Professional Documents
Culture Documents
Analisis Kinerja Agroindustri Kelapa Saw
Analisis Kinerja Agroindustri Kelapa Saw
3, AGUSTUS 2019
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1
Bandar Lampung, 35145. Telp. 082279207690, e-mail: ervinadwicahyani10@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to determine the performance of PT ABC based on the Balanced Scorecard in Mesuji
Regency. The research is a case study, conducted by using secondary data of PT ABC from 2015-2017
periods to analyze financial perspectives. For other perspectives were conducted through the calculation of
the results of interview using a questionnaire. The population in this study are PT ABC customers and
employees. While the samples are five companies for customer respondents, and 60 people for employee
respondents. Data collection research was conducted in January 2019. The result of the research showed
that the overall performance of PT ABC was in fairly good category. In a financial perspective, variables of
return on investment and total assets turnover have shown good performance. For the customer perspective,
it showed good performance by looking at variables of customer satisfaction and customer retention. In the
perspective of internal business processes, it showed that conditions were still worse as the operating profit
margin has decreased and the index "K" obtained exceeded the tolerance threshold. For the perspective of
learning and growth, it showed in fairly well condition by looking at employee satisfaction scores and
employee retention.
275
JIIA, VOLUME 7 No. 3, AGUSTUS 2019
Tulang Bawang yang jaraknya relatif dekat dengan agroindustri kelapa sawit PT ABC, dan
perbatasan Kabupaten Mesuji. Sejak saat itu, menganalisis kinerja pembelajaran dan
jumlah agroindustri kelapa sawit di Kabupaten pertumbuhan agroindustri kelapa sawit PT ABC.
Mesuji dan sekitarnya berkembang pesat hingga
berjumlah 18 unit. Kondisi ini yang menyebabkan METODE PENELITIAN
terjadinya persaingan perolehan TBS antar
agroindustri yang ada. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan
Pada awal menjalankan proses produksinya, PT di PT ABC yang terletak di Desa Mulya Agung,
ABC masih bekerja under capacity atau masih di Kecamatan Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji,
bawah target. Namun. dalam tiga tahun terakhir Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi dilakukan
yaitu tahun 2015-2017, suplai TBS dan produksi secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan
CPO yang dihasilkan oleh PT ABC mengalami bahwa PT ABC seringkali memiliki kendala dalam
fluktuasi. Pada tahun 2016, PT ABC hanya dapat memenuhi bahan baku TBS untuk melakukan
memperoleh suplai TBS sebesar 188.467 ton dari proses produksi sehingga berpengaruh pada
target yang seharusnya bisa diperoleh yaitu sebesar pencapaian jumlah produksi CPO yang dihasilkan.
217.042 ton. Rendahnya suplai TBS yang didapat
oleh agroindustri itu berpengaruh langsung Responden penelitian terdiri dari responden
terhadap produksi CPO yang dihasilkan. Pada pelanggan yang merupakan pembeli CPO di PT
tahun 2016, jumlah produksi CPO PT ABC belum ABC berjumlah 5 perusahaan. Responden
dapat mencapai target dan hanya menghasilkan karyawan, berjumlah 60 orang dari populasi
CPO sebesar 35.818 ton dari target sebesar 44.494 karyawan sebanyak 142 orang. Pemilihan
ton. Jumlah ini hanya sebesar 80,5 persen dari responden ini menggunakan teknik simple random
target 100 persen yang harus dicapai oleh PT ABC. sampling. Responden key person, dipilih sebanyak
enam orang yang merupakan pemegang kekuasaan
Terbatasnya suplai TBS yang diperoleh oleh PT perusahaan, terdiri dari manajer keuangan, manajer
ABC pada akhirnya menyebabkan perusahaan marketing, mill manager, manajer pembelian TBS,
berproduksi tidak sesuai dengan kapasitas pabrik manajer human resources development (HRD) dan
sehingga seringkali tidak dapat mencapai target kepala tata usaha PT ABC.
yang telah ditentukan. Hal ini yang dapat
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, Return on Investment menurut Kasmir (2013)
sekaligus kinerja pelanggan, kinerja proses bisnis merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas
internal dan kinerja pembelajaran pertumbuhan PT jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
ABC. Rumus untuk mencari ROI adalah sebagai berikut :
276
JIIA, VOLUME 7 No. 3, AGUSTUS 2019
Tabel 1. Penilaian skor kinerja keuangan Dalam analisis profitabilitas, yang menjadi
variabel penilaian kinerja pengadaan bahan baku
Penilaian
Bobot d I de “K” Rumus I de “K” yaitu :
No Variabel Skor Kriteria
Nilai
Perusahaan
Sangat kurang Re de e O O (5)
1. ROI ROI < 0 0
baik Re de e e e e e
< ROI ≤ 6 Kurang baik 1
6 < ROI ≤ Cukup 2
< ROI ≤ 8 Baik 3 Tingkat kepuasan pekerja merupakan tolak ukur
ROI > 18 Sangat baik 4 yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
2. TATO Turun Kurang baik 0 tingkat kepuasan pekerja selama bekerja dalam
Tetap Cukup 1 suatu perusahaan. Tingkat kepuasan pekerja dinilai
Naik Baik 2
menggunakan skala Likert. Menurut Hargono
Skor Maksimal 6
Sumber : Kasmir, 2013 (2012), atribut kepuasan pekerja dinilai
berdasarkan gaji, promosi, kondisi kerja yang
Pengukuran kepuasan pelanggan pada penelitian mendukung, kepuasan terhadap rekan kerja,
ini akan dilakukan melalui kuesioner yang kepuasan terhadap atasan, kepuasan terhadap
diajukan kepada para pelanggan yang membeli pekerjaan itu sendiri.
CPO ke PT ABC. Kuesioner tersebut berisi
pertanyaan tertutup yang diajukan kepada Retensi pekerja merupakan ukuran kinerja yang
pelanggan. digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan karyawannya.
Atribut yang digunakan sebagai dasar pengukuran Rumus yang digunakan menurut Hasibuan (2012)
tingkat kepuasan pelanggan adalah atribut adalah sebagai berikut:
ketepatan jumlah produk, kualitas produk, harga,
profesionalisme pelayanan karyawan, pengetahuan -
e
dan keterampilan karyawan, keramahan dan Turnover = 6
kesopanan karyawan, kecepatan pelayanan, dan
sistem pembayaran. Tingkat kepuasan pelanggan
yang telah diperoleh, nantinya akan disesuaikan Tabel 2. Penilaian skor kinerja pelanggan
dengan kriteria kepuasan menggunakan skala
Likert. Penilaian
Bobot
No Variabel Skor Kriteria
Nilai
Perusahaan
Retensi pelanggan merupakan ukuran yang Sangat
digunakan untuk menunjukkan kemampuan 1. Kepuasan Tidak puas 0
kurang baik
perusahaan dalam mempertahankan pelanggan. Pelanggan Kurang puas Kurang baik 1
Tingkat retensi pelanggan menurut Chamdan Cukup puas Cukup 2
(2010) dihitung dengan cara mengurangi jumlah Puas Baik 3
Sangat puas Sangat baik 4
pelangga pada tahun berjalan dengan jumlah 2. Retensi Turun Kurang baik 0
pelanggan pada tahun lalu dan hasilnya dibagi Pelanggan Tetap Cukup 1
dengan jumlah pelanggan tahun lalu, kemudian Naik Baik 2
hasilnya dikalikan 100%.: Skor Maksimal 6
Sumber : Akhmad, Widjaya, dan Nugraha 2016
277
JIIA, VOLUME 7 No. 3, AGUSTUS 2019
Tabel 4. Penilaian skor kinerja pembelajaran dan diperoleh perusahaan sehingga menjadi
pertumbuhan menyebabkan perusahaan mengalami kerugian.
Penilaian
Bobot 35% 31%
No Variabel Skor Kriteria 30%
Nilai 30%
Perusahaan
Sangat 25%
350%
pada tahun 2017 mengalami kerugian yang cukup 300%
287%
besar hingga mencapai Rp2,47 milyar. 250%
200%
Kerugian PT ABC di tahun 2017 tersebut, terutama 150%
100%
disebabkan oleh besarnya nilai beban pokok
50%
penjualan yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu 0%
mencapai 98 persen dari total penjualan yang 2015 2016 2017
dihasilkan. Hal ini terjadi karena harga bahan baku Tahun
selama tahun 2017 relatif lebih mahal dibanding Gambar 2. Hasil persentase TATO periode tahun
tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 2015-2017
Rp1.707/kg TBS. Sedangkan untuk tahun 2015 dan
2016 berturut-turut adalah sebesar Rp1.282/kg Rendahnya nilai penjualan produk di tahun 2016,
TBS dan Rp1.442/kg TBS. Semakin meningkatnya terutama disebabkan karena produksi CPO yang
harga TBS ini berpengaruh pada keuntungan yang dihasilkan pada tahun 2016 lebih sedikit yaitu
278
JIIA, VOLUME 7 No. 3, AGUSTUS 2019
sebesar 35.818 ton dibanding tahun 2015 yang perusahaan tersebut adalah sama. Para pelanggan
mencapai 52.597 ton. Menurunnya total produksi telah memiliki tingkat kepuasan dengan kategori
CPO yang dihasilkan PT ABC disebabkan karena puas terhadap produk serta pelayanan yang
jumlah bahan baku TBS yang sedikit. Hal ini diberikan oleh perusahaan.
terjadi karena perusahaan kalah bersaing dalam
memperoleh bahan baku dengan agroindustri Retensi pelanggan PT ABC di Kabupaten Mesuji
sejenis. Penyebab kekalahan tersebut adalah harga tidak mengalami kenaikan maupun penurunan,
yang ditawarkan oleh PT ABC kepada pemasok melainkan hasilnya tetap. Sejauh ini, PT ABC
bahan baku TBS masih lebih rendah daripada memang tidak menambah jumlah pelanggannya,
agroindustri lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, hal ini dikarenakan lokasi-lokasi perusahaan
hal yang harus dilakukan oleh PT ABC adalah pembeli CPO berada jauh dari PT ABC yang
dapat memiliki kebun kelapa sawit sendiri terletak di Kabupaten Mesuji. Jauhnya jarak
sehingga dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut dapat menyebabkan ongkos angkut dari
TBS dalam proses produksinya. pembelian CPO menjadi terlalu besar, sehingga PT
ABC lebih memilih untuk tetap mempertahankan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian pelanggan lamanya tersebut.
Supriyanto et al (2018) tentang analisis kinerja PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) menggunakan Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Sitio
metode Balanced Scorecard karena terdapat (2011) tentang penerapan Balanced Scorecard
perbedaan hasil antara PT ABC dengan PTPN III. sebagai pengukur kinerja PT Perkebunan
Pada PT ABC, persentase kenaikan TATO lebih Nusantara IV (Persero) Medan bahwa terdapat
besar dibandingkan dengan penurunannya perbedaan antara retensi pelanggan yang terjadi di
sedangkan pada PTPN III persentase TATO PT ABC dan PTPN IV. Perbedaan tersebut
mengalami penurunan yang berpengaruh pada terletak pada jumlah pelanggan PT ABC yang
menurunnya perolehan laba yang didapat oleh tidak mengalami kenaikan maupun penurunan
perusahaan. Hasil penilaian kinerja perspektif (tetap) sedangkan PTPN IV dapat meningkatkan
keuangan dari kedua indikator yaitu ROI dan jumlah pelanggannya dan menunjukkan kinerja
TATO disajikan pada Tabel 5. yang baik untuk kelangsungan perusahaannya.
Berdasarkan kriteria Kasmir (2013), diperoleh Tabel 5. Hasil penilaian kinerja keuangan PT ABC
kinerja keuangan PT ABC adalah sebesar enam
dari total skor maksimal enam juga, maka dapat Penilaian
Hasil Bobot
disimpulkan bahwa kinerja keuangan PT ABC No Variabel Skor Kriteria
Perhitungan Nilai
Perusahaan
berada pada kategori baik. 1. ROI ROI < 0
< ROI ≤ 6
Sangat
Kinerja Pelanggan 6 < ROI ≤ 19,3 4
baik
< ROI ≤ 8
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, total ROI > 18
2. TATO Turun
keseluruhan skor yang diperoleh untuk kepuasan Tetap Naik Baik 2
pelanggan yang membeli CPO di PT ABC adalah Naik
sebesar 154. Hal ini berarti bahwa tingkat Total skor 6
kepuasan yang dirasakan oleh para pelanggan di
PT ABC adalah sebesar 77 persen. Aspek Tabel 6. Hasil penilaian kinerja pelanggan PT
ketepatan jumlah produk menjadi aspek yang ABC
memiliki persentase paling sedikit atau terendah.
Hal ini disebabkan karena biasanya jenis Penilaian
Bobot
timbangan serta alat pendukung lain dan petugas No Variabel Skor Hasil Kriteria
Nilai
Perusahaan
timbangan di PT ABC tidak sama dengan yang Sangat tidak
terdapat pada pihak pelanggan atau buyer lainnya. 1. Kepuasan
puas
Pelanggan Tidak puas
154 Baik 3
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Cukup puas
Sinaga (2019) tentang perancangan Balanced Puas
Sangat puas
Scorecard sebagai sistem manajemen strategik 2. Retensi Turun
dalam pencapaian sasaran strategik jangka panjang Pelanggan Tetap Tetap Cukup 1
(studi kasus pada PT Perkebunan Nusantara XIII Naik
Persero Pontianak). Tingkat kepuasan kedua Total skor 4
279
JIIA, VOLUME 7 No. 3, AGUSTUS 2019
85.00%
84.00%
Kinerja Proses Bisnis Internal 82.49%
80.00%
Tahun
87.71%
80.00%
Se e de “K”
60.00%
diperoleh PT ABC mengalami fluktuasi. Pada
40.00% tahun 2017, inde “K” d e e e
20.00% mencapai 95,79 persen atau jauh melebihi ambang
0.00%
batas toleransi yang diharapkan. Maka dapat
-9.77%
disimpulkan bahwa perusahaan cenderung akan
-20.00%
2015 2016 2017 berpotensi merugi. Hal ini disebabkan oleh
Tahun tingginya nilai pembelian TBS yang mencapai
Gambar 3. Hasil persentase margin laba Rp1 7 7 , d de “K”
operasional PT ABC Tahun 2015- berbanding lurus dengan harga TBS. Artinya,
2017 semakin tinggi harga TBS, maka semakin tinggi
de “K” d
Persentase margin laba operasional yang diperoleh
dalam tiga tahun terakhir berturut-turut mengalami Berdasarkan kriteria Sitio (2011), skor yang
penurunan. Puncak penurunannya terjadi pada diperoleh pada kinerja proses bisnis internal PT
tahun 2017 hingga mencapai –9,77 persen. ABC adalah sebesar nol dari total skor maksimal
Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh yang ada. Skor tersebut menunjukkan bahwa
menurunnya nilai laba operasi, dimana sejak tahun kinerja proses bisnis internal PT ABC termasuk
2015 sampai 2016 mengalami penurunan hingga dalam kategori kurang baik.
menjadi Rp 49,6 milyar. Menurunnya nilai laba
operasi tersebut terutama disebabkan oleh relatif Kinerja Pembelajaran dan Pertumbuhan
mahalnya harga TBS yang dibeli dari petani
melalui para pedagang pengumpul (suplier). Total keseluruhan skor yang diperoleh untuk
Mahalnya harga TBS ini terjadi akibat kuatnya kepuasan pekerja yang bekerja di PT ABC adalah
persaingan antar agroindustri kelapa sawit sebesar 4.980. Hal ini menggambarkan bahwa
setempat dan sekaligus berpengaruh terhadap tingkat kepuasan yang dirasakan oleh pekerja di
semakin kuatnya persaingan dalam memperoleh PT ABC adalah sebesar 72,17 persen.
bahan baku TBS antar agroindustri sejenis.
Tabel 7. Hasil penilaian kinerja proses bisnis
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sitio internal PT ABC
(2011) tentang penerapan Balanced Scorecard
sebagai pengukur kinerja PT Perkebunan Penilaian
Hasil Bobot
Nusantara IV (Persero) Medan bahwa terdapat No Skor
Variabel Kriteria
Perhitungan Nilai
Perusahaan
kesamaan antara margin laba operasional yang 1. Margin laba Turun
diperoleh PT ABC dengan PTPN IV yaitu nilai Kurang
Operasional Tetap Turun 0
baik
margin laba operasional yang sama-sama Naik
mengalami penurunan akibat adanya peningkatan 2. Pengadaan >87%
bahan baku 8 ≤K≤ Kurang
beban pokok penjualan yang dikeluarkan oleh indeks 87%
87,43%
baik
0
perusahaan. “K”) ≤8
Total skor 0
280
JIIA, VOLUME 7 No. 3, AGUSTUS 2019
Indikator kesesuaian penerimaan gaji dengan di PT ABC, dan di sisi lain dapat memberikan
besarnya tanggung jawab yang diberikan kesempatan terjadinya recruitment karyawan baru
perusahaan memperoleh skor yang paling rendah dari masyarakat sekitar.
dibandingkan dengan indikator lain. Tingkat
kepuasan yang dirasakan pekerja dari indikator itu Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Gultom
hanya sebesar 71,33 persen. Indikator ini (2009) bahwa terdapat perbedaan mengenai tingkat
memperoleh nilai terendah dikarenakan tanggung retensi pekerja yang terjadi di PT ABC dan PTPN
jawab dari masing-masing pekerja memang cukup III. Perbedaan tersebut terletak pada tingkat retensi
berat tergantung dari jabatan yang dimiliki oleh karyawan yang dialami oleh PT ABC, dimana
pekerja itu sendiri. terjadi kenaikan akibat adanya berbagai macam
kondisi yang menuntut untuk harus mengadakan
Hasil penelitian ini sejalan dengan Putra (2014) recruitment pekerja sedangkan pada PTPN III,
tentang analisis kinerja perusahaan dengan metode tingkat retensi karyawannya justru mengalami
Balance Scorecard (studi kasus pada PT. Putra penurunan.
Tidar Perkasa) bahwa terdapat kesamaan mengenai
tingkat kepuasan yang dirasakan oleh PT ABC dan Berdasarkan kriteria Kaplan dan Norton (2000),
PTP. Tingkat kepuasan pada kedua perusahaan skor total yang diperoleh untuk kinerja
berada pada kategori puas. Hal ini menunjukkan pembelajaran dan pertumbuhan adalah sebesar 3,
bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh PT ABC dari skor maksimal sebesar 6. Berdasarkan hal
telah sesuai dan berada pada kategori baik. tersebut maka kinerja PT ABC pada perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan termasuk ke dalam
Persentase turnover pekerja yang diperoleh dalam kategori cukup baik ditunjukkan oleh skor yang
tiga tahun terakhir mengalami kenaikan yang berjumlah 3 tersebut.
signifikan. Kenaikan tersebut terjadi pada tahun
2017, persentase turnover pekerja yang diperoleh Total skor kinerja Balanced Scorecard PT ABC
mencapai sebesar 8,06 persen. Tingginya tingkat yang diperoleh adalah sebesar 13 dari total skor
perputaran pekerja yang terjadi di PT ABC maksimal yang dapat diperoleh yaitu sebesar 22.
disebabkan oleh beberapa faktor.di antaranya yaitu Hasil perhitungan yang diperoleh sebesar 0,59
mengundurkan diri karena ingin berwiraswasta dan menunjukkan bahwa kinerja keseluruhan dari PT
dipecat karena melakukan tindakan pelanggaran. ABC adalah cukup baik.
Hasil perhitungan retensi pekerja dapat dilihat pada Penelitian ini sejalan dengan Akhmad, Widjaya,
Gambar 5. dan Nugraha (2016) tentang pengukuran kinerja
perusahaan di Lembang Jawa Barat dengan
10,00%
8,06% pendekatan Balanced Scorecard bahwa terdapat
8,00% kesamaan antara kinerja yang dimiliki oleh PT
Retensi Pekerja (%)
281
JIIA, VOLUME 7 No. 3, AGUSTUS 2019
282