Professional Documents
Culture Documents
Analisis Semiotika Meme Profesi Yang Tidak Dapat Work From Home' Selama Pandemi Covid-19
Analisis Semiotika Meme Profesi Yang Tidak Dapat Work From Home' Selama Pandemi Covid-19
ABSTRACT
A meme is capable of picturing a phenomenon which is generally arranged through a picture that is
followed by a description that adds up to the representation of a meaning that is intended to be conveyed by a
meme creator. A meme may be perceived as unique since it has the ability to express numerous points of view,
such as one’s or a group of society’s political view. The COVID-19 pandemic which is currently threatening
the world’s public health starting from the end of 2019 introduces an enormous disruption in various fields,
including the social aspect in Indonesia. One of the difficulties that the citizens felt is their obligation to do their
work from home, as a form of health quarantine, along with physical distancing avoiding interactions that
occurred in workplaces. As a government policy, it’s only normal that a pro-contra rises in the society. One of
the flaws in the policy is the existence of professions which doesn’t allow their work to be done at home,
specifically for professions such as fishermen, farmers, and construction workers that are also found at the
memes which this study analysed. To look at how a public discourse is done through a meme, the study uses
Barthes’ Semiotic Analysis Model in revealing the myth that exists in the meme found in the social media
platforms during the COVID-19 pandemic. The study finds how the memes in the analysis represent a perceived
flaw in the Work From Home policy when the policy is directed to several types of professions in Indonesia, as
well as it is a form of political critique.
Keywords: Work From Home, COVID-19, semiotic, meme
ABSTRAK
Suatu meme mampu menggambarkan sebuah fenomena yang pada umumnya dirangkai melalui suatu
gambar yang diikuti dengan deskripsi yang mendukung representasi suatu makna yang hendak disampaikan
seorang pembuat meme. Meme juga dianggap unik oleh karena kemampuannya mengekspresikan berbagai
sudut pandang, seperti pandangan politik seseorang atau sekelompok masyarakat. Pandemi COVID-19 yang
tengah mengancam kesehatan masyarakat dunia sejak akhir tahun 2019 menghadirkan disrupsi yang besar
dalam berbagai sektor, termasuk aspek sosial di Indonesia. Salah satu kesulitan yang dialami masyarakat adalah
kewajiban setiap individu untuk melaksanakan pekerjaan mereka dari rumah masing-masing atau yang sering
disebut sebagai “Work From Home”, sebagai bentuk kekarantinaan kesehatan dengan pembatasan fisik dari
interaksi yang terjadi di tempat berbagai pekerjaan dilakukan. Selayaknya suatu kebijakan pemerintah, resolusi
kesehatan ini menimbulkan pro-kontra bagi masyarakat Indonesia. Salah satu kekurangan dari kebijakan ini
adalah keberadaan profesi yang tidak memungkinkan pekerjaannya untuk dikerjakan di rumah, khususnya
untuk profesi seperti nelayan, petani, dan tukang bangunan yang juga ditemukan pada ketiga meme yang
dianalisis pada penelitian ini. Untuk melihat bagaimana ruang publik dimanfaatkan melalui meme, penelitian
menggunakan Model Analisis Semiotika Barthes dalam mengulik mitos yang terdapat pada beberapa meme
yang hidup di media sosial selama rangkaian pandemi COVID-19. Studi menemukan keberadaan meme yang
menunjukkan ketidaksesuaian perwujudan Work From Home bagi beberapa jenis profesi milik masyarakat
*
Korespondensi Penulis
Email: aninditawidiastuti@gmail.com,
richardisbdg@gmail.com,
alyazahranii@gmail.com
1
Jurnal SEMIOTIKA
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.14 (No. 1 ) : no. 1 - 7. Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 1978-7413
e-ISSN: 2579-8146
Indonesia, sebagai bentuk kritik politis. Selain memenuhi fungsi hiburan, sebuah meme juga memiliki potensi
untuk menjadi ruang publik bagi masyarakat melalui berbagai saluran dimana meme dapat hidup, yakni media
sosial.
Kata Kunci: Bekerja dari Rumah, COVID-19, semiotika, meme
bagaimana bahwa inilah saatnya seluruh ataupun keresahan yang terletak dalam
warga Indonesia untuk bekerja dari rumah, masyarakat, dengan bentuk sindiran kepada
belajar dari rumah, dan ibadah dari rumah. pemerintah, yang dianggap masih kurang
(Nurita, 2020) Dengan disrupsi ini, mampu untuk memberikan solusi alternatif
masyarakat perlu menyesuaikan diri, entah bagi para profesi yang menjadi subjek pada
dengan lingkungan rumah alias ruang kerja meme-meme terpilih.
barunya, atau dengan bentuk pekerjaan beserta
pengerjaannya yang tentu perlu penyesuaian METODE PENELITIAN
juga dengan situasi yang terjadi.
Penyesuaian ini dapat diikuti dengan Komunikasi adalah proses
lebih mudah oleh beberapa lapisan penggunaan tanda-tanda dan simbol-simbol
masyarakat, bagaimanapun terdapat juga yang mendatangkan makna bagi kelompok
beberapa lapisan masyarakat lainnya yang tertentu. (Sarbaugh, 1993) Berasal dari istilah
benar-benar tidak dapat bekerja di rumah, Yunani, seemion, yang berarti “tanda”, Daniel
seperti petani ataupun nelayan, padahal Chandler menyebut semiotika sebagai ilmu
tentang tanda-tanda. Menurut Paul Colbey,
Indonesia sendiri adalah negara maritim
kata dasar semiotika berasal dari kata dasar
maupun agraris. Keresahan ini disalurkan oleh
seme yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika
masyarakat Indonesia melalui teks, yang salah juga dapat disebut sebagai studi tentang
satu bentuknya adalah meme. Teks seringkali bagaimana masyarakat memproduksi makna
diterima audiens tanpa dipersoalkan lebih dan nilai-nilai dalam sebuah sistem
lanjut secara kritis. (Burton, 2010) Meme komunikasi. (Dadan, 2005) Semiotika
umumnya sekedar dianggap sebagai bahan mengeksplorasi perolehan makna yang
hiburan, bagaimanapun sebuah meme mampu dibangun oleh teks tertentu, melalui cara
merepresentasikan pemikiran dari seorang tertentu dalam penataan tanda serta
pembuat konten maupun para audiensnya yang penggunaan kode-kode budaya. (Barker,
berkontribusi dalam membuat meme tertentu 2004)
viral. Berdasarkan pengertian Barthes,
Meme dapat berperan penting saat semiologi mempelajari bagaimana
kemanusiaan memaknai berbagai hal.
mengekspresikan pandangan politik, seperti
Memaknai berarti bahwa objek-objek selain
yang digambarkan oleh Pusanti (2015) yang
membawa informasi, juga hendak
menggunakan Model Analisis Semiotika berkomunikasi, serta mengkonstitusi sistem
Charles Sanders Peirce dalam menganalisis terstruktur dari tanda. Signifikansi dilihat
meme politik yang merepresentasikan kritik sebagai sebuah proses yang total dengan suatu
terhadap beberapa peristiwa politik di susunan yang sudah terstruktur. Barthes juga
Indonesia selama pemilu 2014. Pada peristiwa menganggap kehidupan sosial, dalam segala
yang sama, menggunakan Model Analisis bentuknya, yang juga adalah suatu sistem
Semiotika Roland Barthes, Safitri (2015) tanda tersendiri, sebagai sebuah bentuk
menemukan beberapa makna capres boneka signifikansi. (Kurniawan, 2001)
melalui analisis yang dilakukannya. Dengan Selaku filsuf, kritikus sastra, dan
model yang sama, yakni model Barthes, semolog Prancis, Roland Barthes
Rorong dan Suci (2019) menemukan makna mengembangkan semiologi menjadi metode
feminisme pada sampul majalah Vogue versi dalam menganalisis kebudayaan. Barthes
Arabia Edisi Juni 2018. mengutamakan tiga hal sebagai inti dalam
Dengan Analisis Semiotika Barthes, analisisnya, yakni makna denotatif, konotatif,
penulis hendak menganalisis beberapa meme dan mitos. Dalam konsep Barthes, tanda
yang menyindir keberadaan beberapa profesi konotatif bukan sekedar memiliki makna
di Indonesia yang tidak dapat bekerja sesuai tambahan, namun juga mengandung kedua
dengan arahan pemerintah, yakni bekerja dari bagian tanda denotatif yang melandasi
rumah selama pandemi COVID-19. Analisis keberadaannya. Barthes menggunakan teori
ini hendak membuktikan keberadaan masalah significant-signifie, yang dikembangkan
3
Jurnal SEMIOTIKA
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.14 (No. 1 ) : no. 1 - 7. Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 1978-7413
e-ISSN: 2579-8146
menjadi teori tentang metabahasa dan Mitos dalam konotasi identik sebagai
konotasi. Istilah significant menjadi ekspresi operasi ideologi. Mitos dapat mengungkapkan
(E) dan signifie menjadi isi (C), namun dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai
Barthes mengatakan bahwa antara E dan C dominan yang berlaku dalam periode tertentu.
harus ada relasi (R) tertentu, sehingga (Budiman, 2001) Konotasi yang sudah lama
membentuk tanda (sign). Konsep relasi ini terbentuk di masyarakat juga disebut dengan
membuat teori tentang tanda mudah “mitos”. (Hoed, 2008) Ciri-ciri mitos sendiri
berkembang, karena relasi ditetapkan oleh menurut Roland Barthes adalah deformatif,
pemakai tanda. (Danesi, 2010) intensional, dan memiliki motivasi. (Barthes,
Barthes juga dikenal sebagai salah 1972) Gejala suatu budaya dipercayai dapat
seorang pemikir strukturalis yang kerap memperoleh konotasi sesuai dengan sudut
mempraktikkan model linguistik dan pandang suatu masyarakat. Jika konotasi kuat,
semiologi Ferdinand Saussure. Teori semiotik maka ia akan menjadi mitos. Jika mitos sudah
Barthes diturunkan dari teori bahasa menurut kuat, ia akan menjadi ideologi. (Dadan, 2005)
Saussure. Ia berpendapat bahwa bahasa adalah
sistem tanda yang mencerminkan asumsi- HASIL DAN PEMBAHASAN
asumi dari masyarakat tertentu dalam waktu
tertentu. (Sobur, 2013) Bagaimanapun, Mitos yang merepresentasi ketidaksesuaian
Saussure hanya menekankan penandaan dalam Work From Home bagi beberapa jenis
tataran denotatif. Maka itu, Roland Barthes pekerjaan di masyarakat, termasuk tukang
menyempurnakan semiologi Sassure dengan bangunan, nelayan, dan petani digambarkan
mengembangkan sistem penandaan pada melalui tiga meme yang dianalisis pada studi
tingkat konotatif, dimana aspek lain dari ini.
penandaan berupa “mitos”, atau sesuatu yang
menandai suatu masyarakat.
4
Jurnal SEMIOTIKA
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.14 (No. 1 ) : no. 1 - 7. Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 1978-7413
e-ISSN: 2579-8146
Gambar 2. Nelayan kerja dari rumah. Gambar 3. Petani kerja dari rumah. Sumber:
Sumber:https://www.facebook.com/srahmahn https://twitter.com/finrul/status/12429991699
ur.rhmhns/posts/1850720545060925 18238720?s=20
Meme kedua ini adalah sebuah unggahan Serupa dengan gambar sebelumnya, pada
facebook oleh akun Siti Rahman Nur dengan meme ini dapat dilihat sebuah unggahan dari
tulisan “Pemerintah: Kerja dari rumah, akun dengan nama “direktur tpa” dan
Nelayan:”, dilengkapi dengan ilustrasi seorang username “@finrul” dengan keterangan
bapak bersarung yang sedang memancing tulisan “Pemerintah: Kerja dari rumah,
namun menggunakan joran pancingan, petani:” disertai dengan gambar jari-jari
mengarah ke aquarium di ruang tamu. Hal tangan, tanah, dan tanaman yang ada pada
tersebut adalah makna denotasi dari meme kuku. Hal tersebut adalah makna denotasi
tersebut. Adapun makna konotasi yang dapat bersamaan dengan analisis adanya beberapa
tanaman yang ditanam di ujung kuku jari
dianalisis adalah seorang bapak yang
tangan seseorang. Adapun makna konotasi
diibaratkan sebagai nelayan dan melakukan
dari meme tersebut adalah gambar jari tangan
pekerjaannya di tempat yang tidak biasa atau yang diibaratkan tangan petani yang terpaksa
sesuai dengan yang seharusnya. Aktivitas menanam tanaman di sedikit tempat yang
memancing ikan dilakukan ke arah aquarium tersisa, yakni melakukan hal yang di luar
di rumah dan menerjemahkan secara petanda kebiasaannya akibat kebijakan yang
konotatif bahwa pekerjaan dirinya sebagai diberlakukan.
nelayan tidak sesuai bila dilakukan dari rumah. Mitos yang terdapat pada ketiga meme
memperlihatkan bagaimana di tengah
keharusan melaksanakan Work Form Home
seperti yang disampaikan pemerintah, masih
terdapat segelintir kalangan di masyarakat
yang tidak dapat menjalankannya. Seperti
halnya tukang bangunan yang hanya bisa
bekerja bila berada di tempat proyek
bangunannya, nelayan yang secara normal
memancing dan mencari ikan di perairan
5
Jurnal SEMIOTIKA
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.14 (No. 1 ) : no. 1 - 7. Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 1978-7413
e-ISSN: 2579-8146
lepas, serta petani yang menanam tanaman di Social Media Path Audience of
kebun atau bekerja di sawah dan lahan yang Postgraduate Communication
luas. Students University of Indonesia).
Seperti halnya di China, Meng (2011) Interact.
membuktikan bagaimana diskusi politik Alvarez, A. (2004). Memetics: An
tengah berada dalam ruang wacana dan praktik evolutionary theory of cultural
komunikasi di internet, begitu juga ketiga transmission. Sorites, 15, 24–28.
meme dari Indonesia ini merupakan kritik Jenkins, H., Li, X., Krauskopf, A., & Grean,
politis dan pengingat bagi para pemangku J. (2009). If it doesn’t spread, it’s
dead (part one): Media viruses and
kebijakan untuk tetap memperhatikan
memes .
kemungkinan yang ada atas dampak kebijakan
Katz, E., Blumer, J. G., & Gurevitch, M.
dan himbauan terhadap seluruh lapisan (1974). "Utilization of Mass
masyarakat dengan segala jenis pekerjaannya. Communication by the Individual”,
in the uses of mass communications:
SIMPULAN Current perspectives on
Gratifications research. Sage Annual
Mitos bagaimana eksekusi Work Reviews of Communication Research.
From Home tidak sesuai bagi beberapa jenis Rubin, A. M., Haridakis, P. M., Hullman, G.
pekerjaan di masyarakat Indonesia A., Sun, S., Chikombero, P. M., &
direpresentasikan melalui beberapa meme Pornsakulvanich, V. (2003).
yang beredar selama rangkaian pandemi Television exposure not predictive of
COVID-19. Eksistensi klasifikasi meme ini terrorism fear. Newspaper Research
Journal, 24, 128-145.
menggambarkan keberadaan pendapat di
Shifman, L. (2013). Memes in a Digital
masyarakat yang melihat kekurangan dalam World: Reconciling with a
kebijakan Work From Home terkait Conceptual Troublemaker. Journal of
dampaknya terhadap kalangan masyarakat Computer Mediated Communication.
tertentu. Masyarakat mengharapkan Szablewicz, M. (2014). The ‘losers’ of
penanganan yang lebih baik yang dapat China’s Internet: Memes as
melindungi seluruh kalangan masyarakat yang ‘structures of feeling’ for
terdampak oleh pandemi ini. Analisis pada disillusioned young netizens. China
studi ini menambahkan bukti bagaimana Information.
meme yang hidup di media sosial tidak hanya Zhou, F., Yu, T., Du, R., Fan, G., Liu, Y., Z.,
berfungsi sebagai hiburan, namun juga L., . . . Cao, B. (2020). Clinical
berpotensi sebagai ruang publik untuk course and risk factors for mortality
of adult inpatients with COVID-19 in
berbagai fungsinya, salah satunya sebagai
Wuhan, China: a retrospective cohort
ruang penyampaian kritik politis.
study. Lancet, 395, 1054– 1062.
Ihsanuddin. (2020, 3 3). Fakta Lengkap
DAFTAR PUSTAKA Kasus Pertama Virus Corona di
Indonesia. Diambil kembali dari
Hull, D. (2000). Taking memetics seriously: Kompas:
Memetics will be what we make it. https://nasional.kompas.com/read/202
Dalam R. Aunger, Darwinizing 0/03/03/06314981/fakta-lengkap-
culture: The status of memetics as a kasus-pertama-virus-corona-di-
science (hal. 43-168). Oxford, indonesia?page=all
England: Oxford University Press. Burton, G. (2010). Media And Society:
Knobel, M., & Lankshear, C. (2007). A new Critical Perspectives. UK: McGraw-
literacies sampler. New York: Hill Education.
Penguin. Pusanti, R. R. (2015). Representasi Kritik
Cahya, M. B., & Triputra, P. (2017). Motives dalam Meme Politik (Studi Semiotika
that Influence Participatory Culture Meme Politik dalam Masa Pemilu
Internet Meme (A Case Study of 2014 pada Jejaring Sosial ”Path”
6
Jurnal SEMIOTIKA
Versi Online: http://journal.ubm.ac.id/ Vol.14 (No. 1 ) : no. 1 - 7. Th. 2020
Hasil Penelitian p-ISSN: 1978-7413
e-ISSN: 2579-8146