Professional Documents
Culture Documents
Characteristics of Sausages Made From The Mixture of Oyster Mushrooms (Pleurotus Ostreatus) and Cow's Brain
Characteristics of Sausages Made From The Mixture of Oyster Mushrooms (Pleurotus Ostreatus) and Cow's Brain
ABSTRACT
Sausage is a processed product which have meat as its main ingredients and the extender
ingredients are binders, filler, sugar, salt and also seasoning then mixed and put it into a casing.
Commonly sausage use meat as its raw ingredient.The expensive price of meat will cause the price of
sausage also increasing, so then an innovation to use another main ingredients as the alternative of
meat that is cheaper, such as white oyster mushroom. Oyster mushroom have protein and fiber but
also contain low level of fat, so it need to increase of fat content by cow’s brain. Cow’s brain have
high of fat content so that it will be useful to increase the fat content in the oyster mushroom mixed
with cow brain sausage. The purpose of this experiment is to find the right ratio in the process of
mixing white oyster mushroom with cow brain. This experiment was conducted by the Complete
Randomized Design. The treatment was ratio of oyster mushroom and cow brain it had 5 levels. The
oyster mushroom and cow brain ratio are P1 (90:10); P2 (80:20); P3 (70:30); P4 (60:40);
P5(50:50). The parameter of the observation are texture, colour, cooking loss,apperance of the slice,
moisture content, fat content, and sensoric properties was the preference of colour, flavour, texture,
taste and overall. The best treatment was analysis of proximate test. Based on effectiveness test from
this research, the best formulation was on P5 treatment (oyster mushroom and cow meat ratio 50:50).
The sausage had score of texture of 63 g/1,5mm; color 57,59; cooking loss 7,11%; moisture content
60,31%; fat content 4,22%; protein content 21,05%; ash content 2,08%; carbohydrate content
12,34%; preference of colour, smell, texture, taste and overall was 5,7; 6,36; 5,36; 5,75; 5,92
(neutral- a bit of contentment).
117
Sifat-Sifat Seasoning Alami Jamur Merang (Volvariella volvaceae)...
Jurnal Agroteknologi, Vol. 11 No.02 (2017)
mempersingkat daya simpan, sehingga lemak, kurs porselin, tanur furnace f48010,
diperlukan pengolahan agar rheotex SD-70011, dan colour reader CR-10.
memperpanjang daya simpan jamur tiram Bahan baku pembuatan sosis yaitu
seperti sosis. Kandungan protein dan serat jamur tiram putih, otak sapi, bawang putih,
pada jamur tiram yang menyerupai daging lada, pala, selongsong selulosa, gula,
dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku garam dan minyak kelapa sawit. Bahan
sosis, namun kandungan lemak jamur kimia yang digunakan antara lain aquadest,
tiram rendah. Menurut SNI 01-3820 H2SO4 , asam borat 4%, indikator pp, HCl
(Badan Standar Nasional, 1995) 0,02 N, benzena, NaOH 0,1 N, kertas
kandungan lemak sosis maksimal 25%, saring dan selenium.
sehingga dalam pembuatan sosis
diperlukan penambahan lemak. Salah satu Tahapan Penelitian
bahan pangan yang mengandung lemak Pembuatan sosis campuran jamur tiram
tinggi yaitu otak sapi. dan otak sapi
Otak sapi merupakan bagian edible Pada proses pembuatan sosis jamur
by product yang dapat dimanfaatkan tiram, pertama jamur tiram segar dilakukan
menjadi produk aneka ragam dari daging. proses pengolahan menjadi pasta jamur
Otak sapi mengandung protein 10,4% dan tiram. Jamur tiram dilakukan penyiangan
lemak 8,6% (Nio, 2012). Pada otak sapi yang bertujuan untuk mengambil bagian
mengandung fosfolipid sebesar 83% dari jamur yang dapat dikonsumsi. Bagian
total lemak otak (Anderson, 1983). jamur yang dapat dikonsumsi lalu
Fosfolipid memiliki kemampuan sebagai dilakukan pencucian dengan air mengalir
emulsifier, sehingga dapat memperbaiki yang bertujuan untuk menghilangkan
produk emulsi seperti sosis (Jensen, 1958). kotoran. Bagian Jamur yang bersih lalu
Sosis dengan bahan baku jamur ditiriskan. Penirisan bertujuan untuk
tiram putih dan otak sapi harus memiliki mengurangi air. Setelah bersih, jamur
sifat baik agar dapat diterima oleh dilakukan blanching dengan cara
konsumen. Menurut SNI 01-3820-1995 perebusan yang bertujuan untuk
kandungan protein minimal 13%, lemak menonaktifkan enzim. Bagian jamur tiram
maksimal 25%, dan air 67%. Sosis dengan putih yang telah di blanching dilakukan
sifat-sifat baik dapat diperoleh dengan pengecilan ukuran menggunakan food
melakukan pengaturan rasio antara jamur processor sehingga dihasilkan pasta jamur
tiram putih sebagai sumber protein dan tiram putih.
serat dan otak sapi sebagai sumber lemak. Otak sapi dibersihkan dari kotoran
Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang dan darah. Otak sapi yang bersih dilakukan
bertujuan untuk mengetahui rasio yang pengecilan ukuran sehingga dihasilkan
tepat pada pembuatan sosis campuran pasta otak sapi. Bumbu yang digunakan
jamur tiram putih dan otak sapi. meliputi pala, lada, bawang putih, garam
dan gula pasir. Bawang putih dilakukan
METODE PENELITIAN penghilangan kulit. Setelah dilakukan
penghilangan kulit lalu dilakukan
Alat dan Bahan penghalusan. Penambahan bumbu
Alat yang digunakan dalam pembuatan berdasarkan berat campuran jamur tiram
sosis yaitu food processor philips, neraca dan otak sapi. Lada sebesar 0,42%; pala
analitik ohaus ex 124/AD dan memmert 0,42%; bawang putih 2,5%; gula 1%; dan
waterbath. Alat yang digunakan dalam analisis gram 3%. Bumbu, pasta otak sapi, pasta
yaitu neraca analitik, oven memmert, botol jamur, tepung terigu 20%, isolat protein
timbang, penjepit, eksikator plat keramik kedelai 20% dan minyak 2% dilakukan
duran, alat-alat gelas, pi-pump glasfirn, labu
pencampuran agar adonan homogen.
kjeldahl pyrex, destilator unit K-350, labu
118
Sifat-Sifat Seasoning Alami Jamur Merang (Volvariella volvaceae)...
Jurnal Agroteknologi, Vol. 11 No.02 (2017)
60 49b 50b
menggunakan colour reader, cooking loss 50
menggunakan metode penurunan berat 40
30 25a
(Cakli et al., 2015), dan kenampakan irisan
20
menggunakan metode pemotretan. 10
Pengujian kimia meliputi kadar air 0
menggunakan metode thermogravimetri P1 P2 P3 P4 P5
(AOAC, 2005) dan kadar lemak Rasio jamur tiram dan otak sapi (%)
menggunakan metode soxhlet (AOAC,
2005). Pengujian organoleptik Gambar 1. Tekstur sosis campuran jamur tiram
menggunakan uji kesukaan (Mabesa, dan otak sapi. (Jamur tiram putih :
1986). Otak sapi; P1 = 90:10; P2 = 80:20;
Data diolah dengan analisis sidik P3 = 70:30; P4 = 60:40; P5 = 50:50)
ragam (ANOVA). Jika terdapat beda nyata
maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Pada Gambar 1 dapat diketahui
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf bahwa semakin tinggi rasio otak sapi maka
uji 5%. Pemilihan perlakuan terbaik akan meningkatkan kekerasan tekstur sosis
menggunakan metode efektivitas (De campuran jamur tiram dan otak sapi.
Garmo et al., 1994). Tekstur pada produk pangan dipengaruhi
Sosis dengan perlakuan terbaik oleh kadar air, kadar lemak dan kadar serat
dilakukan uji proksimat meliputi kadar air (Aprliyani, 2010). Kandungan air pada
119
Sifat-Sifat Seasoning Alami Jamur Merang (Volvariella volvaceae)...
Jurnal Agroteknologi, Vol. 11 No.02 (2017)
120
Sifat-Sifat Seasoning Alami Jamur Merang (Volvariella volvaceae)...
Jurnal Agroteknologi, Vol. 11 No.02 (2017)
85ºC. Mioglobin jika teroksidasi akan mengikat air menurun seiring dengan
membentuk metmioglobin yang peningkatan kandungan lemak sehingga
menyebabkan warna coklat (Soeparno, semakin banyak air yang keluar bersama
2005). Rasio otak sapi yang semakin tinggi komponen yang larut dalam air (Chun,
akan menyebabkan semakin banyak 2003) sehingga cooking loss pada sosis
mioglobin yang teroksidasi menjadi semakin meningkat.
metmioglobin sehingga kecerahan sosis Kandungan serat juga akan
menurun. mempengaruhi cooking loss. Semakin
tinggi otak sapi maka akan menurunkan
Cooking loss kandungan serat pada sosis. Kandungan
Hasil analisis cooking loss sosis serat larut pada jamur sebesar 4-9%
berkisar 1,99-7,11%. Cooking loss sosis sedangkan serat tidak larut sebesar 22-30%
tertinggi pada perlakuan P5 (rasio (Kalac, 2012). Jenis serat yang banyak
penambahan jamur tiram putih dan otak terkandung pada jamur seperti kitin dan
sapi 50:50). Nilai cooking loss terendah juga terdapat beberapa polisakarida
terdapat pada perlakuan P1 (rasio lainnya seperti hemiselulosa dan pektik.
penambahan jamur tiram putih dan otak Serat yang semakin tinggi akan mencegah
sapi 90:10). Berdasarkan analisis ragam hilangnya air. Hal ini dikarenakan serat
pada taraf 5% dapat diketahui bahwa rasio akan meningkatkan kemampuan mengikat
antara jamur tiram dan otak sapi air sehingga cooking loss menurun (Chatli,
berpengaruh nyata terhadap cooking loss 2011).
sosis. Nilai rata-rata kadar cooking loss
dapat dilihat pada Gambar 3. Kenampakan Irisan
Kenampakan irisan merupakan salah
8 7,11d satu untuk melihat kualitas sosis secara
6,84d
visual. Semakin kasar dan tidak kompak
Cooking loss (%)
121
Sifat-Sifat Seasoning Alami Jamur Merang (Volvariella volvaceae)...
Jurnal Agroteknologi, Vol. 11 No.02 (2017)
Pada Gambar 4 menunjukkan perlakuan jamur tiram. Menurut Lee et al. (2008)
dengan kenampakan irisan dari halus kandungan air jamur tiram sebesar 86%
sampai kasar. Kenampakan irisan sosis sedangkan kandungan air pada otak sapi
paling halus dan kompak adalah pada sebesar 78,9% (Nio, 2012). Semakin tinggi
perlakuan P1 (rasio jamur tiram dan otak jamur tiram putih maka akan menghasilkan
sapi = 90:10). Kenampakan irisan kadar air yang semakin tinggi. Sesuai
dipengaruhi oleh kadar lemak dan kadar dengan penelitian Witanto (2013),
serat. Kadar lemak akan mempengaruhi penambahan jamur tiram putih yang tinggi
kenampakan irisan. Semakin tinggi otak akan menyebabkan kadar air produk sosis
sapi maka akan meningkatkan kandungan jamur tiram juga akan tinggi.
lemak pada sosis (Gambar 6). Kandungan
lemak yang semakin tinggi akan 80 68,61e 67,54d 65,57c
mengakibatkan kenampakan irisan 70 63,94b 60,31a
semakin tidak halus. Hal ini dikarenakan 60
122
Sifat-Sifat Seasoning Alami Jamur Merang (Volvariella volvaceae)...
Jurnal Agroteknologi, Vol. 11 No.02 (2017)
hilangnya air. Hal ini dikarenakan serat Peningkatan kadar lemak sosis disebabkan
akan meningkatkan kemampuan mengikat karena meningkatnya rasio penambahan
air sehingga kadar air meningkat (Chatli et otak sapi. Menurut Lee et al. (2008),
al., 2011). Kadar air sosis maksimal 67%, kandungan lemak jamur tiram sebesar
sehingga terdapat 3 formula sosis yang 0,68% sedangkan kandungan lemak pada
memenuhi kadar air standar SNI (1995) otak sapi dalam sebesar 8,6% (Nio, 2012).
yaitu P3 (rasio penambahan jamur tiram Kandungan lemak otak sapi yang lebih
dan otak sapi 70:30); P4 (rasio tinggi daripada jamur tiram akan
penambahan jamur tiram dan otak sapi meningkatkan kandungan lemak seiring
60:40) dan P5 (rasio penambahan jamur dengan meningkatnya rasio otak sapi.
tiram dan otak sapi 50:50) sedangkan Kadar lemak sosis maksimal 25%,
terdapat 2 perlakuan yang tidak memenuhi sehingga semua perlakuan memenuhi
standar SNI yaitu P1 (rasio penambahan standar SNI No. 01-3820-1995 tentang
jamur tiram dan otak sapi 90:10) dan P2 kadar lemak sosis.
(rasio penambahan jamur tiram dan otak
sapi 80:20). Sifat Organoleptik Sosis
Warna
Kadar Lemak Warna merupakan salah satu aspek
Hasil analisis kadar lemak sosis yang dapat mempengaruhi penilaian
berkisar 1,38-4,22%. Kadar lemak sosis konsumen terhadap produk. Warna berasal
tertinggi pada perlakuan P5 (rasio dari warna alami dan warna yang diperoleh
penambahan jamur tiram putih dan otak dari proses pengolahan. Nilai kesukaan
sapi 50:50). Kadar lemak terendah terdapat warna sosis berkisar 5,6-6,08 (netral-
pada perlakuan P1 (rasio penambahan sedikit suka). Nilai kesukaan tertinggi pada
jamur tiram putih dan otak sapi 90:10). perlakuan P1 (rasio penambahan jamur
Berdasarkan analisis ragam pada taraf 5% tiram dan otak sapi 90:10). Nilai kesukaan
dapat diketahui bahwa rasio antara jamur terendah pada perlakuan P5 (rasio
tiram dan otak sapi berpengaruh nyata penambahan jamur tiram dan otak sapi
terhadap kadar lemak sosis. Nilai rata-rata 50:50). Hasil uji kesukaan warna sosis
kadar lemak dapat dilihat pada Gambar 6. terdapat pada Gambar 7.
5,6a
4,22c 6
Kadar lemak (%)
5,00
3,49bc 3,64bc 5
4,00 2,52b 4
3,00 1,99a 3
2,00 2
1,00 1
0
0,00
P1 P2 P3 P4 P5
P1 P2 P3 P4 P5
Rasio jamur tiram dan otak sapi (%)
Rasio jamur tiram dan otak sapi (%)
Gambar 7. Nilai kesukaan warna sosis campuran
Gambar 6. Kadar lemak sosis campuran jamur
jamur tiram dan otak sapi. (Jamur tiram
tiram dan otak sapi. (Jamur tiram putih
putih : Otak sapi; P1 = 90:10; P2 =
: Otak sapi; P1 = 90:10; P2 = 80:20; P3
80:20; P3 = 70:30; P4 = 60:40; P5 =
= 70:30; P4 = 60:40; P5 = 50:50)
50:50)
lightness tertinggi yaitu 61,54. Panelis kesukaan aroma meskipun tidak berbeda
cenderung menyukai sosis dengan warna nyata. Hal ini dikarenakan pada proses
yang cerah. Warna sosis yang dihasilkan pemanasan lemak mencair bahkan
dengan meningkatnya penambahan otak menguap menjadi komponen lain seperti
sapi menyebabkan menurunnya tingkat flavor yang akan disukai panelis (Sundari
kesukaan meskipun hasil analisa sidik et al., 2015).
ragam tidak berbeda nyata.
Tekstur
Aroma Tekstur merupakan salah satu aspek
Aroma merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi penilaian
yang dapat mempengaruhi penilaian konsumen terhadap produk. Tekstur akan
konsumen terhadap produk. Dalam industri memberikan informasi tentang kelembutan
pangan, uji aroma sangat penting karena makanan, bentuk permukaan pada
dapat memberikan hasil penilian makanan serta keadaan makanan (kering,
penerimaan konsumen terhadap produk basah dan lembab). Nilai kesukaan tekstur
yang dihasilkan dengan cepat. Nilai sosis berkisar 5,04-5,36 (netral). Nilai
kesukaan aroma sosis berkisar 5,4-6,36 kesukaan tertinggi pada perlakuan P1
(netral-sedikit suka). Nilai kesukaan (rasio penambahan jamur tiram dan otak
tertinggi pada perlakuan P5 (rasio sapi 90:10). Nilai kesukaan terendah pada
penambahan jamur tiram dan otak sapi perlakuan P5 (rasio penambahan jamur
50:50). Nilai kesukaan terendah pada tiram dan otak sapi 50:50). Hasil uji
perlakuan P1 (rasio penambahan jamur kesukaan tekstur sosis terdapat pada
tiram dan otak sapi 90:10). Hasil uji Gambar 9.
kesukaan aroma sosis terdapat pada
Gambar 8. 6 5,04a 5,28a 5,12a 5,16a 5,36a
Nilai kesukaan tekstur
5
7 6,36a 4
5,88a
Nilai kesukaan aroma
124
Sifat-Sifat Seasoning Alami Jamur Merang (Volvariella volvaceae)...
Jurnal Agroteknologi, Vol. 11 No.02 (2017)
campuran jamur tiram putih dan otak sapi tinggi penambahan otak sapi maka akan
meskipun tidak berbeda nyata. meningkatkan kesukaan rasa meskipun
tidak berbeda nyata.
Rasa
Rasa merupakan sebuah reaksi kimia Keseluruhan
dari gabungan berbagai bahan makanan Keseluruhan terhadap penilaian
dan menciptakan sesuatu rasa baru yang kesukaan pada sosis jamur tiram putih dan
dirasakan oleh lidah. Atribut ini banyak otak sapi secara organoleptik meliputi
ditentukan oleh formulasi yang digunakan warna, rasa, aroma, dan tekstur. Hasil uji
dan tidak dipengaruhi pengolahan kesukaan keseluruhan dapat dilihat pada
(Winarno, 2004). Nilai kesukaan rasa sosis Gambar 11.
berkisar 5,32-5,75 (netral). Nilai kesukaan
tertinggi pada perlakuan P5 (rasio 7 5,88a 5,92a
penambahan jamur tiram dan otak sapi 6 5,32a 5,4a 5,44a
Nilai kesukaan
keseluruhan
90:10). Nilai kesukaan terendah pada 5
perlakuan P3 (rasio penambahan jamur 4
tiram dan otak sapi 70:30). Hasil uji 3
kesukaan rasa sosis terdapat pada Gambar 2
10. 1
0
P1 P2 P3 P4 P5
7 Rasio jamur tiram dan otak sapi (%)
5,64a 5,75a
Nlai kesukaan rasa
meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, keseluruhan berturut-turut 5,6; 6,36; 5,36;
kesukaan keseluruhan dan sifat fisik yaitu 5,75; 5,92 (netral- sedikit suka).
cooking loss. Hasil uji efektivitas
menunjukkan bahwa perlakuan terbaik DAFTAR PUSTAKA
terdapat pada perlakuan P5 (rasio jamur Anderson, B, A. 1988. Compositian and
tiram dan otak sapi 50:50). Hasil uji Nutrition value of edible meat by-
efektivitas sosis campuran jamur tiram product. Advance in Meat Research, 15
putih dan otak sapi dapat dilihat pada (43): 64-67.
Tabel 1. AOAC (Association of Official Agricultural
Tabel 1. Nilai efektivitas Chemist). 2005. Official Methods of
Perlakuan Nilai efektivitas Analysis of The Association of Official
P1 0,36 Agriculture Chemist 16th edition.
P2 0,50 Virginia.
P3 0,37 Apriliyani, M. W. 2010. “Pengaruh
P4 0,48 Penggunaan Tepung Tapioka dan
P5 0,67 Carboxymethyl Cellulose (CMC) pada
Pembuatan Keju Mozzarella Terhadap
Kualitas Fisik dan Organoleptik”.
Hasil Analisis Proksimat Sosis Jamur Skripsi. Universitas Brawijaya, Malang.
Tiram dan Otak Sapi Badan Standar Nasional. 1995. SNI Sosis
Perlakuan P5 untuk kadar air, kadar Daging. No 01-3820-1995. Badan
lemak, kadar abu dan kadar protein sesuai Standart Nasional Indonesia, Jakarta.
SNI, namun kadar karbohidrat tidak sesuai Cakli, S. and Dincer., M., T. 2015. Textural
SNI. Perbandingan kandungan sosis acceptability of preapred fish sausages
perlakuan terbaik dengan standar SNI No. by controlling textural indicator. Turkish
01-3820 (BSN, 1995) dapat dilihat pada Journal of Veterinary and Animal
Tabel 2. Science, 39: 364-368.
Chandra. 2015. “Pengaruh Penggunaan
Tabel 2. Perbandingan kandungan sosis perlakuan
Berbagai Konsentrasi Angkak Terhadap
terbaik dengan standar SNI
Standar SNI
Daya Awet Sosis Sapi”. Skripsi.
Perlakuan Universitas Padjajaran Bandung.
Parameter No. 01-3820
Terbaik (%)
(%) Chatli, K., Biswas, A, K., Kumar, V., Bhosle,
Kadar Air 60,31 Maks 67,0 S. 2011. Dietary fibers as functional
Kadar Lemak 4,22 Maks 25,0 ingredients in meat products and their
Kadar Protein 21,05 Min 13,0 role in human health. International
Kadar Abu 2,08 Maks 3,0 Journal of Livestock Production, 2 (4):
Kadar Karbohidrat 12,34 Maks 8 45-54.
Chun, S,S., Koo, B,C., Hye, L, L. 2003.
Product characteristics of comminuted
KESIMPULAN sausages as affected by various fat and
Formula terbaik pada perlakuan P5 moisture combinations. Asian-Aust. J.
(rasio penambahan jamur tiram dan otak Anim. Sci., 17 (4): 500-600.
sapi = 50:50). Sosis yang dihasilkan De Garmo, E. P., Sullivan, W. G., dan Canada,
mempunyai nilai tekstur 63g/1,5mm; nilai J. R. 1984. Engineering Economy.
warna (lightness) 57,59; cooking loss Macmillan Publishing Company, New
7,11%; kadar air 60,31%; kadar lemak York.
4,22%; kadar protein 21,05%; kadar abu DeMan, J.M. 1997. Kimia Makanan. Institut
2,08%; kadar karbohidrat 12,34; kesukaan Teknologi Bandung, Bandung.
warna, aroma, tekstur, rasa dan
126
Sifat-Sifat Seasoning Alami Jamur Merang (Volvariella volvaceae)...
Jurnal Agroteknologi, Vol. 11 No.02 (2017)
Garry, D, J., Pradeep, P, a., Mammen., John, Widati, A. S., Mochamad. S., Djalala, R. 2013.
M, S., Sean, C, Goestsch, S., Clay Studi tentang penambahan jamur tiram
Williams., James, A, R., Mary, G., (Pleurotus ostreatus) terhadap tekstur
Garry. 2002. Neuroglobin: A Novel dan organoleptik chicken nuggets.
Member of the globin family, is Jurnal Ilmu Teknologi Hasil Ternak, 8
expressed in focal regions of the brain. (2): 28-34.
The Journal of Histochemistry and
Winarno, F, G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Cytochemistry, 50 (12): 1591-1598.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jensen, Donald, and Thomas. 1958.
Witanto, B. 2013. “Pembuatan Sosis Jamur
Purification and identification of brain
Tiram Putih dan Tepung Rebung dengan
phospholipides associated with
Kombinasi Tepung Tapioka dan dan
thromoboplastic activity. Journal Biol.
Karaginan (Eucheuma cottoni Doty)”.
Chem, 233 (5): 83-86.
Skripsi. Universitas Atma Jaya
Kalac, P. 2012. Chemical Composition and Yogyakarta, Yogyakarta.
nutritional value of european spices of
wild growing mushrooms: Nova Science
Publishers. ISBN 978-1-61470-110-1.
Lee, T, S., Nuhu, A., Ruhul, A.,
Asaduzzaman,K., Ismot, A., Mi, J, S.,
Min, W, L. 2008. Nutritional analysis of
cultivated mushrooms in Bangladesh -
Pleurotus ostreatus, Pleurotus sajur-
caju, Pleurotus florida and Calocybe
indica. Korean Society of Mycology, 36
(4): 228-232.
Mabesa, L.B. 1986. Sensory Evaluation of
Foods: Principles and Methods. College
of Agricultural. University of the
Philippines, Los Banos.
Maulana, E. 2012. Panen Jamur Tiap Musim
Panduan Lengkap Bisnis dan Budidaya
Jamur Tiram. Lily Publisher,
Yogyakarta.
Nio, O. K. 2012. Daftar Analisis Bahan
Makanan. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Setyowati, M.T. 2002. “Sifat Fisik, Kimia dan
Palatabilitas Nugget Kelinci, Sapi, Ayam
yang Menggunakan Berbagai Tingkat
Konsentrasi Tepung Maizena”. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging.
Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sundari, D., Amasyhuri., dan Astuti, L. 2015.
Pengaruh proses pemasakan terhadap
komposisi zat gizi bahan pangan sumber
protein. Media Litbangkes, 25 (4): 43-
47.
127