Contoh Soal Dan Jawabannya

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

Nama : Lisa Listiana

NIM : 232711080022
Mata Kuliah : B. Inggris
Dosen : Septiana Wandira, M. Pd

1. Describing Things, Feelings, People, and Places:


Describing involves providing details or characteristics about something or someone.
For example, when describing a place, you can mention its physical attributes, such
as the color, size, or shape. When describing a person, you can talk about their
appearance, personality traits, or emotions.

Here's an example:

"The beach is a picturesque location with golden sand, crystal-clear blue water, and
tall palm trees swaying in the gentle breeze. It is a serene and relaxing place, perfect
for unwinding and enjoying the sound of waves crashing against the shore."

1. Describing things:
- The car is sleek, shiny, and silver.
- The book is old, worn-out, and dog-eared.
- The house is spacious, modern, and well-furnished.

2. Describing feelings:
- I am ecstatic, overjoyed, and elated about the news.
- She is anxious, nervous, and worried about the upcoming exam.
- He is content, satisfied, and at peace with his life.

3. Describing people:
- She is tall, slim, and has curly hair.
- He is kind-hearted, generous, and always willing to help others.
- They are intelligent, creative, and hardworking individuals.

4. Describing places:
- The beach is serene, peaceful, and surrounded by palm trees.
- The city is bustling, vibrant, and filled with skyscrapers.
- The countryside is picturesque, tranquil, and dotted with green fields and farms.

Remember, when describing things, feelings, people, and places, it is important to


use vivid and specific adjectives to paint a clear picture for the reader or listener.

2. Expressing Likes and Dislikes:


Expressing likes and dislikes involves stating preferences for certain things or
activities. For example, when expressing likes, you can mention things you enjoy or
find appealing. When expressing dislikes, you can mention things you don't enjoy or
find unappealing.
Expressing likes and dislikes is a way to share your preferences and preferences
with others.

Likes and dislikes adalah suatu ekspresi atau reaksi yang digunakan ketika kita
menyukai atau tidak menyukai sesuatu. Expressing likes and dislikes ini dapat
dilakukan, baik secara lisan maupun tulisan. Ekspresi ini juga memiliki peran penting
dalam membangun hubungan sosial dan memperkuat komunikasi antar individu
karena biasanya akan melibatkan perasaan kita atau lawan bicara kita terhadap apa
yang disukai dan tidak.

Seperti dalam bahasa Indonesia, pola kalimat yang digunakan untuk


mengekspresikan kesukaan atau ketidaksukaan kita pada sesuatu dalam bahasa
inggris. Untuk menyampaikan ekspresi likes and dislikes, ada pola tertentu yang
harus kita ikuti. Akan tetapi, sebelum kita melihat pola kalimatnya, kita harus tahu
dahulu, kapan waktu yang tepat untuk kita menggunakan ungkapan ekspresi likes
and dislikes.

Untuk mengekspresikan likes and dislikes, ada beberapa pola kalimat yang bisa
digunakan. Untuk menggunakan ekspresi like, kita bisa menggunakan kata like, love,
enjoy, crazy, dan sejenisnya sebagai predikat dalam kalimatnya.

Sementara itu, untuk mengungkapkan dislike, kita bisa menggunakan kata don’t like,
hate, don’t enjoy, dan kata yang bermakna tidak menyukai sesuatu sebagai predikat.
Secara umum, kalimat yang menyatakan ekspresi likes and dislikes dibentuk dengan
pola sebagai berikut :

Pola pembentukan kalimat expressions of likes

Subject + lie/likes object (noun/verb-ing).

Subject + love/loves _ object (noun/verb-ing).

Subject + to be + crazy about + (noun/verb-ing).

Pola pembentukan kalimat expressions of dislikes

Subject + dislike/dislikes + object (noun/verb-ing).

Subject + don’t like/doesn’t like + object ( noun/verb-ing).

Subject + hate/hates + (noun/verb-ing).

Here is how you can describe your likes and dislikes:

Likes:
- I really enjoy spending time outdoors and exploring nature.
- I love reading books, especially mystery novels.
- I have a passion for cooking and trying out new recipes.
- I am a fan of watching movies, particularly action and adventure films.
- I enjoy listening to music, especially classical and jazz genres.

Dislikes:
- I am not a fan of crowded places, as they tend to make me feel overwhelmed.
- I dislike spicy food, as it doesn't agree with my taste buds.
- I'm not fond of horror movies, as they tend to give me nightmares.
- I don't enjoy doing household chores, like cleaning or doing laundry.
- I have a dislike for dishonesty and prefer honesty in all interactions.

Here's an example:

"I really enjoy spending time outdoors, especially hiking in the mountains and
exploring nature. It gives me a sense of peace and rejuvenation. On the other hand, I
strongly dislike crowded places as they make me feel overwhelmed and anxious."

Remember, expressing your likes and dislikes helps others to know you better and
can also lead to discovering common interests with others.

3. Offering and Requesting, Giving Opinions:


Offering and requesting involves making offers or asking for something, while giving
opinions involves expressing personal viewpoints. For example, when offering help,
you can say, "Can I assist you with anything?" When requesting something, you can
say, "Could you please pass me the salt?" When giving opinions, you can share your
thoughts on a particular topic or situation.

Offering and requesting:


- Offering: I can assist you with various tasks, answer questions, provide information,
and offer suggestions on different topics.
- Requesting: You can ask me to perform specific actions or tasks, seek my opinion
or advice, or request information or assistance on a particular topic.

Here's an example:
- Offering:
How may I assist you today? I can help you with research, provide
recommendations, or offer guidance on a particular topic.
Would you like me to help you with your project? I have experience in that area.

- Requesting:
Could you please find me the latest news about artificial intelligence?
Or, can you help me create a budget plan for my upcoming vacation?
I would appreciate it if you could lend me a hand with this task. It's quite challenging.

In terms of giving opinions, you can say,


In my opinion, the movie was fantastic. The storyline was captivating, and the
performances were outstanding.
From my point of view, it is better to invest in renewable energy sources for a
sustainable future.
4. Expressing Agreement and Disagreement:
Expressing agreement involves showing that you agree with someone's opinion or
statement, while expressing disagreement involves disagreeing with someone's
opinion or statement.

Expressing Agreement is an expression or attitude of agreement (verbal or


nonverbal) towards the actions of other people's opinions. On the other hand,
Expressing disagreement is an attitude of opposition to the actions or opinions of
other people regarding an individual or group.

Here's an example:

Agreement:
"I completely agree with your viewpoint on climate change. It's a critical issue that
requires immediate action from governments and individuals."

Disagreement:
"I respectfully disagree with your stance on the importance of video games. While
they can be entertaining, I believe they can also have negative effects on individuals,
such as addiction and reduced social interaction."

Contoh Percakapan Expressing Agreement and Disagreement


Agreement
Percakapan pertama
Budi : Tina, next week Andi and Emma are already on summer break, right?
Tina : Yes Budi, they will get a full month off.

Percakapan kedua
Budi : How about going to Palembang?
Tina : Tell me about it!

Disagreement
Percakapan pertama
Tomi : Harri, don’t you think we’ll get caught?
Harri : No. No one ever comes in here.

Percakapan kedua
Maria : How about the project?
Naya : It’s still ongoing
Maria : I think the progress in too slow
Naya : I don’t think so. Because to get the material is a bit difficult.
Nama : Lisa Listiana
NIM : 232711080022
Mata Kuliah : B. Indonesia
Dosen : Refliyanto, M. Pd. I

1. Kontribusi Balai Pustaka dalam pertumbuhan dan perkembangan Bahasa Indonesia


adalah sebagai berikut:
- Menerbitkan dan mendistribusikan buku-buku dalam bahasa Indonesia, sehingga
membantu penyebaran dan pemertahanan bahasa tersebut.
- Mengembangkan kamus-kamus dan buku tata bahasa yang menjadi acuan dalam
penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
- Menyelenggarakan pelatihan dan kursus Bahasa Indonesia bagi masyarakat
umum, khususnya bagi mereka yang ingin meningkatkan kemampuan berbahasa
Indonesia.
- Memiliki peran penting dalam penyebaran sastra dan karya-karya sastra dalam
Bahasa Indonesia, sehingga dapat memperkaya dan mempromosikan bahasa ini.

2. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) berfungsi untuk menciptakan keseragaman


dalam penulisan dalam bahasa Indonesia. Penggunaan EYD sangat penting dalam
kegiatan tulis menulis, terutama dalam konteks formal dan akademik. Berikut ini
beberapa kegunaannya dalam kegiatan menulis:

1. Meningkatkan Keterbacaan: Dengan menggunakan EYD, pembaca akan mudah


memahami apa yang penulis sampaikan. Misalnya, penggunaan tanda baca seperti
koma, titik, dan tanda tanya yang tepat akan mempengaruhi pemahaman pembaca
terhadap kalimat tersebut.

Contoh:
Tanpa EYD - "Dia tidak memakai celana panjang hari ini kan?"
Dengan EYD - "Dia tidak memakai celana panjang hari ini, bukan?"

2. Membantu dalam Penafsiran: EYD membantu pembaca untuk mengerti maksud


dan tujuan dari penulis. Misalnya, penulisan kata yang benar dan penggunaan kata
ganti dalam kalimat dapat menghindari ambiguitas.

Contoh:
Tanpa EYD - "Ibu bilang dia mau pergi."
Dengan EYD - "Ibu bilang, 'Dia mau pergi.'"

3. Menciptakan Keseragaman dan Kejelasan: Penggunaan EYD dapat menciptakan


keseragaman dalam penulisan, membuatnya lebih rapi dan jelas.
Contoh:
Tanpa EYD - "Siswa2 itu sedang belajar di perpus."
Dengan EYD - "Siswa-siswa itu sedang belajar di perpustakaan."

4. Menyumbar Ketelitian dan Akurasi: Dalam penulisan karya ilmiah, tesis, ataupun
dalam konteks akademik lainnya, penggunaan EYD sangat penting untuk
menunjukkan ketelitian dan akurasi.

Contoh:
Tanpa EYD - "hipotesis penelitian ini yaitu efek pemanasan global terhadap populasi
penguin di antartika."
Dengan EYD - "Hipotesis penelitian ini adalah efek pemanasan global terhadap
populasi penguin di Antartika."

Sehingga, dengan mengikuti Ejaan Yang Disempurnakan tersebut, penulisan Anda


akan lebih mudah dimengerti dan menunjukkan komitmen terhadap akurasi dan
kejelasan.

Serta, kegunaan EYD dalam tulis menulis yaitu :

- Menstandarkan penggunaan ejaan sehingga memudahkan pemahaman dan


komunikasi antara penulis dan pembaca.
- Menjaga konsistensi dan keseragaman ejaan dalam berbagai tulisan.

Contoh penggunaan EYD dalam kegiatan tulis menulis adalah sebagai berikut:
- Menggunakan huruf kapital di awal kalimat dan nama-nama orang, tempat, atau
benda.
- Menulis tanda baca dengan benar, seperti titik, koma, tanda tanya, dan tanda seru.
- Menggunakan tanda hubung (-) untuk penyusunan kata sambung.

3. Pola pikir yang mendeskripsikan tentang kedudukan bahasa Indonesia sebagai


bahasa nasional dan sebagai bahasa negara adalah sebagai berikut:
- Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mendapatkan pengakuan sebagai
bahasa resmi dan bahasa persatuan di seluruh wilayah Indonesia. Bahasa ini
digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pemerintahan,
media massa, dan komunikasi antarwarga negara.
- Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa, serta untuk memperkuat identitas nasional. Bahasa
ini digunakan dalam penyelenggaraan negara, seperti mengatur hukum,
mengeluarkan kebijakan, dan menyampaikan komunikasi resmi.

4. Kesalahan pemakaian diksi/pilihan kata dalam kalimat-kalimat tersebut adalah


sebagai berikut:

a. Tujuan daripada pertemuan ini adalah untuk memperkenalkan pejabat baru di


lingkungan unit kerja kita.
Perbaikan:
Kesalahan pemakaian diksi/pilihan kata dalam kalimat tersebut adalah penggunaan
kata "daripada" yang sebaiknya diganti dengan kata "dari".

Kalimat yang diperbaiki:

a. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk memperkenalkan pejabat baru di


lingkungan unit kerja kita.

b. Penulis mengelak dari penggunaan kata depan (preposisi) di depan kalimat dan di
depan subjek.
Perbaikan:
Kesalahan pemakaian diksi/pilihan kata dalam kalimat tersebut adalah penggunaan
kata “mengelak” sebaiknya diganti dengan “menghindari” dan penggunaan kata
"depan kalimat" dan "depan subjek". Sebaiknya diganti dengan penggunaan kata "di
awal kalimat" dan "sebelum subjek".

Kalimat yang diperbaiki:

b. Penulis menghindari penggunaan kata depan (preposisi) di awal kalimat dan


sebelum subjek.

c. Sampaikan salam saya dengan Dona.


Perbaikan:
Kesalahan pemakaian diksi adalah penggunaan dari kata “dengan” sebaiknya diganti
dengan kata “kepada”.

Kalimat yang diperbaiki :


Sampaikan salam saya kepada Dona.

d. Kita harus bekerja keras agar supaya dapat mencapai cita-cita.


Perbaikan:
Mungkin sebaiknya kata “supaya” itu dihilangkan dan langsung dilanjutkan dengan
kata berikutnya.

Kalimat yang diperbaiki :


Kita harus bekerja keras agar dapat mencapai cita-cita.

e. Logam itu terdiri atas beberapa jenis, misalnya emas, perak, timah, dan
sebagainya.
Perbaikan :
Kata “itu” sebaiknya dihilangkan, penggunaan kata “atas” sebaiknya diganti dengan
kata “dari” penggunaan kata “misalnya” sebaiknya diganti
dengan kata “yaitu”.

Kalimat yang diperbaiki :


Logam terdiri dari beberapa jenis, yaitu emas, perak dan sebagainya.

5. "Mahasiswa dan dosen bekerja sama membuat apotik hidup di kebun kampus.”
Paragraf deduktif yang dikembangkan dari kalimat di atas:
Mahasiswa dan dosen bekerja sama membuat apotik hidup di kebun kampus
dengan tujuan untuk menyediakan tanaman obat-obatan yang dapat digunakan oleh
mahasiswa dan dosen dalam kegiatan penelitian, pengobatan, dan peningkatan
kesehatan. Apotik hidup ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan
pengalaman bagi para mahasiswa dalam mengenal dan memanfaatkan tanaman
obat secara praktis. Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan dapat tercipta
keterlibatan aktif mahasiswa dan dosen dalam upaya menjaga keberlanjutan
lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kampus.

Nama : Lisa Listiana


NIM : 232711080022
Mata Kuliah : PKN
Dosen : Budi Hartono, M. Pd

1. Yang dimaksud dengan tatanan tersebut adalah sistem hukum yang ada di suatu
negara. Dalam sistem ini, hukum memiliki kekuasaan mutlak untuk mengatur
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hukum ditempatkan dalam posisi tertinggi
dalam melindungi seluruh lapisan masyarakat.
Tatanan yang dimaksud adalah sistem atau struktur yang mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dalam tatanan ini, hukum memiliki kekuasaan mutlak
untuk mengatur kehidupan masyarakat dan negara. Hal ini berarti hukum
ditempatkan pada posisi tertinggi dalam melindungi seluruh lapisan masyarakat.

Dalam konteks ini, hukum memiliki peran sebagai instrumen yang mengatur tingkah
laku dan hubungan antara individu-individu dalam masyarakat. Hukum juga menjadi
acuan untuk menegakkan keadilan, melindungi hak-hak asasi manusia, serta
menjaga ketertiban dan keamanan. Dengan kekuasaan mutlaknya, hukum memiliki
otoritas untuk memastikan bahwa setiap warga negara tunduk pada peraturan yang
berlaku dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Dalam sebuah tatanan di mana hukum memiliki kekuasaan mutlak, prinsip


supremasi hukum menjadi prinsip utama. Prinsip ini menegaskan bahwa tidak ada
individu atau kelompok yang berada di atas hukum. Semua orang, termasuk
pemerintah dan lembaga-lembaga negara, harus tunduk pada hukum dan
bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Prinsip ini juga menjamin bahwa hukum diterapkan secara adil dan setara bagi
semua warga negara tanpa kecuali. Selain itu, hukum yang berperan sebagai
penjaga kehidupan berbangsa dan bernegara juga melindungi hak-hak individu,
mengatur tata tertib sosial, serta memberikan batasan dan kewajiban kepada setiap
anggota masyarakat.

Dalam kesimpulannya, sebuah tatanan yang memposisikan hukum dalam


kekuasaan mutlak bertujuan untuk menjaga ketertiban, keadilan, dan keamanan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hukum memiliki peran sentral dalam
melindungi seluruh lapisan masyarakat dan memastikan bahwa setiap orang tunduk
pada peraturan yang berlaku.

2. Menurut pandangan saya, pernyataan bahwa bangsa Indonesia adalah kausa


materialis dari Pancasila adalah pernyataan yang menarik untuk dibahas.

Pertama-tama, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan "kausa


materialis". Secara umum, materialisme adalah pandangan filosofis yang
memandang bahwa materi atau dunia fisik adalah yang paling mendasar dalam
eksistensi dan mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia.

Dalam konteks Pancasila, yang merupakan dasar negara Indonesia, terdapat lima
sila yang menjadi landasan ideologi nasional. Sila-sila tersebut adalah Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Dalam Pancasila, tidak secara eksplisit disebutkan apakah bangsa Indonesia adalah
kausa materialis atau idealis. Pancasila mengandung nilai-nilai spiritual dan moral,
seperti Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang
menunjukkan adanya aspek non-material dalam ideologi tersebut.

Namun, sebagai sebuah negara dengan keanekaragaman budaya dan agama,


Indonesia juga dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam
yang melimpah. Sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, seperti
minyak, gas, dan tambang, memberikan aspek material yang penting dalam
perkembangan ekonomi dan pembangunan negara.

Dalam konteks ini, kita dapat berpendapat bahwa bangsa Indonesia memiliki
kecenderungan untuk mementingkan aspek material dalam kehidupan sehari-hari,
seperti perekonomian dan pembangunan. Namun, tidak dapat disimpulkan dengan
pasti bahwa bangsa Indonesia secara keseluruhan adalah kausa materialis dari
Pancasila, karena Pancasila tidak secara eksplisit menggambarkan bangsa
Indonesia dalam konteks tersebut.
Penting untuk diingat bahwa pandangan ini adalah sudut pandang pribadi saya
sebagai asisten dan bukan merupakan pandangan yang universal atau resmi.
Pandangan mengenai kausa materialis dari Pancasila dapat bervariasi tergantung
pada individu dan interpretasi masing-masing.

3. Sistem demokrasi di Indonesia didasarkan pada UUD 1945. Indonesia adalah


negara demokrasi yang mengadopsi sistem demokrasi pancasila. Sistem ini
menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi seperti pemilihan umum, kebebasan
berorganisasi, kebebasan berekspresi, dan prinsip keadilan sosial.

Sistem demokrasi di Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi yang


tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Indonesia adalah sebuah negara demokrasi yang menganut sistem politik demokrasi
pancasila. Berikut adalah beberapa aspek yang menjelaskan sistem demokrasi di
Indonesia:

1) Pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat: Sistem demokrasi di


Indonesia menempatkan rakyat sebagai sumber kekuasaan tertinggi.
Kedaulatan rakyat diwujudkan melalui pemilihan umum yang dilakukan
secara langsung, bebas, dan rahasia untuk memilih wakil-wakil rakyat di
lembaga legislatif dan kepala negara di lembaga eksekutif.

2) Pemisahan kekuasaan: Indonesia menerapkan prinsip pemisahan kekuasaan


antara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Lembaga legislatif diwakili
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang bertugas membuat
undang-undang. Lembaga eksekutif dikepalai oleh presiden yang dipilih oleh
rakyat dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan negara. Lembaga
yudikatif bertugas menegakkan hukum dan keadilan.

3) Kebebasan berpendapat dan berserikat: Sistem demokrasi di Indonesia


menjamin kebebasan berpendapat, berserikat, dan berekspresi bagi seluruh
warga negara. Warga negara memiliki hak untuk menyampaikan pendapat,
mengkritik pemerintah, dan berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan.

4) Pluralisme politik: Indonesia mengakui dan menghormati keberagaman politik,


suku, agama, dan budaya. Partai politik memiliki kebebasan untuk
berpartisipasi dalam proses politik, membentuk koalisi, dan bersaing secara
adil dalam pemilihan umum. Prinsip ini juga tercermin dalam konstitusi
Indonesia yang mengakui dan melindungi hak asasi manusia serta
kebebasan beragama.
5) Pengawasan publik: Sistem demokrasi di Indonesia mendorong partisipasi
aktif masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah. Masyarakat
memiliki hak untuk memantau dan mengkritik kinerja pemerintah, serta
melibatkan diri dalam proses pengambilan keputusan melalui berbagai
mekanisme partisipasi seperti pengajuan petisi, demonstrasi damai, dan
dialog dengan pemerintah.

Namun, penting untuk diingat bahwa sistem demokrasi di Indonesia juga


menghadapi tantangan dan perlu terus diperbaiki agar dapat berfungsi dengan lebih
baik. Dalam prakteknya, penerapan sistem demokrasi harus memastikan partisipasi
yang lebih luas, transparansi, akuntabilitas, dan perlindungan terhadap hak asasi
manusia.

4. Sebagai negara Kesatuan dengan sistem demokrasi, di Indonesia, terdapat


beberapa bentuk demokrasi yang diterapkan. Berikut adalah beberapa bentuk
demokrasi yang ada di Indonesia :

A. Demokrasi Representatif: Indonesia menerapkan sistem demokrasi


representatif dimana warga negara memilih wakil-wakil mereka untuk duduk
di lembaga legislatif, seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Wakil-wakil ini bertugas mengambil keputusan dan
membuat undang-undang atas nama rakyat.

B. Demokrasi Partisipatif: Selain demokrasi representatif, Indonesia juga


mendorong partisipasi aktif warga negara dalam proses pengambilan
keputusan. Partisipasi publik dapat dilakukan melalui mekanisme seperti
musyawarah desa, musyawarah kerja, dan mekanisme partisipasi lainnya
yang melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

C. Demokrasi Pancasila: Indonesia menerapkan demokrasi pancasila yang


didasarkan pada nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara. Prinsip-prinsip
Pancasila, seperti keadilan sosial, musyawarah untuk mufakat, gotong
royong, dan kebersamaan, menjadi landasan dalam sistem politik dan
pengambilan keputusan di Indonesia.

D. Demokrasi Lokal: Indonesia juga menerapkan demokrasi lokal di tingkat


daerah. Setiap daerah di Indonesia memiliki otonomi dalam mengatur dan
mengelola urusan pemerintahan daerah sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik lokal. Pemilihan kepala daerah dan dewan legislatif juga
dilakukan secara langsung oleh warga negara setempat.
E. Demokrasi Elektronik: Seiring dengan perkembangan teknologi, Indonesia
juga mengadopsi demokrasi elektronik sebagai upaya untuk meningkatkan
partisipasi publik dan efisiensi pemilihan umum. Pemilihan umum elektronik
(e-voting) dan partisipasi publik melalui platform online telah diperkenalkan
untuk memfasilitasi partisipasi warga negara dalam proses demokrasi.

Demokrasi di Indonesia terus mengalami perkembangan dan penyempurnaan untuk


memastikan partisipasi yang lebih luas, transparansi, akuntabilitas, dan perlindungan
terhadap hak asasi manusia.

5. Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki peran dan fungsi penting dalam sistem kehakiman
Indonesia. Berikut adalah beberapa peran dan fungsi Mahkamah Konstitusi (MK) di
Indonesia:
● Penjaga Konstitusi: Salah satu peran utama MK adalah menjaga konstitusi, yaitu
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. MK bertugas
memastikan bahwa semua peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia
sejalan dengan konstitusi dan tidak bertentangan dengan hak-hak konstitusional
warga negara.

● Pengadilan Konstitusi: MK berperan sebagai pengadilan konstitusi yang memiliki


kewenangan mengadili sengketa yang berkaitan dengan konstitusi. MK menerima
dan memeriksa berbagai jenis sengketa konstitusi, termasuk sengketa pemilihan
umum, sengketa hasil pemilihan umum, sengketa partai politik, dan sengketa antar
lembaga negara.

● Pengujian UU: MK memiliki wewenang untuk menguji undang-undang terhadap


konstitusi. Jika ada undang-undang yang dianggap bertentangan dengan ketentuan
konstitusi, MK dapat membatalkan undang-undang tersebut. Pengujian UU ini
bertujuan untuk memastikan bahwa semua peraturan perundang-undangan di
Indonesia sesuai dengan konstitusi.

● Perlindungan Hak Asasi Manusia: MK memiliki peran penting dalam melindungi hak
asasi manusia. MK dapat menerima pengujian undang-undang terkait dengan
pelanggaran hak asasi manusia dan memastikan perlindungan hak-hak tersebut
sesuai dengan konstitusi.

● Penyelesaian Sengketa Pemilu: MK juga berperan sebagai lembaga penyelesaian


sengketa pemilihan umum. MK menerima dan memeriksa sengketa terkait hasil
pemilihan umum, termasuk pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislatif.
Putusan MK dalam sengketa pemilu bersifat final dan mengikat.

● Penegakan Konstitusi: MK memiliki kewenangan untuk menegakkan


putusan-putusannya. MK dapat memberikan sanksi atau tindakan lainnya terhadap
pihak yang melanggar putusan MK. Hal ini penting untuk menjaga kekuasaan dan
otoritas MK dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga kehakiman.
Peran dan fungsi MK di Indonesia sangat penting untuk menjaga keberlanjutan demokrasi,
melindungi hak-hak konstitusional warga negara, dan memastikan konsistensi peraturan
perundang-undangan dengan konstitusi.

Nama : Lisa Listiana


NIM : 232711080022
Mata Kuliah : Ulumul Qur’ an
Dosen : Yusnida Wati Hasibuan, M. Pd

1. Ulumul Quran adalah ilmu yang mempelajari tentang Al-Quran secara


keseluruhan, termasuk di dalamnya adalah cabang-cabang pembahasannya.
Cabang-cabang pembahasan dalam ulumul Quran antara lain adalah:

● Ilmu Tafsir: Mempelajari tentang penafsiran Al-Quran.


● Ilmu I'jaz al-Quran: Mempelajari tentang mukjizat-mukjizat Al-Quran.
● Ilmu Dirayah: Mempelajari tentang kritik dan penelitian terhadap Al-Quran.
● Ilmu Ushul al-Tafsir: Mempelajari tentang metodologi penafsiran Al-Quran.
● Ilmu Mawathin al-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan tempat-tempat,
musim, awal dan akhir turunnya ayat.
● Ilmu Tawarikh al-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan dan menjelaskan masa
dan urutan turunnya ayat, satu demi satu dari yang awal hingga yang turun.
● Ilmu Asbab al-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan sebab turunnya ayat.
● Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang menerangkan ragam qira’at ( pembacaan
al-qur’an ) yang telah diterima Rasulullah SAW. Apabila dikumpulkan, qira’at
ini terdiri atas 10 macam qira’at yang shahih dan beberapa macam pula yang
tidak shahih.
● Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang menerangkan cara membaca al-qur’an, tempat
memulai, atau tempat berhenti ( waqaf ).
● Ilmu Gharib al-Qur’an, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-kata ganjil
yang tidak konvensional, atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari.
Ilmu ini menerangkan kata-kata yang halus.
● Ilmu Nasikh wa al – Mansukh, yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang
menghapus dan dianggap dihapus oleh sebagian mufassir.

2. Sebelum Rasulullah menerima wahyu pertama, beliau merasakan kegelisahan


dan kebingungan. Beliau pergi ke Gua Hira untuk beribadah dan merenung, dan
itulah tempat dimana wahyu pertama turun kepada beliau. Proses wahyu pertama itu
turun adalah melalui perantaraan Malaikat Jibril. Wahyu pertama kali turun kepada
Rasulullah dalam bentuk mimpi yang benar tatkala tidur. Dan tidaklah Rasulullah
bermimpi kecuali mimpi tersebut datang seperti cahaya subuh sangat jelas.
Kemudian, Nabi dijadikan Allah menyukai berkhalwat. Beliau pergi ke Gua Hira dan
beribadah di sana beberapa malam sebelum kembali ke istrinya (Khadijah). Ia
membawa bekal untuk berkhalwat, kemudian beliau kembali lagi ke Khadijah, lalu
menyiapkan bekal seperti itu lagi. Sampai datangnya Malaikat Jibril dan beliau
berada di dalam Gua Hira. Maka malaikat datang kepada beliau dan berujar bacalah
berkata kepadanya; Saya tidak bisa membaca Lalu dia mendekapku dan
menutupiku hingga aku kepayahan. Kemudian melepasku dan berkata Bacalah aku
menjawab Saya tidak bisa membaca Ia mendekapku lagi dan menutupiku untuk
kedua kalinya hingga aku kepayahan, kemudian melepasku lagi seraya
mengatakan:
Bacalah saya menjawab Saya tidak bisa membaca.
Maka ia mendekapku dan menutupiku untuk kali ketiganya hingga aku kepayahan,
kemudian melepasku lagi dan mengatakan;
'IQRO' BISMI ROBBIKAL LADZII KHOLAQO
(Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan)
sampai ayat 'ALLAMAL INSAANA MAA LAM YA'LAM
(Dia mengajarkan manusia apa yang tidak manusia ketahui) (HR. Bukhari).
Ayat-ayat Al-Quran diturunkan secara bertahap selama kurang lebih 22 tahun 2
bulan dan 22 hari atau 23 tahun.

3. Pada periode perkembangan penulisan Al-Quran, yang melatarbelakangi


penyusunan ayat-ayat Al-Quran menjadi sebuah kitab adalah adanya kebutuhan
untuk mengumpulkan dan menyusun ayat-ayat yang telah diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW agar tidak terjadi kehilangan atau penyelewengan dalam
memahami ajaran-ajaran Al-Quran. Proses tahapan penyusunan Al-Quran dilakukan
oleh para sahabat Nabi di masa kepemimpinan Abu Bakar As-Siddiq dan dilanjutkan
oleh Umar bin Khattab.

Proses penulisan dan pengumpulan ayat-ayat Al-Qur'an menjadi sebuah kitab berlangsung
dalam beberapa tahap, dan terjadi dalam kurun waktu yang panjang. Ada beberapa motivasi
dan faktor bersejarah penting yang melatarbelakangi proses tersebut. Berikut adalah
beberapa tahapannya:

1. Wahyu Pertama dan Penulisan: Ayat-ayat Al-Qur'an pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad pada awal abad ke-7 M. Saat itu, bagian-bagian dari wahyu dicatat oleh para
penulis yang dipercaya, dikenal sebagai 'Kuttāb al-Waḥy'. Mereka menulis wahyu pada
berbagai material seperti kulit binatang, batu datar, tulang, dan lembaran-lembaran papyrus.

2. Tahap Pengumpulan Awal: Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Khalifah Abu Bakr,
berdasarkan saran dari Umar bin Khattab, memerintahkan pengumpulan ayat-ayat Qur'an
yang telah ditulis dalam berbagai bahan menjadi satu manuskrip. Tugas ini dipercayakan
kepada Zaid bin Tsabit.

3. Penyusunan dan Standardisasi oleh Utsman bin Affan: Selama masa pemerintahan
Khalifah Utsman bin Affan, memperhatikan banyaknya variasi bacaan Al-Quran dari
berbagai daerah, maka beliau memutuskan untuk mengstandarisasi dan menyusun
Al-Quran menjadi satu versi yang diterima secara universal. Maka, untuk pertama kalinya,
Al-Quran disusun dan dicetak dalam bentuk kitab seperti yang kita kenal sekarang.

Latar belakang penyusunan Al-Quran untuk pertama kalinya menjadi satu kitab adalah untuk
meyakinkan bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad tetap terjaga
keutuhannya, akurat, dan bebas dari segala bentuk penafsiran yang salah. Selain itu, hal ini
juga bertujuan untuk memudahkan penyebaran dan pengajaran ayat-ayat suci tersebut
kepada umat Muslim yang semakin berkembang, dan untuk menjaga persatuan umat. Hal
ini meningkatkan pemahaman umat tentang ajaran Islam, serta memastikan bahwa setiap
Muslim memiliki akses yang sama terhadap wahyu Allah.

4. Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Quran. Sebagai


contoh, beberapa ayat Al-Quran diturunkan sebagai jawaban atas pertanyaan atau
situasi yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW dan umatnya.

"Asbabun Nuzul" adalah istilah dalam bahasa Arab yang berarti 'alasan turunnya'.
Dalam konteks Al-Quran, istilah ini merujuk kepada sebab atau keadaan khusus
yang mendorong turunnya ayat-ayat tertentu.

Biasanya, Asbabun Nuzul berkaitan dengan peristiwa, pertanyaan, atau situasi yang
memicu Allah menurunkan petunjuk, hukum, atau jawaban melalui wahyu. Peristiwa
ini bisa mencakup konfrontasi militer, pertanyaan yang diajukan oleh sahabat Nabi
Muhammad, perubahan sosial, atau persoalan etika individu dan komunitas.

Kegunaan Asbabun Nuzul dalam mempelajari dan memahami Al-Quran sangat


penting, di antaranya:

1. Memperjelas konteks dan latar belakang ayat: Dengan mengetahui sebab


turunnya ayat, pembaca dapat memahami dengan lebih baik konteks historis, sosial,
dan budaya dalam ayat tersebut.

2. Memfasilitasi pemahaman dan interpretasi yang lebih akurat: Sebab-sebab


turunnya ayat dapat membantu kita menghindari salah pengertian dan dapat
memberikan interpretasi yang lebih mendalam tentang pesan dan makna ayat.

3. Mengaitkan hukum dan prinsip Al-Quran dengan penerapannya dalam kehidupan


nyata. Dengan mengetahui situasi atau peristiwa yang memicu turunnya ayat, kita
dapat memahami bagaimana hukum dan panduan tersebut diterapkan dalam situasi
serupa di kehidupan nyata.

Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun Asbabun Nuzul dapat membantu
memahami konteks lebih dalam, namun tidak semua ayat memiliki asbabun nuzul
yang diketahui atau direkam. Dalam sejumlah kasus, ayat-ayat diturunkan untuk
memberikan panduan yang bersifat umum dan tidak terbatas pada situasi tertentu.

Nama : Lisa Listiana


NIM : 232711080022
Mata Kuliah : Bahasa Arab
Dosen : Muhammad Tri, M. Pd

1. a. Pengertian Isim
Isim secara bahasa artinya kata yang menunjukkan yang dinamai.
Isim menurut istilah ahli nahwu adalah kata yang menunjukkan suatu makna
pada dirinya dan tidak diasosiasikan dengan waktu apapun, contohnya ‫ َّد َمح ٌُم‬.
Lebih luas lagi, dalam buku Alquran Terjemahan Per Kata An-Nur disebutkan
bahwa, “Isim adalah kata yang merujuk pada kata yang dibendakan, nama
diri, bilangan, kata orang, atau hewan.”

b. Pengertian Fi’il
Fi'il (bahasa Arab: ‫ )فعل‬merupakan salah satu jenis kata yang
mengandung morfem rangkap dalam bahasa Arab atau Al Quran. Letak fi'il
dalam kalimat dapat menentukan jenis kalimat itu sendiri. Apabila diletakkan
di awal kalimat atau mendahului isim, kalimat itu dinamakan kalimat verbal
(jumlah fi'liyah).
Kalimat Fi'il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau
peristiwa yang terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau,
sekarang dan yang akan datang).

c. Pengertian Harf
‫ ِإلَى – َو – فِي‬:ُ‫ ِم ْثل‬،‫ت‬ ْ َ‫ْال َحرْ فُ َكلِ َمةٌ ي‬
ِ ‫ظهَ ُر َم ْعنَاهَا َم َع َغي ِْرهَا ِمنَ ْال َكلِ َما‬

Huruf adalah kata yang tidak jelas artinya kecuali dengan kata-kata yang lain.
Contoh huruf : ‫َو – فِي – ِإلَى – ك – ل – ِم ْن – ع َْن – َعلَى – رُبَّ – ب‬

2. Pengertian I'rab
I'rab (‫ )إﻋﺮﺍﺏ‬adalah aspek tata bahasa Arab yang mengatur perubahan
bunyi kata (biasanya bunyi vokal terakhir), akibat perubahan kasus atau
fungsi kata tersebut dalam kalimat. I'rab berlaku dalam dua kategori kata yaitu
isim (kata benda) maupun fi'il (kata kerja).

3. Tanda Isim dan Fi’il


Tanda isim, berikut tanda-tanda isim ialah :
● Bertanda baca (harakat) tanwin, yakni fathatain/tanwin fathah ( ً- ),
kasratain/tanwin kasrah ( ٍ- ), dan dhammatain/tanwin dhammah ( ٌ- ) di
ujung hurufnya.
● Memakai alif-lam (‫)ال‬
● Didahului kata depan (harf jar)
● Didahului salah satu huruf sumpah (harf qasam)

Tanda Fi’il
Terdapat empat tanda Fi’il, yaitu:

1. Didahului oleh huruf ‫( َق ْد‬Sungguh / Terkadang)


Semua lafadz yang didahului huruf ‫ َق ْد‬adalah fi’il. Jika ‫ َق ْد‬bertemu
dengan fi’il madhi,maka artinya ‘sungguh’, namun jika bertemu
fi’il mudhari, maka artinya ‘terkadang’.
Contoh:
ُ‫صالَه‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ‫ َق ْد َقا َم‬maka lafadz ‫ت‬ ِ ‫ قا َم‬adalah fi’il
ْ ‫َأ‬
‫ َق ْد ْف َل َح المُْؤ ِم ُن ْو َن‬maka lafadz ‫ اَ ْف َل َح‬merupakan fi’il
2. Didahului oleh huruf ‫س‬ َ (Akan)
Seluruh kata yang didahului huruf ‫ س‬adalah fi’il.
Contoh:
‫( َكاَّل َس َيعْ َلم ُْو َن‬An-Naba: 4), maka kata ‫ َيعْ َلم ُْو َن‬merupakan fi’il
‫اس‬ِ ‫( َس َيقُ ْو ُل ال ُّس َف َهآ ُء مِنْ ال َّن‬Al-Baqarah: 142), maka kata ‫ َيقُ ْو ُل‬merupakan
fi’il.
3. Didahului oleh huruf ‫ف‬ َ ‫ َس ْو‬artinya sama dengan ‫س‬, yaitu akan
Contoh:
‫ف َتعْ َلم ُْو َن‬ َ ‫ َكاَّل َس ْو‬, maka kata ‫ َنعْ َلم ُْو َن‬merupakan fi’il
4. Diakhiri oleh huruf ‫ت‬ ْ ta’nits yang berharakat sukun
Contoh:
ُ‫صاَل ه‬ ّ ‫ت ال‬ ْ ‫ َق ْد َقا َم‬, maka kata ‫امت‬ ْ ‫ َق‬merupakan fi’il

You might also like