Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 55

UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN SERBUK EKSTRAK

DAUN PEPAYA (Carica papaya (L). var Kalina)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh:
Nama : Susi Susanti
NIM : G.20.13.0040

DEPARTEMEN FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN FARMASI
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN
2017

vi
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah membaca naskah proposal skripsi ini dengan seksama, menurut


pertimbangan kami, telah memenuhi persyaratan ilmiah sebagai suatu
proposal skripsi dan layak untuk diseminarkan.
Pandeglang, ……………………. 2017

Mengetahui dan Menyetujui:

Fakultas Sains dan Farmasi


Universitas Mathla’ul Anwar Banten
Dosen Pembimbing I Dekan

(Yusransyah, S.Far.,M.Sc., Apt) (Mujijah, S.Si., M.Sc)

Dosen Pembimbing II

(Mujijah, S.Si., M.Sc)

ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA SEMINAR

UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN SERBUK EKSTRAK


DAUN PEPAYA (Carica papaya (L). var Kalina)
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Susi Susanti
NIM : G.20.13.0040

Setelah dipertahankan didepan dewan penguji


Fakultas Sains dan Farmasi
Universitas Mathla’ul Anwar Banten
Pada Tanggal : ............................2017
.

Panitia Seminar

Ketua Sekretaris

( ) ( )

Penguji I Penguji II

( ) ( )

iii
ABSTRACT

Papaya plants (Carica papaya (L) var Kalina) have been widely used
by the community since the first. Empirically papaya is widely used as
diuretics (roots and leaves), anthelmintic (seeds and leaves), and to cure
diseases caused by bile (fruit), as well as dyspepsia and other digestive
disorders. Based on the results of research papaya plants are known to have
benefits as anticancer, antioxidant, antidiabetes, antifertilitas, antiinflamasi,
anthelmintika, antibacterial, antimalarial, antidengue, and wound healer. This
research is done by substituting leaf of papaya as active substance for
powder dosage formulation as instant herbal beverage product which has
high efficacy with refreshing taste and aroma and easy and practical in its
presentation. The purpose of this research is to know the physical properties
of papaya leaf powder (Carica papaya (L) var Kalina).
Formulation of powder dosage form of papaya leaf extract was made
with 4 concentrations ie 0%, 5%, 10% and 15%. The stability test of papaya
leaf extract by measuring stability parameter ie organoleptis test ie color, odor
and taste, viscosity test, sediment height test, Sedimentation volume test,
deposition rate test.

Keywords: Carica papaya (L). var Kalina, Powder, Physical Stability.

iv
INTISARI

Tanaman pepaya (Carica papaya (L). var Kalina) telah banyak


digunakan oleh masyarakat sejak dulu. Secara empiris pepaya banyak
digunakan sebagai diuretik (akar dan daun), anthelmintic (biji dan daun), dan
untuk menyembuhkan penyakit akibat empedu (buah), serta dyspepsia dan
kelainan pencernaan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian tanaman papaya
diketahui memiliki manfaat sebagai antikanker, antioksidan, antidiabetes,
antifertilitas, antiinflamasi, anthelmintika, antibakteri, antimalarial, antidengue,
dan penyembuh luka. Penelitian ini dilakukan dengan cara mensubtitusi daun
pepaya sebagai zat aktif untuk formula sediaan serbuk sebagai produk
minuman herbal instan yang mempunyai khasiat yang tinggi dengan rasa dan
aroma yang menyegarkan serta mudah dan praktis dalam penyajiannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik sediaan serbuk daun
pepaya (Carica papaya (L). var Kalina).
Formulasi sediaan serbuk ekstrak daun pepaya di buat dengan 4
konsentrasi yaitu 0%, 5%, 10% dan 15% Uji stabilitas serbuk ekstrak daun
pepaya dengan cara mengukur parameter stabilitas yaitu pengujian
organoleptis yakni warna, bau dan rasa, uji viskositas, uji tinggi endapan, uji
volume sedimentasi, uji laju pengendapan.

Kata Kunci : Carica papaya (L). Var Kalina, Serbuk, Stabilitas Fisik.

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal

skripsi dengan judul “Uji Stabilitas Fisik Sediaan Serbuk Ekstrak Daun

Pepaya (Carica papaya (L). var Kalina)”. Proposal Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat

Strata 1 (S1) pada Departemen Farmasi, Fakultas Sains dan Farmasi,

Universitas Mathla’ul Anwar Banten.

Penulis menyadari, keberhasilan penulisan proposal skripsi ini adalah

karena karunia Allah SWT dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Mujijah, S.Si.,M.Sc, selaku Dekan Fakultas Sains dan Farmasi

Universitas Mathla’ul Anwar (FSF-UNMA) Banten dan selaku

Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan perbaikan

dalam penyusunan proposal skripsi ini.

2. Yusransyah, S.Far.,M.Sc., Apt, selaku Dosen Pembimbing Pertama

yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan serta membimbing

penulis.

vi
3. Dosen dan staff Fakultas Sains dan Farmasi Universitas Mathla’ul

Anwar (FSF-UNMA) Banten telah memberikan ilmu pengetahuan dan

kelancaran selama penulis kuliah.

4. Orang tua dan suami atas segala perhatian dan dukungan yang telah

diberikan.

5. Teman-teman seangkatan Departemen Farmasi Fakultas Sains dan

Farmasi Universitas Mathla’ul Anwar (FSF-UNMA) Banten

Penulis mengharapkan kritik serta sumbang saran di masa mendatang

untuk peningkatan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pandeglang, Mei 2017

Penulis

Susi Susanti
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA SEMINAR................................ iii
ABSTRACT.......................................................................................... iv
INTISARI.............................................................................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................ vi
DAFTAR ISI......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 3
D. Hipotesis Penelitian.............................................................. 3
E. Manfaat Penelitian................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pepaya (Carica papaya (L). var Kalina)................................ 5
1. Deskripsi........................................................................ 5
2. Klasifikasi....................................................................... 5
3. Morfologi........................................................................ 6
4. Manfaat Daun Pepaya.................................................... 7
5. Kandungan Kimia Daun Pepaya.................................... 10
B. Obat Tradisional................................................................... 13
C. Simplisia............................................................................... 14
1. Pengertian Simplisia....................................................... 14
2. Penggolongan Simplisia................................................. 15
3. Faktor-faktor Penentu Kualitas Simplisia....................... 15
4. Serbuk Simplisia Nabati................................................. 20
D. Sediaan Serbuk.................................................................... 21
1. Definisi............................................................................. 21
2. Bahan.............................................................................. 22
3. Pembuatan Sediaan Serbuk............................................ 23
E. Penelitian Relevan................................................................ 27
F. Kerangka Konsep Penelitian................................................ 29

viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 30
B. Alat dan Bahan Penelitian.................................................... 30
1. Alat Penelitian................................................................ 30
2. Bahan Penelitian............................................................ 30
C. Prosedur Penelitian.............................................................. 30
1. Pengambilan Sampel Daun Pepaya.............................. 30
2. Pembuatan Simplisia Daun Pepaya............................... 30
3. Ekstraksi Daun Pepaya.................................................. 32
4. Skrining Fitokimia........................................................... 33
5. Formulasi Serbuk Ekstrak Daun Pepaya....................... 35
6. Prosedur Pembuatan Serbuk Ekstrak Daun Pepaya..... 35
7. Stabilitas Fisik Sediaan Serbuk...................................... 36
D. Diagram Alir Penelitian......................................................... 38
E. Variabel Penelitian................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 40
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian Relevan.......................................................................... 27
2. Formula Serbuk Ekstrak Daun Pepaya........................................... 35
3. Variabel dan Definisi Operasional................................................... 39

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Carica papaya (L). var Kalina.......................................................... 6


2. Konsep Penelitian........................................................................... 29
3. Diagram Alir Penelitian.................................................................... 38

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanaman papaya (Carica papaya (L). var Kalina) merupakan

tanaman yang banyak diteliti saat ini karena hampir seluruh bagian

tanamannya dapat dimanfaatkan baik daun, getah, biji, akar, batang, dan

buahnya. Tanaman papaya merupakan tanaman suku Caricaceae marga

Carica yang merupakan herba berasal dari Amerika tropis dan cocok juga

untuk ditanam di Indonesia. Senyawa aktif yang terdapat pada papaya

yaitu enzim papain, karotenoid, alkaloid, monoterpenoid, flavonoid,

mineral, vitamin, glukosinolat, karposida (Adachukwu et al, 2013).

Tanaman pepaya (Carica papaya (L). var Kalina) telah banyak

digunakan oleh masyarakat sejak dulu. Secara empiris pepaya banyak

digunakan sebagai diuretik (akar dan daun), anthelmintic (biji dan daun),

dan untuk menyembuhkan penyakit akibat empedu (buah), serta

dyspepsia dan kelainan pencernaan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian

tanaman papaya diketahui memiliki manfaat sebagai antikanker,

antioksidan, antidiabetes, antifertilitas, antiinflamasi, anthelmintika,

antibakteri, antimalarial, antidengue, dan penyembuh luka (Bora, 2014).

Daun papaya (Carica papaya (L). var Kalina) pada umumnya

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai makanan dalam bentuk sayur

1
2

maupun produk olahan lainnya. Kesadaran masyarakat untuk

mengkonsumsi daun papaya karena masyarakat percaya bahwa daun

papaya dapat memberikan manfaat bagi tubuh, salah satunya dapat

meningkatkan daya tahan tubuh. Manfaat yang diperoleh jika

mengkonsumsi daun pepaya, dikarenakan kandungan metabolit sekunder

yang ada pada daun papaya dapat bertindak sebagai antioksidan (Ayoola

et al. 2008), antibakteri (Suresh et al. 2008), antikanker (Rahmat et al.

2002) dan antiinflamasi (Gamulle et al. 2012).

Dimasyarakat luas pemanfaatan daun pepaya sebagai obat hanya

dalam bentuk air rebusan dari tanaman utuh, sementara masing-masing

bagian tanaman memiliki kandungan senyawa bioaktif yang berbeda yang

tentunya akan mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap air

rebusan tersebut. Untuk itu penelitian ini bertujuan melakukan pembuatan

minuman serbuk dari daun pepaya. Air rebusan daun pepaya yang

dihasilkan memiliki rasa yang agak pahit dan aroma yang kurang disukai,

sehingga perlu ditambahkan bahan yang dapat memberikan citarasa dan

aroma yang disukai. Dalam pembuatan serbuk instan untuk mengurangi

rasa pahit ditambahkan pemanis dan laktosa (Turlina dan Wijayanti,

2015).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji

dan meneliti tentang “Uji Stabilitas Fisik Sediaan Serbuk Ekstrak Daun

Pepaya (Carica papaya (L). var Kalina)”.


3

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian yaitu :

1. Apakah daun pepaya (Carica papaya (L). var Kalina) dapat

diformulasikan menjadi sediaan serbuk?

2. Bagaimana stabilitas fisik sediaan serbuk ekstrak etanol 96% daun

pepaya (Carica papaya (L). var Kalina)?

3. Apakah kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada daun

pepaya (Carica papaya (L). var Kalina)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk

1. Mengetahui formulasi sediaan serbuk dari daun pepaya (Carica

papaya (L). var Kalina).

2. Mengetahui sifat fisik sediaan serbuk daun pepaya (Carica papaya (L).

var Kalina).

3. Mengetahui kandungan metabolit sekunder pada daun pepaya (Carica

papaya (L). var Kalina).

D. Hipotesis Penelitian
4

Hipotesis dalam penelitian ini adalah daun pepaya (Carica papaya

(L). var Kalina) diduga dapat diformulasi menjadi sediaan serbuk yang

memiliki sifat fisik yang stabil dan baik.

E. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberi informasi mengenai potensi daun pepaya (Carica

papaya (L). var Kalina) sebagai obat herbal

2. Dapat memberi informasi prosedur pembuatan sediaan serbuk dari

daun pepaya (Carica papaya (L). var Kalina)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pepaya (Carica papaya (L). var Kalina)

1. Deskripsi

Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili

Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat

bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya

banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub tropis.

di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan

pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah

meja bermutu dan bergizi yang tinggi (Prihatman, 2000).

2. Klasifikasi

Sistematika tumbuhan pepaya dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Cistales

Famili : Caricaceae

Genus : Carica

Spesies : Carica papaya (L). var Kalina (Tjitrosoepomo, 2004)

5
6

3. Morfologi

Gambar 1. Carica papaya (L). var Kalina

Bentuk dan susunan tubuh bagian luar tanaman pepaya

termasuk tumbuhan yang umur sampai berbunganya dikelompokkan

sebagai tanaman buah-buahan semusim, namun dapat tumbuh

setahun lebih. Sistem perakaran memiliki akar tunggang dan akar-akar

cabang yang tumbuh mendatar ke semua arah pada kedalaman 1

meter atau lebih menyebar sekitar 60-150 cm atau lebih dari pusat

batang tanaman. Batang tanaman berbentuk bulat lurus, di bagian

tengahnya berongga, dan tidak berkayu. Ruas-ruas batang merupakan

tempat melekatnya tangkai daun yang panjang, berbentuk bulat, dan

berlubang. Daun pepaya bertulang menjari dengan warna permukaan


7

atas hijau-tua, sedangkan warna permukaan bagian bawah hijau-

muda (Suprapti, 2005).

Pohon pepaya biasanya tidak bercabang, batang bulat

berongga, tidak berkayu, terdapat benjolan bekas tangkai daun yang

sudah rontok. Daun terkumpul di ujung batang, berbagi menjari. Buah

berbentuk bulat hingga memanjang tergantung jenisnya, buah muda

berwarna hijau dan buah tua kekuningan / jingga, berongga besar di

tengahnya; tangkai buah pendek. Biji berwarna hitam dan diselimuti

lapisan tipis (Prihatman, 2000).

4. Manfaat Daun Pepaya

Menurut Muhlisah (2007) daun pepaya memiliki kandungan zat

baik yang berlimpah, yaitu :

a. Sifat anti kanker

Menurut penelitian yang dilakukan oleh jurnal

Ethnopharmacology, jus daun pepaya mengandung enzim

tertentu yang memiliki sifat melawan kanker terhadap berbagai

tumor seperti kanker leher rahim, kanker payudara, kanker hati,

kanker paruparu dan kanker pankreas tanpa efek toksik pada

tubuh. Dengan mengatur T-sel, ekstrak daun pepaya

meningkatkan respon sistem kekebalan terhadap kanker.

b. Menghambat Pertumbuhan Bakteri

Jus daun pepaya mengandung lebih dari 50 bahan aktif


8

termasuk senyawa karpain yang menghambat pertumbuhan

mikroorganisme seperti jamur, cacing, parasit, bakteri serta

berbagai bentuk sel kanker.

c. Meningkatkan Imunitas Tubuh

Daun pepaya akan secara alami melakukan regenerasi sel

darah putih dan trombosit. Daun pepaya mengandung lebih dari

50 bahan termasuk vitamin A, C dan E yang mendukung sistem

kekebalan tubuh.

d. Anti Malaria

Daun Pepaya telah ditemukan memiliki sifat anti malaria

juga. Dengan demikian, jus daun pepaya sering digunakan di

beberapa bagian dunia sebagai profilaksis untuk mencegah

malaria di daerah endemis tertentu.

e. Pencegahan Demam Berdarah

Penelitian ilmiah dan beberapa studi kasus telah

menunjukkan bahwa ekstra daun pepaya mengandung enzim

papain meningkatkan trombosit. Perusahaan farmasi sudah

menggunakan persiapan ekstrak daun pepaya dalam bentuk

kapsul dan formula cair. Para dokter merekomendasikan

mengambil 20 sampai 25 ml jus daun pepaya dua kali sehari

selama seminggu untuk hasil yang cepat.


9

f. Mengurangi Nyeri Haid

Para wanita sejak dahulu memanfaatkan daun pepaya

untuk permasalahan ini. Jus daun pepaya sangat efektif untuk

mengurangi nyeri haid. Caranya dengan merebus beberapa ambil

1 daun pepaya, tambahkan asam jawa dan garam, campur

dengan segelas air dan didihkan. Ramuan jus daun pepaya

diminum pada saat datang bulan.

g. Membantu Pencernaan

Enzim papain dalam daun pepaya membantu dalam

pencernaan protein dan berguna untuk mengobati gangguan

pencernaan. Daun pepaya juga dapat membantu mencerna

gluten protein gandum, yang terjadi bagi sebagian orang, yang

dikenal sebagai penyakit celiac.

h. Meningkatkan Trombosit

Penelitian di seluruh dunia telah mengungkapkan bahwa

daun ‘pahit’ papaya sangat efektif dalam meningkatkan jumlah

trombosit secara cepat. Terutama untuk kasus kekurangan

vitamin, sedang kemoterapi, demam berdarah dan banyak lagi.

i. Emfisema

Daun pepaya banyak mengandung vitamin D yang dapat

mencegah terjadinya penyakit emfisema yang berhubungan

dengan paru paru.


10

5. Kandungan Kimia Daun Pepaya

Kandungan kimia dari daun pepaya adalah alkaloid karpain,

dehidrokarpain, flavonoid, tanin, nikotin, prunasin dan glikosida

sianogenik (Adachukwu et al, 2013). Hasil uji fitokimia daun pepaya

mengandung senyawa alkaloid, triteroenoid, steroid, saponin,

flavonoid, dan tanin (A’yun dan Laily, 2015).

a. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa bersifat basa yang mengandung

satu atau lebih atom nitrogen dengan struktur lingkar (siklik). Pada

umumnya alkaloid ditemukan dalam tumbuhan, tetapi tidak semua

senyawa yang mengandung cincin heterosiklik nitrogen adalah

alkaloid. Klasifikasi alkaloid berdasarkan jenis cincin

heterosikliknya terdiri atas : pirol, piridin, kuinolin, pirolidin,

piperidin, isokuinolin, indol, dan indolizidin (Harbone, 1996)

b. Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya

berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis

diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Triterpenoid

merupakan golongan terpenoid yang berpotensi sebagai

antimikroba. Selain itu senyawa ini banyak digunakan untuk

menyembuhkan penyakit gangguan kulit. Triterpenoid memiliki sifat

antijamur, insektisida, antibakteri, dan antivirus (Robinson, 1995).


11

c. Steroid

Steroid merupakan golongan dari senyawa triterpenoid.

Senyawa steroid dapat diklasifikasikan menjadi steroid dengan atom

karbon tidak lebih dari 21 (steroid sederhana) dan steroid dengan

atom karbon lebih dari 21 seperti sterol, sapogenin, alkaloid steroid,

glikosida jantung dan vitamin D. Pada umumnya, steroid tumbuhan

berasal dari sikloartenol. Senyawa steroid dapat digunakan sebagai

bahan dasar pembuatan obat (Hogiono dan Dangi, 1994).

d. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang bersifat

racun yang terkandung di dalam daun pepaya. Beberapa sifat khas

dari lavonoid yaitu memiliki bau yang sangat tajam, rasanya yang

pahit, dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan juga mudah

terurai pada temperatur tinggi. Flavonoid merupakan senyawa yang

dapat bersifat menghambat makan serangga. Flavonoid berfungsi

sebagai inhibitor pernapasan sehingga menghambat sistem

pernapasan nyamuk yang dapat mengakibatkan nyamuk Aedes

aegypti mati. Bagi tumbuhan pepaya itu sendiri flavonoid memiliki

peran sebagai pengatur kerja antimikroba dan antivirus (Harbone,

1996),

e. Saponin

Senyawa saponin pada daun pepaya yang memiliki peran


12

sebagai insektisida dan larvasida adalah saponin. Saponin

merupakan senyawa terpenoid yang memiliki aktifitas mengikat

sterol bebas dalam sistem pencernaan, sehingga dengan

menurunnya jumlah sterol bebas akan mempengaruhi proses

pergantian kulit pada serangga. Saponin terdapat pada seluruh

bagian tanaman pepaya seperti akar, daun, batang, dan bunga.

Senyawa aktif pada saponin berkemampuan membentuk busa jika

dikocok dengan air dan menghasilkan rasa pahit yang dapat

menurunkan tegangan permukaan sehingga dapat merusak

membran sel serangga (Robinson, 1995).

f. Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke

dalam golongan polifenol yang terdapat dalam tanaman pepaya.

Mekanisme kerja senyawa tanin adalah dengan mengaktifkan

sistem lisis sel karena aktifnya enzim proteolitik pada sel tubuh

serangga yang terpapar tannin. senyawa kompleks yang dihasilkan

dari interaksi tanin dengan protein tersebut bersifat racun atau

toksik yang dapat berperan dalam menghambat pertumbuhan dan

mengurangi nafsu makan serangga melalui penghambatan aktivitas

enzim pencernaan. Tanin mempunyai rasa yang sepat dan memiliki

kemampuan menyamak kulit. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan

berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan


13

kayu. Umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh

hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Salah satu

fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan

herbivore dan sebagai pertahanan diri bagi tumbuhan itu sendiri

(Harborne, 1996).

B. Obat Tradisional

Obat tradisional (OT) merupakan salah satu warisan budaya

bangsa Indonesia yang telah digunakan selama berabad-abad untuk

pemeliharaan dan peningkatan serta pencegahan dan pengobatan

penyakit. Berdasarkan bukti secara turun temurun dan pengalaman

(empiris), OT hingga kini masih digunakan oleh masyarakat di Indonesia

dan di banyak negara lain. Sebagai warisan budaya bangsa yang telah

terbukti banyak memberi kontribusi pada pemeliharaan kesehatan (BPOM

RI, 2008).

Dalam perjalanan sejarahnya, dengan didorong dan ditunjang oleh

perkembangan iptek serta kebutuhan upaya kesehatan modern, OT telah

banyak mengalami perkembangan. Perkembangan yang dimaksud

mencakup aspek pembuktian dan keamanannya, jaminan mutu, bentuk

sediaan, cara pemberian, pengemasan, dan penampilan serta teknologi

produksi. Untuk mendorong peningkatan pemanfaatan OT Indonesia

sekaligus menjamin pelestarian jamu, Indonesia memprogamkan


14

pengembangan secara berjenjang ke dalam kelompok jamu, obat herbal

terstandar, dan fitofarmaka (BPOM RI, 2010).

C. Simplisia

1. Pengertian Simplisia

Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat ini sudah lama

dimiliki oleh nenek moyang kita dan hingga saat ini telah banyak yang

terbukti secara ilmiah. Dan Pemanfaatan tanaman obat Indonesia

akan terus meningkat mengingat kuatnya keterkaitan bangsa

Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu. Bagian-bagian

tanaman yang digunakan sebagai bahan obat yang disebut

simplisia. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat

alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami

perubahan bentuk (Gunawan dan Srimulyani, 2004).

Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan

yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan,

kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari

600C (BPOM RI, 2008).

Simplisia merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal.

Mutu sediaan herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang

digunakan. Oleh karena itu, sumber simplisia, cara pengolahan, dan

penyimpanan harus dapat dilakukan dengan cara yang baik. Simplisia


15

adalah bahan yang digunakan sebagai bahan sediaan herbal yang

belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain

simplisia merupakan bahan yang telah dikeringkan (BPOM RI, 2005).

2. Penggolongan Simplisia

Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh,

bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan

adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau

dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lain

yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya.

b. Simplisia hewani

Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan. Contohnya adalah minyak

ikan dan madu

c. Simplisia pelikan atau mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan

pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan

cara sederhana. Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga

(BPOM RI, 2010).

3. Faktor-faktor Penentu Kualitas Simplisia

Menurut Gunawan dan Srimulyani (2004) kualitas simplisia


16

dipengaruhi oleh dua faktor antara lain sebagai berikut:

a. Bahan Baku Simplisia

Berdasarkan bahan bakunya, simplisia bisa diperoleh dari

tanaman liar dan atau dari tanaman yang dibudidayakan.

Tumbuhan liar umumnya kurang baik untuk dijadikan bahan

simplisia jika dibandingkan dengan hasil budidaya, karena

simplisia yang dihasilkan mutunya tidak seragam.

b. Proses Pembuatan Simplisia

Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan, yaitu:

1) Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda yang

tergantung pada beberapa faktor, antara lain: bagian tumbuhan

yang digunakan, umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada

saat panen, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh. Waktu

panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa

aktif di dalam bagian tumbuhan yang akan dipanen. Waktu panen

yang tepat pada saat bagian tumbuhan tersebut mengandung

senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif akan

terbentuk secara maksimal di dalam bagian tumbuhan atau

tumbuhan pada umur tertentu. Berdasarkan garis besar

pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman dilakukan

sebagai berikut:
17

a) Biji

Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai

mengeringnya buah atau sebelum semuanya pecah.

b) Buah

Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak (misalnya

Piper nigrum), setelah benar-benar masak (misalnya adas),

atau dengan cara melihat perubahan warna/ bentuk dari buah

yang bersangkutan (misalnya jeruk, asam, dan pepaya).

c) Bunga

Panen dapat dilakukan saat menjelang penyerbukan, saat

bunga masih kuncup (seperti pada Jasminum sambac,

melati), atau saat bunga sudah mulai mekar (misalnya Rosa

sinensis, mawar).

d) Daun atau herba

Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses

fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan

saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.

Untuk mengambil pucuk daun, dianjurkan dipungut pada saat

warna pucuk daun berubah menjadi daun tua

e) Kulit batang

Tumbuhan yang pada saat panen diambil kulit batang,

pengambilan dilakukan pada saat tumbuhan telah cukup


18

umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu

pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim yang

menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang musim

kemarau.

f) Umbi lapis

Panen umbi dilakukan pada saat umbi mencapai besar

maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas berhenti.

Misalnya bawang merah (Allium cepa).

g) Rimpang

Pengambilan rimpang dilakukan pada saat musim kering

dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tumbuhan.

Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan besar maksimum.

h) Akar

Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti

atau tanaman sudah cukup umur. Panen yang dilakukan

terhadap akar umumnya akan mematikan tanaman yang

bersangkutan.

2) Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman

masih segar. Sortasi dilakukan terhadap:

a) Tanah atau kerikil,

b) Rumput-rumputan
19

c) Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang

tidak digunakan, dan

d) Bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat atau

sebagainya)

3) Pencucian

Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran

yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam

tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar peptisida. Cara

sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah

mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk

pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan

simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada

permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan

mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah

Pseudomonas, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter, dan

Escherichia.

4) Pengubahan bentuk

Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah

untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas

permukaan maka bahan baku akan semakin cepat kering.

Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin

perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau


20

potongan dengan ukuran yang dikehendaki.

5) Pengeringan

Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai

berikut:

a) Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak

mudah ditumbuhi kapang dan bakteri.

b) Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan

lebih lanjut kandungan zat aktif.

c) Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya

(ringkas, mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya)

6) Sortasi kering

Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami

proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-

bahan yang terlalu gosong atau bahan yang rusak.

7) Pengepakan dan penyimpanan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka

simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar

tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan lainnya.

4. Serbuk Simplisia Nabati

Serbuk simplisia nabati adalah bentuk serbuk dari simplisia

nabati, dengan ukuran derajat kehalusan tertentu. Sesuai dengan

derajat kehalusannya, dapat berupa serbuk sangat kasar, kasar, agak


21

kasar, halus, dan sangat halus. Serbuk simplisia nabati tidak boleh

mengandung fragmen jaringan dan benda asing yang bukan

merupakan komponen asli dari simplisia yang bersangkutan antara

lain telur nematoda, bagian dari serangga dan hama serta sisa tanah

(BPOM RI, 1995).

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang

diserbukkan. Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia

nabati, digerus lebih dulu sampai derajat halus tertentu setelah itu

dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 600C. Untuk simplisia nabati

tidak boleh menggunakan bagian pertama yang terayak, tetapi harus

terayak habis dan dicampur homogen, karena zat berkhasiat tidak

terbagi rata pada semua bagian simplisia. Sebagai contoh daun kering

yang digerus halus dan diayak maka muka daun yang terayak dulu,

setelah itu baru urat daun dapat terayak (Anief, 2007).

D. Sediaan Serbuk

1. Definisi

Menurut Parwika (1996) definisi serbuk minuman tradisional

yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4320-1996

adalah produk bahan minuman berbentuk serbuk atau granula yang

dibuat dari campuran gula dan rempah-rempah dengan atau tanpa

tambahan makanan yang diizinkan.


22

2. Bahan

a. Tepung Ubi Ungu

Tepung Ubi Ungu adalah hasil hancuran dari ubi jalar yang

dihilangkan sebagian kadar airnya sekitar 7% (Sarwono, 2005).

Nurdjanah dan Yuliana (2013) melaporkan bahwa kandungan

antosianin pada tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki

sebesar 63,15 mg/100 g, sedangkan hasil penelitian Ningsih (2015)

diperoleh total antosianin tepung ubi jalar ungu sebesar 18,1-25,7

mg/100 g tergantung pada lama pendinginan.

Tepung ubi jalar dapat digunakan sebagai bahan dalam

pembuatan bahan pangan maupun non pangan, sebagai bahan

pengisi, pengikat dan penstabil karena daya mengikat airnya tinggi

(Pusbangtepa, 1999).

b. Bahan Pemanis

Menurut deMan (1999) pemanis dibagi ke dalam dua jenis,

yaitu pemanis nutrisi dan nonnutrisi. Pemanis nutrisi antara lain

sukrosa, glukosa, fruktosa, gula invert, dan berbagai jenis polyol

termasuk sorbitol, mannitol, maltitol, lactitol, xylitol, dan sirup gula

hidrogenasi. Pemanis nonnutritisi diantaranya sakarin, siklamat,

aspartam, acesulfame K, dan sukralosa.

Menurut Fennema (1996) sukrosa atau gula secara kimia

termasuk dalam golongan karbohidrat, dengan rumus C12H22O11.


23

Rumus bangun dari sukrosa terdiri atas satu molekul glukosa

(C6H12 O6) yang berikatan dengan satu molekul fruktosa (C 6H12O6).

Kedua jenis gula sederhana ini juga terdapat dalam bentuk molekul

bebas di dalam batang tanaman tebu, tetapi tidak di dalam umbi

bibit gula. Rumus sukrosa tidak memperlihatkan adanya gugus

formil atau karbonil bebas. Karena itu sukrosa tidak

memperlihatkan sifat mereduksi, misalnya dengan larutan Fehling.

Sukrosa sebagai komponen batang tebu merupakan suatu

bahan yang hanya dapat dibuat secara mudah oleh proses sintesis

yang dilakukan oleh hijaudaun. Sukrosa yang sudah tersimpan

dalam batang tebu harus diusahakan agartidak mengalami

perusakan baik selama dikebun maupun selama proses dipabrik

(deMan 1999).

c. Essence Coklat

Essence coklat merupakan penambah rasa pada sebuah bahan

pangan. Essence coklat berfungsi untuk memberi penambah rasa

dan pengharum pada minuman serbuk (Saputro dkk, 2015).

3. Pembuatan Sediaan Serbuk

Menurut Oktaviani (2002), proses pembuatan minuman instan

secara umum terdiri dari dua tahapan, yaitu proses ekstraksi dan

proses pengeringan atau penguapan. Ekstraksi dilakukan sebagai

tahap awal dalam pembuatan minuman instan untuk mendapatkan sari


24

atau bahan aktif yang diinginkan sedangkan pengeringan merupakan

proses selanjutnya yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air

dalam bahan.

a. Ekstraksi

Ekstraksi adalah metode pemisahan komponen-komponen

terlarut dari suatu campuran dipisahkan dari komponen yang tidak

larut dengan pelarut yang sesuai. Metode paling sederhana untuk

mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan

dengan pelarut lalu memisahkan larutan dengan padatan tidak

terlarut (Harborne, 1996).

Ekstraksi dapat dilakukan secara fisik dan kimia. Ekstraksi

secara fisik dapat dilakukan dengan pengempaan/pengepresan,

sedangkan ekstraksi secara kimia dapat dilakukan dengan

perlakuan panas (hot extraction) dan penggunaan pelarut

(perkolasi). Metode dasar ekstraksi tanaman obat adalah

maserasi dan perkolasi. Maserasi adalah cara ekstraksi yang

paling sederhana, yaitu dengan merendam bahan yang akan

diekstrak dengan pelarut hingga susunan sel dalam bahan

melunak (Voigt, 1994).

Persiapan bahan baku sebelum proses ekstraksi

mencakup pengeringan bahan dan pengecilan ukuran bahan

hingga mencapai ukuran yang tepat sesuai dengan keperluan


25

ekstraksi. Ukuran partikel bahan merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses ekstraksi. Untuk

bahan yang bersifat mudah ditembus zat cair dan uap

(permeable) seperti daun, ranting, akar, rumput, bunga, dan buah

maka perlu dilakukan proses pengecilan ukuran. Proses

pengecilan ukuran bertujuan untuk mengurangi sifat kamba dari

bahan dan membantu penetrasi pelarut ke dalam sel tumbuhan

sehingga mempercepat pelarutan komponen bioaktif dan

meningkatkan rendemen ekstraksi. Teknik pengecilan ukuran

dapat dilakukan dengan cara pengirisan, penghancuran atau

penggilingan dengan mesin (Oktaviani, 2002)

b. Pengeringan

Pengeringan merupakan proses pengeluaran air dari

bahan hasil pertanian atau bahan pangan. Pengeringan

didefinisikan sebagai suatu metode untuk mengeluarkan atau

menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan

menggunakan energi panas, sehingga tingkat kadar air

kesetimbangan dengan kondisi udara (atmosfir) normal atau

tingkat kadar air yang setara dengan nilai aktivitas air (Aw) yang

aman dari kerusakan mikrobiologi, enzimatis, atau kimiawi. Teknik

pembuatan serbuk dengan bahan berbentuk cair dapat dilakukan

dengan menggunakan freeze drying, spray drying atau vacuum


26

drying. Pemilihan penggunaan metode pengeringan (dryer)

tergantung pada kebutuhan atau keinginan dari output yang

dihasilkan, bahan yang digunakan serta biaya dari proses

pengeringan tersebut. Dalam penggunaan metode pengeringan,

penggunaan spray dryer merupakan metode yang paling sering

digunakan untuk pengeringan bahan terutama dalam skala besar

(industri) (Mujumdar. 2000).

Menurut Wirakartakusumah dkk (1992), spray dryer atau

pengering semprot digunakan untuk menghasilkan tepung

(serbuk) dari suspense cairan. Prinsip pengeringan semprot

cukup sederhana, yaitu cairan disemprotkan ke dalam aliran gas

panas, air dalam tetesan (droplet) menguap dengan cepat

meninggalkan tepung (serbuk) kering. Tepung dipisahkan dari

udara yang mengangkutnya dengan menggunakan separator atau

kolektor tepung. Suhu udara masuk ruangan pengering sangat

tinggi dan kecepatan penguapan yang tinggi menyebabkan

pendinginan yang berarti, sehingga dapat menghindarkan bahan

dari pemanasan yang berlebihan, bahkan tidak ada kontak bahan

basah maupun produk kering dengan medium panas sekali.

Keuntungan bahan yang dikeringkan dengan menggunakan

pengering semprot yaitu akan memperkecil kerusakan bahan


27

pangan akibat pemanasan terutama untuk bahan-bahan yang

sensitif terhadap panas. Kemudian terdapat empat kelebihan dari

pengering semprot dibandingkan dengan jenis alat pengering

lainnya, yaitu : (1) produk akan menjadi kering tanpa bersentuhan

langsung dengan permukaan logam panas; (2) suhu produk

rendah meskipun suhu udara pengering yang digunakan cukup

tinggi; (3) penguapan air terjadi pada permukaan yang sangat

luas sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan hanya

beberapa detik saja; dan (4) produk akhir yang dihasilkan

berbentuk bubuk stabil sehingga memudahkan dalam

penanganan dan transportasi.

E. Penelitian Relevan

Tabel 1. Penelitian Relevan


No Peneliti Judul Hasil

1 Saputro dkk Formulasi Minuman Instan Minuman instan ekstrak


(2015) Ekstrak Daun Kelor Formula 1 merupakan
(Moringa oleifera Lamk.) yang paling disukai oleh
Dengan Variasi Bahan panelis, dengan
Pengisi kandungan kadar air
3,77%, kadar abu 2,45%,
kadar protein, kadar
lemak, kadar karbohidrat,
vitamin E 4,64 mg/100g,
Fe 32,56mg/kg, dan Ca
328,14 mg/100g
28

2 Turlina dan Pengaruh Pemberian Terdapat pengaruh yang


Serbuk Daun Pepaya signifikan dalam
Wijayanti Terhadap Kelancaran Asi pemberian minuman
Pada Ibu Nifas Di Bpm NY. daun pepaya terhadap
(2015) Hanik Dasiyem, Amd.Keb kelancaran ASI pada ibu
Di Kedungpring Kabupaten nifas
Lamongan
3 Wijaya dkk Serbuk Instan Ekstrak Formula serbuk instan
(2015) Daun Jambu Mete
daun jambu mete terbaik
(Anacardium occidentaleyaitu dengan
l.) sebagai Antibakteri
penambahan gula
Helicobacter pylori pada
sebanyak 70% dan
Penyakit Gastritis ekstrak daun jambu mete
sebesar 30%
4 Rengga (2008) Serbuk Instan Manis Daun Penambahan gula dan
Pepaya Sebagai Upaya atau madu, jumlah kadar
Memperlancar Air Susu pemanis) pada ekstrak
Ibu daun papaya
menghasilkan produk
serbuk instan manis yang
baik dari segi aroma,
rasa, tekstur dan
higienitas
29

F. Kerangka Konsep Penelitian

Daun Pepaya

Simplisia Daun Pepaya

Ekstrak Daun Pepaya

Pelarut Etanol 96% Analisis Rendemen


Skrining Fitokimia
Identifikasi Alkaloid
Identifikasi Triterpenoid
Identifikasi Steroid
Identifikasi Flavonoid
Identifikasi Saponin
Identifikasi Tanin

Serbuk Ekstrak
Daun Pepaya

Uji Stabilitas Fisik


Uji Organoleptik
Uji Viskositas
Uji Tinggi Endapan
Uji Laju Endapan
Uji Laju Air

Formula Serbuk Ekstrak


Daun Pepaya Dengan
Mutu Paling Baik

Gambar 2. Konsep Penelitian


30
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada Juni 2017 di Laboratorium

Terpadu, Fakultas Sains dan Farmasi Universitas Mathla’ul Anwar (FSF-

UNMA) Banten.

B. Alat dan Bahan Peneltian

1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan adalah pisau, tampah, kain hitam, alat-alat

gelas (Pyrex), autoclave, batang pengaduk, blender, bunsen, cawan

porselin, lumpang dan alu, rotary evaporator, neraca analitik dan oven.

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah daun pepaya, Etanol 96%, besi

(III) klorida, asam klorida, magensium, akuadest, pereaksi mayer,

pereaksi wagner, tepung ubi ungu, sukrosa dan essence coklat.

C. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Sampel Daun Pepaya

Pengambilan sampel daun pepaya dilakukan pada pagi hari. Daun

pepaya dipetik yang masih segar pada saat warna daun hijau.

30
31

2. Pembuatan Simplisia Daun Pepaya

a. Sortasi basah

Daun pepaya diambil dari herba. Daun pepaya disortasi untuk

memisahkan dari rimpang dan kotoran yang menempel.

b. Pencucian

Daun pepaya dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan

kotoran dan debu yang menempel pada daun.

c. Perajangan

Daun pepaya di potong secara tipis dengan ukuran 5 mm dengan

pisau.

d. Pengeringan

Daun pepaya yang sudah dirajang diletakkan kedalam tampah

kemudian ditutup kain hitam. Pengeringan daun pepaya dilakukan

dengan penjemuran dibawah sinar matahari sampai daun pepaya

menjadi kering.

e. Sortasi Kering

Daun pepaya yang telah kering kemudian di bersihkan dari kotoran

yang menempel. Daun pepaya yang dipilih yang telah benar-benar

kering (berwarna hijau kecoklatan). Hasil daun pepaya kering

didapatkan sebanyak 3.000 g.


32

f. Pemblenderan menjadi serbuk.

Daun pepaya yang sudah kering lalu dihaluskan dengan

blender hingga menjadi serbuk kemudian di ayak dengan saringan

untuk mendapatkan ukuran seragam sehingga memudahkan proses

ekstraksi.

3. Ekstraksi Daun Pepaya

Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi dengan

menggunakan pelarut etanol 96%.

a. Sebanyak 1.000 gram serbuk simplisia daun pepaya (ditimbang)

b. Dimaserasi dengan 5 L etanol 96% pada suhu kamar selama satu

hari, lalu disaring.

c. Ampas diremaserasi dengan 3,75 L etanol 96% pada suhu kamar

selama satu hari,lalu disaring.

d. Setelah disaring, ampas kembali diremaserasi dengan 3,75 L

etanol 96% pada suhu kamar selama satu hari, lalu disaring.

e. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan vaccum rotary

evaporator pada suhu 50ºC, kecepatan 70 rpm, dan tekanan 0,7

bar

f. Diperoleh ekstrak kental.

g. Setelah didapatkan ekstrak kental, kemudian ditimbang dengan

timbangan analitik hasil rendemennya.


33

4. Skrining Fitokimia

a. Pemeriksaan Flavonoid

1) Sebanyak 1 g sampel ditambahkan 2 mL metanol 50%

2) Dipanaskan pada suhu 50 0C kemudian didinginkan

3) Ditambahkan logam Mg (magnesium)

4) Ditambahkan 5 tetes HCl (asam klorida) pekat

5) Jika timbul warna merah/jingga maka positif mengandung

flavonoid.

b. Pemeriksaan Tanin

1) Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml akuades

2) Disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai

tidak berwarna.

3) Diambil 2 mL larutan lalu ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi

(III) klorida.

4) Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya

tanin

c. Pemeriksaan Saponin

1) Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam tabung

reaksi

2) Ditambahkan 10 mL aquadest yang dipanaskan,

3) Didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik,

4) Timbul busa yang mantap selama 10 menit setinggi 1-10 cm.


34

5) Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2N,

6) Bila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin.

d. Pengujian golongan steroid dan triterpenoid

1) Sebanyak 0,5 gram sampel dicampur dengan 2 ml etanol.

2) Sampel kemudian dipanaskan sesaat dan disaring.

3) Filtrat yang dihasilkan diuapkan hingga kental dan ditambah

dengan eter dan tiga tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes

asam sulfat pekat.

4) Sampel positif mengandung triterpenoid bila terbentuk warna

merah atau ungu.

5) Sampel postif mengandung steroid bila terbentuk warna hijau.

e. Pengujian golongan alkaloid

1) Sampel sebanyak 2 mL dicampur dengan 1 mL asam klorida

(HCl) 2N dan 9 mL akuades panas.

2) Larutan kemudian dipanaskan selama 2 menit,

3) Dinginkan dan disaring filtratnya dan dibagi ke dalam 2 tabung.

a) Tabung pertama direaksikan dengan pereaksi Wagner.

Sampel positif terdapat alkaloid bila ada endapan berwarna

cokelat

b) Tabung kedua direaksikan dengan pereaksi Meyer. Sampel

positif terdapat alkaloid bila ada endapan putih/ kuning.


35

5. Formulasi Serbuk Ekstrak Daun Pepaya

Fomula serbuk ekstrak etanol daun pepaya disajikan mengacu

pada formula Saputro dkk (2015). Formulasi sediaan serbuk ekstrak

daun pepaya di buat dengan 4 konsentrasi yaitu 0%, 5%, 10% dan

15%.

Tabel 2. Formula Serbuk Ekstrak Daun Pepaya


Nama Bahan Formula (%)
0 5% 10% 15%
Ekstrak Etanol Daun - 0,5 g 1g 1,5 g
Pepaya
Tepung Ubi Ungu 4,5 g 4,5 g 4,5 g 4,5 g
Sukrosa 4,5 g 4,5 g 4,5 g 4,5 g
Essence Coklat 1g 1g 1g 1g

6. Prosedur Pembuatan Serbuk Ekstrak Daun Pepaya

a. Ditimbang ekstrak daun pepaya, tepung ubi ungu, sukrosa dan

essence coklat.

b. Campurkan ekstrak daun pepaya dengan tepung ubi ungu hingga

dihasilkan serbuk yang homogen.

c. Campuran ekstrak daun pepaya dan tepung ubi ungu tersebut

diaduk dan ditambahkan maltosa serta essence coklat sampai

semua bahan tercampur.

d. Diayak dengan menggunakan mesh 40

e. Dikeringkan dengan oven pada suhu 50 C.


o

f. Didapatkan serbuk instan.


36

7. Uji Stabilitas Fisik Sediaan Serbuk

a. Uji organoleptik

Uji organoleptik pada penelitian ini dilakukan dengan pengamatan

warna, rasa, dan aroma.

b. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan

viscometer Brookfield dengan kecepatan dan no spindle tertentu

hingga mencapai torsi 100% pada suhu kamar.

c. Uji Tinggi Endapan

Uji tinggi endapan dilakukan pada masing-masing formula yang

telah terbentuk endapan dengan membandingkan antara tinggi

sedimentasi akhir (Hu) terhadap tinggi mula-mula (H0) sebelum

mengendap.

d. Uji Laju Endapan

Uji laju endapan dilakukan pada masing-masing formula yang

ditambahkan dengan air 200 ml dengan bobot serbuk 20 gram

kemudian diaduk hingga merata lalu dihitung waktu terdispersi

dan mulai terbentuknya endapan.

e. Uji Laju Alir

Pengujian laju alir bertujuan untuk mengetahui waktu yang

dibutuhkan sediaan untuk dapat melewati corong Flowmeter.

Syarat untuk mendapatkan waktu alir yang baik yaitu > 10 g/det
37

f. Uji Stabilitas

Uji stabilitas dilakukan untuk formula serbuk ekstrak daun pepaya

yang terpilih berdasarkan uji hedoniik (uji kesukaan) dengan cara

mengukur parameter stabilitas yaitu pengujian organoleptis

meliputi pengamatan secara visual dan mengamati perubahan-

perubahan yang terjadi pada sediaan yakni warna, bau dan rasa,

uji viskositas, uji tinggi endapan, uji laju pengendapan dan uji laju

alir. Uji stabilitas juga dilakukan pada masing-masing formula

serbuk daun pepaya sebanyak 20 gram ditempatkan pada suhu

ruang selama 1 bulan, serta diamati parameter fisika dan kimia

pada hari 0, 2, 4, 6, 8 pada suhu 15o-30oC dan 40o-45oC

(Tiradisuci, 2014).
38

D. Diagram Alir Penelitian

Daun Pepaya

Skrining Fitokimia
Simplisia Daun Pepaya
(Triplo)

Skrining Fitokimia
Ekstrak Etanol Daun Pepaya
(Triplo)

Tepung Ubi Jalar Ungu,


Sukrosa dan Essence
Pengeringan dengan Oven Coklat

Serbuk Instan Ekstrak Etanol Uji Stabilitas Fisik


Daun Pepaya (0%, 5%, 10 % dan 15%) (Triplo)

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian


39

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik

kesimpulannya”. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel

yang menjadi perhatian utama peneliti. Variabel dependen dalam

penelitian ini yaitu stabilitas fisik serbuk ekstrak daun pepaya.

2. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi variabel terikat, baik secara positif maupun

negatif. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu formulasi

serbuk ekstrak daun pepaya.

Operasional variabel dalam penelitian ini diuraikan dalam bentuk

Tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Variabel dan Definisi Operasional


N Variabel Definisi
o
1 Formulasi Sediaan serbuk dari ekstrak daun pepaya dengan
Serbuk Ekstrak konsentrasi 0%, 5%, 10 % dan 15%
Daun Pepaya
2 Stabilitas fisik Hasil uji organoleptik, uji viskositas, uji tinggi
serbuk ekstrak endapan, uji tinggi endapan, uji laju pengendapan
daun pepaya dan uji laju air dengan pengamatan 1 bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Adachukwu, I.P., A.O. Ogbonna, dan F.U. Eze. 2013. Phytochemical


Analysis of Paw-Paw (Carica papaya) Leaves. IJLBPR, Vol. 2(3):
349-350.

A’yun, Q dan Ainun Nikmati Laily. 2015. Analisis Fitokimia Daun Pepaya
(Carica papaya L.) Di Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi, Kendalpayak, Malang. Naskah Publikasi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ayoola GA, Coker HAB, Adesegun SA, Adepoju-bello AA, Obaweya K,


Ezennia EC and Atangbayila TO. 2008. Phytochemical screening and
antioxidant activities of some selected medicine plant used for
malaria therapy in Southwestern Nigeria. Trop J Pharm Res.
Vol.7(3): 1019-1024.

BPOM RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jendral


Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

Badan POM RI, 2005, Standardisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia,


Salah Satu Tahapan Penting dalam Pengembangan Obat Asli
Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Jakarta.

BPOM RI, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan


Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

Badan POM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume V, Edisi I, 112-117,
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta

Bora, A. M. A. B. 2014. Vermisidal dan Ovisidal Ekstrak Daun Pepaya


(Carica papaya L.) Terhadap Cacing Ascaris suum Secara In Vitro.
Indonesia Medicus Veterinus. Vol. 3(2) : 84-91

deMan. 1999. Principle of Food Chemistry. The Avi Publishing Co., Inc.,
Westport. Connecticut.

Gamulle A, Ratnasoorya WD, Jayakody JRAC, Fernando C, Kanatiwela C


and Udagama PV. 2012. Trombocytosis and anti-inflamatory

40
41

properties, and toxicological evaluation of Carica papaya mature


leaf concentrate in a murine model. Online Int J Med Plant Res.
Vol.1(2): 1-30

Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakologis)
Jilid 1. Penebar Swadana. Jakarta.

Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern


Menganalisis. Padmawinata K, Sudiro I, Penerjemah. Penerbit Institut
Teknologi Bandung, Bandung.

Hogiono dan Dogi. 1994. Peningkatan Nilai Tambah Tanaman Hortikultura


yang Berpotensi Sebagai Bahan Dasar Sintesis Obat-Obatan
Steroid. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Airlangga, Surabaya.

Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri diterjemahkan oleh Suyatni S., Edisi II, UI Press, Jakarta.

Muhlisah F. 2007. Tanaman Obat Keluarga (Toga). Penebar Swadaya:


Jakarta.

Mujumdar, A.S. 2003. Drying Technology in Agriculture and Food


Sciences. Science Publishers, Inc. Enfield (NH). USA.

Nani S. dan Dian S. 1996. Tinjauan Hasil Penelitian Tanaman Obat di


Berbagai Institut III. Jakarta

Ningsih, N.Y. 2015. Pengaruh Lama Pendinginan terhadap Kandungan


Pati Resisten Tepung Ubi Jalar Ungu Termodifikasi. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nurdjanah, S. dan N.Yuliana. 2013. Produksi Tepung Ubi Jalar Ungu


Termodifikasi secara Fisik Menggunakan Rotary Drum Dryer.
Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Pertama. Dikti. Universitas
Lampung. Lampung

Parwika, Bayu. 1996. Serbuk Minuman Tradisional. Penerbit Badan


Standardisasi Nasional. Jakarta.

Prihatman, Kemal, 2000. Pepaya. Sistim Informasi Manajemen


Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Jakarta.
42

Pusbangtepa. 1999. Pengkajian Bahan Baku Potensial. Laporan Akhir.


Pusat Pengembangan Teknologi Pangan Lembaga Pengabdian kepada
Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahmat A, Rosli R, Zain WNIWM, Endrini S dan Sani HA. 2002.


Antiproliferative Activity Of Pure Lycopene Compared To Both
Extracted Lycopene And Juice From Watermelon (Citrullus
vulgaris) and Papaya (Carica papaya) On Human Breast And Liver
Cancer Cell Line. J Med Sci. Vol. 2(2):55-58.

Rengga, Wara Dyah Pita. 2008. Serbuk Instan Manis Daun Pepaya
Sebagai Upaya Memperlancar Air Susu Ibu. Naskah Publikasi. Prodi
Teknik Kimia, FT, Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Robinson. T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi 6.


Penerbit ITB. Bandung.

Oktaviani, 2002. Pembuatan minuman Cinna-Ale Dari Rempah Asli


Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Saputro,D.A, Erni Rustiani dan Mira Miranti. 2015. Formulasi Minuman


Instan Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.) Dengan Variasi
Bahan Pengisi. Naskah Publikasi. Program Studi Farmasi FMIPA
Universitas Pakuan Bogor. Bogor.

Sarwono, B. 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya. Jakarta

Suprapti, M.L. 2005. Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal.


Kanisius,
Yogyakarta.

Suresh K, Deepa P, Harisaranraj R and Vaira AV. 2008. Antimicrobial and


phytochemical investigation of the leaf of Carica papaya L.,
Cynodon dactylon (L.) Pres., Euporbhia hirta L., Melia azedarach L.
dan Psidium guajava L. Etnhobotanical Leaflets. Vol.1 (2) :1184-1191

Tiradisuci, M. 2014. Formulasi dan Uji Stabilitas Granul Eferevesen Sari


Buah Sirsak (Annona muricata L.). Skripsi. Universitas Pakuan.
Bogor.

Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan


ke delapan. UGM Press. Yogyakarta.
43

Turlina, L dan R.Wijayanti. 2015. Pengaruh Pemberian Serbuk Daun


Pepaya Terhadap Kelancaran Asi Pada Ibu Nifas Di BPM NY. Hanik
Dasiyem, Amd.Keb Di Kedungpring Kabupaten Lamongan. Jurnal
Surya Vol 07 (01) :1-9.

Voigt, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi 5, Gadjah Mada.


University Press, Yogyakarta

Wade, A. dan P. J. Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients.


2nd ed. American Pharmaceutical Association Publ. Washington D. C.

Wijaya, Achmad Alfan Sholihatus Sholihin, Rizka Alivia A, Faizal Romadhon


dan Darimiyya Hidayati. 2015. Serbuk Instan Ekstrak Daun Jambu
Mete (Anacardium occidentale l.) sebagai Antibakteri Helicobacter
pylori pada Penyakit Gastritis. Prosiding Seminar Agroindustri dan
Lokakarya Nasional Program Studi Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Trunojoyo Madura

Wirakartakusumah MA, A Kamarudin dan AM Syarif. 1992. Sifat fisik


pangan. Depdikbud PAU Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakara.

You might also like