Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)

The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies


ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

Makna Pengulangan Ayat dalam al-Qur’an Surah ar-Rahman:


Tinjauan Literatur

Ahmad Syawal1, Faizah Binti Awad2, Nurdin3, Muh. Ikhsan4


1,2,3,4Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Kendari

bangwall201202@gmail.com

Abstract
This study aims to discuss the meaning of repetition of verses in surah
ar-Rahman. This study uses a qualitative approach with a descriptive-
analytical method. The formal object of this research is the analysis of
interpretation, while the material object is the repetition of verses in
Surah ar-Rahman. The results and discussion of this study indicate
that the meaning of the repetition of Surah ar-Rahman includes
stylistically not as tauqid but taqrir al-ma'na, meaning the balance of
the heavens and the universe, the command to be grateful for favors,
so that humans enjoy the beauty of language style, and related to the
nature of ar-Rahman. This study concludes that the repetition of
verses in Surah ar-Rahman has a lot of meaning, leaving it to the
commentators who dig into its unlimited depth. This study
recommends that enthusiasts of the study of the Qur'an and Tafsir be
able to explore the meaning of the repetition of verses in Surah Ar-
Rahman which is very abundant for the enlightenment of Muslims in
living their daily lives.

Keywords: Al-Qur'an; Interpretation; Meaning; Ar-Rahman

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membahas makna pengulangan ayat
dalam surah ar-Rahman. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif-analitis. Objek formal penelitian
ini adalah analisis tafsir, sedangkan objek materialnya ialah
pengulangan ayat dalam surah ar-Rahman. Hasil dan pembahasan
penelitian ini menunjukan bahwa makna pengulangan surah ar-
Rahman di antaranya secara gaya bahasa bukan sebagai tauqid
melainkan taqrir al-ma’na, bermakna keseimbangan langit dan alam
semesta, perintah untuk bersyukur atas nikmat, agar manusia
menikmati indahnya gaya bahasa, dan berkaitan dengan sifat ar-
Rahman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengulangan ayat

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

151
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

dalam surah ar-Rahman memiliki makna yang melimpah berpulang


kepada para ahli tafsir yang melakukan penggalian terhadap
kedalamannya yang tidak terbatas. Penelitian ini merekomendasikan
kepada peminat studi al-Qur’an dan Tafsir untuk dapat menggali
makna pengulangan ayat dalam surah ar-Rahman yang teramat
melimpah bagi pencerahan umat muslim dalam menjalani
keseharian.

Kata Kunci: Al-Qur’an; Makna; Ar-Rahman; Tafsir

Pendahuluan
Al-Qur’an memiliki sejumlah kisah dan cerita, namun tidak bisa
dikategorikan sebagai sebuah cerita, al-Qur’an juga mengandung catatan-
catatan sejarah, namun tidak pula bisa disebut buku sejarah (Malla, 2018).
Adapun aspek terpenting dalam hal ini adalah gaya bahasanya, sehingga
tidak dapat dipungkiri bahwa al-Qur’an memiliki mutu sastra yang tinggi
dan gaya bahasa yang indah. Di dalam al-Qur’an ada yang dikenal dengan
istilah i’jaz al-Qur’an, yang memperlihatkan mukjizat al-Qur’an (Masruri,
2019), yaitu ketinggian sastra yang membahas mengenai kekuatan dari
susunan lafaz dan kandungan al-Qur’an, sehinggah membuat lafaz al-
Qur’an sangat ilmiah. Dari salah satu al-i`jaz yang terdapat dalam al-Qur’an
adalah pengulangan yang terjadi pada ayat-ayatnya atau yang lebih
dikenal dalam cabang ilmu al-Qur’an al-tikrar (Isnaeni, 2021). Pada
umumnya pengulangan dimaksudkan untuk penegasan suatu perkara dan
untuk menetapkan kalam atau untuk menunjukkan pentingnya
permasalahan dan untuk menarik perhatian pendengar terhadap
kandungan yang ada dalam surah itu (Salihin, 2019). Dengan kata lain,
tujuan pengulangan adalah untuk menggiring pendengar supaya
mengingatkan kembali maksud yang diinginkan (Salihin, 2019). Oleh
karena itu, penelitian ini akan membahas dan mengkaji makna
pengulangan ayat dalam Q.S ar-Rahman.
Hasil penelitian terdahulu tentang makna pengulangan ayat dalam
Q.S ar-Rahman telah dikemukakan oleh sejumlah peneliti. Satu di
antaranya adalah Khoridatul Mudhiah (2014), ”Menelusuri Makna
Pengulangan Redaksi dalam Surah ar-Rahman,” Hermeunetik. Penelitian ini
bertujuan untuk membahas tentang rahasia pengulangan redaksi dalam
surat ar-Rahman. Dalam al-Qur’an banyak ayat yang diulang-ulang
redaksinya khususnya dalam surat ar-Rahman. Hal ini mengundang
peneliti untuk mengetahui rahasia di balik pengulangan tersebut, oleh
karena itu tema ini diangkat untuk menemukan pesan-pesan rahasia di

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

152
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

balik pengulangan kata tersebut. Dengan menggunakan metode konten


analisis, penulis mencoba mencermati dan melakukan interpretasi
terhadap redaksi ayat-ayat yang diulang untuk menemukan sesuatu yang
tersembunyi di balik pesan ayat-ayat repetitif itu. Hasilnya adalah suatu
temuan di mana redaksi ayat-ayat yang diulang itu benar-benar
memberikan pemahaman yang mendalam yang berkaitan dengan aspek-
aspek psikologis yang memiliki pengaruh terhadap para pembacanya. Di
sinilah keunikannya, bahwa pengulangan redaksi ayat-ayat dalam al-
Qur’an itu adalah sarat dengan pesan dan makna (Mudhiah, 2014).
Penelitian sekarang dan hasil penelitian terdahulu terdapat
persamaan. Maka dari itu, penelitian sekarang bermaksud mendukung
serta mengembangkan hasil penelitian terdahulu.
Kerangka berpikir perlu dirancang untuk menjawab pertanyaan
penelitian bagaimana makna pengulangan ayat dalam Q.S ar-Rahman. Al-
Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw, dengan perantara malaikat Jibril yang kemudian
disampaikan kepada umat Islam secara mutawatir, serta membaca dan
mempelajarinya merupan suatu ibadah yang dimulai dengan surah al-
Fatihah kemudian ditutup dengan surah an-Nas (Satrisno, 2018). Surah ar-
Rahman merupakan surah ke 55 dalam al-Qur’an yang terdiri dari 78 ayat
dan diturunkan di kota Mekkah (Nisa, 2007). Surah ar-Rahman menurut
riwayatnya memiliki sababu an-nuzul atau sebab turunnya surah ar-
Rahman. Muhammad Thahir bin Hanid bin Muhammad al-Thahir bin
Asyur al-Tunisiy menjelaskan sebab turun ar-Rahman, dalam buku al-
Tahrir wa al-Tanwir yang meceritakan bahwa kaum musyrikin disuruh
bersujud kepada Sang Maha Pengasih, yakni dijelaskan di dalam surah al-
Furqan ayat 60: Artinya, “Dan apabila dikatakan kepada mereka, sujudlah
kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang, mereka menjawab: “Siapa
yang Maha Penyayang itu. Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang
kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya),” dan (perintah sujud itu)
menambah jauh mereka dari iman (Zahra et al., 2020). Penyebutan ar-
Rahman dalam surat al-Furqan ini, menjadi nama dari surat ar-Rahman
karena yang menguatkan sifat ar-Rahman kepada Allah menjadi jawaban
kepada kaum musyrik bahwa ar-Rahman itulah yang mengajarkan Nabi
Saw. segalanya yang terdapat di awal surah ar-Rahman (Zahra et al., 2020).
Nampak jelas dalam penafsiran di atas bahwa ayat dari Q.S. ar-Rahman
َ ِّ َ ُ َ ُ ِّ َ َ َ ِّ َ َ
yang berbunyi ‫ان‬ِ ‫ ف ِبأي آَل ِء ربكما تكذب‬terulang sebanyak 31 kali. Dari semua ayat
itu memiliki arti yang sama sebab ayat tersebut diulang tanpa ada
perubahan baik penggantian kata yang semakna ataupun mengalami
deviasi kata sehingga kebanyakan mufassir menafsirkan ayat ini sekali saja
yang tentu saja mewakili 30 ayat yang lain. Selain itu menurut kebanyakan

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

153
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

mufassir tujuan pengulangan ayat dalam surah tersebut sama, yakni untuk
menguatkan, mengingatkan akan nikmat yang Allah karuniakan dan juga
peringatan akan pentingnya bersyukur akan nikmat-nikmat yang
disebutkan dalam surah tersebut, baik berupa pahala, balasan bagi orang
yang taat, ataupun hukuman (Nisa, 2007).
Permasalahan utama penelitian ini adalah terdapat makna
pengulangan ayat dalam Q.S ar-Rahman. Rumusan masalah penelitian
ialah bagaimana makna pengulangan ayat dalam Q.S ar-Rahman. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk membahas makna pengulangan ayat dalam Q.S
ar-Rahman. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat
sebagai kajian awal tentang makna pengulangan ayat dalam Q.S ar-
Rahman. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat
sebagai petunjuk, khususnya bagi para peminat studi ilmu al-Qur’an dan
tafsir, terkait kajian makna pengulangan ayat dalam Q.S ar-Rahman.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (Darmalaksana,
2020)dengan metode analisis tafsir terhadap pengulangan ayat dalam surat
ar-Rahman. Setelah data dideskripsikan apa adanya, maka yang berperan
di sini adalah analisis tersebut (Nisa, 2007). Sumber primer penelitian ini
meliputi kitab-kitab tafsir para mufassir. Sumber sekunder penelitian ini
mencakup rujukan-rujukan yang terkait topik utama yang bersumber dari
jurnal, artikel, dan dokumen hasil penelitian lainnya. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan studi kepustakaan. Teknik analisis data ditempuh
melalui tahapan inventarisasi, klasifikasi, dan interpretasi (Darmalaksana,
2022).

Hasil dan Pembahasan


1. Tinjauan Pustaka Kajian Surah ar-Rahman
Surah ar-Rahman menarik minat para pengkaji untuk mengungkap
makna yang terkandung di dalamnya. Selain peneliti yang telah disebutkan
terdahulu, yaitu Khoridatul Mudhiah (2014), ”Menelusuri Makna
Pengulangan Redaksi dalam Surah ar-Rahman,” Hermeunetik (Mudhiah,
2014), ada pula peneliti-peneliti lain. Syarif, M. M. (2015), “Hikmah Tikrar
dalam Surah ar-Rahman (Studi Komparatif Tafsir al-Azhar dan al-Misbah). UIN
Sultan Syarif Kasim Riau. Peneliti mengambil topik ini karena dirasa sangat
menarik untuk dikaji. Masalah yang dikaji dalam pembahasan ini ialah
makna tikrar dalam al-Qur’an, kaidah untuk memahaminya, dan
penafsiran ayat tersebut perspektif tafsir al-Azhar dan al-Misbah. Metode
yang digunakan dalam penulisannya adalah metode muqaran yaitu dengan
menghimpun ayat-ayat yang mempunyai kata sama secara berurutan,

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

154
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

kemudian membandingkan penafsiran antara tafsir al-Azhar dan tafsir al-


Misbah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apabila pengulangan itu
setelah penyebutan nikmat-nikmat maka ia menekankan akan wajibnya
bersyukur. Dan apabila pengulangan ayat tersebut setelah penyebutan
azab atau siksaan maka pengulangan itu menekankan kecaman kepada
orang-orang yang tidak mau bersyukur (Syarif, 2015).
Badriyah, N. (1995), “Rahasia Berulang-ulangnya Ayat “Fabiayyi Aalaai
Rabbikumaa Tukadzdzibaan” dalam Surat ar-Rahman: Kajian tentang Surat ar-
Rahman,” IAIN Sunan Ampel Surabaya. Metode pembahasan penelitian ini
menggunakan metode induktif, metode deduktif dan metode komparatif.
Penelitian ini mengambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1) Bahwa sebagian
besar seluruhnya menjelaskan tentang nikmat yang bermacam-macam
yang dianugerahkan oleh Allah Swt kepada semua makhluk ciptaan-Nya,
penjelasan nikmat duniawi dan nikmat ukhrawi; 2) Pengulangan ayat
fabiayyi aalaai rabbikumaa tukadzdzibaan adalah sebagai penetapan atas
nikmat yang berbeda yang diberikan oleh Allah Swt kepada makhluk
ciptaan-Nya khususnya manusia dan jin, dimana penjelasan nikmat itu
saling berkaitan; dan 3) Rahasia atau hikmah di balik pengulangan ayat di
dalam surat ar Rahman adalah kita dapat mengetahui dan menikmati
indahnya gaya bahasa serta mengetahui penjelasan Allah Swt tentang
nikmat dunia dan nikmat akhirat (Badriyah, 1995). Yunus, M., & Hasanah,
U. (2020), “Rahasia Pengulangan (Repitisi) Ayat dalam Surah ar-Rahman:
Kajian Kitab Tafsir Ruh al-Ma’ani Karya al-Alusi,” Journal Al-Irfani: Ilmu Al-
Qur’an Dan Tafsir. Penelitian ini menggunakan studi literature dengan
metode diskriptif-analitis. Peneliti mendiskripsikan secara umum kitab
tafsir Ruh al-Ma’ani dan melakukan analisis. Sebagai hasilnya, rahasia di
balik pengulangan (repitisi) ayat dalam al-Qur’an menurut al-Alusi adalah
sebagai penetapan makna ayat sebelumnya bukan sebagai tauqid.
Sebagaimana dikenal dalam ilmu balaghah bahwa salah satu metode tauqid
adalah dengan mengulangi lafadz atau ayat tersebut, jika lebih dari tiga kali
pengulangannya maka bukanlah disebut tauqid (pengutan), akan tetapi
penetapan makna (taqrir al-ma’na) dari sebelumnya (Yunus & Hasanah,
2020). Munandar, M. F. P. A. (2021), “I’jaz ‘Ilmi: Sebuah Isyarat Kauniyah
dalam Surat ar-Rahman telaah Tafsir Thantawi Jauhari,” Al-Muhafidz:
Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir. Peneliti menyebutkan bahwa surah ar-
Rahman merupakan surah yang di dalamnya banyak mengandung
hikmah, di antaranya adalah ayat-ayat kauniyah yang harus dikaji dari sisi
penafsiran ‘ilmi. Sebagaimana diketahui dalam masyarakat bahwa surah ini
sering digunakan dalam pernikahan. Selain itu, pembahasan surah ini
sering tentang pengulangan ayat yang menyingkap aspek bahasa dan
keagungan al-Qur’an. Namun, bagaimana aspek penafsiran ayat kauniyah,

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

155
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

yang ditinjau dari Tantawi Jauhari dalam tafsir al-Jawahir. Sehingga


ditemukan inti pembahasannya bahwa kandungan tafsir ‘ilmi ayat
kauniyah dalam surah ar-Rahman meliputi keseimbangan langit dan alam
semesta, serta manfaat matahari dan bulan, dan kemungkinan untuk
menembus bumi dan langit (Munandar, 2021).
Nisa, L. C. (2007), “Penafsiran Surat ar-Rahman: Analisis terhadap
Pengulangan Ayat dalam Q.S ar-Rahman,” UIN Walisongo Semarang.
Menurut peneliti surah ini dinamakan Arusy Qur'an (pengantin al-Qur'an),
sebab surah ini menyandang keindahan redaksi serta pesona
kandungannya. Adapun hasil dari penelitan ini adalah: 1) Pengulangan
ayat tersebut mengandung hikmah bahwa penyebutan nikmat-nikmat,
mengandung makna keagungan nikmat tersebut serta banyaknya manfaat
yang diraih oleh penerimanya, dengan tujuan menggugah untuk lebih
bersyukur atau mengecamnya, bila ia tidak bersyukur sambil
mengisyaratkan bahwa sikapnya itu telah melampaui batas; 2) Banyak
sekali nikmat yang disebutkan setelah ayat (‫)فبأي آالء ربكما تكذبان‬, bahkan
penyebutan terbanyak dengan berbagai nikmat dalam satu surah. Nikmat
tersebut merupakan nikmat yang dikaruniakan bagi makhluk-Nya, bukan
hanya untuk manusia ataupun jin, bahkan bagi keduanya; 3) Hikmah
penyebutan nikmat tersebut yang secara spesifik disebutkan dalam Qs. ar-
Rahman antara lain: Berkaitan dengan sifat ar-Rahman, maka nikmat yang
disebutkan dalam surat ini berlaku untuk semua makhluk tanpa kecuali;
Barang siapa yang dapat mensyukuri nikmat yang Allah berikan, maka
baginya pantas mendapat surga yang di dalamnya terdapat dua buah mata
air yang mengalir, terdapat juga segala buah-buahan, juga tersajikan di atas
hamparan yang terbuat dari sutra, ada juga bidadari-bidadari yang setiap
saat menemani yang mana bidadari itu belum pernah disentuh baik oleh
manusia ataupun jin, dan mereka bagaikan mutiara dan marjan. Dan
balasan setimpal yang demikian itu tidak akan pernah ada bandingannya;
Sedang barang siapa yang tidak mensyukuri apa yang telah diberikan Allah
atau kufur atas nikmat-Nya, maka baginya disediakan neraka jahanam
yang didalamnya dikelilingi air yang mendidih dan memuncak panasnya.
Dan kelak mereka yang termasuk dalam golongan ini memiliki tanda-tanda
yakni wajah yang suram, mata yang layu, cara jalan yang aneh, dan lain-
lain (Nisa, 2007).
Munir, M., & Hidayah, N. (2013), “Tikrar al-Ayah fi Surah al-Rahman:
Bahts Tahlili Stilistika,” IAIN Sunan Ampel. Menurut penulis pada surat ini
terdapat keunikan, dari segi aspek bunyi, pemilihan lafadz dan pemilihan
kalimatnya. Pada aspek bunyi, surat ini mempunyai bunyi yang bervariasi
di setiap akhir ayatnya, kombinasi antara vokal dan konsonan menjadikan
perpaduan irama yanng harmonis sehingga tidak menimbulkan kebosanan

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

156
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

bagi orang yang membaca atau mendengarnya karena irama yang datang
timbul silih berganti. Adapun dari segi pemilihan lafadz-lafadznya
terdapat lafadz yang berdekatan maknanya. Kemudian dari segi
kalimatnya terdapat pengulangan kalimat. Penulis menggunakan
pendekatan stilistika, karena yang menjadi objek kajian dalam penelitian
ini adalah keindahan bahasa, yang tentunya berkaitan dengan bahasa yang
digunakan. Pusat perhatian stilistika adalah style atau gaya bahasa, yaitu
cara yang digunakan pengarang untuk menyampaikan maksudnya dengan
menggunakan bahasa sebagai sarana, pendekatan stilistika ini
dimaksudkan untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi
artistik dan maknanya, serta bertujuan untuk menentukan seberapa jauh
dan dalam hal apa bahasa yang dipergunakan itu memperlihatkan
penyimpangan. Dengan metode ini diharapkan dapat mengetahui
keindahan bahasa dalam surat Ar-Rahman serta efek yang ditimbulkannya
terhadap makna. Adapun metode yang digunakan dalam pembahasan ini
adalah metode kulitatif-deskriptif. Fungsi daripada pengulangan dalam
surah ar-Rahman adalah untuk menekankan dan menetapkan terhadap
manusia dan jin, bahwa di dunia ini semuanya adalah kekuasaan Allah,
dan tidak ada seorangpun yang bisa menandingi-Nya (Munir & Hidayah,
2013).
Jika diteruskan masih banyak lagi kajian seputar pengulangan ayat
pada surah ar-Rahman. Kenyataan ini menandakan bahwa al-Qur’an
penuh dengan hikmah yang tidak aka nada habisnya untuk diselami,
seperti halnya pengulangan ayat di dalam surah ar-Rahman.

2. Hikmah Keunikan Ayat dalam Surah ar-Rahman


Surah ar-Rahman merupakan surah yang unik dan istimewa (Munir
& Hidayah, 2013). Ini disebabkan terdapat ayat yang diulang-ulang hingga
puluhan kali di dalamnya. Ayat tersebut berbunyi:
ِِّ ‫َف ِب َأ‬
ِ ‫ي آَ ََل ِء رَ ِِّب ُكمَا تُ َك ِ ِّذب‬
‫َان‬

Q.S. ar-Rahman adalah surat ke 55 yang terdiri dari 78 ayat, termasuk


surat Makkiyyah. Q.S. ar-Rahman dengan sengaja mengulang ayat
“Fabiayyi ‘ala irabbikuma tukadziban” dan disebutkan sebanyak 31 kali yang
terdapat pada ayat 13,16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49,
51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77. Dua mukhatab dalam
ayat di atas ditujukan kepada jin dan manusia, “nikmat Allah mana lagi
yang kau dustai, wahai jin dan manusia.” Bukti khitab kepada jin dan
manusia dikuatkan dengan dua ayat pada ayat 14 dan 15: “Khalaqa al-insan
min alsal ka al-fakhar, wa khalaqa al-janna min marij min nar” (Ulfa Arfianti,
2021).

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

157
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

Pengulangan terebut menjadi istimewa karena pengulangan tersebut


melawan tradisi dan kaidah-kaidah sastra jahili. Kaidah sastra jahili tidak
membolehkan suatu gubahan narasi mengulang kalimat yang sama hingga
tiga kali. Namun demikian, al-Qur’an, khususnya surah ar-Rahman justru
melawan arus, menabrak kaidah sastra Jahili, dengan pengulangan satu
ayat hingga puluhan kali.
M. Quraih Shihab mengutip al-Biqa’i berkata bahwa kata ala’i adalah
bentuk jamak dari ilyi atau alyi yakni nikmat. Penggunaan kata ini karena
anugrah dan nikmat itu merupakan hal-hal yang khusus yang hanya
dianugerahkan oleh yang maha agung. Kata ini mengesankan sinar dan
kecemerlangan (at-tala’lu’) dan dengan melihatnya terasa ada kebajikan dan
doa. Penyebutan nikmat-nikmat, penyodoran pertanyaan semacam di atas
mengandung makna keagungan nikmat tersebut serta banyaknya manfaat
yang diraih oleh penerimanya, dengan tujuan menggugah lebih bersyukur
atau mengecamnya bila tidak bersyukur sambil mengisyaratkan bahwa
sikapnya itu telah melampaui batas. Demikian juga pendapat Abu Hayyan,
Ibn Qutaibah dan Muhammad Ali al-Shabuniy (Maskhuroh, 2018).
Inti dari surat ini di antaranya Allah mengajar manusia pandai
berbicara pohon-pohonan dan tumbuh-tumbuhan tunduk kepada Allah,
Allah selalu dalam kesibukan, seluruh alam merupakan nikmat Allah
terhadap umat manusia, manusia diciptakan dari tanah dan jin dari api,
kewajiban mengukur, menakar, menimbang dengan adil, manusia dan jin
tidak dapat melepaskan diri dari kekuasaan Allah, banyak dari umat
manusia yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan; kenabian tentang hal-hal
yang akan terjadi dan hal-hal itu benar-benar terjadi seperti tentang terusan
Suez dan Panama (Ulfa Arfianti, 2021).
Di antara hikmah pengulangan ayat “Fabiayyi ‘ala irabbikuma
tukadziban” adalah Allah menginginkan supaya jin dan manusia selalu
bersyukur atas nikmat-nikmatnya dan tidak menjadikannya kufur
sebagaimana perumpamaan pemilik dua kebun dalam QS. al-Kahfi (18): 32-
37. Pengulangan ayat pasti mengandung makna yang dalam karena tidak
ada ciptaan Allah yang sia-sia (QS. Ali Imran (3): 91, QS. Sad (38): 27).
Pengulangan ayat juga merupakan metode pendidikan, karena dengan
demikian akan mudah diingat dan dihafalkan (QS. Al-a’ la (87): 6) (Ulfa
Arfianti, 2021).
Hikmah yang lain adalah sebagai pemberi peringatan, karena
sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman
(QS. al-Zariyat (51): 55). Bahkan, pengulangan ayat al-Qur’an dalam bahasa
Arab, dan kami telah menerangkan berulang kali, di dalamnya sebahagian
dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) al-Qur’an menimbulkan
pengajaran bagi mereka (QS. Taha (20): 113) (Ulfa Arfianti, 2021).

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

158
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

Menurut Khoridatul Mudhiah (2014), redaksi ayat yang diulang


memberikan pemahaman yang mendalam berkaitan dengan aspek
psikologis yang memiliki pengaruh terhadap para pembacanya. Di sinilah
keunikannya, bahwa pengulangan redaksi ayat-ayat dalam al-Qur’an itu
adalah sarat dengan pesan dan makna (Mudhiah, 2014).

3. Makna Pengulangan Ayat Surah ar-Rahman dalam Perspektif Tafsir


Surat ar-Rahman menyebut sekian banyak nikmat-nikmat Allah,
maka dengan nada mengecam atau menggugah Allah berfirman: Jika
demikian itu besar dan banyaknya nikmat-nikmat Allah, maka nikmat
Tuhan pemelihara kamu berdua wahai manusia dan jin yang manakah
yang kamu berdua ingkari. Apakah nikmat-nikmat yang disebut di atas
atau selainnya.
Ulama berbeda pendapat tentang kepada siapa ayat ini ditunjukan
dengan redaksinya yang berbentuk dua hal itu. Ada yang berpendapat
bahwa ia ditujukan kepada lelaki dan perempuan, atau mukmin dan kafir.
Ada juga yang berpendapat bahwa bentuk dua hal itu adalah pengganti
pengulangan kalimat itu dua kali. Kedua pendapat di atas tidak banyak
mendapat dukungan para ulama. Mayoritas ulama menyatakan bahwa ia
ditujukan kepada jin dan manusia. Memang tidak ada ayat sebelumnya
yang berbicara tentang jin, namun beberapa ayat berikutya secara tegas
menyebutkan kedua jenis makhluk itu (Salihin, 2019).
Sementara ulama lain menyatakan bahwa ke 31 ayat terbagi dalam
empat kelompok uraian. Uraian pertama berkaitan dengan keajaiban
ciptaan Allah yang terhampar di bumi dan di langit serta penciptaan dan
kebangkitan, ini diselingi dengan 8 (delapan) kali pertanyaan fa bi ayyi ảlả’i
Rabbikumả tukadzdzibản. Selanjutnya uraian kedua berkaitan dengan siksa
neraka dan kengeriannya, ini diselingi dengan 7 (tujuh) kali pengulangan
pertanyaan yang sama. Uraian ketiga adalah menyangkut penghuni surga
serta aneka kenikmatannya, ini diselingi dengan 8 (delapan) kali ayat
tersebut. Dalam uraian keempat tentang dua surga yang tidak sama dengan
surga yang disebut pada uraian ketiga dan ini pun diselingi dengan 8
(delapan) kali pengulangan ayat di atas. Siapa yang mengaku dan
mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang terhampar di bumi dan di langit itu,
maka dia akan terhindar dari pintu-pintu neraka yang jumlahnya 7 (tujuh)
sejalan dengan penyebutan 7 (tujuh) kali ayat itu dalam uraian neraka,
sekaligus dia akan dipersilahkan masuk melalui pintu-pintu surga yang
berjumlah 8 (delapan) buah, baik pada surga yang disebutkan pada uraian
ketiga maupun uraian keempat, sejalan dengan penyebutan ayat tersebut
pada masing-masing uraian sebanyak 8 (delapan) kali. Demikian kesan

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

159
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

sementara ulama sebagaimana dikutip oleh al-Jamal dan Hảsyiat hal


tersebut terhadap Tafsir al-Jalảlain.
Para ulama mengelompokkan untuk sampai pada suatu kesimpulan.
Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat Tuhan dalam
kehidupan di dunia ini, antara lain nikmat pengajaran al-Qur’an,
pengajaran berekspresi, langit, matahari, lautan, tumbuh tumbuhan, dan
sebagainya. Tujuh pertanyaan berkaitan dengan ancaman siksa neraka di
akhirat nanti. Perlu diingat bahwa ancaman adalah bagian dari
pemeliharaan dan pendidikan, serta merupakan salah satu nikmat Tuhan.
Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat Tuhan yang
diperoleh dalam surga pertama. Delapan pertanyaan berkaitan dengan
nikmat-nikmat-Nya pada surga kedua. Dari hasil pengelompokan
demikian, para ulama menyusun semacam “rumus”, yaitu siapa yang
mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang disebutkan dalam
rangkaian delapan pertanyaan, pertama syukur seperti makna yang
dikemukakan di atas, maka ia akan selamat dari tujuh pintu neraka yang
disebut dalam ancaman tujuh pertanyaan berikutnya. Sekaligus dia dapat
memilih pintu-pintu mana saja dari kedelapan pintu surga, baik surga
pertama maupun surga kedua, baik surga kenikmatan duniawi maupun
kenikmatan ukhrawi (Salihin, 2019).
Selain itu, Nisa, L. C. (2007) menuturkan bahwa surah ini terdapat
sejumlah makna, yaitu: 1) Penyebutan nikmat-nikmat mengandung makna
keagungan nikmat tersebut serta banyaknya manfaat yang diraih oleh
penerimanya, dengan tujuan menggugah untuk lebih bersyukur atau
mengecamnya, bila ia tidak bersyukur sambil mengisyaratkan bahwa
sikapnya itu telah melampaui batas; 2) Banyak sekali nikmat yang
dikaruniakan bagi makhluk Allah, bukan hanya untuk manusia ataupun
jin, bahkan bagi keduanya; 3) Hikmah tersebut antara lain: Berkaitan
dengan sifat ar-Rahman; Barang siapa yang dapat mensyukuri nikmat
baginya pantas mendapat surga; Sedang barang siapa yang tidak
mensyukuri nikmat baginya disediakan neraka jahanam (Nisa, 2007).
Menurut Munir, M., & Hidayah, N. (2013), fungsi pengulangan dalam
surah ar-Rahman adalah untuk menekankan dan menetapkan terhadap
manusia dan jin, bahwa di dunia ini semuanya adalah kekuasaan Allah
(Munir & Hidayah, 2013). Menurut Syarif, M. M. (2015), apabila
pengulangan itu setelah penyebutan nikmat-nikmat maka ia menekankan
akan wajibnya bersyukur. Dan apabila pengulangan ayat tersebut setelah
penyebutan azab atau siksaan maka pengulangan itu menekankan
kecaman kepada orang-orang yang tidak mau bersyukur (Syarif, 2015).
Selebihnya, menurut Yunus, M., & Hasanah, U. (2020), rahasia di balik
repitisi tersebut seperti dituturkan al-Alusi adalah sebagai penetapan

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

160
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

makna ayat sebelumnya bukan sebagai tauqid, melainkan penetapan makna


dari sebelumnya (Yunus & Hasanah, 2020). Sedangkan menurut
Munandar, M. F. P. A. (2021), pada saat mengutip pandangan Tantawi
Jauhari dalam tafsir al-Jawahir, kandungan tafsir ‘ilmi ayat kauniyah dalam
surah ar-Rahman meliputi keseimbangan langit dan alam semesta, serta
manfaat matahari dan bulan, dan kemungkinan untuk menembus bumi
dan langit (Munandar, 2021). Menurut Badriyah, N. (1995), ada tiga hal
utama dalam surah ar-Rahman, yaitu: 1) Sebagian besar menjelaskan
nikmat yang bermacam-macam sebagai anugerah Allah Swt kepada semua
makhluk ciptaan-Nya, yakni nikmat duniawi dan nikmat ukhrawi; 2)
Pengulangan ayat sebagai penetapan atas nikmat yang berbeda yang
diberikan kepada makhluk khususnya manusia dan jin, di mana penjelasan
nikmat itu saling berkaitan; dan 3) Rahasia atau hikmah di balik
pengulangan ayat tersebut untuk mengetahui dan menikmati indahnya
gaya bahasa serta mengetahui penjelasan Allah tentang nikmat dunia dan
nikmat akhirat (Badriyah, 1995).

Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengulangan ayat dalam surah
ar-Rahman memiliki makna yang melimpah berpulang kepada para ahli
tafsir yang melakukan penggalian terhadap kedalamannya yang tidak
terbatas. Hasil dan pembahasan penelitian ini menunjukan bahwa makna
pengulangan surah ar-Rahman di antaranya secara gaya bahasa bukan
sebagai tauqid melainkan taqrir al-ma’na, bermakna keseimbangan langit
dan alam semesta, perintah untuk bersyukur atas nikmat, agar manusia
menikmati indahnya gaya bahasa, dan berkaitan dengan sifat ar-Rahman.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai kajian
awal tentang makna pengulangan ayat dalam Q.S ar-Rahman. Secara
praktis, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai petunjuk,
khususnya bagi para peminat studi ilmu al-Qur’an dan tafsir, terkait kajian
makna pengulangan ayat dalam Q.S ar-Rahman. Penelitian ini memiliki
keterbatasan hanya studi literatur tehadap penelitian-penelitian
sebelumnya, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut secara lebih
komprehensif, integral, dan mendalam. Penelitian ini merekomendasikan
kepada peminat studi al-Qur’an dan Tafsir untuk dapat menggali makna
pengulangan ayat dalam surah ar-Rahman yang teramat melimpah bagi
pencerahan umat muslim dalam menjalani keseharian.

Daftar Pustaka
Badriyah, N. (1995). Rahasia Berulang-ulangnya Ayat “Fabiayyi Aalaai
Rabbikumaa Tukadzdzibaan” dalam Surat ar-Rahman: Kajian tentang Surat

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

161
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

ar-Rahman. IAIN Sunan Ampel Surabaya.


Darmalaksana, W. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan
Studi Lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
Darmalaksana, W. (2022). Panduan Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir.
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Isnaeni, K. (2021). Pengulangan Fabiaayyi Alâ’i Rabbikumâ Tukadzzibâni dalam
Surah ar-Rahman (Studi Komparatif Tafsir al-Misbah dan al-Azhar).
Malla, A. B. (2018). Nilai Estetika al-Qur’an dan Pengaruhnya terhadap
Jiwa. Tamaddun, 17(1), 4–6.
Maskhuroh, L. (2018). Studi Pengulangan Ayat pada Surat al-Rahman
(Telaah Atas Tafsir al-Misbah). DAR EL-ILMI: Jurnal Studi Keagamaan,
Pendidikan Dan Humaniora, 5(1), 70–84.
Masruri, I. (2019). Penakwilan Mutashabih al-Lafz dan Dimensi i’jaz dalam
Surat Ali Imran (Kajian Kitab Durrah al-Tanzil wa Ghurrah al-Takwil
Karya Khatib al-Iskafi. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Mudhiah, K. (2014). Menelusuri Makna Pengulangan Redaksi dalam
Surah Ar-Rahman. Hermeunetik, 8(1), 133–149.
Munandar, M. F. P. A. (2021). I’jaz ‘Ilmi: Sebuah Isyarat Kauniyah dalam
Surat ar-Rahman telaah Tafsir Thantawi Jauhari. Al-Muhafidz: Jurnal
Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, 1(1).
Munir, M., & Hidayah, N. (2013). Tikrar al-Ayah fi Surah al-Rahman: Bahts
Tahlili Stilistika. Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab IAIN Sunan
Ampel.
Nisa, L. C. (2007). Penafsiran Surat ar-Rahman: Analisis terhadap Pengulangan
Ayat dalam Q.S ar-Rahman. UIN Walisongo Semarang.
Salihin, S. (2019). Hikmah Makna Pengulangan Fabi’ayyi Alā’i Rabbikuma
Tukażżiban (Studi Komperatif Tafsir al-Mishbah dan Tafsir al-Maraghi)
(pp. 1–107). IAIN Curup.
Satrisno, H. (2018). Pentingnya Motivasi Diri (Selft Motivation) dalam
Membaca al-Qur’an. At-Ta’lim: Media Informasi Pendidikan Islam, 16(1),
72–89.
Syarif, M. M. (2015). Hikmah Tikrar dalam Surah ar-Rahman (Studi Komparatif
Tafsir al-Azhar dan al-Misbah). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.
Ulfa Arfianti, U. J. (2021). Analisis Istihsan terhadap Aktualisasi
Pembacaan 7 Surat al-Quran dalam Tradisi Mitoni (7 Bulanan) di
Desa Salagedang, Kec. Cibeber, Kab. Cianjur. Academia.
Yunus, M., & Hasanah, U. (2020). Rahasia Pengulangan (Repitisi) Ayat
dalam Surah ar-Rahman: Kajian Kitab Tafsir Ruh al-Ma’ani Karya al-
Alusi. Journal Al-Irfani: Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, 1(02), 1–19.

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

162
Gunung Djati Conference Series, Volume 9 (2022)
The 3rd Conference on Islamic and Socio-Cultural Studies
ISSN: 2774-6585
Website: https://conferences.uinsgd.ac.id/gdcs

Zahra, M., Hadiyanto, A., & Siregar, K. I. (2020). Karakteristik Pendidik


Rahmani dalam Surah ar-Rahman. Jurnal Online Studi Al-Qur An,
16(1), 89–100. https://doi.org/10.21009/jsq.016.1.06

Copyright © 2022 The Authors. Published by Gunung Djati Conference Series


This is an open access article distributed under the CC BY 4.0 license -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

163

You might also like