Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ANALISIS PRIORITAS PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU

DAERAH PERMUKIMAN MELALUI PEMANFAATAN


PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
DI KECAMATAN KOTAGEDE

PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S-1
Fakultas Geografi

Di Ajukan Oleh

Muhammad Ali Majidhi Romadhoni


NIM : E100120100

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2013
ANALISIS PRIORITAS PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU
DAERAH PERMUKIMAN MELALUI PEMANFAATAN
PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
DI KECAMATAN KOTAGEDE

Analysis The Arrangement Priority Of The Green Open Space in Settlement Area With
Remote Sensing and Geographic Information System in Kotagede Sub-District
by
Muhammad Ali Majidhi Romadhoni¹, Yuli Priyana² dan Jumadi3
¹Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
², 3Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta 57102
e-mail : romadhoniali.yee@gmail.com
ABSTRACT
This research has been in Kotagede sub-district, the municipality of Yogyakarta. This
research aims (1) too see the level of comfort in knowing settlements Kotagede sub-district
based on the parameters used the density of vegetation settlements area, settlements density,
the distance from industrial zone, trade area and the main street, (2) to determine the level of
priority areas of structuring green open space of settlements area and (3) to determine the
regional distribution of the priority green open space based on the level of comfort the
settlements area. The methods used in this research are Quickbird image interpretation to
discover the comfort level based on Quickbird image interpretation. The use of heat island
map of Yogyakarta city to determine the level of comfort based on the distribution of
temperature and relative humidity. The method used in the determination of the sample is
purposive sampling. Samples taken the field a representative from map of comfort the
settlements areas in Kotagede sub-district. Comfort level analysis based on image
interpretation and heat island map became a reference matrix making priority
recommendations arrangement of green open space settlements areas. Land use into the
convenience factor absolutely influences the level of settlements comfort, awake as
manifested in the settlements, land for trade area, industry, roads, and vegetation. The
detailed interpretation of land use are 87,5%. Comfortable map analysis for settlement area
in the research consist of three categories; comfort, discomfort and very discomfort. The
analysis toward those two maps and also by using the matrix of the green open space
recommendation result in that most of the settlement areas included priority area I with
1.940.928,353 m2 so the need arrangement for the green open space, priority area II with
597.684,0768 m2 preferably for the green open space and 444.884,0288 m2 is not renovated
again of the green open space. Distribution of green open space which include priority area I
scattered in Rejowinangun, Prenggan and Purbayan, priority II in Prenggan and Purbayan,
and not renovated again for green open space dominant in Purbayan. The result of an
analysis of the green open space map priorities shows dominated by the first priority for the
solidity settlement, less vegetation. Second priority dominated land area of trade and
services, meanwhile area without green open space priority dominated empty land vegetation
and burial have no need more vegetation.
Keyword : Quickbird image, Green Open Space, Settlement.

1
ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. Tujuan penelitian ini
adalah (1) Mengetahui tingkat kenyamanan daerah permukiman di Kecamatan Kotagede
berdasarkan parameter-paramater yang digunakan yaitu kerapatan vegetasi daerah
permukiman, kepadatan permukiman, jarak terhadap kawasan industri, kawasan
perdagangan, dan jaringan jalan utama, (2) Mengetahui level prioritas penataan ruang terbuka
hijau daerah permukiman dan (3) Mengetahui distribusi daerah-daerah prioritas penataan
ruang terbuka hijau permukiman berdasarkan tingkat kenyamanan daerah permukiman.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah interpretasi citra Quickbird perekaman
tahun 2012 yang dipakai untuk mengetahui tingkat kenyamanan berdasarkan interpretasi citra
satelit. Penggunaan peta pulau bahang Kota Yogyakarta dilakukan untuk mengetahui tingkat
kenyamanan berdasarkan distribusi suhu dan kelembaban relatif. Metode yang digunakan
dalam penentuan titik sampel adalah purposive sampling. Sampel yang diambil dilapangan
mewakili hasil peta kenyamanan daerah permukiman Kecamatan Kotagede. Analisis tingkat
kenyamanan berdasarkan interpretasi citra dan peta pulau bahang kemudian menjadi acuan
pembuatan matriks rekomendasi prioritas penataan ruang terbuka hijau daerah permukiman.
Penggunaan lahan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan
permukiman, yang diwujudkan dalam area terbangun seperti permukiman, lahan
termanfaatkan untuk perdagangan dan industri, jalan dan lahan non-terbangun berupa
vegetasi. Tingkat ketelitian interpretasi penggunaan lahan adalah 87,5%. Analisis peta tingkat
kenyamanan menunjukkan kondisi daerah permukiman di daerah penelitian terdapat kelas
kenyamanan yaitu nyaman, tidak nyaman dan sangat tidak nyaman. Hasil analisis
menggunakan matriks rekomendasi penataan ruang terbuka hijau daerah permukiman
diketahui bahwa daerah permukiman di daerah penelitian sangat dominan berada pada
prioritas I seluas 1.940.928,353 m2 sangat memerlukan penataan ruang terbuka hijau,
prioritas II seluas 597.684,0768 m2 perlu ditata lebih baik lagi dan seluas 444.884,0288 m2
tidak diprioritaskan lagi penataan ruang terbuka hijaunya. Sebaran daerah dengan penataan
ruang terbuka hijau prioritas I di kelurahan Rejowinangun, Prenggan dan Purbayan, prioritas
II di kelurahan Prenggan dan Purbayan serta tidak diprioritaskan dominan di kelurahan
Purbayan. Hasil analisis peta prioritas penataan ruang terbuka hijau menunjukkan prioritas I
didominasi oleh permukiman yang padat, kerapatan liputan vegetasi yang kurang. Prioritas II
didominasi oleh penggunaan lahan kawasan perdagangan dan jasa, sedangkan yang tidak lagi
diprioritaskan didominasi lahan kosong bervegetasi dan pemakaman yang sudah tidak
membutuhkan vegetasi lagi, karena sudah menjadi ruang terbuka hijau.

Kata kunci : Citra Quickbird, Ruang Terbuka Hijau, Permukiman

PENDAHULUAN
Pertambahan jumlah penduduk kota yang peruntukan semakin meningkat, akan
terus meningkat, mendorong peningkatan berakibat menurunnya kualitas lingkungan
ketersediaan fasilitas penunjang, terutama kota seperti pencemaran udara,
untuk perluasan ruang kota bagi berbagai pencemaran suara, dan pencemaran air
prasarana kota seperti jaringan jalan, (Yuli Priyana, 1998). Gejala lain adalah
drainase, gedung perkantoran, perumahan kecenderungan hilangnya kawasan lindung
dan taman. Luas lahan tetap, sementara akibat kurang jelasnya kewenangan
kebutuhan lahan untuk berbagai pengaturan dan pemanfaatan ruang.

2
Akibatnya, banyak terjadi alih fungsi Kota Yogyakarta ialah perumahan.
lahan, salah satunya ialah taman terbuka Presentase penggunaan lahan Kota
yang merupakan paru-paru kota menjadi Yogyakarta sudah tak sesuai karena 72%
kawasan komersial seperti supermarket sudah digunakan untuk perumahan
(Eko Budiharjo, 1993). Konversi lahan (Suhardjo, 1999). Pada tahun 2012, luas
yang semula merupakan ruang tumbuh lahan non-pertanian 84,22% sedangkan
berbagai jenis tanaman atau vegetasi lahan pertanian berupa sawah 2,55% dan
berubah menjadi ruang permukiman dan luasannya terus berkurang ±2% tiap
sarana pendukung kegiatan yang ada di tahunnya. Kecenderungan meningkatnya
perkotaan. Berdasarkan data Badan kebutuhan lahan yang terkonsentrasi di
Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta tahun wilayah tertentu ini mengakibatkan
2010, ruang terbuka hijau publik yang terlampauinya batas daya dukung lahan.
dibangun hanya 17,17% atau 557,90 Ha Perkembangan tersebut memaksa Kota
dari luas wilayah Kota Yogyakarta. Yogyakarta melakukan perluasan kotanya
Kurangnya pembangunan ruang terbuka ke daerah pinggiran, salah satunya adalah
hijau publik di wilayah kota diakibatkan kecamatan Kotagede yang semula
karena keterbatasan lahan yang bisa merupakan wilayah pertanian mulai
digarap untuk pembangunan ruang terbuka berubah fungsi menjadi wilayah non-
hijau tersebut. Maraknya pembangunan pertanian khususnya permukiman. Potensi
beragam proyek yang melanggar aturan Kotagede sebagai tujuan pemekaran Kota
lingkungan menjadi penyebab semakin Yogyakarta didukung dengan aksesibilitas
kritisnya ketersediaan ruang terbuka hijau yang cukup tinggi oleh adanya Jalan
di Kota Yogyakarta. Permintaan Lingkar Selatan yang pembangunannya
pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh sudah dimulai sejak tahun 1993 (Laporan
dan bersifat akseleratif untuk Status Lingkungan Hidup Daerah, Kota
pembangunan fasilitas perkotaan, termasuk Yogyakarta Tahun 2012). Kecamatan
kemajuan teknologi, industri dan Kotagede terus mengalami pemekaran
transportasi, selain sering mengubah fisik kota. Pembangunan yang pesat di
konfigurasi alami lahan perkotaan juga Kecamatan Kotagede baik pada sektor
menyita lahan dan berbagai bentukan perumahan, industri, pusat perbelanjaan,
ruang terbuka lainnya. Ruang terbuka hijau dan sentra perkantoran merupakan
publik disumbang dari pembangunan jalur instrumen yang mewadahi kepentingan
hijau yang luasannya telah mencapai sektor ekonomi. Permasalahannya, hal ini
360,44 Ha, setelah itu disumbang dari dikerjakan dengan mengkonversi lahan
areal pemakaman, jalur pengaman jalan, pertanian cukup besar. Fenomena ini
kebun binatang, lapangan olahraga, taman menunjukkan cara yang salah dalam
kota dan tempat rekreasi serta tempat mengelola sumberdaya lingkungan kota.
parkir terbuka (Pande Made Kutanegara, Hal ini berdampak pada meningkatnya
PSKK Universitas Gadjah Mada, 2011). perubahan penggunaan lahan dari lahan
Persebaran penduduk di Kota Yogyakarta non-terbangun menjadi lahan terbangun
yang tidak merata menyebabkan kondisi khususnya untuk pembangunan
permintaan kebutuhan lahan dengan perumahan, meningkatnya polusi akibat
ketersediaan lahan tidak seimbang. bertambahnya pusat perdagangan, industri,
Penggunaan atau tutupan lahan dominan di padatnya aktivitas kendaraan di jalan raya

3
dan mobilitas penduduk yang demikian prioritas penataan ruang terbuka hijau
tinggi. Dampak lebih lanjut yaitu kondisi permukiman berdasarkan tingkat
yang tidak nyaman karena terus kenyamanan daerah permukiman.
berkurangnya ketersediaan ruang terbuka
hijau. Kondisi kependudukan kecamatan METODE PENELITIAN
Kotagede yang jumlah penduduknya Metode yang digunakan dalam penelitian
banyak tentu membutuhkan ketersediaan ini adalah metode survei analitis. Di dalam
ruang lahan yang cukup. Padahal, metode penelitian ini, peneliti membuat
ketersediaan luas lahan tentu tidak akan klasifikasi atas dasar pertimbangan tertentu
bertambah. Bertambahnya lahan terbangun untuk lebih memahami gejala-gejala yang
untuk permukiman cenderung mengubah diamati. Pada umumnya, tipe metode ini
ruang-ruang kosong atau lahan hijau. Hal mendasarkan pada teknik-teknik statistik
inilah yang menyebabkan penurunan dan matematik. Peneliti berupaya untuk
kualitas daya dukung lingkungan apabila mengkuantifikasikan data kualitatif yang
lahan terus mendapat tekanan pemanfaatan diperoleh dalam angka-angka (scoring
tanpa memperhatikan kelestarian system) untuk memudahkan dan
lingkungan termasuk urusan kenyamanan mempertahankan keajegan penilaian.
tempat tinggal. Berdasarkan padanya Dalam analisisnya, peneliti dapat
perlunya studi tingkat kenyamanan memanfaatkan data angka-angka yang
permukiman dan pentingnya keberadaan diperoleh sebagai bahan untuk
ruang terbuka hijau dengan melihat menginterpretasikan bentuk-bentuk
kondisi daerah penelitian, maka penulis hubungan-hubungan tertentu dan
berkeinginan mengetahui tingkat pengaruh-pengaruh elemen lingkungan
kenyamanan kaitannya dengan prioritas terhadap gejala-gejala yang diamati untuk
penataan ruang terbuka hijau daerah menjawab pertanyaan penelitian yang telah
permukiman melalui pemanfaatan data dirumuskan (Nazir, 1983). Teknik analisis
penginderaan jauh dan integrasinya dengan yang digunakan ialah melalui pendekatan
SIG. Penelitian ini berjudul “ Analisis kuantitatif. Pada teknik ini, keberadaan
angka-angka memang merupakan suatu
Prioritas Penataan Ruang Terbuka
keharusan dan analisis yang digunakan
Hijau Daerah Permukiman Melalui
merupakan rumusan-rumusan statistik.
Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan
Tujuan utamanya adalah untuk
Sistem informasi geografis di
Kecamatan Kotagede “. Penelitian ini mengungkap dengan teliti dan cermat
bertujuan untuk (1) Mengetahui tingkat mengenai arti yang terkandung di balik
kenyamanan daerah permukiman di angka-angka tersebut dalam lingkup yang
Kecamatan Kotagede berdasarkan lebih luas atau mengungkap sesuatu
parameter-paramater yang digunakan yaitu fenomena yang mempunyai potensi
kerapatan vegetasi daerah permukiman, terhadap munculnya peristiwa lain yang
kepadatan permukiman, kawasan industri, kemudian menghendaki penelitian lanjutan
kawasan perdagangan, dan jaringan jalan (Hadi Sabari Yunus, 2010). Di dalam
utama, (2) Mengetahui level prioritas pengartian angka-angka, juga dikuti
penataan ruang terbuka hijau daerah dengan penjelasan dominasi parameter
permukiman di Kecamatan Kotagede (3) yang berpengaruh. Hal ini dijelaskan
Mengetahui distribusi daerah-daerah melalui bobot yang melekat pada atribut

4
parameter sehingga pendekatan yang Harkat Total =
digunakan juga disebut pendekatan
kuantitatif berjenjang tertimbang. Semakin (Harkat A x pembobot A) + (Harkat B x
besar bobot yang melekat pada parameter, pembobot B) + ......
maka dimaknai parameter tersebut
memiliki peranan lebih berpengaruh dalam Penentuan jumlah kelas dan kelas interval
analisis yang dilakukan. Teknik dilakukan dengan rumus menurut Sturgess
pengolahan data dilakukan dengan analisis sebagai berikut :
tumpang susun, pengharkatan, dan survei
Contoh
lapangan. Tumpang susun (overlay
intersect) digunakan untuk memperoleh Jumlah kelas
peta satuan pemetaan lahan yang akan
menjadi dasar pemilihan sampel di = 1 + 3,3 log (jumlah data)
lapangan. Cek lapangan bertujuan menguji
= 1 + (3,3 x (log 5))
kecocokan hasil interpretasi citra dengan
kondisi senyatanya di lapangan terkait = 1 + (3,3 x 0,69897)
sesuai tidaknya penilaian terhadap
parameter-parameter analisis prioritas = 1 + 2,306601
penataan ruang terbuka hijau untuk = 3,306601 = 3
permukiman. Pemberian harkat diberikan
setelah cek lapangan sesuai kondisi di Kelas interval =
lapangan. Pengkelasan kelas kenyamanan
ditentukan skor total dari pengharkatan. HarTotal tertinggi – HarTot terendah
Penggunaan sistem informasi geografis
dilakukan untuk pemasukan, pengolahan
Jumlah kelas
dan penyajian data. Analisis data secara
keruangan untuk mengetahui kekhasan = 24 - 12
sebaran variabel penelitian. Analisis
prioritas penataan ruang terbuka hijau 3
daerah permukiman dilakukan dengan
= 4
mendasarkan pada hasil analisis tingkat
kenyamanan daerah permukiman dan Tabel 1.15 Klasifikasi Kenyamanan
pertimbangan ketersediaan lahan yang ada.
Kelas Kelas interval Keterangan
Penentuan Klasifikasi Kenyamanan
III 20 – 24 Nyaman
Dilakukan dengan cara pengharkatan dan
pembobotan. Langkah yang dilakukan II 16 – 19 Tidak Nyaman
terlebih dahulu ialah menghitung harkat
I 12 – 15 Sangat Tidak
total untuk selanjutnya dapat mengetahui
harkat total terendah dan tertinggi. Harkat Nyaman
total diperoleh melalui rumus berikut :
Sumber : Hasil Analisis, 2013

5
Analisis Prioritas Penataan Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN
Terbuka Hijau Daerah Permukiman Pengaruh kepadatan permukiman terhadap
Analisis daerah prioritas penataan ruang tingkat kenyamanan yaitu dengan asumsi
terbuka hijau dilakukan melalui bahwa material bangunan yang digunakan
penyusunan melalui matriks rekomendasi sebagian besar dapat menyerap panas yang
analisis prioritas penataan ruang terbuka mengakibatkan naiknya temperatur
hijau daerah permukiman. Tahapan yang didaerah sekitar, sehingga hal tersebut
dilakukan adalah sebagai berikut : membuat berkurangnya rasa nyaman di
1. Melakukan analisis terhadap peta daerah tersebut. Radiasi panas dari sinar
tingkat kenyamanan daerah matahari langsung diserap oleh gedung,
permukiman di Kecamatan Kotagede, dinding, dan atap. Tingkat kepadatan
Yogyakarta. permukiman yang tinggi akan
2. Penataan ruang terbuka hijau daerah mengakibatkan temperatur akan tinggi dan
permukiman lebih diprioritaskan pada demikian sebaliknya. Bangunan
daerah yang sangat tidak nyaman dan permukiman yang padat akan menghambat
tidak nyaman, sedangkan apabila evaporasi dari tanah sehingga dapat
daerahnya termasuk kategori nyaman menurunkan kelembaban udara.
maka sudah tidak diprioritaskan lagi. Interpretasi dilakukan melalui digitasi atap
3. Menentukan daerah prioritas penataan bangunan yang diindikasikan lahan
ruang terbuka hijau daerah permukiman tertutup bangunan. Kondisi permukiman
dengan pertimbangan ketersediaan padat hingga sangat padat berada dekat
lahan untuk peruntukan penambahan dengan ruas jalan utama kecamatan
vegetasi. Matriks rekomendasi yang Kotagede seperti jalan Kemasan yang telah
digunakan ialah sebagai berikut : lama menjadi kawasan sentra industri dan
perdagangan kerajinan perak, jalan
Tabel 1.16 Matriks Pembuatan Rekomendasi
Ngeksigondo yang merupakan terusan
Prioritas Harkat Harkat jalan arteri ringroad Yogyakarta, beberapa
Keterangan
Penataan Kepadatan Kerapatan persimpangan ruas jalan seperti pertemuan
RTH Permukiman Vegetasi ruas jalan Ngeksigondo dan jalan
Kusumanegara, persimpangan atau
Sangat Tidak
I 1 1 dan 2 Nyaman
perempatan antara jalan Kemasan, jalan
Karanglo, jalan Mondorakan dan jalan
Sangat Tidak Sutowijoyo. Daerah yang menjadi
Nyaman dan
konsentrasi wisata seperti kebun binatang
Tidak
Gembiraloka maupun sentra-sentra jual
II 2 1, 2 dan 3 Nyaman
beli seperti pasar, pusat pertokoan dan
III 3 2, 3 dan 4
Tidak
pusat pemerintahan juga memiliki tingkat
Nyaman kepadatan permukiman yang tinggi. Pola
4, 5 4 dan 5
ini menjadi ciri khusus arah pergerakan
Tidak perkembangan permukiman yang berada
Diprioritas tidak jauh dari sarana jalan untuk
kan - - Nyaman mengurangi energi transportasi yang lebih
Sumber : Dwi Ratnaningrum, 2003
jauh guna menuju ke pusat kota
Yogyakarta.

6
Liputan vegetasi merupakan ruang terbuka Quickbird yang menunjukkan bahwa
hijau aktual yang terdapat pada suatu area meskipun wilayahnya padat permukiman,
lahan tertentu. Liputan vegetasi yang tetapi kondisi vegetasinya memiliki luasan
diamati terbatas pada lahan terbangun yang cukup besar, tersebar di titik-titik
permukiman. Berbagai manfaat dari tertentu diantara lahan terbangun
adanya vegetasi di ruang permukiman kota permukiman. Kondisi kerapatan vegetasi
antara lain untuk mengurangi efek pulau sangat jarang di kecamatan Kotagede
bahang atau menurunkan temperatur hampir meliput seluruh wilayah kelurahan
sehingga dapat memberikan rasa nyaman. Rejowinangun, Prenggan dan Purbayan.
Tingkat kerapatan vegetasi dapat dijadikan Pola penyebaran tingkat kerapatan vegetasi
sebagai dasar untuk menentukan lokasi yang semakin jarang tidak selalu ke arah
yang diprioritaskan untuk penataan ruang pinggiran kota. Di wilayah-wilayah
terbuka hijau daerah permukiman. Hasil tertentu yang identik dengan kawasan
interpretasi dari citra Quickbird ekonomi atau perdagangan, kawasan
memperlihatkan luasan vegetasi industri dan berada dekat dengan lalu
permukiman di kecamatan Kotagede yang lintas jalan utama memiliki ruang terbuka
sebagian besar hanya memiliki luasan hijau berupa vegetasi yang bahkan sangat
sangat sempit dan sangat sedikit dibanding jarang berupa pekarangan rumah yang
luasan permukaan yang tertutup bangunan. luasannya terbatas atau sempit.
Tingkat kerapatan vegetasi daerah
permukiman teridentifikasi hanya kelas Hasil buffer menunjukkan bahwa hampir
kerapatan sangat jarang dan jarang. sebagian besar wilayah di kecamatan
Kondisi kepadatan permukiman ternyata Kotagede terjangkau dari lokasi kawasan
tidak selalu berbanding terbalik dengan perdagangan pada jarak kurang dari 250
kerapatan vegetasi dalam arti kepadatan meter dan hanya sedikit bagian dari
permukiman yang tinggi tidak selalu pasti wilayah kecamatan Kotagede yang
memiliki kerapatan vegetasi yang semakin terjangkau antara 250-500 meter. Dengan
jarang. Namun, kondisi berbeda terjadi di kondisi demikian, akses penduduk
RW 7 kelurahan Rejowinangun di ruas terhadap kawasan perdagangan sangat
jalan Nogobondo yang termasuk mudah dan hanya memerlukan waktu yang
permukiman yang sangat padat tetapi relatif singkat. Mobilitas kegiatan
memiliki kerapatan vegetasi yang jarang. perekonomian menjadi sangat tinggi dan
Padahal di wilayah lain ada yang memiliki tentunya berdampak pada kondisi
kerapatan vegetasi sangat jarang pada kenyamanan. Pusat-pusat wilayah
kondisi kepadatan permukiman kelas perdagangan menjadi ramai dengan arus
sedang. Kondisi serupa terjadi pada RW 7 transaksi ekonomi yang sering terjadi,
kelurahan Prenggan di jalan Mondorakan, tingginya sirkulasi arus lalu lintas
RW 3 kelurahan Purbayan jalan Ki kendaraan, kawasan sekitar menjadi bising
Pemanahan dan RW 9 kelurahan Purbayan dan tentunya padatnya bangunan dapat
jalan RM. Sutowijoyo yang juga memiliki mengurangi keteduhan tempat di area
permukiman padat ternyata berada pada tersebut karena sedikitnya ruang terbuka
kondisi kerapatan vegetasi jarang. Hal ini hijau. Pengaruh kegiatan industri sangat
dapat dianalisis melalui proses interpretasi berdampak pada tingkat kenyamanan
vegetasi daerah permukiman pada citra hunian penduduk khususnya mengenai

7
polusi yang ditimbulkannya seperti jalan kolektor seperti jalan Mondorakan
kebisingan, pencemaran udara dari dan jalan Kemasan. Kondisi jalan yang
cerobong asap ataupun limbah yang baik tentu menjadi pilihan rute bagi
mencemari lingkungan disekitar penduduk untuk menjalankan kegiatannya
permukiman. Kecamatan Kotagede menggunakan beberapa moda transportasi
teridentifikasi berada di tiga ring buffer misalnya kendaraan bermotor maupun
pada jarak dari kawasan industri <500 angkutan umum. Berkaitan dengan
meter, 500-1000 meter dan 1001-1500 perkembangan keberadaan permukiman
meter. Sebagian besar wilayah kecamatan yang tumbuh secara linier sepanjang jalan
Kotagede berada pada jangkauan jarak dari di kecamatan Kotagede tentu lalu lintas
industri kurang dari 500 meter dan kendaraan sangat berpengaruh terhadap
sebagian kecil sisanya di jarak 500-1500 kenyamanan hunian baik akibat polusi
meter. Permukiman yang berada dekat suara berupa kebisingan suara kendaraan
dengan kawasan industri memiliki kondisi bermotor maupun polusi asap. Dengan
kenyamanan yang semakin tidak sehat demikian, kawasan permukiman yang
karena pengaruh aktivitas industri seperti berada semakin dekat dengan ruas jalan
di ruas utama jalan Kemasan, jalan utama yang ramai kendaraan bermotor
Ngeksigondo dan jalan Mondorakan. dapat diasumsikan memiliki kenyamanan
Permukiman yang berada jauh dari hunian cenderung tidak bagus.
kawasan industri menjadi daerah yang
nyaman untuk kawasan hunian yakni di Peta potensi kenyamanan daerah
tenggara kecamatan Kotagede mengarah permukiman diperoleh dari informasi
ke kabupaten Bantul serta di utara kepadatan permukiman dan kerapatan
kecamatan Kotagede. Penempatan industri vegetasi. Daerah dengan kondisi kepadatan
di kecamatan Kotagede yang berada di permukiman yang semakin padat dan
pinggiran sebenarnya cukup tepat tetapi, kerapatan vegetasi yang semakin jarang
perkembangan permukiman yang juga lebih berpotensi memiliki tingkat
relatif cepat menuju ke daerah pinggiran kenyamanan hunian yang makin rendah.
menjadikan permukiman tersebut tidak Demikian sebaliknya, kepadatan
berada pada lingkungan yang sehat atau permukiman yang makin jarang dengan
mempunyai risiko terdampak pencemaran keberadaan vegetasi yang cukup akan
dari kegiatan industri. Aksesibilitas jalan memberikan kenyamanan hunian untuk
di kecamatan Kotagede untuk mobilitas tempat tinggal. Sebagian besar dari
warganya baik yang masuk menuju ke wilayah kecamatan Kotagede berada pada
Kotagede maupun keluar dari Kotagede kondisi yang sangat tidak nyaman untuk
sangatlah mudah. Keterjangkauan wilayah digunakan sebagai hunian khususnya
kecamatan Kotagede dari jalan utama diarea-area yang dekat dengan pusat-pusat
sekitar 1 km dan bahkan, sebagian besar kegiatan masyarakat seperti disekitar pasar
wilayah dari tiga kelurahan di kecamatan dan kawasan industri, kurangnya
Kotagede yakni kelurahan Rejowinangun, keberadaan pepohonan sebagai peneduh
Prenggan dan Purbayan dapat ditempuh lokasi serta minimnya lahan terbuka yang
dalam ring <500 meter dari beberapa jalan bisa dimanfaatkan sebagai ruang aktivitas
arteri seperti jalan Kusumanegara, jalan publik seperti halnya ruang terbuka hijau.
Gedhong Kuning, jalan Ngeksigondo serta Kawasan yang semakin tidak nyaman

8
untuk hunian berada di sekitar jalan-jalan memiliki lahan kosong maupun lahan
utama atau dipertemuan ruas jalan. pertanian atau dengan kata lain yaitu masih
Beberapa faktor lain yang turut banyak vegetasi dan belum banyak berdiri
mempengaruhi ialah keberadaan vegetasi bangunan-bangunan dengan tingkat
yang sangat minim meskipun berada di kepadatan yang tinggi. Beberapa wilayah
lingkungan yang agak masuk ke dalam yang masuk kategori nyaman untuk
suatu blok dan jauh dari jalan utama permukiman memang berada didekat
karena pemanfaatan luasan lahan secara jaringan jalan utama yang padat lalu lintas
penuh untuk bangunan dengan kendaraan seperti di jalan Gedhong
permeabilitas atau tutupan bangunan yang Kuning dan jalan Mondorakan. Akan
tinggi dengan semen/beton tanpa tetapi, keberadaan permukimannya yang
menyisakan lahan untuk penghijauan baik cenderung masuk ke suatu blok yang agak
itu halaman, pekarangan atau lahan jauh dari jalan tersebut, tidak begitu
resapan. Beberapa wilayah di kecamatan banyak memberikan dampak yang negatif
Kotagede masuk kategori nyaman untuk terhadap kenyamanan lingkungan
digunakan sebagai tempat hunian karena permukimannya. Terlebih lagi,
perbandingan luasan area terbuka yang disekitarnya juga masih banyak
lebih besar dibanding pemanfaatannya penggunaan lahan yang belum terbangun.
untuk lahan permukiman seperti RW 5 Permukiman dengan kondisi yang semakin
kelurahan Rejowinangun yang masih tidak nyaman untuk dihuni berada di
memiliki lahan kosong di beberapa sisi di wilayah-wilayah yang sarat dengan
wilayahnya. Kelurahan Purbayan RW 10, aktivitas mobilitas warga yang tinggi
12, 13 dan 14 juga demikian. Meskipun khususnya pergerakan kendaraan pada
tidak mempunyai lahan non-terbangun tapi jaringan jalan utama maupun simpul-
keberadaan vegetasi di wilayah tersebut simpul pertemuan jalan, pada titik-titik
masih cukup memadai sehingga termasuk kawasan perdagangan yang menjadi
kategori wilayah yang nyaman untuk aktivitas jual beli dan juga kawasan
permukiman. industri. Kawasan-kawasan tidak nyaman
hingga sangat tidak nyaman untuk
Peta tingkat kenyamanan permukiman di permukiman teridentifikasi pada jaringan
kecamatan Kotagede diperoleh dari hasil jalan Kusumanegara yang menjadi salah
analisis lima parameter yakni kepadatan satu jalur utama untuk masuk maupun
permukiman, kerapatan vegetasi, jarak dari keluar menuju aksesibilitas jalan ringroad
kawasan perdagangan, jarak dari kawasan dengan mobilitas kendaraan yang sangat
industri dan jarak dari jaringan jalan tinggi dan padat. Ketidaknyamanan
utama. Daerah permukiman tingkat permukiman di daerah ini juga
kategori nyaman sangat berkaitan dengan dikarenakan padatnya bangunan di kanan
pola pembangunan yang bersifat memusat. kiri jalan Kusumanegara oleh penggunaan
Hal ini dapat diketahui dari keberadaan lahan lainnya seperti bangunan yang
daerah yang nyaman untuk permukiman difungsikan sebagai ruko, hotel maupun
cenderung berada di wilayah-wilayah rumah makan yang menjadi pilihan tempat
pinggiran kota kecamatan Kotagede yakni bagi warga untuk istirahat makan ataupun
berada di bagian selatan yang berbatasan juga aktivitas jual beli. Meskipun terdapat
dengan wilayah Bantul yang masih banyak kebun binatang Gembiraloka yang

9
memiliki area hijau tetapi, tidak terlalu kawasan perdagangan serta jalan utama
memberikan ruang nyaman bagi jelas sangat terlihat pada kondisi daerah
keberadaan permukiman karena kondisi yang memiliki kondisi panas cukup tinggi,
kepadatan permukiman yang sudah sedangkan pada wilayah yang dingin lebih
sedemikian tinggi serta arus lalu lintas karena disebabkan oleh faktor rendahnya
yang setiap hari dilalui banyak kendaraan kepadatan permukiman dan keberadaan
sehingga kualitas lingkungan juga ikut vegetasi yang masih relatif banyak.
menurun misalnya udara yang tidak sehat.
Kondisi permukiman yang tidak nyaman Daerah tengah bahkan hingga hampir ke
untuk ditempati juga ada di sisi selatan daerah pinggiran dari kecamatan Kotagede
dari jalan Gedhong Kuning sebagai akibat termasuk dalam prioritas I untuk penataan
dari aktivitas ekonomi yang sangat tinggi ruang terbuka hijaunya. Semakin menuju
disepanjang jalan Kemasan. Jalan ke arah kawasan-kawasan tertentu yang
Kemasan merupakan kawasan berfungsi sebagai pusat keramaian seperti
perdagangan yang sangat terkenal di kawasan perdagangan, industri dan
kecamatan Kotagede sebagai pusat kawasan padat lalu lintas kendaraan maka,
kegiatan jual beli kerajinan perak industri semakin banyak ditemui daerah yang
rumahan atau home industry. Pertemuan cukup penting untuk diprioritaskan
diantara dua ruas jalan ini menjadi titik penataan ruang terbuka hijaunya dan
pertemuan lalu lintas kendaraan yang sebagiannya lagi tidak diprioritaskan,
begitu padat, terlebih adanya pasar di khususnya di daerah pinggiran. Prioritas I
kawasan tersebut. yaitu permukiman yang sangat tidak
nyaman, tingkat kepadatan permukiman
Distribusi panas sebagian besar pada yang sangat tinggi yang berarti hanya
kondisi suhu kategori sedang (small UHI) tersisa sedikit lahan, memiliki kerapatan
atau tidak nyaman hampir pada seluruh tutupan vegetasi sangat sedikit yang berarti
wilayah kecamatan Kotagede, serta sangat dengan lahan kosong yang masih tersisa
sedikit lokasi lain yang terdeteksi pada diharapkan lebih dioptimalkan lagi dengan
kondisi yang nyaman (no UHI). Kondisi menambah ketersediaan vegetasinya.
temperatur yang cukup panas (medium Daerah prioritas I merupakan daerah
UHI) atau sangat tidak nyaman berada permukiman dengan kondisi yang lebih
pada persimpangan jalan Kemasan dan mendesak dilakukan penataan agar lahan
jalan Mondorakan. Kondisi panas yang masih ada dapat dikelola lebih lanjut
terdeteksi meluas ke arah selatan dan timur untuk fungsi ruang terbuka hijau. Daerah
mengingat kawasan ini merupakan permukiman yang termasuk dalam
pertemuan berbagai macam fungsi yang prioritas II untuk penataan ruang terbuka
padat aktivitas yakni fungsi komersial atau hijau daerah permukiman yaitu dengan
perdagangan sekaligus permukiman serta kondisi yang tidak nyaman. Persebaran
mobilitas kendaraan lalu lintas yang tinggi. daerah prioritas II berada di timur jalan
Peta distribusi panas di kecamatan Kemasan, sebelah utara jalan Mondorakan
Kotagede juga menjelaskan peran dari serta ke arah selatan dari jalan Kemasan.
parameter-parameter yang berpengaruh. Tingkat kepadatan permukiman yang ada
Peran parameter kepadatan permukiman, termasuk dalam kategori sedang hingga
kerapatan vegetasi dan jarak terhadap padat. Tingkat kerapatan tutupan vegetasi

10
hanya sedikit. Daerah prioritas II tersebar jalan Gedhong Kuning yang meskipun
pada daerah-daerah pinggiran dengan termasuk dalam jalan kolektor dengan lalu
kondisi kerapatan vegetasi yang relatif lintas kendaraan yang padat namun, pola
baik daripada daerah dengan prioritas I. permukiman yang menjorok ke dalam
Hal ini dipengaruhi oleh kondisi sekitar agak jauh dari jalan ikut mendukung
yang masih cukup ada vegetasi maupun peningkatan kenyamanan hunian
masih ada lahan yang tidak terbangun atau permukiman.
lahan kosong. Keseimbangan keberadaan
padatnya bangunan dengan keberadaan KESIMPULAN DAN SARAN
vegetasi menjadi faktor yang Berdasarkan hasil penelitian yang
mempengaruhi kenyamanan ruang untuk diperoleh maka disimpulkan (1) hasil
permukiman. Beberapa lokasi cukup baik penelitian berupa peta tingkat kenyamanan
untuk permukiman karena dengan kondisi berdasarkan pulau panas (heat island map)
kepadatan permukiman yang relatif jarang dan interpretasi citra quickbird memiliki 3
atau kategori sedang diimbangi dengan kelas kenyamanan daerah permukiman
adanya lahan non-terbangun disekitarnya yaitu nyaman, tidak nyaman dan sangat
yang cukup memberikan efek dingin bagi tidak nyaman dengan pola keruangan yang
permukiman di lingkungan tersebut. hampir sama, yaitu kondisi pada kawasan
Daerah permukiman yang termasuk dalam yang terbangun padat, sedikit vegetasi dan
daerah yang tidak diprioritaskan yaitu pada mempunyai aktivitas kawasan yang padat
daerah yang nyaman dengan kondisi serta dekat dengan jalan utama
tingkat kerapatan vegetasinya yang relatif menunjukkan keadaan yang semakin tidak
cukup banyak meskipun masih dalam nyaman. Namun, ke arah pinggiran daerah
kategori jarang tetapi diimbangi dengan yang permukimannya masih jarang,
masih banyaknya penggunaan lahan yang vegetasi relatif masih banyak dan jauh dari
tidak terbangun serta jarangnya bangunan aktivitas kawasan industri, perdagangan
permukiman. Letak permukiman dengan dan lalu lintas kendaraan akan
kondisi yang nyaman ini berada di menunjukkan kondisi yang semakin
pinggiran kecamatan Kotagede yang nyaman untuk permukiman, (2)
sebagian besar lahannya masih berupa rekomendasi prioritas penataan ruang
areal pertanian yang secara langsung terbuka hijau daerah pemukiman
maupun tidak langsung ikut berpengaruh menunjukkan seluas 1.940.928,353 m2 dari
cukup baik terhadap tingkat kenyamanan wilayah kecamatan Kotagede termasuk
bagi permukiman disekitarnya. dalam prioritas I atau sangat tidak nyaman
Permukimannya dihubungkan dengan untuk hunian dan sangat memerlukan
akses jalan lokal yang masih relatif jarang penataan ruang terbuka hijau, seluas
kendaraan berlalu lintas dan mobilitas 597.684,0768 m2 termasuk dalam prioritas
aktivitas warga tidak tinggi seperti pada II yang ruang terbuka hijaunya cukup perlu
jalan-jalan utama di kecamatan Kotagede. ditata ulang kembali serta 444.884,0288
Keberadaan daerah yang baik untuk m2 tidak diprioritaskan lagi penataannya
permukiman ini berbatasan langsung untuk ruang terbuka hijau dan (3) sebaran
dengan wilayah administrasi kabupaten daerah dengan penataan ruang terbuka
Bantul, didominasi di bagian selatan hijau prioritas I ada di kelurahan
kecamatan Kotagede dan ada pula di ruas Rejowinangun, Prenggan dan Purbayan,

11
daerah dengan penataan ruang terbuka Kutanegara, Pande Made. 2011. Kebijakan
hijau prioritas II di kelurahan Prenggan Kependudukan Dan Daya Dukung
dan Purbayan serta tidak lagi Lingkungan Kota Yogyakarta.
diprioritaskan dominan ada di kelurahan Yogyakarta : Pusat Studi Kajian
Purbayan. Pada penelitian selanjutnya Kependudukan, Universitas Gadjah
diharapkan beberapa hal yang perlu Mada.
diperhatikan dalam analisis yaitu (1)
fungsi dominan seperti fungsi ekonomi, Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian.
perkantoran, jasa atau layanan publik Bogor : Ghalia Indonesia.
lainnya dan hunian perlu diarahkan Priyana, Yuli. 1998. Tata Ruang Dan
perkembangannya untuk saling Pengembangan Wilayah
membentuk jaringan fungsi terintegrasi, Kabupaten Dati II Boyolali. Jurnal
(2) terintegrasinya keseluruhan jaringan Forum Geografi No.
sistem penghubung keluar-masuk jalan 23/XII/Desember 1998 ISSN 0852
yang melayani kebutuhan sirkulasi di – 2682. Surakarta : Universitas
wilayah kecamatan Kotagede, (3) Muhammadiyah Surakarta.
pengaturan tata massa bangunan baru yang
memperhatikan karakter lingkungan Ratnaningrum, Dwi. 2003. Penggunaan
hunian seperti adanya ruang kosong, (4) Foto Udara dan Sistem informasi
mempertahankan area hijau penyangga geografis Untuk Penentuan
kawasan maupun optimalisasi ruang Prioritas Penataan Ruang Terbuka
terbuka antar-bangunan sebagai area Hijau Kawasan Pemukiman
aktivitas publik di kawasan dan (5) Kecamatan Semarang Timur,
penelitian lanjutan dengan fokus Gayamsari, Pedurungan Kota
penambahan parameter lain yang Semarang. Yogyakarta : Fakultas
berpengaruh pada upaya penataan ruang Geografi, Universitas Gadjah
terbuka hijau secara lebih spesifik, karena Mada.
penelitian ini masih sangat bersifat umum
Suhardjo, Dradjat. 1999. Analisis
yang mungkin juga dapat mempengaruhi
Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau
level prioritas penataan ruang terbuka
Dalam Mengendalikan Tingkat
hijau, maka perlu hati-hati dalam
Pencemaran Gas Buang
pengacuannya.
Kendaraan Bermotor. Jurnal
dinamika TEKNIK SIPIL, Volume
DAFTAR PUSTAKA
7, Nomor 2, Juli 2007 : 170 – 178.
. 2012. Laporan Status
Yogyakarta : Universitas Islam
Lingkungan Hidup Daerah, Kota
Indonesia.
Yogyakarta Tahun 2012.
Yogyakarta : Pemerintah Kota Yunus, Hadi Sabari. 2010. Geografi
Yogyakarta. Pemukiman Dan Beberapa
Permasalahan Pemukiman Di
Budiharjo, Eko dan Sudanti Hardjohubojo.
Indonesia. Yogyakarta : Fakultas
1993. Kota Berwawasan
Geografi, Universitas Gadjah
Lingkungan. Bandung : Alumni.
Mada.

12

You might also like