan peradaban perdagangan dan sungai juga dapat dimanfaatkan sebagai
di perkotaan. Bersamaan dengan itu, sungai fungsi lain yang dapat dimanfaatkan oleh
telah berubah menjadi wilayah belakang masyarakat seperti sebagai taman kota
pemukiman penduduk, bahkan menjadi selama tidak mengganggu fungsi sungai.
tempat pembuangan sisa-sisa simbol Dalam rangka mengatasi permasalahan
kehidupan perkotaan. (Kutanegara, 2014: pada kawasan sempadan sungai maka di
11). perlukan tindakan yang tegas baik dari
30
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500
31
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)
yang signifikan memberikan indikasi atas Perumahan Rakyat (Dinas PUPR) serta
pembuangan air limbah industri dan pabrik Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Sementara
yang berada di sepanjang sungai tersebut. itu pada tingkat Propinsi terdapat 2 lembaga
Dampak kerusakan sungai yang terjadi Pemerintah yang juga bertanggungjawab
mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air terhadap wilayah sungai yang memiliki
sungai menjadi kesenjangan antara musim kewenangan antar wilayah kabupaten, kota
penghujan dan kemarau. Selain itu juga dan propinsi, yaitu Balai Pengelolaan
penurunan cadangan air serta tingginya laju Daerah Aliran Sungai yang memiliki garis
sendimentasi dan erosi. Sehingga terjadinya lurus dengan Kementrian Lingkungan Hidup
banjir di musim penghujan dan kekeringan dan Kehutanan serta Balai Besar Wilayah
di musim kemarau (Ramdhon dan Sungai Bengawan Solo yang memilik garis
Zunariyah, 2017). Apabila kualitas dan lurus kewenangan dengan Kementrian
kuantitas terganggu dan terjadi penurunan, Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
maka dapat dipastikan akan terjadi pula Empat lembaga pemerintah tersebut
penurunan kualitas lingkungan yang pada memiliki tugas dan kewenangan terhadap
akhirnya mempengaruhi kondisi kesehatan pengelolaan sungai yang terdiri dari
masyarakat sekitar sungai. Untuk itu konservasi sungai, pengembangan sungai
diperlukan suatu upaya pengelolaan sumber dan pengendalian daya rusak air (PP No. 38
daya air yang terpadu berbasis masyarakat tahun 2011).
guna meengembalikan kondisi sungai Secara normatif konteks konservasi
seperti yang diharapkan lingkungan sekitar sungai dapat berupa perlindungan sungai
sungai dapat tertata dengan baik, hal ini dan pencegahan pencemaran sungai menjadi
dapat mengurangi tingkat pencemaran dan bagian penting yang dilakukan pada wilayah
pendangkalan sungai. palung sungai, sempadan sungai, danau
paparan banjir dan dataran banjir.
Dinamika Kebijakan dan Program Pengembangan sungai dapat dilakukan
Pemerintah dalam Pengelolaan Sungai dengan pemanfaatan sungai untuk rumah
Secara garis besar terdapat 2 lembaga tangga, pertanian, sanitasi lingkungan,
pemerintah yang bertanggungjawab secara industri, pariwisata, olah raga, pertahanan,
penuh terhadap keberadaan sungai di Kota perikanan, pembangkit tenaga listrik dan
Surakarta yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan transportasi. Pengembangan sungai
32
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500
33
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)
34
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500
dibuang ke sungai. Pembuangan limbah sungai dan warganya. Program Kali Bersih
yang tidak melalui pengolahan secara benar (PROKASIH) pada warga bantaran dengan
sangat berpengaruh pada kondisi sungai. perhitungan berapa orang, berapa waktunya,
Untuk itu, Badan Lingkungan Hidup dan berapa targetnya. Dinas Lingkungan
berharap agar pemahaman bisa disampaikan Hidup malakukan tindakan-tindakan
secepatnya. Sehingga, perbaikan kondisi air pembersihan sungai, memperbaiki wilayah
sungai bisa dilakukan (Dinas Lingkungan catchment area sungai dengan tanaman-
Hidup Surakarta, 2017). tanaman berakar untuk menyimpan dan
Dalam FGD antara penulis salah satu mengikat air, serta promosi dan sosialisasi
anggota DPRD mengatakan bahwa untuk terus menjaga kelestarian sungai juga
Pemerintah membuat infrastruktur namun dilakukan. PROKASIH berfungsi supaya
tidak pernah membidik masyarakat di masyarakat ikut menjaga kebersihan sungai
sekitar sungai. Bahwa sungai menjadi pusat dan juga sebagai pangawas kebersihan.
kebudayaan telah berubah menjadi tempat Disamping itu sudah membentuk Kelompok
pembuangan sampah. Kita harus membuka Kerja (POKJA) kebersihan sungai yang
cerita-cerita dongeng terkait sungai. berfokus pada pembangunan kesadaran
Meyakinkan bahwa sungai akan kembali masyarakat agar lebih aktif lagi menjaga
bersih lagi dengan mengubah pola pikir kebersihan sungai. POKJA yang dibentuk di
warga dengan menggunakan pendekatan tiap Kelurahan diharapkan berperan sebagai
kebudayaan. Bagaimana mengikat penggerak masyarakat dan masyarakat
emosional warga sehingga ketika diluar POKJA juga turut serta. POKJA ini
masyarakat telah sadar dengan pentingnya diajak studi banding ke kota lain terkait
sungai, Warga akan peduli dengan dengan pengelolaan sungai oleh warga yaitu
sendirinya dalam prinsip emosionalnya. ke Sungai Brantas Surabaya. Setelah itu
Masyarakat harus belajar dengan sungai, 43 diberikan stimulan berupa peralatan kerja
pasar berdekatan dengan sungai ( Zunariyah untuk kerja bakti. DLH berusaha untuk terus
dan Ramdhon, 2016). memantau dan membentuk POKJA di
kelurahan yang belum terbentuk POKJA.
Sementara itu, pada diskusi yang
dilakukan antara peneliti dengan Dinas Dalam rangka mengatasi persoalan
Lingkungan Hidup (DLH) diketahui bahwa limbah industri kecil dan rumah tangga,
DLH sudah melakukan kegiatan terkait sudah dibangun beberapa titik Instalasi
35
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)
Pembuanagan Air Limbah (IPAL) oleh Bengawan Solo harus ada ijinnya. Secara
Pemerintah Kota pada beberapa wilayah, di fisik BBWS telah membangun beberapa
Laweyan, Semanggi dan Sondakan. Akan bendungan. Bendungan merupakan salah
tetapi sampai saat ini keberadaan dan satu upaya untuk menahan air selama
fungsinya belum dapat optimal, bahkan mungkin agar air tiidak langsung terbuang
IPAL di wilayah Sondakan cenderung tidak ke laut (Zunariyah dan Ramdhon, 2016).
dapat digunakan. Sementara itu DLH juga Untuk menjaga kelestarian ikatan stake
menyediakan IPAL mobile. Namun karena holder termasuk BBWS harus berkoordinasi.
lokasinya berada di gang-gang perumahan BBWS akan membangun fisiknya, itu pun
maka aksesnya menjadi sulit, demikian pula harus bekerjasama dengan stake holder lain.
dengan mimimnya ketersediaan staf Eksekusi non teknis masih dan akan selalu
operasional maka IPAL mobile belum dapat ada kendala. Salah satu pembangunan saat
difungsikan dengan baik. Situasi demikian ini adalah membangun bendungan di Mojo
menyebabkan persoalan limbah yang hingga Demangan dalam kurun waktu 2016-
bersumber dari UMKM belum dapat teratasi 2018. BBWS akan merevitalisasi Sungai
dengan baik (Zunariyah dan Ramdhon, Pepe hilir. Angan – angannya adalah pada
2016). saat kemarau air bendungan akan di
Sementara itu Balai Besar Wilayah tranformasikan ke Kali Pepe hilir yang akan
Sungai Bengawan Solo ( BBWS) dalam dijadikan wisata air. Bendungan Tirtonadi
diskusi dengan peneliti berpendapat bahwa memiliki volume 2000 kubik, sehingga
BBWS adalah instansi yang menyiapkan cukup melimpah untuk rencana-rencana ke
aspek fisik. Wilayah sungai Bengawan Solo depan salah satunya rencana untuk
adalah 600 km dari wonogiri-gresik. Namun mengalirkan air dan bendungan ke PDAM,
yang ada di solo hanya sepanjang 10 km dan hal ini juga untuk menghemat air saat
termasuk kawasan hulu. BBBS juga musim kemarau dan juga bisa mengalirkan
bertanggung jawab pada DAS anak sungai air keanak-anak sungai.
Bengawan Solo. Disini program Balai Besar Sebenarnya, secara teknis memang
di sesuaikan dengan prioritas yang ada. Di BBWS yang menyiapkan infrastrukturnya.
unit BBWS ada unit yang menjaga neraca Tapi yang memiliki masyarakat adalah
air. Untuk menjaga setiap swasta yang walikota. Sehingga dalam hal ini termasuk
memanfaatkan air permukaan Sungai penertiban bangunan masyarakat yang
36
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500
berada di sekitar bantaran sungai dan dinasi dengan BBWS. Setiap kegiatan DPU
persoalan terkait masyarakat itu diserahkan harus ada ijin dari BBWS. Banyak sekali
ke Pemerintah Kota. BBWS juga telah siap program Pemerintah Kota solo yang berada
jika harus membangun IPAL, yang nantinya di wilayah BBWS. Seperti akan
limbah rumah tangga dapat di olah sebelum meningkatan kualitas sungai Pepe hilir dan
dialirkan ke sungai. (Rencana Aksi Daerah hulu itu adalah kewenangan BBWS. DPU
Kota Surakarta, 2015-2025) tinggal koordinasi dan BBWS memfisikkan.
Namun salah satu anak sungai, yaitu Kali pepe hilir akan dijadikan wisata air.
Sungai gajah putih ada banyak perusahaan Talut dibangun, dasar sungai dikeruk, itu
yang tidak mengolah limbahnya, selama ini perlu kerjasama dari berbagai SKPD terkait.
limbahnya berwarna pelangi dengan bau DPU tidak dapat berdiri dengan anggaran
menyengat. Biota yang dapat hidup hanya sendiri (Zunariyah dan Demaroto, 2017).
sapu-sapu dan cetul. Itu menandakan air Pemerintah Kota Surakarta berkomit-
telah tercemar. Padahal air ini nanti men untuk mengembalikan fungsi sungai
rencananya akan tertampung di Tirtonadi bebas dari pemukiman dan tempat usaha,
dan akan di serahkan ke PDAM. khususnya di sepanjang sungai Pepe. Sesuai
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) juga dengan PP No. 38 tahun 2011, ditegaskan
aktor penting dalam pengelolaan sungai. bahwa pada jarak 10 meter dari bibir sungai,
Dinas ini memandang bahwa PERDA tidak boleh didirikan bangunan. Apabila ada
tentang lingkungan hidup, subtansinya warga yang mendirikan bangunan atau
terkait perusahaan home industri, tempat usaha disana, berarti melanggar
pemerintah memfasilitasi IPAL dan juga aturan. padahal pada kenyataannya banyak
Pengarahan teknis terhadap industri tersebut. warga yang sudah menempati sempadan
Yang terkait industri besar adalah tanggung sungai puluhan tahun lamanya, bahkan ada
jawab sendiri dari perusahaan tersebut. yang menjadikan tempat usaha, sehingga
Sehingga mereka yang membuang langsung mengakibatkan adanya pendangkalan
itu menyalahi perda. Yang ada disekitar sungai, sedimentasi, pencemaran limbah
sungaigajah putih perusahaannya berada di rumah tangga dan home industriy. sehingga
karanganyar. DPU partnernya dengan penataan sempada sungai merupakn bagian
BBWS. Yang ada di surakarta yang dikelola penting dari konservasi lingkungan sungai
adalah saluran drainase dengan berkoor- (Zunariyah dan Ramdhon, 2018).
37
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)
Saat ini tengah mempersiapkan solusi dengan sungai dibentuk kampung siaga
apabila PEMKOT melakukan relokasi bencana berbasis masyarakat (SIBAT) oleh
terhadap rumah warga yang berada di Palang Merah Indonesia (PMI). Keterlibatan
sempadan sungai Pepe. PEMKOT juga masyarakat dalam merawat sungai, memper-
mengharapkan dengan adanya penataan baiki perilaku terhadap sungai maupun
sempadan sungai ini bisa memulihkan mengantisipasi setiap dampak yang
kondisi sungai, dan nantinya sungai bisa ditimbulkan akibat pencemaran dan
dijadikan tempat wisata air, drainase dan kerusakan sungai harus terus didorong. Hal
sanitasi kota, terlebih penataan ini nantinya ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan
juga bisa memberikan pembelajaran kepada partisipasi masyarakat dan menempatkannya
masyarakat luas. menjadi bagian penting dalam pem-
bangunan. Bagaimanapun, meningkatnya
Dinamika Peran Masyarakat dalam beban pencemaran yang masuk ke perairan
pengelolaan Sungai sungai disebabkan oleh kebiasaan
Terdapat 3 hal pokok yang secara masyarakat yang berdomisili di sekitar
konkret dilakukan oleh masyarakat terkait sungai. Umumnya masyarakat sekitar sungai
dengan upaya memperbaiki kondisi sungai membuang limbah domestik, baik limbah
yang melintasi kampung mereka, yaitu cair maupun limbah padatnya langsung ke
melalui Program Kampung Iklim, POKJA perairan sungai. Hal ini akan memberikan
Sungai dan Pembentukan Bank Sampah. tekanan terhadap ekosistem perairan sungai.
Program yang berdimensi pemberdayaan Dalam konteks good governance,
masyarakat tersebut diinisiasi oleh Dinas negara hendaknya mampu mendekatkan
Lingkungan Hidup (DLH). Ketiga program antara unsur pemerintah, swasta maupun
tersebut dipahami sebagai inovasi dalam masyarakat. Pemerintah hendaknya
rangka mengubah perilaku masyarakat menyerahkan sebagian dari kekuasaanya
terkait dengan lingkungan mereka yang pada kepada swasta dan masyarakat. Menciptakan
akhirnya akan berimplikasi pada kondisi keberdayaan merupakan tanggungjawab
sungai. Sementara itu, dalam rangka bersama antara pemerintah, swasta maupun
meningkatkan keberdayaan masyarakat masyarakat melalui kemitraan yang serasi,
terhadap bencana banjir, maka sejak 3 tahun selaras dan seimbang (Mitchell, dkk: 2000).
terakhir beberapa kampung yang berbatasan
38
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500
39
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)
40
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500
yang sedarang DKP dan BLH menjadi satu berwawasan lingkungan (Zunariyah dan
lembaga Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Ramdhon, 2017).
Dinas Tata Ruang Kota (DTRK), Dinas Sementara itu, peran dan kontribusi
Permukiman dan Prasarana Wilayah, masyarakat dalam pengelolaan sungai juga
BAPPEDA dan DPRD. Pertemuan antara difasilitasi melalui sejumlah pertemuan
beberapa pihak untuk membahas persoalan antara komunitas peduli sungai, POKJA
sungai di Kota Surakarta mampu memeta- Sungai maupun prakarya sungai. Masing-
kan program dan kegiatan yang telah masing komunitas dibentuk oleh dinas yang
dilakukan masing-masing pihak, termasuk berbeda dengan cara pandang yang juga
agenda yang akan dilakukan. Pertemuan ini berbeda. Namun demikian pertemuan yang
telah menyepakati adanya regulasi di tingkat berhasil dihimpun menyepakati untuk
kota tentang pengelolaan sungai yang membangun kamunikasi yang intensif
berwawasan lingkungan (Zunariyah dan diantara kelompok masyarakat terkait
Ramdhon, 2016). Sayangnya, hingga saat ini dengan upaya merawat dan menjaga
tindak lanjut dari kesepakatan tersebut kelestarian sungai. Proses kemitraan
belum terealisasi. diantara warga dapat berjalan dengan baik,
Beberapa factor disinyalir menjadi akan tetapi kemitraan yang terjalin diantara
sebab tidak berjalannya agenda bersama pemerintah dengan masyarakat sebatas pada
untuk menyusun regulasi tentang sungai, lembaga atau komunitas yang dibentuk dan
salah satunya adalah terkait dengan ego tidak punya kewenangan untuk mengatur
sektoral. Masing-masing pihak secara dan berkomunikasi. Akibatnya proses
hierarkis tidak berada pada garis komando kemitraan yang dibangun bersifat tidak
yang sama. Penyusunan program dan ke- independen, namun cenderung bergantung
giatan masing-masing berjalan berdasarkan pada kegiatan atau program yang telah di-
cara pandang dan persepsi masing-masing. tetapkan oleh dinas yang membentukmnya.
Akibatnya konektivitas antar sector menjadi Situasi ini berakibat pada lemahnya
diabaikan. Berkaca dari kenyataan itu, kemandirian dan independensi lembaga atau
proses kemitraan yang dibangun kurang bisa komunitas tersebut. Dengan begitu maka
digerakkan menjadi energy yang mendorong kapasitas untuk menjalin kemitraan dengan
perubahan ke arah pengelolaan sungai yang pihak pemerintah menjadi sangat minim
(Zunariyah dan Ramdhon, 2018).
41
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)
Perlu diketahui bahwa kemitraan adalah pendekatan ini akan mengurangi atau
hubungan antar pelaku yang didasarkan menghindari adanya pertentangan.
pada ikatan kerjasama yang saling Menurut Suporaharjo (2005), dalam
menguntungkan dalam hubungan kerja kerangka pertimbangan pengelolaan
sinergis. Setiap pelaku kemitraan memiliki sumberdaya secara terpadu berwawasan
potensi, kemampuan dan keunggulan kebersamaan, beberapa hal berkut ini dapat
tersendiri, meskipun ukuran, jenis, sifat dan menjadi bahan pertimbangan. Pertama
tempat yang dimitrakan setiap pelaku adalah kerjasama antar pihak. Pengambilan
berbeda-berbeda. Kemitraan merupakan keputusan hukum dan kerjasama
upaya bersama untuk memperkuat pengelolaan untuk menghindari hal-hal yang
kemampuan untuk membangun guna tidak diinginkan di masa mendatang makin
terbangunnya kemandirian. Syarat bagi diperlukan, meskipun perilaku lama dari
kesuksesan kemitraan adalah adanya birokrat maupun masyarakat itu sendiri
imbalan yang saling menguntungkan dari tidaklah secepatnya berubah. Sikap ini
kedua belah pihak. Perkembangan pola hanya dapat digantikan dengan sikap positif
kemitraan ini muncul sebagai sebuah respon yaitu dengan menghindari sebanyak
atas tuntutan kebutuhan akan manajemen mungkin sikap skeptis dan curiga terhadap
pengelolaan sumberdaya alam yang baru, pihak lain, kemudian menilainya dengan
yang menuntut lebih demokratis, yang lebih sikap kritis dan keterbukaan. Sikap ini
mengakui perluasan akses manusia dalam tetaplah harus terus dikembangkan, diuji
mengelola berbagai sumberdaya yang terus dalam setiap kejadian yang
merupakan pilihan-pilihan. menyangkut nasib banyak orang. Baik sikap
Didalam konteks pengelolaan sumber- birokrat yang kaku dan otoritarian maupun
daya alam, pola kemitraan dikenal dengan sikap masyarakat yang terus dituntut untuk
skema “joint management” atau “collaborative terbuka dan mau belajar lagi, seiring dengan
(co)-management”. Kemitraan biasanya jalannya waktu. Memulai suatu kerjasama
didefinisikan sebagai berbagi tanggung yang didasari oleh saling percaya memang
jawab atau kewenangan Pendekatan bukanlah pekerjaan mudah, oleh sebab itu
partisipatif memerlukan waktu yang lama perlu dicari satu program kerja yang relatif
terutama pada tahap-tahap awal perencanaan sederhana dan tidak terlalu menimbulkan
dan analisis, didalam proses selanjutnya
42
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500
43
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)
44
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500
pelaksana program. Di sisi lain Dinas lain demikian maka, upaya mendorong
yang tidak membidani lahirnya komunitas kemitraan dalam pengelolaan sungai perlu
tertentu tidak memiliki akses untuk terus dilakukan dan dikawal agar
mengintervensi program lain. Berkaca dari kepentingan masing-masing pihak baik
kenyataan itu maka masih ada kesan ego pemerintah atau masyarakat dapat
sektoral dalam pengelolaan sungai. Dengan terkoordinasi dan terkoneksi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Press, Jakarta
Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta,
2017. Studi Kajian Daya Dukung Mitchell, B., B. Setiawan dan D.H. Rahmi.
Daya Tampung Beban Pencemaran 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan
Sungai Kota Surakarta, Laporan Lingkungan. Gadjah Mada
Penelitian, Tidak dipublikasikan. University Press. Yogyakarta.
Ghina, Nabila Yumna dan Zunariyah, Siti, Moleong, Lexy J, 1995. Metode Penelitian
2017, Pola Pemberdayaan Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Masyarakat dalam Program Bandung
Kampung Iklim di Kota Surakarta, Ontario Ministry Of Natural Resources
Jurnal Dilema, Prodi Sosiologi, 1995, Memorandum MNR Guide to
FISIP UNS. Resource Management Partnerships-
Inoguchi, T, Newman, E dan Paoletto,G. Administrative Considerations.
2003 Kota dan Lingkungan: Toronto, Ontario Ministry of Natural
Pendekatan Bary Masyarakat Resources, 25 July.
Berwawasan Ekologi, Jakarta
Ramdhon, Akhmad dan Zunariyah, Siti.
LP3ES. 2017. Merekam Kali Pepe, Menggali
Irawan, Ilham Budi, 2018, Pemberdayaan (kembali) Pengetahuan Bersama
Masyarakat dalam Pengelolaan Bank Warga. Kampungnesia Press,
Sampah, Skripsi FISIP UNS, Tidak Sosiologi FISIP UNS dan Rujak Curs.
dipublikasikan.
Ramdhon, Akhmad dan Zunariyah, Siti.
Kongres Sungai Indonesia, 2015, Indonesia 2016. Pengembangan Peta Partisipatif
Darurat Sumberdaya Air Berbasis OSM Untuk Sungai-
Kampung di Surakarta. Pusat
Krueger, Richard A dan Mary Anne
Pengembangan Teknologi Tepat
Casey,1994. Focus Groups: A
Guna, LIPI.
Practical guide for applied research,
Sage Publications, Inc.California. Slamet, Yulius, 1996. Metode Penelitian
Sosial, UNS Press Surakarta.
Miles, Mattew B dan A Michael Huberman,
1992. Analisis Data Kualiatif, UI Solopos, 2015, Tata Kota: Solo Susun Cetak
45
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)
46