Professional Documents
Culture Documents
2 - Imam
2 - Imam
Universitas Malahayati
Korespondensi Penulis: Andoko. *Email: andoko2013@gmail.com
Abstract
Introduction: Anxiety can cause some psychological disorders including dry lips, feeling difficulty breathing,
feeling in an uncomfortable atmosphere, sweating even though the weather is not hot, heart palpitations, feeling
difficult to swallow, tremble and fear. If the interruption that occurs is not resolved, it can influence in providing
appropriate nursing care from nurses to patients. Based on the results of the survey at Ahmad Yani Hospital in
Metro City in March 2019, out of 10 pre-op patients, 7 patients said their heart palpitations, felt dizzy,
experiencing cold sweat, and tremor, while 3 patients did not experience these symptoms.
Objective: in this study the relationship between nurses' therapeutic communication and anxiety levels in
preoperative patients at Ahmad Yani Hospital in Metro City in 2019.
Method: Quantitative research type. This research design uses analytic, with cross sectional approach. The
population in this study was the preoperative patient of Ahmad Yani Regional Hospital Metro City in 2019 with an
average of 34 patients per month, a sample of 34 respondents. The sampling technique used is Accidental
Sampling. Data analysis uses univariate analysis and bivariate analysis.
Results: It was found that in Ahmad Yani Hospital in Metro City in 2019, some nurses had poor therapeutic
communication totaling 19 respondents (55.9%), and most pre-operative patients experienced anxiety totaling 23
respondents (67.6%). Based on statistical test results, p-value 0.007 or p-value <α (0.05) means that there is a
relationship between therapeutic communication and preoperative patient anxiety at Ahmad Yani Regional
Hospital in Metro City in 2019 with an OR value: 2.168. It is expected that Ahmad Yani Hospital of Metro City can
improve in providing training to all nursing staff on good and correct therapeutic communication.
Pendahuluan :Kecemasan dapat menimbulkan beberapa gangguan psikologis antara lain bibir terasa kering, merasa
kesulitan bernafas, merasa dalam suasana yang tidak nyaman, berkeringat meskipun cuaca tidak panas, jantung
bedebar-debar, merasa sulit menelan, gemetar dan ketakutan. Apabila gangguan yang terjadi tidak diatasi dapat
berpengaruh dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat dari perawat kepada pasien, Berdasarkan hasil
prasurvey di RSUD Ahmad Yani Kota Metro Pada Bulan Maret 2019, dari 10 pasien pre operasi, 7 pasien mengatakan
jantungnya berdebar-debar, merasa pusing, mengalami keringat dingin, dan tremor, sedangkan 3 pasien tidak
mengalami gejala tersebut, hal ini menunjukan bahwa tingkat kecemasan pada pasien pre operasi masih relative
tinggi.
Tujuan : dalam penelitian ini adalah diketahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan
pada pasien pre operasi di RSUD Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019.
Metode :Jenis penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian ini menggunakan analitik, dengan pendekatan cross
sectional.Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pre operasi RSUD Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019 dengan
rata-rata 34 pasien perbulan, Sampel sejumlah 34 responden. Teknik sampling yang digunakan Accidental
Sampling.Analisa data menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat.
Hasil :Diketahui bahwa di RSUD Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019, sebagian perawat mempuyai komunikasi
terapeutik tidak baik berjumlah 19 responden (55,9%), dansebagian besar pasien pre operasi mengalami kecemasan
yang berjumlah 23 responden (67,6%).Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan p-value 0,007 atau
p-value < nilai α (0,05) yang artinya terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik terhadap kecemasan pasien pre
operasi Di RSUD Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019 dengan nilai OR : 2,168.Diharapkan kepada pihak RSUD
Ahmad Yani Kota Metro untuk dapat meningkatkan dalam memberikan pelatihan kepada seluruh tenaga keperawatan
tentang komunikasi teraputik yang baik dan benar.
9
MHC JOURNAL OF Mental Health Concerns, Volume 1, No 1, April 2022: 9-17
PENDAHULUAN
Cemas merupakan konflik emosional yang perawatan intensif, terdapat 8.922 pasien (25,1%)
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan mengalami kondisi kejiwaan dan 2,473 pasien
super ego.Id melambangkan dorongan insting dan (7%) mengalami kecemasan (Kementrian
impuls primitive, super ego mencerminkan hati Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
nurani seseorang, sedangkan ego atau aku Kecemasan dapat menimbulkan hambatan
digambarkan sebagai mediator dari tuntutan id dan dalam tugas dan kehidupan sehari-hari klien dan
super ego. Kecemasan berfungsi untuk menimbulkan berbagai gangguan. Hasil penelitian
memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang tim dokter dan ahli psikologis mengenai penyebab
perlu diatasi.Kecemasan terjadi dari ketakutan dan penundaan operasi pada pasien, menyimpulkan
penolakan interpersonal, hal ini digabungkan sebanyak 42% dari 200 pasien yang diamati
dengan hal trauma pada masa pertumbuhan melakukan penundaan operasi karena faktor
seperti kehilangan atau perpisahan yang psikologis, psikodinamis, dan emosional sebelum
menyebabkan seseorang tidak berdaya.Individu operasi (Efendi, 2016).
yang mempunyai harga diri rendah biasanya Kecemasan dapat menimbulkan beberapa
sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat gangguan psikologis antara lain bibir terasa kering,
(Herman, A. 2011). merasa kesulitan bernafas, merasa dalam suasana
Dalam pelaksanaannya, proses keperawatan yang tidak nyaman, berkeringat meskipun cuaca
tak pernah lepas dari proses interaksi yang terjadi tidak panas, jantung bedebar-debar, merasa sulit
antara perawat dan pasien. Hal ini terjadi karena menelan, gemetar dan ketakutan. Apabila
keperawatan didasarkan pada hubungan merawat gangguan yang terjadi tidak diatasi dapat
dan membantu. Hubunganini adalah dasar dari berpengaruh dalam memberikan asuhan
interaksi yang membuat klien dan tim keperawatan keperawatan yang tepat dari perawat kepada
berusaha menemukan pemahaman atas pasien (Nursalam, 2016).
kebutuhan klien. Tentu saja dalam hubungan ini Berbagai hal diduga sebagai pemicu terjadinya
komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dimana kecemasan selain kurangnya
peran perawat yakni mendengar, bicara dan pengetahuan.kecemasan pasien bisa disebabkan
bertindak untuk menegosiasikan perubahan demi oleh (1) kurangnya kesadaran diri perawat, (2)
meningkatkan kesehatan klien kembali ke tingkat kurangnya pelatihan keterampilan interpersonal
sehat.Hal ini menggambarkan bahwa komunikasi yang sistematik, (3) kurangnya kerangka
memiliki arti penting dalam praktikkeperawatan konseptual dan, (4) kurangnya kejelasan tujuan
untuk hasil yang optimal dalam melaksanakan (Efendi, 2016).
asuhankeperawatan (Suarli, 2012). Efek kecemasan pada pasien pre operasi
Tindakan pembedahan merupakan salah satu berdampak pada jalannya operasi. Sebagai
bentuk terapi dan upaya yang dapat contoh, pasien dengan riwayat hipertensi jika
mendatangkan ancaman terhadap tubuh, integritas mengalami kecemasan maka akan berdampak
dan jiwa seseorang.Tindakan pembedahan yang pada sistem kardiovaskulernya yaitu tekanan
direncanakan dapat menimbulkan respon fisiologis darahnya akan tinggi sehingga operasi dapat
dan psikologis pada pasien. Selama mengalami dibatalkan. Pada wanita efek kecemasan dapat
pembedahan klien akan mengalami berbagai mempengaruhi menstruasinya menjadi lebih
stressor. Ketakutan atau kecemasan pasien dalam banyak, itu juga memungkinkan operasi ditunda
menghadapi pembedahan antara lain adalah takut hingga pasien benar-benar siap untuk menjalani
nyeri, takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk operasi (Efendi, 2016).
rupa atau tidak berfungsi normal (body image), Berdasarkan hasil penelitian Dewi, Suarniati,
takut peralatan pembedahan dan petugas, takut dan Ismail (2013) di ruang perawatan bedah RSUD
tidak sadar lagi setelah dibius, takut operasi gagal kota Makasar pada bulan Januari - Februari 2013
(Kusmiran, 2015). menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
Berdasarkan data WHO (2016), hasil penelitian komunikasi terapeutik terhadap penurunan tingkat
yang dilakukan di Amerika Serikat pada 1 Oktober kecemasan pasien. Hasil penelitian tersebut
2016 sampai 30 September 2016 menunjukan dari menunjukkan 27 orang (60,7%) memiliki respon
35.539 pasien bedah yang dirawat di unit
10
MHC JOURNAL OF Mental Health Concerns, Volume 1, No 1, April 2022: 9-17
11
MHC JOURNAL OF Mental Health Concerns, Volume 1, No 1, April 2022: 9-17
HASIL
Diketahui bahwa Di RSUD Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019, sebagian perawat mempuyai komunikasi
terapeutik tidak baik berjumlah 19 responden (55,9%).
Diketahui bahwa Di RSUD Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019, sebagian besar pasien mengalami
kecemasan yang berjumlah 23 responden (67,6%).
Kecemasan Pasien
Komunikasi
Total P-Value OR (Cl 95%)
Terapeutik Tidak Cemas Cemas
N % N %
Baik 9 60,0 6 40,0 15 100,0 2,168
Tidak Baik 2 10,5 17 89,5 19 100,0 0,003
(1,079 –
Total 11 32,4 23 67,6 34 100,0 4,412)
Diketahui bahwa Di RSUD Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019, terdapat 15 responden yang mempunyai
komunikasi baik, dimana 9 pasien (60,0%) tidak mengalami cemas dan 6 pasien (40,0%) mengalami cemas,
sedangkan terdapat 19 responden yang mempunyai komunikasi tidak baik, dimana 2 pasien (10,5%)
mengatakan tidak cemas dan 17 pasien (89,5%) mengatakan cemas.
Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan p-value 0,003 atau p-value < nilai α (0,05) yang artinya terdapat
hubungan antara komunikasi terapeutik dengan kecemasan pasien pre operasi Di RSUD Ahmad Yani Kota Metro
Tahun 2019 dengan nilai OR sebesar 2,168 yang artinya responden yang mempunyai komunikasi terapeutik
tidak baik berisiko 2,168 kali lebih besar untuk mengalami kecemasan.
12
MHC JOURNAL OF Mental Health Concerns, Volume 1, No 1, April 2022: 9-17
PEMBAHASAN
Komunikasi Terapeutik membutuhkan pelayanan khususnya pemenuhan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kebutuhan dasar.
Di RSUD Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019,
sebagian perawat mempuyai komunikasi terapeutik Kecemasan
tidak baik berjumlah 19 responden (55,9%). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi Di RSUD Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019,
yang direncanakan secara sadar, tujuan dan sebagian besar pasien mengalami kecemasan
kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan klien yang berjumlah 23 responden (67,6%).
(Kuntoro, 2010).Komunikasi terapeutik Cemas sangat berkaitan dengan perasaan
memberikan pengertian antara perawat dan klien tidak pasti dan tidak berdaya.Keadaan emosi ini
dengan tujuan membantu klien memperjelas dan tidak memiliki objek yang spesifik.Kondisi dialami
mengurangi beban pikiran serta diharapkan dapat secara subjektif dan dikomunikasikan dalam
menghilangkan kecemasan (Priyoto, 2015). hubungan interpersonal.Cemas berbeda dengan
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual
mendorong dan menganjurkan kerja sama antara terhadap sesuatu yang berbahaya.Kapasitas untuk
perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup,
pasien, mengidentifikasi dan mengungkap tetapi tingkat cemas yang parah tidak sejalan
perasaan serta mengkaji masalah dan juga dengan kehidupan.Rentang respon kecemasan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan perawat, menggambarkan suatu derajat perjalanan cemas
memberikan pengertian tingkah laku pasien dan yang dialami individu (Nursalam, 2016).
membantu pasien mengatasi masalah yang Kecemasan sebagai kekhawatiran yang tidak
dihadapi, dan mencegah tindakan yang negatif jelas menyebar di dalam pikiran dan terkait dengan
terhadap pertahanan diri pasien. perasaan ketidakpastian dan ketidakberdayaan,
Penelitian menyatakan tentang hubungan tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai
komnikasi terapeutik perawat terhadap tingkat stimulus kecemasan.
kecemasan pasien pre operasi di rawat inap RS Hubungan komnikasi terapeutik perawat
PKU Muhammadiyah Gamping. Berdasar hasil terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di
penelitian didapatkan bahwa komunikasi terapeutik rawat inap RS PKU Muhammadiyah Gamping.
perawat sebagian besar kategori tidak baik yaitu Berdasar hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat
sebanyak 20 responden (60,6%) (Rahmadani, kecemasan pasien pre operasi kategori cemas
2017). yaitu sebanyak 15 responden (45,5%)
Berdasarkan hasil penelitian menurut peneliti (Rahmadani, 2017).
komunikasi terapeutik pada perawat kurang baik, Berdasarkan hasil penelitian menurut peneliti,
hal ini dikarenakan faktor sikap perawat itu sendiri sebagian besar responden mengalami kecemasan,
yang sudah terbiasa karena kurang nya hal ini terjadi karena faktor tingkat pengetahuan
pengawasan dari kepala ruangan, sehingga yang rendah sehingga responden kurang
perawat tidak memperhatikan komunikasi mengetahui informasi kesehatan tentang
terapeutik dalam tindakan seperti perawat tidak pembedahan yang akan dilakukan yang
selalu memberikan salam ketika keluarga pasien menyebabkan responden menjadi merasa gugup
datang, perawat tidak memberikan informasi dan cemas, merasa sering pusing, dan terganggu
dengan bahasa yang mudah di mengerti oleh oleh nyeri yang dirasakan. Selain itu pasien
pasien, perawat tidak melakukan kontrak untuk merasa takut akan mengalami penurunan
pertemuan selanjutnya. Sedangkan menurut kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup
peneliti terdapat perilaku komunikasi yang baik sehari-hari. Sedangkan terdapat responden yang
pada perawat hal ini karena perawat memberikan tidak mengalami kecemasan, hal ini dikarenakan
informasi kesehatan, membantu, menolong, sikap responden memiliki pengetahuan yang baik, selalu
peduli kepada pasien, menenangkan, memberikan aktif bertanya kepada tenaga medis yang
perlindungan terhadap kerugian, memelihara menanganinya dan mencari informasi kesehatan
martabat pasien dan melayani pasien yang tambahan melalui media sosial tentang terapi
bedah yang akan di jalani.
13
MHC JOURNAL OF Mental Health Concerns, Volume 1, No 1, April 2022: 9-17
Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan asing ternyata lebih mudah mengalami kecemasan
Kecemasan Pasien dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dia tempati (Stuart, 2007; Nursalam, 2016;
Di RSUD Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019, Resmaniasih, 2014).
terdapat 15 responden yang mempunyai Perilaku komunikasi perawat merupakan
komunikasi baik, dimana 6 pasien (40,0%) kinerja perawat yang dipengaruhi oleh demografi
mengalami cemas dan 9 pasien (60,0%) tidak perawat itu sendiri seperti usia, jenis kelamin,
mengalami cemas, sedangkan terdapat 19 pendidikan, status pernikahan, latar belakang
responden yang mempunyai komunikasi tidak baik, keluarga dan masa kerja (Priyoto, 2015).Perilaku
dimana 17 pasien (89,5%) mengatakan cemas dan komunikasi yang baik dapat berupa memberikan
2 pasien (10,5%) mengatakan tidak cemas. informasi kesehatan, membantu, menolong, sikap
Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan p- peduli kepada pasien, menenangkan, memberikan
value 0,003 atau p-value < nilai α (0,05) yang perlindungan terhadap kerugian, memelihara
artinya terdapat hubungan antara komunikasi martabat pasien dan melayani pasien yang
terapeutik dengan kecemasan pasien pre operasi membutuhkan pelayanan khususnya pemenuhan
Di RSUDAhmad Yani Kota Metro Tahun 2019 kebutuhan dasar. Komunikasi yang diberikan
dengan nilai OR sebesar 2,168 yang artinya kepada pasien dapat memberikan rasa aman,
responden yang mempunyai komunikasi terapeutik nyaman,terpenuhinya kebutuhan fisik, emosi dan
tidak baik mempunyai peluang 2,168 kali lebih spiritual yang dapat mengurangi kecemasan
besar untuk mengalami kecemasan. sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Faktor internal yang mempengaruhi Sedangkan dampak sikap nonkomunikasi perawat
kecemasan, diantaranya adalah usia, seseorang terhadap kualitas pelayanan keperawatan bagi
yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih pasien yaitu perasaan dipermalukan, takut, putus
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan asa, ketidakberdayaan, keterasingan, kerentanan,
daripada seseorang yang lebih tua usianya.Jenis kenangan buruk, kehilangan kendali diri dan
kelamin, gangguan ini lebih sering dialami oleh memperlambat proses penyembuhan
wanita dari pada pria. Wanita memiliki tingkat (Kristiyanasari, 2010).
kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subjek Hasil penelitian ini sejalan dengan
berjenis kelamin laki-laki dikarenakan bahwa teorimenyatakan apabila rasa cemas tidak
perempuan lebih peka dengan emosinya, yang mendapat perhatian oleh suatu lingkungan, maka
pada akhirnya peka juga terhadap perasaan rasa cemas itu dapat diatasi dengan perilaku
cemasnya. Proses reproduksi pada wanita sangat komunikasi oleh tenaga kesehatan. Para pakar
terkait dengan perubahan hormon. Maka wanita keperawatan menempatkan komunikasi sebagai
jadi lebih mudah cemas karena terdapat pusat perhatian yang sangat mendasar dalam
peningkatan hormon estrogen dan progesteron praktek keperawatan, kerena banyak peneliti
yang lebih sehingga meningkatkan risiko gangguan tentang kepedulian mengungkapkan bahwa
otak di mana kemunculan pikiran yang harapan pasien yang tidak terpenuhi jarang
mengganggu dan berulang-ulang. berhubungan dengan kompetensi, tetapi lebih
Tingkat Pengetahuan, dengan pengetahuan sering karena pasien merasa perawat tidak peka
yang dimiliki, seseorang akan dapat menurunkan terhadap kebutuhan mereka atau kurang
perasaan cemas yang dialami dalam menghargai sudut pandang mereka singkatnya
mempersepsikan suatu hal. Pengetahuan ini “kurang peduli” (Nursalam, 2016).
sendiri biasanya diperoleh dari informasi yang Dalam penelitian ini teknik sampling yang
didapat dan pengalaman yang pernah dilewati digunakan adalah Total Populasi hal ini
individu. Tipe kepribadian, orang yang dikarenakan responden yang tersedia < 100
berkepribadian A lebih mudah mengalami responden (Notoatmodjo, 2014). Hasil penelitian ini
gangguan kecemasan daripada orang dengan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan Tyan Sera, Triyoso, Prima Dian Furqoni (2014)
kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, tentang Hubungan Perilaku Komunikasi Perawat
ambisius, dan ingin serba sempurna.Lingkungan Dengan Kepuasan Keluarga Pasien Jiwa di IRJ
dan situasi, seseorang yang berada di lingkungan RSJD Provinsi Lampung, menyebutkan bahwa
14
MHC JOURNAL OF Mental Health Concerns, Volume 1, No 1, April 2022: 9-17
15
MHC JOURNAL OF Mental Health Concerns, Volume 1, No 1, April 2022: 9-17
16
MHC JOURNAL OF Mental Health Concerns, Volume 1, No 1, April 2022: 9-17
17