Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1

(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

Skenario Kebijakan Tentang Ruang Terbuka Hijau di Kota Batu:


Suatu Pendekatan Simulasi

Imam Hanafi1*, Anwar Fitrianto2


1
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Brawijaya, Indonesia
2
Departemen Statistika, IPB University, Indonesia

Abstract

This research aims to develop policy scenarios related to simulation-based Green Open Space
(RTH) planning to realize Batu City's environmental sustainability. The study of stakeholder
preferences for the function of green space is carried out by digging primary data from the
relevant parties (stakeholders) using interviews and observations. The green open space in Batu
City is decreasing due to the conversion of the RTHK function into a built area. The change in
RTHK was caused by the implementation of Batu City development activities which were more
inclined to infrastructure development as well as physical facilities and infrastructure. Policy
analysis is carried out by conducting simulations (changes to model parameters) and then
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi

observing their behavior. Several green open space planning scenarios were carried out using
the Powersim constructor software. Several scenarios are related to green open space planning
in Batu City, including free scenario, moderate scenario, and sustainable scenario. Of the three
scenarios, the sustainable scenario is more suitable because the increase in land areas used in
the sustainable scenario is relatively controlled. There are efforts to allocate green open space
on residential land, industrial land, social and social facilities land, trade and service land
every year to reduce the decrease in green open space.

Keywords: green open space, policy, simulation

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun skenario kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) berbasis simulasi dalam mewujudkan kelestarian lingkungan di
Kota Batu. Kajian preferensi stakeholder terhadap fungsi RTH dilakukan dengan cara menggali
data primer dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders) dengan cara wawancara dan observasi.
Ruang terbuka hijau yang ada di Kota Batu, semakin berkurang karena adanya alih fungsi
RTHK menjadi kawasan terbangun. Perubahan RTHK disebabkan oleh adanya aktivitas
pelaksanaan pembangunan Kota Batu yang lebih condong pada pembangunan infrastruktur
maupun sarana dan prasarana fisik. Analisis kebijakan dilakukan dengan cara melakukan
simulasi (perubahan-perubahan terhadap parameter-parameter model) kemudian diamati
perilakunya. Beberapa skenario perencanaan RTH dilakukan dengan menggunakan software
powersim constructor. Beberapa skenario berkaitan dengan perencanaan RTH di Kota Batu,
antara lain skenario bebas, skenario moderat, dan skenario berkelanjutan. Dari ketiga skenario
tersebut, skenario berkelanjutan adalah lebih sesuai karena peningkatan luasan lahan terpakai
pada skenario berkelanjutan relatif terkendali dikarenakan ada upaya untuk mengalokasikan
RTH pada lahan permukiman, lahan industri, lahan fasum fasos, lahan perdagangan dan jasa
pada setiap tahunnya, sehingga penurunan luasan RTH dapat ditekan.

Kata kunci: kebijakan, ruang terbuka hijau, simulasi

*
imamhanafi@ub.ac.id

https://doi.org/10.26618/kjap.v8i1.6998
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1 2
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

PENDAHULUAN perdagangan dan transportasi kota yang


padat mengakibatkan terjadinya heat
Kota di berbagai Negara
island (pulau panas). Heat island
senantiasa berkembang pesat. Tempat
bersamaan dengan berkurangnya RTH
ini mempunyai daya tarik tersendiri
makin menurunkan kualitas lingkungan.
bagi penduduk perdesaan di sekitarnya.
Contohnya, di Kota Bekasi telah terjadi
Fasilitas perkotaan yang tersedia
penurunan jumlah lahan RTH yaitu
lengkap dianggap mampu menyediakan
pada tahun awal simulasi (2005) dari
lapangan kerja dan pada akhirnya
4.998 ha (23,7% dari luas lahan di Kota
mengakibatkan jumlah penduduk kota
Bekasi) turun menjadi 1.295 ha (6%
meningkat (He et al., 2018; Wang,
dari luas lahan di Kota Bekasi), yang
2021; Zhang et al., 2021). Pertumbuhan
diikuti oleh peningkatan suhu udara
fisik kota dilakukan dengan
sebesar 0,9°C, yaitu dari 29,24°C pada

http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
mengkonversi hutan, lahan pertanian,
tahun 2005 menjadi 30,21°C pada tahun
dan ruang terbuka hijau (RTH) lainnya,
2030 (Sitorus & Putri, 2012). Hal
menjadi lahan terbangun dengan
tersebut juga diikuti oleh penurunan
struktur perkerasan dan bangunan.
kelembaban udara yaitu dari 70,83%
Ketidakseimbangan antara kebutuhan
menjadi 70,17%. Dampak dari
penduduk dan daya dukung lingkungan
meningkatnya suhu udara dan
dapat menimbulkan berbagai masalah
berkurangnya kelembaban berimplikasi
(Burkhard et al., 2012; Hanjra &
pada berkurangnya tingkat kenyamanan
Qureshi, 2010; Sitorus & Putri, 2012).
yang diukur dari bertambahnya nilai
Setiap pertumbuhan penduduk akan
THI dari 27,54°C meningkat menjadi
selalu diikuti oleh pertambahan lahan
28,40°C (2030). Dinamika suhu dan
terbangun di kota (He et al., 2018;
kelembaban udara dapat mempengaruhi
Rahman et al., 2012; Wu & Zhang,
kenyamanan.
2012). Cepatnya perubahan penggunaan
Di Kota Batu, Jawa Timur,
lahan ini akan mengakibatkan sulitnya
aktivitas ekonomi cenderung
pengendalian tata ruang kota, sehingga
meningkatkan konversi penggunaan
terjadi ketidaksesuaian dengan rencana
lahan, terutama konversi penggunaan
tata ruang wilayah (RTRW).
lahan bervegetasi (pertanian) menjadi
Pada bagian wilayah kota tertentu,
penggunaan lahan non vegetasi
terdapat konsentrasi
(pemukiman, industri, dan
penduduk/masyarakat, industri,
infrastruktur). Tiga besar sektor
3 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

penyumbang PDRB Kota Batu tahun lahan yang terus menekan keberadaan
2010 yaitu sektor perdagangan, RTH. Selain itu perkembangan jumlah
restoran/hotel (38.06%), dan sektor kendaraan yang terus meningkat,
industri pengolahan (33.48%), serta mengakibatkan turunnya kenyamanan
sektor jasa (12,42%). Sektor jasa dan lingkungan di Kota Batu. Kondisi Kota
perdagangan memberikan kontribusi Batu yang dulunya beriklim dingin
yang cukup besar terhadap berubah sejuk dengan slogan ijo royo-
perekonomian kota dan mendominasi royo, pada akhirnya banyak mengalami
sebagian aktivitas penduduk (Sitorus & penurunan kualitas lingkungan alam
Putri, 2012). secara drastis. Salah satu sebabnya
Pertambahan penduduk Kota Batu adalah daya serap vegetasi terhadap
yang begitu pesat mengakibatkan emisi CO2 yang belum optimal.
peningkatan kebutuhan lahan Dibanding kawasan-kawasan lain di
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi

permukiman, perdagangan/jasa, sekitarnya, beberapa titik di Kota Batu


industri, serta fasum/fasos begitu besar. masih mempunyai daya serap CO2 yang
Luas lahan terbangun di Kota Batu terus relative kecil (Tabel 1).
meningkat, sehingga terjadi konversi
Tabel 1.
Daya Serap Gas CO2 berdasarkan Luas Area di Beberapa Kawasan Kota Batu
dan Sekitarnya

No. Kawasan Luas (ha) Penyerapan CO2 (ton/tahun)


Alun-alun Kota Batu
1 0,87 50,68
Alun-alun Kota Malang
2 0,15 8,74
Stadion Kanjuruhan
3 3,50 203,90
Ijen Boulevard
4 2,69 156,71
Balai Kota
5 1,19 69,33
Trunojoyo
6 0,58 33,79
7
Hutan Kota Batu 1,24 72,239
Taman Kunang-kunang
8 1,19 69,33
Hutan Kota Malabar
9 1,68 97,87
Total 13,09 762,589
Sumber: Miharja et al. (2018)
Untuk itu, diperlukan keserasian 2013). Kualitas kota tergantung pada
antara laju kegiatan pembangunan bagaimana RTH perkotaan tersebut
dan daya dukung lingkungan alam direncanakan, dikelola dan dilindungi.
(Iriani, 2017; Sitorus & Putri, 2012; Kajian kebijakan lingkungan perlu
Susanti et al., 2018; Susetyaningsih,
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1 4
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

diperhitungkan untuk mendukung kota. Daerah tersebut berbentuk bundar


pembangunan berkelanjutan. sebagai pusat kehidupan budaya,
Pembangunan Kota Batu harus ekonomi, sosial, dan politik, serta zona
dilakukan secara berkelanjutan. Konsep dengan derajat aksesibilitas tinggi.
ini diharapkan membawa manfaat pada Teori Sektoral dikemukakan oleh Hoyt
masa kini dan pada masa yang akan pada tahun 1939 yang menyatakan
datang. Pembangunan yang bahwa di kota terdapat beberapa sektor
berkelanjutan tidak hanya yaitu sektor pusat bisnis (perdagangan
memaksimalkan fasilitas dan dan jasa), sektor kawasan industri,
kelengkapan kota yang lebih modern, sektor kaum buruh, sektor
akan tetapi harus mampu menjaga permukiman/perumahan kalangan
kelestarian lingkungan. Langkah- menengah, serta sektor
langkah mewujudkan kenyamanan permukiman/perumahan kalangan atas.

http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
lingkungan perlu dilakukan untuk Sedangkan Harris dan Ullman pada
mendukungpembangunan tahun 1945 mempublikasikan tentang
berkelanjutan. Tujuan penelitian ini The Nature of Cities.Teori ini
adalah untuk menyusun skenario menjelaskan bahwa terdapat banyak
kebijakan yang berkaitan dengan daerah pusat kota yang letaknya tidak
perencanaan RTH berbasis simulasi persis di tengah suatu kota dan
dalam mewujudkan kelestarian bentuknya tidak selalu bundar. Hal
lingkungan di Kota Batu. tersebut menggambarkan di daerah kota
banyak muncul sub pusat-sub pusat
METODE PENELITIAN
yang menjadi lokasi kegiatan ekonomi,
Teori Struktur Ruang Kota sosial, dan budaya. Teori Ketinggian
Bangunan dikembangkan oleh Bergel
Beberapa teori melandasi tentang
pada tahun 1955. Teori ini menjelaskan
pembentukan struktur ruang kota,
bahwa variabel ketinggian bangunan
yaitu:Teori Konsentris, Teori Sektoral,
dapat menggambarkan perkembangan
Inti Berganda, Teori Konsektoral, Teori
struktur suatu kota. Secara garis besar
Ketinggian Bangunan. Teori Konsentris
daerah pusat kota memiliki harga lahan
yang dikembangkan oleh Burgess pada
lebih tinggi, aksesibilitas sangat tinggi
tahun 1925 yang menyatakan bahwa
serta adanya kecenderungan
Daerah Pusat Kota merupakan pusat
membangun struktur perkotaan secara
kota, dimana tepatnya berada di tengah
vertikal. Semakin tinggi aksesibilitas
5 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

suatu ruang kota maka akan dikuasai pengguna/penerima manfaat ruang


oleh fungsi yang paling dominan terbuka hijau. Teknik pengumpulan data
(ekonominya). Dan pada tahun 1980 dilakukan secara purposive dan
dikembangkan Teori Konsektoral oleh snowball sampling (Sugiyono, 2017).
Griffin dan Ford. Teori ini menjelaskan Purposive sampling adalah teknik
bahwa daerah pusat kota merupakan pengambilan data dengan pertimbangan
daerah yang kegiatan utamanya adalah tertentu. Responden yang diwawancarai
sektor perdagangan/jasa, penyediaan dianggap paling tahu tentang apa yang
lapangan pekerjaan dan hiburan. Daerah diharapkan sehingga akan memudahkan
tersebut akan terjadi perubahan yang peneliti menjelajah objek yang diteliti.
sangat cepat, sehingga nilai historis Sedangkan snowball sampling
suatu kota akan terancam. merupakan suatu teknik pengambilan
sampel data, yang pada mulanya
Teknik Pengumpulan Data dan
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi

jumlahnya sedikit, kemudian lama


Validasi Data
kelamaan akan menjadi besar. Teknik
tersebut digunakan sebab sumber data
Kajian preferensi stakeholder
yang jumlahnya sedikit, dianggap
terhadap fungsi RTH dilakukan dengan
belum mampu memberikan data yang
cara menggali data primer dari pihak-
memuaskan. Sehingga peneliti perlu
pihak yang terkait (stakeholders)
mencari lagi orang lain, yang bisa
dengan cara wawancara dan observasi
digunakan untuk sumber data.
(Soetriono & Hanafie, 2007; Sugiyono,
Penambahan sampel dihentikan jika
2017) untuk melihat secara langsung
datanya sudah jenuh, dimana data yang
dan memahami preferensi stakeholders
didapatkan dari berbagai
dalam mewujudkan kenyamanan
narasumber/informan, baik informan
lingkungan outdoor di Kota Batu. Data
yang lama maupun baru, tidak lagi
primer bersumber dari para stakeholder
memberikan data yang baru. Jika
yang meliputi pihak Pemerintah Daerah
pemilihan sampel atau informan jatuh
(Badan Pelayanan Perijinan Terpadu,
pada subyek yang betul-betul
Dinas Pertanian, Bappeda, Badan
menguasai obyek yang diteliti, maka hal
Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan
tersebut merupakan keuntungan bagi
Umum, Dinas Kebersihan dan
peneliti, sebab tidak diperlukan lagi
Pertamanan), Perguruan Tinggi,
banyak sampel, sehingga penelitian
pihakswasta, dan masyarakat
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1 6
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

yang dilakukan cepat selesai (Sugiyono, model. Selanjutnya dengan pendekatan


2017). sistem dinamik dapat dipahami proses
Identifikasi luas dan keberadaan dan prediksi perubahan yang terjadi dari
RTH diperoleh dengan cara mengolah waktu ke waktu (Muhammadi &
peta tata guna lahan Kota Batu dan data Soesilo, 2001).
RTH yang diperoleh dari Bappeda, Validasi data diuji dengan kriteria
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas kredibilitas, transferabilitas,
Pertanian, BLH, Dinas Kebersihan dan dependabilitas dan konfirmabilitas.
Pertamanan Kota Batu. Pengecekan per Validasi jawaban pakar dengan
sampel pada penelitian ini dilakukan komparasi jawaban pakar lain. Suatu
melalui metode sampling. Sampling konsep atau variabel valid bila
dilakukan di beberapa lokasi yang mayoritas pakar memberikan jawaban
tersebar di tiga Kecamatan (Bumiaji, sama. Atas model simbolis, setelah uji

http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
Batu, Junrejo), dimana pengecekan dan validitas, dinyatakan valid dan stabil,
klarifikasi dilakukan dengan cara diverifikasi melalui simulasi untuk
pengambilan foto dan melalui Google memahami perilakunya lalu diuji
Earth. sensitivitasnya (Muhammadi & Soesilo,
Penyusunan model perencanaan 2001).
RTH Kota Batu dengan pendekatan
Teknik Analisis Data
sistem dinamik (Muhammadi &
Soesilo, 2001). Pendekatan sistem Analisis data yang dilakukan
dinamik adalah suatu metode meliputi reduksi data, penyajian data,
pemodelan dengan simulasi komputer penarikan kesimpulan dan verifikasi.
yang menggunakan alat bantu software Sedangkan penyusunan model dinamik
Powersim Constructor (Muhammadi & perencanaan ruang terbuka hijau
Soesilo, 2001; Sitorus & Putri, 2012). (menggunakan software Powersim
Dasar pemilihannya adalah merupakan Constructor) dilakukan dengan
paket yang handal, fleksibel dan mudah pendekatan sistem analisis dinamik.
untuk membuat sistem permodelan Setelah itu dibuat beberapa skenario
dinamik baik dalam prosesnya maupun perencanaan RTH (bebas,moderat,
dalam melakukan simulasi. Model berkelanjutan), lalu disimulasikan
simulasi tersebut sangat efektif pula dengan bantuan software tersebut dan
digunakan untuk sistem yang relatif menganalisisnya. Berdasarkan hasil dari
kompleks guna pemecahan analitis dari olahan tujuan satu dan dua,
7 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

disintesiskan, dianalisis,kemudian Jumlah penduduk menjadi faktor


disusunlah rekomendasi-rekomendasi pendorong meningkatnya pemanfaatan
kebijakan. lahan di perkotaan. Di dalam rangkaian
model, faktor penduduk dianggap
Analisis Luas Ruang Terbuka Hijau
sebagai level (akumulasi) yang dapat
di Kota Batu
berkurang ataupun bertambah. Faktor
Analisis RTH Kota Batu penduduk merupakan faktor yang
dilakukan dengan bantuan komputer penting dalam sistem dikarenakan
dengan memakai software Arcgis. terjadinya kecenderungan jumlah
Analisis spasial RTH Kota Batu penduduk yang selalu bertambah yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi diikuti oleh berbagai macam
pola tata guna lahan Kota Batu. Hasil aktivitasnya, sementara lahan perkotaan
olahan analisis spasial tersebut akan yang tersedia tetap. Hal tersebut
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi

ditampilkan beberapa informasi tentang menjadi salah satu sebab kompleksnya


RTH Kota Batu (antara lain: luas hutan dinamika wilayah perkotaan yang
Kota Batu, taman Kota Batu, makam, menyajikan tantangan bagi
kebun/tegalan, dan lain-lain). pembangunan berkelanjutan. Kota Batu
Diketahuinya luas RTH di masing- terus mengalami perkembangan dan
masing kecamatan (Bumiaji, Junrejo, peningkatan pembanguan. Hal tersebut
Batu), maka nilai total luasan RTH Kota mengakibatkan wilayah perkotaan terus
Batu dapat diketahui. Selanjutnya nilai penuh sesak dengan bangunan, tetapi di
tersebut dijadikan acuan dalam model sisi lain RTH terus menyempit atau
yang dibuat penulis untuk keperluan bahkan lebih buruk sehingga hampir
simulasi model. tidak ada. Hal demikian mengakibatkan
lingkungan perkotaan cenderung
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengembangkan potensi ekonomi
Perencanaan Pemanfaatan Ruang daripada pengembangan lingkungan/
Dalam Pembangunan Berkelanjutan ekologi. Setiap pertumbuhan penduduk
di Kota Batu di perkotaan mengiringi pertambahan

Perencanaan Ruang Terbuka lahan terbangun, terutama adanya

Hijau, faktor penduduk merupakan pengembangan permukiman.Diagram

salah satu komponen penting yang perlu lingkar sebab akibat “Sub Model

dipertimbangkan (Selano et al., 2021). Perencanaan Pemanfaatan Ruang


Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1 8
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

Dalam Pembangunan Berkelanjutan di


Kota Batu” disajikan pada Gambar 1.

Lahan Ruang Terbuka


Hijau
- - -
-

Pertambahan
Pertambahan Pertambahan Lahan Pertambahan
Lahan Lahan Fasum Perdagangan Lahan Industri
Permukiman Fasos dan Jasa
+
+ + +

Kebutuhan Kebutuhan
Lahan Lahan Fasum Kebutuhan
Permukiman Fasos Lahan
+ + Perdagangan Kebutuhan
dan Jasa Lahan
+ + Industri
+

Tingkat -
Kelahiran Kematian
+ Penganguran
+

Kebutuhan
- Tenaga
Angkatan Kerja +
+ Penduduk Kerja +
+ - PDRB
Pertanian/
+ Perkebunan

http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
+ +
Inmigrasi Outmigrasi
+ PDRB
PDRB Perdagangan
dan Jasa
+
PDRB +
- Perkapita
PDRB
Industri

Gambar 1.
Diagram Sebab Akibat (Causal Loop Diagram) Sub Model Perencanaan
Pemanfaatan Ruang Dalam Pembangunan Berkelanjutan di Kota Batu
Pada perencanaan pemanfaatan PDRB Kota Batu diperoleh dari
ruang dalam pembangunan akumulasi PDRB sektor
berkelanjutan di Kota Batu, faktor perdagangan/jasa, PDRB Sektor
bertambahnya penduduk disebabkan Pertanian, serta PDRB sektor Industri.
oleh faktor kelahiran (bayi lahir) dan Perhitungan PDRB per kapita: PDRB
migrasi masuk (Moniaga, 2010; Suwarli dibagi dengan jumlah penduduk
et al., 2012). Kegiatan ekonomi Kota (Moniaga, 2008).
Batu merupakan subsistem yang Ruang terbuka hijau yang ada di
berkaitan dengan aktivitas ekonomi Kota Batu, semakin berkurang karena
yang diusahakan oleh penduduknya adanya alih fungsi RTHK menjadi
(Suwarli et al., 2012). Gambaran sektor kawasan terbangun. Perubahan RTHK
ekonomi Kota Batu pada model ini disebabkan oleh adanya aktivitas
dibangun oleh sektor-sektor pendukung pelaksanaan pembangunan Kota Batu
PDRB Kota Batu (sektor PDRB yang lebih condong pada pembangunan
Pertanian, PDRB Perdagangan, PDRB infrastruktur maupun sarana dan
Jasa, dan PDRB Industri). Perhitungan prasarana fisik. Suwarli et al. (2012)
9 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

menyebutkan bahwa ada beberapa menyatakan bahwa aktifitas


aktifitas pembangunan perkotaan seperti perdagangan/jasa mendorong
pembangunan kawasan permukiman, peningkatan perekonomian disuatu
fasilitas umum, fasilitas sosial. Selain perkotaan. Kebutuhan lahan
itu, di perkotaan terjadi perkembangan perdagangan/jasa sejalan dengan
kawasan perdagangan dan jasa, serta “dinamika” peningkatan aktivitas sektor
pembangunan kawasan industri yang jasa dan perdagangan.
pesat. Di kota, terdapat beberapa sektor Peningkatan jumlah penduduk
yaitu sektor pusat bisnis (perdagangan Kota Batu juga mengakibatkan
dan jasa), sektor kawasan industri, kebutuhan fasilitas sosial dan fasilitas
sektor kaum buruh, sektor permukiman/ umum semakin tinggi. Aktivitas
perumahan kalangan menengah, serta pembangunan kawasan permukiman,
sektor permukiman/perumahan perdagangan dan jasa, fasum fasos dan
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi

kalangan atas. Lahan permukiman terus industri yang semakin tinggi dapat
bertambah dari tahun ke tahun, dan menyebabkan lahan-lahan terbuka yang
jumlah penduduk Kota Batu terus ada khususnya ruang terbuka hijau Kota
bertambah diikuti oleh semakin Batu beralih fungsi sehingga
tingginya kebutuhan sarana tempat mengakibatkan luas ruang terbuka hijau
tinggal dan mengakibatkan tingkat menjadi berkurang. Dalam pendekatan
pemanfaatan lahan pengembangan sistem dinamis, diagram alir digunakan
kawasan permukiman/perumahan juga sebagai alat bantu dalam menulis
menjadi semakin tinggi. Terus persamaan. Analisa perilaku model
bertambahnya penduduk Kota Batu dilakukan dengan tujuan untuk
menyebabkan semakin tingginya memahami perilaku system dengan
kebutuhan sarana perdagangan/jasa membuat asumsi-asumsi dalam proses
serta industri. Tingginya perkembangan penyusunan model. Pemahaman
perdagangan/jasa di Kota Batu tersebut perilaku tersebut, dibantu oleh
disebabkan oleh peningkatan jumlah seperangkat komputer dengan
penduduk (terutama besarnya migrasi menggunakan software simulasi
masuk). Sehingga memberikan Powersim Constructor, dimana software
kontribusi yang cukup besar terhadap tersebut dapat memberikan gambaran
perekonomian dan mendominasi bagaimana perilaku seluruh variabel
sebagian aktivitas penduduk di Kota dalam model perencanaan pemanfaatan
Batu. Suwarli et al. (2012) juga ruang dalam pembangunan
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1 10
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

berkelanjutan di Kota Batu terhadap


waktu.
Tabel 2.
Perkembangan Total PDRB dan PDRB Perkapita (Juta Rupiah), Serta Tenaga
Kerja Selama Periode Simulasi
PDRB
Penduduk Total PDRB Tenaga Kerja
Tahun perkapita
(orang) (juta) (orang)
(juta)
2010 820.243 12.710.410 15,50 436.293
2020 940.174 14.887.989 15,84 484.846
2030 1.077.641 17.496.364 16,24 544.073
2040 1.235.207 20.625.137 16,70 616.342
2050 1.415.812 24.383.044 17,22 704.540
2060 1.622.825 28.902.088 17,81 812.192
Sumber: Analisa Data Simulasi
Hasil simulasi yang ditunjukkan Kota Batu karena mereka sebagain

http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
di Tabel 2, terlihat bahwa terdapat besar juga memutuskan menetap di
peningkatan jumlah penduduk Kota Kota Batu. Berdasarkan teori yang
Batu yaitu dari 820.243 jiwa pada tahun dikemukakan oleh Francois Perroux
awal simulasi (tahun 2010) menjadi pada tahun 1950, pembangunan
1.622.825 jiwa pada tahun akhir perkotaan yang pesat ditandai dengan
simulasi. Perkembangan pembangunan semakin meningkatnya fasilitas sarana,
Kota Batu yang cukup pesat dan prasarana. Moniaga (2010) juga
mengakibatkan daya tarik tersendiri menyatakan bahwa kota dapat
bagi penduduk pedesaan, sehingga memberikan kesempatan kerja bagi
berbondong-bondong bermigrasi ke penduduk luar kota untuk bermigrasi
Kota Batu, dan mengakibatkan jumlah dan menetap merupakan salah satu daya
penduduk Kota Batu bertambah banyak. tarik tersendiri kota tersebut. PDRB
Hal tersebut didukung oleh pendapat Kota Batu (variabel level) yang nilainya
Rustariyuni (2013) dan Christiawan dipengaruhi oleh beberapa sektor, yaitu
(2019) yang menyatakan bahwa jumlah sektor jasa/perdagangan, sektor industri,
penduduk di perkotaan dipengaruhi oleh dan pertanian. Berdasarkan hasil
faktor migrasi dari wilayah sekitarnya. simulasi yang dilakukan, nilai PDRB
Penduduk wilayah kabupaten Malang Kota Batu cenderung meningkat,
banyak yang menjadi tenaga kerja di dimana nilai PDRB yang dihasilkan
Kota Batu sehingga menjadi faktor mengalami peningkatan yaitu dari Rp.
pendorong bertambahnya penduduk 12.710.410 juta pada awal tahun
11 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

simulasi menjadi Rp. 28.902.088 juta setiap tahunnya. Dilain sisi, luasan
pada akhir tahun periode simulasi. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
Peningkatan aktivitas ekonomi, dengan cenderung menurun berimplikasi pada
penyediaan sarana dan prasarana, dan berkurangnya lahan pertanian sebagai
fasilitas pendukung kegiatan salah satu sektor yang memberikan
perekonomian (pusat-pusat perdagangan sumbangan pendapatan bagi Kota Batu
dan jasa) berdampak positif terhadap cukup berpengaruh terhadap total
perekonomian Kota Batu, yang pendapatan yang dihasilkan oleh Kota
ditunjukkan dengan tingginya nilai Batu, namun masih dapat ditutupi oleh
PDRB yang dihasilkan. Moniaga (2010) penerimaan dari sektor lain khususnya
juga menyatakan bahwa dengan tingkat sektor perdagangan/jasa dan industri,
PDRB yang tinggi maka akan sehingga berdasarkan hasil simulasi,
mendorong perkembangan terlihat kecenderungan pendapatan yang
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi

perekonomian suatu perkotaan. dihasilkan mengalami peningkatan


Berdasarkan hasil simulasi pada (Moniaga, 2010). Faktor-faktor yang
Tabel 2, terlihat terjadi peningkatan berpengaruh terhadap luasan ruang
PDRB Kota Batu, disebabkan tingginya terbuka hijau yaitu permintaan lahan
kontribusi pendapatan yang diterima permukiman, lahan industri, lahan
dari sektor jasa, perdagangan, serta fasum fasos, lahan jasa dan
industri. Kecenderungan PDRB Kota perdagangan.
Batu terus mengalami peningkatan
Tabel 3.
Dinamika Lahan Terpakai (industri, perdagangan jasa, fasum fasos, permukiman)
dan RTH
Lahan Lahan Lahan Lahan
Total RTH
Tahun Fasum Perdagangan Industri Permukiman
(m²)
Fasos (m²) dan Jasa (m²) (m²) (m²)
2010 3.047.500 1.123.732 1.350.420 41.012.150 52.598.270
2020 3.493.088 1.288.038 1.814.851 47.008.713 47.635.266
2030 4.003.827 1.476.368 2.439.008 53.882.061 41.915.993
2040 4.589.244 1.692.234 3.277.823 61.760.390 35.319.348
2050 5.260.258 1.939.683 4.405.121 70.790.644 27.702.901
2060 6.029.383 2.223.270 5.920.114 81.141.250 18.898.531
Sumber: Analisa Data Simulasi
Berdasarkan hasil simulasi pada dimana pada awal tahun simulasi
Tabel 3, terdapat kecenderungan (2010), luas RTH Kota Batu memiliki
penurunan luasan RTH di Kota Batu, luas 52.598.270 m², sedangkan pada
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1 12
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

akhir tahun simulasi (2060) luasan RTH Skenario-skenario Kebijakan


sebesar 18.898.531 m². Berkaitan RTH di Kota Batu
Ruang terbuka hijau yang
Analisis kebijakan dilakukan
mengalami perubahan baik yang alami
dengan cara melakukan simulasi
maupun binaan di dalam suatu wilayah
(perubahan-perubahan terhadap
kota mengakibatkan perubahan pada
parameter-parameter model) kemudian
suatu tatanan lanskap perkotaan, dimana
diamati perilakunya. Hal tersebut
pemanfaatan ruang yang lebih
dilakukan untuk memahami perilaku
didominasi oleh fasilitas fisik dapat
model apabila dilakukan perubahan-
berdampak pada hilangnya
perubahan parameter tertentu. Selain
keanekaragaman lanskap yang ada.
itu, analisa kebijakan juga dimaksudkan
Pembangunan Kota Batu yang lebih
dalam memahami pola kebijakan
berorientasi pada pembangunan fasilitas

http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
ataupun perubahan faktor eksternal
fisik, berimplikasi pada berubahnya
yang menjadi masukan sistem yang
pola ruang yang ada sehingga
dibuat. Analisis kebijakan ini untuk
mengakibatkan terganggunya
mengetahui pengaruh perubahan-
keseimbangan suatu ekosistem dan
perubahan parameter atau kebijakan
hilangnya keanekaragaman hayati hidup
terhadap perkembangan variabel-
di dalam ekosistem tersebut.
variabel yang dikaji (Tabel 4).

Tabel 4.
Skenario Kebijakan Perencanaan Pemanfaatan Ruang Dalam Pembangunan
Berkelanjutan Di Kota Batu
Skenario Bebas Moderat Berkelanjutan
Laju pertumbuhan Laju penduduk Laju pertumbuhan
Sosial (Penduduk) penduduk meningkat menurun sebesar penduduk menurun
sebesar 1 % 0,6 % sebesar 0,7 %
Laju pertumbuhan Laju PDRB Laju pertumbuhan
Ekonomi (PDRB) PDRB meningkat menurun sebesar PDRB meningkat
sebesar 1,2% 1,2 % sebesar 0,6%
Ruang Terbuka Hijau
- Alokasi RTH pd lahan
-
industri 5% 20%
- Alokasi RTH pada
-
lahan fasum fasos 5% 20%
- Alokasi RTH pada
-
lahan Permukiman 5% 20%
- Alokasi RTH pada
-
lahan perdagangan dan 5% 20%
jasa
Sumber : Analisa Data Simulasi
13 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

Beberapa skenario berkaitan oleh meningkatnya pendapatan.


dengan perencanaan RTH di Kota Batu, Semakin berkurangnya RTH yang
antara lain: diakibatkan permintaan lahan
Skenario Bebas. Pada skenario permukiman, perdagangan jasa,
bebas, dari beberapa variabel yang industri, fasum fasos yang tidak
diamati, diasumsikan terjadi terkendali.
peningkatan jumlah penduduk Kota
Batu yang tidak terkendali, yang diikuti
Tabel 5.
Hasil Simulasi Dengan Menggunakan Skenario Bebas (Model Perencanaan
Pemanfaatan Ruang Dalam Pembangunan Berkelanjutan di Kota Batu)
Tahun Penduduk (jiwa) Total PDRB (juta) RTH (m²)
2010 820.243 12.710.410 52.598.270
2020 1.037.144 15.466.149 47.410.562
2030 1.311.402 18.887.320 40.838.736
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi

2040 1.658.183 23.141.262 32.512.549


2050 2.096.666 28.438.493 21.962.398
2060 2.651.100 35.044.030 8.592.545
Sumber: Analisa Data Simulasi
Berdasarkan hasil simulasi yang RTH di Kota Batu tersisa 8.592.545 m²
dilakukan dengan menggunakan atau sebesar 5,52 % dari total luas kota.
skenario bebas Tabel 5, diperoleh hasil Hal ini menunjukkan bahwa
yang menunjukkan terjadi peningkatan penggunaan lahan di Kota Batu
jumlah penduduk Kota Batu selama sebagian besar didominasi oleh kawasan
periode tahun simulasi yaitu dari terbangun. Tingkat pertumbuhan
820.243 jiwa pada tahun 2010 penduduk Kota Batu yang cukup tinggi,
meningkat menjadi 2.651.100 jiwa pada mengakibatkan kebutuhan terhadap
tahun 2060. Kondisi RTH mengalami suatu lahan terbangun juga semakin
penurunan yaitu dari 52.598.270 m² tinggi. Sehingga pada akhirnya
pada tahun 2010 menurun menjadi mengakibatkan ketersediaan ruang
8.592.545 m². Sedangkan PDRB yang terbuka hijau (RTH) Kota Batu yang
dihasilkan mengalami peningkatan dari ada semakin kecil. Suwarli et al. (2012)
Rp. 12.710.410 juta pada tahun 2010 juga menyatakan bahwa dengan
menjadi 35.044.030 juta. Hasil simulasi tingginya tingkat pertumbuhan
pada skenario bebas menunjukkan pada penduduk, maka luas lahan terbangun
akhir tahun simulasi, prosentase luas juga semakin tinggi, sehingga
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1 14
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

mengakibatkan menyempitnya luasan relatif terkendali. Tingkat pemanfaatan


ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan. lahan mengalami peningkatan, namun
Skenario Moderat. Pada skenario diupayakan tidak terlalu banyak
moderat, dari beberapa variabel yang mengkonversi lahan-lahan terbuka hijau
diamati diasumsikan terjadi peningkatan yang ada di Kota Batu.
jumlah penduduk Kota Batu, namun
Tabel 6.
Hasil Simulasi Dengan Menggunakan Skenario Moderat (Model Perencanaan
Pemanfaatan Ruang Dalam Pembangunan Berkelanjutan di Kota Batu)
Tahun Penduduk (jiwa) Total PDRB (juta) RTH (m²)
2010 820.243 12.710.410 52.598.270
2020 885.987 14.331.238 48.006.145
2030 957.001 16.206.327 43.007.160
2040 1.033.706 18.377.908 37.555.362
2050 1.116.560 20.895.364 31.596.528

http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
2060 1.206.055 23.816.453 25.065.922
Sumber: Analisa Data Simulasi
Hasil simulasi pada skenario diupayakan tidak terlalu banyak
moderat (Tabel 6) menunjukkan mengkonversi ruang terbuka hijau.
terjadinya peningkatan jumlah Skenario Berkelanjutan. Pada
penduduk selama periode simulasi yaitu skenario berkelanjutan, dari beberapa
dari 820.243 jiwa pada tahun 2010 variabel yang diamati diasumsikan
meningkat menjadi 1.206.055 jiwa pada terjadi peningkatan jumlah penduduk
akhir tahun simulasi. Sedangkan jumlah namun relatif terkendali. Tingkat
total PDRB pada tahun 2010 sebesar pemanfaatan lahan untuk
12.710.410, naik menjadi 23.816.453 pengembangan aktivitas sosial ekonomi
juta pada akhir tahun simulasi. Luasan mengalami peningkatan namun
RTH mengalami penurunan namun diupayakan untuk mengalokasikan RTH
relatif terkendali yaitu dari 52.598.270 pada lahan permukiman, lahan industri,
m² pada tahun 2010 menjadi 25.065.922 lahan fasum fasos, lahan perdagangan
m² pada akhir tahun simulasi. dan jasa. Dengan penyediaan RTH yang
Prosentase luas RTH di Kota Batu optimal maka diharapkan kualitas
tersisa sebesar 22,77% dari total luas lingkungan Kota Batu tetap terjaga.
kota. Hal ini menunjukkan bahwa Tabel 7 menunjukkan hasil simulasi
aktivitas pembangunan yang ada skenario berkelanjutan.
mengalami peningkatan namun
15 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

Tabel 7.
Hasil Simulasi Skenario Berkelanjutan (Model Perencanaan Pemanfaatan Ruang
Dalam Pembangunan Berkelanjutan di Kota Batu)
Tahun Penduduk (jiwa) Total PDRB (juta) RTH (m²)
2010 820.243 12.710.410 52.598.270
2020 877.234 15.192.608 49.671.691
2030 938.186 18.221.001 46.388.094
2040 1.003.372 21.921.141 42.708.105
2050 1.073.088 26.448.158 38.585.299
2060 1.147.648 31.993.825 33.964.238
Sumber : Analisa Data Simulasi
Hasil simulasi pada skenario relatif terkendali dibandingkan dengan
berkelanjutan menunjukkan terjadinya skenario yang lain. Peningkatan luasan
peningkatan jumlah penduduk selama lahan terpakai pada skenario
periode simulasi yaitu dari 820.243 jiwa berkelanjutan relatif terkendali
(tahun 2010), meningkat menjadi dikarenakan ada upaya untuk
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi

1.147.648 jiwa pada akhir tahun mengalokasikan RTH pada lahan


simulasi. Total PDRB mengalami permukiman, lahan industri, lahan
peningkatan yaitu Rp. 12.710.410 juta fasum fasos, lahan perdagangan dan
pada tahun 2010 meningkat menjadi jasa pada setiap tahunnya, sehingga
31.993.825 juta pada akhir tahun penurunan luasan RTH dapat ditekan.
simulasi (tahun 2060). Luasan RTH
KESIMPULAN
mengalami penurunan namun terkendali
yaitu dari 52.598.270 m² pada tahun Skenario perencanaan RTH
2010 menjadi 33.964.238 m² pada akhir disusun menjadi beberapa skenario
tahun simulasi. Presentase luas RTH di yaitu bebas, moderat, dan berkelanjutan.
Kota Batu tersisa sebesar 30.85 % dari Berdasarkan hasil simulasi dan
total luas kota. Hal ini menunjukkan pembahasan, dengan penurunan Ruang
bahwa aktivitas pembangunan yang ada Terbuka Hijau (RTH) mengakibatkan
mengalami peningkatan namun adanya peningkatan nilai THI, PDRB,
diupayakan tidak banyak mengkonversi dan penurunan kenyamanan lingkungan
RTHK. Pada skenario berkelanjutan Kota Batu. Skenario berkelanjutan
tersebut menunjukkan bahwa sudah menjadi skenario terpilih untuk
sesuai dengan amanat UU No.26 Tahun diterapkan di Kota Batu. Arahan
2007. Skenario berkelanjutan terjadi kebijakan yang dilakukan dalam
peningkatan jumlah penduduk namun mewujudkan kenyamanan lingkungan
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1 16
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

outdoor di Kota Batu yaitu Untuk karbon di kota dan kawasan


memperlambat laju penurunan RTH di penyangga Kota Malang. Journal
of Environmental Sustainability
Kota Batu yang hasilnya signifikan Management, 2(3), 165–174.
adalah dengan kebijakan membatasi Moniaga, I. L. (2010). Ruang terbuka
hijau (RTH) perkotaan. TEKNO,
tingkat pertumbuhan penduduk dan
8(54), 34–36.
pengalokasian 20% RTH pada setiap Muhammadi, E. A., & Soesilo, B.
pengembangan perumahan/ (2001). Analisis sistem dinamis:
Lingkungan hidup, sosial,
permukiman, perdagangan/jasa, ekonomi, manajemen.
industri, dan fasum/fasos. Universitas Muhammadiyah
Jakarta (UMJ) Press.
Rahman, A., Kumar, S., Fazal, S., &
REFERENSI
Siddiqui, M. A. (2012).
Burkhard, B., Kroll, F., Nedkov, S., & Assessment of land use/land
Müller, F. (2012). Mapping cover change in the North-West
District of Delhi using remote

http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
ecosystem service supply,
demand and budgets. Ecological sensing and GIS techniques.
Indicators, 21, 17–29. Journal of the Indian Society of
Christiawan, P. I. (2019). Tipe urban Remote Sensing, 40(4), 689–697.
sprawl dan eksistensi pertanian di Rustariyuni, S. D. (2013). Faktor-faktor
wilayah pinggiran Kota yang mempengaruhi minat
Denpasar. Jurnal Wilayah Dan migran melakukan mobilitas non
Lingkungan, 7(2), 79–89. permanen ke kota Denpasar.
Hanjra, M. A., & Qureshi, M. E. Jurnal PIRAMIDA, 9(2). 95-104.
(2010). Global water crisis and Selano, F. M., Purwanto, R. H., &
future food security in an era of Santoso, P. (2021). Plants
climate change. Food Policy, Potential of Green and Open
35(5), 365–377. Space Planning (RTH) to
He, J., Huang, X., & Xi, G. (2018). Mitigate CO2 Gas Emission in
Urban amenities for creativity: Ambon. Biotropika: Journal of
An analysis of location drivers Tropical Biology, 9(3), 178–184.
for photography studios in Sitorus, S. R., & Putri, E. I. K. (2012).
Nanjing, China. Cities, 74, 310– Dinamika Perubahan Penggunaan
319. Lahan dan Strategi Ruang Hijau
Iriani, L. Y. (2017). Proyeksi Daya (RTH) Terbuka Berdasarkan
Dukung Lahan terhadap Alokasi Anggaran Lingkungan
Kebutuhan Rumah di Kota Daerah (Studi Kasus Kota
Tangerang Selatan. Jurnal Sosial Bekasi). Forum
Ekonomi Pekerjaan Umum, 8(2), Pascasarjana,35(1), 37-52.
95–107. Soetriono, R. H., & Hanafie, R. (2007).
Miharja, F. J., Husamah, H., & Filsafat ilmu dan metodologi
Muttaqin, T. (2018). Analisis penelitian. Yogyakarta: Andi.
kebutuhan ruang terbuka hijau
sebagai penyerap emisi gas
17 Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, April 2022, Volume 8, Nomor 1
(e-ISSN: 2620-3499|p-ISSN:2442-949X)

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian amenities, and population


Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. urbanization: Evidence from
Bandung: Alfabeta. city‐level data in China. Social
Susanti, D. R., Tjahjono, B., & Science Quarterly, 102(4), 1686–
Hidayat, Y. (2018). Analisis 1698.
Bahaya Kerusakan Fungsi DAS
Cimanuk Hulu Berbasis Daya
Dukung Lingkungan. Geodika:
Jurnal Kajian Ilmu Dan
Pendidikan Geografi, 2(2), 53–
64.
Susetyaningsih, A. (2013). Ekologi
Industri Berbasis Daya Dukung
Lingkungan Untuk
Pengembangan Kawasan Wisata
Agro di Desa Barudua
Kecamatan Malangbong
Kabupaten Garut. Jurnal
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi

Kalibrasi, 11(1). 1-7


Suwarli, S., Sitorus, R. P. S.,
Widiatmaka, W., Kumala Putri,
E. I., & Kholil, K. (2012).
Landuse Change Dynamics and
Green Open Space Allocation
Strategy Based on
Environmentally Sound Regional
Budgeting (a Case Study of
Bekasi City). Forum
Pascasarjana, 35(1), 37-52.
Wang, M. (2021). Polycentric urban
development and urban
amenities: Evidence from
Chinese cities. Environment and
Planning B: Urban Analytics and
City Science, 48(3), 400–416.
Wu, K., & Zhang, H. (2012). Land use
dynamics, built-up land
expansion patterns, and driving
forces analysis of the fast-
growing Hangzhou metropolitan
area, eastern China (1978–2008).
Applied Geography, 34, 137–
145.
Zhang, S., Zheng, H., Zhou, H., Shao,
Q., & Wu, Q. (2021). Sustainable
land urbanization, urban

You might also like