Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Suara Kesehatan

http://journal.unsima.ac.id/

Vol 9, No. 1, Februari 2023


p-ISSN: 2443-2652 dan e-ISSN: 2722-7715

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN RIWAYAT


ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT
DI RSUD TENRIAWARU
Indryani1 , Mustar2 , Hasnidar3, Nur alim4
1Kebidanan,Universitas Sipatokkong mambo
Email: indryani.bidanpendidik@gmail.com
2Kebidanan,Universitas Sipatokkong mambo
3Kebidanan,Universitas Sipatokkong mambo
4Kebidanan,Universitas Sipatokkong mambo

Artikel info
Abstract.
Artikel history: Incomplete abortion (miscarriage) is diagnosed when part of the
Received: 12-02-2023 products of conception have been born or can be felt in the vagina but
Revised : 17-02-2023 some are still left, usually placental tissue. Bleeding usually continues
Accepted:21-02-2023 profusely and can harm the mother. The uterine ossium often remains
open because there are still objects in the uterus which are considered
Kata Kunci:
foreign bodies (corpus allineum), so the uterus will try to expel them by
Usisa kehamilan; contracting so that the mother feels pain, incomplete abortion which is
Riwayat abortus; not treated quickly can be life threatening for both the mother and the
Abortus inkomplit; fetus. The purpose of this study was to determine the relationship
between risk factors for gestational age and history of abortion with the
Keyword: incidence of incomplete abortion. The type of research used is
Incomplit abortus quantitative research with analytic cross-sectional design, univariate
Gestational age analysis is carried out on the variables from the research results. In this
Abortus history analysis only produces the distribution and percentage of each
variable, and cross-analysis is carried out using cross tables known as
rows x columns (B x K ), so that it is known whether or not there is a
statistically significant relationship. Hypothesis testing was carried out
using the Chi-square test with the SPSS (Statistical Product and Service
Solution) computer program version 16. The decision to test the
hypothesis was based on a significance of 95% (p <0.05), the results
based on the statistical chi-square test that had been carried out
showed that p.value 0.001 (p < 0.05) The research hypothesis Ha is
accepted which states that there is a relationship between gestational
age and the incidence of abortion, the results of the analysis obtained a
p value > 0.05 (0.15 > 0.05), which means that the history of abortion
is not significant with incomplete abortion. Suggestions in the study are
that pregnant women routinely carry out antenatal care examinations
at least 4 times during pregnancy.

Abstrak.
Abortus inkomplit (incomplete abortion / miscarriage) didiagnosis bila
sebagian hasil konsepsi telah lahir atau teraba di vagina tetapi sebagian
masih tertinggal, biasanya jaringan plasenta. Perdarahan biasanya terus
berlangsung banyak dan dapat membahyakan ibu. Ostium uteri sering
kali tetap terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang
9
Jurnal Suara Kesehatan Vol. 9 No. 1 (Februari,2023) e-ISSN: 2722-7715

dianggap sebagai benda asing(corpus allineum), sehingga uterus akan


berusaha mengeluarkannya dengan berkontraksi sehingga ibu merasa
nyeri, abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan cepat dapat
mengancam jiwa baik bagi ibu maupunjaninnya. tujuan penelitian ini
untuk mengetahui Hubungan Faktor risiko Usia kehamilan dan Riwayat
abortus dengan kejadian abortus inkomplit. Jenis penelitian yang
digunakan penelitiaqn kuantitatif dengan desain cross sectional analitik,
Analisis univariat dilakuan terhadap variabel dari hasil penelitian
Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari
tiap variable, serta Analisa silang dilakukan dengan menggunakan tabel
silang yang dikenal dengan baris x kolom (B x K), sehingga diketahui
ada atau tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik. Uji
hipotesis dilakukan menggunakan Chi-square test dengan program
computer SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.
keputusan pengujian hipotesis didasarkan atas signifikasi 95 % (p <
0,05), hasil penelitianberdasarkan uji statistic chi-square yang telah
dilakukan menunjukkan p.value 0,001 (p < 0,05) Hipotesa penelitian
Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan usia kehamilan
dengan kejadian abortus, hasil analisis didapatkan nilai p > 0,05 (0,15 >
0,05) yang artinya riwayat abortus tidak signifikan dengan kejadian
abortus inkomplit. Saran dalam penelitian diharapkan ibu hamil rutin
melakukan pemeriksaan antenatal care minimal 4 kali selama
kehamilan.
PENERBIT : LPPM UNIVERSITAS SIPATOKKONG MAMBO
Email: lppmiskb@gmail.com

PENDAHULUAN
Tingginya angka kejadian morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil menjadi perhatian pada
pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGS) pada Tahun 2030, prioritas target SDGS
DI Indonesia Goals ketiga yaitu Kesehatan dan Kesejahtraan. Pada tahun 2030 secara Global termasuk
Indonesia menargetkan AKI hingga dibawah 70 / 100.000 kelahiran hidup. (SDGS,2015)Menurut
World Health Organization (WHO) bahwa kejadian abortus termasuk dalam masalah kesehatan
reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan merupakan penyebab penderitaan wanita di seluruh
dunia. Masalah abortus menjadi suatu pokok perhatian dalam kesehatan masyarakat karena
pengaruhnya terhadap mobiditas dan mortalitas maternal, dan diperkirakan 4,2 juta kejadian abortus
setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan di vietnam dan singapura, 750.000
sampai 1,5 juta di Indonesia, 155.000 sampai 750.000 di Filipina, dan 300.000 sampai 900.000 di
Thailand, serta tidak dikemukakan perkiraan tentang abortus di kamboja,Laos dan Myanmar.Angka
Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia yaitu satu dari 8 kematian ibu, diperkirakan 13% atau 67.000
kematian, diakibatkan oleh aborsi yang tidak aman. 95% aborsi yang tidak aman, berlangsung di
Negara berkembang dan diperkirakan bahwa diseluruh dunia, 80.000 wanita meninggal tiap tahun
akibat komplikasi setelah aborsi, diperkirakan bahwa diantara 10% dan 50% dari seluruh wanita yang
mengalami aborsi yang tidak aman memerlukan pelayanan medis akibat komplikasi. Komplikasi yang
paling sering terjadi adalah aborsi inkomplit , sepsis, hemoragi, dan cedera intra abdomen (WHO,
2012:32-33).

Berdasarkan data Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015, AKI di Indonesia
masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, target Sustainable Development Goals (SDGS)
adalah menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Mengacu dari
kondisi ini mencapai target SDGs Goals ke - 3 untuk menurunkan AKI adalah diperlukan kerja keras
dan sungguh-sungguh untuk mencapainya (Kemenkes RI, 2014:1).Kehamilan adalah suatu mata rantai
yang berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur)
dan spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot kemudian bernidasi

10
Jurnal Suara Kesehatan Vol. 9 No. 1 (Februari,2023) e-ISSN: 2722-7715

(penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm, periode kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, dimana trimester pertama
merupakan masa embrionik yaitu masa dari mulai pembuahan dimana terjadi diferensiasi yang cepat
dari sel telur yang telah dibuahi menjadi organisme yang secara anatomi telah berbentuk manusia
(masa organogenesis) masa ini merupakan masa yang paling rawan dapat menyebabkan perdarahan
pada kehamilan muda salah satunya yaitu abortus, sehingga morbiditas dan mortalitas pada masa ini
paling tinggi ( Manuaba, 2012).

Salah Satu ancaman pada kehamilan yaitu kejadian abortus, Abortus merupakan salah satu masalah
kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilan khususnya pada trimester pertama. Abortus
umumnya ditandai dengan perdarahan yang biasanya sedikit namun lama kelamaaan perdarahan
menjadi cukup banyak seperti haid dan keadaan ini merupakan salah satu kegawatdaruratan pada ibu
hamil ditrimester pertama yang tidak hanya mengancam janin namun juga ikut serta menambah angka
kematian ibu ( Fadlun, 2011)Berbagai macam jenis abortus baik menurut kejadiannya maupun
menurut derajatnya, salah satu angka kejadian tertinggi yaitu abortus inkomplit . Abortus inkomplit
merupakan salah satu perdarahan pada kehamilan muda yang merupakan salah satu penyebab
kematian Neonatal dan Maternal di Indonesia. Risiko terjadinya abortus spontan meningkat bersamaan
dengan peningkatan jumlah paritas, usia ibu. Abortus meningkat sebesar 12 % pada wanita usia
kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun (Cunningham,2012).
Beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya abortus misalnya faktor janin, faktor
maternal, faktor eksternal, faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta, penyakit ibu
dan kelainan yang terdapat didalam rahim ( Djamhoer, 2015) . Salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian abortus inkomplit yaitu usia kehamilan. Sebelum minggu ke 10 seluruh hasil konsepsi
biasanya dapat keluar dengan lengkap karena villi korialis belum menanamkan diri dengan erat
kedalam desidua. Pada kehamilan 10 -12 minggu korion tumbuh dengan sangat cepat dan hubungan
antara villi Korialis dengan desidua semakin erat, sehingga abortus yang mulai di saat ini sering
menyisahkan korion (plasenta) sehingga disebut dengan abortus inkomplit ( Djamhoer, 2015)

Pendidikan mempunyai peranan penting dengan kejadian Abortus inkomplit, pendidikan sangat
berpengaruh terhadap frekuensi laju kehamilan, hal ini disebabkan karna kurangya pemahaman dan
pengetahuan, utamanya pendidikan kesehatan. sehingga kehamilan akan bertambah. Peningkatan
jumlah kasus kehamilan yang tidak dikehendaki merupakan salah satu indikasi bahwa pemahaman
mengenai kesehatan reproduksi masih sangat minim, (Pitriani 2013). Penelitian Martadisobrata, 2012
menyatakan bahwa pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan diri dan
meningkatkan kematangan intelektual akan berpengaruh pada wawasan cara berfikir yang baik dalam
tindakan dan pengambilan keputusan dalam menggunakan pelayanan kesehatan, pendidikan yang
rendah membuat seseorang acuh meskipun sarana kesehatan sudah tersedia.Riwayat Penyakit ibu
dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta seperti,
penyakit infeksi meliputi pneumonia, tifus abdominalis, malaria, dan sifilis. anemia pada ibu juga
memiliki peranan penting dengan kejadian keguguran dimana melalui gangguan nutrisi dan peredaran
O2 menuju sirkulasi retroplasenter, dan penyakit menahun ( Ida, 2013). Distribusi penyebab kematian
ibu di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014 karena perdarahan yang didalamnya termasuk kasus
abortus karena dalam laporan hanya disebutkan pedarahan atau sepsis sebanyak 55 orang (39,85%),
infeksi sebanyak 3 orang (2,17%), karena gangguan system peredaran darah sebanyak 2 kasus
(1,44%), dan karena penyebab lain sebanyak 34 kasus (24,63%), kematian ibu yang disebabkan
komplikasi abortus sering tidak muncul dalam laporan kematian tetapi dilaporkan sebagai perdarahan
sehingga data otentik sulit diperoleh (Profil Dinkes Sul-Sel, 2014).Berdasarkan pencatatan dan
pelaporan dari hasil temuan di RSUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten Bone Tahun 2015 didapatkan
angka kejadian abortus sebanyak 225 kasus, yang tertinggi adalah abortus inkomplit sebanyak 215
kasus dan abortus iminens sebanyak 10 kasus.

Tahun 2016 didapatkan angka kejadian abortus meningkat menjadi 262 kasus, abortus inkomplit
sebanyak 235 , dan abortus imminens sebanyak 27 kasus, dan terjadi peningkatan di Tahun 2017
dimana jumlah kasus abortus sebanyak 308 kasus dengan abortus inkomplit sebanyak 246 kasus,
abortus imminens sebanyak 28 kasus, abortus insipiens sebanyak 34 kasus.Berdasarkan data awal

11
Jurnal Suara Kesehatan Vol. 9 No. 1 (Februari,2023) e-ISSN: 2722-7715

yang didapatkan di Poli kandungan Rumah Sakit Tenriawaru Tahun 2017 bahwa kejadian abortus
inkomplit tertinggi pada ibu yang berpendidikan rendah, dengan usia kehamilan yang mengalami
kejadian abortus inkomplit terbanyak pada usia kehamilan 12 minggu, dan berdasarkan data awal pula
yang banyak, mengalami kejadian abortus ini pada ibu yang mengalami anemia.Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan tersebut menunjukkan bahwa abortus inkomplit merupakan masalah
yang memerlukan penanganan untuk menjadi suatu prioritas di Rumah Sakit Tenriawaru Kabupaten
Bone, masih tingginya kematian ibu yang disebabkan karena perdarahan yang diantaranya disebabkan
karena abortus sehingga memberikan motivasi kepada penulis untuk menganalisis Hubungan Faktor
risiko ibu hamil dengan kejadian Abortus inkomplit

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan desain cross sectional analitik
yang bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor risiko ibu hamil dengan kejadian abortus
inkomplit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus di RSUD
Tenriawaru Kabupaten Bone yaitu sebanyak 305 orang pada Tahun 2017. Sampel dalam penelitian
ini Ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan
Nonprobability dengan metode Total sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

1.Analisis Univariat

Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Abortus inkomplit di Rumah Sakit
Daerah Tenriawaru Kabupaten Bone
Abortus N %

Ya 237 77,7
Tidak 68 15,4
Total 305 100
Sumber : Data Sekunder

Tabel 1.1menunjukkan bahwa distribusi kejadian abortus, dari 305 kasus abortus,
tertinggi pada ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit yaitu sebanyak 237
responden ( 77,7), dan terendah pada ibu yang mengalami abortus insipiens sebanyak
21 orang ( 6,9%).

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Usia Kehamilan dengan kejadian Abortus Inkomplit
Tabel 1.2
Hubungan Usia Kehamilan Ibu dengan
kejadianAbortus inkomplit di Rumah Sakit
Tenriawaru
Usia Abortus Total P-
Kehamilan Value
Ya Tidak
n % n % n %
Risiko 149 62,9 27 39,7 176 57,7
tinggi
Risiko 88 37,1 41 60,3 129 42,3 0,001
rendah

Total 237 77,7 68 22,3 305 100


12
Jurnal Suara Kesehatan Vol. 9 No. 1 (Februari,2023) e-ISSN: 2722-7715

Sumber : Data Sekunder

Dari tabel 1.2 menunjukkan 176 responden usia kehamilan risiko tinggi
mengalami abortus sebanyak 149 (62,9%), sedangkan dari 129 responden usia
kehamilan resiko rendah terjadi abortus sebanyak 68(37,1%).Berdasarkan uji
statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan p.value 0,001 ( p < 0,05)
Hipotesa penelitian Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan usia
kehamilan dengan kejadian abortus.

b. Hubungan riwayat abortus dengan kejadian abortus inkomplit


Tabel 1.3
Hubungan Riwayat abortus dengan kejadian
Abortusinkomplit di Rumah Sakit Tenriawaru
Kabupaten Bone

Abortus
Riwayat Total P-
abortus Ya Tidak Value
n % n % n %
Risiko
82 34,6 13 19,1 95 31,1
tinggi
Risiko
155 65,4 55 80,9 210 68,9 0,015
rendah
Total 237 77,7 68 22,3 305 100
Sumber : Data sekunder

Dari tabel 1.3 menunjukkan bahwa dari 95 repsonden yang memiliki riwayat abortus (31,1%),
mengalami abortus inkomplit, risiko tinggi terjadi abortus yang beresiko rendah sebanyak 155 (65,45)
yang mengalami abortus inkomplit.Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan
menunjukkan nilai p.value 0,015 ( p < 0,05) Hipotesa penelitian Ha ditolak yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan Riwayat abortus dengan kejadianabortus inkomplit di Rumah Sakit Umum Daerah
Tenriawaru

PEMBAHASAN

Abortus inkomplit (incomplete abortion / miscarriage) didiagnosis bila sebagian hasil konsepsi telah
lahir atau teraba di vagina tetapi sebagian masih tertinggal, biasanya jaringan plasenta. Perdarahan
biasanya terus berlangsung banyak dan dapat membahyakan ibu. Ostium uteri sering kali tetap terbuka
karena masih ada benda didalam rahim yang dianggap sebagai benda asing(corpus allineum),
sehingga uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan berkontraksi sehingga ibu merasa nyeri,
abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan cepat dapat mengancam jiwa baik bagi ibu
maupunjaninnya.RSUD Tenriawaru sebagai institusi pelayanan kesehatan yang salah satunya
memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dituntut selalu melakukan pelayanan yang
terbaik, dan merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan perorangan dengan mengutamakan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan
peningkatan kesehatan dan pencegahanpenyakit.Adapun pembahasan untuk masing-masing variabel
independen berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan selengkapnya sebagai berikut:

1.Risiko Usia Kehamilan dengan Kejadian Abortus Inkomplit

Usia kehamilan dapat diketahui secara jelas dengan mengingat Hari pertama haid terakhir ibu
(HPHT), kejadian abortusdapat didiagnosa sesuai dengan jenisnya dapat dilihat dari usia kehamilan
seseorang, dengan mengetahui usia kehamilan ibu dapat memberikan asuhan gizi yang tepat untuk
janinnya, harus dipahami bahwa ada beberapa jenis makanan yang boleh dikonsumsi saat hamil tua
namun tidak boleh dikonsumsi pada hamil muda, dalam hal ini ibu harus memperkaya pengetahuan
13
Jurnal Suara Kesehatan Vol. 9 No. 1 (Februari,2023) e-ISSN: 2722-7715

tentang gizi apa saja yang harus dipenuhi sesuai dengan masa kehamilan ibu, menjadi suatu
pengetahuan dasar yang harus diketahui, mengingat kondisi kesehatan janin sangat tergantung dari
makanan yang dikonsumsi sang ibu, mengkonsumsi makanan yang tidak dianjurkan selama hamil
dapat meningkatkan risiko terjadinya abortus karena terdapat kandungan yang membahayakan janin
yangdikandungya.Adapun usia kehamilan berdasarkan hasil analisis usia kehamilan yang beresiko
tinggi tapi dia tidak abortus sebanyak39,7% hal ini karena dipengaruhi juga dengan pengetahuan ibu
cara menjaga kehamilan dengan baik, mengurangi aktifitas yang berlebihan.

Usia kehamilan yang resiko rendah tapi mengalami abortus inkomplit sebanyak 68,2% hal ini
disebabkan karena tidak melakukan pemeriksaan antenatal care (ANC) dengan teratur dan tidak
memperhatikan pola asupan nutrisi dengan baik sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan janinnya diduga 30% abortus berhubungan dengan peningkatan antibodi terutama
antibodi antifosfolipin yang dapat menyebabkan thrombosis pada arteri dan vena serta dapat
menyebabkan gangguan pada kehamilan yang berujung pada keguguran atau (serum autoantibodi),
sehingga di usia kehamilan yang beresiko rendahpun bisa terjadi keguguran apabila tidak
memperhatikan nutrisi yang dikonsumsi.Berdasarkan hasil uji statistik faktor risiko usia kehamilan
dengan kejadian abortus inkomplit didapatkan nilai p > 0,05 ( p> 0,001) yang artinya usia kehamilan
< 12 minggu signifikan dengan kejadian abortus inkomplit, dimana minggu ke 10 seluruh hasil
konsepsi biasanya dapat keluar dengan lengkap karena vili korialis belum menanamkan diri dengan
erat kedalam desidua , pada kehamilan 10 -12 minggu , korion tumbuh dengan sangat cepat dan
hubungan dengan vili korialis dengan desidua makin erat, sehingga abortus yang mulai disaat ini
sering menyisahkan korion (plasenta)

2. Risiko Riwayat abortus dengan kejadian abortus inkomplit

Riwayatabortus merupakan ibu hamil yang pernah mengalami abortus, adapun riwayat
abortus yang beresiko tinggi tapi dia tidak mengalami abortus hal ini dikarenakan ibu menjaga
kehamilannya dengan baik, rutin berkonsultasi dengan dokter kandungan, meminum obat penguat
kandungan karena riwayat abortusberulangjugadisebabkandengankandunganyanglemahatau faktor
anatomi yang mengakibatkan terjadinya abortus. adapun risiko rendah tapi mengalami abortus
inkomplit disebabkan karena kelainan dapat datang dari oosit maupun sperma, kelainan oosit adalah
empat kali lebih tinggi, angka kejadian meningkat dengan meningkatnya umur ibu, kemajuan dibidang
laboratorium memungkinkan penelitian kelainan morfologis sel janin, dapat dilihat dengan tekhnik
FISH ditemukan 50-70% kelainan karena gangguan ditingkat kromosom janin, dan berbagai banyak
faktor yang mempengaruhi meskipun usia ibu beresiko rendah salah satu diantara faktor yang
mengakibatkan yaitu faktor endokrin (sistem hormon), gangguan endokrin maternal sistemik seperti
pada ibu yang menderita penyakit Diabetes dapat meningkatkan kejadian abortus.Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Tenriawaru dimana hasil analisis didapatkan nilai p >
0,05 (0,15 > 0,05) yang artinya riwayat abortus tidak signifikan dengan kejadian abortus inkomplit,
hal ini sejalan dengan penelitian Rimonta, hasil uji statistiknya diperoleh bahwa p value sebesar 0,824
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat abortus dengan kejadian abortus
inkomplit. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lukitasari dan
rochyatisepertiyangdikutipolehRustamMochtardimanadidapatkan ada hubungan yang signifikan atau
bermakna antara riwayat abortus dengan kejadian abortus inkomplit.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis menarik kesimpulan bahwa abortus inkomplit sangat
berhubungan dengan usia kehamilan seseorang ketika mengalami abortus, abortus yang terjadi di usia
kehamilan lebih dari 10 minggu dimana menyisahkan sisa hasil jaringan didalam kandungan yang
mengakibatkan terjadinya kontraksi serta terjadinya perdarahan, begitupun dengan ibu hamil yang
mengalami anemia sangat berisiko terjadinya abortus inkomplit.Pada wanita hamil anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan, meskipun suplai nutrisi wanita
hamil adekuat, keseimbangan kebutuhan dan ibu dan bayi tetap terganggu akibat kompetisi biologis
yang menetap antara ibu dan janin, berdasarkan analisis multivariat didapatkkan ibu dengan usia

14
Jurnal Suara Kesehatan Vol. 9 No. 1 (Februari,2023) e-ISSN: 2722-7715

kehamilan lebih dari 10 minggu dan ibu yang memiliki kadar Hemoglobin yang rendah pada saat
hamil 5 kali lebih beresiko mengalami abortus inkomplit

SARAN

Diharapkan Bagi ibu hamil yang memiliki risiko tinggi dengan kejadian abortusdiharapkan lebih
memperhatikan kehamilannya, rajin mengontrol kadar HB, agar kejadian anemia dapat diketahui
secara dini untuk mencegah terjadinyaabortus serta diharapkan ibu hamil rutin melakukan
pemeriksaan Antenatalcare.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada pihak Rumah sakit khususnya crew rekam medik yang
telah memfasilitasi kami mulai dari awal pengambilan data sampai proses penelitian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Ani Luh seri 2016. Anemia defisiensi besi masa prahamil & hamil.Jakarta.EGC
Andriza. 2013. Hubungan umur dan paritas ibu hamil dengan kejadian abortus inkomplit di Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang, Jurnal harapan Bangsa, Vol.1 No 1 , Juli2013
Andesia Maliana.2016. Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit di ruang
Kebidanan Mayjend.HM.Ryacudu Kota Bumi, Jurnal Kesehatan, Vol VII, Nomor 1,April 2016.
Chamberlain Geoffrey , 2013. Asuhan Antenatal, edisi 4. Jakarta. EGC Cunningham, 2011. Obstetri
patologi. London. Elstart offset
Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2014. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan.
Fadlun, Achmad Feryanto. 2011 Asuhan kebidanan patologis. Jakarta Salemba medika.
Handono Budi, 2017 Abortus Berulang. Bandung. PT Refika Aditama
Ika pantikawati, 2012. Asuhan Kebidanan Kehamilan. nuha medika.Yogjakarta
Kesehatan Dalam kerangka SustainableDevelopmentGoals(SDGs). 2015New york
Kemenkes RI.2015. Infodatin 2014-2015 pusat data dan Informasi Kementerian kesehatan RI. Jakarta
Manuaba, ida Ayu dkk. 2013. Ilmu Kebidanan dan penyakit kandungan, dan KB. Edisi 2. Jakarta EGC
Norma nita. Asuhan kebidanan Patologi. Yogyakarta. Nuha medika Martaadisoebrata Djamhoer.
2015. Obstetri Patologi, Edisi 3. Jakarta EGC

Machfoeds ircham.2016. metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif.Yogjakarta. Fitramaya


proverawati atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogjakarta.Nuha medika
Rukiah Yeyeh Ai. 2013. Asuhan Kebidanan 1 kehamilan. Jakarta Trans info medika
Risa pitriani. 2013 Faktor – Faktor yang berhubungan dengan abortus inkomplit diRumah Sakit umum
daerah Arifin Achmad Provinsi riau, Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No.2, Mei 2013.

Rekam medis Rumah Sakit Tenriawaru kelas B kabupaten Bone . 2018 Sry wahyuni. 2017. Faktor
risiko yang berhubungan dengankejadian abortus di RSUD Ungaran Jawa tengah, Jurnal
Kebidanan Vol 6 No 13 Oktober 2017

15
Jurnal Suara Kesehatan Vol. 9 No. 1 (Februari,2023) e-ISSN: 2722-7715

Sari anggita. 2015. Asuhan Kebidanan pada kehamilan. in media. Bogor Siti Khadijah. 2016.
Hubungan anemia dengan kejadian abortus inkomplitdi RSAM Bukittinggi, Journal endurance
1 (3) October 2016.

Tahir, N. 2010. Gambaran kejadian Abortus inkomplit Di Rsud Lanto dengan Pasewang Jeneponto
periode Januari- Desember 2009.
WHO 2012. Diunduh dari http:// sribd.com./ di akses tanggal 05/02/2018 pukul 10.00 WIB
Yulianti Devi. 2014. Managing Complication in pregnancy and childbirth. edisi 2. Jakarta.EGC

16
Jurnal Suara Kesehatan Vol. 9 No. 1 (Februari,2023) e-ISSN: 2722-7715

You might also like