Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)

ISSN 2623-1573 (Print)

STUDI EPIDEMIOLOGI TERHADAP KEJADIAN DIABETES


MELITUS PADA USIA LANJUT DI DESA PURWODADI
Tiara Aniska
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar
tiaraaniska2001@gmail.com1

ABSTRACT
Based on information from the International Diabetes Federation (IDF), the incidence of diabetes
mellitus in the world reaches 1.9%. The World Health Organization (WHO) says that there will be an
increase in the incidence of diabetes mellitus at least 366 million people in 2030. Indonesia ranks
fourth in the highest country with a population suffering from diabetes mellitus. Diabetes mellitus is a
disorder of prankeas function with increased blood sugar in the body caused by a disturbance in
insulin secretion, so that the insulin produced is not sufficient for the body. Diabetes mellitus is a
health problem, if not prevented and treated early it will lead to complications and even death. This
studi aims to determine the risk factors for the incidence of diabetes mellitus in the elderly in
Purwodadi Village in 2022. The research design used was a descriptive study with a cross sectional
study design. Data analysis used univariate analysis to see risk factors for the incidence of diabetes
mellitus in Purwodadi Village in 2022. The data collected was secondary data. Secondary data
includes age, gender, education, consumption of risk food/drinks, consumption of fruits and
vegetables, and respondent behavior. From the result of in-depth interviews conducted in Purwodadi
Village in March and April 2022, it was found that there were 20 people suffering from diabetes
mellitus. This study found that age, gender, consuming risk foods/drinks, smoking behavior and
physical activity wererisk factors for the incidence of diabetes mellitus in the elderly.

Keywords : Diabetes Melitus, Risk Factors, The Elderly

ABSTRAK
Berdasarkan keterangan International Diabetes Federation (IDF) kejadian diabetes melitus didunia
mencapai1,9%. World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa akan terjadi peningkatan
kejadian diabetes melitus minimal 366 juta jiwa pada tahun 2030. Indonesia menempati
urutan keempat negara tertinggi dengan penduduk menderita penyakit diabetes melitus.
Diabetes melitus merupakan gangguan fungsi prankeas dengan meningkatnya gula darah
dalam tubuh yang diakibatkan karena adanya gangguan pada sekresi insulin, sehingga insulin
yang dihasilkan tidak cukup bagi tubuh. Diabetes melitus menjadi permasalahan kesehatan,
apabila tidak dicegah dan ditangani secara dini akan mengakibatkan komplikasi hingga
kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian diabetes melitus pada
lansia di Desa Purwodadi tahun 2022. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan rancangan studi cross sectional. Analisa data menggunakan analisis univariat untuk melihat
faktor risiko terhadap kejadian diabetes melitus pada Desa Purwodadi tahun 2022. Data yang
dikumpulkan adalah data sekunder. Data sekunder meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, konsumsi
makanan/minuman berisiko, konsumsi buah dan sayur, serta perilaku responden. Dari hasil
wawancara mendalam yang dilaksanakan di Desa Purwodadi pada bulan Maret dan April 2022,
diperoleh masyarakat yang menderita penyakit diabetes melitus berjumlah 20 orang. Penelitian ini
memperoleh hasil bahwa usia, jenis kelamin, mengonsumsi makanan/minuman berisiko, perilaku
merokok dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko terhadap kejadian diabetes melitus pada lansia.
Kata Kunci : Diabetes Melitus, Faktor Risiko, Lansia

PENDAHULUAN melitus didunia mencapai 1,9 % (Etika


2017). Prevalensi kejadian diabetes
International Diabetes Federation melitus pada tahun 2013 sebanyak 382 juta
(IDF) menyatakan kejadian diabetes jiwa. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1526


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

lagi untuk penyakit diabetes melitus spesifik/gen, DM tipe 1, DM tipe 2, dan


dengan jumlah 415 juta jiwa (Yusnanda, tipe gestasional. Pada diabetes melitus tipe
Rochadi et al. 2019). Hal ini menunjukkan 2 lebih banyak terjadi kasus pada warga
penyakit diabetes melitus merupakan sekitar 85% (American Diabetes
penyakit tertinggi dengan urutan ke tujuh Association/ADA dan World Health
didunia. Organization) (Andriani 2016). Pada
World Health Organization (WHO) penyakit diabetes melitus gejala yang
juga mengatakan bahwa akan terjadi ditimbulkan dapat berupa penurunan berat
peningkatan lagi untuk kejadian diabetes badan, lemas, kesemutan, sulit
melitus minimal 366 juta jiwa pada tahun disembuhkan apabila terjadi luka, kabur
2030 (Rondonuwu, Rompas et al. 2016). pada penglihatan, pada pria terjadi
Indonesia menempati urutan keempat disfungsi ereksi, dan pada wanita terjadi
negara tertinggi dengan penduduk pruritus vulva. Masyarakat dengan kasus
menderita penyakit diabetes melitus. diabetes melitus diperlukan kontrol gula
Tahun 2019 lalu International Diabetes darah, pengaturan pola makan, dan
Federation (IDF) meyampaikan bahwa aktivitas fisik (Ardiani, Permatasari et al.
kasus diabetes melitus pada orang 2021). Komplikasi penyakit diabetes
produktif dengan usia 20-79 tahun dapat dihindari melalui pengendalian dan
sebanyak 463 kasus (Febriyanti and Yusri pengobatan yang berkesinambungan
2021). Data pada tahun 2017 di Provinsi (Trisnadewi, Pramesti et al. 2022).
Nanggroe Aceh Darussalam, pra lansia Terdapat faktor risiko kejadian
dengan rentang umur 45-59 sebanyak diabetes melitus yang dapat diubah dan
2.512 juta jiwa menderita penyakit tidak dapat diubah. Faktor risiko gen, jenis
diabetes melitus (Yusnanda, Rochadi et al. kelamin, umur, merupakan faktor risiko
2017). Sehingga Provinsi Aceh menempati yang tidak dapat diubah (Kabosu, Adu et
urutan ke sembilan dengan penduduk al. 2019). Sedangkan konsumsi makanan
menderita penyakit diabetes melitus berisiko, pendidikan, konsumsi buah dan
tertinggi di Indonesia. Diabetes melitus sayur, aktivitas fisik yang dilakukan, dan
merupakan gangguan fungsi prankeas perilaku merokok merupakan faktor risiko
dengan meningkatnya gula darah dalam yang dapat diubah (Asri, Salamah et al.
tubuh yang diakibatkan karena adanya 2022). Dari data Riskedas (2017) yang
gangguan pada sekresi insulin, sehingga dianalisis oleh Irawan(2010)
insulin yang dihasilkan tidak cukup bagi mengungkapkan bahwa faktor risiko
tubuh (Prawitasari 2019). Diabetes melitus kejadian diabetes melitus yaitu, jenis
menjadi permasalahan kesehatan, apabila kelamin, usia, profesi, aktivitas fisik,
tidak dicegah dan ditangani secara dini perilaku merokok, dan Indeks Masa Tubuh
akan mengakibatkan komplikasi hingga (Milita, Handayani et al. 2021).
kematian. Insulin merupakan hormon yang Desa Purwodadi merupakan kelurahan
mengatur gula darah. Hormon yang yang terletak pada Kecamatan Kuala
dihasilkan oleh prankeas juga mampu Pesisir Kabupaten Nagan Raya Provinsi
mengatur glukosa dalam hati, Aceh. Data tahun 2021 menunjukkan
penyimpanan lemak, dan pembentukan jumlah warga Desa Purwodadi berjumlah
glikogen. Apabila terjadi gangguan pada 1.607 jiwa dengan jumlah KK sebanyak
prankeas dalam pengaturan isulin, maka 222 KK. Salah satu penyakit terbanyak
dapat menyebabkan penumpukan gula yang terjadi didesa ini adalah penyakit
dalam tubuh sehingga terjadinya penyakit diabetes melitus. Pada tahun 2022 terdapat
diabetes melitus (Arisandi, Triyanti et al. empat warga meninggal dengan penyakit
2015). diabetes melitus. Dengan permasalahan ini
Umumnya penyakit diabetes melitus belum ada penelitian mengenai faktor
dikelompokkan menjadi DM tipe risiko penyakit diabetes melitus pada

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1527


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

lansia. Sehingga perlu dilaksanakan menderita penyakit diabetes melitus.


penelitian pada desa ini untuk mengetahui Responden dengan jenis kelamin
faktor risiko kejadian diabetes melitus perempuan berjumlah 13 orang dan
pada lansia. responden laki-laki berjumlah 7 orang.
Sedangkan berdasarkan pendidikan
METODE diperoleh 15 responden berpendidikan
tinggi dan 5 responden berpendidikan
Jenis penelitian yang digunakan rendah.
adalah penelitian deskriptif dengan Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
rancangan studi cross sectional. Data yang Konsumsi Makanan/Minuman
diperoleh disajikan dalam bentuk table dan Berisiko pada Lansia di Desa
dianalisis univariat. Penelitian ini Purwodadi
dilaksanakan di Desa Purwodadi Distribusi N Persentase
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Responden (%)
Makanan manis
Nagan Raya Provinsi Aceh. Wawancara Setiap hari 10 50%
dilakukan pada bulan Maret dan April Sering 3 15%
tahun 2022. Sampel pada penelitian ini Jarang 7 35%
adalah masyarakat Desa Purwodadi Minuman manis
dengan kasus diabetes melitus. Responden Setiap hari 12 60%
Sering 3 15%
berjumlah 20 dengan usia 30 tahun keatas.
Jarang 5 25%
Data yang dikumpulkan adalah data Makanan
sekunder. Data sekunder meliputi data berlemak/kolestrol
usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, Setiap hari 12 60%
konsumsi makanan/minuman berisiko, Sering 3 15%
konsumsi buah dan sayur, serta perilaku Jarang 5 25%
Bumbu penyedap
responden. Setiap hari 20 100%
Sering - 0
HASIL Jarang - 0
Makanan cepat
Tabel 1. Distribusi Responden saji
Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Setiap hari 16 80%
Pendidikan, dan Pekerjaan pada Sering 3 15%
Jarang 1 5%
Lansia di Desa Purwodadi
Distribusi Hasil penelitian berdasarkan
N Persentase(%) makanan/minuman berisiko diperoleh
Responden
Usia bahwa responden mengonsumsi makanan
30-40 2 10% manis setiap harinya sebanyak 10 orang,
>40 18 90% dan jarang mengonsumsi makanan manis
Jenis Kelamin
P 13 65%
sebanyak 7 orang. Responden yang
L 7 35% mengonsumsi minuman manis setiap
Pendidikan harinya berjumlah 12 orang dan jarang
Tinggi 15 75% mengonsumsi minuman manis berjumlah 5
Rendah 5 25% orang. Responden yang mengonsumsi
makanan berlemak/kolestrol setiap harinya
Penelitian yang dilaksanakan di Desa berjumlah 12 dan jarang mengonsumsi
Purwodadi diperoleh 20 responden dengan berjumlah 5 orang. Untuk makanan dengan
kasus diabetes melitus. Berdasarkan usia menggunakan bumbu penyedap diperoleh
dengan rentang 30-40 tahun berjumlah 2 hasil bahwa semua responden
responden dan >40 tahun berjumlah 18 mengonsumsi makanan dengan bumbu
responden. Dalam penelitian ini responden penyedap setiap harinya. Responden
dengan umur >40 tahun lebih banyak mengonsumsi makanan cepat saji

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1528


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

berjumlah 16 orang dan jarang melitus. Meningkatnya usia seseorang


mengonsumsi makanan cepat saji akan menyebabkan perubahan fungsi
berjumlah 1 orang. organ tubuh dan biokimia. Biasanya
seseorang dengan usia 40-55 tahun akan
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan berisiko terhadap kejadian diabetes
Konsumsi Buah dan Sayur pada melitus. Usia dengan risiko tinggi terjadi
Lansia di Desa Purwodadi pada usia diatas 40 tahun. Sedangkan usia
Distribusi N Persentase dibawah 40 tahun masih dalam risiko
Responden (%)
Buah- rendah untuk kejadian diabetes melitus.
buahan Dominan penyakit diabetes melitus
Setiap hari 4 20% terjadi pada rentang usia 40-60 tahun
Sering 8 40% (Rahmawati and Hargono 2018). Selain
Jarang 8 40% itu (Wardiah and Emilia 2018) juga
Sayur
Setiap hari 20 20%
mengatakan faktor pemicu kejadian
Sering - 0 diabetes melitus salah satunya adalah
Jarang - 0 faktor usia. Hal ini sejalan dengan
Dari tabel diperoleh responden penelitian yang dilakukan (Chan 2018)
mengonsumsi buah-buahan setiap harinya bahwasannya responden dengan kejadian
berjumlah 4 orang. Sedangkan responden diabetes melitus sebanyak 126 responden
yang sering dan jarang mengonsumsi buah dan pada usia lanjut terdapat 60 responden.
masing-masing berjumlah 8 orang. Dari penelitian yang telah dilakukan di
Desa Purwodadi diperoleh hasil
Tabel 4. Distribusi Perilaku Responden bahwasanya usia merupakan faktor risiko
Berdasarkan pada Lansia di Desa terhadap kejadian diabetes melitus.
Purwodadi Semakin bertambahnya usia seseorang
Distribusi N Persentase semakin besar pula risiko terhadap
Perilaku (%)
Responden kejadian diabetes mellitus.
Merokok Hasil penelitian kejadian diabetes
Ya 6 30% melitus di Desa Purwodadi tahun 2022
Tidak 14 70% diperoleh bahwa responden perempuan
berjumlah 13 responden, dan laki-laki
Aktivitas
berjumlah 7 responden. Perempuan lebih
fisik
Berat 4 20% dominan menjaga kesehatannya dari pada
Ringan 16 80% laki-laki, biasanya perempuan lebih sering
Pada tabel 4 perilaku merokok pada memeriksa kesehatan mereka pada tenaga
laki-laki berjumlah 6 responden dan 1 medis (Wahyono, Widowati et al. 2019).
responden yang tidak merokok. Pada penelitian (Fadhilah 2016) diperoleh
kejadian diabetes pada Kelurahan Buaran,
PEMBAHASAN persentase laki-laki sebanyak 51,5% dan
perempuan sebanyak 48,5%.
Berdasarkan hasil penelitian yang Pada penelitian ini diperoleh hasil
dilaksanakan di Desa Purwodadi, bahwa perempuan memiliki faktor risiko
diperoleh bahwa ada beberapa faktor risiko tinggi terhadap kejadian diabetes melitus.
terhadap kejadian diabetes melitus pada Hal ini didukung oleh penelitian (Rahayu
lansia yaitu usia, jenis kelamin, Rediningsih and Puji Lestari 2021) yang
mengonsumsi makanan/minuman berisiko, menyatakan bahwa perempuan lebih
perilaku merokok dan aktivitas fisik. berisiko terhadap kejadian diabetes melitus
Dalam jurnal (Susanti, Hudiyawati et al. karena ketika masa menopause, terjadi
2019) menyatakan bahwa usia merupakan proses hormonal yang menyebabkan
faktor risiko terjadinya penyakit diabetes penyebaran dan peningkatan lemak dalam

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1529


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

tubuh. Penelitian lain dari (Sudargo, mengonsumsi makanan berisiko lebih


Freitag et al. 2018) juga menyatakan banyak dibandingkan dengan responden
bahwa proses insulin akan menurun ketika yang jarang mengonsumsi makanan
terjadinya proses menopause pada berisiko. Penelitian sebelumnya
perempuan, diikuti dengan berat badan menyatakan bahwa faktor pola makan
yang sering tidak ideal menyebabkan seseorang menjadi risiko terhadap kejadian
rendahnya respon insulin. diabetes mellitus. Penelitian lain yang
Tingkat pendidikan dikelompokkan menyatakan hal serupa yaitu penelitian
menjadi dua, yaitu pendidikan rendah dan (Ramadhani and Mahmudiono 2018)
pendidikan tinggi. Pendidikan rendah bahwa seseorang yang mengonsumsi
meliputi SD dan SLTP sedangkan makanan dan minuman manis memiliki
pendidikan tinggi meliputi risiko terjadinya penyakit diabetes melitus.
SLTA/Sederajat dan S1/Diploma. Tingkat Gula yang dikonsumsi secara berlebihan
pendidikan mempengaruhi perilaku dapat meningkatkan berat badan. Apabila
seseorang, biasanya orang dengan dikonsumsi secara terus menerus dapat
pendidikan tinggi memiliki pengetahuan meningkatkan gula darah sehingga
lebih dari pada orang dengan pendidikan menyebabkan terjadinya penyakit diabetes
rendah. Masyarakat dengan pendidikan melitus (Lestari 2014). Tingginya lemak
rendah, mempunyai faktor risiko terhadap didalam tubuh akan berakibat pada
kejadian diabetes melitus, karena resistensi insulin, sehingga berpengaruh
pengetahuan yang dimiliki masih rendah terhadap glukosa pada orang tersebut
dalam upaya pencegahan penyakit diabetes (Prawitasari 2019).
melitus (Sonyo, Hidayati et al. 2016). Ketika diajukan pertanyaan berapa
Responden dengan kasus dibetes setiap minggunya mengonsumsi buah-
melitus memiliki rata-rata pendidikan buahan diperoleh jawaban dari salah satu
tinggi lebih banyak dibandingkan responden “Ya kalau ada buah ya
pendidikan rendah yaitu 15 responden dimakan, biasanya makan buah-buahan
berpendidikan tinggi dan bependidikan yang ada di kampong, kayak kates, jeruk
rendah sebanyak 5 responden. Dalam ya buah-buahan yang ada di kamponglah”.
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat Untuk konsumsi sayur-sayuran diperoleh
pendidikan dengan kejadian diabetes hasil bahwa responden mengonsumsi
melitus tidak menunjukkan faktor risiko sayuran setiap hari dengan 3 porsi dalam
yang bermakna. Kasus diabetes melitus satu hari.
dapat terjadi pada siapa saja baik itu Konsumsi buah dan sayur dinilai
masyarakat berpendidikan rendah ataupun sebagai asupan makanan yang cukup
masyarakat berpendidikan tinggi. apabila lebih dari 3 porsi dalam satu hari
Penelitian dari (Milita, Handayani et al. (Veridiana and Nurjana 2019). Penelitian
2021) mengungkapkan kejadian diabetes (Marewa 2015) menyatakan bahwa hidup
terjadi pada masyarakat berpendidikan sehat dapat dilakukan dengan pengaturan
tinggi dan berpendidikan rendah. makan, banyak konsumsi sayur dan
Kosumsi makanan/minuman berisiko hindari makanan berlemak, gorengan dan
dibagi menjadi makanan manis, minuman sejenisnya. Penelitian lain menyatakan
manis, makanan berlemak, bahwa konsumsi sayur dan buah dapat
berkolestrol/gorengan, makanan mengurangi risiko penyakit diabetes
menggunakan bumbu penyedap dan mellitus, selain banyak manfaat untuk
makanan cepat saji. Berdasarkan analisa tubuh, sayur dan buah dapat menurunkan
data diketahui bahwa mengonsumsi lemak (SIREGAR 2021). Perilaku
makanan/minuman berisiko menjadi salah konsumsi buah dan sayur merupakan
satu faktor risiko terhadap kejadian faktor protektif (Supiati and Ismail 2016).
diabetes mellitus. Responden yang Tidak semua sayuran yang dikonsumsi

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1530


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

dapat mencegah terjadinya penyakit Melakukan aktivitas fisik yang teratur


diabetes melitus, ada beberapa jenis merupakan salah satu pencegahan penyakit
sayuran yang dapat menjadi faktor risiko diabetes melitus. Persentase masyarakat
diabetes melitus seperti jagung, ubi, labu, dengan aktivitas fisik ringan sebesar
tomat, kentang dan buncis. Dalam (Farradika, Umniyatun et al. 2019) (3,1%).
penelitian ini seluruh responden Penelitian ini menyatakan bahwa tingginya
mengonsumsi sayuran setiap harinya. angka kesakitan diabetes melitus
Diperoleh analisa bahwa konsumsi buah disebabkan oleh orang yang melakukan
dan sayuran bukan menjadi faktor risiko aktivitas fisik ringan setiap harinya.
kejadian diabetes melitus. Karena sebagian Penelitian (Mulyasari and Srimiati 2020)
besar responden tidak mengonsumsi buah menganalisa masyarakat dengan aktivitas
setiap harinya. Sayuran yang dikonsumsi fisik rendah diperoleh sebesar 7,4%. Dapat
tidak sepenuhnya sayuran yang di simpulkan bahwa sesorang dengan
mengandung gula dan pati. aktivitas rendah memiliki timbunan lemak
Rokok merupakan tembakau yang dalam tubuh, sedangkan seseorang dengan
dibungkus menggunakan kertas. Bahan- aktivitas berat, proses pemakaian glukosa
bahan yang terkandung dalam rokok di otot akan lebih meningkat. Sehingga
apabila dikonsumsi oleh manusia akan pada saat seseorang melakukan aktivitas
berbahaya bagi kesehatan. Rokok memiliki fisik, maka otot lebih banyak
jenis yang berbeda, salah satunya adalah menggunakan glukosa darah dan lemak
rokok kretek dan rokok putih yang sering sebagai sumber energi.
dikonsumsi oleh masyarakat. Dari analisa
ini menunjukkan bahwa merokok KESIMPULAN
merupakan faktor risiko terhadap kejadian
diabetes melitus. Merokok merupakan Diabetes melitus merupakan gangguan
salah satu potensi terjadinya risiko fungsi prankeas dengan meningkatnya gula
penyakit diabetes melitus. Seseorang yang darah dalam tubuh yang diakibatkan
tidak merokok memiliki risiko rendah karena adanya gangguan pada sekresi
menderita penyakit diabetes (Kusnadi, insulin, sehingga insulin yang dihasilkan
Murbawani et al. 2017). Penelitian tidak cukup bagi tubuh. Pada penelitian
(Afridah, Nadatien et al. 2014) ini didapati bahwa usia responden 30-40
mengungkapkan bahwa nikotin yang tahun berjumlah 2 responden dan >40
terkandung dalam rokok dapat tahun berjumlah 18 responden. Untuk jenis
menyebabkan terganggunya kerja insulin kelamin, responden perempuan berjumlah
pada prankeas, sehingga untuk 13 dan respondens laki-laki berjumlah 7
memperbaiki kontrol gula sangat penting orang. Konsumsi makanan/minuman
untuk menerapkan perilaku berhenti berisiko dibagi menjadi makanan manis,
merokok. minuman manis, makanan
Aktivitas fisik dikelompokkan berlemak/kolestrol/gorengan, bumbu
menjadi 2, yaitu aktivitas fisik berat seperti penyedap dan makanan cepat saji.
petani/pekebun, buruh, militer dalam Aktivitas fisik dikelompokkan menjadi
keadaan perang, dan aktivitas fisik ringan aktivitas fisik ringan dan aktivitas berat.
seperti Ibu Rumah Tangga, guru, Faktor risiko kejadian diabetes melitus
karyawan, wiraswasta dan perawat. Pada pada lansia antara lain usia, jenis kelamin,
table 4 diperoleh hasil bahwa responden perilaku merokok, aktivitas fisik,
dengan aktivitas fisik ringan berjumlah konsumsi makanan/minuman berisiko
sebanyak 16 responden dan responden (makanan manis, minuman manis, dan
dengan aktivitas fisik berat berjumlah makanan berkolestrol/lemak). Pendidikan,
sebanyak 4 responden. konsumsi buah dan sayur bukan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1531


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

merupakan faktor risiko kejadian diabetes Mahasiswa Fk Umsu Semester I


melitus pada desa ini. Yang Akan Mengikuti Ujian Blok."

UCAPAN TERIMAKASIH Etika, A. N. (2017). "Riwayat penyakit


keluarga dengan kejadian diabetes
Penulis mengucapkan terimakasih mellitus." Care: Jurnal Ilmiah Ilmu
kepada Dosen Pembimbing Lapangan Kesehatan 4(1): 51-57.
yang telah membantu penulis dari awal
kegiatan pembuatan artikel ini. Penulis Fadhilah, M. (2016). "Gambaran Tingkat
juga mengucapkan terimakasih kepada Risiko dan Faktor-faktor yang
Kepala Desa Purwodadi yang telah Berhubungan dengan Risiko
memberikan izin kepada penulis untuk Diabetes Mellitus Tipe 2 di Buaran,
melakukan penelitian pada desa ini. Serpong." YARSI medical Journal
24(3): 186-202.
DAFTAR PUSTAKA
Farradika, Y., et al. (2019). "Perilaku
Afridah, W., et al. (2014). "Analisis Faktor Aktivitas Fisik dan Determinannya
Perilaku Terhadap Prevalensi Penyakit pada Mahasiswa Fakultas Ilmu-Ilmu
Diabetes Melitus Di Indonesia." Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka."
Andriani, A. (2016). ANALISIS FAKTOR ARKESMAS (Arsip Kesehatan
RESIKO KEJADIAN DIABETES Masyarakat) 4(1): 134-142.
MELITUS DI PUSKESMAS
BINTUHAN KABUPATEN KAUR Febriyanti, F. and V. Yusri (2021).
TAHUN 2016, UNIVERSITAS "FAKTOR YANG
DEHASEN BENGKULU. BERHUBUNGAN DENGAN
KEPATUHAN PASIEN DIABETES
Ardiani, H. E., et al. (2021). "Obesitas, MELITUS DALAM DIIT SELAMA
Pola Diet, dan Aktifitas Fisik dalam MASA PANDEMI COVID 19."
Penanganan Diabetes Melitus pada Menara Medika 3(2).
Masa Pandemi Covid-19."
Muhammadiyah Journal of Nutrition Fikri Amar, A. (2019). PERSEPSI
and Food Science (MJNF) 2(1): 1- MASYARAKAT TERHADAP
12. PEKERJA SEKS KOMERSIAL
(Studi Kasus Pekerja Seks Komersial
Arisandi, D., et al. (2015). "Gambaran Pulau Bai, Kota Bengkulu,
Faktor Risiko Kejadian Indonesia), IAIN BENGKULU.
Hiperglikemia Pada Pralansia Di
Dusun Rejosari, Kemadang, Gunung Kabosu, R. A. S., et al. (2019). "Faktor
Kidul, Yogyakarta." Risiko Kejadian Diabetes Melitus
Tipe Dua di RS Bhayangkara Kota
Asri, I. P., et al. (2022). "Analisis Faktor Kupang." Timorese Journal of Public
Risiko Kejadian Hipertensi di Health 1(1): 11-20.
Wilayah Kota Depok: Analysis of
Risk Factors for Hypertension in the Kusnadi, G., et al. (2017). "Faktor risiko
Kota Depok." Journal of Public diabetes melitus tipe 2 pada petani
Health Education 1(3): 170-184. dan buruh." Journal of Nutrition
College 6(2): 138-148.
Chan, M. (2018). "Gambaran Kadar
Glukosa Darah Pada Tingkat Stres

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1532


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Lestari, D. D. (2014). "Gambaran Kadar Kejadian Diabetes Mellitus Pada


Glukosa Darah Puasa Pada Lansia [The Correlation Between
Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Sugar-Sweetened Beverages
Kedokteran Universitas Sam Consumption and Diabetes Mellitus
Ratulangi Dengan Indeks in Elderly]." Media Gizi Indonesia
Massatubuh 18, 5-22, 9 Kg/m2." 13(1): 49-56.
eBiomedik 1(2). Rondonuwu, R. G., et al. (2016).
"Hubungan Antara Perilaku
Marewa, L. W. (2015). Kencing Manis Olahraga Dengan Kadar Gula
(Diabetes Mellitus) di Sulawesi Darahpenderita Diabetes Mellitus Di
Selatan, Yayasan Pustaka Obor Wilayah Kerja Puskesmaswolaang
Indonesia. Kecamatan Langowan Timur."
Jurnal Keperawatan 4(1).
Milita, F., et al. (2021). "Kejadian diabetes
mellitus tipe II pada lanjut usia di SIREGAR, G. R. (2021). "LITERATURE
Indonesia (analisis riskesdas 2018)." REVIEW: HUBUNGAN
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan DUKUNGAN KELUARGA
17(1): 9-20. DENGAN KEPATUHAN DIET
PADA PASIEN DIABETES
Mulyasari, E. W. and M. Srimiati (2020). MELLITUS TIPE II."
"Asupan Zat Gizi Makro, Aktivitas
Fisik dan Tingkat Stress dengan Sonyo, S. H., et al. (2016). "Gambaran
Kejadian Hipertensi pada Dewasa Pengetahuan Dan Sikap Pengaturan
(18-60 Tahun)." Jurnal Ilmiah Makan Penderita DM Tipe 2 Di
Kesehatan 2(2): 83-92. Wilayah Kerja Puskesmas Kendal
02." Care: Jurnal Ilmiah Ilmu
Prawitasari, D. S. (2019). "Diabetes Kesehatan 4(3): 37-49.
melitus dan antioksidan."
KELUWIH: Jurnal Kesehatan dan Sudargo, T., et al. (2018). Pola makan dan
Kedokteran 1(1): 48-52. obesitas, UGM press.

Rahayu Rediningsih, D. and I. Puji Lestari Supiati, S. and D. Ismail (2016). "Perilaku
(2021). ANALISIS FAKTOR makan dan kejadian obesitas anak di
RISIKO YANG MEMPENGARUHI SD Negeri Kota Kendari, Sulawesi
KEJADIAN DIABETES Tenggara." Jurnal Gizi dan Dietetik
MELLITUS TIPE II DI DESA Indonesia (Indonesian Journal of
KEMAMBANG, KECAMATAN Nutrition and Dietetics) 2(2): 68-74.
BANYUBIRU, KABUPATEN
SEMARANG, Universitas Ngudi Susanti, E. F. N., et al. (2019). Gambaran
Waluyo. faktor risiko terjadinya diabetes
melitus pada penderita diabetes
Rahmawati, A. and A. Hargono (2018). melitus tipe 2, Universitas
"Dominant Factor of Diabetic Muhammadiyah Surakarta.
Neuropathy on Diabetes Mellitus
Type 2 Patients." Jurnal Berkala Trisnadewi, N. W., et al. (2022). "SELF-
Epidemiologi 6(1): 60-68. MANAGEMENT EDUCATION
MENINGKATKAN KUALITAS
Ramadhani, P. and T. Mahmudiono HIDUP PASIEN DM TIPE 2."
(2018). "Hubungan Konsumsi Sugar- Jurnal Pengabdian Mandiri 1(3):
Sweetened Beverages Dengan 365-372.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1533


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Kota Banda Aceh Tahun 2017."


Veridiana, N. N. and M. A. Nurjana Journal of Healthcare Technology
(2019). "Hubungan Perilaku and Medicine 4(1): 18-28.
Konsumsi dan Aktivitas Fisik
dengan Diabetes Mellitus di
Indonesia." Buletin Penelitian
Kesehatan 47(2): 97-106.

Wahyono, S., et al. (2019). Kratom:


Prospek
Kesehatan dan Sosial Ekonomi, Lembaga
Penerbit Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.

Wardiah, W. and E. Emilia (2018). "Faktor


Risiko Diabetes Mellitus Pada
Wanita Usia Reproduktif di Wilayah
Kerja Puskesmas Langsa Lama Kota
Langsa, Aceh." Jurnal Kesehatan
Global 1(3): 119-126.

Yusnanda, F., et al. (2017). "Pengaruh


Kebiasaan Makan Terhadap
Kejadian Diabetes Mellitus Pada Pra
Lansia Di BLUD RSU Meuraxa
Kota Banda Aceh." Jurnal Muara
Sains, Teknologi, Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan 1(2): 153-158.

Yusnanda, F., et al. (2019). "Pengaruh


Riwayat Keturunan terhadap
Kejadian Diabetes Mellitus pada Pra
Lansia di BLUD RSUD Meuraxa

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1534

You might also like