Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi

p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500

UPAYA MEMBANGUN KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN SUNGAI


YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
PARTNERSHIP APPROACHMENT IN ENVIRONMENTALLY SOUND RIVER
MANAGEMENT

Siti Zunariyah
Program Studi Sosiologi FISIP
Universitas Sebelas Maret
zunariyah@gmail.com

ABSTRACT
River management is consisting of river conservation, river development, and destructive control of river power
which carried out by involving technical institutions, companies, and community agencies who living around the
river area. One approachment that can be taken is to build partnerships among stakeholders and ensure
environmentally sound river management. This study uses exploratory studies in the first year. Observation
techniques, indepth interviews and Focus Group Discussion (FGD) will be developed by exploring river-based and
environmentally-based river management strategies. For the needs of this study, Surakarta City will be selected as
the location of the study with the consideration that this city has 4 main rivers and they across 43 urban villages
from 55 villages. The condition of the rivers in Solo in every village constraintrained on the participation of the
awareness of people about the importance of the river’s existence, currently, the river is only used as a waste
disposal. Not only household waste, but also industrial waste are contribute to the river. Some policies and
programs have been pursued by several agencies with duties and authority on the river. However, the existing
policies and programs have not been coordinated and connected between the duty of one with the other services. It
tends to be sectoral and sporadic. Some community initiatives also appear in the form of groups or communities,
whether they are handed by certain agencies or because of public awareness. However, the impression of grouping
between groups or communities is still clearly visible, so it runs independently and tends to be unsustainable. As a
result, efforts to establish partnerships between agencies and between community groups have not been able to run
optimally.
Keywords: River Management, Partnership, Invironmentally Sound Development
ABSTRAK
Pengelolaan sungai yang terdiri atas konservasi sungai, pengembangan sungai dan pengendalian daya rusak sungai
dilakukan dengan melibatkan instansi teknis, swasta maupun masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan sungai.
Salah satu pendekatan yang dapat ditempuh adalah dengan menjalin kemitraan diantara pihak yang berkepentingan
dan memastikan pengelolaan sungai yang berwawasan lingkungan. Penelitian ini menggunakan studi eksplorasi
pada tahun pertama. Teknik observasi, wawancara mendalam (indepth interview) dan Focus Group Discussion
(FGD) dikembangkan dengan mengeksplorasi strategi pengelolaan sungai yang berbasis kemitraan dan berwawasan
lingkungan. Adapun untuk kebutuhan penelitian ini maka akan dipilih Kota Surakarta sebagai sebagai lokasi studi
dengan pertimbangan bahwa kota ini memiliki 4 sungai utama dan melintasi 43 kelurahan dari 55 kelurahan yang
ada. Kondisi sungai di Kota Surakarta terus mengalami degradasi yang disebabkan oleh cara pandang masyarakat
yang menempatkan sungai sebagai halaman belakang sekaligus tempat untuk membuang sampah maupun limbah
rumah tangga maupun industri. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan melalui serangkaian kebijakan dan
program pemerintah untuk mengurangi persoalan terkait dengan sungai. Peran serta masyarakat juga dilakukan
dengan berbagai inisiatif maupun program yang dibentuk oleh pemerintah yang berasal dari beberapa kementrian
atau Dinas. Kemitraan yang terbangun terlihat antara Dinas dengan komunitas peduli sungai yang menjadi
bentukannya. Inisiatif dan gagasan program masih bersumber dari pemerintah, sementara komunitas atau warga
berfungsi sebagai pelaksana program. Upaya mendorong kemitraan dalam pengelolaan sungai perlu terus dilakukan
dan dikawal agar kepentingan masing-masing pihak baik pemerintah atau masyarakat dapat terkoordinasi dan
terkoneksi dengan baik.
Kata Kunci : Pengelolaan Sungai, Kemitraan, dan Pembangunan berwawasan lingkungan

25
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)

PENDAHULUAN
Sungai merupakan salah satu sumber- industri rumah tangga maupun industri skala
daya alam yang bisa menopang fungsi besar. Bahkan sungai juga seringkali
kehidupan semua makhluk hidup. Salah satu difungsikan sebagai tempat pembuangan
hal penting adalah ketersediaan air yang sampah bagi warganya. Laporan Kongres
mampu menarik semua organisme untuk Sungai Indonesia tahun 2015, menyebutkan
hidup tidak jauh darinya. Perkembangan bahwa saat ini 52 strategis di Indonesia
manusia dan kebudayaan juga tidak bisa dalam keadaan tercemar, 80% kondisi
dilepaskan dari keberadaan sungai. Sungai sungai dalam keadaan rusak. 15 diantaranya,
sangat berperan untuk transportasi, sumber memiliki peran penting untuk irigasi dan air
bahan makanan baik dari hewan dan minum kondisinya cukup kritis (Kongres
tumbuhan yang ada di sungai dan Sungai Indonesia, 2015). Akibatnya kondisi
sempadannya, tempat tinggal, bahkan pusat sungai-sungai di perkotaan berkurang daya
perkembangan penduduk perkotaan dan dukungnya dalam menopang kebutuhan
pusat pemerintahan di Indonesia. Bukti masyarakat yang terus meningkat. Degradasi
keterkaitan sungai dengan manusia dan lingkungan yang terjadi secara terus
kebudayaannya tergambar dalam beberapa menerus tidak hanya berdampak pada
catatan sejarah. kesehatan masyarakat akan tetapi
berpeluang menimbulkan klonflik sosial
Perkembangan Kota dari waktu ke
(Zunariyah dan Ramdhon, 2009).
waktu memberikan banyak pengaruh
terhadap sungai dan lingkungan sekitarnya. Menurunnya kualitas lingkungan dan
Derasnya arus urbanisasi memaksa kota fungsi sungai di perkotaan perlu mendapat-
harus menyediakan ruang bagi tempat kan perhatian yang serius dari semua pihak.
tinggal mereka, maka muncul pula Sebagaimana tercantum dalam Peraturan
pemukiman-pemukiman kumuh (slum area), Pemerintah Peraturan Pemerintah No.38
bahkan sebagian dari mereka tinggal di tahun 2011 tentang pengelolaan sungai
bantaran sungai. Bertambahnya jumlah yang menyeluruh, terpadu dan berwawasan
penduduk juga menyebabkan kebutuhan lingkungan dengan tujuan untuk kemanfaat-
akan air bersih yang terus meningkat. Akan an sungai yang berkelanjutan. Pengelolaan
tetapi kondisi sungai sebagai salah satu sungai yang terdiri atas konservasi sungai,
sumber air bersih juga mengalami pengembangan sungai dan pengendalian
pencemaran akibat pembuangan limbah daya rusak sungai dilakukan dengan

26
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500

melibatkan instansi teknis, swasta maupun dalam pengembangan agenda dan rencana
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan aksi secara menyeluruh yang dilakukan
sungai. Salah satu pendekatan yang dapat untuk mengurangi masalah yang berhubu-
ditempuh adalah dengan menjalin kemitraan ngan dengan lingkungan perkotaan. Kunci
diantara pihak yang berkepentingan dan agar aksi ini efektif adalah dengan mengum-
memastikan pengelolaan sungai yang pulkan para pelaku dan pengguna pem-
berwawasan lingkungan. bangunan perkotaan, baik pada kalangan
Pendekatan kemitraan dalam pem- pemerintah maupun non pemerintah dengan
bangunan kota berwawasan lingkungan tetap menghargai kekurangan dan
menjadi penting kedudukannya di tengah keunggulan masing-masing agar secara
upaya untuk menyertakan masyarakat dalam sinergis mampu menyelesaian masalah
pengelolaan lingkungan dan sumberdaya lingkungan perkotaan yang ada. Kemitraan
alam (Mitchell dkk, 2000). Kementrian berkesinambungan ini memiliki signifikansi
Sumberdaya Alam Ontario (1995) dalam rangka menjamin keberlanjutan
menyebutkan bahwa kemitraan terdiri dari program pembangunan kota dari waktu ke
beberapa jenis, diantaranya kemitraan waktu.
kontribusi, kemitraan operasional, kemitraan Kota Surakarta adalah sebuah kota yang
kunsultatif dan kemitraan kolaboratif. dialiri oleh 4 sungai utama ; Bengawan
Keempat jenis kemitraan itu didasarkan atas Solo, Kali Anyar, Kali Pepe dan Kali Jenes.
tujuan dan pembagian kekuasaan strategis Sungai-sungai yang mengalir di kota
yang dimiliki oleh masing-masing pihak mempunyai sejarah yang panjang dan
yang berkepentingan (stakeholders). Karena- kontribusi yang besar terhadap kota, sejak
nya, semua jenis kemitraan yang ada tidak zaman kolonial hingga saat ini. Seiring
bersifat sempurna, sehingga pilihan jenis berjalannya waktu dan perkembangan kota
kemitraan yang ada akan ditentukan oleh Surakarta, sungai – sungai tersebut turut
tujuan dan kondisi sosial politik dalam pe- mengalami perubahan, baik secara fisik,
ngelolaan sumberdaya alam (Wiens, 1995) . sosial serta fungsi sungai dan lingkungan
Sementara itu, Inoguchi dkk (2003) sekitarnya. Badan Lingkungan Hidup Kota
menegaskan bahwa kerangka kemitraan Surakarta mencatat bahwa pencemaran air
dalam pembangunan yang berwawasan sungai hampir ditemukan di seluruh sungai
lingkungan haruslah bersifat konstruktif di Kota ini. Kondisi air sungai diketahui

27
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)

melebihi ambang batas baku mutu, tercemar atau memberikan uraian mengenai suatu
bakteri e-coli sehingga tidak layak untuk gejala sosial tentang proses terbangunnya
dikonsumsi (Dinas Lingkungan Hidup kemitraan dalam pengelolaan sungai.
Surakarta, 2016). Pencemaran sungai Penelitian eksploratif ini bermaksud untuk
disebabkan oleh pembuangan air limbah memberikan uraian mengenai suatu gejala
rumah tangga, pembuangan sampah di sosial yang diteliti.
badan sungai dan pembuangan limbah dari Data kualitatif yang dikumpulkan dapat
industri tekstil. Dengan demikian maka berupa data primer maupun data sekunder.
artikel ini bertujuan untuk menggambarkan Data primer adalah data yang diperoleh
aktor dan peran masing-masing dalam pe- langsung dari sumbernya yakni kelompok-
ngelolaan sungai di Surakarta, menggam- kelompok masyarakat peduli sungai,
barkan upaya menjalin kemitraan dalam masyarakat yang tinggal di bantara sungai,
pengelolaan sungai dan menjelaskan faktor- Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan
faktor yang berpengaruh terhadap proses Umum dan Badan Besar Sungai Bengawan
kemitraan yang dilakuka Solo serta stakeholders lainnya yang
relevan. Pengambilan data primer dilakukan
METODE PENELITIAN dengan teknik observasi, wawancara
Penelitian dilakukan di Kota Surakarta mendalam dan Focus Group Discussion
didasarkan atas dua alasan. Pertama, (FGD) (Kruger dan Casey, 1994),
Surakarta adalah kota yang dilintasi 4 sungai sedangkan pengambilan data sekunder
dan terdiri atas 43 kelurahan yang dilalui dilakukan dengan menggunakan teknik olah
oleh sungai dari 51 kelurahan yang ada. dokumen.
Kedua, adalah kota Surakarta sedang Observasi dilakukan dengan mengamati
berbenah untuk mewujudkan tata kelola secara langsung aktivitas masyarakat, swasta
sungai yang baik. maupun pemerintah dalam mengelola
Jenis penelitian yang digunakan adalah sungai baik pada skala individu maupun
penelitian eksploratif kualitatif yang kelompok. Observasi akan dilakukan
dimaksudkan untuk membahas gejala yang beberapa kali bahkan untuk mendapatkan
belum diketahui secara tuntas oleh peneliti interaksi yang mendalam dari masing-
(Slamet, 1996). Peneliti mencatat kejadian- masing unsur. Wawancara mendalam
kejadian, kemudian dia menyusun kategori dilakukan dengan tokoh masyarakat,

28
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500

kelompok masyarakat yang peduli sungai, transportasi. Ketika sungai digunakan


Lembaga swadaya masyarakat, dinas terkait sebagai jalur transportasi air, mayoritas
dan kalangan akademisi yang terkait dengan masyarakat yang berdomisili di sekitarnya
isu pengelolaan sungai. Pemilihan informan memiliki pola pemukiman dengan
dilakukan dengan pusposive sampling atau menghadap ke sungai. Pertimbangannya
sampel bertujuan yang disesuaikan dengan adalah karena sungai merupakan tempat
kebutuhan dan kepentingan penelitian. yang strategis. Namun, kehadiran teknologi
Untuk menjamin validitas data akan yang mewujud dalam bentuk transportasi
menggunakan triangulasi sumber dan darat memberikan implikasi terhadap
metode (Moleong, 1995). Triangulasi banyak hal. Tidak hanya berbatas pada
sumber adalah informasi yang diperoleh pergeseran transportasi air yang beralih ke
melalui sumber yang berbeda, sedang darat, pola pemukiman pun berubah.
triangulasi metode melalui metode yang Tjahjono menegaskan bahwa perubahan
berbeda, misalnya wawancara dengan penggunaan jalur transportasi dari jalur
observasi atau FGD. sungai menjadi jalur darat melatari
Analisis data dalam penelitian ini berubahnya arah hadap rumah tinggal, dari
adalah menggunakan model analisis semula cenderung menghadap ke sungai
interaktif yang memiliki tiga komponen menjadi ke arah jalur darat. Rumah tinggal
yakni reduksi data, penyajian data, dan pabrik yang berada di tepian sungai kini
penarikan kesimpulan (Miles dan banyak yang posisinya membelakangi
Huberman, 1992). Sementara itu analisis sungai. Akibatnya, sungai menjadi
data dipertajam melalui pendekatan teori- tumpahan sampah rumah tangga dan limbah
teori kemitraan agar analisis dapat dilakukan industri. Pencemaran sungai menjadi
secara tajam dan komprehensif. kenyataan yang tak terelakkan (Kutanegara:
2014). Selain itu keberadaan piranti dunia

HASIL DAN PEMBAHASAN modern yang menyediakan berbagai sarana


dan prasarana untuk memperoleh air bersih
Pada zaman dahulu, sungai merupakan
dengan mudah juga turut mempengaruhi
salah satu aspek lingkungan yang
posisi sungai, dimana sungai tak lagi
keberadaannya sangat penting bagi
dianggap sebagai satu-satunya sumber
masyarakat. Sungai merupakan sumber air
kehidupan untuk memperoleh air bersih.
bersih yang juga digunakan sebagai sarana

29
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)

Daerah pinggiran sungai yang semula Kota Surakarta memiliki 4 Sungai besar
merupakan wilayah hulu dari masuknya air yang membelah kota dan keberadaannya
(intake) ke persawahan telah berubah melintasi 43 Kelurahan dari 51 Kelurahan
menjadi areal terpinggirkan dan remote yang ada. Sungai tersebut antara lain Sungai
(terpencil). Area semacam inilah yang Bengawan Solo, Sungai Premulung, Sungai
kemudian menjadi salah satu ‘areal Pepe dan Sungai Anyar. Terdapat 3
buangan’ sekaligus penyelamat bagi permasalahan utama yang dimiliki oleh
penduduk pedesaan yang berbondong- sungai-sungai tersebut yaitu permukiman
bondong bermigrasi dari pedesaan ke kota liar (slum area) di sempadan sungai,
guna menemukan kehidupan dan persoalan pencemaran sungai dan persoalan
kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan bencana banjir. Kondisi sempadan sungai
dengan di daerah pedesaan asal mereka. yang dipenuhi dengan permasalahan alih
Gebyar perkotaan yang diiringi dengan fungsi penggunaan lahan dapat menjadi citra
modernisasi kehidupan perkotaan telah buruk bagi suatu kota sehingga memerlukan
menjadi daya tarik bagi migran pedesaan solusi untuk menangani permasalahan
untuk memaksakan diri berjuang mengais tersebut. Salah satu gagasan Walikota solo
bagian kehidupan perkotaan yang sangat adalah mencanangkan untuk memfungsikan
kejam bagi mereka. Wilayah pinggiran kembali Sungai Pepe yaitu salah satu sungai
sungai yang semula merupakan salah satu yang membelah Kota Solo sebagai sungai
sumber penghidupan masyarakat telah yang dapat difungsikan sebagai sarana
berubah menjadi wilayah yang dianeksasi rekreasi. Peremajaan fungsi sempadan
kalangan migran sehingga terciptalah sungai dapat dilakukan dengan mengem-
pemukiman kumuh di pinggiran sungai. balikan fungsinya sebagai kawasan lindung,
Peradaban pertanian perkotaan telah tetapi pada kawasan pekotaan fungsi sempa
digantikan dengan peradaban perdagangan dan sungai juga dapat dimanfaatkan sebagai
di perkotaan. Bersamaan dengan itu, sungai fungsi lain yang dapat dimanfaatkan oleh
telah berubah menjadi wilayah belakang masyarakat seperti sebagai taman kota
pemukiman penduduk, bahkan menjadi selama tidak mengganggu fungsi sungai.
tempat pembuangan sisa-sisa simbol Dalam rangka mengatasi permasalahan
kehidupan perkotaan. (Kutanegara, 2014: pada kawasan sempadan sungai maka di
11). perlukan tindakan yang tegas baik dari

30
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500

masyarakat maupun pemerintah dan BOD (biological oxigen demand), COD


stakeholder lain sebagai penanggung jawab (chemical oxigen demand), tembaga (Cu2+),
pemeliharaan lingkungan sungai. Salah satu
dan seng (Zn2+) pada musim kemarau di
hal yang dapat digunakan untuk mengatasi
Sungai Pepe menunjukkan tingkat
permasalahan tersebut adalah dengan
pencemaran sangat tinggi. Sedangkan
menetapkan peraturan yang dapat
Sungai Gajah Putih, Kali Pepe, Kali Anyar,
diimplementasikan, peraturan yang dapat
Sungai Brojo dan Sungai Bayangkara serta
dibuat adalah penetapan zoning regulation
Sungai Jenes kandungan tembaga (cu) dan
bagi wilayah sempadan sungai, sehingga
fosfat seperti deterjen melebihi ambang
pemanfaatan sempadan sungai dapat
batas baku mutu 0,2 mg/liter. Berdasarkan
dibatasi sesuai dengan daya dukung
hasil penelitian tersebut maka air sungai di
lingkungan yang ada (Zunariyah dan
wilayah Surakarta dinyatakan tidak layak
Ramdhon, 2016). Permasalahan yang terjadi
dikonsumsi (Dinas Lingkungan Hidup,
pada kawasan sempadan sungai kota dapat
2016)
menimbulkan dampak yang cukup
Pencemaran sungai disebabkan
signifikan pada kondisi sungai kota,
pembuangan limbah rumah tangga dan
sedangkan kondisi sungai kota yang
limbah industri. Berdasarkan observasi di
tercemar dan tidak dalam keadaan normal
lapangan pada musim kemarau misalnya,
akan sangat mempengaruhi kondisi Daerah
keadaan Sungai Pepe sangat mengkhawatir-
Aliran Sungai (DAS) terutama pada bagian
kan. Air yang dahulunya mengalir dengan
hilir sungai.
lancar dan dalam keadaan jernih, saat ini
Pencemaran sungai di kota solo sudah
berubah menjadi keruh dan berwarna hitam
melebihi ambang batas baku mutu. Berdasar
dan bahkan sebagian titik di Sungai Pepe
data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
airnya tidak mengalir. Sungai Pepe berubah
Surakarta, Sungai Brojo dan Jenes diketahui
menjadi selokan sampah yang berada di
tercemar limbah dan memiliki kualitas air
tengah kota. Standar baku mutu air di
yang melebihi ambang batas baku mutu.
sepanjang alur Kali Pepe yang melintas
Kandungan Chemical Oxygen Demand
Kota Surakarta sudah tercemari limbah.
(COD) di dua sungai tersebut terbukti
Pencemaran limbah industri dapat dijumpai
melebihi angka yang ditetapkan pemerintah.
pada Sungai Premulung dan berujung pada
Berdasarkan analisis parameter kunci yaitu;
Sungai Jenes. Perubahan warna air sungai

31
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)

yang signifikan memberikan indikasi atas Perumahan Rakyat (Dinas PUPR) serta
pembuangan air limbah industri dan pabrik Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Sementara
yang berada di sepanjang sungai tersebut. itu pada tingkat Propinsi terdapat 2 lembaga
Dampak kerusakan sungai yang terjadi Pemerintah yang juga bertanggungjawab
mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air terhadap wilayah sungai yang memiliki
sungai menjadi kesenjangan antara musim kewenangan antar wilayah kabupaten, kota
penghujan dan kemarau. Selain itu juga dan propinsi, yaitu Balai Pengelolaan
penurunan cadangan air serta tingginya laju Daerah Aliran Sungai yang memiliki garis
sendimentasi dan erosi. Sehingga terjadinya lurus dengan Kementrian Lingkungan Hidup
banjir di musim penghujan dan kekeringan dan Kehutanan serta Balai Besar Wilayah
di musim kemarau (Ramdhon dan Sungai Bengawan Solo yang memilik garis
Zunariyah, 2017). Apabila kualitas dan lurus kewenangan dengan Kementrian
kuantitas terganggu dan terjadi penurunan, Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
maka dapat dipastikan akan terjadi pula Empat lembaga pemerintah tersebut
penurunan kualitas lingkungan yang pada memiliki tugas dan kewenangan terhadap
akhirnya mempengaruhi kondisi kesehatan pengelolaan sungai yang terdiri dari
masyarakat sekitar sungai. Untuk itu konservasi sungai, pengembangan sungai
diperlukan suatu upaya pengelolaan sumber dan pengendalian daya rusak air (PP No. 38
daya air yang terpadu berbasis masyarakat tahun 2011).
guna meengembalikan kondisi sungai Secara normatif konteks konservasi
seperti yang diharapkan lingkungan sekitar sungai dapat berupa perlindungan sungai
sungai dapat tertata dengan baik, hal ini dan pencegahan pencemaran sungai menjadi
dapat mengurangi tingkat pencemaran dan bagian penting yang dilakukan pada wilayah
pendangkalan sungai. palung sungai, sempadan sungai, danau
paparan banjir dan dataran banjir.
Dinamika Kebijakan dan Program Pengembangan sungai dapat dilakukan
Pemerintah dalam Pengelolaan Sungai dengan pemanfaatan sungai untuk rumah
Secara garis besar terdapat 2 lembaga tangga, pertanian, sanitasi lingkungan,
pemerintah yang bertanggungjawab secara industri, pariwisata, olah raga, pertahanan,
penuh terhadap keberadaan sungai di Kota perikanan, pembangkit tenaga listrik dan
Surakarta yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan transportasi. Pengembangan sungai

32
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500

dilakukan dengan tidak merusak ekosistem Beberapa kebijakan, program maupun


sungai, mempertimbangkan karakteristik aktivitas telah dilakukan terkait dengan
sungai, kelestarian keanekaragaman hayati, problem yang dihadapi oleh sungai-sungai
serta kekhasan dan aspirasi daerah dan atau di Kota Surakarta. Salah satunya adalah
masyarakat. Sementara itu pengendalian program normalisasi Sungai Pepe. Program
daya rusak air sungai dilakukan melalui ini dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum
pengelolaan resiko banjir secara terpadu dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang
bersama para pemilik kepentingan yang cenderung bersifat fisik dengan cara
ditujukan untuk mengurangi kerugian banjir pengerukan atau penggalian endapan di
dan dilakukan melalui pengurangan resiko bawah permukaan air yang dapat
besaran banjir dan pengurangan resiko dilaksanakan baik dengan tenaga manusia
kerentanan banjir. Dengan demikian maka maupun dengan alat berat dan pembuatan
pengelolaan sungai dilakukan secara tanggul. Sebagai konsekuensinya, maka
terpadu, menyeluruh dan berwawasan ling- dilakukan relokasi warga bantaran sungai
kungan dengan tujuan untuk kemanfaatan atas dasar penataan wilayah, sebagai
fungsi sungai secara berkelanjutan. gantinya pemerintah menyediakan rumah
Dalam konteks pengelolaan sungai di deret. Seperti di kawasan Keprabon terdapat
Kota Surakarta, secara umum Dinas rumah deret. Rumah deret sewa sisi barat
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dirancang memiliki kapasitas 26 unit tempat
(PUPR) bertanggungjawab pada bagian fisik tinggal di lantai dua dan tiga bagi 26
wilayah sungai seperti sempadan sungai, keluarga. Lantai satu sebanyak 13 ruangan
bantaran sungai maupun badan sungai untuk kios. Rumah deret sewa sisi timur
sementara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memiliki kapasitas 18 keluarga di lantai dua
bertanggungjawab pada kualitas air sungai, dan tiga serta 10 kios di lantai satu. Dan
memastikannya bebas dari sampah dan sebagian sudah ditempati oleh warga. Dan
pencemaran. Disamping itu DLH juga semua ini belum tersosialisasikan secara
bertanggungjawab terhadap pemberdayaan menyeluruh kepada semua warga bantaran
masyarakat di sekitar wilayah sungai dan Kali Pepe. sehingga antusiasme mereka
memastikannya menjadi bagian penting dari kurang dalam mewujudkan program itu
terjaminnya kualitas air sungai (Zunariyah (Ramdhon dan Zunariyah, 2017).
dan Ramdhon, 2016).

33
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)

Program normalisasi sungai dinilai oleh command and control menempatkan


sebagai besar waga kurang mengikutserta- masyarakat yang tinggal di area sepadan
kan adanya partisipasi warga bantaran Kali sebagai pemanfaat sumber daya alam dan
Pepe. Sebagai upaya mengembalikan fungsi penerima kebijakan dari pemerintah semata.
dan tata Kelola Kali Pepe pemerintah harus Masyarakat tidak mempunyai wewenang
mengajak serta mengikutsertakan warga untuk turut berpartisipasi dan mengambil
dalam pembuatan kebijakan, partisipasi keputusan dalam pengelolaan sungai.
warga bantaran Kali Pepe sangat diperlukan Padahal sebenarnya justru masyarakat yang
pada pengambilan kebijakan seperti ini. lebih memahami tentang sungai mereka dan
Sehingga kebijakan tidak hanya sebuah kebijakan yang seperti apa yang cocok
wacana dan hasilnya juga tidak ada yang untuk sungai mereka, dari pada pemerintah
dirugikan baik dalam segi lingkungan, yang membuat kebijakan.
masyarakat maupun pemerintah. Sehingga Pemerintah Kota Surakarta semakin
dengan adanya partisipasi masyarakat dalam serius dalam mengupayakan perbaikan
pengambilan kebijakan harapan – harapan kondisi sungai. Salah satu upaya yang akan
warga untuk Kali Pepe. mampu untuk dilakukan Pemerintah Kota Surakarta yakni
diwujudkan. menyiagakan petugas di kawasan sungai.
Degradasi sungai tersebut dipicu Petugas ini ditujukan untuk melakukan
pengelolaan yang tidak terpadu dari hulu ke pengawasan terhadap perilaku warga yang
hilir serta top down yang menekankan masih nekat membuang sampah disungai.
command and control, baik pada tataran Perlu adanya pengawasan agar perilaku
kebijakan, operasional, maupun pelaksanaan tersebut bisa dihilangkan. Petugas yang akan
(Nugroho, 2003). Setiap bagian sungai disiagakan merupakan petugas khusus untuk
melakukan kegiatan sendiri-sendiri dengan menjaga sungai, dan berada diluar Dinas
pendekatan masing-masing bagian. Kebersihan dan Pertamanan (Solopos,
Akibatnya, sering terjadi penggelolaan yang 2017).
tidak bisa menggabungkan semua bagian Selain itu, Dinas Lingkungan Hidup
sungai, dimana kegiatan-kegiatan tersebut berencana akan memanggil para pelaku
justru tidak menyelesaikan permasalahan usaha rumahan yang membuang limbah ke
yang terjadi pada sungai. Selain itu, sungai. Hal ini ditujukan untuk memberikan
pendekatan top down yang menekankan pemahaman terkait bahaya limbah yang

34
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500

dibuang ke sungai. Pembuangan limbah sungai dan warganya. Program Kali Bersih
yang tidak melalui pengolahan secara benar (PROKASIH) pada warga bantaran dengan
sangat berpengaruh pada kondisi sungai. perhitungan berapa orang, berapa waktunya,
Untuk itu, Badan Lingkungan Hidup dan berapa targetnya. Dinas Lingkungan
berharap agar pemahaman bisa disampaikan Hidup malakukan tindakan-tindakan
secepatnya. Sehingga, perbaikan kondisi air pembersihan sungai, memperbaiki wilayah
sungai bisa dilakukan (Dinas Lingkungan catchment area sungai dengan tanaman-
Hidup Surakarta, 2017). tanaman berakar untuk menyimpan dan
Dalam FGD antara penulis salah satu mengikat air, serta promosi dan sosialisasi
anggota DPRD mengatakan bahwa untuk terus menjaga kelestarian sungai juga
Pemerintah membuat infrastruktur namun dilakukan. PROKASIH berfungsi supaya
tidak pernah membidik masyarakat di masyarakat ikut menjaga kebersihan sungai
sekitar sungai. Bahwa sungai menjadi pusat dan juga sebagai pangawas kebersihan.
kebudayaan telah berubah menjadi tempat Disamping itu sudah membentuk Kelompok
pembuangan sampah. Kita harus membuka Kerja (POKJA) kebersihan sungai yang
cerita-cerita dongeng terkait sungai. berfokus pada pembangunan kesadaran
Meyakinkan bahwa sungai akan kembali masyarakat agar lebih aktif lagi menjaga
bersih lagi dengan mengubah pola pikir kebersihan sungai. POKJA yang dibentuk di
warga dengan menggunakan pendekatan tiap Kelurahan diharapkan berperan sebagai
kebudayaan. Bagaimana mengikat penggerak masyarakat dan masyarakat
emosional warga sehingga ketika diluar POKJA juga turut serta. POKJA ini
masyarakat telah sadar dengan pentingnya diajak studi banding ke kota lain terkait
sungai, Warga akan peduli dengan dengan pengelolaan sungai oleh warga yaitu
sendirinya dalam prinsip emosionalnya. ke Sungai Brantas Surabaya. Setelah itu
Masyarakat harus belajar dengan sungai, 43 diberikan stimulan berupa peralatan kerja
pasar berdekatan dengan sungai ( Zunariyah untuk kerja bakti. DLH berusaha untuk terus
dan Ramdhon, 2016). memantau dan membentuk POKJA di
kelurahan yang belum terbentuk POKJA.
Sementara itu, pada diskusi yang
dilakukan antara peneliti dengan Dinas Dalam rangka mengatasi persoalan
Lingkungan Hidup (DLH) diketahui bahwa limbah industri kecil dan rumah tangga,
DLH sudah melakukan kegiatan terkait sudah dibangun beberapa titik Instalasi

35
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)

Pembuanagan Air Limbah (IPAL) oleh Bengawan Solo harus ada ijinnya. Secara
Pemerintah Kota pada beberapa wilayah, di fisik BBWS telah membangun beberapa
Laweyan, Semanggi dan Sondakan. Akan bendungan. Bendungan merupakan salah
tetapi sampai saat ini keberadaan dan satu upaya untuk menahan air selama
fungsinya belum dapat optimal, bahkan mungkin agar air tiidak langsung terbuang
IPAL di wilayah Sondakan cenderung tidak ke laut (Zunariyah dan Ramdhon, 2016).
dapat digunakan. Sementara itu DLH juga Untuk menjaga kelestarian ikatan stake
menyediakan IPAL mobile. Namun karena holder termasuk BBWS harus berkoordinasi.
lokasinya berada di gang-gang perumahan BBWS akan membangun fisiknya, itu pun
maka aksesnya menjadi sulit, demikian pula harus bekerjasama dengan stake holder lain.
dengan mimimnya ketersediaan staf Eksekusi non teknis masih dan akan selalu
operasional maka IPAL mobile belum dapat ada kendala. Salah satu pembangunan saat
difungsikan dengan baik. Situasi demikian ini adalah membangun bendungan di Mojo
menyebabkan persoalan limbah yang hingga Demangan dalam kurun waktu 2016-
bersumber dari UMKM belum dapat teratasi 2018. BBWS akan merevitalisasi Sungai
dengan baik (Zunariyah dan Ramdhon, Pepe hilir. Angan – angannya adalah pada
2016). saat kemarau air bendungan akan di
Sementara itu Balai Besar Wilayah tranformasikan ke Kali Pepe hilir yang akan
Sungai Bengawan Solo ( BBWS) dalam dijadikan wisata air. Bendungan Tirtonadi
diskusi dengan peneliti berpendapat bahwa memiliki volume 2000 kubik, sehingga
BBWS adalah instansi yang menyiapkan cukup melimpah untuk rencana-rencana ke
aspek fisik. Wilayah sungai Bengawan Solo depan salah satunya rencana untuk
adalah 600 km dari wonogiri-gresik. Namun mengalirkan air dan bendungan ke PDAM,
yang ada di solo hanya sepanjang 10 km dan hal ini juga untuk menghemat air saat
termasuk kawasan hulu. BBBS juga musim kemarau dan juga bisa mengalirkan
bertanggung jawab pada DAS anak sungai air keanak-anak sungai.
Bengawan Solo. Disini program Balai Besar Sebenarnya, secara teknis memang
di sesuaikan dengan prioritas yang ada. Di BBWS yang menyiapkan infrastrukturnya.
unit BBWS ada unit yang menjaga neraca Tapi yang memiliki masyarakat adalah
air. Untuk menjaga setiap swasta yang walikota. Sehingga dalam hal ini termasuk
memanfaatkan air permukaan Sungai penertiban bangunan masyarakat yang

36
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500

berada di sekitar bantaran sungai dan dinasi dengan BBWS. Setiap kegiatan DPU
persoalan terkait masyarakat itu diserahkan harus ada ijin dari BBWS. Banyak sekali
ke Pemerintah Kota. BBWS juga telah siap program Pemerintah Kota solo yang berada
jika harus membangun IPAL, yang nantinya di wilayah BBWS. Seperti akan
limbah rumah tangga dapat di olah sebelum meningkatan kualitas sungai Pepe hilir dan
dialirkan ke sungai. (Rencana Aksi Daerah hulu itu adalah kewenangan BBWS. DPU
Kota Surakarta, 2015-2025) tinggal koordinasi dan BBWS memfisikkan.
Namun salah satu anak sungai, yaitu Kali pepe hilir akan dijadikan wisata air.
Sungai gajah putih ada banyak perusahaan Talut dibangun, dasar sungai dikeruk, itu
yang tidak mengolah limbahnya, selama ini perlu kerjasama dari berbagai SKPD terkait.
limbahnya berwarna pelangi dengan bau DPU tidak dapat berdiri dengan anggaran
menyengat. Biota yang dapat hidup hanya sendiri (Zunariyah dan Demaroto, 2017).
sapu-sapu dan cetul. Itu menandakan air Pemerintah Kota Surakarta berkomit-
telah tercemar. Padahal air ini nanti men untuk mengembalikan fungsi sungai
rencananya akan tertampung di Tirtonadi bebas dari pemukiman dan tempat usaha,
dan akan di serahkan ke PDAM. khususnya di sepanjang sungai Pepe. Sesuai
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) juga dengan PP No. 38 tahun 2011, ditegaskan
aktor penting dalam pengelolaan sungai. bahwa pada jarak 10 meter dari bibir sungai,
Dinas ini memandang bahwa PERDA tidak boleh didirikan bangunan. Apabila ada
tentang lingkungan hidup, subtansinya warga yang mendirikan bangunan atau
terkait perusahaan home industri, tempat usaha disana, berarti melanggar
pemerintah memfasilitasi IPAL dan juga aturan. padahal pada kenyataannya banyak
Pengarahan teknis terhadap industri tersebut. warga yang sudah menempati sempadan
Yang terkait industri besar adalah tanggung sungai puluhan tahun lamanya, bahkan ada
jawab sendiri dari perusahaan tersebut. yang menjadikan tempat usaha, sehingga
Sehingga mereka yang membuang langsung mengakibatkan adanya pendangkalan
itu menyalahi perda. Yang ada disekitar sungai, sedimentasi, pencemaran limbah
sungaigajah putih perusahaannya berada di rumah tangga dan home industriy. sehingga
karanganyar. DPU partnernya dengan penataan sempada sungai merupakn bagian
BBWS. Yang ada di surakarta yang dikelola penting dari konservasi lingkungan sungai
adalah saluran drainase dengan berkoor- (Zunariyah dan Ramdhon, 2018).

37
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)

Saat ini tengah mempersiapkan solusi dengan sungai dibentuk kampung siaga
apabila PEMKOT melakukan relokasi bencana berbasis masyarakat (SIBAT) oleh
terhadap rumah warga yang berada di Palang Merah Indonesia (PMI). Keterlibatan
sempadan sungai Pepe. PEMKOT juga masyarakat dalam merawat sungai, memper-
mengharapkan dengan adanya penataan baiki perilaku terhadap sungai maupun
sempadan sungai ini bisa memulihkan mengantisipasi setiap dampak yang
kondisi sungai, dan nantinya sungai bisa ditimbulkan akibat pencemaran dan
dijadikan tempat wisata air, drainase dan kerusakan sungai harus terus didorong. Hal
sanitasi kota, terlebih penataan ini nantinya ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan
juga bisa memberikan pembelajaran kepada partisipasi masyarakat dan menempatkannya
masyarakat luas. menjadi bagian penting dalam pem-
bangunan. Bagaimanapun, meningkatnya
Dinamika Peran Masyarakat dalam beban pencemaran yang masuk ke perairan
pengelolaan Sungai sungai disebabkan oleh kebiasaan
Terdapat 3 hal pokok yang secara masyarakat yang berdomisili di sekitar
konkret dilakukan oleh masyarakat terkait sungai. Umumnya masyarakat sekitar sungai
dengan upaya memperbaiki kondisi sungai membuang limbah domestik, baik limbah
yang melintasi kampung mereka, yaitu cair maupun limbah padatnya langsung ke
melalui Program Kampung Iklim, POKJA perairan sungai. Hal ini akan memberikan
Sungai dan Pembentukan Bank Sampah. tekanan terhadap ekosistem perairan sungai.
Program yang berdimensi pemberdayaan Dalam konteks good governance,
masyarakat tersebut diinisiasi oleh Dinas negara hendaknya mampu mendekatkan
Lingkungan Hidup (DLH). Ketiga program antara unsur pemerintah, swasta maupun
tersebut dipahami sebagai inovasi dalam masyarakat. Pemerintah hendaknya
rangka mengubah perilaku masyarakat menyerahkan sebagian dari kekuasaanya
terkait dengan lingkungan mereka yang pada kepada swasta dan masyarakat. Menciptakan
akhirnya akan berimplikasi pada kondisi keberdayaan merupakan tanggungjawab
sungai. Sementara itu, dalam rangka bersama antara pemerintah, swasta maupun
meningkatkan keberdayaan masyarakat masyarakat melalui kemitraan yang serasi,
terhadap bencana banjir, maka sejak 3 tahun selaras dan seimbang (Mitchell, dkk: 2000).
terakhir beberapa kampung yang berbatasan

38
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500

Program Kampung Iklim (PROKLIM) adalah dengan memberikan edukasi kepada


telah dilakukan di Kota Surakarta yang masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai
tepatnya pada empat kampung, yaitu untuk mengelola sampah-sampah yang
Kampung Sambirejo, Kampung Sondakan, mereka hasilkan dengan pembentukan bank
Kampung Sekip dan Kampung Kandang sampah. Pada tahun 2017, DLH Kota
Doro. Kampung pertama yang dijadikan Surakarta memiliki target 150 Bank Sampah
PROKLIM oleh DLH adalah Kampung di semua Kelurahan terutama di sepanjang
Sambirejo pada tahun 2012 dengan sungai. Bank sampah ini nantinya di
melakukan serangkaian kegiatan diantaranya harapkan dapat mengurangi sampah yang di
membuat sumur resapan dan penanaman buang ke TPA Putri Cempo yang kondisinya
buah-buahan. Pada tahun 2014, Kampung sekarang sudah melebihi batas kemampuan
Sekip dijadikan sebagai Kampung iklim. tampungnya, selain itu dibuatnya bank
Kegiatan diantaranya pembuatan sumur sampah juga memiliki tujuan untuk
resapan, pembenahan selokan, membuat memanfaatkan sampah menjadi kerajinan
embung-embung, penanaman tanaman tangan yang bernilai tinggi. Kemudian hasil
sayuran, pemasangan vertical garden. Pada kerajinan tersebut akan dijual. Bank sampah
tahun 2016, Kampung Iklim Kandang Doro yang di rencanakan tersebut akan di mulai
dipilih DLH untuk menerapkan PROKLIM. dari RW di Surakarta. Di Kota Surakarta
Kampung yang dilintasi Sungai Pepe ini sendiri sebenarnya sudah ada beberapa
direkomendasikan oleh Walikota Surakarta pegiat lingkungan yang sejak dini telah
karena menjadi bagian dari rencana memanfaatkan sampah, seperti yang
Pemerintah Kota untuk pengembangan dilakukan oleh bank sampah di Mojosongo
wisata air pada Sungai Pepe. (Ghina dan dan Kadipiro. Dengan berdirinya bank
Zunariyah, 2017). Berbagai kegiatan sampah ini diharapkan nantinya bisa
tersebut menjadi solusi yang ditawarkan menekan volume sampah 20 persen,
pemerintah kepada masyakat sebagai respon sehingga sampah tidak di buang
atas persoalan lingkungan di kampung- sembarangan tetap dapat dimanfaatkan,
kampung wilayah Surakarta. didaur ulang kembali. Volume pembuangan
Problem lain yang dihadapi oleh sampah di Kota Surakarta mencapai 270 ton
sungai-sungai di Indonesia adalah problem perhari. Harapan kedepannya angka tersebut
sampah. Salah satu upaya yang dilakukan bisa terus menurun seiring dengan
banyaknya bank sampah dan kesadaran

39
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)

masyarakat terhadap lingkungan sekitar. program tersebut), dan nature (sigap


(Irawan, 2018). bencana). Dengan demikian maka kampung-
Selanjutnya peran masyarakat yang kampung yang rentan terhadap bencana
lainnya terkait dengan kondisi sungai adalah banjir dapat berdaya dan mampu me-
dengan dibentuknya SIBAT (Siaga Bencana minimalkan dampak yang ada tanpa harus
Berbasis Masyarakat) yang dibentuk oleh bergantung sepenuhnya pada pemerintah
Palang Merah Indonesia (PMI) pada (Zunariyah dan Demartoto, 2017).
Agustus 2015 sebagai salah satu langkah
antisipasi warga saat banjir. namaSibat Upaya Membangun Kemitraan Dalam
(Siaga bencana berbasis masyarakat). Pengelolaan Sungai
Anggota sibat terdiri dari 30 orang (aktif 15- Persoalan sungai adalah persoalan
20 orang) yang dipilih berdasarkan bersama dan disadari sepenuhnya oleh
perwakilan dari masing-masing RW. SIBAT semua pihak, baik masyarakat, pemerintah
merupakan program PMI yang bertujuan maupun swasta. Hal demikian menuntut
untuk menanggulangi bencana. karena kerjasama yang saling menguntungkan
wilayah Solo merupakan daerah yang rawan dalam hubungan kerja yang sinergis. Setiap
dengan banjir. Di solo terdapat tiga wilayah pihak memiliki potensi, kemampuan dan
SIBAT, yaitu kampung Sangkrah, kampung keunggulan tersendiri yang menjadi modal
Sewu, dan kampung Semanggi. Kegiatan terjalinnya kemitraan dalam pengelolaan
SIBAT di antaranya yaitu pembuatan lubang sungai. Kemitraan adalah kebutuhan
resapan, greenbelt, pengelolaan sampah dan bersama sebagai respon atas persoalan
kesiapsiagaan bencana. Dalam upaya sungai dan kenyataan telah terlaksananya
penanggulangan bencana, ada empat tugas peran dan tanggungjawab oleh masing-
yang diberikan keoada anggota Sibat, yaitu masing pihak namun belum terkoneksi dan
pembentukan tim kesehatan, dapur umum, terkait satu dengan yang lain. Oleh karena
evakuasi, dan pembagian logistikserta itu pada pertengahan tahun 2016 dilakukan
peringatan dini akan bencana. Prinsip dasar pertemuan awal bagi seluruh pihak di Kota
SIBAT terdapat 5 aspek pendekatan yaitu Surakarta yang terkait dengan pengelolaan
human (pemberdayaan masyarakat), sungai yaitu Balai Besar Wilayah Sungai
financial (pengelolaan sampah), fisik (sumur (BBWS), Dinas Kebersihan dan Pertamanan
biopori), sosial (masyarakat diharapkan tahu (DKP), Badan Lingkungan Hidup (BLH)

40
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500

yang sedarang DKP dan BLH menjadi satu berwawasan lingkungan (Zunariyah dan
lembaga Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Ramdhon, 2017).
Dinas Tata Ruang Kota (DTRK), Dinas Sementara itu, peran dan kontribusi
Permukiman dan Prasarana Wilayah, masyarakat dalam pengelolaan sungai juga
BAPPEDA dan DPRD. Pertemuan antara difasilitasi melalui sejumlah pertemuan
beberapa pihak untuk membahas persoalan antara komunitas peduli sungai, POKJA
sungai di Kota Surakarta mampu memeta- Sungai maupun prakarya sungai. Masing-
kan program dan kegiatan yang telah masing komunitas dibentuk oleh dinas yang
dilakukan masing-masing pihak, termasuk berbeda dengan cara pandang yang juga
agenda yang akan dilakukan. Pertemuan ini berbeda. Namun demikian pertemuan yang
telah menyepakati adanya regulasi di tingkat berhasil dihimpun menyepakati untuk
kota tentang pengelolaan sungai yang membangun kamunikasi yang intensif
berwawasan lingkungan (Zunariyah dan diantara kelompok masyarakat terkait
Ramdhon, 2016). Sayangnya, hingga saat ini dengan upaya merawat dan menjaga
tindak lanjut dari kesepakatan tersebut kelestarian sungai. Proses kemitraan
belum terealisasi. diantara warga dapat berjalan dengan baik,
Beberapa factor disinyalir menjadi akan tetapi kemitraan yang terjalin diantara
sebab tidak berjalannya agenda bersama pemerintah dengan masyarakat sebatas pada
untuk menyusun regulasi tentang sungai, lembaga atau komunitas yang dibentuk dan
salah satunya adalah terkait dengan ego tidak punya kewenangan untuk mengatur
sektoral. Masing-masing pihak secara dan berkomunikasi. Akibatnya proses
hierarkis tidak berada pada garis komando kemitraan yang dibangun bersifat tidak
yang sama. Penyusunan program dan ke- independen, namun cenderung bergantung
giatan masing-masing berjalan berdasarkan pada kegiatan atau program yang telah di-
cara pandang dan persepsi masing-masing. tetapkan oleh dinas yang membentukmnya.
Akibatnya konektivitas antar sector menjadi Situasi ini berakibat pada lemahnya
diabaikan. Berkaca dari kenyataan itu, kemandirian dan independensi lembaga atau
proses kemitraan yang dibangun kurang bisa komunitas tersebut. Dengan begitu maka
digerakkan menjadi energy yang mendorong kapasitas untuk menjalin kemitraan dengan
perubahan ke arah pengelolaan sungai yang pihak pemerintah menjadi sangat minim
(Zunariyah dan Ramdhon, 2018).

41
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)

Perlu diketahui bahwa kemitraan adalah pendekatan ini akan mengurangi atau
hubungan antar pelaku yang didasarkan menghindari adanya pertentangan.
pada ikatan kerjasama yang saling Menurut Suporaharjo (2005), dalam
menguntungkan dalam hubungan kerja kerangka pertimbangan pengelolaan
sinergis. Setiap pelaku kemitraan memiliki sumberdaya secara terpadu berwawasan
potensi, kemampuan dan keunggulan kebersamaan, beberapa hal berkut ini dapat
tersendiri, meskipun ukuran, jenis, sifat dan menjadi bahan pertimbangan. Pertama
tempat yang dimitrakan setiap pelaku adalah kerjasama antar pihak. Pengambilan
berbeda-berbeda. Kemitraan merupakan keputusan hukum dan kerjasama
upaya bersama untuk memperkuat pengelolaan untuk menghindari hal-hal yang
kemampuan untuk membangun guna tidak diinginkan di masa mendatang makin
terbangunnya kemandirian. Syarat bagi diperlukan, meskipun perilaku lama dari
kesuksesan kemitraan adalah adanya birokrat maupun masyarakat itu sendiri
imbalan yang saling menguntungkan dari tidaklah secepatnya berubah. Sikap ini
kedua belah pihak. Perkembangan pola hanya dapat digantikan dengan sikap positif
kemitraan ini muncul sebagai sebuah respon yaitu dengan menghindari sebanyak
atas tuntutan kebutuhan akan manajemen mungkin sikap skeptis dan curiga terhadap
pengelolaan sumberdaya alam yang baru, pihak lain, kemudian menilainya dengan
yang menuntut lebih demokratis, yang lebih sikap kritis dan keterbukaan. Sikap ini
mengakui perluasan akses manusia dalam tetaplah harus terus dikembangkan, diuji
mengelola berbagai sumberdaya yang terus dalam setiap kejadian yang
merupakan pilihan-pilihan. menyangkut nasib banyak orang. Baik sikap
Didalam konteks pengelolaan sumber- birokrat yang kaku dan otoritarian maupun
daya alam, pola kemitraan dikenal dengan sikap masyarakat yang terus dituntut untuk
skema “joint management” atau “collaborative terbuka dan mau belajar lagi, seiring dengan
(co)-management”. Kemitraan biasanya jalannya waktu. Memulai suatu kerjasama
didefinisikan sebagai berbagi tanggung yang didasari oleh saling percaya memang
jawab atau kewenangan Pendekatan bukanlah pekerjaan mudah, oleh sebab itu
partisipatif memerlukan waktu yang lama perlu dicari satu program kerja yang relatif
terutama pada tahap-tahap awal perencanaan sederhana dan tidak terlalu menimbulkan
dan analisis, didalam proses selanjutnya

42
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500

konflik kepentingan diantara institusi yang tidak mengandung pertimbangan mengenai


bergabung dalam suatu kerjasama. hak dan kewajiban, soal baik dan buruk bagi
Kedua, perubahan pola pikir. Dalam pihak lain, khususnya bagi masyarakat dan
peningkatan effektivitas, dituntut adanya kebanyakan orang.
perubahan pola pikir dimana pergeseran Dalam rangka pengelolaan sumberdaya
paradigma sosial dari government ke alam berbasis kemitraan maka kebijakan
governance menuntut bentuk baru yang harus dibangun untuk mengolah dan
pengambilan keputusan dan definisi baru mengelola sumberdaya alam dan ling-
untuk tanggung jawab dan kemitraan. Sikap kungannya dengan memperhatikan hak dan
positif dalam interaksi sangat dituntut. Suatu kewajiban pada tingkatan individual,
sikap yang tidak diwarnai syak wasangka komuniti dan negara atas dasar prinsip
(prejudice), dimana kreativitas lebih dituntut keberlanjutan (sustainability). Mengingat
daripada sekedar pendekatan rutin. keragaman yang besar dalam hal strategi
Ketiga, integritas. Pengetahuan, pe- pengelolaan sumberdaya alam serta kondisi
mahaman, dan kepedulian akan arti penting sosial-budaya komuniti-komuniti pengguna-
dan strategis pemanfaatan sumberdaya nya, maka penetapan batas-batas wilayah
wilayah sungai maupun wilayah pesisir pengelolaan seyogyanya memperhatikan
merupakan bagian dari pembangunan kondisi ekologi setempat dengan melibatkan
nasional, sehingga perlu dipelihara partisipasi komuniti pengguna. Pengelolaan
kelestariannya perlu terus disebarluaskan ke sumberdaya alam oleh pihak luar perlu
berbagai kalangan, khususnya para anggota memperhatikan kelangsungan hidup
legislatif, kalangan pengambil keputusan di masyarakat dan kebudayaan penduduk
pemerintahan maupun swasta. Sikap-sikap setempat, serta pembagian hasil dalam
tersebut niscaya diterapkan mulai dari tahap rangka meningkatkan kesejahteraan hidup
perencanaan sampai saat penanganan pasca yang layak bagi kemanusiaan.
pencemaran lingkungan hidup. Disamping itu, perlu pemberdayaan
Keempat, kesadaran dan etika interaksi: masyarakat pengguna dan pengelola
Peran stakeholder pada akhirnya sudah sumberdaya dengan memperhatikan dua
sampai pada suatu bentuk kesadaran dan komponen, yaitu: 1) pengayaan pengetahuan
berada pada tataran wilayah etika interaksi, ekologi bagi warga komuniti-komuniti lokal
dimana tak ada satu keputusanpun yang dan para stakeholders, termasuk aparat

43
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)

birokrat; dan 2) pembangunan serta pengawasan sosial; memberikan saran


pengembangan pranata sosial sebagai hasil pendapat; dan menyampaikan informasi .
kesepakatan bersama (bottom-up); Dalam
pengelolaan lingkungan hidup, hak PENUTUP
kewajiban dan peran serta masyarakat telah Sungai memiliki kedudukan penting
diatur dalam undang-undang yaitu setiap bagi masyarakat sejak jaman dahulu, saat ini
orang mempunyai hak yang sama atas dan di masa mendatang karena fungsinya
lingkungan hidup yang baik dan sehat, sebagai penyedia air bagi kehidupan seluruh
setiap orang mempunyai hak atas informasi makhluk hidup. Ironisnya, kondisi sungai di
lingkungan hidup yang berkaitan dengan Kota Surakarta terus mengalami degradasi
peran dalam pengelolaan lingkungan hidup, yang disebabkan oleh cara pandang
setiap orang mempunyai hak untuk berperan masyarakat yang menempatkan sungai
dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sebagai halaman belakang sekaligus tempat
sesuai dengan peraturan perundang- untuk membuang sampah maupun limbah
undangan yang berlaku, setiap orang rumah tangga maupun industri. Oleh karena
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi itu berbagai upaya dilakukan melalui
lingkungan hidup serta mencegah dan serangkaian kebijakan dan program
menanggulangi pencemaran dan perusakan pemerintah untuk mengurangi persoalan
lingkungan hidup, setiap orang yang terkait dengan sungai. Peran serta
melakukan usaha dan/atau kegiatan masyarakat juga dilakukan dengan berbagai
berkewajiban memberikan informasi yang inisiatif maupun program yang dibentuk
benar dan akurat mengenai pengelolaan oleh pemerintah yang berasal dari beberapa
lingkungan hidup, masyarakat mempunyai kementrian atau Dinas. Akan tetapi peran
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya dan tanggungjawab tersebut cenderung
untuk berperan dalam pengelolaan bersifat sporadis dan tidak terhubung dan
lingkungan hidup. Adapun bentuk hak, ke- terkoneksi satu sama lain. Kemitraan yang
wajiban dan peran serta itu adalah dengan terbangun terlihat antara Dinas dengan
cara meningkatkan kemandirian, keberdayaan komunitas peduli sungai yang menjadi
masyarakat, dan kemitraan; menumbuh- bentukannya. Inisiatif dan gagasan program
kembangkan kemampuan dan kepeloporan masih bersumber dari pemerintah, sementara
masyarakat; menumbuhkan ketanggap- komunitas atau warga berfungsi sebagai
segeraan masyarakat untuk melakukan

44
Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (25-46) Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500

pelaksana program. Di sisi lain Dinas lain demikian maka, upaya mendorong
yang tidak membidani lahirnya komunitas kemitraan dalam pengelolaan sungai perlu
tertentu tidak memiliki akses untuk terus dilakukan dan dikawal agar
mengintervensi program lain. Berkaca dari kepentingan masing-masing pihak baik
kenyataan itu maka masih ada kesan ego pemerintah atau masyarakat dapat
sektoral dalam pengelolaan sungai. Dengan terkoordinasi dan terkoneksi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Press, Jakarta
Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta,
2017. Studi Kajian Daya Dukung Mitchell, B., B. Setiawan dan D.H. Rahmi.
Daya Tampung Beban Pencemaran 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan
Sungai Kota Surakarta, Laporan Lingkungan. Gadjah Mada
Penelitian, Tidak dipublikasikan. University Press. Yogyakarta.
Ghina, Nabila Yumna dan Zunariyah, Siti, Moleong, Lexy J, 1995. Metode Penelitian
2017, Pola Pemberdayaan Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Masyarakat dalam Program Bandung
Kampung Iklim di Kota Surakarta, Ontario Ministry Of Natural Resources
Jurnal Dilema, Prodi Sosiologi, 1995, Memorandum MNR Guide to
FISIP UNS. Resource Management Partnerships-
Inoguchi, T, Newman, E dan Paoletto,G. Administrative Considerations.
2003 Kota dan Lingkungan: Toronto, Ontario Ministry of Natural
Pendekatan Bary Masyarakat Resources, 25 July.
Berwawasan Ekologi, Jakarta
Ramdhon, Akhmad dan Zunariyah, Siti.
LP3ES. 2017. Merekam Kali Pepe, Menggali
Irawan, Ilham Budi, 2018, Pemberdayaan (kembali) Pengetahuan Bersama
Masyarakat dalam Pengelolaan Bank Warga. Kampungnesia Press,
Sampah, Skripsi FISIP UNS, Tidak Sosiologi FISIP UNS dan Rujak Curs.
dipublikasikan.
Ramdhon, Akhmad dan Zunariyah, Siti.
Kongres Sungai Indonesia, 2015, Indonesia 2016. Pengembangan Peta Partisipatif
Darurat Sumberdaya Air Berbasis OSM Untuk Sungai-
Kampung di Surakarta. Pusat
Krueger, Richard A dan Mary Anne
Pengembangan Teknologi Tepat
Casey,1994. Focus Groups: A
Guna, LIPI.
Practical guide for applied research,
Sage Publications, Inc.California. Slamet, Yulius, 1996. Metode Penelitian
Sosial, UNS Press Surakarta.
Miles, Mattew B dan A Michael Huberman,
1992. Analisis Data Kualiatif, UI Solopos, 2015, Tata Kota: Solo Susun Cetak

45
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Upaya Membangun Kemitraan dalam Pengelolaan Sungai
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (25-46)

Biru Penataan Kali Pepe, Edisi 20 Pengelolaan Sungai yang berbasis


Februari 2015. Kemitraan dan Berwawasan
Lingkungan, Laporan Penelitian,
Suporahardjo. 2005. Manajemen
LPPM UNS, Tidak Dipublikasikan.
Kolaborasi. Pustaka Latin. Bogor
Zunariyah, Siti dan Ramdhon, Akhmad,
Wiens L H 1995, Stakeholders
misrepresented: Water News, 2017, “Memetri Kali” as
Canadian Water Resources transformative learning model for
Association, 14(2) June: 3,7. sociology students to care about
environmental issues, Proceding on
Zunariyah, Siti dan Ramdhon, Akhmad,
Regionalization and Harmonization
2009, Degradasi lingkungan dan
in TVET – Abdullah et al. (Eds) ©
konflik Sosial, Laporan Penelitian
2017 Taylor & Francis Group,
DIPA BLU FISIP UNS.
London, ISBN 978-1-138-05419-6.
Zunariyah, Siti dan Ramdhon, Akhmad,
Zunariyah, Siti dan Ramdhon, Akhmad,
2016. Gerakan Sosial Warga dalam
2018. Merawat Kali-Merancang Asa
mendorong tata kelola sungai yang
Kota Kontestasi dan Partisipasi
berwawasan lingkungan, Prosiding
Komunitas atas Dinamika Sungai
Seminar Nasional APSI-ISI, Padang
di Kota Surakarta, Jurnal Sosiologi
Zunariyah, Siti dan Demartoto, Argyo, Reflektif, UIN Sunan Kalijaga.
2017, Penyusunan Model

46

You might also like