110-Article Text-127-1-10-20190406

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Istidlal Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018

PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG YAYASAN SEBAGAI


PENGELOLA LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI SWASTA

Ach. Fadlail
Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo
ach.fadlail@gmail.com

As a subject of vital human development, plays a central role which will


formulate the concept, planning, integrating nodes strength and potential, as
well as solve problems that go it. Thus the importance of the role played by
humans, it is not exaggeration if humans as subjects of development must truly
have personal maturity, good science, capacity, superior capability, and reflects
the character of noble character as the embodiment litasnya/its litas. In order to
achieve the expected degree of quality, education need the primary human. It
may be noted also that one of important aspect of development is education.
Regarding at 31 paragraph (1) of the Constitution of the Republic of Indonesia
Year 1945 guarantees the right every citizen to get an education. Constitutional
mandate is further defined in the legislation under the Constitution. One is Act
No. 20 th2003 on Education System National. Primary responsibility of the
provision and delivery of education is in the hands of the Government. Folk as
education goals, in addition to having the right to education as mandated by
the Constitution of the Republic of Indonesia th1945, also bear the responsibility
for the implementation of education. Participation and community
participation in education which one of them can be done by the foundation.

Kata Kunci: prinsip hukum, yayasan, pendidikan tinggi


………………………….………………………………………………………………………………...

Pendahuluan manusia. Secara sederhana, bilamana rasio


kebutuhan dasar manusia telah terpenuhi
Pembangunan sebagai wujud proses berbanding dengan tuntutan tingkat
untuk menghantarkan kehidupan manusia kebutuhannya, maka pembangunan dapat
pada taraf kesejahteraannya, oleh sebagian dinilai berhasil.
orang dinilai sebagai orientasi Sejatinya, ada aspek dan dimensi lain
pembangunan yang bersifat fisik. selain daripada pembangunan fisik untuk
Pemenuhan infrastruktur merupakan memberikan penilaian keberhasilan
keniscayaan sebagai standarisasi ukuran pembangunan. Pembangunan fisik harus
keberhasilan pembangunan di suatu daerah. didukung pula dengan pembangunan
Laju pertumbuhan penduduk, harus kualitas sumber daya manusia, kualitas
diimbangi dengan pembangunan kebutuhan pendidikan, kualitas kesehatan, kualitas
dasar manusia seperti perumahan, sarana spiritualitas serta rasa damai dalam
jalan, utilitas, saluran listrik dan air, serta kehidupan interaksi dengan lingkungan
fasilitas penunjang sebagai ruang hidup manusia dan alam sekitar. Perimbangan ini

101
Ach. Fadlail – Prinsip-Prinsip Hukum tentang Yayasan

menjadi penting, karena kebutuhan Esa serta akhlak mulia dalam rangka
manusia tidak hanya diukur dengan materi mencerdaskan kehidupan bangsa, haruslah
kebendaan saja, namun juga ada standar mampu menjamin pemerataan kesempatan
kebutuhan nilai-nilai yang tidak seluruhnya pendidikan yang dilakukan secara
dapat diekstraksi dan dijabarkan dalam terencana, terarah dan berkesinambungan.
bentuk lahiriah yang bersifat konkret Sementara itu, permasalahan pendidikan
meterial. Pembangunan adalah perubahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
terencana yang mencakup seluruh aspek masih rendahnya mutu pendidikan pada
kehidupan untuk mewujudkan tujuan hidup setiap jenjang dan satuan pendidikan.
manusia, dilakukan secara berkelanjutan Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan
dengan berlandaskan pada kemampuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
suatu bangsa. satunya adalah terbatasnya kemampuan
Manusia sebagai subyek vital pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan, memainkan peran sentral sarana dan prasarana pendidikan. Undang-
yang akan merumuskan konsep, membuat Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
perencanaan, memadukan simpul-simpul Sistem Pendidikan Nasional menempatkan
kekuatan dan potensi, serta memecahkan regulasi pendidikan nasional diatur secara
problem yang mengiringinya. Demikian terpusat dengan pola penyelenggaraan
pentingnya peran yang dimainkan oleh partisipatoris. Sebagaimana reformasi
manusia, maka tidak berlebihan kiranya jika pendidikan menetapkan prinsip
manusia sebagai subyek pembangunan penyelenggaraan pendidikan, antara lain,
haruslah betul-betul memiliki kematangan pendidikan diselenggarakan secara
pribadi, ilmu pengetahuan yang baik, demokratis dan berkeadilan serta tidak
kapasitas dan kapabilitas yang unggul serta diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
mencerminkan karakter pekerti yang luhur asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
sebagai perwujudan kualitasnya. Guna kultural dan kemajemukan bangsa.
mencapai derajat kualitas yang diharapkan, Demikian pula, pendidikan diselenggarakan
pendidikan menjadi kebutuhan primer dengan memberdayakan semua komponen
manusia. Dapat dicatat pula bahwa, salah masyarakat melalui peran serta dalam
satu aspek penting dalam pembangunan penyelenggaraan dan pengendalian mutu
adalah pendidikan. layanan pendidikan. Pola penyelenggaraan
Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang yang partisipatoris memberikan ruang dan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun kesempatan kepada masyarakat untuk
1945 memberikan jaminan hak kepada setiap mengambil peranan dalam penyelenggaraan
warga Negara untuk mendapatkan pendidikan, bersama-sama dengan
pendidikan. Amanat konstitusi ini pemerintah (Ubaidillah dkk, 2006: 309).
selanjutnya dirumuskan dalam peraturan
perundang-undangan di bawah Undang-
Undang Dasar. Salah satunya adalah Prinsip Hukum
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara Mahadi dalam Herowati Poesoko
nyata, Undang-Undang Nomor 20 tahun mengatakan bahwa kata prinsip atau asas
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah identik dengan pinciple dalam bahasa
menggambarkan pandangan filosofisnya, inggris yang erat kaitannya dengan istilah
bahwa sistem pendidikan nasional yang principium yang berarti permulaan, awal,
diarahkan untuk meningkatkan keimanan mula, sumber, asal, pangkal, pokok, dasar,
dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha sebab. Adapun prinsip adalah sesuatu yang

102
Istidlal Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018

dapat dijadikan sebagai dasar, alas, Sedikit berbeda dengan prinsip


tumpuan. Principle dipahamkan sebagai hukum, asas hukum lebih mengandung
sumber yang abadi dan tetap dari banyak tuntutan etis, dimana asas hukum menjadi
hal, aturan atau dasar bagi tindakan jembatan antara peraturan-peraturan hukum
seseorang, suatu pernyataan (hukum, dengan cita-cita sosial dan pandangan etis
aturan, kebenaran) yang dipergunakan masyarakatnya. Asas hukum menjadi ruh
sebagai dasar untuk menjelaskan sesuatu dan jiwa lahirnya peraturan hukum.
peristiwa (Poesoko, 2008: 77). Sedangkan prinsip hukum lebih
menekankan pada pokok dan dasar pada
jenis-jenis hukum tertentu. Pada ruang
Pengertian Prinsip Hukum lingkup hukum perdata dapat
diketengahkan contoh prinsip kebebasan
Kamus Besar Bahasa Indonesia berkontrak, prinsip konsensualitas dan lain
memberikan pengertian prinsip sebagai asas, sebagainya. Terkait demikian, dapat
dasar (kebenaran yang menjadi pokok dasar disimpulkan dalam pengertian sederhana
berpikir, bertindak, dan lain sebagainya) dan bahwa asas hukum telah ada sebelum dan
hukum sebagai: (1) peraturan atau adat yang oleh karenanya menjadi ruh lahirnya
secara resmi dianggap mengikat, yang peraturan hukum. Prinsip hukum dapat
dikukuhkan oleh penguasa atau pemertintah diketemukan setelah peraturan hukum itu
(2) undang-undang, peraturan dan ada, sebagai ikhtisar pokok-pokok penting
sebagainya untuk mengatur pergaulan dari peraturan tersebut (Tutik, 2006: 82;
hidup masyarakat (3) patokan (kaidah, Rahardjo, 2000: 41).
ketentuan) mengenai peristiwa (alam dsb)
yang tertentu (4) keputusan (pertimbangan)
yang ditetapkan oleh hakim (di pengadilan), Pengertian Yayasan
vonis. Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa prinsip hukum Sejak diproklamirkannya kemer-
adalah dasar, asas pokok dari peraturan dan dekaan Republik Indonesia, sekaligus
kaidah yang berlaku untuk mengatur pembebasan diri dari belenggu penjajahan
tingkah laku manusia dalam pergaulan pada tanggal 17 Agustus 1945, pengaturan
hidup di masyarakat (Tim Redaksi, 2008: 510 tentang yayasan belum dilakukan secara
& 1102). utuh dalam suatu undang-undang. Hal ini
terjadi sampai kemudian pada tanggal 6
Agustus 2001 diundangkan Undang-
Keterkaitan Prinsip Hukum dangan Asas Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang
Hukum Yayasan. Sebelum Undang-Undang Nomor
16 tahun 2001 tentang Yayasan
Selain daripada prinsip hukum, diundangkan, pengaturan tentang yayasan
dalam perspektif ilmu hukum juga dikenal hanya secara implisit disebutkan dalam
adanya asas hukum. Satjipto Rahardjo beberapa pasal di dalam Kitab Undang-
(Rahardjo, 2000: 45). mengatakan bahwa asas Undang Hukum Perdata Indonesia.
hukum merupakan “jantungnya” peraturan Pasal 365 Kitab Undang-Undang
hukum. Asas hukum merupakan landasan Hukum Perdata Indonesia menyatakan,
yang paling luas bagi lahirnya suatu “dalam segala hal, bilamana hakim harus
peraturan hukum. Asas hukum juga disebut mengangkat seorang wali, maka perwalian
sebagai alasan bagi lahirnya peraturan itu boleh diperintahkan kepada suatu
hukum, ratio legis dari peraturan hukum. perhimpunan berbadan hukum yang

103
Ach. Fadlail – Prinsip-Prinsip Hukum tentang Yayasan

bertempat kedudukan di Indonesia, kepada merupakan badan hukum yang terdiri atas
suatu yayasan atau lembaga amal yang kekayaan yang dipisahkan dan
bertempat kedudukan disini pula, yang diperuntukkan untuk mencapai tujuan
mana menurut Anggaran Dasarnya, akta- tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
akta pendiriannya atau reglemen- kemanusiaan, yang tidak mempunyai
reglemennya berusaha memelihara anak- anggota
anak belum dewasa untuk waktu yang
lama.”
Aturan ini tidak secara khusus Yayasan Sebagai Badan Hukum
menjelaskan dan mengatur tentang yayasan.
Namun demikian, secara implisit Keberadaan badan hukum sebagai
terkandung makna bahwa yayasan subyek hukum di luar manusia, merupakan
merupakan badan hukum yang didirikan suatu keniscayaan. Manusia yang memiliki
dengan akta (notariil) dan didalamnya karakter sebagai makhluk sosial, dalam
dimuat pula Anggaran Dasar dengan kenyataannya memiliki kepentingan-
menjelaskan tempat kedudukan serta tujuan kepentingan hukum di luar kepentingan
daripada yayasan. Selebihnya, sebagaimana hukum yang bersifat personal-individual,
yang ada di dalam pasal 365, 899, 900 dan yakni kepentingan hukum kolektif.
pasal 1680 Kitab Undang-Undang Hukum Kepentingan hukum kolektif disatukan
Perdata Indonesia, juga tidak memberikan berdasarkan pada kesamaan cita-cita,
gambaran jelas tentang yayasan. kesamaan tujuan dan kesamaan persepsi
Sementara itu Scholten dalam R. Ali organisasi. Sebagaimana disebutkan oleh
Ridho mengatakan (Rido, 2004: 107), Scholten bahwa yayasan merupakan suatu
“Yayasan adalah suatu badan hukum, yang badan hukum yang didirikan dengan
dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak. maksud tertentu, menjadi penting untuk
Pernyataan itu harus berisikan pemisahan mengetahui eksistensi badan hukum
suatu harta kekayaan untuk suatu tujuan sehingga dapat secara pasti menempatkan
tertentu, dengan penunjukan, bagaimana yayasan sebagai badan hukum, dan pada
kekayaan itu diurus dan digunakan”. saat yang sama memiliki hak, kewajiban dan
Berdasar pendapat Scholten ini, kapasitas bertindak sebagai subyek hukum
terdapat gambaran yang lebih jelas kiranya di dalam lalu lintas hukum.
bahwa yayasan merupakan suatu badan Ahli hukum kemudian merumuskan
hukum yang memiliki ciri tertentu, yakni beragam teori untuk memberikan justifiksi
adanya pemisahan harta kekayaan yayasan keberadaan badan hukum dalam rangka
dengan harta pendiri/pengurusnya serta memberikan tempat, dengan seperangkat
yayasan harus memiliki satu tujuan tertentu. hak dan kewajiban untuk melindungi
Setelah cukup lama keberadaan subyek hukum baik manusia (natuurlijk
yayasan hidup dan ada sebagai realitas persoon) maupun badan hukum
sosial di tengah-tengah masyarakat, tanpa (rechtspersoon). Pertama, Teori Fictie
diatur secara khusus dalam suatu undang- dikemukakan oleh Eriedrich Carl von
undang tertentu, barulah pada tanggal 6 Savigny dalam Titik Triwulan Tutik (Tutik,
Agustus 2011 diundangkan Undang- 2006: 58). Pada dasarnya menyatakan bahwa
Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang badan hukum semata-mata merupakan
Yayasan. buatan negara. Pada hakekatnya, badan
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang hukum sesungguhnya tidak ada, namun
Nomor 16 tahun 2001 memberikan manusia menghidupkannya dalam
pengertian tentang yayasan, bahwa yayasan bayangan semu sebagai subyek hukum yang

104
Istidlal Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018

dapat melakukan perbuatan hukum keberadaannya menurut hukum telah


layaknya manusia. Terkait itu, badan hukum diakui.
dalam bertindak haruslah dilakukan oleh
alat-alat perlengkapannya.
Kedua, Teori Organ (organnen theorie) Ciri dan Prinsip Badan Hukum Yayasan
yang bersasal dari Otto’van Gierke. Menurut
teori ini, badan hukum bukan lagi sesuatu Sebagaimana badan hukum,
yang abstrak atau fiksi. Badan hukum juga sekurang-kurangnya ada empat ciri utama
bukanlah kekayaan (hak) yang tidak yayasan sebagai badan hukum, yaitu:
bersubyek. Menurut teori organ, badan Adanya organ pengelola, adanya pemisahan
hukum adalah sesuatu yang riil. Ia kekayaan, memiliki tujuan, dan mendapat
merupakan organisme riil yang menjelma pengesahan dari pejabat yang berwenang.
sungguh-sungguh dalam pergaulan hukum, Keempat ciri tersebut dapat dijabarkan
yang dapat membentuk kemauan sendiri sebagai berikut:
dengan perantaraan alat-alat yang ada a. Organ Pengelola, sebagai subyek hukum
padanya. Pada badan hukum yayasan, yang hanya berupa hayalan manusia,
terdapat Pembina, Pengurus dan Pengawas badan hukum tidak dapat secara nyata
sebagai organ badan hukum. Melalui organ bertindak laksana subyek hukum
Pengurus, yayasan menjalankan fungsi riil manusia (natuurlijk persoon). Guna
subyek hukum dalam tataran pergaulan melakukan aktifitas hukum, badan
hukum masyarakat. hukum haruslah diwakili oleh makhluk
Ketiga, Teori Kenyataan Yuridis hidup yang memenuhi syarat menurut
(juridische realiteitsleer theorie) sebagaimana hukum. Hukum telah menentukan,
dianut oleh Meyers, Suyling dan Scholten manusia adalah subyek hukum yang
dalam Titik Triwulan Tutik (Tutik, 2006: 61). hakiki. Manusia selanjutnya dapat
Menurut teori ini, badan hukum adalah melakukan perbuatan hukum mewakili
sesuatu yang riil dan konkret. Memang dirinya sendiri ataupun mewakili pihak
keberadaan badan hukum tidak dapat lain sesama subyek hukum. Demikian
dirasakan dan diraba secara fisik, dalam halnya, untuk mewakili subyek hukum
bentuknya yang nyata seperti benda badan hukum (rechtspersoon) satu-
berwujud. Namun, badan hukum ada dalam satunya adalah manusia. Tentu saja,
arti secara faktual menurut hukum, sehingga manusia dimaksud adalah manusia yang
badan hukum diakui keberadaannya dalam memenuhi syarat, yaitu orang yang
lalu lintas hukum. Hukumlah yang cakap menurut hukum: (a) manusia
menyatakan bahwa eksistensi badan hukum dewasa yang telah berusia 21 tahun atau
adalah sesuatu yang riil dan nyata. Dan telah lebih dahulu kawin; (b) tidak
segala aspek yang berhubungan dengan berada di bawah pengampuan (Tutik,
badan hukum, selanjutnya menjadi niscaya 2006: 67). Berkaitan kedewasaan dan
untuk ada. Sekali lagi, ada dan nyata kecakapan bertindak, diatur di dalam
menurut hukum. Pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum
Dengan demikian, ketika suatu Perdata Indonesia: Belum dewasa adalah
yayasan sudah memenuhi aspek formiil dan mereka yang belum mencapai umur
materiil, organ dan struktur pengelolanya genap dua puluh satu tahun, dan tidak
ada sebagaimana ditentukankan oleh lebih dahulu telah kawin. Dan, Pasal
peraturan negara berikut legalisasi juga telah 1330 Kitab Undang-Undang Hukum
diberikan kepada yayasan tersebut, maka ia Perdata Indonesia: Tak cakap untuk
telah menyandang status badan hukum dan membuat suatu perjanjian adalah: 1.

105
Ach. Fadlail – Prinsip-Prinsip Hukum tentang Yayasan

Orang-orang yang belum dewasa; 2. keuntungan usaha. Badan hukum


Mereka yang ditaruh di bawah berupa Yayasan, pada biasanya
pengampuan; 3. Orang-orang bertujuan sosial yang bersifat nirlaba
perempuan, dalam hal-hal yang (Tutik, 2006: 66).
ditetapkan oleh undang-undang, dan d. Mendapat pengesahan dari pejabat yang
pada umumnya semua orang kepada berwenang. Sebagai bentuk legalitas
siapa undang-undang telah melarang keberadaan badan hukum, proses
membuat perjanjian-perjanjian tertentu. pendirian untuk “melahirkan” badan
Manusia yang memenuhi syarat untuk hukum haruslah mengacu pada
bertindak menurut hukum itulah, lalu ketentuan peraturan perundang-
diangkat dan ditetapkan sebagai organ undangan yang berlaku. Sebagaimana
pengelola suatu badan hukum tertentu. teori fictie, bahwa badan hukum
Kepadanya, diberi hak dan wewenang merupakan ciptaan dan buatan negara.
untuk bertindak mewakili badan hukum Hal ini dimaksudkan bahwa orang
yang dikelolanya sepanjang diatur dalam perseorangan yang berkehendak
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah membuat badan hukum, haruslah
Tangga yang telah mendapat mendapat pengesahan dari negara.
pengesahan. Badan hukum akan mendapat
b. Pemisahan kekayaan, sebagai akibat pengesahan dari negara, manakala
logis dari status subyek hukum pada dibuat dengan prosedur sebagai berikut:
badan hukum, tentu saja ia memikul hak pertama, dibuat dan didirikan dengan
dan kewajiban baik terhadap subyek akta notaris; kedua, didaftarkan di kantor
hukum yang lain maupun kewajiban panitera Pengadilan Negeri setempat;
kepada negara sebagai organisasi ketiga, dimintakan pengesahan Anggaran
terbesar yang mengatur kehidupan Dasarnya kepada Kementerian Hukum
warganya. Hak dan kewajiban yang dan Hak Asasi Manusia; dan keempat,
dipikul oleh badan hukum menyebabkan diumumkan dalam berita negara (Rido,
adanya kepemilikan harta benda, pada 2004: 110).
badan hukum tersebut. Guna
membedakan antara harta benda sebagai
asset dan kekayaan badan hukum Pengelolaan Badan Hukum Yayasan
dengan harta benda milik organ
pengelolanya, maka menjadi mutlak Scholten dalam R. Ali Ridho
adanya pemisahan harta kekayaan. mengatakan, “Yayasan adalah suatu badan
Terkait itu, harta kekayaan badan hukum hukum, yang dilahirkan oleh suatu
yang didapat, bukan lagi milik pribadi- pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus
pribadi dari pengelola badan hukum berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk
yang ada (Tutik, 2006: 66). suatu tujuan tertentu, dengan penunjukan,
c. Memiliki tujuan. Laksana manusia, bagaimana kekayaan itu diurus dan
badan hukum juga memiliki tujuan digunakan” (Rido, 2004: 107). Berdasar
tertentu sebagai perwujudan kehendak pendapat Scholten ini dapat dipetakan
yang akan dicapai. Tujuan badan hukum bahwa yayasan merupakan suatu
biasanya ditentukan berdasarkan perkumpulan dengan status sebagai badan
karakteristik dari masing-masing bentuk hukum, dengan unsur-unsurnya, yaitu
badan hukum yang ada. Badan hukum adanya harta kekayaan yang dimiliki oleh
berupa Perseroan Terbatas, lazimnya yayasan terpisah dari kekayaan pendirinya,
memiliki tujuan ekonomi yang bersifat adanya tujuan yang hendak dicapai oleh

106
Istidlal Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018

yayasan serta terdapat organ yang mengurus Yayasan). Selanjutnya organ yayasan yang
keberadaan yayasan. ketiga,yaitu pengawas. Pengawas yayasan
Demikian halnya dengan Undang- menjalankan tugas-tugas kepengawasan dan
Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang berhak memberikan nasihat kepada
Yayasan yang menyatakan bahwa yayasan Pengurus yayasan dalam menjalankan
merupakan badan hukum yang terdiri atas kegiatan yayasan. Demikian halnya dengan
kekayaan yang dipisahkan dan Pengurus yayasan, pengawas yayasan juga
diperuntukkan untuk mencapai tujuan diangkat oleh pembina yayasan (Pasal 40 &
tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan 41 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001
kemanusiaan, yang tidak mempunyai tentang Yayasan). Berdasar ketentuan
anggota. Terkait demikian, nyata bahwa undang-undang yang mengatur tentang
suatu yayasan memiliki eksistensi sebagai yayasan, dapat disimpulkan bahwa
badan hukum yang memiliki kekayaan kewenangan tertinggi ada pada pembina
terpisah, dengan tujuan tertentu diurus dan yayasan. Sedangkan keberadaan yayasan
dikelola oleh organ yayasan tanpa anggota. dijalankan sepenuhnya oleh Pengurus
Adapun organ yayasan, dipertegas dalam yayasan dengan suatu i’tikad baik dibawah
pasal 2 Undang-Undang Nomor 16 tahun nasihat dan pengawasan dari pengawas
2001 tentang Yayasan, yang terdiri dari yayasan.
Pembina, Pengurus dan Pengawas.
Pembina yayasan adalah organ
yayasan yang mempunyai kewenangan Pengurus Sebagai Organ Yayasan
cukup besar, dimana kewenangan pembina
yayasan ini tidak diserahkan kepada Pengurus yayasan diangkat oleh
pengurus dan pengawas yayasan. pembina yayasan yang terdiri dari orang
Kewenangan yang dimiliki oleh pembina, perseorangan yang mampu melakukan
adalah: perbuatan hukum. Susunan Pengurus
a. Keputusan mengenai perubahan yayasan sekurang-kurangnya terdiri dari
Aggaran Dasar; seorang ketua, seorang sekretaris dan
b. Pengangkatan dan pemberhentian seorang bendahara.
anggota pengurus dan anggota Saat menjalankan kepengurusan
pengawas; yayasan, Pengurus yayasan bertanggung
c. Penetapan kebijakan umum yayasan jawab penuh menjalankan tugas-tugas
berdasarkan Anaggaran Dasar yayasan; kepengurusan serta bertindak berhak
d. Pengesahan program kerja dan mewakili yayasan baik di dalam maupun di
rancangan anggaran tahunan yayasan; luar pengadilan. Perbuatan Pengurus
e. Penetapan keputusan mengenai yayasan dalam menjalankan tugas-tugas
penggabungan atau pembubaran kepengurusan dibatasi dengan (Pasal 37
yayasan (Pasal 28 Undang-Undang Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001
Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan). tentang Yayasan):
Sedangkan Pengurus yayasan adalah a. Pengurus tidak berwenang mengikat
organ yayasan yang melakukan pengurusan yayasan sebagai penjamin utang
yayasan secara operasional, diangkat oleh b. Pengurus tidak berwenang mengalihkan
pembina yayasan dengan berbagai kekayaan yayasan kecuali dengan
pembatasan perbuatan hukum yang melekat persetujuan pembinan yayasan
kepadanya berdasarkan ketentuan c. Pengurus tidak berwenang membebani
perundang-undangan (Pasal 35-39 Undang- kekayaan yayasan untuk kepentingan
Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang pihak lain

107
Ach. Fadlail – Prinsip-Prinsip Hukum tentang Yayasan

Pada dasarnya, setiap pengelolaan pendidikan secara sistematis, terstruktur


yayasan yang dilakukan oleh Pengurus dan terarah, pendidikan haruslah dilakukan
yayasan haruslah dilakukan dengan suatu dengan satu sistem terpadu dalam bentuk
i’tikad baik dan penuh tanggung jawab kelembagaan. Abu Ahmadi dan Nur
untuk kepentingan dan tujuan yayasan. Uhbiyati
Prinsip dasar ini menjadi garis tegas (www.ipplimasekawan.blogspot.com,
wewenang Pengurus yayasan yang diunduh tanggal 12 Februari 2014).
bertindak atas nama yayasan atau perbuatan memberikan pengertian lembaga
hukum pribadi yang tidak terkait dengan pendidikan sebagai badan usaha yang
tugas-tugas sebagai Pengurus yayasan. Hal bergerak dan bertanggung jawab atas
ini menjadi penting untuk menjaga implikasi terselenggaranya pendidikan terhadap anak
negatif terhadap yayasan yang dikelola oleh didik.
suatu kepengurusan, dimana pengurus yang
ada telah melakukan perbuatan hukum di
luar kewenangan yang dimilikinya. Kesimpulan
Sebagai pedoman penting dalam
melihat kewenangan yang dimiliki oleh Berdasarkan Peneliti mengkaji
Pengurus yayasan, selain ketentuan yang keberadaan Undang-Undang Yayasan, yakni
bersifat normatif dalam peraturan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001
perundang-undangan yang berlaku sebagai juncto Undang-Undang Nomor 28 Tahun
norma hukum umum, spesifik diatur di 2004 dan Undang-Undang Pendidikan
dalam Anggaran Dasar dan anggaran rumah Tinggi, yakni Undang-Undang Nomor 12
tangga yayasan. Seluruh kewenangan dan Tahun 2012, Peneliti juga melakukan
batas perbuatan organ yayasan dituangkan komparasi terhadap prinsip-prinsip yang
dan dijabarkan di dalam Anggaran Dasar terkandung di dalam undang-undang
dan anggaran rumah tangga yayasan. tersebut. Dapat disimpulkan bahwa kedua
Anggaran Dasar haruslah dibuat dengan undang-undang dimaksud, yakni Undang-
akta otentik oleh suatu jabatan tertentu yang Undang Yayasan dan Undang-Undang
berwenang, yaitu notaris. Anggaran Dasar Pendidikan Tinggi memiliki konsistensi
yayasan dibuat bersama-sama dengan akta dalam hal prinsip-prinsip pengelolaannya.
pendirian yayasan oleh notaris, kemudian Konsistensi antara Undang-Undang Yayasan
diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak dengan Undang-Undang Tinggi berada
Asasi Manusia untuk mendapatkan pada titik singgungnya berupa prinsip
pengesahan sebagai badan hukum yayasan. transparansi dan akuntabilitas yang terdapat
pada keduanya.
Dalam tata kelola yayasan terdapat
Pengertian Lembaga Pendidikan Tinggi banyak prinsip yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh Pembina yayasan,
Lembaga pendidikan tinggi dapat Pengurus yayasan maupun Pengawas
diartikan sebagai satu badan atau institusi yayasan. Prinsip-prinsip tersebut menjadi
yang bertujuan mengembangkan potensi pijakan pengelolaan yayasan yang baik,
manusiawi yang dimiliki oleh peserta didik, transparan, akuntabel dan berkeadilan.
agar mampu menjalankan tugas-tugas Demikian halnya dengan sistem pengelolaan
kehidupan sebagai manusia, baik sebagai Pendidikan Tinggi haruslah mengacu pada
individu maupun sebagai anggota prinsip pengelolaan yang baik. Mengkaji
masyarakat pada jenjang diploma, sarjana, seluruh isi Undang-Undang yayasan,
magister dan doktor. Guna mengembangkan ternyata memiliki keterkaitan dengan

108
Istidlal Volume 2, Nomor 2, Oktober 2018

pengelolaan Pendidikan Tinggi, seperti UUHT). Yogyakarta: LaksBang


ketersediaan kesempatan bagi masyarakat Presindo.
untuk mengenyam Pendidikan Tinggi yang Rahardjo, S. (2000) Ilmu Hukum. Bandung:
selaras dengan maksud keberadaan yayasan Citra Aditya Bakti.
yang bersifat sosial. Beberapa prinsip Rido, R. A. (2004). Badan Hukum dan
pengelolaan lembaga Pendidikan Tinggi Kedudukan Badan Hukum Perseroan,
oleh yayasan secara keseluruhan Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf.
dimaksudkan untuk tercapainya maksud Bandung: Alumni.
dan tujuan Pendidikan Tinggi sebagaimana Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor Pusat Bahasa Edisi Keempat. (2008).
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Prinsip-prinsip fiduciary duty, duty of skill and Gramedia.
care, statutory duty. Tutik, T. T. (2006). Pengantar Ilmu Hukum.
Mengingat perbuatan pengelola Jakarta: Prestasi Pustaka.
Pendidikan Tinggi Swasta yang Ubaedillah, dkk. (2006). Demokrasi, Hak Asasi
diselenggarakan oleh yayasan masuk dalam Manusia dan Masyarakat Madani.
kategori hukum perikatan, maka segala Jakarta: Indonesian Center for Civic
tindakan dan perbuatan pengelola Education UIN Syarif Hidayatullah.
Pendidikan Tinggi Swasta haruslah www.ipplimasekawan.blogspot.com,
memenuhi prinsip-prinsip hukum perikatan. diunduh tanggal 12 Februari 2014
Bilamana ada perbuatan wanprestasi
ataupun perbuatan melawan hukum, maka
perbuatan pengelola Pendidikan Tinggi
tersebut dapat digugat ke Pengadilan.
Dalam kaitannya dengan keabsahan
kepengurusan yayasan, Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga yayasan menjadi
sumber dan sandaran hukum untuk
memberikan legitimasi dan legalitas hukum.
Dalam Putusan Mahkamah Agung No. 1124
K/Pdt/2009 dengan sangat tegas
membatalkan penetapan Pengadilan Negeri
Semarang No. 249/Pdt.P/2004/PN.Smg, salah
satu pertimbangan yang diambil dalam
putusan Mahkamah Agung sebagai judex
jurist, adalah Pengadilan Negeri sebagai
judex factie tidak mempunyai kewenangan
untuk menetapkan kepengurusan suatu
organisasi.

Daftar Pustaka

Poesoko, H. (2008). Parate Executie Obyek Hak


Tanggungan (Inkonsistensi, Konflik
Norma dan Kesesatan Penalaran dalam

109

You might also like