Analisis Penerapan Akad-Akad Syariah Yang Relevan Pada Koperasi Syariah Berbasis Masjid Sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Masjid

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)

Politeknik Praktisi Bandung


Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

ANALISIS PENERAPAN AKAD-AKAD SYARIAH YANG RELEVAN


PADA KOPERASI SYARIAH BERBASIS MASJID SEBAGAI UPAYA
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MASJID

Arif Rijal Anshori1

Universitas Islam Bandung, arijalanshori89@gmail.com

ABSTRACT
In the history of Islamic civilization, mosques are a means of preaching and developing the
economy of Muslims. Mosques are considered to have extraordinary potential in developing the
Islamic economy. One way to develop the sharia economy in mosques is through mosque-based
sharia cooperatives. The objectives of this study are, First to find out how the concept of a contract
in the Muamalah fiqh literature, Second to find out what contracts can be applied to mosque-based
Islamic cooperatives. The method used in this research is qualitative using a descriptive analytical
approach through literature studies. First research results. The concept of the contract in the
jurisprudence literature muamalah aqad comes from Arabic which means bond or obligation, it
also means contact or agreement. What this word means is to form a bond for agreement. And a
sharia cooperative is a business entity whose members are individual or cooperative legal entities
that are established, managed and carry out their business activities based on Sharia principles.
Second, the implementation of relevant Sharia contracts that can be applied to Sharia cooperatives
as a means of empowering the community's economy, including: the Syirkah contract, the
Mudharabah contract, the Murabah contract and the Ijarah contract.

Keywords : Sharia Akad, mosque-based Sharia Cooperative, Empowerment

ABSTRAK
Dalam sejarah peradaban Islam masjid merupakan sarana untuk melakukan dakwah dan
pengembangan ekonomi umat Islam. Masjid dinilai memiliki potensi luar biasa dalam
mengembangkan ekonomi syariah. Salah satu cara mengembangkan ekonomi syariah di masjid
yakni melalui koperasi syariah berbasis masjid. Tujuan dari penelitian ini adalah, Pertama untuk
mengetahui Bagaimana konsep akad dalam literatur fikih Muamalah, Kedua untuk mengetahui apa
saja akad yang bisa diterapkan pada koperasi Syariah berbasis masjid. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Kualitatif dengan menggunakan pendekatan Deskriptif Analitis melalui
Studi Literatur. Hasil penelitian Pertama. Konsep akad dalam literatur fikih muamalah aqad
berasal dari bahasa Arab yang berarti ikatan atau kewajiban, biasa juga diartikan dengan kontak
atau perjanjian.Yang dimaksudkan kata ini adalah mengadakan ikatan untuk persetujuan. Dan
koperasi syariah adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi yang didirikan, dikelola dan melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip
Syariah. Kedua, Penerapan akad-akad Syariah yang relevan yang bisa diterapkan pada koperasi
Syariah sebagai uapaya pemberdayaan ekonomi masyarakat diantaranya: Akad Syirkah, Akad
Mudharabah, Akad Murabah dan akad Ijarah.

Kata Kunci : Akad Syariah, Koperasi Syariah berbasis masjid, Pemberdayaan

1
Universitas Islam Bandung, arijalanshori89@gmail.com

1
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung
Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

PENDAHULUAN akad syariah yang bisa digunakan.


1. Latar Belakang Masalah kebanyakan dari beberapa koperasi yang
Dalam sejarah peradaban Islam ada di masjid-ma
masjid merupakan sarana untuk sjid masih terpaku dengan akad
melakukan dakwah dan pengembangan pinjaman saja, sehingga ketika dana itu
ekonomi umat Islam. Dalam membangun disalurkan kepada masyarakat masjid,
masjid, Setiap jama’ah selain berorientasi karena akad yang digunakan adalah
untuk melakukan dakwah, sekaligus juga pinjaman sehingga tidak boleh ada
memberdayakan ekonomi jama’ah dan kelebihan, pengurus hanya menekankan
masyarakat yang ada di sekitar masjid. pengembaliannya disertai dengan infak
(Hasyim, Sukarno L., 2016) Masjid tidak seikhlasanya, karena ditakutkan terjebak
terpisahkan dari kehidupan umat. Dimana dengan riba, padahal berdasarkan UU
ada umat Islam pasti di situ ada masjid, No. 25 Tahun 1992 di situ disebutkan
Memahami masjid secara universal bahwa Koperasi adalah sebagai badan
berarti memahaminya sebagai usaha, artinya kalau disebutkan sebagai
instrumental sosial masyarakat Islam badan usaha, maka harus ada kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan dari ekonomi yang menghasilkan laba atau
masyarakat Islam itu sendiri. keuntungan untuk kesejateraan
Menurut Dr. Arsyad dalam anggotanya (Undang-Undang No 25
Republika.co.id yang merupakan Ketua Tahun 1992)
Bidang Ekonomi Umat MUI Kota Oleh karena itu, tidak sedikit
Bandung mengatakan Bahwa Masjid masyarakat yang meminjam kemudian
dinilai memiliki potensi luar biasa dalam macet dalam pengembaliannya dan
mengembangkan ekonomi syariah. Salah jarang yang memberikan infaknya.
satu cara mengembangkan ekonomi dengan pola seperti itu maka tentu
syariah di masjid yakni melalui koperasi koperasi syariah berbasis masjid akan
syariah berbasis masjid (Arsyad, 2013) susah berkembang dan bisa jadi
Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan modalnya akan habis tanpa ada
kreativitas baik oleh pengelola masjid keuntungan untuk koperasi itu sendiri.
sendiri dan dengan dukungan oleh Padahal di dalam Islam telah ada
pemerintah pusat dan daerah. beberapa altenatif akad yang bisa
Kegiatan koperasi syariah berbasis digunakan tanpa akan terjebak dengan
masjid ini tidak hanya mampu riba, dan koperasi tetap akan mendaptkan
menumbuhkan konsep keuangan syariah, keuntungan yang halal sehingga koperasi
Juga mampu menghilangkan rentenir itu berkembang dan akan meningkatkan
yang selama ini menjadi godaan kesejahteraan anggotanya.
sekaligus gangguan masyarakat. Akan Berdasarkan data penelitian yang
tetapi Mengembangkan koperasi syariah sudah dilakukan terkait koperasi Syariah
berbasis masjid tidaklah mudah. berbasis masjid atau masjid-masjid yang
Ketidakpahaman pengurus masjid di mendirikan koperasi Syariah masih
bidang ekonomi terkadang menjadi belum banyak dilakukan yang sudah
ganjalan. Pasalnya minimal ada 20 orang diteliti kebanyakan hanya terkait dengan
untuk membentuk koperasi syariah baru. peran dari koperasi Syariah sebagaimana
Masalah modal juga menjadi kendala. hasil penelitian berikut:
(Arsyad, 2013) Pertama, penelitian yang dilakukan
Masjid-masjid yang mendirikan oleh Intan N dan Setiawan hasilnya
Koperasi syariah, kebanyakan dari sisi menunjukkan bahwa koperasi Syariah
pengelolaanya masih belum memahmi Baitul Mu’min didirikan bertujuan untuk
dan mengenal lebih jauh terkait akad- meningkatkan ukhuwah Islamiyah,

2
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung
Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

semangat gotong royong dan tolong diterapkan belum dilakukan oleh peneliti
menolong, serta meningkatkan lain. Dengan demikian perlu dilakukan
kesejahteraan dan kemakmuran jamaah. sebuah penelitian dengan pendekatan
Selama ini, koperasi syariah tersebut studi literatur dalam rangka
telah banyak berkontribusi dalam mengidentifikasi akad-akad Syariah apa
pelayanan kebutuhan anggotanya serta saja yang bisa diterapkan pada koperasi
meningkatkan perekonomian para Syariah berbasis masjid sehingga
anggotanya yang sebagian besar koperasi syariah tersebut tidak hanya
merupakan jamaah masjid Baitul berfungsi sebagai pemberi pinjaman,
Mu’min. (Intan dan Setiawan) (Intan tetapi fungsi badan usahanya berjalan
Nurrahmi dan Setiawan, 2020) dengan kegiatan ekonominya
Kedua, Penelitian yang dilakukan berdasarkan akad-akad Syariah dan bisa
oleh Lindiawatie Dan Dhona Shahreza membantu ekonomi masyarakat seputar
dengan judul Peran Koperasi Syariah masjid.
Bmt Bumi Dalam Meningkatkan Kualitas 2. Identifikasi Masalah
Usaha Mikro hasilnya memperlihatkan 1. Bagaimana konsep akad dalam
bahwa BMT BUMi telah menjalankan literatur fikih Muamalah?
perannya secara umum sebagai koperasi 2. Apa saja akad yang bisa diterapkan
syariah yang mampu membuat kegiatan pada koperasi Syariah berbasis
ekonomi dan sosial anggotanya yang masjid
merupakan warga sekitar masjid menjadi
lebih baik dan sejahtera, sedangkan jenis- METODE PENELITIAN
jenis peran aktif yang telah dilakukan Metode yang digunakan dalam
oleh BMT BUMi dalam peningkatan penelitian ini adalah Kualitatif dengan
kualitas usaha mikro hanya pada aspek menggunakan pendekatan Deskriptif
fisik pemasaran produk (Shahreza, Analitis melalui Studi Literatur.
Lindiawatie dan Dhona, 2018) deskriptif analitis, yaitu penelitian untuk
Ketiga, Penelitian yang dilakukan menggambarkan masalah yang ada pada
oleh Ropi Marlina dan Yola Yunisa masa sekarang (masalah yang aktual),
Pratama Hasilnya adalah menunjukan dengan mengumpulkan data, menyusun,
bahwa meskipun koperasi merupakan mengklasifikasikan, menganalisis, dan
wadah yang erat kaitannya dengan barat menginterpretasikan. Deskriptif bertujuan
dan sosialis. Namun dalam tataran memaparkan data hasil pengamatan tanpa
implementasi, koperasi bisa sesuai pengujian hipotesis. (Adi, 2004) Jenis
dengan syariah, salah satu caranya data yang dipergunakan dalam peneitian
dengan merubah dan merekonstruksi ini, yaitu data sekunder, yaitu kitab atau
akadnya. Untuk itu maka dibentuklah buku-buku literatur Fikih Muamalah
koperasi syariah dimana dalam tataran yang relevan dengan fokus penelitian.
implementasinya berusaha menjalankan
PEMBAHASAN
salah satu dari jenis syirkah yang ada.
1. Literatur Riview
(Pratami, Ropi Marlina dan Yola Yunisa,
a. Konsep Akad Dalam Islam
2017)
Kata aqad berasal dari bahasa Arab
Dari beberapa penelitian di atas
yang berarti ikatan atau kewajiban, biasa
diketahui bahwa penelitian masih
juga diartikan dengan kontak atau
berfokus kepada peran koperasi Syariah
perjanjian.Yang dimaksudkan kata ini
adapun yang membahas terkait
adalah mengadakan ikatan untuk
implementasi akad itu baru Syirkah dan
persetujuan.Pada saat dua kelompok
penelitian terkait analisis strategi
mengadakan perjanjian, disebut aqad,
penerapan akad-akad yang lain yang bisa
yakni ikatan memberi dan menerima

3
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung
Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

bersama-sama dalam satu waktu. sebagaimana dikutif Panji Adam dalam


Kewajiban yang timbul akibat aqad Buku Fikih Muamalah adabiyah yaitu:
disebut uqud. (Darmawati, H., 2018) segala sesuatu yang dikerjakan oleh
Pengertian akad menurut bahasa seseorang berdasarkan keinginannya
sebagaimana yang kemukakan oleh sendiri, seperti wakaf, talak, pembebasan
Sayyid Sabiq adalah atau sesuatu yang pembentukannya
membutuhkan keinginan dua orang,
‫العقد معناه الرباط والتفاق‬ seperti jual beli, perwakilan dan gadai
(Panji Adam AS, 2018). Adapun
Artinya: “akad berarti ikatan dan pengertian akad dalam arti khusus yang
persetujuan” (Sabiq, 1997) dikemukakan oleh ulama fikih adalah
Akad menurut Hasbi Ash- ikatan antara ijab dan Kabul berdasarkan
Shiddieqy, bahwa pengertian akad atau ketentuan syara’ yang berimplikasi pada
perikatan adalah mengumpulkan dua objeknya. (Panji Adam AS, 2018)
tepi/ujung tali yang mengikat salah Fikih mu’amalah Islam
satunya dengan yang lain hingga membedakan antara wa’ad dengan
bersambung, lalu keduanya menjadi akad.Wa’ad adalah janji (promise) antara
sepotong benda. (Ash-Shiddieqy, 1997) satu pihak dengan pihak lainnya,
Akad juga suatu sebab dari sebab-sebab sementara akad adalah kontrak antara dua
yang ditetapkan syara’ yang karenanya belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu
timbullah beberapa hukum. Sedangkan pihak yaitu yang berjanji saja
definisi akad menurut istilah fukaha, berkewajiban untuk melaksanakan
dapat dirumuskan sebagai berikut: yang kewajibannya. Sedangkan pihak yang
artinya: diberi janji tidak memikul kewajiban apa-
“Perikatan antara ijab dan qabul apa terhadap pihak lainnya. Dalam wa’ad
dengan cara yang dibenarkan syara’, belum ditetapkan secara rinci dan
yang menetapkan keridahan kedua belah spesifik (belum well define). Apabila
pihak.” pihak yang berjanji tidak memenuhi
Definisi lain akad menurut istilah janjinya, maka sanksi yang diterima lebih
adalah: pertalian ijab dan qabul sesuai merupakan sanksi moral. (Adiwarman
dengan kehendak syariat yang Karim, 2007)
berpengaruh pada objek perikatan. Berdasarkan definisi akad yang
(Darmawati, H., 2018) Yang dimaksud dipaparkan di atas maka terdapat tiga hal
“sesuai dengan kehendak syariat” adalah penting yang mesti diperhatikan dalam
bahwa seluruh perikatan yang dilakukan akad. Pertama, akad merupakan
oleh dua belah pihak atau lebih, apabila pertemuan anatar ijab dan qobul yang
tidak sejalan dengan kehendak syara’, menimbulkan akibat hukum pada objek
misalnya kesepakatan untuk melakukan akad. Ijab adalah penawaran yang
transaksi riba, menipu orang lain, atau diajukan oleh salah satu pihak, dan Kabul
merampok kekayaan orang lain. adalah jawaban persetujuan yang
Sementara yang dilakukan “berpengaruh dinyatakan oleh pihak lain sebagai
pada objek perikatan” adalah terjadinya tanggapan terhadap penawaran pihak
perpindahan pemilikan suatu pihak (yang pertama. Kedua, akad merupakan
melakukan ijab) kepada pihak yang lain tindakan hukum dua pihak karena akad
(yang menyatakan qabul). adalah pertemuan ijab yang mewakili
Secara umum definisi akad dalam kehendak satu pihak dan Kabul yang
arti luas hampir sama dengan pengertian menyatakan kehendak pihak lain. Ketiga,
akad dari segi Bahasa menurut ulama tujuan akad adalah untuk melahirkan
syafi’iyah, Malikiyah dan Hanabilah

4
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung
Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

suatu akibat hukum (Panji Adam AS, Kabul harus jelas menunjukan maksud
2018) dan kehendak dari dua orang yang
melakukan akad. Ijab dan qabul bisa
b. Rukun dan Syarat Akad dilaksanakan dengan lisan, tulisan dan
1) Rukun Akad isyarat bagi mereka yang tidak mampu
Pembentukan akad bisa terpenuhi bicara atau menulis, sarana komunikasi
dengan unsur-unsur akad, yakni rukun modern, bahakan dengan perbuatan yang
akad dan syarat akad. Akad tidaklah tentu substansinya adalah menunjukan
terjadi kecuali dengan terpenuhinya ruku kerelaan satu sama lain. Kedua
dan syaratnya. Ruku adalah unsur yang kesesuaian antara ijab dan Kabul, ketiga,
membentuk sesuatu sehingga hal itu besambung antara ijab dan Kabul,
terwujud karena adanya unsur tersebut keempat, keinginan untuk melakukan
atau unsur yang harus ada di dalam akad akad pada saat itu. Kemudian dalam fikih
itu sendiri maka jika rukun tidak ada, klasik ada tujuh syarat ijab dan Kabul di
menurut hokum Islam berate akad itu antaranya, pertama, mengetahui substansi
tidak pernah ada, sedangkan syarat akad, kedua, kesesuaian Kabul terhadap
adalah sifat yang mesti ada pada setiap ijab, ketiga, tidak terpisah antara ijab dan
rukun. Menurut mayoritas ulama fikih Kabul, keempat tidak ada senda gurau,
sebagaimana dikutif oleh panji adam kelima, ijab dan Kabul dapat langsung
dalam buku fikih muamalah adabiyah, tanpa bergantung Pada syarat yang
rukun akad terdiri atas tiga unsur sebagai menafikan tuntutan akad. Keenam,
berikut (1) shighat (pernyataan ijab dan bersatunya majelis akad, ketujuh, ijab
Kabul) (2) Aqidain (para pihak yang dan Kabul dengan lafal yang menunjukan
melakukan akad) dan (3) Ma’qud ‘Alaih arti yang telah lampau. (Panji Adam AS,
atau Objek Akad. (Panji Adam AS, 2018) 2018)
Menurut Mazhab Hanafi, rukun aka b) Al-aqidain (Pelaku akad)
d itu terdiri atas ijab dan Kabul (shighat) Pelaku akad yang dimaksud bisa
dan menambahkan dalam rukun akad satu orang atau banyak orang, bisa
yaitu maudhu’ al-‘aqad (tujuan akad) pribadi atau badan hokum baik sbagai
sehingga secara garis besar, rukun-rukun pelaku akad atau wakil. Adapun
akad itu ada empat komponen yakni pesyaratan bagi orang yang melakukan
shigat, al-‘aqidain (pelaku akad), al aka dada tiga: pertama, apabila aqid
ma’qud alaih (objek akad) dan al- mempunyai kemampuan menerima beban
maudhu al’akad. syara’ yang sempurna seperti baligh dan
berakal dan mempunyai wilayah untuk
2) Syarat Akad melakukan akad, maka akdnya sah dan
a) Sighat akad (ijab Kabul) dapat dilangsungkan. Kedua, apabila
ini merupakan sesuatu yang akad itu timbul dari orang yang tidak
bersumber dari dua orang yang memiliki kecakapan dan kewenangan
melakukan akad yang menunjukan sama sekali, maka akad menjadi batal
kehendak mereka yang melakukan akad. seperti orang gila atau anak yang belum
Dan para ulama berpendapat bahwa mumaayyiz. Ketiga, apabila akad
sighat ini penting karena menunjuakn dilakukan oleh orang yang memiliki
keridhoan seseorang artinya bahwa kemampuan menerima beban syara tapi
ketika ijab dan Kabul ini tidak ada tidak memiliki kewenangan untuk
diasumsikan pelaku tidak ridha untuk melakukan transasksi, maka akadnya
melakukan sebuah akad. Sehingga syarat disebut fudhuli, hokum akadnya
daripada sighat ini adalah, pertama, jelas ditangguhkan menunggu persetujuan
dan dapat dipahami artinya ijab dan orang yang memiliki barang.

5
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung
Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

c) Mauqud ‘alaih (Objek Akad). jangka waktu tertentu. al-Rohn, adalah


Yaitu harga atau barang yang jika dalam meminjam uang si pemberi
menjadi objek transasksi maka syaratnya pinjaman mensyaratkan suatu jaminan
: pertama, objek harus ada pada waktu dalam bentuk benda atau jumlah
akad, kedua, objek akad adalah sesuatu tertentu. Hiwalah yaitu bertujuan
yang dibolehkan secara syara’ atau yang mengambil alih piutang dari pihak
halal, ketiga, dapat diserahterimakan lain. (Adiwarman Karim, 2007).
ketika akad. Keempat, objek yang Kedua, kategori meminjamkan jasa
diakadkan diketahui oleh pihak-pihak kita diantaranya Wakalah, adalah
yang berakad. melakukan sesuatu atas nama orang
d) Maudhu’ al-‘akad (Tujuan lain, karena melakukan sesuatu atas
Akad) nama orang yang dibantu tersebut,
Tujuan akad ini merupakan salah sebenarnya kita menjadi wakil orang
satu bagian penting yang mesti ada pada tersebut. kafalah, adalah variasi lain
setiap akad. Yaitu tujuan utama untuk dari akad wakalah, yaitu wakalah
apa akad itu dilakukan. bersyarat. Dalam hal ini kita bersedia
memberikan jasa kita untuk
c. Pembagian Akad Dalam Islam melakukan sesuatu. Atas nama orang
(Panji Adam AS, 2018) lain, jika terpenuhi kondisinya, atau
1) Akad dilihat dari segi keabsahannya, jika sesuau terjadi. Sebagai contoh
Pertama, akad Shahih, yaitu akad seorang dosen menyatakan kepada
yang memenuhi rukun dan syaratnya asistennya bahwa anda adalah asisten
sehingga seluruh akibat hokum yang saya. “Tugas anda adalah
ditimbulkan akad itu berlaku mengikat menggantikan saya mengajar bila saya
bagi pihak-pihak yang berakad. berhalangan”. Dalam kasus ini, yang
Kedua, Akad tidak shahih, yaitu akad terjadi adalah wakalah bersyarat ini
yang terdapat kekurangan pada rukun dalam terminologi fikih disebut
dan syaratnya sehingga seluruh akibat kafalah Wadi’ah, adalah apabila akad
hokum akad itu tidak berlaku dan wakalah dirinci tugasnya, yakni bila
tidak mengikat pihak-pihak yang kita menawarkan jasa kita untuk
berakad. menjadi wakil seorang, dengan tugas
2) Akad dilihat dari sifat mengikatnya, menjadikan jasa coustody (penitipan,
Pertama, akad yang mengikat secara pemeliharaan), bentuk peminjaman
pasti, artinya tidak boleh di batalkan seperti ini disebut wadi’ah.
secara sepihak., kedua, akad yang (Adiwarman Karim, 2007). Ketiga
tidak mengikat secara pasti, yaitu akad Kategori memberikan sesuatu di
yang dapat dibatalkan oleh dua belah antaranya Hibah, hadiah, Waqaf, dan
pihak atau oleh satu pihak. shadaqah. Kedua akad
3) Akad pada Sektor Ekonomi, Pertama, Mu’awwadhat/Tijarah. Akad ini
Akad Tabarru’ yaitu akad yang adalah akad yang bertujuan untuk
berkaitan dengan transaksi nonprofit, mencari keuntungan atau profit
yang tidak bertujuan untuk mencari tertentu atau menyangkut transaksi
keuntungan, yang termasuk akad bisnis. Yang termasuk bagian dari
tabarru’ ini di antaranya adalah akad Mu’awwadhat ini adalah:
pertama kategori meminjamkan uang pertama, akad yang berdasarkan
ada tiga al-Qord, adalah apabila prinsip jual beli yaitu murabahah,
pinjaman diberikan tanpa (jual-beli dengan pembayaran
mensyaratkan apapun, selain tangguh) al-murabahah adalah jual-
mengambil pinjaman tersebut setelah beli barang pada harga asal dengan

6
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung
Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

tambahan keuntungan yang disepakati produktif dan halal. Hasil keuntungan


dengan keuntungan penjual harus dari penggunaan dana tersebut dibagi
memberitahukan harga produk yang ia bersama berdasarkan nisbah yang
beli dan menentukan suatu tingkat disepakati (Muhamad, 2016) dan
keuntungan (margin) sebagai musyarakah. Musyarakah secara
tambahannya. Murabahah suatu jenis etimologi berasal dari bahasa Arab
jual-beli yang dibenarkan oleh yang diambil dari kata Syaraka yang
syari’ah dan merupakan inplementasi berarti bersekutu, menyetujui,
mu’amalah tijariyah (interaksibisnis). sedangkan menurut istilah,
Dalam transaksi al-murabahah harus Musyarakah adalah akad kerjasama
dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut. dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
1) Penjual memberitahukan biaya tertentu dimana masing-masing pihak
modal kepada nasabah 2) Kontrak memberikan kontribusi dana
pertama harus sesuai dengan rukun (amal/expertise) dengan kesepakatan
yang telah ditetapkan 3) Kontrak harus bahwa keuntungan dan resiko akan
bebas dari riba d. Penjual harus ditanggung bersama sesuai dengan
menjelaskan kepada pembeli jika kesepakatan. (Antonio, 2001) dan
terjadi cacat atas barang setelah akad yang berdasarkan prinsip sewa
pembelian 4) Penjual harus menyewa yaitu ijarah adalah akad
menyampaikan semua hal yang pemindahan hak guna atas barang atau
berkaitan dengan pembelian, jasa melalui pembayaran sewa tanpa
bai’salam (pesanan barang dengan diikuti dengan pemindahan
pembayaran di muka). Salam berarti kepemilikan (ownership) atas barang
pemesanan barang dengan persyaratan itu sendiri. Dalam perkembangannya
yang telah ditentukan dan diserahkan kontrak al-ijarah dapat pula dipadukan
kemudian hari, sedangkan dengan kontrak jual-beli yang dikenal
pembayaran dilakukan sebelum dengan istilah “sewa-beli” yang
barang diterima dan bai’ al- artinya akad sewa yang diakhiri
istisna’(jual beli berdasarkan dengan kepemilikan barang oleh si
pesanan). (Gamala, 2005) penyewa pada akhir periode
Transaksi bai’ al-istisna merupakan penyewaan.
kontrak penjualan antara pembeli dan
pembuat barang melalui pesanan, d. Konsep Koperasi Syariah
pembuat barang berkewajiban Koperasi syariah ialah suatu
memenuhi pesanan pembeli sesuai lembaga perekonomi mikro yang sudah
dengan spesifikasi yang telah memberikan bantuan lumayan besar
disepakati. Pembayaran dapat untuk mengembalikan perekonomi di
dilakukan di muka, melalui cicilan, Indonesia yang sempat rubuh. Koperasi
atau ditangguhkan sampai batas waktu Syariah tetap bertahan kokoh di tengah-
yang telah ditentukan. Kedua akad tengah krisisnya ekonomi dan moneter
yang berdasarkan prinsip bagi hasil di yang melanda perekonomi di Indonesia.
antaranya akad mudharabah. Oleh sebab itu, koperasi syariah
Mudharabah didefinisikan sebagai seharusnya mampu mengamati secara
akad kerja sama antara bank selaku teliti dan seksama disetiap pertumbuhan
pemilik ekonomi, baik dalam sekala kecil (mikro)
dana (Shohib al-Maal) dengan maupun besar (makro). Dalam
nasabah selaku mudharib yang petumbuhan usaha mikro dan makro,
mempunyai keahlian atau ketrampilan maka lembaga keuangan seperti koperasi
untuk mengelola suatu usaha yang

7
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung
Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

syariah sangat berperan penting dalam mengharamkannya diantara terhindar dari


perkembangannya (Choirul Absor, 2019) unsur Riba, Gharar, Maisyir dan Dharar
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 Menurut Adil dan fachruddin
Koperasi adalah badan usaha yang sebagaimana dikutif oleh intan dan
beranggotakan orang seorang atau badan setiawan tujuan koperasi syariah adalah
hokum koperasi dengan melandaskan agar terjadi peningkatan kesejahteraan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi anggotanya dan kesejahteraan
sekaligus sebagai gerakan ekonomi masyarakat dan turut serta membangun
rakyat yang berdasarkan atas asas tingkat perekonomian Bangsa Indonsia
kekeluargaan. (UU No. 25 Tahun 1992) berlandaskan syariah Islam. Sedangkan
Dan terkait koperasi Syariah belum menurut Fachruddin, tujuan koperasi
ada undang-undang yang secara khusus dilihat dari segi fungsinya dapat dibagi
mengatur, yang ada baru Peraturan menjadi tiga yaitu:
Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Pertama. Koperasi produksi,
Menengah Republik Indonesia merupakan suatu koperasi yang
11/Per/M.Kukm/Xii/2017 Tentang memproduksi barang-barang yang bahan-
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan bahannya berasal dari anggota koperasi;
Pinjam Dan Pembiayaan Syariah di situ Kedua, koperasi konsumsi, merupakan
disebutkan Koperasi Simpan Pinjam dan suatu koperasi yang melakukan
Pembiayaan Syariah yang selanjutnya pembelian barang-barang untuk
disingkat KSPPS adalah Koperasi yang memenuhi kebutuhan para anggotanya;
kegiatan usaha simpan, pinjam dan dan Ketiga. koperasi kredit, merupakan
pembiayaan sesuai prinsip syariah, suatu koperasi yang memberikan
termasuk mengelola zakat, infak, pertolongan berupa dana usaha kepada
sedekah, dan wakaf. (Koperasi, 2017) anggotaanggotanya yang membutuhkan
Unit Simpan Pinjam dan bantuan moda dan untuk pelunasannya
Pembiayaan Syariah Koperasi yang dengan cara dicicil. (Intan Nurrahmi dan
selanjutnya disebut USPPS Koperasi Setiawan, 2020)
adalah unit usaha Koperasi yang bergerak
di bidang usaha simpan, pinjam dan 2. Penerapan Akad-akad yang relevan
pembiayaan sesuai prinsip syariah, pada koperasi Syariah berbasis masjid
termasuk mengelola zakat, infak, Seperti yang sudah dikemukakan di
sedekah, dan wakaf sebagai bagian dari atas bahwa kegiatan koperasi syariah
kegiatan usaha Koperasi yang berbasis masjid ini tidak hanya mampu
bersangkutan. (Koperasi, 2017) menumbuhkan konsep keuangan syariah,
Dari pengertian tentang koperasi di Juga mampu menghilangkan rentenir
atas maka bisa disimpulkan bahawa yang selama ini menjadi godaan
koperasi syariah adalah badan usaha yang sekaligus gangguan masyarakat. Akan
beranggotakan orang seorang atau badan tetapi Mengembangkan koperasi syariah
hukum koperasi yang didirikan, dikelola berbasis masjid tidaklah mudah.
dan melaksanakan kegiatan usahanya Ketidakpahaman pengurus masjid di
berdasarkan prinsip-prinsip Syariah yang bidang ekonomi terkadang menjadi
mana prinsip Syariah ini adalah yang ganjalan. Pasalnya minimal ada 20 orang
berdasarkan fatwa yang dilekuarkan oleh untuk membentuk koperasi syariah baru.
otoritas yang berwenang yaitu Dewan Masalah modal juga menjadi kendala
Syariah nasional MUI. Maka apabila (Arsyad, 2013)
koperasi Syariah memiliki unit usaha Masjid-masjid yang mendirikan
maka wajib terhindar dari hal yang Koperasi syariah, kebanyakan dari sisi
pengelolaanya masih belum memahmi

8
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung
Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

dan mengenal lebih jauh terkait akad- Pertama. Koperasi konsumen, adalah
akad syariah yang bisa digunakan. koperasi yang menyelenggaarakan
kebanyakan dari beberapa koperasi yang kegitan usaha pelayanan di bidang
ada di masjid-mesjid masih terpaku penyediaan barang kebutuhan anggota
dengan akad pinjaman saja, sehingga dan non anggota (pasal 84, ayat 1)
ketika dana itu disalurkan kepada Kedua. Koperasi Produsen adalah
masyarakat masjid, karena akad yang koperasi yang menyelenggarakan
digunakan adalah pinjaman sehingga kegiatan usaha pelayanan di bidang
tidak boleh ada kelebihan, pengurus pengadaan sarana produksi dan
hanya menekankan pengembaliannya pemasaran produksi yang dihasilkan
disertai dengan infak seikhlasanya, anggota kepada anggota dan non anggota
karena ditakutkan terjebak dengan riba. (Pasal 84, ayat 2). Ketiga. Koperasi
Oleh karena itu yang Namanya Jasa, adalah koperasi yang
koperasi adalah badan usaha yang artinya meyelenggarakan kegiatan usaha
harus ada kegiatan ekonomi yang pelayanan jasa no simpan pinjam yang
menghasilkan atau menguntungkan untuk diperlukan oleh anggota dan non anggota
kesejahteraan anggotanya. Maka kalau (pasal 84, ayat 3). Keempat. Koperasi
kita identifikasi lebih dalam terkait akad- Simpan Pinjam, adalah koperasi yang
akad Syariah yang ada pada literatur fikih menjalankan usaha simpan pinjam
muamalah, maka ada beberapa akad yang sebagai satu-satunya usaha yang
relevan yang bisa diimplementasikan di melayani anggota (Pasal 84, ayat 4).
koperasi Syariah berbasis masjid ini Dari pemaparan jenis koperasi di
sehingga koperasi masjid bisa atas, maka tentu keempatnya bisa
berkembang tidak hanya menggunakan diterapkan pada koperasi Syariah
akad pinjaman saja yang tentu kalau berbasis masjid dengan berpatokan
disyaratkan ada kelebihan maka termasuk kepada kesamaan usaha para anggotanya
riba. Maka langkah pertama sebelum dan yang sangat relevan untuk dipilih
mengimplementasikan akad-akad apa adalah koperasi simpang pinjam pada
saja yang relevan untuk diterapkan di poin keempat tentu bukan hanya simpan
koperasi Syariah berbasis masjid ini, pinjam, karena kalau hanya simpan
yang perlu dipastikan adalah menentukan pinjam maka pola yang akan dibangun
jenis koperasi itu sendiri. berdasarkan adalah bunga yang tentu tidak sesuai
Undang-Undang No.25 Tahun 1992 dengan prinsip koperasi Syariah.
tentang koperasi yang dikutip oleh Oleh karena itu, di dalam peraturan
shochrul Rohmatul Aija Dkk. Mentri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Dalam bukunya yang berjudul Menengah No. 11 tahun 2018 tentang
Koperasi Bmt:Teori, Aplikasi dan Perizinan Usaha Simpan Pinjam
Inovasi. Koperasi dapat berbentuk Koperasi di situ disebutkan pada pasal 4
koperasi primer atau sekunder. ayat 2 izin usaha simpan pinjam dan
Pembentukan koperasi primer ini terdiri pembiayaan Syariah koperasi diberikan
dari minimal 20 orang, sedangkan kepada KSPPS atau USPPS. Sehingga
koperasi sekunder minimal 3 koperasi. kelebihan dari KSPPS ini selain
Walaupun UU ini sudah dibatalkan Simpanan dan pinjaman ditambah
berdasarkan keputusan Mahkamah dengan Pembiayaan. Maka dengan
Konstitusi dengan Undang-undang adanya pembiayaan inilah koperasi
Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Syariah bisa dengan leluasa
Perkoperasian. Menyebutkan bahwa mengembangkan usahanya pada sektor
Jenis-jenis koperasi menurut Undang- real dengan menggunakan akad-akad
Undang tersebut sebagai berikut: Syariah yang tentu keuntunganya akan

9
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung
Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

menjadi bagi hasil SHU. Dan diantara diperniagakan, dengan ketentuan


akad-akad Syariah yang relevan untuk keuntungannya dibagi sesuai dengan
diterapkan pada koperasi Syariah kesepakatan di antara keduanya.
berbasis masjid diantaranya: (Fadhilah Mursid, 2020)
a. Akad Syirkah Pada definisi tentang mudharabah
Pengertian syirkah menurut (Fatwa di atas maka pada implementasi di
DSN-MUI No: 114/DSNMUI/IX/2017 koperasi Syariah hal ini bisa dilakukan
Tentang Akad Syirkah) yaitu akad kerja dengan para anggota atau non anggota
sama antara dua pihak atau lebih untuk misalnya koperasi memberikan modal
suatu usaha tertentu di mana setiap pihak usaha kepada para anggota yang mana
memberikan kontribusi dana/modal usaha koperasi sebagai shahibul maal atau
(ra's al-mal) dengan ketentuan bahwa pemilik dana memberikan 100% modal
keuntungan dibagi sesuai nisbah yang kepada Mudhorib atau pengelola dengan
disepakati atau secara proporsional, disepakati nisbah bagi hasilnya,
sedangkan kerugian ditanggung oleh para walaupun dengan akad mudharabh ini
pihak secara proporsional. tinggi akan resiko, maka kalau ini bisa
Syirkah ini merupakan salah satu dilakukan maka sektor ril akan tumbuh
bentuk syirkah amwal dan dikenal dan bisa memberdayakan ekonomi
dengan nama syirkah inan. Sehingga masyarakat seputar masjid.
kalau kita perhatikan dari pengertian Akad Murabahah
syirkah itu kita bisa menggaris bawahi Menurut Undang – Undang No. 21
ada kata kerjasama antara dua orang atau Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
lebih yang saling menyertakan modal. memberikan definisi tentang Murabahah
Tentu ini sejalan dengan koperasi Syariah dalam penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf
yang sama-sama saling menyertakan d yang dimaksud dengan akad
modal diantaranya ada simpanan pokok Murabahah adalah akad pembiayaan
dan simpanan wajib dan tentu terkait bagi suatu barang dengan menegaskan harga
hasilnya bisa disepakati pada Rapat belinya kepada pembeli dan pembeli
Anggota Tahunan sehingga akad syirkah membayarnya dengan harga lebih
ini sangat relevan diterapkan pada sebagai keuntungan yang disepakati.
Lembaga koperasi Syariah berbasis Menurut Antonio, definisi Murabahah
masjid. yaitu jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang
b. Akad Mudharabah disepakati. (Muhammad Syafi‟i Antonio,
Menurut Sayyid Sabiq 1999).
sebagaimana telah dikutip oleh Fadilah Akad lain selain syirkah dan
Mursid bahwa mudharabah disebut mudharabah, akad murabahah juga bisa
qiradh, yang mana kata qiradh berasal diimplementasikan sebagai alterntif akad
dari kata alqardh yang artinya a-qat’u didalam membantu kebutuhan masyarkat
yakni pemotongan, hal ini karena orang seputar masjid. mislanya ada salah satu
yang memiliki harta memotong anggota koperasi yang membutuhkan
(mengambil) sebagian dari hartanya handphone baru, maka karena jenis
untuk diperdagangkan dan mengambil koperasinya adalah simpan pinjam dan
sebagian untuk keuntungannya. Selain itu pembiayaan Syariah, maka anggota
mudharabah juga disebut muamalah, tersebut tidak lagi meminjam uang ke
yang maksudnya adalah akad antara dua koperasi dengan akad pinjaman yang
belah pihak yang mengharuskan salah harus ada kelebihan (riba). artinya ketika
satu dari keduanya untuk menyerahkan kebutuhan anggota itu sudah diketahui
sejumlah uang kepada pihak lain untuk peruntukannya misalnya untuk membeli

10
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung
Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

handphone baru, maka koperasi bisa biasa juga diartikan dengan kontak atau
menggunakan atau memfasilitasi dengan perjanjian.Yang dimaksudkan kata ini
akad murabahah dengan margin yang adalah mengadakan ikatan untuk
disepakati dan yang membelikan persetujuan. Dan koperasi syariah adalah
handphonya adalah pihak koperasi badan usaha yang beranggotakan orang
dengan spesipikasi sesuai keinginan seorang atau badan hukum koperasi yang
anggota, dengan begitu koperasi akan didirikan, dikelola dan melaksanakan
mendapatkan margin dan anggota kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-
terhindar dari riba. prinsip Syariah yang mana prinsip
Syariah ini adalah yang berdasarkan
c. Akad Ijarah fatwa yang dilekuarkan oleh otoritas
Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berwenang yaitu Dewan Syariah
yang berarti al’iwadhu atau berarti ganti. nasional MUI. Kedua, Penerapan akad-
Dalam Bahasa Arab, al-ijarah diartikan akad Syariah yang relevan yang bisa
sebagai suatu jenis akad untuk diterapkan pada koperasi Syariah sebagai
mengambil manfaat dengan jalan uapaya pemberdayaan ekonomi
penggantian sejumlah uang. masyarakat diantaranya: Akad Syirkah,
Secara terminologi, ada beberapa Akad Mudharabah, Akad Murabah dan
defenisi al-ijarah yang dikemukakan oleh akad Ijarah.
para ulama fiqh. Pertama, ulama
Hanafiyah mendefinisikannya dengan: DAFTAR PUSTAKA
“transaksi terhadap suatu manfaat dengan
imbalan (Rosita Tehuayo, 2018). Adiwarman Karim. (2007). In Bank
Dari definisi akad Ijarah di atas Islam Analisis Fikih dan
dapat disimpulakan bahwa ijarah adalah Keuangan (p. 65). Jakarta: Raja
suatu akad yang mendatangkan manfaat Grapindo.
yang jelas dan mubah atau akad pada
Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah dari
pekerjaan yang jelas dengan imalan yang
Teori Ke Peraktik. Jakarta: Gema
jelas serta tempo waktu yang jelas, tentu
Insani Pers.
bisa diambil contoh dikalangan
masyarakat yang sering terjadi adalah Arsyad. (2013). Koperasi Syariah Masjid
kebutuhan akan biaya Pendidikan, maka Mampu hilangkan Rentenir.
dengan akad ijarah ini menjadi salah satu Bandung: Republika.
solusi untuk membantu biaya Pendidikan
sekolah atau kuliah masyarakat sekitar Ash-Shiddieqy, H. (1997). In Pengantar
masjid. Tentu secara teknis setelah akad Fikih Muamalah (p. 19).
itu dilakukan maka yang harus Semarang: Pustaka Rizki Putra.
membayarkan langsung biaya Pendidikan
tersebut adalah pihak koperasi dalam Choirul Absor, d. (2019). Ada Apa
rangka untuk menghindari dengan Dewan Pengawas Syariah
penyalahgunaan pembiayaan. di Koperasi. Journal of Islamic
Banking and Finance (2019, Vol.
KESIMPULAN 3 No.2), 157.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan Darmawati, H. (2018). Akad Dalam
sebagai berikut: Transaksi Ekonomi Syariah.
Pertama. Konsep akad dalam literatur Sulesana, 144.
fikih muamalah aqad berasal dari bahasa Fadhilah Mursid. (2020). Kajian Fatwa
Arab yang berarti ikatan atau kewajiban, Dewan Syariah Nasional Tentang

11
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBSIS)
Politeknik Praktisi Bandung
Volume 4 - Nomor 1 - Bulan Mei 2021
ISSN : 2716-2494

Mudharabah. Fadhilah Mursid, http://diskopukm.sumbarprov.go.i


107. d/images/2018-01-19-
1516342820-PERMEN%. Jakarta.
Fatwa DSN-MUI No:
114/DSNMUI/IX/2017 Tentang Muhamad. (2016). Manajeman
Akad Syirkah. (n.d.). Keuangan Syariah; Analisis Fikih
dan Keuangan. Yogyakarta: Upp
(n.d.). Fatwa DSN-MUI No: STIM YPKN.
114/DSNMUI/IX/2017 Tentang
Akad Syirkah . Muhammad Syafi‟i Antonio. (1999).
Bank Syariah Wacana Ulama &
Gamala, D. (2005). Hukum Perikatan Cendekiawan. Jakarta: Tazkia
Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Institute.
Grafindo.
Panji Adam AS. (2018). Fikih
H, D. (2018). Akad Dalam Transaksi Muama'lah Adabiyah. Bandung:
Ekonomi Syariah. Sulesana, 144. PT Refika Aditama.
Haliding, S. (2018). Membangkitkan Pratami, Ropi Marlina dan Yola Yunisa.
ekonomi Berbasis masjid. Jakarta: (2017). Koperasi Syariah Sebagai
Medcom. Solusi Penerapan akad syirkah
yang sah. Amwaluna:Jurnak
Hasyim, Sukarno L. (2016). STRATEGI
Ekonomi dan Keuangan Syariah,
MASJID DALAM
264.
PEMBERDAYAAN EKONOMI
UMAT. Lentera, 279-290. Rosita Tehuayo. (2018). Sewa Menyewa
(Ijarah) dalam Sistem Perbankan
Intan Nurrahmi dan Setiawan. (2020).
Syariah. Tahkim, 86.
Peran Koperasi Syariah Sebagai
Pusat Kegiatan Muamalah Sabiq, s. (1997). Fiqih Al Sunnah, Juz
Jamaah Masjid (Studi Kasus III. Al-‘Arabiy: Beirut Dar al-
Koperasi Syariah Baitul Mu’min Kutub.
Komplek Pasir Jati, Desa Jati
Endah Kecamatan Cilengkrang Shahreza, Lindiawatie dan Dhona.
Kabupaten Bandung). MIZANI: (2018). PERAN KOPERASI
Wacana Hukum, Ekonomi dan SYARIAH BMT BUMI DALAM
Keagamaan, 57. MENINGKATKAN KUALITAS
USAHA MIKRO. Jurnal
Jubair, M. K. (2016). Eksistensi akad Ekonomi Syariah dan Filantropi
daam Transaski Keuangan Islam, 1.
syariah. Hukum Diktum, 45-54.
shochrul Rohmatul Dkk. (2018).
Koperasi, M. (2017). Peraturan Menteri Koperasi BMT: Teori, Aplikasi
Koperasi Dan Usaha Kecil Dan dan Inovasi. Karanganyar, Jawa
Menengah Republik Indonesia Tengah: CV Inti Media
11/Per/M.Kukm/Xii/2017 Tentang Komunika.
Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Undang-Undang No 25 Tahun 1992.
Syariah Oleh Koperasi, (n.d.).

12

You might also like