Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 128

PERBEDAAN KENAIKAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU DENGAN

ANEMIA YANG MENGKONSUMSI TABLET FE DAN JUS JAMBU


BIJI MERAH DENGAN IBU HAMIL ANEMIA YANG
MENGKONSUMSI TABLET FE DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS NILAM SARI
BUKITTINGGI TAHUN 2016

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Terapan Kebidanan

Oleh:

ADINDA AMELIA AZHAR


NIM: 1515301123

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


STIKES FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2016
Fort De Kock Bukittinggi Health Sciences College
Study Diploma IV Midwefery Programe
Final Researchduty, September 2016

Adinda Amelia Azhar


1515301123

The difference in the increase in levels of Haemoglobin in pregnant women with


Anemia who consume Tablets Fe and Red Guava Juice with Anaemia of
pregnant women who consume Fe Tablets in the working area Puskesmas Nilam
Sari Bukittinggi 2016.

x+ VII chapter +101 pages+10 pictures+9 table+13attachments

ABSTRACT

In January – February 2016 recorded 77 expectant mothers at work – area


Puskesmas Nilam Sari and 30 people including the mother experiencing anemia in
pregnancy. This research ims to know the difference in the increase in levels of
haemoglobin inpregnant women with anemia who consume tablets Fe and guava
juice red and anaemia of pregnant women who consume Fe tablets in the working
area Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi 2016.
This type of research is quasi experiment with non equivalent control group.
The population in this study are all the pregnant women in areas of work namely
Cider as much Puskesmas Nilam Sari 77 people. Sampling using a purposive
sampling technique so obtained samples as many as 20 people. Using data collection
sheets with hemoglobin levels of observation data analysis include analysis of
univariate analysis and bivariat use the t-test for independent tests with significance
level α = 0.05.
The results showed that the average ncrease in rates of maternal hemoglobin
in experimental group was 2.29 mmHg (p = 0.000) and an average hemoglobin of
mothers in the control group was 1.43 mmHg (p = 0.000). There is a difference the
average rate of increase in hemoglobin of pregnant women with anaemia among the
Group and the control group's experiments with different average rates of increase
which 0.86 mmHg (p = 0.015) hemoglobin in experimental group better than the
control group.
It can be concluded that the granting of Fe tablet and Red guava juice more
effectively to increased levels of hemoglobin of pregnant women with anaemia. For it
is expected to pregnant women with anaemia in particular to be able to always
discipline in consuming tablets Fe as well as the mother can also combine it with
guava juice red, which proved effective in increasing levels of hemoglobin, so the
incidence of anaemia in pregnant women can be resolved soon.

Key words : Fe, Guava Red, Hemoglobin, Anemia, Pregnant Women


Bibliography : 27 (1998-2014)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Fort De Kock Bukittinggi
Program Studi DIV Kebidanan
Laporan Tugas Akhir, September 2016

Adinda Amelia Azhar


1515301123

Perbedaan Kenaikan Kadar Hemoglobin pada ibu hamil dengan Anemia yang
Mengkonsumsi Tablet Fe dan Jus Jambu Biji Merah dengan Ibu Hamil Anemia
yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari
Bukittinggi Tahun 2016.

x + VII Bab + 101 Halaman + 10 gambar + 9 Tabel + 13 Lampiran

ABSTRAK

Pada bulan Januari – Februari 2016 tercatat 77 ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Nilam Sari dan 30 orang diantaranya adalah ibu yang mengalami anemia
pada kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kenaikan kadar
hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia yang mengkonsumsi tablet Fe dan jus
jambu biji merah dan ibu hamil anemia yang mengkonsumsi tablet Fe di wilayah
kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi tahun 2016.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan non-equivalent
control group. populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Nilam Sari yaitu sebanyak 77 orang. Pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 20 orang.
Pengumpulan data menggunakan lembar observasi kadar hemoglobin dengan analisis
data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji t-independen
test dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kenaikan kadar hemoglobin ibu
pada kelompok eksperimen adalah 2,29 mmHg (p = 0,000) dan rata-rata hemoglobin
ibu pada kelompok kontrol adalah 1,43 mmHg (p = 0,000). Terdapat perbedaan rata-
rata kenaikan kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan beda rata-rata 0,86 mmHg (p = 0.015)
dimana kenaikan kadar hemoglobin pada kelompok eksperimen lebih baik
dibandingkan kelompok kontrol.
Disimpulkan bahwa pemberian tablet Fe dan jus jambu biji merah lebih
efektif terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia. Untuk itu
diharapkan kepada kepada ibu hamil khususnya dengan anemia untuk dapat selalu
disiplin dalam mengkonsumsi tablet Fe serta ibu juga dapat mengkombinasikannya
dengan jus jambu biji merah, yang terbukti efektif dalam meningkatkan kadar
hemoglobin, agar kejadian anemia pada ibu hamil dapat segera teratasi.

Kata Kunci: Tablet Fe, Jambu Biji Merah, Hemoglobin, Anemia, Ibu Hamil
Daftar Bacaan: 27 (1998-2014)
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang
telah di limpahkan-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas
Akhirini dengan baik. Adapun judul Laporan Tugas Akhirini adalah “Perbedaan
Kenaikan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil dengan Anemia yang
Mengkonsumsi Tablet Fe dan Jus Jambu Biji Merah dengan Ibu Hamil yang
Mengkonsumsi Tablet Fedi Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi
Tahun 2016”.

Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhirini, penulis merasakan betapa


besarnya manfaat bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak terutama yang
memberikan masukan-masukan dan data-data sehingga dapat dijadikan suatu
pedoman dan landasan bagi penulis dalam menggali pada saat penelitian berlangsung.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, Ns. M. Kes selaku ketua STIKes Fort De Kock
Bukittinggi.
2. Bapak Zainal Abidin, MM selaku pembimbing I yang selaku memberikan
bimbingan, petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini.
3. Ibu Nurhayati, S.ST, M. Biomed selaku pembimbing II yang selaku
memberikan bimbingan, petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan
Laporan Tugas Akhirini.
4. Ibu Oktavianis, S.ST, M. Biomed selaku penguji I yang selaku memberikan
bimbingan, petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini.
5. Ibu Adriani,S.kp, M. Kes selaku penguji II yang selaku memberikan
bimbingan, petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini.
i
6. Bapak Ayani, SKM selaku kepala Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi, yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
7. Seluruh Civitas STIKes Fort De Kock Bukitinggi yang telah memberikan
banyak ilmu dan masukan serta arahan selama proses pendidikan.
8. Orang tua dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan
dalam menyelesaikan penulisan proposal ini.

Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan karunia-Nya kepada


semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis, amin
Ya rabbalalamin. Disamping itu harapan penulis semoga Laporan Tugas Akhir ini
bermanfaat dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna kesempurnaan Laporan Tugas Akhirini.

Bukittinggi, September 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
ABSTRACK.................................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 7

BAB II KERANGKA KONSEP


A. Kehamilan.................................................................................. 9
1. Konsep DasarKehamilan ..................................................... 9
2. Proses Kehamilan ................................................................ 10
3. DiagnosisKehamilan ............................................................ 13
4. Perubahan Fisiologis dan Pisikologi Masa Kehamilan ....... 16
5. Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan ............................. 19
6. Kebutuhan Ibu Hamil .......................................................... 21
7. Tujuan Asuhan Kehamilan .................................................. 24
8. Kunjungan Antenatal ........................................................... 25
9. Proses Pencapaian Peran Ibu ............................................... 26
10. Standar Pelayanan Antenatal ............................................... 27
B. Perubahan Hematologi Dalam Kehamilan ................................ 29
1. Volume Darah ...................................................................... 30
2. Konsentrasi Hemoglobin dan Hematokrit ........................... 31
3. Metabolisme Besi ................................................................ 31
4. Fungsi Leukosit dan Sistim Imunologi ................................ 32
5. Kehilangan Darah ................................................................ 32
6. Hemoglobin ......................................................................... 33
C. Anemia Ibu Hamil .................................................................... 40
1. Anemia ................................................................................. 40
2. Anemia Gizi Besi ................................................................. 41
3. Etiologi................................................................................. 42
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Ibu Hamil . 43

iii
5. Klasifikasi Anemia Ibu Hamil ............................................. 46
6. Patofisiologi Anemia Ibu Hamil .......................................... 47
7. Tanda Dan Gejala Anemia Defisiensi Besi ......................... 48
8. Dampak Anemia Terhadap Kehamilan................................ 49
9. Derajat Anemia Pada Ibu Hamil .......................................... 50
10. Pencegahan Anemia Ibu Hamil .......................................... 50
D. Penggunaan Bahan Alternatif Untuk Penatalaksanaan Anemia
Pada Ibu Hamil ......................................................................... 52
1. Zat Besi Alamiah ................................................................. 52
2. Suplemen Tablet Zat Besi .................................................... 54
3. Zat Gizi Yang Berperan Dalam Penyerapan Zat Besi ......... 56

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep ...................................................................... 73
B. Definisi Operasional .................................................................. 74
C. Hipotesis Akhir .......................................................................... 75

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian............................... 76
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 77
C. Populasi dan Sampel penelitian ................................................ 77
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 78
E. Alat dan Prosedur penelitian .................................................... 79
F. Teknik Pengolahan Data........................................................... 82
G. Analisis Data ............................................................................ 83

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Analisis Univariat ..................................................................... 86
B. Analisis Bivariat ....................................................................... 88

BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat ..................................................................... 91
B. Analisa Bivariat ........................................................................ 97

BAB VII PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................... 100
B. Saran ......................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Batas Kadar Hemoglobin .............................................................................. 34

3.1Definisi Operasional....................................................................................... 74

5.1 Rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia sebelum pemberian tablet

Fe dan jus jambu biji merah ......................................................................... 86

5.2 Rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia sesudah pemberian tablet

Fe dan jus jambu biji merah ......................................................................... 87

5.3 Analisis rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia sebelum

pemberian tablet Fe ...................................................................................... 87

5.4 Analisis rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia sesudah pemberian

tablet Fe ........................................................................................................ 87

5.5 Perbedaan rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia sebelum dan

sesudah diberikan tablet Fe dan jus jambu biji merah ................................. 89

5.6 Perbedaan rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia sebelum dan

sesudah diberikan tablet Fe .......................................................................... 89

5.5 Perbedaan rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia yang

mengkonsumsi tablet Fe dan jus jambu biji merah dengan yang mengkonsumsi

tablet Fe ....................................................................................................... 90
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Gambar 2.1 ......................................................................................................... 63

Gambar 2.2 ......................................................................................................... 64

Gambar 2.3 ......................................................................................................... 65

Gambar 2.4 .......................................................................................................... 65

Gambar 2.5 ......................................................................................................... 66

Gambar 2.6 ......................................................................................................... 67

Gambar 2.7 ......................................................................................................... 68

Gambar 2.8 ......................................................................................................... 68

Gambar 2.9 ......................................................................................................... 69

Gambar 2.10 ....................................................................................................... 69

v
DAFTAR SKEMA

Nomor Skema

2.1 KerangkaTeori.............................................................................................. 72

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 73

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. Permohonan Menjadi Responden

2. Format Persetujuan

3. Prosedur Penelitian

4. Lembar Observasi PenelitianKelompokEksperimen

5. Lembar Observasi KelompokKontol

6. Master Tabel

7. Hasil Pengolahan Data

8. Lembar Konsultasi

9. Surat Izin Pengambilan Data Dari Stikes For De Kock

10. Surat Izin Pengambilan Data Dari KESBANGPOL

11. Surat Mohon Izin Penelitian Dari Stikes For De Cock

12. Surat Rekomendasi Penelitian Dari KESBANGPOL

13. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari Puskesmas Nilam Sari

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjaga kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak

karena calon ibu dan bayi yang dikandungnya membutuhkan gizi yang cukup

banyak. Kekurangan gizi pada ibu dan janin dapat mengakibatkan masalah yang

serius. Resiko komplikasi pada ibu antara lain anemia, perdarahan, berat badan

abnormal, terkena penyakit infeksi. Risiko ini bila dibiarkan secara terus-

menerus dapat berujung pada kematian (Depkes RI, 2010).

Anemia pada kehamilan adalah kadar hemoglobin dalam darah <11g/dL

pada trimester pertama dan ketiga, dan <10,5 g/dL pada trimester kedua (Leveno,

2009). Secara fisiologis peredaran darah ibu pada saat hamil akan mengalami

perubahan yaitu peningkatan volume darah dimana jumlah serum darah lebih

besar dari pada pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah

(hemodilusi) yang dimulai pada usia kehamilan 16 minggu dan puncaknya pada

usia kehamilan 32-36 minggu (Hidayati, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO) (2012),prevalensi anemia pada

ibu hamil mencapai 41,8% di dunia, dan Asia menduduki peringkat kedua di

dunia setelah Afrika dengan persentase prevalensi penderita anemia dalam

kehamilan 48,2%. Menurut penelitian Pusponegoro dan Anemia World Map,

1
2

pada tahun 2012 Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan kejadian

anemia dalam kehamilan cukup tinggi sebesar 51% (Lampost, 2016).

Di perkirakan 41,8% ibu hamil diseluruh dunia mengalami anemia. Paling

tidak setengahnya disebabkan kekurangan zat besi. Ibu hamil dinyatakan anemia

jika hemoglobin <11 mg/L. Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan

meningkatnya kelahiran prematur, kematian ibu dan anak dan penyakit infeksi.

Anemia defisiensi besi pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin atau bayi saat persalinan maupun setelahnya. Ibu hamil

dianjurkan mengkonsumsi paling sedikit 90 pil zat besi selama kehamilannya

(RISKESDAS, 2013).

Di Indonesia pada tahun 2014 dengan cakupan Fe dengan jumlah ibu hamil

5.311.415 orang sebesar 85,10%, tertinggi terdapat di Provinsi Bali (95,01%),

DKI Jakarta (94,79%). Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua

(49,12%), dan Papua Barat (32,46%). Cakupan tablet besi di Provinsi Sumatera

Barat adalah sebesar 81,1 %. Sementara target cakupan sebesar 85,10%Karena

itu cakupan ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet Fe masih belum mencapai

target (Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014). Target cakupan tablet besi di

provinsi sumatra barat adalah sebesar 78.9% angka ini berada dibawah angka

cakupan provinsi tahun 2011 sebesar 84,7%, walaupun demikian cakupan tahun

2012 masih berada diatas target yang ditetapkan yaitu 78%. Pencapaian tertinggi

pada Kota Solok sebesar 93,6% dan terendah pada Kabupaten Mentawai sebesar

28,9% sedangkan pencapaian di Kota Bukittinggi sebesar 90,0 % ( Profil

Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 ).


3

Anemia pada kehamilan yang paling sering ditemukan adalah akibat

defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling

berkaitan (Leveno, 2009). Terapi zat besi ini dapat dikombinasikan dengan terapi

komplementer yang berasal dari herbal, diantaranya adalah jambu biji. Menurut

Muhlisah (2010) kandungan zat kimia dalam jambu biji adalah asam amino

(triptofan, lisin), kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, vitamin B1, dan

vitamin C. Kandungan mineral yang ada dalam buah jambu biji dapat mengatasi

penderita anemia (kekurangan sel darah merah) karena didalam buah jambu biji

merah mengandung juga zat mineral yang dapat memperlancar proses

pembentukan hemoglobin sel darah merah.

Berdasarkan laporan yang di dapatkan di ruangan KIA di Puskesmas Nilam

Sari tercatat seluruh ibu hamil pada bulanJanuari sampai dengan Februari 2016

sebanyak 77 orang. Pada pengambilan dataawal pada bulan Februari 2016

sebanyak 30 orang ibu hamil menderitaanemia. Studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti pada 6 orang ibu hamil anemia yang melakukan pemeriksaan

hemoglobin, dari hasil wawancara langsung pada ibu yang mengalami anemia

tersebut 3 ibu megatakan teratur minum tablet Fe tetapi jarang mengkonsumsi

buah dan sayur, karena alasan ekonomi yang kurang, sedangkan 3 ibu lainya

mengatakan tidak teratur mengkonsumsi tablet Fe karena sering lupa. Dari

survey tersebut tidak ada satupun ibu yang mengatakan pernah

mengkombinasikan sulemen tablet Fe dengan jus jambu biji atau jambu biji

sajadan tidak mengetahui kasiat dari buah jambu biji.


4

Program pemerintah yang telah dijalankan dalam pendistribusian tablet Fe

untuk ibu hamil sudah mendekati target nasional dan kepatuhan ibu dalam

mengkonsumsi tablet Fe sudah cukup baik. Namun prevalensi kejadian anemia

masih cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi juga oleh faktor pola konsumsi tablet

besi yang tidak didukung oleh pemenuhan vitamin C yang sangat membantu

dalam proses penyerapan zat besi.

Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyastuti dan Suryani (2013), yang

berjudul “Pegaruh Mengkonsumsi Jambu Biji Merah Terhadap Peningkatan

Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Dikelurahan Bandung Kecamatan Ngrampal

Kabupaten Sragen”, hasil penelitian menunjukkan rata-rata hemoglobin ibu

hamil sebelum mengkonsumsi jambu biji sebesar 9,4 gr% dengan standar devisi

0,504 gr%, sedangkan nilai rata-rata kadar hemoglobin sesudah mengkonsumsi

jambu biji sebesar 10,8 gr% dengan standar deviasi 1,014 gr%. Hal ini

menunjukkan adanya pengaruh jus jambu biji merah terhadap kenaikan kadar

hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “PerbedaanKenaikanKadar Hemoglobin PadaIbuHamil dengan

Anemia Yang Mengkonsumsi Tablet Fe danJus JambuBijiMerah dengan Ibu

Hamil AnemiaYang Mengkonsumsi Tablet Fe di Wilayah KerjaPuskesmasNilam

Sari Bukittinggi Tahun 2016”.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut: untuk mengetahui apakah ada perbedaan kenaikan kadar

hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia yang mengkonsumsi tablet Fe dan jus

jambu biji merah dengan ibu hamil anemia yang mengkonsumsi tablet Fe di

wilayah kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah membuktikan perbedaan kenaikan

kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia yang mengkonsumsi tablet

Fe dan jus jambu biji merah dengan ibu hamil anemia yang mengkonsumsi

tablet Fe di wilayah kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia

sebelum pemberian tablet Fe dan jus jambu biji merah.

b. Diketahuinya rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia

sesudah pemberian tablet Fe dan jus jambu biji merah.

c. Diketahuinya rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia

sebelum pemberian tablet Fe.

d. Diketehuinya kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia sesudah

pemberian tablet Fe.


6

e. Diketahuinya perbedaan rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan

anemia sebelum dan sesudah diberikan tablet Fe dan jus jambu biji

merah.

f. Diketahuinya perbedaan rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan

anemia sebelum dan sesudah diberikan tablet Fe

g. Diketahuinya perbedaan kenaikan kadar hemoglobin ibu hamil dengan

anemia pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Nilam Sari

Bukittinggi, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan yang

berguna untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada ibu

hamil normal dan khususnya pada ibu hamil dengan anemia agar resiko

tinggi ibu hamil dapat dicegah sejak awal kehamilannya.

b. Bagi objek penelitian, hasil penelitian diharapkan dapat menambah

pengetahuan ibu hamil tentang cara konsumsi tablet besi yang benar

sehingga tidak terjadi gangguan penyerapan zat besi dan anemia pada

masa hamil dapat dicegah sejak awal.

c. Bagi peneliti, seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian diharapkan

dapat lebih memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang dipelajari

selama mengikuti program perkuliahan. Rangkaian kegiatan penelitian ini

juga merupakan sarana pengembangan wawasan serta pengalaman dalam


7

menganalisis permasalahan khususnya dalam ruang lingkup asuhan

kebidanan pada ibu hamil.

2. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang

berguna untuk dijadikan acuan bagi akivitas akademika dan bagi peneliti lain,

untuk memperkuat pembuktian serupa dan dapat dimanfaatkan untuk

mendasari penelitian berikutnya terkait perbedaankenaikankadar hemoglobin

padaibuhamil anemia denganmengkonsumsi tablet Fe + jus

jambubijimerahdan tablet Fe di PuskesmasNilam Sari Bukittinggi tahun

2016.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaankenaikankadar

hemoglobin padaibuhamil dengan anemia yang mengkonsumsi tablet Fe danjus

jambubijimerah dengan ibu hamil anemiayang mengkonsumsi tablet Fe di

wilayah kerjaPuskesmasNilam Sari Bukittinggi tahun 2016. Desain penelitian ini

adalah Quasi exsperiment dengan rancangan non-equivalent control-group. Ibu

hamil penderita anemia ringan dan sedang yang menyatakan setuju untuk

berpartisipasidalam penelitian ini kemudian menjadi screening untuk

menentukan kadar hemoglobin awal, alau dibagi secara acak menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompokeksperimen. Dalam desain

penelitian ini, observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen

dan sesudah. Sampel dalam penelitian ini adalah 20 responden ibu hamil yang
8

menderita anemia di wilayah kerja puskesmas nilam sari bukittinggi.

Pengambilan sambil menggunakan purporsive sampling dengan kriteria inklusi

ibu hamil trimester II dan III yang mengalami anemia dengan kadar hemoglobin

8-10 mg/dl. Responden juga harus mengkonsumsi tablet suplemen besi secara

teratur sejak trimester satu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Alat

pemeriksaan hemoglobin yang digunakan adalah hemoglobin testing system quik-

check tes untuk mengukur kadar hemoglobin sampel sebelum dan sesudah

perlakuan. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat dengan

menggunakan uji dependent T-test dan independen T-test.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Konsep Dasar Kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana dalam rahim seorang wanita

terdapat hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa) (Rustam

Mochtar, 1998). Menurut Varney(2007), periode antepartum adalah periode

kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga

dimulainya persalinan sejati. Yang menandai awal periode antepartum.

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami

menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ

reproduksinya sehat sangat besar kemungkinanya akan mengalami kehamilan

(Mandriwati, 2007).

Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum

janin lahir. Kehamilan normal berlangsung selama 280 hari (40 minggu atau

9 bulan 7 hari), dihitung mulai dari hari pertama menstruasi terakhir

(Huliana,2001). Untuk menentukan usia kehamilan dapat dibagi dalam 3

triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,

triwulan kedua dari bulan ke empat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari

bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2006).

9
10

2. Proses Kehamilan

Proses kehamilan menurut Rustam Mochtar (1998), adalah :

a. Ovum (Sel Telur)

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi

digenital ridge.

Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis):

1) Oogonia

2) Oosit pertama

3) Primary ovarian follicle

4) Liquar folliculi

5) Pematangan pertama ovum

6) Pematangan kedua ovum pada waktu sperma membuahi ovum

7) Spermatozoa (Sel Mani)

Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas 4 bagian yaitu

kepala yang berisi inti (nukleus), leher, bagian tengah dan ekor yang

dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat, urutan

pertumbuhan sperma : spermatogonium membelah dan spermatosit

pertama membelah dua, spermatosit kedua membelah dua, spermatid

tumbuh menjadi spermatozoon.

b. Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)

Pembuahan adalah suatu peristiwa persatuan antara sel mani dengan

sel telur dituba fallopi.


11

Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapasitasi dapat

melintasi zona pellusida masuk ke villetus ovum. Setelah itu zona

pellusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui sperma lain.

Persatuan ini dalam prosesnya diikuti oleh persatuan pronuklei, keduanya

yang disebut zygot yang terdiri dari atas acuan genetik dari wanita dan

pria.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zygot

yang berjalan lancar dan dalam 3 hari sampai dalam stadium morula.

Hasil konsepsi ini dengan urutan tetap bergerak ke arah rongga rahim.

Hasil konsepsi sampailah dalam kavum uteri dalam peringkat blastula.

c. Nidasi (Implantasi)

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi dalam

endometrium. Blastula diselubungi oleh simpai yang disebut trofoblas,

yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula

mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada pada masa sekresi.

Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua, yaitu sel-

sel besar yang banyak mengandung glikogen serta mudah dihancurkan

oleh trofoblas.

Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell-mass)

akan mudah masuk kedalam desidua, menyebabkan luka kecil yang

kemudian sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya pada saat nidasi

terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua (Tanda Hartman).


12

Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang rahim

(korpus) dekat fundus uteri.

Bila nidasi telah terjadi, dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel

lebih kecil yang terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entoderm

dan yolk sac. Sedang sel-sel yang lebih besar menjadi endoderm dan

membentuk ruang amnion. Maka terbentuklah lempeng embrional

(embryonal plate) diantara amnion dan yolk sac.

Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh sekitar mudigah (embrio)

akan melapisi bagian dalam trofoblas. Maka terbentuklah sekat korionik

(chorionic membrane) yang telah menjadi korion. Sel-sel trofoblas

tumbuh menjadi 2 lapisan yaitu sitotrofoblas yang disebelah dalam dan

sinsitiotrofoblas yang disebelah luar.

Villi korionik yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh

bercabang-cabang dan disebut korion profundus. Sedangkan yang

berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan

sehingga akhirnya menghilang disebut chorion leave.

d. Plasentasi

Pertumbuhan dan perkembangan desidua sejak terjadi konsepsi karena

pengaruh hormon terus tumbuh sehingga makin lama menjadi tebal.

Desidua adalah mukosa rahim pada kehamilan yang terbagi atas:

1) Desidua basalis

Terletak diantara hasil konsepsi dan dinding rahim, disini

plasenta terbentuk.
13

2) Desidua kapsularis

Meliputi hasil konsepsi kearah rongga rahim yang lama

kelamaan bersatu dengan desidua vera kosena obliterasi.

3) Desidua vera

Meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya.

3. Diagnosa Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan

yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua

dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai

9 bulan (Saifuddin, 2008).

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu

serta perubahan sosial dalam keluarga. Menurut Armi (2006), bahwa :

a. Tanda-tanda dugaan hamil adalah :

1) Amenorea (tidak mendapat haid). Gejala ini sangat penting karena

umunnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui

tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya

kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.

2) Mual dan muntah. Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama

kehamilan, keadaan ini sering terjadi pada pagi hari tetapi tidak selalu

dan keadaan ini disebut ”morning sickness”. Dalam batas-batas

tertentu keadaan ini masih fisiologis, tetapi bila terlalu sering dapat
14

mengakibatkan gangguan kesehatan yang biasa disebut hiperemesis

gravidarum.

3) Sering kencing. Keadaan ini terjadi pada kehamilan bulan-bulan

pertama disebabkan uterus yang membesar menekan pada kandung

kemih, gejala ini akan hilang pada trimester kedua kehamilan. Pada

akhir kehamilan gejala ini akan kembali terjadi karena kandung kemih

ditekan oleh kepala janin.

4) Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri. Disebabkan oleh

pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan

alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar

(Rustam Mochtar, 1998).

5) Striae dan hiperpigmentasi kulit. Pada pipi, hidung dan dahi tampak

deposit pigmen yang berlebihan yang dikenal dengan cloasma

gravidarum. Areola mammae menghitam. Pada linea alba tampak

menjadi lebih hitam.

6) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh

pengaruh hormon steroid (Hanifa, 2005).

7) Epulis adalah suatu hipertrofi papilla gingivae. Sering terjadi pada

triwulan pertama (Hanifa, 2005).

8) Varises. Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada daerah

genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida

kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu,

timbul kembali pada triwulan pertama (Hanifa, 2005).


15

b. Tanda-tanda kemungkinan hamil adalah :

1) Tanda hegar

Dengan meletakkan 2 jari pada forniks posterior dan tangan

lain di dinding perut diatas simpisis pubis, maka terasa korpus uteri

seakan-akan terpisah dengan serviks ( istmus sangat lembek pada

kehamilan). Pada kehamilan 6 – 8 minggu dengan pemeriksaan

bimanual sudah dapat diketahui tanda hegar ini (Hanifa, 2005).

2) Tanda piskacek

Tanda piskacek adalah suatu pembesaran uterus yang tidak rata

hingga menonjol jelas kejurusan uterus yang membesar (uterus dalam

keadaan hamil tumbuh cepat pada tempat implantasinya) (Armi,

2006).

3) Tanda Braxton hicks

Uterus pada saat hamil bila dirangsang mudah berkontraksi.

Kontraksi yang tidak teratur tanpa nyeri disebut kontraksi Braxton

Hicks. Adanya kontraksi Braxton Hicks ini menunjukkan bahwa

kehamilan bukan kehamilan ektopik (Armi, 2006).

4) Tanda ballotement

Pada kehamilan muda (kira-kira 20 minggu) air ketuban jauh

lebih banyak sehingga dengan menggoyangkan uterus atau

sekonyong-konyong uterus ditekan maka janin akan melenting dalam

uterus, keadaan inilah yang disebut dengan ballottement (Hanifa,

2005).
16

5) Tanda Chadwick adalah warna selaput lendir vulva dan vagina

menjadi ungu (Hanifa, 2005).

c. Tanda-tanda pasti kehamilan adalah sebagai berikut :

1) Gerakan janin dalam rahim

a) Terlihat atau teraba gerakan janin

b) Teraba bagian-bagian janin

2) Denyut jantung janin

a) Didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi, alat

dopler.

b) Dilihat dengan ultrasonografi.

c) Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat

kerangka janin, ultrasonografi.

Untuk membantu membuat diagnosa kehamilan sedini-dininya

dapat dilakukan beberapa pemeriksaan berdasarkan adanya

khoriogonadotropin (human chorionic gonadotropin = HCG) yang

dihasilkan oleh plasenta (Armi, 2006).

4. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Pada Masa Kehamilan

a. Perubahan fisiologis ibu hamil

1) Rahim atau uterus

Rahim yang besarnya sejempol atau beratnya 30gram akan

menjadi 1000gram saat akhir kehamilan (Rustam Mochtar, 1998).


17

2) Vagina (liang senggama)

Vagina dan vulva akan mengalami peningkatan pembuluh

darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan

kebiru-biruan.

3) Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung

korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai

terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur kehamilan 16

minggu.

4) Payudara

Payudara menjadi lebih besar, glandula Montgomery makin

tampak, areola payudara makin hiperpigmentasi (menghitam), putting

susu makin menonjol.

5) Sirkulasi darah

Sel darah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi

pertumbuhan janin dalam rahim. Serum darah (volume darah)

meningkat sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar

20% (manuaba, 1998).

6) Berat badan ibu hamil bertambah

Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 sampai 16,5

kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5

kg/minggu (Rustam Mochtar, 1998).

b. Perubahan psikologis
18

1) Perubahan psikologis trimester I

Segera setelah konsepsi kadar harmon estrogen dan

progesterone kehamilan akan meningkat dan ini akan menyebabkan

timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan

menyebabkan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan

sering kali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan

kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Sering kali

biasanya pada awal kehamilannya ibu berharap untuk tidak hamil.

Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-

tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap

perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan

dengan seksama, karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan

rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya pada orang lain

atau dirahasiakannya (PusDikNaKes, 2003).

2) Perubahan psikologis trimester II

Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat. Tubuh

ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa

tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu

besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Ibu sudah menerima

kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikirannya

secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan

gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya bagi

seorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas
19

dari rasa kecemasan, rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya

pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.

3) Perubahan psikologis trimester III

Trimester ketiga sering kali disebut periode menuggu dan

waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menuggu

kelahiran bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasakan takut akan

rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester

ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping

itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya dan

kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada

trimester inilah ibu memerlukan dukungan dari suami, keluarga dan

bidan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan

Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik, faktor

psikologis, dan faktor sosial budaya dan ekonomi.

a. Faktor Fisik

Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi

tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan

kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah

bersalin atau poliklinik kebidanan. Selain itu status gizi ibu hamil juga

merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan.

Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si
20

ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang

mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat,

sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan

perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat

berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan

tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat

proses persalinan.

b. Faktor Psikologis

1) Stess

Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi

kesehatan ibu dan janin. Janin dapat mengalami keterlambatan

perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada

ibu tidak tertangani dengan baik.

2) Dukungan keluarga

Merupakan andil yang besar dalam menentukan status

kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan.,

mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai

hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan

siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.

c. Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi

Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat

istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat

adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil
21

sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap

rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus di

perhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada

makanan yang di pantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka

sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak kalah

penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga

kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa

lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian yang

menyerap keringat.

Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan

yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan

kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan

dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya

perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka

kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik.

6. Kebutuhan Ibu Hamil

a. Kebutuhan ibu hamil trimester I

1) Diet dalam kehamilan

Ibu dianjurkan untuk makan makanan yang mudah dicerna dan

makan makanan yang bergizi untuk menghindari adanya rasa mual

dan muntah begitu pula nafsu makan yang menurun. Ibu hamil juga

harus cukup minum 6-8 gelas sehari.

2) Pergerakan dan gerakan badan


22

Ibu hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari akan tetapi

jangan terlalu lelah sehingga harus di selingi dengan istirahat.

Istirahat yang dibutuhkan ibu 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada

siang hari.

3) Hygiene dalam kehamilan

Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan untuk

mengurangi kemungkinan infeksi, kebersihan gigi juga harus dijaga

kebersihannya untuk menjamin pencernaan yang sempurna.

4) Koitus

Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan

jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, sebaiknya

dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.

Pada ibu yang mempunyai riwayat abortus, ibu dianjurkan untuk

koitusnya di tunda sampai dengan 16 minggu karena pada waktu itu

plasenta telah terbentuk.

5) Ibu diberi imunisasi TT1 dan TT2.

b. Kebutuhan ibu hamil trimester II

1) Pakaian dalam kehamilan

Menganjurkan ibu untuk mengenakan pakaian yang nyaman

digunakan dan yang berbahan katun untuk mempermudah penyerapan

keringat. Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan sandal atau

sepatu yang berhak tinggi karena dapat menyebabkan nyeri pada

pinggang.
23

2) Nafsu makan meningkat dan pertumbuhan yang pesat, maka ibu

dianjurkan untuk mengkonsumsi protein, vitamin, juga zat besi.

3) Ibu diberi imunisasi TT3.

c. Kebutuhan ibu hamil trimester III

1) Mempersilahkan kelahiran dan kemungkinan darurat

a) Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk

mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk mengidentifikasi

penolong dan tempat persalinan, serta perencanaan tabungan

untuk mempersiapkan biaya persalinan.

b) Bekerja sama dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk

mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk :

- Mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk

mencapai tempat tersebut.

- Mempersiapkan donor darah.

- Mengadakan persiapan financial.

- Mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat

keputusan pertama tidak ada ditempat.

2) Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan

a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan

teratur.

b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada servik.

c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.


24

d) Pada pemeriksaan dalam: servik mendatar dan pembukaan telah

ada (Rustam Mochtar, 1998).

7. Tujuan Asuhan Kehamilan

Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante

Natal Care (ANC) tersebut adalah :

a. Memantau kemajuan kehamilan, dengan demikian kesehatan ibu dan

janin pun dapat dipastikan keadaannya.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu,

karena dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan

(bidan atau dokter) akan selalu memberikan saran dan informasi yang

sangat berguna bagi ibu dan janinnya.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan pada

ibu hamil dan janinnya.

d. Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan

mengenali kelainan secara dini, memberikan informasi yang tepat tentang

kehamilan dan persalinan pada ibu hamil, maka persalinan diharapkan

dapat berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkan semua pihak.

e. Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan

persalinan dapat berjalan dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun

dapat berjalan dengan lancar.


25

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi. Bahwa

salah satu faktor kesiapan dalam menerima bayi adalah jika ibu dalam

keadaan sehat setelah melahirkan tanpa kekurangan suatu apapun.

Tujuan utama ANC adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan

positif bagi ibu dan bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa,

mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan.

Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap

berjalan normal selama kehamilan (PusDikNaKes, 2003).

8. Kunjungan Antenatal

Standar pelayanan antenatal ada 14 T yaitu:

a. Tanya dan sapa ibu.

b. Timbang BB dan ukur TB.

c. Ukur tekanan darah.

d. Temukan kelainan.

e. Tekan payudara.

f. Ukur TFU.

g. Test Leopold dan DJJ.

h. Test laboratorium.

i. Imunisasi TT.

j. Pemberian tablet Fe.

k. Tingkatkan senam hamil.


26

l. Tingkatkan pengetahuan.

m. Temu wicara.

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama

kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali

pada trimester III (Saifuddin, 2002).

Dengan antenatal care harus diusahakan agar:

a. Wanita hamil sejak awal sampai akhir kehamilan kesehatan fisik maupun

mental.

b. Mengurangi penyulit-penyulit atau kelainan fisik dan psikologis serta

menemukan dan mengobati secara dini.

c. Persalinan berlangsung tanpa kesulitan dan anak yang dilahirkan sehat

serta ibu dalam kondisi sehat pasca persalinan (Armi, 2006).

9. Proses Pencapaian Peran Ibu

Menurut teori Rubin mengenai pencapaian peran ibu ada suatu proses

dari aktivitas Taking On, Taking In, dan Letting Go yaitu:

a. Aktivitas Taking On: Mimicry/ meniru dan bermain peran/ role play

Mimicry adalah meniru perbuatan atau sikap orang lain yang menjadi

role model baginya (missal wanita lain yang sedang hamil) dan belajar

dari berbagai sumber tentang hal-hal yang akan dihadapinya nanti,

(missal: apa yang aka terjadi dan bagaimana rasanya melahirkan, atau

bagaimana bayi itu pada masa-masa awal setelah lahir), yang disukai

akan diadopsi dan yang tidak disukai akan dihindari.


27

b. Aktivitas Taking In: Fantasi dan Introyeksi-Proyeksi-Rejeksi

Dalam fantasi, seorang wanita membayangkan dirinya nanti.

Misalnya: akan seperti apa nanti saat melahirkan, baju apa yang akan

dipakaikan ke bayinya, hubungannya dengan suami dan anggota keluarga

lain setelah persalinan. Fantasi ini memungkinkan si wanita

mengembangkan pemahaman tentang bagaimana ia kan berperilaku.

c. Aktivitas Letting Go: Griefwork

Mereview, mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan

peran diri sebelumnya dan melepaskan peran yang tidak lagi sesuai atau

tidak memungkinkan lagi dilakukan. Pengalaman, hubungna

interpersonal dan situasi yang berkaitan dengan diri yang lalu dapat actual

atau hanya harapan, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal ini

membantu melepaskan secara perlahan-lahan kelekatannya dengan

“mantan ” dirinya.

10. Standar Pelayanan Antenatal.

Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal dari 25 standar

pelayanan kebidanan seperti berikut ini:

a. Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil

Pernyataan standar:

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu

untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur.


28

b. Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Pernyataan standar:

Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan

meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk

menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus

mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,

hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat,

dan penyuluhan kesehatan serta tugaas terkit lainnya yang diberikan oleh

puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap

kunjungan. Bila ditemukan kelainan. Mereka harus mampu mengambil

tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

c. Standar 5: Palpasi Abdominal

Pernyataan standar:

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan

melkakan palpasi untuk memperkirakan usia kehamailan; serta bila umur

kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan

masukna kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan

sera melakukan rujukan tepat waktu.

d. Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Pernyataaan standar:

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/

atau rujukan semua kasus anemia pada kehamialn sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.


29

e. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Pernyataan standar:

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta

mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

f. tandar 8: Persiapan Persalinan

Pernyataan standar:

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta

keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan

persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkanakan

direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya

untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan

hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. (Depkes RI,

2009).

B. Perubahan Hematologi dalam Kehamilan

Kehamilan merupakan urutan kejadian yang secara normal terjadi atas

pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio pertumbuhan janin, dan berakhir

pada kelahiran bayi. Selama masa kehamilan terjadi pembentukan jaringan-

jaringan baru melalui beberapa tahapan tertentu. Jaringan-jaringan yang

terbentuk tumbuh dan berkembang dalam janin, meliputi janin serta jaringan-

jaringan lain yang berfungsi sebagai pendukung yang menjaga kelangsungan


30

hidup janin. Jaringan –jaringan ini meliputi plasenta, amnion, dan chorion

(Bungsu, 2012).

Adaptasi anatomis, fisiologis dan biokimiawi terhadap kehamilan sanat besar.

Banyak dari perubahan perubahan-perubahan tersebut segera terjadi setelah

fertilisasi dan berlanjut selama kehamilan. Sebagian besar adaptasi selama

kehamilan terjadi sebagai respon terhadap rangsangan fisiologis yang

ditimbulkan oleh janin. Salah satu perubahan yang terjadi selama kehamilan

adalah perubahan hematologis. Perubahan pada sistim ini berupa peningkatan

volume darah ibu, penurunan hemoglobin dan hematokrit, peningkatan

kebutuhan besi, perubahan pada leukosit dan sistem imunologis, serta kehilangan

darah yang terjadi selama proses kelahiran (Cunningham dkk, 2006).

1. Volume Darah

Pada wanita dengan kehamilan normal, volume darah rata-rata pada

atau menjelang aterm adalah 50% lebih tinggi daripada volume pada keadaan

tidak hamil. Volume darah ibu mulai meningkat selama trimester pertama,

meningkat lebih pesat pada trimester kedua dan kemudian meningkat dengan

kecepatan jauh lebih lambat pada trimester ketiga hingga mendatar pada

beberapa minggu terakhir kehamilan

Hipervolemia yang dipicu oleh kehamilan ini, memiliki beberapa fungsi

penting, yaitu:

a. Untuk memenuhi kebutuhan uterus yang membesar dengan system

vascular yang mengalami hipertrofi hebat.


31

b. Untuk melindungi ibu dan janin, terhadap efek buruk gangguan aliran

balik vena pada posisi telentang dan tegak.

c. Untuk melindungi ibu terhadap efek buruk pengeluaran darah pada

persalinan (Cunningham, dkk. 2006).

2. Konsentrasi Hemoglobin dan Hematokrit

Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun selama

kehamilan normal walaupun terdapat peningkatan eritropoiesis. Jika

dibandingkan dengan peningkatan volume plasma, peningkatan volume

eritrosit sirkulasi tidak begitu banyak. Sekitar 450 ml atau 33% akibatnya,

viskositas darah secara keseluruhan menurun (Cunningham, dkk. 2006).

Konsentrasi hemoglobin tertinggi terdapat pada trimester pertama, mencapai

nilai terendah pada trimester kedua, dan mulai meningkat kembali pada

trimester ketiga. Konsentrasi hemoglobin rata-rata adalah 12.73 lebih kurang

1,14 g/dl pada trimester pertama, 11,41 lebih kurang 1,16 g/dl pada trimester

kedua dan 11,67 lebih kurang 1,18 g/dl pada trimester ketiga (Cunningham,

dkk. 2006).

3. Metabolisme Besi

Peningkatan volume eritrosit dan massa hemogloin selama kehamilan

berhubungan dengan jumlah besi yang tersedia dari cadangan besi dalam

tubuh ibu hamil. Rata-rata volume total eritrosit meningkat sekitar 450 ml

dalam sirkulasi, dimana dalam 1 ml eritrosit normal terkandung 1.1 mg besi.

Dari 1000 mg kebutuhan besi pada kehamilan, sekitar 300 mg ditransfer

secara aktif ke janin dan plasenta, serta sekitar 200 mg hilang di sepanjang
32

jalur ekskresi normal. Keadaan ini tetap terjadi walaupun ibu kekurangan zat

besi. Bila zat besi tersebut tersedia 500 mg besi lainya akan digunakan dalam

eritrosit.

Akibatnya, semua zat besi akan terpakai selama paruh akhir kehamilan

dan dibutuhkan zat besi yang cukup besar selama paruh kedua kehamilan.

Dalam keadaan tidak ada zat besi suplemental, konsentrasi hemoglobin dan

hematokrit turun cukup besar saat volume darah ibu bertambah, meskipun

absorpsi zat besi dari traktus gatrointestinal tampak meningkat. Pada ibu

dengan anemia defisiensi berat. Produksi hemoglobin dalam janin tidak akan

terganggu. Hal ini disebabkan perolehan besi dari plasenta ibu cukup untuk

menghasilkan kadar hemoglobin normal untuk janin (Cunningham, dkk.

2006).

4. Fungsi Leukosit dan Sistem Imunologis

Selama kehamilan, jumlah leukosit akan meningkat sekitar 5000-

12000 µl. Pada saat kehamilan dan masa nifas, jumlah leukosit mencapai

puncak, yaituantara 14000-16000 per µl. Distribusi tipe sel juga berubah

selama kehamilan. Pada awal kehamilan, aktifitas leukosit alkalin fosfatase

dan C-Reactive Protein (CRP) meningkat. Selain itu, reaktan serum akut dan

Erythrocyte Sediumentation Rate (ESR) meningkat akibatdari peningkatan

plasma globulin dan fibrinogen. Pada trimester ketiga kehamilan, jumlah

granulosit dan limfosit CD8 T meningkat, tetapi limfosit dan monosit CD4 T

menurun (Cunningham, dkk. 2006).


33

5. Kehilangan Darah

Pada mayoritas wanita, separuh dari eritrosit yang ditambahkan ke

sirkulasi ibu selama masa kehamilan akan hilang saat kelahiran pervaginam

normal sampai beberapa hari setelahnya. Kehilangan ini terjadi melalui

tempat imlantasiplasenta, episiotomi atau laserasi, dan lokea. Paritchard

(1965) dan Ueland (1976) menyatakan sekitar 500-600 ml darah pra

kelahiran akan hilang saat kelahiran pervaginam bayi tunggal sampai

setelahnya. Sedangkan, sekitar 1000 ml darah hilang pada saat sectio sesarea

dan kelahiran per vagimam bayi kembar (Cunningham, dkk. 2006).

6. Hemoglobin

a. Pengertian

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiiki

afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu

membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui

fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan

(Evelyn, 2007).

Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin. Heme

adalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi, sedangkan globin

adalah protein yang dipecah menjadi asam amino. Hemohlobin terdapat

dalm sel-sel darah merah dan merupakan pigmen pemberi warna merah

sekaligis pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Setiap

orang memiliki sekitar 15 gr hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah

darah sekitar lima juta sel darah per milimeter darah. Hemoglobin dapat
34

diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan

sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah (Evelyn, 2007).

b. Kadar hemoglobin

Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-

butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah

kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut

“100 persen” (Evelyn, 2007). Batas normal nilai hemoglobin untuk

seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara

setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar

hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin seperti

dijelaskan dalamtabel berikut: (Arisman, 2007).

Tabel 2.1 Batas Kadar Hemoglobin

Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)

Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0


Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0
Pria dewasa 12,0
Ibu hamil 11,0
Wanita dewasa 12,0

c. Struktur hemoglobin

Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4

submit protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua sub unit alfa

dan beta yang terikat secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara

struktural dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat
35

molekul kurang lebih 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total

tetramernya menjadi 64.000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin

mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin

memiliki kapasitas empat molekul oksigen (Nelson dan Cox, 2005).

d. Srtuktur mioglobin

Mioglobin (BM 16700, disingkat dengan Mb) merupakan protein

pengikat oksigen yang relatif sederhana, ditemukan dalam konsentrasi

yang besar pada tulang dan otot jantung, membuat jaringan ini berwarna

merah yang berfungsi sebagai penyimpan oksigen dan sebagai pembawa

oksigen yang meningkatkan laju transpor oksigen dalam sel otot.

Mamalia yang menyelam seperti ikan paus yang menyelam dalam waktu

yang lama, memiliki mioglobin dalam konsentasi tinggi dalam ototnya.

Protein seperti mioglobin juga banyak ditemukan pada organisme sel

tunggal. Mioglobin merupakan polopeptida tunggal dengan 153 residu

asam amino dan satu molekul heme. Kelompok protein dari mioglobin

yang disebut globin, merupakan rantai polopeptida tunggal yang berisi

delapan α-heliks. Sekitar 78% redusi asam amino dari protein ditemukan

dalam α-heliks ini (Nelson dan Cox, 2005).

Lipatan rantai globin membentuk celah yang hampir terisi gugus

heme. Heme bebas [Fe2+] mempunyai afinitas tinggi terhadap O2 dan

dioksidasi searah membentuk hematin [Fe 2+]. Hematin tidak dapat

meningkat O2. Interaksi non kovalen antara sisa asam amino rantai dan

cincin porfirin nonpolar yang mengandung celah sisi ikat oksigen


36

meningkatkan afinitas heme terhadap O2. Peningkatan afinitas melindungi

Fe2+ dari oksidasi dan memungkinkan peningkatan oksigen yang

reversibel. Semua asam amino yang berinteraksi dengan heme nonpolar

kecuali dua histidin, yaitu berkaitan langsung dengan atom besi heme

dan histidin yang lain menstabilkan sisi ikat oksigen (Nelson dan Cox,

2005).

Ketika oksigen terikat pada heme bebas, aksis dari molekul oksigen

posisinya pada sudut ikatan Fe-O, berlawanan dengan hal ini, ketika CO2

berikatan dengan heme bebas Fe, C dan O berada pada garis lurus. Kedua

kasus tersebut mencerminkan geometri orbital hibridasi masing-masing

ligan. Pada miglobin, His64 (His E7), pada sisi ikat O2 heme, terlalu jauh

untuk berkoordinasi dengan heme besi, tetapi berinteraksi dengan ligan

yang terikat pada heme. Residu ini disebut ristal his, yang tidak berefek

pada peningkatan oksigen tetapi dapat menghalangi peningkatan liner

CO, menjelaskan pengurangan pengikatan CO ke heme (Nelson dan Cox,

2005).

e. Kegunaan hemoglobin

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke

seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari

seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin

berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas

oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh

berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).


37

Darah arteri sistemik dari paru tersaturasi penuh dengan oksigen.

Hemoglobin melepaskan oksigen ini ke sel sehingga saturasi hemoglobin

dalam darah vena adalah sekitar 60%. Tugas akhir hemoglobin adalah

menyerap karbon dioksida dan ion hydrogen serta membawanya ke paru

tempat zat-zat tersebut dilepaskan ke udara (Sunita, 2001).

Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :

1) Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam

jaringan-jaringan tubuh.

2) Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh

jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3) Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil

metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah

seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan

pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari

normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin

menurut adalah:

1) Kecukupan Besi dalam Tubuh

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia

gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih

kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan

mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang


38

berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk

dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom,v dan komponen

lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase,

dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel

darah merah dan mioglobin dalam sel otot (Zarianis, 2006).

Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai

mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti

sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun

mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam

transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-

sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria

yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam

proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang

merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh

mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan

bekerja (WHO dalam Zarianis, 2006).

2) Metabolisme Besi dalam Tubuh

Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang

dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di

dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g),

myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum

tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu

bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian


39

yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta

enzim heme dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah

antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila

dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg

berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan

yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang.

Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi,

pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaranZat besi

diserap didalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui proses

yang kompleks (Zarianis, 2006).

g. Metode pemeriksaan kadar hemoglobin

Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi

yang sering dikerjakan dilaboratorium adalah yang berdasarkan

kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin

atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua

macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksi-

hemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk

pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga

ketelitian yang dapat dicapai hanya ± 10% (Darma, 2008).

Cara sianmethemoglobinadalah cara yang dianjurkan untuk penetapan

kadar hemoglobin karena larutan standar sianmethemoglobinsifatnya

stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin
40

terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat

dicapai ± 2% (Darma, 2008).

Dengan berkembangnya teknologi alat kesehatan yang semakakin

canggih selai kedua cara pemeriksaan tersebut, kini telah banyak

digunakan pemeriksaan darah lengkapdengan menggunakan alat otomatik

yang dikenal dengan nama hematology analyser. Ketelitian masing-

masing cara berbeda, untuk penelitian hasil sebaiknya diketahui cara

mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur

dan jenis kelamin. Perempun hamil terjadi hemodilusi sehingga batas

terendah nilai rujukan ditentukan 10g/dl (Darma, 2008).

C. Anemia Ibu Hamil

1. Anemia

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr %

pada trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II

(Cunningham,dkk. 2006). Anemia merupakan keadaan menurunnya

hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal

yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2009). Sedangkan menurut

Higgins (2001), Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa

oksigen, hal tersebut dapat terjadi akibat penurunan hemoglobin (Hb) dalam

darah.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau

penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah (Varney, 2007).


41

Definisi anemia yang diterima secara umum adalah kadar hemoglobin kurang

dari 12.0 g per 100 ml (12 g/dl) untuk wanita tidak hamil dan kurang dari

10.0 g per 100 milimeter (10g/dl) untuk wanita hamil. Anemia pada

kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai kurang lebih 95%

(Varney, 2007). Anemia pada kehamilan adalah kadar hemoglobin dalam

darah <11g/dL pada trimester pertama dan ketiga, dan <10,5 g/dL pada

trimester kedua (Leveno, 2009).

Secara fisiologis peredaran darah ibu pada saat hamil akan mengalami

perubahan yaitu peningkatan volume darah dimana jumlah serum darah lebih

besar dari pada pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah

(hemodilusi) yang dimulai pada usia kehamilan 16 minggu dan puncaknya

pada usia kehamilan 32-36 minggu (Hidayati, 2009).

2. Anemia gizi besi

Di Indonesia Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi,

sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi

besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama

kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami defisiensi besi sehingga hanya

memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi

yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar

hemoglobin ibu turun sampai dibawah 11 gr/dl selama trimester III(Arisman,

2009).

Anemia gizi adalah keadaan dengan kadar hemoglobin,hematokrit, dan

sel darah merah yang lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari
42

defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan esensial yang dapat

memengaruhi timbulnya defisiensi tersebut. Anemia gizi disebabkan oleh

defisiensi zat besi, asam folat, dan atau vitamin B12, semuanya berakar pada

asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk), dan

kecacingan yang masih tinggi. Dari ketiga benyebab tersebut, defisiensi

vitamin B12 (anemia pernisiosa) merupakan penyebab yang paling jarang

terjadi selama kehamilan. Jenis anemia lain yang juga kerap terjadi selama

kehamilan adalah anemia aplastik dan anemia hemolitik yang diimbas oleh

obat (Arisman, 2009).

3. Etiologi

Secara umum, ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi

yaitu:Kehilangan darah secara kronis sebagai dampak pendarahan kronis,

seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemoroid, infestasi parasit, dan proses

keganasan. Asupan zat besi tidak cukup danpenyerapan tidak adekuat

Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah

yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa

kehamilan dan menyusui (Arisman, 2009).

a. Kehilangan darah secara kronis

Sepanjang usia reproduktif, wanita akan mengalami kehilangan darah

akibat peristiwa haid. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa

jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar antara 20-25

cc. Jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan,

atau kira kira sama dengan 0,4-0,5 mg sehari. Jika jumlah tersebut
43

ditambah dengan kehilangan basal, jumlah total zat besi yang hilang

sebesar 1.25 mg per hari. Selain itu, kehilangan zat besi dapat pula

diakibatkan oleh infestasi parasit, seperti cacing tambang (ankilostoma

dan nekator). Schistosoma, dan mungkin pula Trichuris trichiura.kejadian

tersebut sering terjadi di negara tropis (kebanyakan negara tropis

terklasifikasi sebagai negara belum dan sedang berkembang), lembab

serta keadaan sanitasi yang buruk.

b. Asupan dan sarapan tidak adekuat

Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan

yang berasal dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi,

sarapan zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka

keterserapan sebesar 20-30%. Sayangnya sebagian besar penduduk di

negara yang belum dan sedang berkembang belum mampu menghadirkan

bahan makanan tersebut dimeja makan. Ditambah dengan kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi

(seperti: kopi dan teh) secara bersamaan sewaktu makan menyebabkan

sarapan zat besi semakin rendah.

c. Peningkatan kebutuhan

Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat. Peningkatan ini

dimaksudkan untuk memasok kebutuhan janin memerlukan banyak sekali

zat besi). Pertumbuhan plasenta dan peningkatan volume darah ibu

jumlahnya sekitar 1000 mg selama hamil.kebutuhan zat besi selama


44

trimester satu relatif sedikit, yaitu 0,8 mg segari, yang kemudian

meningkat tajam selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg sehari.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Ibu Hamil

a. Umur Ibu

Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang

dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan

ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia.

Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun,

mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan

kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko

mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.

b. Paritas

Menurt Amiruddin (2007), Ibu hamil dengan paritas tinggi

mempunyai resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di

banding dengan paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin

banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka

kejadian anemia.

c. Infeksi dan Penyakit

Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya

tahantubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian,

orang dengan kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk

melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia

karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil,


45

kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi),

adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria,

TBC). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit

menular. Beberapa di antaranya meskipun tidakmengancam nyawa ibu,

tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya,

dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati

dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu

hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan.Hal itu baru diketahui

setelah bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu

hamil akan kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar,

2006).

Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan

bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular

dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri

atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita

penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup

untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus

dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular

dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian

janin 30% (Bahar, 2006).

d. Jarak kehamilan

Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada

ibu dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan
46

ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian

maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan

ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar

bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang

terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan

zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang

dikandungnya.

e. Pendidikan

Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia

yang di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di

jumpai di daerah pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi.

Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil

dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah (Manuaba, 2010).

Menurut penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor yang mempengaruhi

status anemia adalah tingkat pendidikan rendah.

5. Klasifikasi Anemia Ibu Hamil

Secara umum menurut Proverawati (2009) anemia dalam kehamilan

diklasifikasikan menjadi:

a. Anemia defisiensi besi.

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan

zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu

keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang

dianjurkan. Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat


47

dilakukan dengan anamnese. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat

lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah

pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan

dengan menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama

kehamilan yaitu trimester I dan III.

b. Anemia Megaloblastik

Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic

acid) dan defisiensi vitamin B(cyanocobalamin) walaupun jarang.

Menurut Hudono (2007) tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30

mg, apabila disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-

1000 mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.

c. Anemia Hipoplastik dan Aplastik

Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu

membuat sel-sel darah baru.

d. Anemia Hemolitik

Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung

lebih cepat dari pada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil

dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe)

serta asam folat dan viamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu

hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang

banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12

.
48

6. Patofisiologi Anemia IbuHamil

Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi

dan biasanya terjadi secara bertahap. (Zulhaida Lubis, 2003).

a. Stadium 1

Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan

dalam tubuh terutama disumsum tulang.

b. Stadium 2

Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi

kebutuhan membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih

sedikit.

c. Stadium 3

Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit

menurun.

d. Stadium 4

Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat

besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah

merah baru yang sangat kecil (Mikrositik).

e. Stadium 5

Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka

timbul gejala - gejala karena anemia semakin memburuk. Ibu hamil

memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah

merah dan membentuk sel darah merah, janin dan plasenta. Kenaikan
49

volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan

zat besi (Zulhaida Lubis, 2003).

7. Tanda dan Gejala Anemia Defisiensi Besi

Tanda dan gejala anemia defisiensi besibiasanya tidak khas dan sering

tidak jelas, seperti: pucat, mudah lelah, berdebar, takikardia, dan sesak nafas.

Kepucatan biasa diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva

palpebra. Tanda yang khas meliputi anemia, stomatitis angularis, glositis,

disfagia,hipoklorida, koilonikia dan pagofagia. Tanda yang kurang khas

berupa kelelahan,anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelaianan

perilaku tertentu, kinerja intelektual serta kemampuan kerja menyusut

(Arisman, 2009).

8. Dampak anemia terhadap kehamilan

Menurut Manuaba (2010), dampak anemia terhadap kehamilanyaitu:

a. Dampak pada ibu:

1) Abortus

2) Persalinan prematuritas

3) Mudah infeksi

4) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %)

5) Heperemesis gravidarum

6) Perdarahan antepartum

7) Ketuban pecah dini

b. Pada jamin:

1) Abortus
50

2) Kematian intra uterine

3) Hambatan tumbuh kembang janin

4) Persalinan prematuritas tinggi

5) Berat badan lahir rendah

6) Kelahiran dengan anemia

7) Cacat bawaan

8) Bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal

9) Intelegiensia rendah

9. Derajat anemia pada ibu hamil

Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah merahnya

kurang dari 11,00 gr%. Menururt Word Health Organzsation (WHO) anemia

pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % . Anemia pada

ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu:

a. Tidak anemia : Hb >11 gr%

b. Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%

c. Anemia sedang : Hb 7-8.9 gr%

d. Anemia berat : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009).

10. Pencegahan anemia ibuhamil

Pencegahan anemia pada ibu hamil nmenurut Depkes(2009), antara lain :

a. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna

hijau, kacang – kacangan, protein hewani, terutama hati.


51

b. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti buah jambu

biji merah, jeruk, tomat, mangga dan lain–lain yang dapat meningkatkan

penyerapan zat besi.

c. Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita

hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi selama kehamilan

bukan untuk meningkatkan atau menjaga konsentrasi hemoglobin ibu,

atau untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu. Ibu yang mengalami

kekurangan zat besi pada awal kehamilan dan tidak mendapatkan

suplemen memerlukan sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan

zat besi dari sumber-sumber makanan sehingga suplemen zat besi

direkomendasikan sebagai dasar yang rutin.

Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan

cara: meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan

hewani dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga

masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain

untuk mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang

memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat

meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi

vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan

zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber

vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak.

Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi

seperti : fitat, fosfat, tannin (Wiknjosastro, 2005).


52

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah anemia antara

lain adalah:

a. Selalu menjaga kebersihan.

b. Istirahat yang cukup.

c. Makan-makanan yang bergizi dan banyak mengandung Fe, misalnya:

daun pepaya, kangkung, daging sapi, hati ayam dan susu.

d. Pada ibu hamil dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali

selama hamil untuk mendapatkan tablet Fe dan vitamin yang lainnya pada

petugas kesehatan, serta makan-makanan yang bergizi 3 kali sehari

dengan porsi 2 kali lipat lebih banyak (Depkes, 2009).

D. Penggunaan Bahan Alternatif untuk penatalaksanaan anemia pada ibu

hamil

1. Zat Besi Alamiah

a. Bahan-bahan makanan sumber zat besi

Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari

hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi heme dalam makanan

hanya antara 5 – 10% tetapi penyerapannya hanya 5%. Makanan hewani

seperti daging, ikan dan ayam merupakan sumber utama zat besi heme.

Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti sayur-sayuran,

biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan (Musbikin, 2008).

b. Kebutuhan zat besi


53

Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat saat hamil dan

melahirkan. Ketika hamil, seorang ibu tidak saja dituntut memenuhi

kebutuhan zat besi untuk dirinya, tetapi juga harus memenuhi kebutuhan

zat besi untuk pertumbuhan janinnya. Selain itu perdarahan saat

melahirkan juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan lebih banyak

lagi zat besi. Karena alasan tersebut, setiap ibu hamil disarankan

mengonsumsi tablet zat besi (Musbikin, 2008).

Meningkatnya folume darah berarti bahwa kandungan ekstra besi

dibutuhkan untuk membuat hemoglobin guna memperbanyak jumlah sel

darah merah. Semakin banyak hemoglobin dalam darah, semakain

banyak oksigen yang dapat dialirkan keberbagai jaringan, termasuk

plasenta. Kandungan besi dalam tubuh juga akan diserap oleh janin untuk

cadangan karena setelah kelahiran bayi hanya mendapat sedikit besi dari

ASI (Musbikin, 2008).

Melalui makanan yang dikonsumsi, ibu hamil memenuhi kebutuhan

akan zat besi yaitu sekitar 15 mg sehari (Musbikin,2008). Zat besi

diperlukan untuk memproduksi sel darah merah yang berkualitas baik.

Inilah sebabnya wanita hamil secara tradisional diberitablet ekstra besi

untuk mempertahankan persediaan zat besi. Pemberian zat besi dimulai

setelah rasa mual dan muntah hilang, satu tablet sehari selama minimal 90

hari. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg dan asam

folat 500 mg) (Saifuddin, 2006).

Kebutuhan zat besi menurut triwulan adalah sebagai berikut:


54

1) Pada Triwulan I zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu

untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan janin

dan red cell mass 30-40 mg.

2) Pada Triwulan II zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu

untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan janin

dan red cell mass 30-40 mg.

3) Pada Triwulan III zat besi yang dibutuhkan adalah 5 mg/hari yaitu

untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan red

cell mass 150 mg dan conceptus 223 mgKebutuhan wanita hamil akan

besi meningkat sebesar 200-300% yang digunakan untuk

pembentukan plasenta dan sel darah merah.

Perkiraan banyaknya besi yang diperlukan selama kehamilan sebanyak

1.040 mg. Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin, dengan rincian 50-

75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk penambahan sel darah

merah, dan 200 mg lenyap saat melahirkan. Jumlah sebanyak ini tidak

mungkin tercukupi dari diet. Oleh karena itu suplemen zat besi sangat

penting sekali, bahkan pada wanita yang status gizinya sudah baik.

Penambahan besi terbukti dapat mencegah penurunan Hb akibat

hemodilusi. Tanpa suplementasi cadangan besi dalam tubuh wanita akan

habis pada akhir kehamilan (Saifuddin, 2006).

2. Suplemen Tablet Zat Besi

a. Pengertian
55

Zat besi adalah zat penting untuk pembentukan dan mempertahankan

sel darah merah, sehingga bisa menjamin sirkulasi oksigen dan zat-zat

gizi yang sangat dibutuhkan ibu hamil. Kebituhan tubuh akan zat besi

selama hamil terutama harus terpenuhi pada trimester II dan III

kehamilan. Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen

tablet zat besi. Pemberian suplemen tablet zat dilakukan karena

kebutuhan akan zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari makan

saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut (Musbikin, 2008).

Tablet zat besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi

anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil. Disamping itu

kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel

darah merah dan membentuk sel darah merah, janin, dan plasenta. Makin

sering seorang mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak

kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis.

Tiap tablet zat besi folat 200 mg ferrosulfat dan 0,25 mg asam folat,

yang diberikan oleh pemerintah pada ibu hamil untuk mengatasi masalah

anemia gizi besi. Ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah 90 tablet

selama kehamilannya (Saifuddin, 2008).

Pemberian zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah hilang yaitu

memasuki usia 15 kehamilan 16 minggu, dikonsumsi satu tablet sehari

selama minimal 90 hari. Untuk ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi

tablet besi 30-60 mg tiap harinya demi tidak terkurasnya cadangan besi

dalam tubuh, yang dimulai dari usia kehamilan 12 minggu sampai 12


56

minggu paska persalinan. Respon terhadap pengobatan terpantau melalui

perbaikan nilai Hb yang seharusnya meningkat paling sedikit 0,3

g/dl/minggu (Saifuddin, 2006).

b. Penyerapan zat besi

Tablet Fe sebaiknya dikonsumsi pada malam hari sebelum tidur,

biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat

besi seperti vitamin C, air jeruk. Sebaliknya subtansi penghambat

penyerapan zat besi seperti teh, kopi dan susu yang patut dihindari (Arief,

2008).

Zat penghambat absorbsi besi sebagian besar terdapat dalam makanan

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Penghambat paling kuat adalah

senyawa polifenol seperti tanin dalam teh. Teh dapat menurunkan

absorbsi sampai 80% sebagai akibat terbentuknya komplek besi-tanat

(Arief, 2008).

c. Efek samping tablet zat besi

Efek samping tablet besi berupa pengaruh yang tidak menyenangkan

seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, dandiare (terkadang juga

konstipasi). Penyulit ini tidak jarang menyusutkan ketaatan pasien selama

pengobatan berlangsung untuk mengatasi agar tidak terjadi konstipasi

sebaiknya makan buah-buahan/makanan lain yang tinggi serat, serta

minum sedikitnya delapan gelas cairan perhari. Saat minum tablet Fe

kadang timbul mual, nyeri lambung, konstipasi, maupun diare sebagai

efek sampingnya (Arisman, 2009).


57

3. Zat Gizi yang Berperan dalam Proses Penyerapan Zat Besi

a. Vitamin C

Penyerapan besi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya

adalah kecukupan Protein hewani dan vitamin C untuk meningkatkan

penyerapan. Zat besi dengan vitamin C membentuk askorbat besi

kompleks yang larut dan mudah diserap oleh organ-organ pada tubuh

manusia.

Makanan sumber zat besi sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan

makanan yang memperbanyak jumlah serapan, misalnya dengan buah

yang banyak mengandung vitamin C, sebaliknya makanan yang banyak

menghambat serapan besi sebaiknya tidak dikonsumsi dalam waktu yang

bersamaan.

Vitamin C dikenal juga dengan nama lain yaitu “cevitamic acid”,

“antiscorbutic factor” dan scurvy preventive dietary essential”. Terdapat

dua bentuk molekul vitamin C aktif, yaitu bentuk tereduksi (asam

askorbat) dan bentuk teroksidasi (asamdehidro askorbat). Bila asam

dehidroskobat teroksidasi lebih lanjut akan berubah menjadi asam

diketoglukonat yang tidak aktif secara biologis.

Terdapat lima macam fungsi vitamin C yang utama, yaitu

1) Pembentukan kolagen dalam jaringan pengikat.

2) Meningkatkan absorbsi zat besi untuk pembentukan hemoglobin

3) Mendorong konversi asam folat menjadi asam folinik.


58

4) Mempengaruhi sintesis kolesterol dan konversi prolin menjadi

hidrosiprolin.

5) Sebagai anti oksidan (menjaga vitamin lain agar tidak mengalami

oksidasi).

Peranan vitamin C dalam proses penyerapan zat besi yaitu membantu

mereduksi besi ferri (Fe3+) menjadi ferro (Fe usus halus sehingga mudah

diabsorbsi, proses reduksi tersebut akan semakin besar bila PH didalam

lambung semakin asam. Vitamin C dapat menambah keasaman sehingga

dapat meningkatkan penyerapan zat besi hingga 30%. Vitamin C

menghambat pembentukan hemosederin yang sukar dimobilisasi untuk

membebaskan besi bila diperlukan. Absorbsi besi dalam bentuk nonheme

meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam

memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati.

Vitamin C sangat berperan dalam pembentukan hemoglobin. Selain itu

vitamin C dapat membantu absorpsi kalium dengan menjaga agar kalium

tetap dalam bentuk larutan. Kebutuhan pada ibu hamil meningkat 10

mg/hari, sehingga kebutuhan perharinya menjadi 70-85 mg/hari.

Konsumsi vitamin C dikatakan baik bila konsumsi = 100% Angka

Kecukupan Gizi (AKG), sedang bila 80–90%, kurang bila konsumsi 70-

80%, dan defisit bila < 70% Vitamin C juga terkandung didalam bahan

makanan lainnya selain jambu biji seperti pada kiwi, kelengkeng, papaya,

paprika merah, brokoli, kubis, stroberry, kembang kol, tomat cabe apel,

dan jeruk. Namun kandungan vitamin C nya jauh lebih tinggi didalam
59

jambu biji, bahan makanan lainnya sulit diperoleh dan memiliki harga

yang mahal serta harus melalui proses pengolahan seperti brokoli dan

kembang kol yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

b. Jambu Biji

1) SejarahJambuBiji

Jambu biji (Psidium Guajava Linn) bukan merupakan

tananman asli insonesia. Tananman ini pertama kali ditemukan di

Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich Vivilov saat melakukan

ekspedisi ke beberapa negara di asia, afrika, eropa, amerika selatan,

dan unisoviet antara tahun 1887-1942. Seiring dengan berjalannya

waktu, jambu biji menyebar di beberapa negara seperti thailand,

taiwan, indonesia, jepang, malaisia, dan australia. Di thailand dan

taiwan, jambu biji menjadi tanaman yang dikomersialkan (Parimin,

2005).

Nama ilmiah jambu biji adalah psidium guajava. Psidium

berasal dari bahasa yunani, yaitu “psidium” yang berarti delima.

Sementara “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang

spanyol . Jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak.

Tingginya dapat mencapai 3-10 m. Umumnya tanaman jambu biji

hingga sekitar 30-40 tahun (Parimin, 2005).

Menurut Arief (2013), Tanaman jambu biji bukan merupakan

tanaman asli indonesia. Dari berbagai sumber pustaka menyebutkan

bahwa tanaman jambu biji diduga berasal dari Meksiko Selatan,


60

Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis. Buah

jambu biji berbentuk bulat, bulat agak lonjong, lonjong, dan daging

buah berwarna putihada yang merah tergantung pada varietasnya.

Buah memiliki kulit tipis dan permukaannya halus sampai kasar.

Buah yang telah masak dagingnya lunak, sedangkan yang belum

masak dagingnya agak keras dan renyah. Buah berasa manis, kurang

manis, dan hambar, tergantung dari varietasnya.

2) Klasifikasi Tanaman Jambu Biji

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae(Suku jambu-jambuan)

Gemus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L.

3) Kandungan Gizi Buah Jambu Biji Merah

a) (100 gr) jambu biji merah mengandung Kalori 49 kal,

b) Vitamin A 25 SI,

c) Vitamin B1 0,02 mg,

d) Vitamin C 87 mg,

e) Kalsium 14 mg,

f) Hidrat Arang 12,29 gram,


61

g) Fosfor 28 mg,

h) Besi 1,1 mg,

i) Protein 0,99 mg,

j) Lemak 0,39 gram, dan

k) Air 86 gram (Parimin, 2005).

4) Manfaat Buah Jambu Biji Untuk Kesehatan

Buah jambu biji mengandung banyak vitamin dan serat, sehingga

sangat cocok sekali dikonsumsi untuk menjaga kesehatan. Warna

daging jambu biji yang merah mengindikasikan jambu biji kaya akan

vitamin A dan antioksidan. Buah jambu biji sangat cocok dikonsumsi

di siang hari karena buahnya yang segar dan mendinginkan badan.

Untuk lebih lengkapnya berikut ini adalah beberapa manfaat jambu

biji untuk kesehatan tubuh seperti:

a) Meningkatkan imunitas tubuh

Jambu biji adalah buah yang mampu meningkatkan sistem

kekebalan tubuh. Sebab jambu mengandung vitamin C tinggi

yangbisa mencegah tubuh dari serangan berbagai penyakit.

b) Anti-tumor dan anti-inflamasi

Kandungan lycopene di dalam jambu biji bermanfaat sebagai

zat anti-inflamasi dan mencegah pertumbuhan tumor.

c) Mencegah kanker

Karena jambu biji mengandung zat antioksidan yaitu flavonid

dan fitonutrien, maka buah ini efektif untuk mencegah kanker.


62

Kandungan vitamin C dosis tinggi di dalamnya juga bermanfaat

untuk menetralkan radikal bebas penyebab kanker.

d) Menjaga tekanan darah

Jambu biji memiliki manfaat mengagumkan untuk menjaga

tekanan darah. Sebab jambu biji mengandung kalium

yangbermanfaat untuk melindungi tubuh dari pengaruh eksternal

yang bisa merusak tekanan darah.

e) Mencegah penuaan dini

Kandungan zat antioksidan tinggi dalam jambu mampu

menetralkan radikal bebas dan mencegah terjadinya stres oksidatif

penyebab penuaan dini.

f) Baik untuk penderita diabetes

Kandungan serat dalam jambu bij i berfungsi sebagai obat

alami bagi penderita diabetes. Selain itu secara medis, buah ini

jugaterbukti untuk mencegah menaiknya gula darah.

g) Menyehatkan kulit

Jambu biji mengandung vitamin A yang cukup tinggi yang

cukup penting untuk meningkatkan kesehatan kulit. Buah ini juga

bermanfaat untuk mengeluarkan antioksidan yang bisa membuat

kulit terlihat segar kembali.

h) Mendukung kesehatan mata

Kandungan vitamin A dalam jambu biji sehingga mampu

mencegah terjadinya infeksi mata (belekan).


63

i) Meningkatkan sistem pencernaan

Kandungan lycopene dalam jambu biji sangat baik dalam

membantu meningkatkan kesehatan pencernaan.

j) Menambah jumlah darah

Jambu biji mengandung vitamin E, K, folat, niasain, mangan,

tembaga, magnesium, dan asam panthothenic di mana semuanya

bermanfaat untuk menambah jumlah sel darah merah. Buah jambu

bij i bisa juga dikonsumsi secara langsung, dibuat jus, atau

dimasukkan ke dalam campuran bahan makanan lainnya.

5) Jenis-JenisJambuBiji

Beberapa macam/kultivar jambu biji dikenal di Indonesia,

sebagian dikenal sejak lama, sebagian merupakan introduksi dari

negara lain, yaitu antara lain: jambu biji kristal taiwan, jambu tanjung

barat, jambu biji getas merah, jambu australia, jambu sukun, jambu

bangkok (anonim, 2004). Hingga saat ini terdapat lebih dari 97

varietas jambu biji yang tersebar di beberapa negara, termasuk di

indonesia. Indonesia memiliki banyak koleksi jenis tanaman jambu

biji. Beberapa macam-macam jenis jambu biji yang dikenal oleh

masyarakat kita di antaranya:

a) Jambu Biji Kristal Taiwan

Jambu biji kristal ditemukan di District Kao Shiung-Taiwan.

Diperkenalkan ke Indonesia pada 1991 dibawa oleh Misi Teknik

Taiwan. Jambu kristal sebenarnya tidak benar biji, jumlah biji


64

kurang dari 3 persen dari bagian buah, terlihat sepintas jambu biji

kristal hampir tidak memiliki biji.

Gambar 2.1
Jambu Biji Kristal

Sumber: Arief, 2013.

b) Jambu Pasar Minggu (Tanjung Barat)

Jambu pasar minggu terdapat dua varian: berdaging buah

merah dan putih. Adapun yang memiliki daging putih, dikenal

dengan jambu „susu putih‟. Jambu ini digemari karena rasanya

yangmanis, dan daging buahnya tebal dengan tekstur lembut.

Sedangkan jambu biji merah kurang disukai karena rasa yang

kurang manis. Kulit buah tipis dengan warna hijau kekuningan

jika sudah masak.Bentuk buah sedikit lonjong dan bagian ujung

bulat, sedangkanbagian pangkalnya meruncing. Jambu pasar

minggu adalah ras lokal.

Gambar 2.2
Jambu Pasar Minggu
65

Sumber : Arief, 2013.

c) Jambu Biji Getas Merah

Jambu biji getas merah merupakan varian jambu biji yang

kulitnya hijau hingga kekuning-kuningan dan berisi daging merah

muda. Bentuknya lonjong dan rasanya sedikit kurang manis.

Jambu biji ini banyak mengandung tanin, glikosida quersetin,

quersetin, minyak atsiri, flavonoid, asam psidiolat, asam ursolat,

asam oleanolat, asam kratogolat, asam guajaverin, serta vitamin

yang banyak sehingga sangat bagus untuk kesehatan. Kelebihan

jambu getas merah ini tidak memiliki musim, selalu berbuah

kapan saja dan banyak dikembangbiakkan dengan cara cangkok

maupun okulasi. Jambu biji ini banyak dikembangkan di Kendal.

Gambar 2.3
Jambu Getas Merah
66

Sumber : Arief, 2013.

d) Jambu Australia

Jambu ini diintroduksi dari Australia. Ciri-ciri jambu ini

adalah daun jambu biji berwarna merah sedikit keunguan

demikian juga warna buahnya. Biasanya tanaman jambu bij i ini

ditanam di pekarangan sebagai hiasan.

Gambar 2.4
Jambu Australia

Sumber : Arief, 2013.


67

e) Jambu Sukun

Kata “sukun” berarti “tak berbiji”. Jambu sukun adalah varian

jambu biji yang tidak berbiji walaupun ada paling hanya beberapa

biji saja dan mengumpul di tengah. Daging buah berwarna putih

kekuningan, rasa manis legit agak sedikit asam. Teksturnya keras,

renyah, dan aromanya harum. Bentuknya seperti buah apel,

dengan ukuran panjang 4-5 cm. Kulitnya jika matang berwarna

hijau keputih-putihan. Jambu sukun berproduksi terus-menerus

setiap tahun, walaupun relatif sedikit dan jenis jambu ini tahan

terhadap.

Gambar 2.5
Jambu Sukun

Sumber : Arief, 2013.

f) Jambu Bangkok

Jambu ini berasal dari Bangkok, Thailand. Kelebihan jambu

bangkok terletak di ukuran dan warna. Ukurannya besar gemuk

dengan panjang + 6 hingga 7 cm dan diameter 5 cm. Rasanya

manis, sedikit berair, dan teksturnya keras. Buah muda hij au


68

kekuningan, sedangkan tua merah dengan garis hij au kekuningan.

Produksinya sangat banyak. Jenis ini berbij i lebih besar dari

jenis-jenis lainnya.

Gambar 2.6
Jambu Bangkok

Sumber : Arief, 2013.

g) Jambu Kamboja

Jambu ini dari Kamboja sesuai dengan namanya. Ada yang

mengatakan datang dari Thailand dan dikembangkan di negara

Kamboja. Bentuk buahnya cukup besar seperti avokad, beratnya

400-500 gr per buah. Dibanding jambu apel, jambu ini beraroma

tajam dan terasa manis. Oleh karena itu, jambu ini sering dij

adikan jus. Produksi buah hanya 10 kg/pohon jambu bij i/periode

panen.

h) Jambu Tukan (Jambu Kurap)

Jambu ini adalah varietas introduksi Thailand. Keunggulannya

terdapat pada ukuran yang besar. Di wilayah Pati, orang

menyebutnya dengan nama jambu kurap. Diameter buah + 15 cm

dengan berat tiap buah bisa mencapai + 1.200-1.700 g. Jambu ini


69

digemari penduduk walau harga relatif mahal. Buah jambu ini

juga mempunyai daging yang sangat tebal dan enak, warna daging

putih kekuningan dan produksi buahnya 120 kg/pohon/tahun.

Buah yang terlalu masak terasa kurang enak dan kurang manis.

Gambar 2.7
Jambu Tukan

Sumber : Arief, 2013.

i) Jambu Sari

Jambu sari merupakan adalah jenis dari jambu bangkok.

Ukuran jambu sari tidak sebesar jambu bangkok. Garis tengah

cuma 10 cm dengan berat + 600-1.000 g. Bentuknya membulat

prima. Kulit licin mengilap. Daging buahnya tebal, dengan tekstur

halus dan warna putih serta rasa manis, harum juga lunak.

Gambar 2.8
Jambu Sari
70

Sumber : Arief, 2013.

j) Jambu Biji Pipit atau Pipit

Jenis jambu ini memiliki bentuk bulat berukuran kecil. Kulit

buah tipis yang masih muda berwarna hij au dan mengkal warna

kuning. Daging berwarna putih dengan rasa manis dan harumnya

mencolok.

Gambar 2.9
Jambu Pipit

Sumber : Arief, 2013

k) Jambu Biji Delima

Bentuk bulat lonjong dan ukuran kecil. Ciri khasnya: moncong

serupa delima yang ada di bagian bawah pangkalnya. Dagingnya

berwarna merah dan rasanya nikmat saat matang.


71

Gambar 2.10
Jambu Pipit

Sumber : Arief, 2013

l) Jambu Biji Manis

Jenis ini memiliki bentuk yang bulat meruncing. Kulitnya tipis

dan saat matang akan berubah menjadi warna kuning cerah.

Daging putih, bij inya banyak, manisnya sangat cukup dan harum

buah mencolok.

6) Pengolahan Jambu Biji

Buah jambu biji yang matang, biasanya dimakan segar.

Pemrosesan daging buah jambu biji yang sudah matang dilakukan

dengan menghilangkan biji-bijinya terlebih dulu. Daging buah tersebut

selanjutnya bisa diproses menjadi produk olahan seperti jeli, selai, atau

minuman segar jambu biji mempunyai rasa dan aroma yang khas,

karena kandungan senyawa eugenol. Buah jambu biji biasanya

dimanfaatkan sebagai buah segar atau olahan berupa jus. Kandungan

vitamin C dalam jambu biji lima kali lebih banyak daripada


72

kandungan vitamin C dalam buah jeruk. Selain itu, kandungan vitamin

A buah ini tergolong tinggi dengan kadar gula 8% (Parimin, 2005).

Untuk membuat jus jambu biji atau jambu kelutuk, daging bagian

tengah yang mengandung biji sebaiknya tidak dibuang karena daging

bagian tengah ini mempunyai rasa yang khas dan enak. Volume

daging tengah ini dapat mencapai sekitar 35% dari total daging jambu.

Untuk memisahkan biji dari jus, bisa dilakukan dengan cara

menyaring. Cara lain untuk memisahkan biji dari daging tengah adalah

dengan memotong-motong jambu hingga tipis, agar dapat dipisahkan

bijinya dengan pisau. Potong jambu biji. memanjang, dari pangkal

buah ke ujung buah. Potong memanjang lagi hingga cukup tipis,

biasanya 1 jambu biji sudah cukup tipis jika dibelah menjadi 1/8

sampai 1/16 bagian. Semakin tipis akan semakin mudah membuang

biji. Pisahkan biji dari daging tengah dengan pisau, hati-hati agar tidak

banyak daging tengah yang terbuang. Masukkan jambu ke dalam

blender dan putar. Tambahkan sedikit air agar blender dapat memutar

jambu dengan lancar, biasanya cukup ¼ gelas air.


73

E. Kerangka teori

Berdasarkan tinjauan pustaka bahwa vitamin C dalam buah jambu biji

membantu penyerapan zat besi dan dapat meningkatkan kadar hemoglobin

sehingga anemia pada ibu hamil dapat teratasi, maka dapat diuraikan kerangka

teori penelitian seperti yang dijelaskan melalui gambar 2.11 berikut:

Fisiologi masa hamil:


1. Pertambahan kebutuhan asupan
Hb>11gr/dl (tidak
gizi.
anemia)
2. Peningkatan kebutuhan zat besi.
3. Perubahan volume darah atau
hemodolusi.
4. Gangguan penyerapan zat besi.
5. Kebutuhan Vitamin C 85 mg
perhari Kadar Hemoglobin
meningkat

Hb <11gr/dl
(Anemia)
Penyerapan
zat besi

Faktor resiko anemia masa hamil:


1. Gangguan kelangsungan
kehamilan (Abortus, Premature).
2. Gangguan proses persalinan Besi fero (Fe2+)
(Inertia uteri, Atonia uteri, Partus
lama.
3. Gangguan pada masa nifas (sub
involusi rahim, produksi ASI
rendah).
4. Gangguan pada janin Tablet Fe (fe3+)
(mikrosomi,BBLR, kematian). Vitamin C Mereduksi
Fe3menjadi Fe2+

JAMBU Tablet Fe
BIJI

Vitamin C

Skema 2.1
BAB III
Kerangka Teori

Sumber: modifikasi dari Arisman (2009)


74

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap yang lainnya, atau antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Pre Test Perlakuan Post Test

Ibu yang
Hemoglobin diberikan Fe dan Hemoglobin
Kelompok Fe +
sebelum jus jambu biji sesudah
Jambu biji
merah

Pre Test Perlakuan Post Test

Ibu yang
Hemoglobin diberikan Fe Hemoglobin
Kelompok Fe
sebelum sesudah

Skema 3.1
Kerangka Konsep
75

B. Definisi Operasional

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsumsi jus jambu biji merah

sedangkan variabel terikatnya adalah kadar hemoglobin.Setiap variabel harus

dirumuskan secara operasional untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran

setiap variabel yang ada dalam penelitian. Adapun definisi operasional dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1Definisi Operasional

Variabel Definisi Variabel Instrumen Hasil Ukur Skala


Penelitian Data

Konsumsi Satu butir tablet Fe Tablet Fe, a. 0 = tidak terjadi -


tablet Fe + dikombinasikan dengan Timbangan peningkatan
jus jambu biji jambu biji merah sebanyak Bahanmaka hemohlobin
merah 100 gram perhari yang diolah nandan b. 1 = terjadi
dalam bentuk jus. Dikemas Lembar peningkatan
dalam wadah plastik yang Observasi hemoglobin
praktis dan hygienis yang
didistribusikan kepada
seluruh sampel dalam
kelompok perlakuan selama
14 hari.
Kadar Nilai Hemoglobin dalam Lembar Kadarhemoglobin interval
hemoglobin darah ibu hamil yang diukur Observas dalam satuangr/dl:
sebelum dan sesudah a. Ringan :
intervensi pada Hb 9-10.9 gr%
kelompok kontrol dan b. Sedang :
kelompok perlakuan. Hb 7-8.9 gr%
Intervensi pada kelompok
kontrol adalah suplementasi
tablet Feselama 14
hari.Intervensi pada
kelompok perlakuan adalah
suplementasi tablet Fe dan
konsumsi jambu biji selama
14 hari. Alat ukur yang
76

digunakan : Metoda
Hemoglobin TestingSystem
Quik-Check

C. Hipotesis Akhir

1. Ha : Ada perbedaan rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil anemia sebelum

dan sesudah mendapat suplementasi tablet Fe pada kelompok kontrol.

2. Ha : Ada perbedaan rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil anemia sebelum

dan sesudah mendapat suplementasi tablet Fe serta mengkonsumsi jus jambu

biji merah pada kelompok perlakuan.

3. Ha : Ada perbedaan kadar hemoglobin pada kelompok kontrol (ibu hamil

anemia yang mendapat suplementasi tablet Fe) dengan kelompok perlakuan

(ibu hamil anemia yang mendapat suplementasi tablet Fe serta konsumsi jus

jambu biji merah).


BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi


experiment dengan rancangan non-equivalent control-group yang digunakan
untuk mengetahui Pengaruh konsumsi jus jambu biji merahterhadap perubahan
kadar hemoglobin ibu hamil anemia yang mendapat suplementasi tablet Fe.
Penelitian quasi experiment ini bertujuan mengungkap kemungkinan adanya
hubungan sebab akibat antara variabel tanpa adanya manipulasi suatu variabel,
artinya variabel-variabel yang akan diuji hubungan kausalnya terjadi dalam
kondisiyang wajar. Penelitian quasi experiment dengan rancangan non-
equivalent control-group dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
` O¹----------------------X¹------------------------O²
O3----------------------X²------------------------O
O¹ = Kadar hemoglobin sebelum intervensi pada kelompok control
X¹ = Intervensi konsumsi suplementasi tablet Fe pada kelompok kontrol
O² = Kadar hemoglobin setelah intervensi pada kelompok control
O3= Kadar hemoglobin sebelum intervensi pada kelompok perlakuan
X² = Intervensi konsumsi suplementasi tablet Fe dan konsumsi jambu biji pada
kelompok perlakuan
O4= Kadar hemoglobin setelah intervensi pada kelompok perlakuan

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Nilam Sari


tentang Perbedaan kenaikan kadar hemoglobin pada ibu hamil anemia dengan
mengkonsumsi tablet Fe + jus jambu biji merah dan tablet Fe saja waktu
penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil
trimester II dan III di wilayah kerja Puskesmas Nilam sari Bukittinggi
sebanyak 77 orang.

77
78

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan


metode Purposive Sampling dimana untuk memperoleh data peneliti
menemui subjek penelitian yaitu ibu-ibu hamil diseluruh wilayah kerja
Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi.dalam penelitian ini membutuhkan 10
responden untuk kelompok kontrol yaitu ibu hamil anemia yang
mengkonsumsi tablet Fe secara teratur selama 14 hari dan 10 responden
untuk kelompok eksperimen yaitu ibu hamil anemia yang mengkonsumsi
tablet Fe dan jus jambu biji merah selama 14 hari.

Dengan kriteria inklusi sampel sebagai berikut:


a. Ibu hamil yang bersedia menjadi sampel

b. Ibu hamil trimester II dan III

c. Ibu hamil anemia (Hb < 11 gr/dl)

d. Ibu hamil yang mendapatkan suplementasi tablet Fe

Dengan kriteria eklusi sampel sebagai berikut:


a. Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi sampel

b. Ibu hamil yang bukan trimester II dan III

c. Ibu hamil yang tidak anemia (Hb >11 gr/dl)

d. Ibu hamil yang tidak mendapatkan suplementasi tablet Fe

e. Ibu yang terkontaminasi dengan perlakukan lain

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dengan cara mengobservasi


kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kemudian mewawncarai
langsung responden sesuai dengan lembar observasi yang disediakan. Data
yang didapatkan adalah dengan cara mewawancarai ibu hamil dengan
79

mengisi lembar observasi sesuai dengan kolom pada lembar observasi.


Kemudian data pada lembar observasi tersebut yang nantinya akan diolah.

Data primer dalam penelitian ini meliputi :


a. Biodata sampel meliputi : inisial, umur, pendidikan, pekerjaan, gravida,

usia kehamilan dan alamat lengkap.

b. Data pemeriksaan kadar hemoglobin sebelum intervensi.

c. Data pemberian tablet Fe dan konsumsi jus jambu biji merah.

d. Data pemeriksaan kadar hemoglobin sesudah intervensi.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi


Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi.
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi :
a. Jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Nilam Sari.

b. Jumlah ibu hamil yang anemia di wilayah kerja Puskesmas Nilam Sari.

E. Alat dan Prosedur Penelitian

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Lembar observasi.

Lembar observasi digunakan untuk mencatat karakteristik sampel,


data pemeriksaan kadar hemoglobin, data suplemen tablet Fe dan
konsumsi jus jambu biji merah per hari selama 14 hari.
b. Alat pemeriksaan kadar hemoglobin

Alat pemeriksaan kadar hemoglobin yang digunakan adalah


Hemoglobin Testing System Quik-Checkset untuk mengukur kadar
hemoglobin sampel sebelum dan sesudah perlakuan.
2. Prosedur Penelitian

a. Tahap persiapan
80

1) Mengurus surat izin penelitian dari Kesatuan Bangsa dan Politik

(KESBANGPOL) kota bukittinggi Kepala Puskesmas Nilam Sari

Bukittinggi.

2) Menyiapkan instrument penelitian serta segala kebutuhan dan

perlengkapan yang diperlukan seperti; perlengkapan lengkap untuk

pembuatan jus jambu biji merah, pengecekan kelengkapan dan

ketersediaan alat yang digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin.

b. Tahap penelitian

1) Tahap observasi awal (Fre-Test)

a) Pengukuran kadar hemoglobin awal dilakukan kepada 20 orang

ibu hamil.

b) Ibu mengisi lembar informed Consent apabila setuju untuk

dijadikan sampel dalam penelitian.

c) Sebelumnya peneliti menjelaskan mekanisme penelitian yang

akan dilakukan.

2) Tahap intervensi (Perlakuan)

Intervensi yang dilakukan pada kelompok kontrol adalah ibu


hamil mendapatkan suplementasi tablet Fe saja secara teratur selama
14 hari sedangkan untuk kelompok perlakuan ibu hamil mendapat
suplemen tablet Fe dan mengkonsumsi jus jambu biji merah secara
rutin selama 14 hari. Suplementasi tablet Fe yang didapat oleh ibu
hamil tersebut adalah tablet Fe yang diberikan oleh pihak Puskesmas
yaitu tablet Fe yang mengandung 200 mg ferro sulfat dan 0.25 mg
asam folat. Sedangkan jambu biji merah yang dikonsumsi ibu hamil
pada kelompok perlakuan dalam bentuk jus dengan cara pembuatan
sebagai berikut :
81

a) Persiapana alat dan bahan:

1) Blender

2) 100 gram jambu biji merah (untuk 1 orang ibu hamil).

3) Air ¼ gelas atau secukupnya

4) Gelas plastik dan tutupnya

5) Pisau (untuk memotong buah)

b) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan

c) Masukkan jambu biji merah segar (sudah dibersihkan dan dibuang

bijinya) kedalam blender.

d) Tambahkan air ¼ gelas atau secukupnya.

e) Kemudian blender

f) Tuangkan jus kedalam gelas plastik yang memiliki tutup dan

mudah saat dibawa.

3) Tahap observasi akhir (Pos-Test)

a) Setelah dilakukan intervensi selama 14 hari pada kelompok

perlakuan maupun kelompok kontrol, dilakukan pengukuran

kembali kadar hemoglobin ibu hamil pada hari ke-15.

b) Catat hasil pengukuran kadar hemoglobin pada lembar observasi.

c. Tahap pengambilan data

1) Data tentang karakteristik sampel

Pengambilan data dimulai dengan mengisi data karakteristik


sampel yang meliputi biodata lengkap sampel, usia kehamilan, usia
ibu, pendidikan, pekerjaan dan gravida sebagaimana telah tertera pada
lembar observasi yang telah disiapkan peneliti.
82

2) Data tentang kadar hemoglobin sebelum intervensi

Sebelum dilakukan intervensi sesuai dengan kelompok yang


sudah ditentukan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kadar
hemoglobin. untuk menentukan ibu hamil masuk dalam kriteria
sampel yang sudah ditentukan peneliti yaitu kadar hemoglobin < 11
gr/dl, selanjutnya meminta persetujuan tertulis dari calon sampel
tersebut.
3) Data konsumsi suplemen tablet Fe dan konsumsi jambu biji

Selanjutnya dilakukan observasi konsumsi suplemen tablet Fe,


pendistribusian dan konsumsi jus jambu biji merah selama 14 hari,
intervensi yang diberikan sesuai dengan kelompok yang sudah
ditentukan.
4) Data kadar hemoglobin sesudah perlakuan

Setelah intervensi selama 14 hari, dilakukan pemeriksaan


kembali kadar hemoglobin ibu hamil pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan.

F. Teknik Pengolahan Data

Proses pengolahan data dalam penelitian ini melalui langkah-langkah sebagai


berikut:
1. Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan dengan

melakukan pengecekan kembali lembar observasi.

2. Memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel secara

komputerisasi, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.

3. Membuat tabel sebaran data yang meliputi mean, standar deviasi, nilai

minimum dan maksimum kadar hemoglobin.

G. Analisis Data

Setelah semua data penelitian terkumpul dilakukan analisis data dengan uji
statistik dengan cara sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
83

Analisis univariat menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap


variabel. Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan variabel penelitian
dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan sebaran data dalam bentuk
tabel. Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti. Data yang ditampilkan dalam analisa
univariat adalah distribusi frekuensi dari karakteristik sampel, standar deviasi,
nilai rata-rata, nilai maksimum dan minimum dari kadar hemoglobin.
2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan pada dua variabel untuk mengetahui adanya hubungan
atau korelasi, perbedaan. Uji yang digunakan adalah uji t-test dependent dan t-test
independent-test yang dilakukan adalah :
a) T-test dependent

Dalam penelitian ini uji T-test dependent atau Paired Sampel T-test
digunakan untuk membandingkan rata-rata dua set data (data sebelum dan
sesudah) yang saling berpasangan. Dalam penelitian ini dua set data
adalah kadar hemoglobin sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-
masing kelompok sampel, pada taraf kepercayaan 95% (α 0,05). Untuk
kelompok kontrol, karena data tidak berdistribusi normal untuk melihat
rata-rata perubahan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah intervensi
digunakan uji Rank Bertingkat Wilcoxon sedangkan untuk kelompok
perlakuan digunakan uji Paired Sampel T-Test.
b) T-test Independent

Independent sample t-test adalah jenis uji statistika yang bertujuan


untuk membandingkan rata-rata dua grup yang tidak saling berpasangan
atau tidak saling berkaitan. Tidak saling berpasangan dapat diartikan
bahwa penelitian dilakukan untuk dua subjek sampel yang berbeda.
Dalam penelitian ini uji T-test Independent untuk mengidentifikasi
perbedaan kadar hemoglobin kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan. Sebelum dilakukan uji T-test Independent dilakukan uji
normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Karena data berdistribusi
normal, dilakukan uji homogenitas atau varian dengan uji F-Test atau
Levene’s Test. Dalam penelitian ini, kedua kelompok data mempunyai
varian yang sama sehingga nilai uji T-test Independent dibaca pada Equal
variance.
Data dinyatakan memiliki varian yang sama (equal variance) bila F-
Hitung < F-Tabel, dan sebaliknya, varian data dinyatakan tidak sama
(unequal variance) bila F-Hitung > F-Tabel. Bentuk varian kedua
84

kelompok data akan berpengaruh pada nilai standar error yang akhirnya
akan membedakan rumus pengujiannya.
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karaksteristik masing-

masing variabel penelitian. Pada penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk

menggambarkan kadar hemoglobin ibu sebelum dan sesudah intervensi pada

kelompok ibu hamil anemia yang mengkonsumsi tablet Fe dan jus jambu biji

merah dan kelompok ibu hamil anemia yang mengkonsumsi tablet Fe di wilayah

kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi yang akan disajikan dalam bentuk

tabel mean, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maximum.

1. Rata-rata Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia Sebelum


Pemberian Tablet Fe dan Jus Jambu Biji Merah

Tabel 5.1
Rata-rata Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia Sebelum
Pemberian Tablet Fe dan Jus Jambu Biji
MerahDi Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari
Kota Bukittinggi Tahun 2016
95% Cl
Variabel Mean SD Min Max N
Lower Upper
Pre test 9,01 0,486 8,20 9,86 8,66 9,35 10

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu

hamil dengan anemia sebelum pemberian tablet Fe dan jus jambu biji merah

adalah 9,01 mmHg dengan standar deviasi 0,486. Kadar hemoglobin terendah

adalah 8,2mmHg dan tertinggi 9,8 mmHg. Berdasarkan hasil estimasi interval

rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia sebelum pemberian

tablet Fe dan jus jambu biji merah berkisar antara 8,66 – 9,35 mmHg.
85
86

2. Rata-rata Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia Sesudah


Pemberian Tablet Fe dan Jus Jambu Biji Merah

Tabel 5.2
Rata-rata Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia Sesudah
Pemberian Tablet Fe dan Jus Jambu Biji
Merah Di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari
Kota Bukittinggi Tahun 2016
95% Cl
Variabel Mean SD Min Max N
Lower Upper
Post test 11,30 0,63 10,40 12,30 10,84 11,75 10

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu

hamil dengan anemia sesudah pemberian tablet Fe dan jus jambu biji merah

selama 14 hair adalah 11,30 mmHg dengan standar deviasi 0,63. Kadar

hemoglobin terendah adalah 10,4mmHg dan tertinggi 12,3 mmHg.

Berdasarkan hasil estimasi interval rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil

dengan anemia setelah pemberian tablet Fe dan jus jambu biji berkisar antara

10,84 – 11,75 mmHg.

3. Analisis Rata-rata Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia


Sebelum Pemberian Tablet Fe

Tabel 5.3
Rata-rata Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia Sebelum
Pemberian Tablet Fe Di Wilayah Kerja
Puskesmas Nilam SariKota Bukittinggi
Tahun 2016
95% Cl
Variabel Mean SD Min Max N
Lower Upper
Pre test 9,03 0,439 8,3 9,6 8,71 9,34 10

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu

hamil dengan anemia sebelum pemberian tablet Fe adalah 9,03 mmHg dengan
87

standar deviasi 0,439. Kadar hemoglobin terendah adalah 8,3 mmHg dan

tertinggi 9,6 mmHg. Berdasarkan hasil estimasi interval diyakini bahwa pada

tingkat kepercayaan 95% rata-rata kadar hemoglobin ibu sebelum pemberian

tablet Fe berkisar antara 8,71 – 9,34 mmHg.

4. Analisis Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia Sesudah


Pemberian Tablet Fe

Tabel 5.4
Rata-rata Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia Sesudah
Pemberian Tablet Fe Di Wilayah Kerja
Puskesmas Nilam SariKota Bukittinggi
Tahun 2016
95% Cl
Variabel Mean SD Min Max N
Lower Upper
Post test 10,46 0,89 9,3 12,1 9,81 11,10 10

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu

hamil dengan anemia setelah pemberian tablet Fe selama 14 hari adalah 10,46

mmHg dengan standar deviasi 0,89. Kadar hemoglobin terendah adalah 9,3

mmHg dan tertinggi 12,1 mmHg. Berdasarkan hasil estimasi interval diyakini

bahwa pada tingkat kepercayaan 95% rata-rata kadar hemoglobin ibu sesudah

pemberian tablet Fe berkisar antara 9,81 – 11,10 mmHg.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara dua

variabel atau lebih yang diduga memiliki kaitan satu sama lain. Pada penelitian ini

analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui efektifitas pemberian tablet Fe

dikombinasikan jus jambu biji merah terhadap kenaikan kadar hemoglobin ibu
88

hamil dengan anemia dengan cara membandingkan kenaikan kadar hemoglobin

pada ibu hamil anemia yang diberikan tablet Fe saja.

1. Perbedaan Rata-rata Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia


Sebelum dan Sesudah Diberikan Tablet Fe dan Jus Jambu Biji Merah

Tabel 5.5
Perbedaan Rata-rata Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia
Sebelum dan Sesudah Pemberian Tablet Fe dan Jus Jambu Biji Merah di
Wilayah Kerja Puskesmas
Nilam Sari Kota Bukittinggi
Tahun 2016

Variabel Mean SD T Df p N
Pre tes –
2,29 0,619 11,698 9 0,000 10
Post test

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata

kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia antara sebelum dan sesudah 14

hari pemberian tablet Fe dan jus jambu biji merah dengan perbedaan rata-rata

2,29 mmHg dan p-value = 0,000 artinya terdapat perbedaan rata-rata kadar

hemoglobin yang signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi dimana

terjadi kenaikan kadar hemoglobin sesudah pemberian tablet Fe dan jus jambu

biji merah

2. Perbedaan Rata-rata Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia


Sebelum dan Sesudah Diberikan Tablet Fe

Tabel 5.6
Perbedaan Rata-rata Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia
Sebelum dan Sesudah Pemberian Tablet Fe
di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari
Kota Bukittinggi
Tahun 2016

Variabel Mean SD T Df p N
Pre tes – 1,43 0,791 5,712 9 0,000 10
89

Post test

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa ada kenaikan rata-rata kadar

hemoglobin ibu hamil dengan anemia antara sebelum dan sesudah 14 hari

pemberian tablet Fe dengan beda rata-rata 1,43 mmHg dan nilai p = 0,000,

artinya ada perbedaan rata-rata kadar hemoglobin ibu yang signifikan antara

sebelum dan sesudah pemberian tablet Fe.

3. Analisis Perbedaan Kenaikan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan


Anemia pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Tabel 5.7
Perbedaan Kenaikan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia yang
Mengkonsumsi Tablet Fe dan Jus jambu Biji Merah dengan yang
Mengkonsumsi Tablet Fe
Di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari
Tahun 2016
Variabel Mean Mean T df p N
different
Eksperimen 2,29
0,86 2,706 17,011 0,015 20
Kontrol 1,43

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa rata-rata kenaikan kadar

hemoglobin ibu hamil dengan anemia yang diberikan tablet Fe dan jus jambu

biji merah adalah 2,29 mmHg dan kenaikan kadar hemoglobin ibu hamil

dengan anemia yang diberikan tablet Fe saja adalah 1,43 mmHg. Terdapat

perbedaan kenaikan kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan rata-rata perbedaan 0,86

mmHg dan p = 0,015, artinya ada perbedaan kenaikan kadar hemoglobin yang

signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dimana


90

kenaikan kadar hemoglobin lebih pada kelompok eksperimen yaitu kelompok

ibu yang diberikan kombinasi tablet Fe dan jus jambu biji merah.
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Analisis Rata-rata Kenaikan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Dengan


Anemia yang Diberikan Tablet Fe dan Jus Jambu Biji Merah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu

hamil dengan anemia sebelum intervensi adalah 9,01 mmHg dan meningkat

setelah 14 hari intervensi menjadi 11,30 mmHg. Ada perbedaan rata-rata

kadar hemoglobin ibu antara sebelum dan sesudah intervensi dengan beda

rata-rata 2,29 mmHg dan p = 0,000.

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr %

pada trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II

(Cunningham,dkk. 2006). Anemia merupakan keadaan menurunnya

hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal

yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2009). Sedangkan menurut Higgins

(2001), Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen,

hal tersebut dapat terjadi akibat penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah.

Sedangkan menurut Varney (2007) anemia adalah penurunan jumlah sel darah

merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah.

Sedangkan anemia pada kehamilan adalah kadar hemoglobin dalam darah <

11 gr/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan < 10,5 gr/ dl pada trimester

kedua (Leveno, 2009).

91
92

Secara umum, ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi

yaitu:Kehilangan darah secara kronis sebagai dampak pendarahan kronis,

seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemoroid, infestasi parasit, dan proses

keganasan. Asupan zat besi tidak cukup danpenyerapan tidak adekuat

Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah

yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa

kehamilan dan menyusui (Arisman, 2009).

Anemia pada kehamilan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya

adalah faktor umur ibu, paritas, infeksi dan penyakit serta jarak kehamilan

ibu (Amiruddin, 2007). Sedangkan menurut Arisman (2009) penyebab

anemia pada kehamilan paling sering adalah asupan dan serapan yang tidak

adekuat, pada masa kehamilan kebutuhan zat besi cenderung meningkat,

peningkatan ini dimaksudkan untuk memasok kebutuhan janin yang

memerlukan banyak sekali zat besi. Pertumbuhan plasenta dan peningkatan

volume darah ibu jumlahnya sekitar 1000 mg selama hamil, kebutuhan zat

besi selama trimester satu relatif sedikit yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian

meningkat tajam selama trimester ii dan III, yaitu 6,3 mg sehari. Ibu hamil

Trimester I pada umumnya memiliki masalah dengan asupan makanan,

karena pada masa ini ibu mengalami perubahan psikologi dan fisiologis yang

sehingga ibu memiliki banyak keluhan, diantaranya adalah mual muntah

yang dapat menurunkan nafsu makan ibu sehingga meningkatkan resiko

kejadian anemia pada kehamilan.


93

Pemenuhan zat besi selama masa kehamilan dapat dibantu dengan

pemberian suplemen zat besi (Tablet Fe), pemberian supplemen tablet zat

besi dilakukan karena kebutuhan akan besi sangat besar, sedangkan asupan

dari makanan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut (Musbikin,

2008). Tablet zat besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi

anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil. Disamping itu kehamilan

memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah

dan membentuk sel darah merah, janin, dan plasenta. Makin sering seorang

mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat

besi dan menjadi makin anemis (Saifuddin, 20098).

Pembarian tablet Fe dapat dikombinasikan dengan pemberian jus

jambu biji merah, karena buah jambu biji merah merupakan buah-buahan

yang kaya akan vitamin C. Penyerapan zat besi oleh tubuh dapat dibantu

dengan peningkatan konsumsi vaitamin C yang dapat diperoleh secara alami

melalui buah-buahan, salah satunya adalah buah jambu biji merah yang kaya

akan vitamin C, dimana setiap 100 gr jambu biji mengandung 87 mg vitamin

C.

Mekanisme peningkatan penyerapan zat besi oleh vitamin C

dikemukakan oleh Winkjosastro (2005) yang menyatakan bahwa vitamin C

membantu mereduksi besi ferri (fe 3+) menjadi ferro (Fe usus halus) sehingga

mudah diabsorbsi, proses reduksi tersebut akan semakin besar bila pH

lambung semakin asam. Vitamin C dapat menambah keasaman sehingga

dapat meningkatkan penyerapan zat besi hingga 30%, absorbs besi dalam
94

bentuk non heme meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. vitamin C

dalam memindahkan besi dari transferin di dalam pals ke feritin hati.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah

dilakukan oleh Ningtyastuti dan Suryani (2013) dengan judul pengaruh

mengkonsumsi jambu biji merah terhadap penignkatan kadar hemoglobin ibu

hamil di Kelurahan Bandung Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen

diketahui bahwa ada pengaruh jus jambu biji merah terhadap kadar

hemoglobin ibu hamil dimana terjadi peningkatan kadar hemoglobin sebesar

1,4 gr% setelah intervensi dan p = 0,002.

Menurut asumsi peneliti kejadian anemia pada ibu hamil dapat

ditanggulangi dengan mengkonsumsi tablet Fe secara rutin dan teratur,

pemberian tablet Fe akan membantu memenuhi kebutuhan zat besi ibu hamil

selama masa kehamilan. Pemberian tablet Fe sebagai langkah memenuhi dan

mengatasi kejadian anemia zat besi pada ibu hamil sebaiknya dibarengi

dengan mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C alami,salah

satunya adalah dengan mengkombinasikan konsumsi tablet Fe dengan jus

jambu biji merah, karena buah jambu biji merah merupakan buah yang kaya

akan vitamin Cyaitu 87 mg/ 100 gr buah jambu biji merah. Mengkonsumsi

buah jambu biji merah yang kayaakan vitamin C dapat meningkatkan pH

lambung sehingga asam lambung semakin meningkat dan dengan

peningkatan asam lambung maka penyerapan zat besi bisa meningkat hingga

30% lebih baik.


95

2. Analisis Peningkatan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia


Sebelum dan Sesudah Pemberian Tablet Fe

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu

hamil sebelum pemberian tablet Fe adalah 9,03 mmHg, dan rata-rata kadar

hemoglobin ibu setelah 14 hari pemberian tablet Fe adalah 10,46 mmHg. Ada

peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil setelah 14 hari pemberian tablet Fe

dengan rata-rata peningkatan kadar hemoglobin sebesar 1,43 mmHg dan p =

0,000.

Tablet Fe merupakan folat yang setiap tabletnya mengandung 200 mg

Ferro sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat (Neville,

2001).

Pemberian preparat besi 60 mg/hari dapat menaikkan kadar

Hemoglobin sebanyak 1 – 2 gr% / bulan, hingga sekarang program nasional

menganjurkan kombinasi 50 mg asam folat untuk profilaksis anemia

kehamilan untuk perluasan massa sel darah merah ibu, untuk kehilangan besi

melalui perdarahan pada saat melahirkan. Karena itu sekurang – kurangnya4

mg unsur besi diperlukan perhari kebutuhan tidak dipenuhi akibatnya akan

terjadi anemia (Neville, 2001).

Pemberian tablet Fe biasanya dibarengi dengan pemberian Vitamin C,

karena Vitamin C dengan mengkonsumsi Fe dan vitamin C akan

meningkatkan daya serap tubuh terhadap elemental besi dan asam folat yang

terkandung dalam tablet Fe. Sesuai dengan pendapat Prawirohardjo (2004)


96

bahwa vitamin C mempunyai khasiat untuk mengubah ion ferri menjadi ion

ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.

Hasil penelitian ini dikuatkan oleh penelitian yang telah dilakukan

oleh Suryani (2014) dengan judul Perbedaan Kadar Hemoglobin Sebelum

dan Sesudah Pemberian Tablet Fe, Asam Folat dan Vit C Pada Ibu Hamil

Ringan di Wilayah Kerja Puskesmas Tapus Kabupaten Pasamandiketahui

bahwa terdapat perbedaan kadar Hb ibu sebelum dan setelah pemberian tablet

Fe dengan nilai p = 0,000.

Menurut asumsi peneliti pemberian tablet Feakan meningkatkan kadar

hemoglobin ibu hamil. Setiap 1 butir tablet Fe mengandung 200 mg ferro

sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat, besi elemental dan

ferro sulfat yang mampu menaikkan kadar hemoglobin apabila dikonsumsi

dengan benar dan teratur. Sedangkan asam folat yang terkandung dalam

tablet Fe berfungsi untuk membantu pertumbuhan sel-sel baru. Konsumsi

tablet Fe biasanya dibarengi dengan pengkonsumsian Vitamin C karena

vitamin akan membantu tubuh dalam penyerapan ferro sulfat, besi elemental

dan asam folat yang terkandung dalam tablet Fe. Di wilayah kerja Puskesmas

Nilam Sari, 10 orang ibu hamil yang menjadi sampel penelitian diberikan

penyuluhan tentang tata cara mengkonsumsi tablet Fe dengan benar dan baik,

serta dilakukan pengontrolan agar ibu mengkonsumsi tablet Fe secara teratur,

sehingga dengan pemberian tablet Fe mampu meningkatkan kadar

hemoglobin ibu hamil.


97

Di wilayah kerja Puskesmas Nilam Sari, setiap ibu hamil pada

umumnya telah diberikan tablet Fe sebagai salah satu upaya dalam mencegah

kejadian anemia pada ibu hamil. Namun, sebagian besar ibu sering

mengkonsumsi tablet Fe dengan cara yang kurang tepat, yaitu mengkonsumsi

tablet Fe dengan dibarengi seduhan air teh atau dengan meminum susu.

Perpaduan zat-zat tersebut akan mengurangi kinerja zat-zat yang terkandung

dalam tablet Fe, sehingga pemanfaatan tablet Fe menjadi tidak maksimal.

Selain itu sebagian kecil ibu kurang termotivasi untuk mengkonsumsi tablet

Fe mengingat efek samping yang ditimbulkan berupa mual, muntah nyeri

lambung, sembelit atau diare serta buang air besar berwarna hitam kecoklatan

dan sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa apabila seseorang dengan

buang air bersar berwarna hitam kecoklatan merupakan sebuah pertanda tidak

baik,sehingga ibu merasa enggan untuk mengkonsumsi Tablet Fe apabila

mengalami efek samping tersebut sehingga manfaat pemberian tablet Fe

menjadi kurang maksimal.

B. Analisis Bivariat

Perbedaan Kenaikan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia yang


Mengkonsumsi Tablet Fe dan Jus Jambu Biji Merah dengan Ibu yang
mengkonsumsi Tablet Fe

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan kadar

hemoglobin ibu hamil dengan anemia yang mengkonsumsi tablet Fe dan jus

jambu biji merah adalah 2,29 mmHg dan rata-rata kenaikan kadar hemoglobin

ibu yang mengkonsumsi Tablet Fe adalah 1,43 mmHg. Terdapat perbedaan

kenaikan kadar hemoglobin ibu hamil antara yang mengkonsumsi tablet Fe


98

dan jus jambu biji merah dan ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe saja

dengan beda rata-rata 0,86 mmHg dan nilai p = 0,015, dimana peningkatan

kadar hemoglobin lebih tinggi pada kelompok ibu yang mengkonsumsi tablet

Fe dan jus jambu biji merah.

Tablet Fe merupakan folat yang setiap tabletnya mengandung 200 mg

Ferro sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat (Neville,

2001).

Pemberian preparat besi 60 mg/hari dapat menaikkan kadar

Hemoglobin sebanyak 1 – 2 gr% / bulan, hingga sekarang program nasional

menganjurkan kombinasi 50 mg asam folat untuk profilaksis anemia

kehamilan untuk perluasan massa sel darah merah ibu, untuk kehilangan besi

melalui perdarahan pada saat melahirkan. Karena itu sekurang – kurangnya4

mg unsur besi diperlukan perhari kebutuhan tidak dipenuhi akibatnya akan

terjadi anemia (Neville, 2001).

Pemberian tablet Fe sebaiknya dibarengi dengan pemberian Vitamin

C, karena Vitamin C dengan mengkonsumsi Fe dan vitamin C akan

meningkatkan daya serap tubuh terhadap elemental besi dan asam folat yang

terkandung dalam tablet Fe. Sesuai dengan pendapat Prawirohardjo (2004)

bahwa vitamin C mempunyai khasiat untuk mengubah ion ferri menjadi ion

ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.

Jambu biji merupakan salah satu buah-buahan yang kaya akan vitamin

C, yaitu 87 mg/ 100 mg buah jambu biji, sehingga konsumsi tablet Fe dapat
99

dikombinasikan dengan jus jambu biji yang kaya akan vitamin C (Parimin,

2005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah

dilakukan oleh Ningtyastuti dan Suryani (2013) dengan judul pengaruh

mengkonsumsi jambu biji merah terhadap penignkatan kadar hemoglobin ibu

hamil di Kelurahan Bandung Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen

diketahui bahwa ada pengaruh jus jambu biji merah terhadap kadar

hemoglobin ibu hamil dengan nilai p = 0,002.

Menurut asumsi peneliti kombinasi konsumsi tablet Fe dan jus jambu

biji merah lebih efektif terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu

hamil dengan anemia, karena buah jambu biji merah merupakan buah yang

kaya akan vitamin C dan Vitamin C akan meningkatkan kemampuan tubuh

dalam menyerap element besi yang terdapat pada Tablet Fe, mekanisme

penyerapan element besi Oleh vitamin C adalah denganmereduksi besi ferri

(fe3+) menjadi ferro (Fe usus halus) sehingga mudah diabsorbsi, proses

reduksi tersebut akan semakin besar bila pH lambung semakin asam. Vitamin

C yang terkandung pada buah jambu biji merah dapat menambah keasaman

lambung sehingga penyerapan zat besi menjadi lebih baik.


BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Perbedaan kenaikan

kadar hemoglobin pada ibu hamil anemia dengan mengkonsumsi tablet Fe dan jus

jambu biji merah dengan ibu hamil anemia yang mengkonsumsi tablet Fe di

Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi Tahun 2016 dapat

disimpulkan bahwa :

1. Diketahui bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia

sebelum pemberian tablet Fe dan Jus jambu biji merah adalah 9,01 mmHg.

2. Diketahui bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia

sesudah pemberian tablet Fe dan Jus jambu biji merah adalah 11,30 mmHg.

3. Diketahui bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia

sebelum pemberian tablet Fe adalah 9,03 mmHg.

4. Diketahui bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia

sesudah pemberian tablet Fe adalah 10,46 mmHg.

5. Diketahui bahwa terdapat kenaikan kadar hemoglobin ibu hamil anemia

setelah mengkonsumsi tablet Fe dan jus jambu biji merah dengan rata-rata

peningkatan kadar hemoglobin 2,29 mmHg dan nilai p = 0,000.

6. Diketahui bahwa terdapat kenaikan kadar hemoglobin ibu hamil anemia

setelah mengkonsumsi tablet Fe dengan rata-rata peningkatan kadar

hemoglobin 1,43 mmHg dan nilai p = 0,000.

100
101

7. Diketahui bahwa Ada perbedaan kenaikan kadar hemoglobin ibu hamil

anemia antara yang mengkonsumsi tablet fe dan jus jambu biji merah dengan

ibu hamil yang mengkonsumsi tablet fe dengan perbedaan kenaikan kadar

hemoglobin sebesar 0,86 mmHg dan nilai p = 0,015.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Nilam Sari untuk selalu

meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya ibu

hamil untuk selalu mengkonsumsi Tablet Fe secara teratur dan

mengkombinasikan konsumsi tablet Fe dengan makanan yang kaya akan

vitamin C agar penyerapan elemen besi dan folat yang terkandung dalam

tablet Fe menjadi lebih baik dan dapat memaksimalkan peningkatkan kadar

hemoglobin ibu, salah satunya adalah dengan mengkombinasikan konsumsi

tablet Fe dengan jus jambu biji merah.

2. Bagi Ibu Hamil Anemia

Diharapkan kepada ibu hamil untuk dapat selalu mengkonsumsi tablet

Fe yang telah diberikan oleh petugas kesehatan dengan benar dan baik, yaitu

mengkonsumsi tablet Fe secara rutin, memperhatikan waktu yang tepat untuk

mengkonsumsi tablet Fe yaitu sebelum tidur, menghindari jenis makanan

yang dapat menghambat absorbs element besi dan folat yang terkandung

dalam tablet Fe seperti konsumsi dibarengi dengan konsumsi teh, kopi serta

meningkatkan konsumsi makanan yang kaya vitamin C yang dapat membantu


102

meningkatkan penyerapan element besi oleh tubuh, salah satunya adalah buah

jambu biji merah yang terbukti efektif terhadap peningkatan penyerapan

element besi yang terkandung pada tablet Fe.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk dapat melakukan

penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

efektifitas konsumsi tablet Fe bagi ibu hamil.


DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. (2007). Studi Kasus Kontrol Anemia Ibu Hamil. Journal Medical Unhas.
Arief, H. (2013). 262 Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Suadaya.
Arief, N (2008). Panduan Lengkap Kehamilan Dan Kelahiran Sehat. Jogjakarta: AR
Group.
Army. (2006). Dadar-Dasar Ilmu Kebidanan. Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke
Cipta.
Arisman. (2007). Gizi Dalam Daur Kehidupani. Jakarta: EGC.
Arisman. (2009). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Darma. (2008). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depkes.
Cunningham, dkk. (2006). Obsterti Wiliams. Jakarta: EGC.
Evelyn. (2009). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 1. Jakarta: EGC.
Hidayati, R. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis Dan
Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Hudono, S.R. dkk (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Huliana, Melliana. (2001). Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta: Puspa
Swara.
Levano, K. et.al. (2009). Obstertri Wiliams Panduan Ringkas. Jakarta: EGC.
Lubis, Zulhaida. (2003). Jurnal Status Gizi Ibu Hamil Sertapengaruhnya Terhadap
Bayi Yang Dilahirkan.
Mandiriwati. (2007). Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC.
Manuaba, I.G.B. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Opstertri. Jakarta: EGC.
Muhlisah. (2010). Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Musbikin. (2008). Panduan Ibu Hamil Dan Melahirkan. Catatan I. Jakarta: Mitra
Pustaka.
Nelson dan cox (2005). Lehninger: Princiles Of Biochemistry. ed. W.H. Freeman And
Company. USA.
Notoadmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta.
Parimin. (2005). Jambu Biji (Budidaya Dan Ragam Manfaatnya). Jakarta: Penebar
Swadaya.
Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: YBP-SP.
Profil Kesehatan Indonesia. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Dinkes.
Profil Kesehatan Sumatra Barat. (2014). Profil Kesehatan Sumatra Barat. Jakarta:
Dinkes.
Proverawati dan Asfual. (2009). Gizi untuk kebidanan. Jakarta: Nuha Medika.
Pusdiknakes-WHO. (2003). Asuhan Antepartum.
Saifiddin, A.B. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: YBP-SP.
Sunita, A. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
WHO. (2012). Worldwide Prevalence Of Anaemia 2000-2012. WHO Global
Database On Anaemia Granev, world health organitation. 2012.
Wiknejosastro, hanifa (2005). Ilmu bedah Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
Bungsu, P (2012). Pengaruh Kadar Tetanin Pada Teh Celup Terhadap Anemia Gizi
Besi (AGB) Pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten
Bogor. Tesis Program Megister Gizi Masyarakat Universitas Indonesia.
https://www.google.com/search?q=putri+bungsu+pdf&ie=utf-8&oe=utf-
8#q=digital_20334340-T32607-Putri+Bungsu
Zarianis. (2006). Efek Suplementasi Besi-Vitamin C Dan Vitamin C Terhadap Kadar
Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang Anemia Di Kecamatan Sayung
Kabupaten Demak. Tesis Program Megister Gizi Masyarakat Universitas
Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/15967/1/zarianis.pdf.
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Calon Responden

Dengan Hormat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa program Studi DIV

Kebidanan STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Nama : Adinda Amelia Azhar

Nim : 1515301123

Judul : Perbedaan Kenaikan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil dengan

Anemia yang Mengkonsumsi Tablet Fe dan Jus Jambu Biji Merah

dengan Ibu Hamil Anemia yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Wilayah

Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi sebagai

responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan di jaga dan hanya digunakan

untuk peneliti.

Apabila ibu menyetujui menjadi responden dan menjawab pertanyaan yang

diajukan saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

(Adinda Amelia Azhar)


Lampiran 2

FORMAT PERSETUJUAN
(informed consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia ikut

berpartisipasi sebagai responden penelitian yang akan dilakukan oleh Mahasiswi

Program Studi DIV Kebidanan STIKes Fort De Kock Bukittinggi yang berjudul :

Perbedaan Kenaikan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil dengan Anemia yang

Mengkonsumsi Tablet Fe dan Jus Jambu Biji Merah dengan Ibu Hamil Anemia yang

Mengkonsumsi Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun

2016.

Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan

dari pihak manapun.

Bukittinggi, Agustus 2016

Responden
Lampiran 3

PROSEDUR PENELITIAN

Tahapan penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :

1) Tahap persiapan

a. Pengurusan izin penelitian

b. Survey pendahuluan

c. Penyusunan proposal penelitian

2) Tahap pelaksanaan

a. Pengisian informed concent

b. Pengarahan kepada responden yang memenuhi kreteria Persiapan

Alat dan Bahan:

(1) Blender

(2) 100 gram jambu biji merah (untuk 1 orang ibu hamil).

(3) Air ¼ gelas atau secukupnya

(4) Gelas plastik dan tutupnya

(5) Pisau (untuk memotong buah)

c. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan

d. Masukkan jambu biji merah segar (sudah dibersihkan dan dibuang

bijinya) kedalam blender.

e. Tambahkan air ¼ gelas atau secukupnya.

f. Kemudian blender
g. Tuangkan jus kedalam gelas plastik yang memiliki tutup dan

mudah saat dibawa.

Dilakukan intervensi pada kelompok kontrol adalah ibu hamil

mendapatkan suplementasi tablet Fe saja secara teratur selama 14 hari

sedangkan untuk kelompok perlakuan ibu hamil mendapat suplemen

tablet Fe dan mengkonsumsi jus jambu biji merah secara rutin selama

14 hari.

3) Tahap akhir

a. Penulisan laporan penelitian

b. Seminar hasil proposal

c. Melakukan penelitian eksperimen

d. Pengolahan data

e. Seminar Laporan Tugas Akhir


Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN


PERBEDAAN KENAIKAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL
ANEMIA DENGAN MENGKONSUMSI TABLET FE + JUS JAMBU BIJI
MERAH DAN TABLET FE SAJA DI PUSKESMAS
NILAM SARI BUKITTINGGI
TAHUN 2016

A. DATA IDENTITAS RESPONDEN

1. Kode Responden :

2. Tanggal/Waktu Penelitian :

3. Nama :

4. Usia :

5. Pendidikan :

6. Pekerjaan :

Perlakuan Fe saja

No Nama Sebelum Sesudah Rata-Rata


Responden diberikan Fe diberikan Fe Perbedaan
Hemoglobin
Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN


PERBEDAAN KENAIKAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL
ANEMIA DENGAN MENGKONSUMSI TABLET FE + JUS JAMBU BIJI
MERAH DAN TABLET FE SAJA DI PUSKESMAS
NILAM SARI BUKITTINGGI
TAHUN 2016

A. DATA IDENTITAS RESPONDEN

1. Kode Responden :

2. Tanggal/Waktu Penelitian :

3. Nama :

4. Usia :

5. Pendidikan :

6. Pekerjaan :

Perlakuan jambu biji merah + Fe

No Nama Sebelum Sesudah Rata-rata


responden diberikan jus diberikan jus perbedaan
jambu biji jambu biji hemoglobin
merah + Fe merah + Fe

You might also like