Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

DOI: 10.31186/jagrisep.17.2.

23-30

PRICE BEHAVIOR OF RICE AND PADDY IN INDONESIA

Perilaku Harga Beras Dan Gabah Di Indonesia

Ketut Sukiyono1); Ayu Lestari2)


1)
Department Socio Economic of Agriculture, Faculty of Agriculture, University
of Bengkulu, Bengkulu, Indonesia
2)
Department Socio Economic of Agriculture, Faculty of Agriculture, University
of Bengkulu, Bengkulu, Indonesia
Email: ayulestariokto99@gmail.com

ABSTRACT
One of the food commodities with strategic economic. social and political
value is rice. Stabilising the price and supply of rice is one of the most important
factors in realising the country's sustainable development. Therefore, rice is seen
as a commodity that has economic value in economic development in Indonesia.
The aims of this research are 1) Analyse the price variation of rice and paddy
prices in Indonesia, 2) Analyse the trend of rice and paddy prices in Indonesia,
3) Analyse the seasonal behaviour of rice and paddy prices in Indonesia, 4)
Analyse the correlation of paddy and rice prices in Indonesi, 5) Factors affecting
rice and paddy prices in Indonesia.
The data that will be used in this research is Time Series data of rice and
paddy prices per month starting from 2017:1-2021:12. The data used is taken
from the Central Statistics Agency. Based on the research results show that 1)
Paddy and rice price variations in Indonesia have low fluctuations. 2) Paddy
price trends at the farmer and mill level and rice price trends at the miller and
trader levels are all positive. This suggests that paddy and rice prices will
experience an upward trend in the future. 3) Rice and paddy prices in Indonesia
follow seasonal price variations. On average, paddy and rice prices are high at

AGRISEP Vol. 22 No. 1 March 2018 Page: xxx – xxx| 1


ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

the beginning and end of the year. 4) Rice and paddy prices have a strong
correlation at each price level. 5) The amount of rice production affects the price
of rice in Indonesia.

Keyword: price behavior, trend, seasonal, correlations

ABSTRAK
Salah satu komoditas pangan dengan nilai ekonomi. sosial dan politik yang
strategis yaitu beras. Stabilisasi harga dan pasokan beras menjadi salah satu faktor
yang sangat penting untuk mewujudkan pembangunan negara yang berkelanjutan.
Oleh sebab itu beras dipandang sebagai komoditas yang memiliki nilai ekonomi dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah 1) Menganalisis
variasi harga harga beras dan gabah di Indonesia, 2) Menganalisis trend harga beras
dan gabah di Indonesia, 3) Menganalisis perilaku musiman harga beras dan gabah di
Indonesia, 4) Menganalisis korelasi harga gabah dan beras di Indonesia, 5) Faktor-
faktor yang mempengaruhi harga beras dan gabah di Indonesia.
Data yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah data Time Series harga
beras dan gabah perbulan mulai dari tahun 2017:1-2021:12. Data yang digunakan
diambil dari data Badan Pusat Statistik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
bahwa 1) Variasi harga gabah dan beras di Indonesia memiliki fluktuasi yang
rendah. 2) Harga gabah di tingkat petani dan pabrik serta trend harga beras di
tingkat penggiling dan pedagang semuanya positif. Hal ini menunjukkan bahwa
harga gabah dan beras akan mengalami tren kenaikan di masa mendatang. 3)
Harga beras dan gabah di Indonesia mengikuti variasi harga musiman. Rata-
rata harga gabah dan beras tinggi pada awal dan akhir tahun.4) Harga beras
dan gabah memiliki hubungan keeratan yang kuat pada masing-masing tingkat
harga. 5) Jumlah produksi beras mempengaruhi harga beras di Indonesia.

Kata Kunci: perilaku harga, trend, musiman, korelasi.

PENDAHULUAN
Sekitar 95 persen penduduk Indonesia bergantung pada beras (Alimoeso,
2011) dan rumah tangga miskin menghabiskan hampir 21.8 persen pengeluaran
mereka untuk beras. Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara
dengan tingkat konsumsi beras yang tinggi yaitu 139 kg/orang/tahun.
Umumnya, saat panen raya tiba petani padi akan menjual gabahnya langsung
ke pedagang besar atau tengkulak (Hardinawati, 2017). Saat harga beras
meningkat, maka pedagang beras akan sangat diuntungkan. Situasi ini tentu
sangat menyulitkan petani, terutama pada musim panen raya karena harga

2 | Author 1, Author 2, Author 3 (if more than 3 authors use et al); Short Title...
ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

gabah sering turun. Ditambah dengan masuknya beras impor, harga beras
dalam negeri turun dan keadaan petani semakin terpuruk.
Tingkat konsumsi beras di Indonesia tinggi yaitu 1.451 per kapita per
minggu (BPS, 2021). Bahan pangan pokok berupa beras sulit tergantikan,
Berapapun harga beras di pasaran, orang akan tetap berusaha membelinya.
Tentunya masyarakat menginginkan beras yang terbaik atau kualitas terbaik.
Namun karena fluktuasi harga, kemampuan masyarakat untuk memperoleh
beras dengan kualitas terbaik semakin menurun dikarenakan harga yang
cenderung meningkat.
Tabel 1.1 Harga rata- rata beras di Indonesia 2021 (Rp/ Kg)

Beras Tingkat Penggiling


(Rp/Kg) Beras Tingkat Pedagang
Bulan
(Rp/Kg)
Premium Medium
Jan 9780.19 9404.74 12186
Feb 9772.1 9386.31 12191
Mar 9606.97 9153.68 12127
Apr 9549.76 8978.86 12049
Mei 9627.08 8909.5 12082
Jun 9537.16 8906.67 12081
Jul 9401.61 8886.9 12054
Ags 9499.36 8915.75 12044
Sep 9455.56 8962.39 12043
Okt 9449.47 9010.82 12061
Nov 9539.29 9071.94 12070
Des 9672.54 9128.44 12134
Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan harga beras di Indonesia memiliki
kecendrungan atau trend yang sama yaitu mengalami kenaikan pada setiap
bulannya. Pada bulan Januari hingga bulan Maret, harga beras cenderung
fluktuatif dan meningkat. hal tersebut dikarenakan ketersediaan beras yang
lebih sedikit dibanding jumlah permintaan sedangkan pada bulan April hingga
bulan September harga beras mengalami penurunan hal ini disebabkan
ketersediaan beras yang melimpah imbas dari panen raya. Ketidakseimbangan
jumlah permintaan dan penawaran ini, dimana jumlah permintaan lebih tinggi
dari jumlah penawaran mengakibatkan harga beras meningkat. Di sisi lain
anggaran permintaan beras yang terjadi di Indonesia cukup besar. Besarnya
anggaran terhadap permintaan beras di Indonesia akan menarik para pelaku
pemasaran untuk membuat rantai pemasaran beras yang lebih panjang. Ini

AGRISEP Vol. XX No. Y March 2021 Page: xxx – xxx| 3


ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

mengakibatkan peluang terjadinya fluktuasi harga beras Indonesia menjadi


lebih besar. Salah satu dampak yang terjadi yaitu beralihnya konsumen beras
dari komoditas beras biasa ke beras medium atau komoditas kualitas super
karena harga beras medium yang mengalami penurunan yang cukup drastis
sebesar Rp 4.000-8.000an sedangkan harga beras kualitas super melonjak turun
sebesar Rp 2.000-13.000an yang disebabkan oleh ketersediaan beras yang
melimpah (PIHPS Nasional, 2021).
Keadaan dilapangan menunjukkan bahwa harga jual beras melambung
tinggi di pasar-pasar Indonesia. Menurut data yang di publikasi oleh Pusat
Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (2021) mengungkapkan bahwa
harga beras meningkat sebesar Rp. 10.000/kg – Rp. 19.000/kg dengan kualitas
medium pada kuartal pertama di tahun 2021. Hal ini dikarenakan margin
keuntungan yang diambil pengepul beras terlalu besar. Pengumpul beras
sering melakukan penipuan saat melakukan kartel harga, sehingga
menyulitkan konsumen untuk melihat harga beras yang fluktuatif. Hal ini
membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana perilaku
harga beras dan gabah di Indonesia dan Provinsi Bengkulu.
Sesuai dengan latar belakang tentang Analisis Perilaku Harga Beras dan
Gabah di Indonesia, berikut ini merupakan rumusan permasalahan pada kajian
ini yaitu: bagaimana variasi harga harga beras dan gabah di Indonesia,
bagaimana trend harga beras dan gabah di Indonesia, bagaimana periaku
musiman harga beras dan gabah di Indonesia, bagaimana korelasi harga gabah
dan beras di Indonesia dan apa saja faktor yang mempengaruhi harga beras
dab gabah di Indonesia.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2020. Metode yang
digunakan untuk penentuan tempat penelitian adalah metode purposive
(sengaja). Lokasi penelitian harga beras dan gabah dilakukan pada semua
sentra produksi beras dan gabah di Indonesia.
Metode Analisis Data
1. Metode Analisis Variasi Harga
Untuk mengetahui perilaku harga, maka analisis koefisien variasi harga
dilakukan pada periode bulanan. Analisa ini bersifat deskriptif yang disajikan
dalam bentuk table ataupun grafik. Menurut Suhardi dan purwanto (2003)
untuk melihat fluktuasi harga beras dapat diketahui dengan menghitung
menggunakan rumus koefisien variasi. Secara sistematis koefisien variasi
memiliki persamaan sebagai berikut:
S
KV = × 100 %
X
Dimana :
KV = Koefisien Variasi
S = Simpangan Baku

4 | Author 1, Author 2, Author 3 (if more than 3 authors use et al); Short Title...
ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

X = Nilai Rata-Rata
2. Metode Analisis Trend Harga
Trend adalah kecenderungan umun dari data deret waktu yang
mengalami peningkatan ataupun penurunan dalam kurun waktu yang lama.
Untuk memperkirakan trend harga jangka panjang, metode kuadrat terkecil
memiliki gambaran tentang data yaitu garis yang memiliki jumlah kuadrat dari
selisih antar data dan garis trend terendah yang dibagi kedalam data ganjil dan
genap (Harvey et al, 2009). Persamaan trend linier pada analisis time series
adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
Nilai a dan b dapat dicari melalui persamaan berikut ini:
n
n
∑ XiY i
∑Yi dan b=
1=i
i
1=i n
a=
n ∑ Xi 2

1=i
Dimana :
Y = nilai trend b = koefisien X
X = periode waktu (bulan) n = jumlah periode waktu
a = konstanta
3. Analisis Perilaku Musiman
Indeks musiman estimasi menggunakan metode rasio terhadap rata-rata
bergerak karena tidak terlalu berpengaruh oleh trend harga naik turun. Indeks
musiman di perkirakan yang menunjukkan pergerakan tahun yang khas.
Seperti yang penelitian yang di lakukan oleh Hugar dalam Pandit (2012). Maka
model yang di gunakan adalah sebagai berikut:
T ×C × S × I
=S
T ×C×I
Dimana :
T=Trend S = Komponen Musiman
C= Komponen Siklus I =Komponen Tidak Beraturan
4. Analisis Korelasi
Analisis regresi digunakan koefisien korelasi (r) bernilai -1≤ r ≤1 yang
merupakan koefisien transmisi harga. bila r mendekati 1. maka harga beras di
tingkat petani tahun ke-t (Hbpt) ditransmisikan ke harga beras ditingkat
pedagang dalam tahun ke-t (Hbgt). Persamaan korelasi digunakan (Anderson.
Sweeney dan Williams, 2002). sebagai berikut :
n
r =n ∑ H bp Hbg−¿ ¿
t =1
Dimana:
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Pengamatan dari Tahun 2017- 2021.
∑Hbp = Jumlah dari Pengamatan Harga Beras ditingkat penggiling

AGRISEP Vol. XX No. Y March 2021 Page: xxx – xxx| 5


ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

∑Hbg = Jumlah Pengamatan Harga Beras ditingkat pedagang


Dengan penjelasan yang sama maka persamaan untuk korelasi harga
gabah adalah sebagai berikut:
n
r =n ∑ Hgt Hgp−¿ ¿
t =1
Dimana:
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Pengamatan dari Tahun 2017- 2021.
∑Hgt = Jumlah dari Pengamatan Harga Gabah ditingkat petani
∑Hgp = Jumlah Pengamatan Harga Gabah ditingkat penggiling

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Variasi Harga Beras dan Gabah di Indonesia
1. Variasi Harga Gabah
Perkembangan harga gabah di Indonesia periode Bulan Januari 2017-
Desember 2021 memiliki kecenderungan fluktuasi, yaitu mengalami
peningkatan setiap bulannya. Kenaikan drastis harga GKP terjadi pada tahun
2018 dan harga GKG pada tahun 2020 baik harga di tingkat petani maupun di
tingkat penggiling. Namun, terlihat pada bulan-bulan tertentu terjadi, fluktuasi
harga gabah di Indonesia bergerak berlawanan arah musim panen. Variasi
harga gabah di Indonesia disajikan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Variasi harga Gabah di Indonesia.
KV ditingkat Petani KV ditingkat Penggiling
Tahun % %
GKP GKG GKP GKG
2017 4.45 1.83 4.40 1.79
2018 5.94 4.93 5.89 4.87
2019 6.95 4.52 6.89 4.48
2020 4.19 3.66 4.11 3.52
2021 4.38 2.97 4.29 2.89
Rata-
5.18 3.58 5.12 3.5
rata
Dalam periode 2017-2021, fluktuasi harga GKP ditingkat petani terendah
terjadi pada tahun 2020 yaitu sebesar 4.19 persen dan tertinggi pada tahun 2019
yaitu sebesar 6.95 persen. Untuk harga GKG, fluktuasi harga terendah terjadi
pada tahun 2017 yaitu sebesar 1.83 persen sedangkan fluktuasi tertinggi terjadi
pada tahun 2018 yaitu sebesar 4.93 persen. Fluktuasi harga ditingkat penggiling
untuk GKP. harga terendah terjadi pada tahun 2020 yaitu sebesar 4.11 persen
dan harga tertinggi terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar 6.89 persen.
Sementara itu, fluktuasi harga GKG terendah terjadi pada tahun 2017 yaitu

6 | Author 1, Author 2, Author 3 (if more than 3 authors use et al); Short Title...
ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

sekitar 1.79 persen dan harga tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu 4.87
persen. Angka ini dapat diartikan bahwa fluktuasi harga gabah ditingkat
petani dan tingkat penggiling baik GKP maupun GKG masih berada pada
posisi rendah karena nilai rata-rata fluktuasi berada pada dibawah 9 persen.
Hal ini di dasarkan pada kebijakan Kemendag RI (2015), harga di suatu
kota/provinsi dikatakan stabil atau tidak berfluktuasi apabila nilai koefisien
variasi harga berada pada kisaran 9 persen. Penyebab fluktuasi yang rendah
tersebut karena distribusi yang merata sepanjang tahun serta mekanisme stok
yang berjalan dengan baik sehingga produksi saat in season mampu mencukupi
kebutuhan saat off season.

2. Variasi Harga Beras Variasi Harga


Perkembangan harga beras yang berubah-ubah mengakibatkan harga
menjadi berfluktuasi. Berdasarkan hasil analisis variasi harga beras tahun 2017-
2021 disajikan pada tabel dibawah berikut:
Tabel 5.3 Variasi harga Beras di Indonesia
KV ditingkat
KV ditingkat Pedagang
Penggiling
Tahun % %
Premium Medium
2017 1.423 2.92 1.035
2018 3.30 4.09 1.49
2019 2.24 2.76 0.67
2020 1.21 2.09 0.66
2021 1.27 1.98 0.44
Rata-rata 1.89 2.78 0.86
Pada tabel di atas memperlihatkan fluktuasi harga beras di Indonesi yang
relatif stabil. Simpulan ini didasarkan pada nilai rata-rata koefisien variasi yang
rendah yaitu 1.89 persen untuk harga beras medium di tingkat penggiling 2.78
persen untuk harga beras medium ditingkat penggiling dan 0.86 persen untuk
harga beras ditingkat pedagang. Nilai ini mengindikasikan bahwa pemerintah
mampu menjaga kestabilan harga beras dengan baik.
Berdasarkan tabel 5.2 dan 5.3, diketahui bahwa secara umum fluktuasi
harga beras lebih kecil dibandingkan dengan fluktuasi harga gabah. Secara
gamblang ini menunjukkan bahwa kebijakan perberasan pemerintah sangat
bias. Pemerintah lebih khawatir terhadap kenaikan harga beras daripada
turunnya harga gabah. Gambaran fluktuasi harga pada tabel 5.3 mencerminkan
pada tahun 2017-2021 gejolak harga dapat diredam secara lebih baik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mulyono dalam Surindah (2021) bahwa Bulog hanya
bisa mengurangi fluktuasi harga, namun bukan untuk menghapus fluktuasi
harga antar musim. Jadi Bulog hanya dapat mengurangi guncangan harga

AGRISEP Vol. XX No. Y March 2021 Page: xxx – xxx| 7


ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

pada batas-batas tertentu. Fluktuasi harga sebenarnya merupakan suatu hal


yang normal dan diperlukan agar fungsi pasar tetap berjalan, yaitu tercipta
pasar yang kompetitif. Perubahan dari harga akan menjadi masalah apabila
harga melonjak sangat tinggi dan tidak dapat diprediksi yang nantinya akan
menciptakan suatu ketidakpastian yang mampu meningkatkan risiko bagi
produsen, Pedagang, konsumen dan tentu juga pemerintah. Perubahan dari
harga yang tidak merefleksikan kinerja pasar akan menciptakan permasalahan
baru, yaitu dapat menciptakan kesalahan kebijakan yang akan diambil
pemerintah (Kemendag RI. 2015). Harga beras Indonesia menunjukkan laju
pertumbuhan dan harga yang relatif berfluktuasi namun relatif lebih stabil
dibanding harga beras Thailand. Hal ini disebabkan karena sebagai net
importer, sehingga harga beras lebih berfluktuatif.

Analisis Trend Harga


1. Trend Harga Gabah
Trend harga gabah di Indonesia baik tingkat petani dan tingkat
penggiling memiliki trend yang meningkat. Berikut ini disajikan tabel trend
harga gabah di Indonesia.
Tabel 5.4 Estimasi Trend Linear Harga Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah
Kering Giling (GKG) ditingkat Petani Tahun 2017-2021
No Ga Trend t ratio F ratio R2 (%)
bah Coeficient
1. GKP 1.005 6.4*** 256.93 69.9
2. GKG 0.78 8.49*** 72.180 55.45
Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa GKP mendapatkan nilai R2 yang
paling tinggi dengan nilai 69.9% sedangkan koefisien determinasi GKG sebesar
55.45. Nilai ini memberikan informasi bahwa model trend cukup untuk
menjelaskan variasi harga gabah tingkat petani dengan variabel trend. Nilai R2
yang mendekati 1 (100%) menyiratkan bahwa terdapat hubungan yang hampir
sempurna antara model dengan data serta perkembangan harga gabah tingkat
petani sangat erat antara kronologis waktu ke waktu. Meskipun tidak ada
standar yang di terima secara umum untuk apa memilih nilai R2 terbaik.
Perbedaan harga antara GKP dan GKG biasanya di pengaruhi oleh
kadar air dan standar eror. Semakin rendah standar erornya maka estimasi
semakin kuat sehingga fluktuasi harga semakin jelas, fluktuasinya bisa
diketahui dengan jelas. Adang (2018) menyatakan penyusunan harga pangan
di tingkat petani dipengaruhi oleh sistem periode panen atau paceklik dan
permulaan atau selesai panen, anggaran pertanian, kesuksesan panen dan
mutu pangan yang dijual.
Pada tabel 5.5 disajikan hasil analisis trend harga gabah tingkat
penggiling.
Tabel 5.5 Estimasi Trend Linear Harga Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah
Kering Giling (GKG) ditingkat Penggiling Tahun 2017-2021

8 | Author 1, Author 2, Author 3 (if more than 3 authors use et al); Short Title...
ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

Gabah Trend Koeficient t ratio F ratio R Square (%)


GKP 0.994 25.4*** 67.94 68.07
GKG 0.773 8.33*** 69.41 54.48
Tabel diatas memberikan informasi bahwa koefisien trend untuk GKP
0.994 dan GKG 0.773. Dimana masing-masing memiliki tanda positif, hal ini
berarti bahwa perkembangan harga gabah tingkat penggiling akan semakin
meningkat dimasa yang akan datang. Salah satu faktor penyebab yaitu pada
saat musim panen puncak, supply gabah yang besar sehingga volume gabah
yang digiling juga meningkat. Senada dengan penelitian Adang (2018) harga
beras di tingkat penggilingan beras dipengaruhi oleh: volume beras yang
diserap saat panen atau paceklik, tujuan pemasaran, kualitas beras, dan
pengaruh harga BULOG, yakni saat membeli gabah atau membeli beras.
Diketahui nilai R2 yang paling rendah yaitu GKG sebesar 54.48% , GKP
memiliki nilai R2 sebesar 68.07 %. Nilai R2 yang mendekati 1 (100%)
menyiratkan bahwa terdapat hubungan yang hampir sempurna antara model
dengan data. Pada uji f diketahui bahwa rasio f lebih besar dari taraf
signifikansinya. Nilai uji f hitung pada GKP yaitu 67.94, sedangkan nilai uji F
hitung GKG sebesar 69.41 lebih besar dari taraf signifikasnsinya yaitu 4.01
maka model trend dapat diterapkan dalam menjelaskan variasi harga gabah
tingkat penggiling dalam hubungannya dengan variabel trend. Adapun rataan
rendemen GKG ke beras dengan rincian biaya yang dikeluarkan pada
penggilingan skala besar adalah: biaya angkut, biaya pengeringan +
penyusutan, biaya giling, biaya tenaga, biaya kemasan dan biaya transportasi
angkutan penjualan sekitar.
2. Trend Harga Beras
Pada analisis trend harga beras baik tingkat penggiling dan tingkat
pedagang di Indonesia diketahui bahwa keduanya memiliki trend yang
meningkat. Meskipun cenderung fluktuatif, namun harga tersebut tetap
menunjukkan trend yang meningkat. Hasil perhitungan trend harga beras di
Indonesia disajikan pada tabel berikut:
Tabel 5.6 Hasil Analisis Estimasi Trend Linear Harga Beras ditingkat
Penggiling dan tingkat Pedagang Tahun 2017-2021
No Beras Trend Koeficient t ratio F ratio R Square (%)
1. Premium 0.423 6.638*** 44.059 43.17
2. Medium 0.677 8.495*** 72.159 55.44
3. Beras 0.95 8.11*** 65.772 53.14
Pedagang

Dari hasil analisis, harga beras Premium mendapatkan nilai R2 yang


paling rendah dengan nilai 43.17%. Berdasarkan tabel diatas nilai koefisien
determinasi paling tinggi yaitu beras medium ditingkat penggiling yaitu
sebesar 55.44% kemudian beras ditingkat pedagang dengan nilai koefisien
determinasi sebesar 53.14%. Semua koefisien trend memiliki tanda positif dan

AGRISEP Vol. XX No. Y March 2021 Page: xxx – xxx| 9


ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

berbeda secara signifikan secara nol. Hasil uji t menyatakan bahwa harga beras
baik tingkat penggiling maupun tingkat pedagang signifikan pada semua taraf
signifikansi. Hal ini juga mencerminkan bahwa harga yang signifikan pada
semua tingkat harga menggambarkan rendahnya fluktuasi harga. Pada uji F
diketahui bahwa rasio F lebih besar dari taraf signifikansinya. Nilai uji F hitung
pada beras premium sebesar 44.059, beras medium sebesar 72.159 dan beras
tingkat pedagang sebesar 65.772. Nilai tersebut lebih besar dari taraf
signifikasnsinya yaitu 4.01, maka model trend dapat diterapkan dalam
menjelaskan variasi harga beras baik tingkat penggiling maupun tingkat
pedagang dalam hubungannya dengan variabel trend.

Variasi Harga Musiman


1.Variasi Harga Musiman Gabah
Sebagaimana dibahas dalam metode penelitian. pola musiman harga
gabah di Indonesia dianalisis dengan konstruksi indeks variasi musiman
sebagaimana dikemukakan oleh Arias et al. (2009). Umumnya. indeks variasi
musiman (SVI), serta Batas Bawah dan Atas Keyakinan (LCL dan HCL)
bervariasi antara bulan dan pada tingkat harga yang berbeda. Harga musiman
harga gabah disajikan dalam tabel 7:
Tabel 5.7 Indeks Musiman Harga Gabah ditingkat Petani dan ditingkat
Penggiling
Indeks Musiman tingkat Petani Indeks Musiman tingkat Penggiling
GKP GKG GKP GKG
LC SV
SVI HCL LCR SVI HCL LCR SVI HCL LCR HCL
R I
100. 108.3 111.0 102.2 104.9 106.9 100.0 108.2 110.8 101.9 104.8
Jan 106.88
1 5 9 8 7 9 1 0 9 2 1
97.7 104.8 109.0 101.9 105.0 107.5 104.8 108.9 101.6 105.0
Feb 97.67 107.48
3 9 5 6 4 2 7 3 4 3
92.1 103.9 100.6 101.1 106.4 103.8 100.6 101.2
Mar 97.14 92.09 97.13 106.46
3 9 1 4 1 6 2 3
90.7 104.6
Apr 93.10 96.90 96.33 96.49 90.65 93.20 96.87 96.07 96.57 105.02
5 6
94.4 102.0 103.1 101.6
Mei 94.44 97.38 97.82 94.36 94.51 97.66 97.82 103.20
8 8 2 5
95.3 102.6 102.6 107.8 102.6
Juni 96.89 99.58 95.29 96.93 99.50 99.63 107.73
9 9 9 8 6
94.4 100.8 100.7 100.6 100.8 100.3
Juli 96.20 96.95 94.35 96.17 97.10 101.28
5 7 1 1 2 5
101.4 100.9 101.2 100.8
Ags 95 98.20 97.89 99.59 94.80 98.14 97.88 99.75
9 6 7 8
98.0 100.6 103.0 101.5 100.7 103.1 101.0
Sep 98.66 99.47 97.94 98.72 99.81
6 5 4 5 1 4 9
100. 101.8 101.4 102.0 100.8 101.9 101.7 101.6
Okt 99.39 99.76 99.31 99.94
9 1 3 9 6 8 6 4
No 102. 103.0 99.47 103.2 100.5 98.03 102.2 102.9 99.42 102.8 100.4 98.37

10 | Author 1, Author 2, Author 3 (if more than 3 authors use et al); Short Title...
ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

v 5 2 2 1 3 6 6 8
105. 105.3 100.6 103.4 101.5 104.9 105.2 100.6 102.8 101.4
Des 98.86 99.01
2 1 2 5 6 0 0 5 7 1
Sumber : Data Sekunder Diolah, (2023)
Perubahan harga musiman dapat terjadi secara teratur dalam setiap
tahun. Dapat dilihat dari tabel bahwa variasi dalam indeks musiman tidak
terlalu besar, tidak seperti komoditas yang mudah rusak seperti cabai (Khunt et
al.. 2006). Secara umum dapat disimpulkan bahwa hampir semua tingkat harga
yang diteliti memiliki perilaku musiman yang sama dengan nilai SVI yang
relatif sama, berkisar antara 93% hingga 111%, Ini juga di tunjukkan dengan
trend yang negative, nilai SVI lebih besar dari koefisie trend. Hal ini berarti
bahwa terdapat kenaikan dan penurunan harga yang relatif kecil. Nilai SVI
terendah terjadi pada bulan Maret hingga Agustus untuk harga GKP
sedangkan untuk harga GKG nilai SVI terendah terjadi pada bulan April
hingga Oktober dimana nilai SVI berada dibawah 100. Hal ini mengindikasikan
bahwa harga gabah berada di bawah rata-rata selama pengamatan. SVI lebih
dari 100 sangat menguntungkan bagi petani karena SVI yang tinggi juga
mengimplikasikan harga gabah yang tinggi. Kondisi ini tentunya akan
berkaitan dengan risiko harga yang dihadapi oleh petani. Secara teoritis, SVI
yang rendah seharusnya mendorong konsumen untuk mengkonsumsi beras
lebih banyak begitupun sebaliknya.

5.4.2 Variasi Harga Musiman Beras


Perilaku musiman harga dan produksi tanaman pertanian terjadi secara
teratur setiap tahun. Perubahan ini mungkin disebabkan oleh musim dalam
produksi. fasilitas penyimpanan yang buruk, kurangnya daya tahan petani dan
kurangnya fasilitas transportasi yang cepat. Musiman ini relatif lebih sedikit
terjadi pada barang-barang yang tidak mudah rusak seperti beras. Indeks per
bulan dikalkulasi dan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 5.8 Indeks Musiman Harga Beras ditingkat Penggiling dan ditingkat
Pedagang
Indeks Musiman Beras ditingkat Penggiling
Indeks Musiman Beras ditingkat Pedagang
Premium Medium
LCR SVI HCL LCR SVI HCL LCR SVI HCL
Jan 97.4 103 104 97.9 104 105 96.44 100.9 102.8
Feb 97.2 103 104 97.3 104 106 96.37 101.2 102.9
Mar 97 101 104 93.7 101 106 95.73 100.6 103.01
Apr 96.3 98.9 104 93.1 98.3 104 95.35 99.83 103.12
Mei 97.5 98.9 102 94.6 98 102 95.49 99.59 102.38
Jun 97.6 99 102 94.6 97.8 102 95.49 99.42 101.81
Jul 96.9 98.7 103 94.1 97.6 100 95.34 99.39 101.71
Ags 97.5 98.9 103 94.9 97.8 100 95.04 99.25 101.71
Sep 97.8 99.1 102 94.9 98.8 101 95.63 99.38 101.51

AGRISEP Vol. XX No. Y March 2021 Page: xxx – xxx| 11


ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

Okt 98.2 99.3 101 98.1 99.9 102 96.21 99.67 101.5
Nov 98.5 99.8 100 99.8 101 101 97.15 100 101.43
Des 102 101 101 102 102 101 98.59 100.7 101.48
Variasi musiman adalah komponen lain dari deret waktu yang
mencerminkan frekuensi aktivitas di atas rata-rata dan di bawah rata-rata
sepanjang tahun. Dalam harga beras, harga rill untuk beberapa bulan biasa
lebih tinggi dari rata-rata, hal ini ditunjukkan dengan nilai SIV lebih besar dari
100. Tabel diatas memberikan informasi bahwa periode puncaknya terjadi pada
bulan Desember hingga Maret. Harga umumnya rendah terjadi pada bulan
April hingga November kemudian mengalami peningkatan pada bulan
Desember hingga Maret. Pada bulan Juli mengalami tren penurunan
dibuktikan dengan nilai SVI yang paling rendah selama sepanjang tahun. Hal
ini dikarenakan melimpahnya jumlah produksi beras pada bulan tersebut
mengakitbatkan terjadinya penurunan harga. Senada dengan hasil survei BPS
(2021) bahwa jumlah total observasi harga beras persentase tertinggi terjadi di
bulan Januari, Februari dan bulan Desember. Hal ini disebabkan pada awal
tahun sudah mulai panen dan stok gabah sudah mulai masuk ke penggilingan.
Sedangkan pada bulan April hingga Agustus petani masih dalam masa tanam
padi sehingga stok gabah yang masuk ke penggilingan mengalami penurunan.

Analisis Korelasi Harga Gabah dan Beras di Indonesia


Sebagaimana dibahas pada bagian metode penelitian sebelumnya.
penelitian ini menggunakan analisis korelasi harga untuk menguji dan
mengetahui adanya integrasi antar harga gabah dan beras, semakin tinggi
koefisien korelasi maka harga gabah dan beras semakin terintegrasi. Hasil
analisis korelasi harga gabah dan beras disajikan pada tabel 5.9
Tabel 5.9 Korelasi harga gabah dan beras di Indonesia
Gabah tingkat Gabah tingkatBeras tingkat
Petani Penggiling Penggiling
Beras tingkat Pedagang
GKP GKG GKP GKG Premium Medium
GKP 1
Gabah
-----
tingkat
GKG 0.7446 1
Petani
8.495*** -----
GKP 0.9996 0.7354 1
Gabah 256.79*** 8.263*** -----
tingkat GKG 0.7468 0.9988 0.7380 1
Penggiling
8.551*** 154.17 *** 8.329***
----
0.7430 0.6744 0.7451 0.6943 1
Premium
Beras tingkat 8.45*** 6.96*** 8.51*** 7.35*** -----
Penggiling 0.8332 0.7099 0.8349 0.7248 0.9166 1
Medium
11.47*** 7.68*** 11.55*** 8.01*** 17.46*** -----
Beras tingkat Pedagang0.4376 0.1456 0.4503 0.1770 0.7445 0.7292 1

12 | Author 1, Author 2, Author 3 (if more than 3 authors use et al); Short Title...
ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

3.71*** 1.12* 3.84*** 1.37** 8.49*** 8.11*** -----


Pada tabel 5.9 disajikan koefisien korelasi berpasangan antar harga
gabah dan beras pada tingkat harga yang telah ditentukan berkisar antara 0.241
– 0.978. Sedangkan nilai thit yaitu 1.12- 11.47, nilai tersebut lebih besar dari nilai
ttabel yaitu 1.671 – 2.390. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat
korelasi antar harga beras dan gabah. Hubungan antara kedua marjin ini
sangat kuat dan signifikan, seperti yang telah ditunjukkan bahwa nilai uji-t
yang signifikan pada tingkat signifikansi yang telah di tentukan. Hubungan
yang kuat ini juga mengindikasikan bahwa jika terjadi kenaikan harga beras
maka akan diikuti dengan peningkatan harga gabah. Beras dan gabah memiliki
pasar atau konsumen yang sama sehingga harga dimasing-masing tingkat akan
saling mempengaruhi.
Sejak tahun 2001, pemerintah memiliki peraturan HPP untuk beras dan
beras merah. Pemerintah secara teratur menerapkan peraturan HPP untuk
menjajarkan peningkatan nilai input dan inflasi. Harga pembelian beras merah
kering (GKP) dengan takaran air sebanyak-banyaknya 25% dan porositas
sebanyak-banyaknya 10% untuk panen di dalam negeri melalui Perpres No. 5
Tahun 2015. Kebijakan harga lain yang juga diterapkan di Indonesia adalah
harga eceran beras (HEB). Pemerintah tidak akan berbuat banyak untuk
menstabilkan harga beras di pasar dalam negeri karena akan mengurangi
kemampuan beli masyarakat dan pada akhirnya memicu ketidakstabilan
ekonomi dan politik.Pengendalian harga eceran beras biasanya dilakukan pada
saat produksi beras berkurang Berdampak pada berkurangnya cadangan beras
di tingkat pasar, merangsang naiknya harga beras. Tinjung (2020), HPP (Harga
Pembelian Pemerintah) gabah berkorelasi dengan HEB (Harga Eceran Beras)
tetapi tidak berkorelasi dengan produktivitas. Senada dengan penelitian
Saputra et al. (2014) menyatakan bahwa interaksi antara harga pengadaan
pemerintah (harga GKP dan GKG) dan HEB bersifat searah.

Faktor Yang Mempengaruhi Harga Beras


Analisis ini dimasukkan untuk mengetahui pengaruh jumlah produksi
beras terhadap perubahan harga beras.
Tabel 5.10 Hasil Regresi Linier Sederhana

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 3.055 2.136 1.615 .000
1
Jumlah Produksi .019 .028 .091 .699 .488
a. Dependent Variable: Harga Beras
Dapat dilihat variabel tersebut saling beriringan dalam memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap perubaan harga beras di Indonesia,

AGRISEP Vol. XX No. Y March 2021 Page: xxx – xxx| 13


ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

dengan demikian apabila terjadi peningkatan jumlah produksi sebesar satu


satuan maka akan menambah harga sebesar 0.190 satuan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Variasi harga gabah dan beras di Indonesia memiliki fluktuasi yang
rendah. Harga gabah di tingkat petani dan pabrik serta trend harga beras di
tingkat penggiling dan pedagang semuanya positif. Hal ini menunjukkan
bahwa harga gabah dan beras akan mengalami tren kenaikan di masa
mendatang. Harga beras dan gabah di Indonesia mengikuti variasi harga
musiman. Rata-rata harga gabah dan beras tinggi pada awal dan akhir tahun.
Harga beras dan gabah memiliki hubungan keeratan yang kuat pada masing-
masing tingkat harga. Jumlah produksi beras mempengaruhi harga beras di
Indonesia.

Saran
Penelitian berikutnya diperlukan untuk mengetahui variabel lain terkait
dengan perilaku harga gabah dan beras di Indonesia sehingga mendukung
maupun melengkapi hasil penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya.
Kebijakan yang berkaitan dengan stabilitas harga gabah dan beras seperti
operasi pasar perlu terus dilakukan dan dimaksimalkalkan kinerjanya untuk
menekan harga beras di pasar domestik. Dalam pelaksanaannya kebijakan
operasi pasar perlu memperhatikan dimensi waktu pelaksanaan seperti musim
paceklik (musim tanam) dan menjelang hari besar keagamaan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Adang. 2018. Analisis Perkembangan Harga Dan Rantai Pasok


Komoditas Gabah/Beras Di Provinsi Jawa Timur. Pusat Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian. Kementerian Pertanian
Alimoeso. S. 2011. Kebijakan Pangan. BULOG dan Ketahanan Pangan. Makalah
Lustrum XIII Fakultas Pertanian UGM. Yogyaarta
Anandyani, dkk. 2021. Prediksi Rata-Rata Harga Beras Yang Dijual Oleh Pedagang
Besar (Grosir) Menggunakan Metode Arima Box Jenkins. Jurnal Teknosains,
Volume 15, Nomor 2, Mei-Agustus 2021, hlm. 151-160.
Badan Pusat Statistik. 2021. Statistik Harga Beras Nasional 2017-2021. Badan
Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistika. 2021. Statistik Harga Produsen Gabah 2017-2021 di
Indonesia. Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistika. 2021. Statistik Konsumsi Pangan Rumah Tangga. Badan
Pusat Statistik: Jakarta.

14 | Author 1, Author 2, Author 3 (if more than 3 authors use et al); Short Title...
ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

Deni, dkk. 2021. Analisis Pola Tanam Dan Kalender Tanam Padi Sawah
Menggunakan Data Citra Landsat 8 Oli Tirs Di Daerah Irigasi Batang
Anai Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas
Vol. 25, No.1.
Desmayanti et al. 2017. Analisis variasi harga beras di provinsi riau dan daerah
pemasok. Jurnal dinamika pertanian. Vol XXXIII (137-144). ISSN
0215-2525
Ghozali, Imam. 2002, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hardinawati, Lusiana Ulfa. 2017. Alasan Petani Muslim Menjual Hasil Panen
kepada Tengkulak di Desa Glagahagung Kecamatan Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi. Universitas Airlangga. Surabaya
Hariati, Titik. 2012. Analisis Perilaku Harga Dalam Pemasaran Cabal Merah
(Capsicum Annum L) di Kabupaten Sragen. Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian. 20-29
Hidayat, Taufan. 2011. Analisis Perubahan Musim Dan Penyusunan Pola
Tanam Tanaman Padi Berdasarkan Data Curah Hujan Di Kabupaten
Aceh Besar. Agrista. Vol. 15, no 13.
Jam’an, dkk. 2018. Analisis Trend Produksi, Konsumsi Dan Harga Komoditas
Pangan Strategis Di Sulawesi Selatan. Agrokompleks. Vol 19, No 1.
Lantarsih. R. 2012. Permintaan. Penawaran. Transmisi Vertikal Harga Beras dan
Kebijakan Perberasan di Indonesia. Disertasi. UGM. Yogyakarta.
Lihan, Irham. 2009. Analisis Struktur Pasar Gabah Dan Pasar Beras Di
Indonesia. NeO Bis Journal. Vol.3, No 2
Adams, S. K., Kuhn, J., & Rhodes, J. (2006). Self-esteem changes in the middle
school years: A study of ethnic and gender groups. Research in Middle
Level Education (RMLE), 29 (6), hlm. 1-9.
Anderson, D. R., Sweeney, D. J., & Williams, A. T. (2008). Statistic for business and
economics. Tenth edition. Ohio: South Western - Thomson Learning.
Mary Prihtanti, Tinjung. 2016. Dinamika Produktivitas Padi, Harga Eceran Beras
(HEB), dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), serta Korelasi antara HPP dan
HEB. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Januari 2020 Vol. 25 (1): 19
Okta, dkk. 2019. Peramalan Pengadaan Gabah Beras Tahun 2019 Di Kabupaten
Sumbawa Dan Sumbawa Besar. EKSATA JOURNAL. VOL.19 (2), Hal 94-104
Pandit et al. 2012. An analysis of price behaviour of rice in eastern indian
market. Ind journal agril Mktg. 26 (2)
PIHPS. 2021. Tabel Harga Berbagai Komoditas. Di unduh dari file
https://hargapangan.id/tabel-harga/pasar-modern/komoditas pada tanggal
07 Maret 2021 Jam 21.40 WIB
Sanny, Lim. 2010. Analisis produksi beras di Indonesia. Binus Business
Review. Vol 1(1), Hal: 245-251.

AGRISEP Vol. XX No. Y March 2021 Page: xxx – xxx| 15


ISSN: 1412-8837 e-ISSN :2579-9959

Saputra A, Arifin B, Kasymir E. 2014. Analisis Kausalitas Harga Beras, Harga


Pembelian Pemerintah (HPP), Dan Inflasi Serta Efektivitas Kebijakan HPP Di
Indonesia. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 2(1).
Sihono, Joko. (2007). Diferensiasi Harga Beras di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi.
Skripsi, Fakultas Pertanian UPN Yogyakarta.
Suhardi. Purwanto. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Surindah, A. 2021. Analisis Stabilitas Harga Gabah Pada Tingkat Petani
Menurut Harga Pembelian Pemerintah Di Kecamatan Sinjai Utara
Kabupaten Sinjai. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Makassar.
Vira. 2021. Pengaruh Produksi Padi, Harga Gabah Kering Panen Dan Konsumsi Beras
Terhadap Harga Beras Di Indonesia Tahun 2013-2019 (Study Kasus 34
Provinsi Di Indonesia). The Economic Journal Of Emerging Markets.
Volume 14 (2), hal 151-161.

16 | Author 1, Author 2, Author 3 (if more than 3 authors use et al); Short Title...

You might also like