Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

p-ISSN 2302-5476

e-ISSN 2579-3934 JURNAL TEOLOGI, 12.01 (2023): 97 - 114

P enggunaan K itab S uci A gama K risten (A lkitab )


dalam R itual P engobatan di M inahasa

Ruland Supit a,1


Theofilus Welem a,2,*
a
Magister Sosiologi Agama, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Indonesia
1
752021037@student.uksw.edu
2
752021013@student.uksw.edu
*) korespondensi

Submitted: 05-01-2023 Abstract


Accepted: 12-05-2023
Published: 15-05-2023 The purpose of this paper is to explain the use of the holy book (Bible) in the
healing rituals performed by the Tona’as in Minahasa, and aims for several
groups of local belief adherents in Minahasa to carry out healing rituals that
use the holy book and those who do not use the holy book and There are pros
and cons in healing rituals. In the experience of the Minahasa people, the use of
religious books in the process of carrying out healing rituals has had pros and
cons, but this problematic situation has not made religious books disappear in
the implementation of rituals. Religious books cannot be separated from sacred
reality, because almost all religions have beliefs about the sacred and that
belief grows through religious books as a foundation for understanding various
religious realities. The theoretical approach that will be used as material for
analysis is the theory of religious texts, ideology, culture and community
Keywords: and will also use the theory of rituals from Catherine Bell and some of the
Kitab Keagamaan, severe opinions of sociologists regarding rituals. The research method used is a
ritual penyembuhan, qualitative method with a phenomenological approach. The results of the study
konstruksi keper- show that the ritual process which includes Christian religious books, namely
cayaan. the Bible, is a separate way for the local community to construct their beliefs
by understanding that there is a sacredization in the ritual process..

A b s t r a ks i
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan serta menggambarkan bagaimana
penggunaan kitab suci (Alkitab) dalam ritual pengobatan yang dilakukan para
Tona’as di Minahasa, serta bertujuan untuk beberapa kelompok penghayat
kepercayaan lokal di Minahasa dalam melaksanakan ritual pengobatan yang
menggunakan kitab suci dan yang tidak menggunakan kitab suci serta adanya

DOI: https://doi.org/10.24071/jt.v12i01.5688
W: http://e-journal.usd.ac.id/index.php/jt | E: jurnal-teologi@usd.ac.id This work is license under CC BY-SA
Creative Common Attribution-ShareAlike 4.0 International License
JURNAL TEOLOGI, 12.01 (2023): 97 - 114

pro dan kontra dalam ritual penyembuhan. Dalam pengalaman masyarakat


Minahasa, penggunaan kitab keagamaan dalam proses pelaksanaan ritual
penyembuhan telah mengalami pro dan kontra, akan tetapi dalam situasi
problematik tersebut tidak membuat kitab keagamaan hilang dalam
pelaksanaan ritual. Kitab keagamaan tidak bisa dipisahkan dari realitas
yang sakral, sebab hampir semua agama memiliki kepercayaan tentang yang
sakral dan kepercayaan itu bertumbuh melalui kitab keagamaan sebagai
fondasi untuk memahami berbagai realitas keagamaan. Pendekatan teori
yang akan digunakan sebagai bahan analisis adalah teori kitab keagamaan,
ideologi, budaya dan komunitas serta akan digunakan juga teori ritual
dari Catherine Bell dan beberapa pendapat parah ahli sosiologi mengenai
ritual. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Proses ritual
yang menyertakan Kitab Keagamaan Kristen, yaitu Alkitab merupakan cara
tersendiri dari masyarakat setempat dalam mengkonstruksi kepercayaan
mereka dengan memahami bahwa terdapat sakralisasi dalam proses ritual
tersebut.

1. PENDAHULUAN

Tujuan dari tulisan ini ialah untuk Tanah Minahasa. Alkitab yang mengandung
menganalisis penggunaan kitab suci (Alkitab) unsur transenden, ternyata juga dipercayai
dalam ritual pengobatan yang dilakukan oleh para pelaku-pelaku budaya yang ada di
para Tona’as di Minahasa. Kitab suci Agama
1
Minahasa yaitu para Tona’as atau Walian
Kristen (Alkitab) yang dipercaya sebagai yang melakukan ritual penyembuhan serta
kekuatan Allah ternyata juga dipercayai adanya pro dan kontra dalam pelaksanaan
oleh para pelaku-pelaku budaya yang ada ritual Pengobatan ini.
di Minahasa yaitu para Tona’as atau Wailan
yang melakukan ritual penyembuhan serta
adanya pro dan kontra dalam pelaksanaan
ritual Pengobatan ini. Oleh karena itu,
Alkitab menjadi instrument legitimasi
sistem adat, budaya dan ritual yang ada di

1
Orang yang melakukan ritual pengobatan umunya disebut
dengan Tona’as. Istilah Tona’as berasal dari kata tou (orang)
dan nahas (teras atau biji), timahas artinya ada isinya. Jadi
Tona’as merujuk kepada orang tua yang sudah lanjut usianya
namun masih kuat dan berwibawa. Menurut Adam “Tonaas”
berasal dari kata tou (orang) dan naas (kebal dan kuat). Tugas
Tona’as antara lain mengawasi pelaksanaan ritual Poso
selain itu juga dapat meramal dan juga tonaas sekarang ini
identik dengan pekerjaan seorang dukun, ia biasanya ahli
dalam bidang pengobatan meskipun tidak semua Tonaas
bisa melakukan hal tersebut. Tonaas yang bisa melakukannya
disebut dengan Tona’as mangundam. (Roy Mamengko, Etnik Gambar 1: proses ritual pengobatan menggu-
Minahsa dalam Akselarasi Perubahan (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2002), 234-235.
nakan Kitab Suci Kekristenan

98 Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa
JURNAL TEOLOGI, 11.02 (2022): 167 - 180

Dalam gambar yang pertama ini bisa sesorang minum alkohol dan menggunakan
dilihat bagaimana proses ritual pengobatan atau membaca Kitab Suci tapi mereka juga
yang menggunakan Kitab Suci Kekristenan berpendapat bahwa kesembuhan berasal
(Alkitab). Ada beberapa kelompok atau dari Sang Khalik. Pendapat lain juga
beberapa pelaku budaya yang menggunakan mengatakan bahwa para Leluhur Minahasa
Kitab suci karena menurut mereka yang dulunya belum mengenal Kitab Suci.
kesembuhan yang diperoleh beasal dari Mereka yang tidak mengunakan Kitab Suci
Sang Khalik dan menurut mereka juga yaitu mereka yang mengadopsi proses ritual
penggunaan Kitab Suci dalam prose sebelum Kekristenan masuk di Minahasa.3
ritual ingin memberikan pemahaman
kepada masyarakat bahwa mereka juga Dalam pengalaman masyarakat Minahasa,

percaya kepada Tuhan. Mereka-mereka ini penggunaan kitab keagamaan dalam proses

adalah para pelaku budaya di Minahasa pelaksanaan ritual penyembuhan telah

yang mengadopsi proses ritual setelah mengalami pro dan kontra, akan tetapi dalam

Keristennan Masuk di Minahasa. 2 situasi problematik tersebut tidak membuat


kitab keagamaan hilang dalam pelaksanaan
ritual. Kitab keagamaan tidak dapat
dipisahkan dari realitas yang sakral, sebab
hampir semua agama memiliki kepercayaan
tentang yang sakral dan kepercayaan itu
bertumbuh melalui kitab keagamaan sebagai
fondasi untuk memahami berbagai realitas
keagamaan. Kitab keagamaan memiliki
peran yang sentral dalam tindakan-tindakan

Gambar 2: proses ritual pengobatan yang manusia dan hal ini bisa terjadi karena
tidak menggunakan Kitab Suci Kekristenan mereka memahami bahwa terdapat realitas
yang berbeda, realitas yang memukau,
Berbeda dengan gambar yang kedua,
realitas yang sangat kuat, realitas yang bisa
dalam proses ritual penyembuhan ini mereka
mempengaruhi kehidupan manusia dengan
tidak menggunakan Kitab Suci Kekristenan.
membawa dampak besar. Realitas ini adalah
Menurut mereka penggunaan Kitab Suci
kepercayaan terhadap Yang Sakral, sehingga
lebih pantas dilakukan dalam ibadah-ibadah
di dalam kitab keagamaan memiliki dimensi
di gereja atau dalam ibadah keristenan,
sakralitas yang begitu kuat. Kepercayaan
karena dalam proses ritual Tona’as yang akan
terhadap sakralitas kitab keagamaan
meminum cap tikus (minuman beralkohol
membawa manusia pada tindakan-tindakan
dari minahasa) sangat tidak etis ketika
keagamaan.

2
Wawancara dengan R.K., pada 1 Desember 2021. 3
Wawancara dengan Tonaas R.T., pada 5 Desember 2021.

Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa 99
JURNAL TEOLOGI, 12.01 (2023): 97 - 114

2. METODE PENELITIAN dari kebudayaan dan komunitas karena pada


dasarnya kitab keagamaan dihasilkan dari
Metode penelitian yang digunakan dalam
kebudayaan yang mencakup nilai, makna,
tulisan ini ialah metode penelitian kualitatif
keyakinan yang mampu mengkoordinasi
yang menekankan pada kualitatif yang
serta mengontrol interaksi manusia serta
menekankan segi kualitas secara alamiah
mampu membangun suatu jejaring untuk
karena menyangkut pada pengertian,
mentransmisikan sistem yang dibangun
konsep, serta nilai yang melekat pada
dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
subjek atau elemen penelitian.4 Adapun
Kitab keagamaan menjadi bagian dalam
pendekatan penelitian yang digunakan
kehidupan sosial yang turut dalam interaksi
ialah pendekatan fenomenologi, melalui
dengan teks-teks sosial. 5 Dalam kehidupan
pendekatan ini penulis mendeskripsikan
kelompok beragama Kristen, Alkitab
pemahaman serta pengalaman individu
menjadi suatu sumber identitas mereka,
tentang suatu fenomena seperti yang
sedangkan masyarakat Minahasa pada
dijelaskan oleh partisipan.
awalnya berangkat dari paham atau cerita
nenek moyang.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.2. Ritual
3.1. Kitab Keagamaan, Ideologi, Budaya dan
Komunitas Ritual dapat dikatakan sebagai
Setyawan menjelaskan bahwa pada suatu sarana bagi umat manusia untuk
dasarnya, kitab keagamaan selalu tertuang memenuhi kebutuhan dalam hidupnya.
dalam bahasa manusia dengan berbagai Hal ini dilatarbelakangi oleh keyakinan
keterbatasan. Kitab keagamaan adalah bahwa sesungguhnya terdapat kekuatan
pertunjukan bahasa, dan bahasa merupakan gaib di luar diri mereka yang memiliki
bagian dari iner yang membentuk masyarakat, kemampuan lebih besar,6 sehingga
kebudayaan, ideologi, dan agama. Teks-teks dapat dikatakan bahwa ritual berkaitan
kitab keagamaan adalah produk dari agama dengan hal-hal yang mistis. Atas
yang hidup. Teks-teks ini berisi pernyataan dasar pemahaman ini terbentuklah
warisan agama dan kebudayaan yang umum sistem keyakinan untuk melakukan
berkembang. Kitab keagamaaan ialah bagian sebuah ritual. Ritual dianggap mampu
yang tidak terpisahkan dari suatu komunitas menghubungkan aktivitas saat ini
beragama, menjadi identitas serta landasan dengan peristiwa yang terjadi pada masa
kehidupan keagamaan dalam masing-masing
komunitas. Kitab keagamaan tidak terlepas 5
Yusak B. Setyawan, “Kitab Keagamaan, Ideologi, Budaya dan
Komunitas” (dipresentasikan dalam kelas Mata Kuliah Kitab
Keagamaan dan Maysarakat untuk Magister Sosiologi Agama
Fakultas Teologi UKSW, Salatiga, 6 Oktober 2021).
4
Jhon W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, 6
Ni Wayan Sumitri, Ritual dan Dinamika Hidup Orang Rongga:
Kuantitatif, Dan Campuran (Yogyakarta: Yogyakarta: Pustaka Tradisi Lisan dalam Wacana Etno-Ekologi, (Jakarta: Yayasan
Pelajar, 2014), 42. Pustaka Obor Indonesia, 2018), 80.

100 Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa
JURNAL TEOLOGI, 11.02 (2022): 167 - 180

lampau. Pelaksanaan ritual keagamaan biasa dan hanya sementara.


selalu diadakan dengan pelbagai cara
seperti tari-tarian, doa, melalui sesajian Victor Turner melihat ritual sebagai
makanan, serta perilaku atau tindakan perilaku formal yang ditentukan untuk
yang memiliki makna dan tujuan tertentu kegiatan-kegiatan yang tidak merujuk
sesuai dengan tradisi dan kepercayaan pada rutinitas teknologi, tetapi lebih
masyarakat setempat. Ritual ditandai mengacu pada kepercayaan makhluk
dengan beberapa komponen yaitu, spiritual atau kekuatan mistis.11 Turner
waktu dan tempat pelaksanaan melihat simbol sebagai unit terkecil dari
upacara, peralatan-peralatan upacara, ritual yang masih mempertahankan
serta orang-orang yang melaksanakan sifat-sifat khusus dari perilaku ritual.
upacara.7 Menurutnya, simbol-simbol adalah
sesuatu yang hidup dan terlibat
Emile Durkheim menjelaskan bahwa dalam proses hidup sosial kultural.12
kepercayaan dan ritual merupakan bagian Bahkan simbol menjadi terkait dengan
penting dari agama. Sistem kepercayaan kepentingan, tujuan-tujuan, dan
selalu dikelilingi oleh larangan-larangan, sarana manusia. 13
Oleh karenanya,
mitos, dogma, dan legenda yang dapat simbol merupakan perwujudan yang
mengungkapkan sifat dari yang sakral.8 nampak dari pelaksanaan sebuah ritus.
Kemudian ritual merupakan aturan Melalui simbol-simbol manusia dapat
moral yang mengatur cara berperilaku berkomunikasi, melestarikan, dan
manusia yang menentukan bagaimana mengembangkan pengetahuan tentang
manusia harus berhubungan dengan kehidupan serta sikap-sikap dalam
hal-hal yang sakral. 9 Sebagaimana menjalani kehidupan.
pemikiran Durkheim, keyakinan suatu
agama selalu memperlihatkan satu Catherine Bell adalah salah satu pemikir

karakteristik umum yaitu, memisahkan yang berusaha menyajikan konsep holistik

antara yang sakral dan profan.10 Sakral dalam menganalisis ritual, berpendapat

selalu diartikan sebagai sesuatu yang bahwa ritual merupakan sebuah strategi

suci, kudus, berkuasa, keramat, dan tentang cara bertindak yang lahir dari

supernatural, sedangkan profan adalah konstruksi manusia dalam menghadapi

bagian keseharian hidup yang bersifat permasalahan kehidupannya. Menurutnya, 14

ritual dalam suatu masyarakat tidak dapat


7
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta:
Dian Rakyat, 1985), 56.
8
Emile Durkheim, The Elementary Forms of The Religious Life
11
Victor Turner, The Forest of Symbols: Aspects of Ndembu
(New York: The Free Press a Division of Simon & Schuster Inc, Ritual (Ithaca and London: Cornell University Press, 1967), 19.
1995), 34. 12
Turner, The Forest of Symbol, 20.
9
Emile Durkheim, Sejarah Agama (Yogyakarta: Ircisod, 2003), 13
Turner, The Forest of Symbol, 21.
29. 14
Catherine Bell, Ritual Theory, Ritual Practice (New York:
10
Durkheim, The Elementary Forms, 34-35. Oxford University Press, 1992), 70-74.

Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa 101
JURNAL TEOLOGI, 12.01 (2023): 97 - 114

lepas dari dimensi kehidupan sosial dan mendramatisir peristiwa besar seperti
sejarahnya. Berdasarkan pendapat ini, peristiwa kelahiran, inisiasi menuju masa
sangat jelas bahwa perilaku atau tindakan dewasa untuk laki-laki dan perempuan,
ritual merupakan sebuah elemen yang pernikahan, serta kematian.16 Secara budaya
paling penting dalam menghadapi pelbagai ritus krisis hidup atau siklus hidup menandai
situasi kehidupan kultural masyarakat. peralihan individu dari satu tahap kehidupan
Bell menjelaskan bahwa bahwa strategi sosial menuju ke tahap lainnya. Menurut
ritualisasi berakar pada bangunan sosial Arnold Van Gennep semua kebudayaan
yaitu konteks atau lingkungannya. Konteks memiliki aktivitas ritual yang memperingati
atau lingkungan merupakan bangunan masa peralihan individu dari satu tahap
kehidupan ritual. Menurutnya, bangunan kehidupan ke tahap kehidupan lainnya, dari
sosial yaitu konteks atau lingkungan kelompok ke kelompok, dandari satu situasi
berkaitan erat dengan pengalaman kosmologi sosial ke situasi sosial berikutnya, seperti
masyarakat, sehingga ritual memiliki peran kelahiran, pubertas sosial, pernikahan,
dan fungsi dalam membangun tubuh menjadi ayah, spesialisasi pekerjaan, dan
atau bangunan sosial masyarakat.15 Bell kematian.17
kemudian menawarkan dan mengusulkan
enam jenis tindakan ritual berdasarkan Gennep menafsirkan ritus peralihan

sistem klasifikasi untuk menganalisis dalam tiga tahap yaitu, pertama tahap

aktivitas ritual. Adapun keenam kategori pemisahan (rites of separation) dimana

tindakan ritual ini yaitu, ritus peralihan yang individu meninggalkan satu kelompok sosial

juga biasa disebut ritus siklus hidup; ritus beserta identitasnya. Dalam prosesnya,

kalender dan peringatan; ritus pertukaran tahap ini terdiri dari kegiatan serta

dan persekutuan; ritus penderitaan; ritus tindakan-tindakan yang melambangkan

perayaan; dan ritus politik. Ada banyak ritual sebuah perpisahan. Individu yang

yang dapat diklasifikasi ke dalam kategori, bersangkutan seakan-akan dibuat seperti

namun keenam kategori di atas merupakan tidak ada lagi. 18 Kedua, liminalitas atau

contoh ritual di mana tindakannya bersifat transisi (transition rites) sebagai tahap

komunal, tradisional (cara-cara bertindak peralihan dimana individu disucikan serta

yang ditetapkan masa lalu), dan berakar beradaptasi dengan perubahan. Pada tahap

pada kepercayaan pada makhluk ilahi atau ini, individu dipersiapkan untuk menjadi

semacamnya. Berikut adalah penjelasan manusia baru dalam lingkungan sosialnya.

dari keenam kategori tindakan ritual yaitu, Ketiga tahap penggabungan (rites of

pertama ritus peralihan atau ritus siklus


hidup adalah upacara yang menyertai dan 16
Bell, Ritual: Perspectives and, 94.
17
Arnold Van Gennep, The Rites of Passage (Chicago: The
Unniversity of Chicago Press, 1960), 3.
18
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi (Jakarta:
15
Bell, Ritual Theory, Ritual Practice., 98. Universitan Indonesia, 1987), 75.

102 Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa
JURNAL TEOLOGI, 11.02 (2022): 167 - 180

incorporation), yaitu individu secara resmi bermakna, untuk menghasilkan kembali


masuk ke dalam kelompok sosial lainnya gagasan tentang siklus waktu, kemakmuran,
yang memberikan identitas baru.19 Seperti dan kesuburan alam.22 Cerita mitos dapat
dalam banyak upacara peralihan individu meyakinkan orang-orang bahwa apa yang
yang bersangkutan secara pralambang mereka lakukan dalam sebuah ritual adalah
dilahirkan kembali dan dikukuhkan ke apa yang dilakukan di zaman purba, seperti
dalam lingkungan sosial yang baru. cerita penciptaan kosmos yang dilakukan
oleh para dewa atau leluhur.
Kedua, ritus kalender atau peringatan.
Seperti halnya ritus peralihan yang dapat Ketiga, ritus pertukaran atau persekutuan
memberi keteraturan, demikian pula ritus adalah ritual dimana manusia memberikan
kalender memberikan pengertian yang persembahan kepada dewa atau dewi
bermakna secara sosial terhadap perjalanan dengan harapan dapat menerima sesuatu
waktu, menciptakan siklus hari, bulan, sebagai balasannya, misalnya hasil panen
dan tahun. Ritual kalender terjadi secara yang baik, umur panjang, kasih karunia,
berkala serta dapat diprediksi mengikuti dan penebusan. 23 Maksud dari persembahan
perubahan musim seperti cuaca, cahaya, itu adalah untuk memuji, menyenangkan,
pekerjaan pertanian, dan pelbagai kegiatan dan menenangkan kekuatan ilahi, dengan
sosial lainnya.20 Bahkan beberapa kejadian harapan manusia mendapatkan imbalan
dalam kehidupan manusia diperhitungkan kesejahteraan dalam kehidupannya. Dalam
menurut kalender matahari, sehingga pelaksanaan tindakan ritual pertukaran,
terjadi pada tanggal yang sama setiap persembahan, dan persekutuan, tampaknya
tahun, misalnya hari tahun baru pada menimbulkan hubungan yang saling
hari pertama bulan Januari. Sedangkan ketergantungan antara manusia dengan yang
untuk peristiwa lainnya dihitung menurut ilahi. 24 Bahkan aktivitas-aktivitas ini tidak
kalender lunar yang membuat tanggalnya hanya penting bagi kelangsungan hubungan
bervariasi setiap tahun, seperti yang terlihat manusia dengan yang ilahi, tetapi juga untuk
pada tahun baru imlek Cina, minggu mengatur kesatuan proses sosial dan budaya
paskah, dan tahun baru Yahudi. 21 Kemudian komunitas tertentu. Pengorbanan manusia
pelaksanaan ritual peringatan dapat pula dalam sebuah ritual telah banyak ditemukan
bergantung pada cerita mitos. Menurut di masyarakat baik kuno maupun modern,
Eliade, tindakan manusia yang dilestarikan bahkan terdapat kesamaan mendasar antara
berdasarkan mitos memungkinkan orang jenis kurban persembahan, maupun tujuan
untuk mengalami ontologis yang nyata dan untuk memperoleh kesejahteraan komunitas

19
Bell, Ritual: Perspectives and, 95. 22
Bell, Ritual: Perspectives and, 103.
20
Bell, Ritual: Perspectives and, 102. 23
Bell, Ritual: Perspectives and, 108.
21
Bell, Ritual: Perspectives and, 102. 24
Bell, Ritual: Perspectives and, 109.

Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa 103
JURNAL TEOLOGI, 12.01 (2023): 97 - 114

dan kosmik yang dikaitkan dengan ritual berulang, dosa atau karma, wabah penyakit,
tersebut. Oleh karenanya, ritual ini dapat bencana alam, kematian, dan masih
membantu mengartikulasikan sistem banyak lagi. Kemudian jenis ritual yang
hubungan yang kompleks antara manusia, akan digunakan tergantung sepenuhnya
dewa, setan, leluhur, hewan dan alam. pada cara budaya menafsirkan situasi
yang bermasalah. Misalnya satu budaya
Keempat, ritus penderitaan. Mengikuti menafsirkan beberapa penyakit atau nasib
Victor Turner yang sering melakukan buruk sebagai akibat dari kerasukan roh,
kategori ritual ini, ritus penanggulangan oleh karenanya tindakan ritual yang akan
berusaha mengurangi pengaruh roh-roh dilakukan adalah pengusiran setan secara
yang dianggap dapat menyengsarakan formal. Selanjutnya, budaya lain mungkin
manusia lewat pelbagai kemalangan.25 Pada menafsirkan penderitaan atau kerusakan
masyarakat Ndembu, penderitaan atau sebagai akibat dari dosa, sehingga yang
nasib buruk yang dapat menimpa individu harus dilakukan adalah menjalankan ritual
ialah kemalangan seorang pria dalam pemurnian dan penebusan dosa secara
berburu seperti kehilangan sasaran dan ketat.28 Dalam semua kasus itu, pelaksanaan
gagal menemukan hewan untuk ditembak, ritual penanggulangan dimaksudkan
gangguan reproduksi wanita mulai dari untuk memperbaiki keadaan yang tidak
kemandulan hingga keguguran, dan seimbang atau telah terganggu dengan cara
menderita sakit dengan berkeringat dan memurnikan, meyembuhkan, mengusir,
menggigil serta nyeri di sekujur tubuh. 26 melindungi, dan menyucikan. 29

Seseorang yang telah diramalkan tertangkap


oleh roh, maka dia akan menjadi subjek Kelima, ritus perayaan. Ritus penderitaan
dari ritual yang rumit. Ritual ini akan telah membuat sebagian besar masyarakat
dihadiri oleh banyak orang baik dari jauh untuk melakukan sebuah tindakan
maupun dekat, dan sekaligus dirancang pencegahan atau pemulihan, tetapi dalam
untuk mendamaikan dan menyingkirkan ritus perayaan, puasa dan festival cukup
roh jahat yang dianggap menyembabkan berbeda. Dalam upacara perayaan, puasa
masalah.27 Adapun roh-roh yang dianggap dan festival, mungkin kesaksian tentang
dapat mengganggu kehidupan manusia ialah kehadiran dewa tidak terlalu nampak, tetapi
roh kerabat atau sanak saudara yang telah lebih banyak penekanan pada terwujudnya
meninggal. nilai-nilai religio-kultural. 30 Dapat dikatakan
bahwa dalam ritual-ritual ini orang-orang
Pelbagai penderitaan telah ditemukan secara khusus ingin mengekspresikan
di banyak budaya, seperti penderitaan

25
Bell, Ritual: Perspectives and, 115. 28
Bell, Ritual: Perspectives and, 116.
26
Turner, The Forest of Symbols, 10-11. 29
Bell, Ritual: Perspectives and, 117.
27
Turner, The Forest of Symbols, 9. 30
Bell, Ritual: Perspectives and, 120.

104 Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa
JURNAL TEOLOGI, 11.02 (2022): 167 - 180

secara terbuka kepada diri sendiri maupun suatu komunitas.


kepada orang lain, tentang komitmen dan
kepatuhan mereka terhadap nilai-nilai dasar Jenis-jenis aktivitas tindakan ritual

dalam agama.31 Bentuk dari pertunjukan tersebut, dilakukan atas dasar kesadaran

budaya seperti ini adalah berupa puasa yang manusia yang mendalam tentang kehidupan

dilakukan oleh komunitas muslim selama mistis, serta keterbatasan dalam menyikapi

bulan Ramadhan, puasa di musim liturgi dan memahami dimensi makrokosmos

Adven dan prapaskah, pelbagai pesta besar yang berkenaan dengan asal-usul

seperti perayaan Potlach Kwakiutl oleh kehidupan. Selain itu, ritual tidak hanya

suku Indian, ritual slametan, festival holi menggambarkan adanya relasi manusia

yang dirayakan di India, festival matsuri di dengan leluhur, gaib atau Yang Ilahi, tetapi

Jepang dan lain sebagainya.32 ritual juga menjadi sebuah fenomena sosial
yang dapat mengekspresikan kehidupan
Keenam, ritus politik yang terdiri dari suatu komunitas masyarakat. Dengan
praktik-praktik seremonial yang secara demikian, ritual sangat berperan penting
khusus membangun, menampilkan, dan karena mengandung nilai-nilai yang dapat
mempromosikan kekuatan institusi politik, membantu dan mengatur keberlangsungan
seperti raja, negara, tetua desa dan lain hidup suatu masyarakat menjadi lebih baik.
sebagainya. 33 Relasi ritual dan politik
3.3. Ritual Penyembuhan di Minahasa
adalah saling melayani, oleh karenanya
kekuasaanlah yang menjadi pengikat Sesuai dengan etimologisnya, upacara
keduanya. Secara umum, ritus politik ritual dapat dibagi atas dua kata yakni upacara
mendefenisikan kekuasaan dalam dua dan ritual. Upacara adalah suatu kegiatan
dimensi; pertama, penggunaan simbol dan yang dilaksanakan sekelompok orang serta
tindakan simbolis untuk menggambarkan memiliki tahapan yang sudah diatur sesuai
sekelompok orang sebagai sebuah komunitas dengan tujuan acara. Sedangkan yang
yang koheren dan teratur bedasarkan tujuan dimaksud dengan Ritual adalah suatu hal
bersama; kedua, mereka mendemonstrasikan yang berhubungan terhadap keyakinan dan
keabsahan nilai-nilai dan tujuan-tujuan kepercayaan spritual dengan suatu tujuan
bersama dengan menetapkan ikonitas tertentu.35 Asal-usul ritual dapat kita ketahui
mereka sesuai tatanan kosmos serta nilai- dari masa lalu atau dapat di lacak hingga
nilai yang dirasakan.34 Oleh karenanya, ritus masa prasejarah, ritual dapat di rumuskan
politik juga diperlukan untuk memelihara sebagai gerak- gerik tubuh yang sudah
keteraturan dan keselarasan sosial dalam menjadi tabiat atau kebiasaan, yakni sebuah
gerak-gerik yang memang tidak punya
31
Bell, Ritual: Perspectives and, 120.
32
Bell, Ritual: Perspectives and, 121. 35
http://eprints.uny.ac.id/18561/4/BAB%20II%20
33
Bell, Ritual: Perspectives and, 128. 10413244015.pdf. Di akses pada 17 November 2021 pkl
34
Bell, Ritual: Perspectives and, 129. 22.45 WITA.

Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa 105
JURNAL TEOLOGI, 12.01 (2023): 97 - 114

relevansi langsung dengan upaya organisme hal ini salah satu dari para dotu/ opo akan
untuk mempertahankan hidup fisik, ritual berbicara lewat dirinya. Setelah tonaas
juga memperlihatkan kecenderungan badan dimasuki dotu, maka seluruh anggota
mahkluk hidup untuk mengulang-ulang harus berjabat tangan. Dalam bahasa yang
gerak geriknya sendiri. 36
dilontarkan oleh tonaas yang dimasuki dotu
akan ada amanat.
Ritual mengacu pada tindakan yang
dilakukan oleh manusia yang meliputi Sepanjang sejarah kehidupan manusia,
perilaku keagamaan dan juga berbagai mencatat bahwa penyembuhan suatu
kegiatan sosial, politik yang terjadi dalam penyakit secarah alamiah telah dipraktekkan
kehidupan manusia. Hal ini menandakan oleh para pengobat tradisional, yang dituntun
bahwa tindakan ritual tidak hanya bersifat oleh kearifan tradisional, yang menganggap
religius namun juga bersifat sosial yang bahwa penyakit adalah suatu keseimbangan
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.37 dalam diri manusia seutuhnya, serta
Dalam kebudayaan maka agama Malesung ketidakserasian kehidupan manusia dengan
(Minahasa) juga mengajarkan untuk memuji kehidupan lingkungan alam disekitarnya
sesama manusia. Dengan demikian manusia dan hubungannya dengan alam semesta
telah berpikir positif. Memuji lebih bagus yang nampak maupun tidak nampak.
dalam berbudaya daripada mencela. 38 Dalam
ritual ada yang harus dipersiapkan berupa Ritual penyembuhan di Minahasa tidak

Telur ayam rebus, pinang, nasi bungkus, dilakukan oleh sembarangan orang, yang

cap tikus, rokok, tawaang, kemenyan, dll. hanya boleh melakukan ritual ini adalah

Dan semua jumlahnya harus 9 dari masing- Tonaas. Biasanya tonaas akan menyembukan

masing bahan. Dalam ritual juga disertakan pasiennya yang menderita sakit alami berupa

Alkitab, pisau/ barang-barang tajam lainnya, sakit jantung, liver, kangker dan lain-lain.

dan bunga popoopo. Sementara ritual Tonaas akan memberikan obat tradisional

berlangsung akan ada arwah dari opo-opo Minahsa yang disebut obat makatana berupa

terdahulu kita yang akan masuk ke dalam daun-daun, Akar-akar dan jenis tumbuhan

diri tonaas (yang paling ketua) di ritual lainnya. Ada juga sakit karena Ilmu hitam

tersebut. Lalu, di dalam alam bawah sadar atau kena santet dalam bahasa Minahasa

si tonaas tersebut, roh yang masuk dalam disebut dengan Regez Lewo (angin jahat,
orang jahat), biasanya penyakit ini Tonaas
akan mengadakan ritual yang lebih sakral,
36
Alfred North Whitehead. Mencari Tuhan sepanjang Zaman :
dari agama kesukuan ke agama Universal. (macmillan new di karenakan Tonaas akan mempersiapkan
york, 1926). 4
37
Roy A. Rappaport, Ritual and Religion in the Making of sesajen dan akan mengadakan ritual
Humanity (United Kingdom: Cambridge University Press,
1999), 24. pemanggilan dotu atau orang tua Minahasa,
38
Jantje Hendrik Supit, Mengenang Agama Malesung: Agama
Mula-mula Orang Minahasa (Tomohon: CV Anggrek Berkat dalam ritual ini tonaas akan kerakusan atau
Tomohon, n.d), 4

106 Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa
JURNAL TEOLOGI, 11.02 (2022): 167 - 180

kampetan dotu minahasa dan biasanya pengobatannya akan sia-sia. Pengobatan


dalam ritual ini ada pendamping dari tonaas ini harus sampai pada apa yang dinamakan
yang tugasnya adalah sebagai penerjemah. dengan Sumampet, ini merupakan proses
Dalam ritual penyembuhan ini dotu atau terakhir dalam ritual penyembuhan. Tahap
opo minahasa akan mengarah apa yang sumampet ini tona’as akan mengunci
akan diilakukan tonaas selanjutnya untuk penyakit atau obat yang dilakukan selama
menyembuhkan pasien yang terkena Regez proses penyambuhan, agar penyakit yang
Lewo. dialami pasien tidak akan datang lagi.

Penyembuh dalam pengobatan tokoh 3.4. Kitab Keagamaan dalam Ritual


Penyembuhan di Minahasa sebagai
dalam penelitian ini, dalam pengobatan
Integrasi Sosial
yang dapat dilakukan oleh dukun melalui
Ritual menjadi sangat penting karena
ramuan obat dari daun dan akar pohon.
komunitas bisa berhubungan dengan leluhur
Gambaran tokoh-tokoh pengobat tradisional
(opo). Relasi-relasi sosial terbangun di dalam
pada bab pembahasan. Obat tradisional
ritual, yaitu relasi manusia dengan manusia
memang bukan berarti pengobatan dengan
dan relasi manusia dengan leluhur. Dalam
ilmu gaib, penelitian ini tidak membahas
ritual, kitab keagamaan mendapat posisi
pengobatan yang dimaksud menggunakan
yang sentral, tendensi Kitab keagamaan
sihir, tetapi penyembuhnya muncul dengan
memiliki makna besar dalam ritual menjadi
cara pengobatan. Berkaitan dengan hal
khas pada ritual penyembuhan di Minahasa.
tersebut, berdasarkan studi pendahuluan
Alkitab sebagai Kitab keagamaan bagi agama
peneliti, artinya ada karakter penyembuh
Kristen di bawa masuk dalam proses ritual
masyarakat Minahasa memiliki ciri khas
penyembuhan lokal atau tradisional. Ritual
tersendiri dalam pengobatan dimasyarakat.
memiliki makna partikular dan primordial
Obat tradisional yang mereka lakukan
dalam suatu komunitas, sehingga di luar
sangat penting peranannya dalam
komunitas tidak ada pemahaman atau
memajukan masyarakat kesehatan sebagai
pemaknaan mendalam bisa didapatkan
bagian atau unsur kebudayaan. Selanjutnya,
mengenai esensi makna dari ritual tersebut.
pengobatan tradisional merupakan alternatif
Misalnya dalam buku dari Clifford Geetz
pengobatan bagi orang-orang yang telah
mengenai Tafsir Kebudayaan dengan salah
dikenal dalam pengobatan modern. Tujuan
satu bab menguraikan tentang permainan
dari karya ilmiah ini, mendeskripsikan dan
mendalam: catatan tentang sabung ayam
mengidentifikasi ciri-ciri penyembuh dalam
di Bali, menjelaskan bahwa kebudayaan
pengobatan masyarakat serta penggunaan
dari suatu bangsa merupakan teks yang
Kitab Suci dalam ritual. Dalam ritual
perlu dipelajari, namun kehidupan dalam
pengobatan ini pasien harus menyelesaikan
kebudayaan ini memiliki interpretasi-
pengobatannya sampai selesai, kalau tidak

Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa 107
JURNAL TEOLOGI, 12.01 (2023): 97 - 114

interpretasi tersendiri atau berbeda dari dan memelihara kehidupan mereka. Oleh
yang lain. 39 Perbedaan antara pendapat polisi karena itu terdapat berbagai bentuk ritual
dengan masyarakat Bali mengenai sabung yang dinaikkan kepada leluhur dengan cara
ayam mengindikasikan resistensi bahkan memberikan persembahan atau korban
reduksi akan suatu pengetahuan. Ini adalah sesajian. Kontestasi antara Kristen dan
suatu bahaya besar yang khas terjadi saat kepercayaan lokal sering menjadi panorama
pertemuan dua pengetahuan yang berbeda. dalam dunia akademisi. Beberapa akademisi
Sabung ayam di Bali merupakan suatu melihat bahwa yang terjadi di Minahasa
ritual yang penting bagi anggota komunitas, (masuknya agama Kristen) merupakan
ritual ini bukan hanya sebagai duel ataupun bentuk resistensi agama modern yang
perjudian semata seperti pandangan luar, mereduksi agama atau kepercayaan lokal.
melainkan tipikal ritual yang bersifat Perang kebudayaan menjadi panorama yang
partikular masyarakat Bali dalam situasi bisa dilihat melalui rasionalisasi manusia.
tersebut. Ritual seharusnya diberi tempat Perang kebudayaan mengancam integrasi
sebagai bagian penting untuk melestarikan sosio-kultural yang telah terkonstruksi
budaya dan saat direduksi, maka terdapat lama, dengan dimasukinya kebudayaan baru
kemungkinan nilai-nilai primordial dari sebagai pengganti budaya yang lama atau
suatu budaya akan hilang. pihak musuh memaksakan budaya mereka
untuk masuk dengan cara melakukan
Minahasa memiliki beberapa komunitas serangan terhadap nilai-nilai kebudayaan.
atau penghayat kepercayaan lokal yang ada Masyarakat menjadi objek dari penyerangan
di juga tidak memakai Kitab Suci karena tersebut, dalam artian bahwa kebudayaan
menurut mereka Kitab Suci lebih pantas masyarakat direduksi, melalui pereduksian
dipakai dalam Gereja atau dalam ibadah- pemikiran-pemikiran masyarakat.41
ibadah. Mereka yang tidak memakai Kitab Fenomena seperti ini sangat berkaitan dengan
Suci yaitu para pelestari budaya Minahasa ritual masyarakat, sebab perang kebudayaan
sebelum Kekristenan masuk. 40
Kepercayaan mereduksi ritual suatu masyarakat, dengan
terhadap roh-roh leluhur diyakini oleh tidak adanya ritual maka suatu sistem nilai
masyarakat primitif bahkan hingga saat atau saya mengambil bahasa dari Pierre
ini walaupun sudah menganut agama Bourdieu mengenai habitus moral akan
yang diakui oleh pemerintah. Masyarakat hilang. Kitab keagamaan yang ada dalam
memahami bahwa leluhur memiliki ritual penyembuhan di Minahasa bisa
kuasa yang mampu untuk mempengaruhi eksis sampai saat ini karena ritual masih
kehidupan manusia, misalnya menjaga dilakukan oleh komunitas setempat, tanpa
adanya ritual maka perpaduan antara nilai-
39
Clifford Geertz, Tafsir Kebudayaan (Yogyakarta: Kanisius,
1992), 249-250. 41
Imam Ali Khamenei, Perang Kebudayaan (Jakarta: Cahaya,
40
Wawancara dengan J. W., pada 5 Desember 2021. 2005), 15-18.

108 Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa
JURNAL TEOLOGI, 11.02 (2022): 167 - 180

nilai intrinsik dalam kepercayaan lokal akan dengan keahlian yang berbeda-beda.
mengalami pergeseran. Menjadi pertanyaan, Dalam pengobatan tradisional Makatana
bagaimana dengan tidak adanya ritual lokal, Minahasa menggunakan dua metode, yaitu
maka Alkitab bisa dipertemukan dengan metode Supranatural dan metode Natural.
pemahaman masyarakat lokal Minahasa? Pengobatan natural yaitu pengobatan
Memang Kekristenan dalam hal ini gereja- makatana atau pengobatan tradisional,
gereja setempat memiliki cara atau metode sedangkan pengobatan supranatural yaitu
kontekstualisasi terhadap kebudayaan menggunakan tenaga gaib. Orang yang
Minahasa, namun menjadi pertanyaa baru, melakukan proses penyembuhan disebut
apakah penghayat kepercayaan lokal tidak Tonaas. Di masyarakat yang berada di desa
bisa menghidupkan kepercayaan mereka terlebih khusus masyarakat Minahasa masih
melalui kontekstualisasi yang mereka menggunakan ritual penyembuhan dengan
lakukan sendiri tanpa hubungan dari gereja tenaga gaib, mereka meyakini bahwa ada
setempat? Manusia merukan homo creator, roh-roh leluhur yang membantu mereka
karena itu ia memberi nilai-nilai intrinsik dari dan berperan memberikan kesembuhan
dirinya sendiri secara manusiawi terhadap bagi mereka.
karya-karyanya dan setiap karya memiliki
nilai yang menandakan karakteristik dari Proses ritual yang menyertakan Kitab

penciptanya.42 Keagamaan Kristen, yaitu Alkitab merupakan


cara tersendiri dari masyarakat setempat
3.5. Penggunaan Kitab Kegamaan (Alkitab) dalam mengkonstruksi kepercayaan
dalam Ritual Pengobatan di Minahasa
mereka dengan memahami bahwa terdapat
Sudah sejak zaman bahari hingga sakralisasi dalam proses ritual tersebut.
dewasa ini, budaya pengobatan tradisional Jadi, ritual menjadi sangat penting bagi
Minahasa menjadi salah satu warisan komunitas penghayat kepercayaan dalam
leluhur orang Minahasa, senantiasa mengaktualisasikan kepercayaan mereka dan
diamalkan dengan penuh kasih sayang oleh sebagai tempat pertemuan antara manusia
para wailan Minahasa kepada siapa saja yang dengan leluhur. Berdasarkan wawacara
membutuhkan pertolongan, secara cuma- dengan Jhosua wajong yang merupakan salah
cuma tanpa mengharapkan balas jasa. Pada satu pelestari budaya, mengatakan bahwa
umumnya praktik pengobatan tradisional ada beberapa komunitas atau penghayat
Makatana Minahasa adalah bersifat tertutup, kepercayaan lokal yang ada di Minahasa
terbatas pada keluarga, kenalan dekat, juga tidak memakai Kitab Suci karena
karena di tiap kampung memiliki wailan menurut mereka Kitab Suci lebih pantas
(Imam/Pendeta dalam agama Kristen) dipakai dalam Gereja atau dalam ibadah-
ibadah. Mereka yang tidak memakai Kitab
42
Budiono Herusatoto, Simbolisme Jawa (Yogyakarta: Ombak, Suci yaitu para pelestari budaya Minahasa
2008), 14.

Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa 109
JURNAL TEOLOGI, 12.01 (2023): 97 - 114

sebelum Kekristenan masuk.43 Kepercayaan pada keluarga, kenalan dekat, karena di tiap
terhadap roh-roh leluhur diyakini oleh kampung memiliki wailan (Imam/Pendeta
masyarakat primitif bahkan hingga saat dalam agama Kristen) dengan keahlian yang
ini walaupun sudah menganut agama berbeda-beda. Dalam pengobatan tradisional
yang diakui oleh pemerintah. Masyarakat Makatana Minahasa menggunakan dua
memahami bahwa leluhur memiliki metode, yaitu metode Supranatural dan
kuasa yang mampu untuk mempengaruhi metode Natural.45 Ritual sebagai sembagai
kehidupan manusia, misalnya menjaga simbolik tetapi tidak menuju pada simbol itu
dan memelihara kehidupan mereka. Oleh tetapi merujuk dibalik simbolik itu sendiri
karena itu terdapat berbagai bentuk ritual dan perlu selalu diingat bahwa ritual dalam
yang dinaikkan kepada leluhur dengan cara totenisme ini diwujudkan melalui pemujaan,
memberikan persembahan atau korban dimana pemujaan dibagi menjadi dua
sesajian. bentuk yakni “negatif ” dan “positif ” yang
berarti bahwa ritual selalu dihubungkan
Seperti yang dijelaskan oleh Bell, dengan hal-hal yang benar dan tidak benar,
bahwa strategi ritualisasi berakar pada juga ada ritual yang disebut dengan piacular
bangunan sosial yaitu konteks atau yang berarti penebusan dosa atau kesalahan,
lingkungannya. Konteks atau lingkungan dengan demikian, tugas utama ritual-ritual
merupakan bangunan kehidupan ritual. yang tergabung dalam pemujaan negatif
Menurutnya, bangunan sosial yaitu konteks adalah “menjaga yang sakral agar selalu
atau lingkungan berkaitan erat dengan terpisah dari yang profane/duniawi”. Maka
pengalaman kosmologi masyarakat, sehingga pemujaan yang pertama ini biasanya berisi
ritual memiliki peran dan fungsi dalam tentang “larangan-larangan”. Sedangkan
membangun tubuh atau bangunan sosial pemujaan kedua yakni berisi tentang ritual
masyarakat.44 Sudah sejak zaman dahulu yang menggambarkan prosesi penyerahan
hingga zaman kontemporer ini, budaya ritual hidup manusia kepada Tuhan, kemudian
pengobatan tradisional di Minahasa sebagai Tuhan memberikan kembali kepadanya.
salah satu warisan leluhur orang Minahasa, Durkheim juga menghubungkan ritus
senantiasa diamalkan dengan penuh dengan kesadaran kolektif, bahwa kesadaran
kasih sayang oleh para wailan Minahasa kolektif itu merupakan kebutuhan asasi dari
kepada siapa saja yang membutuhkan setiap manusia, sehinnga perlu diaktikan
pertolongan, secara cuma-cuma tanpa kembali dengan ritual-ritual yang dianggap
mengharapkan balas jasa. Pada umumnya keramat.46
praktik pengobatan tradisional Makatana
Minahasa adalah bersifat tertutup, terbatas
45
J. Turang, dkk, Profil Kebudayaan Minahasa (Tomohon:
Majelis Kebudayaan Minahasa, 1997) 237-247.
43
Wawancara dengan Jhosua Wajong. 46
Emile Durkheim, The Elementary forms of the Religious Life
44
Bell, Ritual Theory, Ritual Practice, 98. (London: George Allen & Unwin Ltd, 2003), 93-95

110 Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa
JURNAL TEOLOGI, 11.02 (2022): 167 - 180

Dalam kehidupan manusia, ritus dapat ini mendorong orang-orang terkemudian


mempengaruhi dan membentuk perilaku untuk menafsirkan setiap ajaran dan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. pewahyuan, supaya mereka mengalami
Oleh karena itu, ritus menurut Victor intensitas kesadaran spiritual dan
Turner dalam bukunya The Ritual Process, pencerahan. 48
Berdasarkan penjelasan dari
Structure and Antistructure berkaitan Setyawan dalam kelas kitab keagamaan dan
erat dengan kehidupan masyarakat dalam masyarakat bahwa Komunitas dan relasi
rangka membangun tatanan sosial. Ada sosial ditentukan oleh imaginasi-imaginasi
beberapa peranan ritus dalam kehidupan yang diyakini sebagai penjelasan tentang
masyarakat, yakni: dapat digunakan untuk keberadaan dalam evolusi peradaban
menghilangkan konflik, menyelesaikan berubah menjadi mitos. Mitos adalah
perpecahan, membangun keutuhan dalam penjelasan tentang realitas dan super-
masyarakat, menyatukan prinsip yang realitas, mitos juga menghubungkan yang
berbeda-beda dan menjadi sumber motivasi transenden (sumber utama dari Agama)
dan kekuatan baru dalam kehidupan karena sumber utama dari kitab-kitab
masyarakat.47 keagamaan adalah mitos. 49 Bagi amstrong
mitos tak terpisahkan dengan ritus (drama
Berbicara mengenai Kitab Keagamaan liturhis kehidupan) dan mitos berbicara
berarti secara langsung harus berbicara tentang realitas transenden: keyakinan.
mengenai agama, sebagai bagian yang tidak Jadi definisi mitos adalah salah satu cara
terpisahkan. Sebab, realitas destruktif dari manusia untuk memahami diri sendiri,
suatu agama memiliki kemungkinan besar fenomena alam dan masyarakatnya dalam
berhubungan dengan Kitab Keagamaannya, tahap dimana cara penjelasan ilmiah belum
entah terjadi salah interpretasi atau digunakan atau belum ditemukan. Mitos
dimasukinya kepentingan-kepentingan dari juga berkaitan dengan kekuatan superpower
orang-orang tertentu dengan membawa dewa-dewi, begitu juga sistem adat dan ritual
legitimasi Kitab Keagamaan untuk di Minahasa sangat berkaitan erat dengan
membenarkan perilaku-perilaku manusia. namanya dewa-dewi atau leluhur-leluhur
Hal ini dikarenakan Kitab Keagamaan Minahasa. Bagi penghayat atau para pelaku
dipercaya memiliki entitas sakral dan budaya meyakini bahwa para dewa-dewi
berbeda dari pada entitas-entitas pada mempunyai banyak pengetahuan seperti
umumnya (profan). Kitab Keagamaan dalam hal mengobati atau menyembuhkan.
pada umumnya terkonstruksi melalui Kitab Keagamaan tidak bisa dipisahkan dari
pengalaman-pengalaman religius dari realitas yang sakral, sebab hampir semua
tokoh sentral pendiri agama, sehingga hal
48
Karen Armstrong, Sejarah Alkitab (Bandung: PT. Mizan
Pustaka, 2014, 17.
47
Victor Turner, The Ritual Process, Structure and Antistructure 49
Materi dari Pak Yusak Setyawan “Kitab Keagamaan dan
(New York: Cornell University Press, 1969), 92-93 Masyarakat”

Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa 111
JURNAL TEOLOGI, 12.01 (2023): 97 - 114

agama memiliki kepercayaan tentang yang dalam diri manusia seutuhnya, serta
sakral dan kepercayaan itu bertumbuh ketidakserasian kehidupan manusia dengan
melalui kitab keagamaan sebagai fondasi kehidupan lingkungan alam disekitarnya
untuk memahami berbagai realitas dan hubungannya dengan alam semesta
keagamaan. Kitab keagamaan memiliki yang nampak maupun tidak nampak.
peran yang sentral dalam tindakan-tindakan
manusia dan hal ini bisa terjadi karena 4. KESIMPULAN

mereka memahami bahwa terdapat realitas


Kitab Suci yang digunakan dalam
yang berbeda, realitas yang memukau,
pelaksanaan ritual penyembuhan sudah
realitas yang sangat kuat, realitas yang bisa
di legitimasi sejak masuknya Kekeristenan
mempengaruhi kehidupan manusia dengan
masuk di Minahasa, karena sebelum
membawa dampak besar. Realitas ini adalah
masuknya kekristenan masuk di tanah
kepercayaan terhadap Yang Sakral, sehingga
Minahasa para pemimpin atau tokoh adat di
di dalam kitab keagamaan memiliki dimensi
Minahasa tidak memakai Kitab Suci dalam
sakralitas yang begitu kuat. Kepercayaan
ritual-ritual. Di dalam budaya Minahasa, ada
terhadap sakralitas kitab keagamaan
juga yang disebut dengan ritual yang cukup
membawa manusia pada tindakan-tindakan
di kenal oleh kebanyakan orang Minahasa
keagamaan.
yaitu, ritual upacara penyembuhan.

Berdasarkan penjelasan dapat dikatakan Sepanjang sejarah kehidupan manusia,

bahwa Kitab Suci yang dipakai dalam ritual mencatat bahwa penyembuhan suatu

penyembuhan sudah di legitimasi sejak penyakit secarah alamiah telah dipraktekkan

masuknya Kekeristenan masuk di Minahasa, oleh para pengobat tradisional, yang dituntun

karena sebelum masuknya kekristenan oleh kearifan tradisional, yang menganggap

masuk di tanah Minahasa para pemimpin bahwa penyakit adalah suatu keseimbangan

atau tokoh adat di Minahasa tidak memakai dalam diri manusia seutuhnya, serta

Kitab Suci dalam ritual-ritual. Di dalam ketidakserasian kehidupan manusia dengan

budaya Minahasa, ada juga yang disebut kehidupan lingkungan alam disekitarnya

dengan ritual yang cukup di kenal oleh dan hubungannya dengan alam semesta

kebanyakan orang Minahasa yaitu, ritual yang nampak maupun tidak nampak.

upacara penyembuhan. Sepanjang sejarah


Ritual penyembuhan di Minahasa tidak
kehidupan manusia, mencatat bahwa
dilakukan oleh sembarangan orang, yang
penyembuhan suatu penyakit secarah
hanya boleh melakukan ritual ini adalah
alamiah telah dipraktekkan oleh para
Tonaas. Biasanya tonaas akan menyembukan
pengobat tradisional, yang dituntun oleh
pasiennya yang menderita sakit alami
kearifan tradisional, yang menganggap
berupa sakit jantung, liver, kangker dan
bahwa penyakit adalah suatu keseimbangan

112 Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa
JURNAL TEOLOGI, 11.02 (2022): 167 - 180

lain-lain. Tonaas akan memberikan obat . The Elementary forms of the Religious
Life. London: George Allen dan Unwin Ltd.
tradisional Minahsa yang disebut obat 2003
makatana berupa daun-daun, Akar-akar dan
Creswell, John W. Research Design Pendekatan
jenis tumbuhan lainnya. Pada umumnya Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013.
praktik pengobatan tradisional Makatana
Gennep, Arnold Van. The Rites of Passage.
Minahasa adalah bersifat tertutup, terbatas Chicago: The Unniversity of Chicago Press,
pada keluarga, kenalan dekat, karena di tiap 1960.

kampung memiliki wailan (Imam/Pendeta Geertz, Clifford. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta:


Kanisius, 1992).
dalam agama Kristen) dengan keahlian yang
Herusatoto, Budiono. Simbolisme Jawa.
berbeda-beda. Dalam pengobatan tradisional
Yogyakarta: Ombak, 2008.
Makatana Minahasa menggunakan dua
Khamenei, Imam Ali. Perang Kebudayaan.
metode, yaitu metode Supranatural Jakarta: Cahaya, 2005.
dan metode Natural. Proses ritual yang Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi
menyertakan Kitab Keagamaan Kristen, Sosial. Jakarta: Dian Rakyat, 1985.

yaitu Alkitab merupakan cara tersendiri dari . Sejarah Teori Antropologi. Jakarta:
Universitan Indonesia, 1987.
masyarakat setempat dalam mengkonstruksi
Nottingham, Elizabeth K. Agama dan Masyarakat.
kepercayaan mereka dengan memahami Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994.
bahwa terdapat sakralisasi dalam proses Pals, Daniel L. Seven Theories of Religion.
ritual tersebut. Jadi, ritual menjadi Jogjakarta: IRCiSoD, 2012.

sangat penting bagi komunitas penghayat Rapparport, Roy A. Ritual and Religion in the
Making of humanity. United Kingdom:
kepercayaan dalam mengaktualisasikan Cambridge University Press. 1999
kepercayaan mereka dan sebagai tempat
Setyawan, Yusak B. “Kitab Keagamaan, Ideologi,
pertemuan antara manusia dengan leluhur. Budaya dan Komunitas” (dipresentasikan
dalam kelas Mata Kuliah Kitab Keagamaan
dan Maysarakat untuk Magister Sosiologi
Agama Fakultas Teologi UKSW, Salatiga, 6
Oktober 2019).

Sumitri, Ni Wayan. Ritual dan Dinamika Hidup


Orang Rongga: Tradisi Lisan dalam Wacana
DAFTAR PUSTAKA Etno-Ekologi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2018.
Armstrong, Karen. Fields of Blood. Bandung: PT.
Mizan Pustaka, 2017. Supit Jantje Hendrik. Mengenang Agama
Malesung: Agama Mula-mula Orang
. Sejarah Alkitab. Bandung: PT. Mizan
Minahasa. Tomohon: CV Anggrek Berkat
Pustaka. 2014
Tomohon. N.d
Bell, Chaterine. Ritual: Perspectives and
Turang, J, dkk. Profil Kebudayaan Minahasa.
Dimensions. Amerika Serikat: Oxford
Tomohon: Majelis Kebudayaan Minahasa.
University Press, 1997.
1997
. Ritual Theory, Ritual Practice. New
Turner, Victor, The Forest of Symbols: Aspects of
York: Oxford University Press. 2009
Ndembu Ritual. Ithaca and London: Cornell
Durkheim, Emile. Sejarah Agama. Yogyakarta: University Press, 1967
Ircisod, 2003.

Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa 113
JURNAL TEOLOGI, 12.01 (2023): 97 - 114

. The Ritual Process, Structure and


Antistructure. New York: Cornell University
Press, 1969

Whitehead, Alfred North. Mencari Tuhan


sepanjang Zaman: dari agama kesukuan ke
agama Universal. macmillan new york. 1926

Sumber dari internet


h t t p : / / e p r i n t s . u n y. a c . i d / 1 8 5 6 1 / 4 / B A B % 2 0
II%2010413244015.pdf. Di akses pada 17
November 2021 pkl 22.45 WITA.

Wawancara

Wawancara dengan R.K., 1 Desember 2021.

Wawancara dengan Tonaas R.T., 5 Desember


2021

Wawancara dengan J.W., 5 Desember 2021

114 Ruland Supit, Theofilus Welem: Penggunaan Kitab Suci Agama Kristen (Alkitab) dalam Ritual Pengobatan di Minahasa

You might also like