Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

Analitical Payment Conflict Between Labor Cigarettes and PT Gentong Gotri Semarang

Bagas Shidiq Z
14010112130053

ABSTRACT

Employers and labor will always be associated, both indirectly will need each other, it
is not uncommon frequent conflicts between the two. The conflict between workers and
employers is a reflection of the two parties have different interests. Labor Welfare can be seen
from the fulfillment of rights - the rights of workers which include wages / salaries and
employment protection. What is interesting is the conflict in the cigarette factory in Semarang
PT Gentong Gotri which until now still occur due to the delay in payment of wages not paid
nearly one year more. The purpose of this study was to determine the cause of the problem and
how to wage or the problem-solving techniques.The study was qualitative descriptive
approach. Methods of data collection are interviews and observation. Informants in this study
consists of 3 people, 1 employees Disnakertrans, one person and one person union
workers.Discussion of the results showed that the causes of the conflict remuneration at PT
Gentong Gotri is a backdrop of a change of leadership, relationships poor communication
between the owner of the company with its workers, the weak economy of the enterprise, lack
of talks between the two sides and the parties involved are not serious in resolving the problem
this remuneration and lack of cohesiveness on the workers and their unions still are not
maximized as a representative of the workers. While the real problem resolution to resolve the
conflict did not exist for the moment.The conclusion is the cause of conflict this problem occurs
because the non-fulfillment of the rights of workers or laborers. Until now, there has been no
real settling of each - each party, from the company, workers and government. The negotiations
were conducted biparit that generate their cash and installment 15,000 daily wage shortage
erratic. Advice writer is a good wake Komuikasi between Integration with the workers so as to
achieve the settlement of this wage issues.
Keywords : Labour, Conflict, Payment
I. Pendahuluan gambaran dari perlawanan buruh terhadap
kekuasaan pengusaha. Upaya yang
Buruh merupakan manusia yang dilakukan buruh ialah semata-mata untuk
menggunakan tenaga dan kemampuannya memperjuangkan hak yang seharusnya
untuk mendapatkan balasan berupa dimiliki oleh setiap buruh. Buruh
pendapatan baik berupa uang maupun melakukan perlawanan karena dalam
bentuk lainya dari Pemberi kerja atau proses kerja, buruh selalu mendapatkan
pengusaha. Di Indonesia Buruh dianggap timbalbalik yang tidak diharapkan, baik
sebagai tenaga kerja yang rendah dibawah secara tindakan yang bersifat eksploitatif
pegawai. Buruh Di Indonesia dikaitkan seperti pembatasan cuti, jaminan sosial
sebagai pekerja kasar yang tak tentu yang tidak diberikan secara optimal dan
penghasilanya. Sehingga buruh yang minimnya upah.
bekerja di perusahaan seringkali tidak
dijamin kesejahteraanya. Sedangkan Disini Pemerintah juga sangat berperan
pengertian pengusaha memiliki arti yang dalam keberlangsungan konflik antara
sangat luas tergantung dilihat dari sudut pengusaha dan buruh. Disini Pemerintah
pandang yang melihatnya. Dilihat secara adalah salah satu pihak yang membuat
umum Pengusaha adalah seseorang yang kebijakan dimana kebijakan tersebut
memiliki usaha dimana usaha tersebut berpengaruh dalam dunia kerja. Kebijakan
dijalankan dalam rangka untuk yang dibuat harusnya dapat dirasakan
memperoleh keuntungan. Disatu sisi, secara positif baik bagi buruh maupun
Pengusaha adalah salah satu Pihak yang Pengusaha. Pemerintah juga berperan
membutuhkan jasa dari Buruh, sedangkan sebagai Mediator ketika terjadi konflik
disisi lain Buruh menginginkan antara Pengusaha dan Buruh. Artinya
mendapatkan apresiasi berupa upah atau ketika terjadi konflik maka pemerintah
gaji atas jasa yang telah ia berikan. harus turun tangan untuk mencari solusi
yang terbaik atas konflik yang terjadi.
Dalam dunia Kerja, Pengusaha dan Buruh Pemerintah disini juga dipandang sebagai
akan selalu berhubungan, kedua belah salah satu pihak yang memiliki wewenang
pihak tersebut secara tidak langsung akan dan kekuasaan yang lebih besar dibanding
saling membutuhkan, maka tidak jarang dengan Buruh dan Pengusaha. Oleh karena
sering terjadi konflik antar keduanya. itu, Pemerintah seharusnya dapat menjadi
Konflik yang terjadi antara buruh dan pihak yang tegas dan adil dalam mencari
pengusaha merupakan cerminan dari dua solusi yang terbaik bagi keduanya.
pihak yang memiliki perbedaan
kepentingan. Di satu sisi Buruh Salah satu faktor keberhasilan perusahaan
menginginkan upah dan kondisi kerja yang dalam dunia kerja adalah dapat
baik di sisi lain perusahaan menginginkan terpenuhinya kesejahteraan Buruh secara
adanya keuntungan yang besar. maksimal. Kesejahteraan Buruh ini dapat
Keperbedaan tersebut timbul keinginan dilihat dari pemenuhan hak ± hak buruh
saling menghilangkan satu sama lain. yang meliputi upah/gaji dan perlindungan
Buruh memiliki keinginan untuk kerja. Dalam pemberian upah dan gaji,
menghilangkan pengusaha yang terkesan Perusahaan harus melihat UMR(Upah
eksplotatif sedangkan pengusaha Minimum Regional) dari setiap daerah
mempunyai keinginan untuk karena masing ± masing daerah memiliki
menghilangkan buruh yang selalu protes UMR yang berbeda. Dalam pemberian
atas kebijakan yang diturunkan dari pihak upah perusahaan harus sesuai dengan
elit perusahaan sebagai bentuk kekuasaan. aturan yang ada. Bab I Pasal 1 angka 30
Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003
Fenomena demonstrasi atau advokasi yang Tentang Ketenagakerjaan menegaskan:
seringkali kita lihat dan dengar merupakan
"Upah adalah Hak pekerja/buruh yang perjalanannya, perusahaan ini mengalami
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang pasang ± surut produksi. Banyak sekali
sebagai imbalan dari pengusaha atau masalah ± masalah yang terjadi antara
pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang perusahaan dengan buruh. Dalam
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perusahaan ini terdapat 2 serikat pekerja
perjanjian kerja, kesepakatan atau perturan yaitu Serikat Pekerja Aneka Industri
perundang-undangan, termasuk tunjangan (Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia)
bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas dan Serikat Pekerja Rokok, Tembakau,
suatu pekerjaan dan/jasa yang telah atau Makanan dan minuman. Namun kedua
akan dilakukan". serikat pekerja tersebut belum mampu
dalam mengatasi berbagai masalah yang
Oleh karena itu dalam pemberian upah, terjadi di perusahaan tersebut. Terdapat
perusahaan tidak boleh sembarang dan berbagai masalah antara PT Genthong Gotri
memperhatikan beberapa faktor yang ada. dengan buruh rokok antara lain :
Dalam Penelitian ini penulis mengambil ‡ Pelanggaran perjanjian pemutusan
lokasi di Semarang. Kota Semarang hubungan kerja sementara tahun 2013
memiliki posisi geostrategis karena berada
pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, Antara lain : uang premi(uang tanggal
dan merupakan koridor pembangunan Jawa merah), uang tunggu (kebijakan selama
Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu diliburkan), dan jasa tahunan . jadi pada
gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor saat itu PT Gentong gotri memberhentikan
Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti sementara buruhnya sekitar 1000 buruh.
Kabupaten Magelang, Surakarta yang Namun pemberhentian itu disertai dengan
dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, perjanjian. Namun perjanjian tersebut
koridor Timur ke arah Kabupaten dilanggar dan tidak sesuai dengan
Demak/Grobogan; dan Barat menuju kesepakatan awal.
Kabupaten Kendal. Oleh karena itu tidak
heran jika di Semarang banyak Perusahaan ‡ THR yang dibayarkan dengan
± Perusahaan yang berdiri. Di Semarang ketentuan jumlah dan waktu pembayaran
sendiri banyak sekali Perusahaan ± yang tidak sesuai.
perusahaan yang berdiri dengan menyerap Pada saat itu PT Genthong Gotri hanya
tenaga kerja begitu banyak. Mulai dari mampu membayarkan 40% dari total THR
perusahaan tekstil, perusahaan garmen, yakni sebesar 490.000 dari jumlah yang
perusahaan makanan dan minuman, dan seharusnya dibayarkan sebesar Rp
perusahaan Rokok. 1.225.000
Disini penulis berusaha melakukan ‡ Hutang cukkai/pajak kepada
penelitian di salah satu pabrik rokok di pemerintah sebesar 1,2 miliyar. Hal inilah
Semarang yaitu PT Genthong Gotri. PT yang menyebabkan terganggunya
Gentong Gotri adalah perusahaan rokok pemenuhan hak ± hak buruh rokok.
yang terletak di Jalan Gebanganom Raya
No. 18 Kelurahan Gebangsari Kecamatan ‡ Pengabaian BPJS 20 mei 2014. PT
Genuk Semarang 50114. Perusahaan Genthong Gotri pada tahun 2014 tercatat
Rokok yang berdiri pada tahun 1927 dan sebagai perusahaan yang tidak
sekarang di Pimpin oleh Generasi ketiga mendaftarkan buruhnya kepada BPJS.
yang bernama Budi Hartanto. PT ini Padahal Bpjs adalah sesuatu yang penting
memiliki kurang lebih 2000 pekerja dan untuk menjamin kesehatan buruhnya.
semuanya adalah buruh yang sifatnya tetap. ‡ Pembayaran Upah Buruh yang tidak
Buruh rokok di PT ini memiliki 3 jenis dibayarkan sesuai jumlah dan waktu yang
yaitu harian, borongan dan bulanan. Dalam ditentukan di tahun 2015.
Dalam kenyataanya PT Gentong Gotri adanya penyelesaian yang jelas dari
mengalami penunggakan pembayaran gaji Pemerintah.
buruh selama 5 bulan mulai dari bulan Juli
hingga November 2015. Dan sampai
sekarang buruh belum mendapat kejelasan
dari pihak perusahaan. Perusahaan berdalih
mengalami surut produksi sehingga II. PEMBAHASAN
pendapatan perusahaan melemah. 2.1 Faktor penyebab terjadinya
masalah pengupahan antara PT
Gentong Gotri dan Buruh rokok.
Dari Berbagai masalah diatas Penulis
mengambil salah satu masalah yang Awal mula terjadinya konflik antar
dianggap paling menarik untuk dibahas buruh dengan pengusaha PT Gentong
yaitu masalah Upah atau Gaji Buruh PT Gotri Semarang itu berawal sekitar
Gentong Gotri yang tidak dibayarkan sesuai tahun 2011 sampai sekarang. Awal
dengan waktu dan jumlah yang telah mula penyebab terjadinya konflik
ditentukan. Seperti yang telah kita ketahui. tersebut adalah tidak dipenuhinya hak-
Upah atau gaji adalah salah satu unsur yang hak pekerja yang menjadi buruh di PT
sangat penting sebagai apresiasi atas Gentong Gotri, diantaranya adalah PT
perkerjaan yang telah dilakukan. Dan yang Gentong Gotri mengalami
terpenting adalah salah satu unsur guna penunggakan pembayaran gaji buruh
memenuhi kebutuhan sehari ± hari baik selama 14 bulan mulai dari bulan
bagi si penerima upah maupun bagi November 2015 hingga Penelitian ini
keluarganya. Dalam kasus ini PT Gentong ditulis. Dan sampai laporan ini ditulis
Gotri tidak membayarkan upah kepada buruh belum mendapat kejelasan dari
buruh rokok pekerja bulanan. Selama pihak perusahaan. Perusahaan berdalih
berbulan - bulan buruh tidak menerima gaji mengalami surut produksi sehingga
sepeserpun dari PT Gentong Gotri. Padahal pendapatan perusahaan melemah.
buruh yang berjenis harian dan borongan Pada kenyataanya upah adalah salah
menerima gaji sesuai dengan jumlah dan satu unsur utama buruh untuk
waktu yang ditentukan. Hal ini tentu saja memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika
menimbulkan kecemburuan antar pekerja. upah tersebut tidak diterima sesuai
Oleh karena itu buruh sangat mengeluhkan dengan masa kerja dan jumlahnya,
hal ini, berbagai cara telah ditempuh salah maka hal ini tentu akan menjadi
satunya adalah dengan melakukan penyebab munculnya suatu konflik. Hal
perundingan dengan berbagai pihak, namun ini sesuai dengan teori Kebutuhan
sampai sekarang masalah ini masih belum Manusia dalam bukunya Mukhsin Jamil
menemukan jalan keluar. PT Gentong Gotri yaitu Menganggap bahwa konflik yang
berdalih belum memiliki dana untuk berakar disebabkan oleh kebutuhan
membayar seluruh tunggakan gaji mereka. dasar manusia (fisik, mental, dan social)
Padahal menurut buruh, Pemilik dari PT yang tidak terpenuhi atau dihalangi. hal
Gentong Gotri sudah melakukan beberapa yang sering menjadi inti pembicaraan
penjualan aset dari berbagai perusahaan adalah keamanan, identitas, pengakuan,
yang dimilikinya. Namun sepertinya tidak partisipasi, dan otonomi. Artinya ketika
ada itikad baik dari pemilik untuk terdapat hambatan ± hambatan manusia
menyelesaikan masalah ini. Dalam hal ini dalam mendapatkan kebutuhan hidup
Pemerintah juga dianggap lepas tangan yang layak, maka hal tersebut akan
dalam melihat kasus ini. Hal ini terbukti memicu munculnya suatu konflik.
sampai berlarut ± larutnya kasus ini tanpa Upah yang menjadi kebutuhan dasar
buruh untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang selama hampir satu pengupahan yang terjadi di Gentong
tahun ini yang tidak dibayarkan oleh Gotri dimana Pemerintah tidak
perusahaan merupakan pelanggaran memperhatikan masalah tersebut. Hal
hak yang tentu saja harus dapat ini lah yang menyebabkan munculnya
diselesaikan secara serius. suatu konflik dan konflik itu terjadi
secara berlarut ±
Adanya perubahan pandangan
Hubungan perburuhan juga larut tanpa ada penyelesaian yang jelas.
mengakibatkan selalu munculnya suatu Seharusnya paham yang berkembang
konflik antara buruh dan pengusaha. saaat ini adalah paham Pancasila,
Menurut Muhtar habibi dalam bukunya dimana Pemerintah selalu mengawal
yang berjudul Gemuruh Buruh Di hubungan ketenagakerjaan dengan
Tengah Pusaran Neoliberalisme : menjadi fasilitator masing ± masing
Pengadopsian Kebijakan Perburuhan pihak.
Neoliberal Pasca Orde Baru ada 3
paham Perburuhan yaitu neoliberalisme Fokus utama dalam penelitian ini yaitu
, Marxian dan Pancasila. Pada intinya melihat apa yang menjadi penyebab
neoliberalisme sistem adalah perselisihan upah yang terjadi antara
pandangan yang lebih mengutamakan Buruh rokok dan PT Gentong Gotri.
kebebasan. Artinya disini perusahaan Dalam Penelitian ini, ada beberapa
bebas dalam menerapkan sistem kerja penyebab munculnya perselisihan
dan pekerja bebas untuk memilih pengupahan dimana hal ini sesuai
pekerjaan apa yang sesuai dengan dengan pendapat Collins, yaitu :
keinginan mereka. Sedangkan 1. yang melatarbelakangi atau yang
pandangan Marxian yaitu beranggapan memicu konflik upah ini adalah
bahwa disini adanya keberpihakan dikarenakan adanya pergantian
Pemerintaah yang seharusnya menjadi kepemimpinan dari Pemilik
penengah antara Perusahaan dan Buruh. Perusahaan yang sebelumnya ke
Sedangkan pandangan dari Pancasila pemilik yang sekarang. Dahulu
yaitu disini Pemerintah adalah salah Perusahaan dipimpin oleh Bapak
satu pihak yang netral dan dapat Ong Kee Kan digantikan oleh
menciptakan suatu iklim yang kondusif anaknya Bapak Budi Hartanto.
diantara kedua belah pihak yaitu 2. Adanya hubungan komunikasi yang
perusahaan dan buruh ketika terjadi kurang baik antara pemilik
suatu konflik. perusahaan dan buruhnya.
Dalam Prakteknya, Paham yang 3. Lemahnya kondisi perekonomian
berkembang saat ini adalah paham perusahaan. Perekonomian adalah
liberalisme sistem, artinya sitem pasar satu unsur utama dalm tercapainya
global lah yang menentukan. Jika kesejahteraan Perusahaan dan
sistem ini diterapkan di Indonesia maka Buruhnya. Jika ekonomi dan daya
hal ini tentu saja tidak sesuai baik dari produksi Perusahaan lemah
segi kuantitas maupun kualitas. Pekerja otomatis akan berimbas kepada
di Indonesia lebih cendrung kepada pekerja/buruh dari perusahaan itu
banyaknya jumlah namun rata ± rata sendiri. PT Gentong Gotri memang
memiliki pendidikan yang rendah. belakangan ini mengalami pasang
Akibatnya yaitu mereka akan kesulitan surut produksi yang mengakibatkan
untuk berkembang dan akan selalu menurunya pendapatan yang
menjadi pihak yang tertindas. Dan berimbas kepada kesejahteraan
disini peran pemerintah sangat sedikit buruh. Hal ini memicu munculnya
sekali hal ini sesuai dengan masalah perselisihan upah buruh.
4. Kurang adanya perundingan antara terbagi menjadi 3, yaitu harian,
pihak ± pihak yang bulanan, dan borongan. Masalah
berselisih.Berunding adalah salah upah ini terjadi pada buruh yang
satu unsur utama dalam sifatnya bulanan. Ketika buruh
penyelesaian masalah. Bahkan hal bulanan melakukan aksi protes
ini tertuang dalam sila ke 4, yang dengan cara demo maupun mogok
berbunyi Kemanusiaan yang kerja, maka Perusahaan masih dapat
dipimpin oleh hikmat bergantung pada buruh yang harian
kebijaksanaan dalam dan borongan. Tentu saja usaha
permusyawaratan dan Perwakilan yang dilakukan oleh buruh bulanan
akan sia ± sia. Oleh karena itu perlu
Artinya setiap warga negara Indonesia adanya kekompakan baik buruh
yang sedang berkonflik atau mengalami harian, bulanan dan borongan untuk
konflik alangkah baiknya jika yang menuntut hak ± hak perusahaan
diutaman adalah asas ± asas yang belum diberikan. Padahal
musyawarah conohnya adalah perusahaan paling takut dengan
berunding. Ketika kita berunding maka kekompakan antar buruh
otomatis kita akan menyampaikan 7. Adanya salah satu serikat pekerja
segala keluh kesah yang dimiliki yang tidak bekerja secara maksimal.
masing ± masing pihak yang nantinya Serikat Pekerja adalah salah satu
keluh kesah tersebut dirundingan untuk unsur penting dari Ketenagakerjaan.
dicari solusi yang terbaik. Dalam hal Serikat Pekerja berfungsi sebagai
ini, PT Gentong Gotri dan Buruh jarang wakil dari buruh yang bertugas
melakukan perundingan sehingga untuk melindungi dan
masalah ini terkesan mengambang dan memperjuangkan hak buruh. Dalam
tidak ada solusinya Penelitian ini, PT Gentong Gotri
5. Beberapa pihak yang terlibat tidak terdapat 2 serikat Pekerja yaitu
serius dalam menghadapi masalah Serikat Pekerja Metal (FSPMI) dan
ini. Keseriusan memang sangat Serikat Pekerja Rokok, Tembakau,
penting untuk dilakukan. Jika suatu Makanan dan Minuman (RTMM).
hal dikerjakan dengan serius dan Dari beberapa responden dalam
sungguh ± sungguh pasti akan penelitian ini, RTMM lah yang
menghasilkan hasil yang maksimal. bekerja tidak maksimal dalam
Dalam hal ini, baik perusahaan, melihat perselisihan upah ini.
pemerintah dan buruh cenderung 2.2 Solusi penyelesaian masalah
kurang serius dalam melihat pengupahan PT Gentong Gotri dan
permasalahan upah ini. Padahal ini buruh rokok dari setiap unsur yang
adalah masalah yang menyangkut terlibat (Pemerintah, Perusahaan,
kebutuhan hidup orang banyak Buruh, dan Lembaga Terkait)
yaitu masalah hak upah
6. Kurang adanya Kekompakan Resolusi konflik merupakan upaya
Buruh. Kekompakan adalah salah transformasi hubungan yang berkaitan
satu kekuatan utama buruh untuk dengan mencari jalan keluar dari suatu
memperjuangkan setiap haknya. perilaku konfliktual sebagai suatu hal
Dalam realitanya, Perusahaan akan utama (Nuri Rachma O., 2010). Dalam
menuruti tuntutan buruh apabila proses penyelesaian ditujukan pada
adanya tindakan yang nyata dari tercapainya bentuk kesepakatan bersama
buruh dengan melakukan antara pihak yang sedang berkonflik.
Demonstrasi dan Pemogokan Kerja.
Buruh PT Gentong Gotri sendiri
Penyelesaian konflik bermakna Cara ini diangggap lebih efektif dan sesuai
tercapaianya kesepakatan antara pihak ± dalam mengatasi permasalahan yang
pihak yang bertikai memungkinkan mereka terjadi. Seseorang akan lebih paham dalam
mengakhiri sebuah konflik. Secara menyelesaikan konflik apabila mengetahui
tradisional, tugas penyelesaian konflik akar permasalahaanya terlebih dahulu, apa
adalah membantu pihak ± pihak yang yang menjadi penyebab konflik itu bisa
merasakan situasi yang mereka alami terjadi. Kemudian yang kedua memilih
sebagai sebuah situasi zero-sum pokok ± pokok permasalahan yang ingin
(keuntungan diri sendiri adalah keuntungan diselesaikan dengan membuat suatu
pihak lain), agar melihat konflik sebagai kesepakatan ± kesepakatan bersama pihak
keadaan non zero-sum ( dimana kedua yang berkonflik, kemudian yang ketiga
belah pihak dapat memperoleh hasil) dan yaitu melakukan negosiasi dengan tujuan
kemudian membantu pihak ± pihak yang untuk mencapai hasil ± hasil kesepakatan
bertikai berpindah ke arah hasil positif yang telah dibuat tadi. Dengan cara ini
(Miall, dkk. 2000:10). Dalam bukunya masalah akan dapat terselesaikan dengan
Hugh Miall ada beberapa bentuk ± bentuk baik dan menyeluruh.
upaya penyelesaian konflik, misalnya
Perundingan ini juga memberikan
a. dialog diantara pihak yang terlibat kemajuan yaitu perusahaan dengan cara
konflik, mencicil sebagian hutang ± hutangnya.
Namun cicilan inipun tidak jelas dan tidak
b. penyelesaian melalui jalur hukum, tentu.
c. melalui mediasi dengan melibatkan pihak Perundingan hanya sebatas
ketiga. dilakukan antara Buruh dan Perusahaan
a. Dialog diantara pihak yang berkonflik (bipartit). Dalam hubungan industrial,
penyelesaian sengketa melalui musyawarah
Dalam Penelitian ini, Penulis berusaha dapat menghindari konflik di bidang
untuk mencari setiap solusi dari ketenagakerjaan atau minimal intensitasnya
permasalahan perselisihan upah antara dapat dikurangi. Apabila terjadi konflik
buruh dan PT Gentong Gotri. Hal ini maka penyelesaian perselisihan dapat
dilakukan untuk melihat sejauh mana pihak diupayakan secara damai dengan tidak
± pihak yang terlibat ikut memperjuangkan menutup kemungkinan mekanisme paksaan
masalah pengupahan ini. (Uwiyono, 2003). Hal ini dapat dilihat
Sejauh ini, memang belum ada tindakan dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2004
penyelesaian yang secara kongkrit tentang Penyelesaian Perselisihan
dilakukan. Namun ada beberapa upaya Hubungan Industrial, yang menegaskan
yang dilakukan oleh buruh dan PT Gentong bahwa para pihak wajib mengupayakan
Gotri untuk melakukan beberapa rundingan penyelesaian perselisihan melalui jalan
guna membahas masalah ini. Perundingan perundingan bipartit sebelum melakukan
yang baik dapat dilakukan melalui beberapa upaya lain. Artinya perundingan Bipartit
proses yaitu Pertama, diagnosis pokok harus diutamakan terlebih dahulu sebelum
permasalahan, kedua perumusan melakukan perundingan dengan pihak
menetapkan pokok permasalahan dan ketiga.
kesepakatan yang hendak dicapai, ketiga Namun perundingan tersebut tidak
pelaksanaan negosisasi untuk mencapai menyelesaikan masalah pengupahan secara
suatu hasil. Hal ini sesuai dengan keseluruhan. Tetapi menghasilkan
Pendekatan Integratif (Soemarman, 2013: beberapa solusi yaitu adanya pembayaran
60-62). kekurangan upah secara dicicil dan adanya
uang harian sebesar Rp. 15.000 .
b. Penyelesaian Melalui Jalur Hukum memberikan pekerjaan yang layak,
melindunginya di tempat kerja (kesehatan,
Secara teori, ada asas hukum yang keselamatan kerja, dan upah layak)
mengatakan bahwa, buruh dan majikan sampai dengan pemberian jaminan sosial
mempunyai kedudukan yang sejajar. setelah pensiun. Kedua, melalui serikat
Menurut istilah perburuhan disebut pekerja/serikat buruh (SP/SB). Karena
partner kerja. Namun dalam praktiknya, melalui SP/SB pekerja/buruh dapat
kedudukan keduanya ternyata tidak sejajar. menyampaikan aspirasinya, berunding dan
Pengusaha sebagai pemilik modal menuntut hak-hak yang semestinya
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi mereka terima. SP/SB juga dapat mewakili
dibandingkan pekerja. Ini jelas tampak pekerja/buruh dalam membuat Perjanjian
dalam penciptaan berbagai kebijakan dan Kerja Bersama (PKB) yang mengatur hak-
peraturan perusahaan (Damanik, hak dan kewajiban pekerja/buruh dengan
2002:102). Mengingat kedudukan pengusaha melalui suatu kesepakatan
pekerja/buruh yang lebih rendah dari umum yang menjadi pedoman dalam
majikan inilah maka perlu campur tangan hubungan industrial.
pemerintah untuk memberikan
perlindungan hukum. Perlindungan Sebagaimana dipahami bersama bahwa
Hukum menurut Philipus sebagaimana jenis perselisihan hubungan industrial
dikutif Royen (2009) yakni: sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004,
³$GD GXD NHNXDVDDQ \DQJ VHODOX PHQMDGL meliputi :
perhatian, yakni kekuasaan pemerintah
dan kekuasaan ekonomi. Dalam Hubungan a. Perselisihan hak;
dengan kekuasaan pemerintah,
permasalahan perlindungan hukum bagi b. Perselisihan kepentingan;
rakyat (yang diperintah), terhadap c. Perselisihan pemutusan hubungan kerja;
pemerintah (yang memerintah). Dalam dan
hubungan dengan kekuasaan ekonomi,
permasalahan perlindungan hukum adalah d. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat
perlindungan bagi si lemah (ekonomi) buruh hanya dalam satu perusahaan
terhadap si kuat (ekonomi), misalnya Dalam Penelitian ini, perselisihan yang
perlindungan bagi pekerja terhadap terjadi adalah perselisihan hak, yaitu hak
SHQJXVDKD ´ upah.
Sementara itu, sebagaimana telah
Perlindungan terhadap pekerja/buruh diuraikan, cara penyelesaian perselisihan
dimaksudkan untuk menjamin hubungan industrial diketahui melalui dua
terpenuhinya hak-hak dasar pekerja/buruh cara, ialah penyelesaian di luar pengadilan
dan menjamin kesamaan kesempatan serta dan melalui Pengadilan Hubungan
perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar Industrial.
apapun untuk mewujudkan kesejahteraan Dalam Penelitian ini, belum ada upaya baik
pekerja/buruh dan keluarganya dengan dari buruh maupun serikat buruh untuk
tetap memperhatikan perkembangan menempuh jalur hukum. Menrut hemat
kemajuan dunia usaha. penulis, minimnya pengetahuan serta
Menurut Adrian Sutedi (2009) hanya ada rumitnya proses hukum membuat buruh
dua cara melindungi pekerja/buruh. dan serikat buruh mengurungkan niat untuk
Pertama, melalui undang-undang mengajukan masalah ini ke pengadilan.
perburuhan, karena dengan undang- Namun tidak menuntup kemungkinan
undang berarti ada jaminan negara untuk
Perusahaan dapat dituntut melalui jalur 6) Berpendidikan sekurang-kurangnya
pengadilan secara perdata. Strata Satu (S1); dan
c. Penyelesaian Melalui Jalur Mediasi 7) Syarat lain yang ditetapkan oleh
Menteri.
Bila ternyata penyelesaian perselisihan
hubungan industrial tidak dapat Berdasarkan ketentuan Pasal 10 Undang-
diselesaikan atau tidak dapat dicapai Undang Nomor 2 Tahun 2004 diatur bahwa
kesepakatan melalui perundingan bipartit, dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh)
maka tahap berikutnya adalah penyelesaian hari kerja setelah menerima pelimpahan
secara mediasi. Upaya penyelesaian penyelesaian perselisihan, mediator harus
perselisihan hubungan industrial melalui sudah mengadakan penelitian tentang
cara ini bersifat wajib (mandatory), apabila duduknya perkara dan segera mengadakan
cara penyelesaian melalui konsiliasi atau mediasi sidang mediasi.
arbitrase tidak disepakati oleh para pihak.
Adapun mekanisme penyelesaian
Penyelesaian secara mediasi ini merupakan perselisihan hubungan industrial melalui
media untuk menyelesaian perselisihan mediasi dilaksanakan dengan ketentuan
hak, perselisihan kepentingan, perselisihan sebagai berikut :
pemutusan hubungan kerja, dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat 1) Penyelesaian melalui mediasi
buruh dalam satu perusahaan melalui dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh)
seorang mediator. Penyelesaian hari kerja terhitung sejak menerima
perselisihan melalui mediasi dilakukan oleh pelimpahan penyelesaian perselisihan;
mediator yang berada di setiap kantor 2) Mediator dapat memanggil saksi
instansi yang bertanggungjawab di bidang atau saksi ahli untuk hadir pada sidang
ketenagakerjaan Kabupaten/Kota. mediasi guna diminta dan didengar
Oleh karena mediator adalah pegawai yang keterangannya;
berada di kantor instansi yang 3) Bilamana ternyata dalam sidang
bertanggungjawab di bidang mediasi tercapai kesepakatan, maka dibuat
ketenagakerjaan Kabupaten/Kota, maka Perjanjian Bersama yang ditandatangani
pada dasarnya mediator berstatus sebagai oleh para pihak, dengan disaksikan oleh
pegawai negeri sipil. Berkaitan dengan hal mediator untuk kemudian didaftarkan di
itu, maka di samping harus dipenuhi Pengadilan Hubungan Industrial pada
persyaratan sebagai pegawai negeri sipil Pengadilan Negeri di wilayah hukum
pada umumnya, seseorang memungkinkan pihak-pihak yang berselisih;
diangkat sebagai mediator sesuai Pasal 9
UU No. 2 Tahun 2004 bila ternyata 4) Bila ternyata dalam mediasi tidak
memenuhi persyaratan sebagai berikut ini : tercapai kesepakatan, maka mediator
membuat anjuran tertulis;
1) Beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa; 5) Mediator harus sudah
mengeluarkan anjuran tertulis
2) Warga Negara Indonesia; selambatlambatnya 10 (sepuluh) hari
3) Berbadan sehat menurut surat setelah sidang mediasi dilaksanakan;
keterangan dokter; 6) Pihak-pihak yang berselisih harus
4) Menguasai peraturan perundang- sudah menyampaikan tanggapan atau
undangan di bidang ketenagakerjaan; jawaban secara tertulis atas anjuran
mediator selambat-lambatnya 10 (sepuluh)
5) Berwibawa, jujur, adil, dan hari setelah anjuran mediator diterima;
berkelakuan tidak tercela;
7) Bila ternyata pihak-pihak yang Pemerintah sebagai pihak pembuat
berselisih tidak memberikan tanggapan kebijakan harus mampu mencari solusi ±
atau jawaban tertulis, maka dianggap solusi yang terbaik dari setiap
menolak anjuran mediator; permasalahan yang ada.
8) Dalam hal pihak-pihak yang Pada kasus ini, peneliti melihat bahwa
berselisih dapat menerima anjuran permasalahan upah merupakan penyebab
mediator, maka selambat-lambatnya 3 yang paling dominan, di samping itu
(tiga) hari harus dibuatkan perjanjian terdapat hal lain yang menjadi penyebab
Bersama untuk kemudian didaftarkan di konflik di Perusahaan, yaitu kebijakan
Pengadilan Hubungan Industrial pada mengenai THR yang diberikan kepada
Pengadilan Negeri di wilayah domisili buruh. Pengusaha belum secara optimal
hukum pihak-pihak yang berselisih untuk memberikan THR kepada seluruh buruh.
mendapatkan akta bukti pendaftaran;
Pekerjaan yang relatif sulit dan dirasa tidak
9) Dalam hal tidak tercapai berbanding lurus dengan upah yang
kesepakatan dan atau pihak-pihak menolak diperoleh oleh buruh membuat hubungan
anjuran mediator, maka salah satu pihak antara buruh dengan pihak perusahaan
dapat melanjutkan penyelesaian mulai tidak kondusif. Kondisi ini
perselisihan dengan mengajukan gugatan diperparah pula dengan sikap dan tindakan
ke Pengadilan Hubungan Industrial pada yang semena-mena dilakukan oleh pihak
Pengadilan Negeri di wilayah hukum perusahaan.
pekerja/buruh bekerja.
Menanggapi hal tersebut, buruh melakukan
Bila diperbandingkan antara cara mogok kerja dan Demo sebagai upaya lain
penyelesaian perselisihan melalui bipatrit apabila negosiasi tidak berhasil. Mogok
dengan mediasi, terdapat unsur pembeda kerja dan Demo yang dilakukan buruh
ialah masuknya unsur luar selain para pihak merupakan bentuk dimana pihak yang
yang berselisih. Dalam bipartit perundingan terkait tidak memiliki kepentingan yang
dilakukan terbatas pada pihak-pihak yang sama. Buruh melakukan mogok kerja dan
berselisih; sementara dalam mediasi, demo karena pengusaha enggan untuk
adanya pihak luar yaitu mediator yang membayarkan sisa kekurangan Upah yang
masuk dan mencoba menyelesaikan belum dibayar, sedangkan upah yang
perselisihan tersebut. diterima buruh saat ini dirasa tidak
memenuhi kebutuhan buruh. Mogok kerja
Dalam Penelitian ini, Penyelesaian masalah dan Demo merupakan bentuk konflik yang
melalui Mediasi belum dilakukan, hal ini lebih nyata dimana buruh melakukan
dikarenakan Pemerintah cenderung lepas perlawanan ketika kepentingan buruh
tangan dan acuh kepada masalah ini. Hal ini merasa terhalangi oleh kekuasaan
dibuktikan dengan tidak adanya pihak pengusaha.
ketiga dalam hal ini pemerintah untuk
melakukan mediasi Apabila menyimak pembahasan
sebelumnya, konflik yang ditunjukan
dapat dikatakan Pemerintah acuh terhadap dengan aksi mogok kerja dan Demo
masalah pengupahan ini. Pemerintah dalam dilatarbelakangi oleh hubungan kekuasaan
hal ini Disnakertrans berdalih tidak ada kelompok superordinat dan subordinat.
pengaduan baik dari serikat pekerja Kekuasaan dalam teori konflik yang
maupun buruhnya. Padahal diatas dijelaskan oleh Dahrendorf diartikan oleh
dikatakan sudah melakukan pengaduan Wallace dan Wolf (dalam Novri Susan,
namun tidak ditindalanjuti. Padahal dalam 2009, hlm. 55) sebagai kekuasaan kontrol
melihat kasus ini perlu adanya campur sehingga mereka mumungkinkan memiliki
tangan dan perhatian dari Pemerintah. kekuasaan untuk memberikan perintah dan
mendapatkan apa yang mereka inginkan keterpaksaan pada akhirnya tetap akan
dari mereka yang tidak memiliki menjadi penyebab dari ketidakseimbangan
kekuasaan. Perintah yang diberikan sistem apabila tidak diiringi dengan
merupakan bentuk kontrol terhadap dukungan keberadaan nilai-nilai umum
beberapa buruh untuk melakukan aktivitas diantara bagian-bagian dari sistem dan
produksi yang bersifat legal atau syah tidak dapat saling memelihara
karena implementasi dari wewenang yang keseimbangan kekuasaan. Meskipun nilai-
dimiliki oleh pihak atau kelompok nilai maupun konsensus merupakan sebuah
perusahaan. karakteristik dari aliran utopia, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa bagian dari sistem
Apabila menyimak kembali pada kondisi memiliki kapasitas tertentu untuk
empirisnya, buruh menuntut kekurangan dipaksakan. Tidak terbantahkan apabila
sisa upah yang belum dibayarkan. Selain itu distribusi wewenang dan kekuasaan
buruh menuntut adanya itikad baik dari memang digunakan untuk menciptakan
pihak perusahaan dalam menanggapi pembagian kerja, namun pengelolaan
masalah upah ini. Terdapat keterpaksaan terhadap kepemilikan kekuasaan harus
yang dialami oleh buruh untuk dilakukan dengan baik. Tindakan ini dapat
melaksanakan pekerjaan yang diberikan. dilakukan seperti membuka ruang
Keterpaksaan ini dilakukan karena selama komunikasi yang bersifat dua arah.
ini buruh tidak memiliki pekerjaan lain
selain menjadi buruh rokok di PT Gentong
Gotri, sehingga selama ini Buruh mau tidak
mau tetap bekerja walaupun tidak optimal
baik dalam pekerjaan maupun pendapatan.
Hal ini dapat menggambarkan bahwa pihak 2.3 Bentuk Kepentingan Laten dan
perusahaan dan buruh merupakan bentuk Manifest
hubungan yang dikarakteri oleh hubungan a. Kepentingan Laten
kekuasaan dan paksaan yang dilakukan Penjelasan kepentingan laten pada
untuk menciptakan keseimbangan. Seperti penelitian ini berada pada kondisi
apa yang dikatakan oleh Dahrendorf dalam buruh belum menyadari atau
teori konflik mengatakan bahwa, tidak ada memiliki kepentingan untuk
kerja sama secara sukarela atau konsensus melakukan perubahan. Dahrendorf
umum tetapi pelaksanaan paksanaanlah menjelaskan kepentingan laten atau
yang menyebabkan organisasi sosial kepentingan obyektif adalah peranan
melekat satu sama lain (Dahrendorf, 1986, yang diinginkan dalam arti arah
hlm.201). perilaku yang diharapkan
Namun, apabila dilihat dari sudut pandang berhubungan dengan peranan
konflik, hubungan keterpaksaan merupakan wewenang dalam perserikatan yang
unit analisis sosiologi konflik. Hubungan dikoordinasikan secara memaksa
keterpaksaan dalam konteks konflik buruh (Dahrendorf, 1986, hlm. 201).
dengan pengusaha Perusahaan ialah buruh Kepentingan obyektif bersumber
tetap menjalankan pekerjaan yang dari posisi yang dimiliki oleh
diberikan oleh pihak perusahaan meskipun individu saat berada di dalam
buruh mengetahui bahwa mereka tidak struktur social
mendapatkan apa yang sepatutnya mereka Pada kondisi awal dalam suatu
dapatkan, seperti THR, nilai gaji atau upah wilayah sosial, seperti sebuah
yang layak dan hak yang lainnya. perusahaan, mereka yang berada
Berdasarkan pada konteks penelitian ini, pada posisi subordinat atau sebagai
peneliti melihat bahwa hubungan the ruled class menyadari
ketertindasan mereka (Novri Susan.
2009. Hal 57). Kepentingan laten kepentingan nyata yang dapat
ditentukan oleh peranan atau posisi digambarkan dengan bentuk
yang dimana individu berada, namun perlawanan seperti mogok kerja dan
hal ini tidak berarti tidak memiliki demonstrasi.
kesadaran terhadap ketertindasan Kepentingan semu tersebar ke
yang dialami. Pada kondisi ini beberapa buruh dan bagi mereka
kelompok subordinat cenderung yang belum melakukan pergerakan
melakukan pertahanan dan tidak untuk menentang hubungan
memiliki kepentingan untuk kekuasaan dengan subordinat.
merubah posisi subordinat. Dengan dipersatukan dengan rasa
Dalam konteks konflik buruh dengan kebersamaan yang secara potensial
perusahaan Perusahaan, kepentingan permanen, sifat khas bersama maka
laten dimiliki oleh buruh merupakan mereka yang menempati posisi
kepentingan yang didasarkan atas wewenang yang sama ini menjadi
posisi sebagai buruh, yakni dalam lebih dari sekedar masa atau
ruang lingkup perusahaan. Buruh kumpulan orang yang tidak saling
memiliki posisi sebagai pihak yang berhubungan dan kacau
berhubungan langsung dengan (Dahrendorf. 1959. 220). Kelompok
faktor produksi dan bekerja sesuai ini tidak terorganisir dengan baik
dengan jenis pekerjaan yang telah karena belum adanya bentuk struktur
ditetapkan. Dalam konteks yang atau kelompok yang secara tidak
lebih luas, buruh merupakan langsung terbentuk. Kelompok
individu sekaligus anggota semu secara tidak langsung
masyarakat maupun keluarga. Buruh terbentuk dengan sendirinya yang
melakukan pekerjaan guna disebabkan oleh kepentingan semu
mendapatkan imbalan berupa upah yang tersebar pada mereka yang
yang digunakan untuk memenuhi merasa tertindas sebagai kelompok
kebutuhan hidup individu maupun subordinat. Dalam teori
keluarga. Pada pembahasan yang pertentangan, kelompok semu
sebelumnya, buruh tetap diartikan sebagai kelas-kelas sosial;
mempertahankan pekerjaannya kesatuan-kesatuan ini tanpa
meskipun buruh menerima upah kelompok dan menjadi rekrut
tidak sesuai dengan tingkat anggota baru bagi kelompok-
kebutuhan hidup kelompok. Kepentingan laten atau
Pada dasarnya buruh memiliki obyektif yang dimiliki yakni buruh
kepentingan semu atau laten di mana melakukan pekerjaan sesuai dengan
buruh memiliki kepentingan sesuai posisi yang ditempati dengan
dengan posisi maupun peran yang memproduksi rokok dan
dimiliki dalam struktur sosial. Buruh menginginkan mendapatkan upah
memiliki kepentingan untuk untuk memenuhi kubutuhan hidup.
mempertahankan pekerjaan agar Dalam teori pertentangan yang
tetap mendapatkan penghasilan dikemukakan oleh Dahrendorf
untuk memenuhi kebutuhan hidup. kelompok semu yang secara tidak
Buruh merasakan ketertindasan atau langsung terbentuk menjadi tempat
kekurangan hanya pada tingkat level dimana merekrut anggota dari
indiuvidu dan belum melakukan kelompok yang lebih nyata.
upaya untuk merubah posisi b. Kepentingan Manifest
subordinat maupun aksi mogok Pada teori pertentangan yang
kerja. Sehingga pada tahap ini tidak dikemukakan Ralf Dahrendorf,
tampak bila dibandingkan dengan kelompok yang lebih nyata disebut
sebagai kelompok kepentingan atau dengan adanya proses penyadaran.
kelompok manifest. Kelompok ini Proses penyadaran ini dilakukan
merupakan tahap lanjut dari oleh beberapa orang yang terlebih
kelompok semu yang belum dahulu mengerti kepentingan yang
teorganisir, baik anggota maupun harus diperjuangkan (Novri Susan,
struktur kelompok. Kelompok 2007, hlm. 57). Hal ini merupakan
kepentingan merupakan proses sosiologis dimana buruh satu
perkumpulan dari individu yang dengan buruh yang lain melakukan
memiliki kepentingan nyata atau komunikasi untuk membentuk suatu
manifest dan terkoordinasi. pemikiran yang sama mengenai
Dalam konteks konflik antara buruh kondisi yang dialami. Dalam konflik
dengan pengusaha Perusahaan buruh dengan pengusaha
Gentong Gotri, buruh melakukan Perusahaan, terdapat salah satu
perlawanan dengan melakukan aksi buruh yang lebih mengerti terlebih
mogok kerja dan Demo, merupakan dahulu kepentingan yang harus
tahap dimana buruh mulai memiliki diperjuangkan. Hal ini ditandai
kepentingan manifest. Pada dengan mogok kerja yang dilakukan
kelompok ini belum terorganisir secara individu dalam rangka
karena hanya memiliki kepentingan menentang atau menuntut upah.
yang dimiliki oleh buruh untuk Melalui kapasitas pengetahuannya,
menunjukan kepada pengusaha buruh tersebut juga memberikan
bahwa buruh menginginkan respon kepada sesama buruh lainnya
kenaikan harga, upaya ini ditandai atas kondisi yang dialami termasuk
dengan buruh hanya berkumpul dan membimbing sesama buruh untuk
tidak melaksanakan pekerjaannya menyadari status pekerjaan yang
secara bersama-sama. Tindakan itu dikerjakan. Hal ini terus dilakukan
dilakukan karena buruh memiliki hingga pada akhirnya membentuk
keinginan untuk mendapatkan upah suatu perkumpulan dan melakukan
yang belum dibayarkan dari rapat atau pertemuan sebagian buruh
pekerjaan yang diberikan oleh rokok Perusahaan dan melakukan
pengusaha, mendapatkan hak aksi mogok kerja serta demo.
normatif tenaga kerja dan Di samping itu terdapat beberapa
melepaskan dari ketertindasan. buruh yang secara nyata melakukan
Kepentingan nyata yang dimiliki perlawanan atas kehendaknya
oleh buruh ditandai dengan aksi sendiri. Buruh berhenti bekerja atas
mogok yang dilakukan oleh buruh kemauan dirinya sendiri tanpa
rokok. Berdasarkan data yang telah adanya provokasi dari pihak lain .
diperoleh, buruh melakukan mogok Secara teoritis aksi mogok kerja dan
kerja dan Demo disebabkan oleh demo yang dilakukan oleh beberapa
belum dibayarkanya upah dari th buruh bukan merupakan kelompok
2015 hingga saat ini. Kepentingan kepentingan melainkan
nyata pada buruh merupakan tahap perkumpulan dari individu yang
dimana buruh telah menyadari akan telah menyadari kepentingannya,
kepentingannnya sebagai tenaga yakni melepaskan diri dari
kerja dan mencoba untuk ketertindasan. Pada tahap ini buruh
melepaskan diri dari ketertindasan hanya menyadari kepentingan yang
yang ditandai dengan pembayaran harus diperjuangkan namun bukan
upah yang tidak sesuai. Kepentingan dikategorikan sebagai kelompok
manifest yang dimiliki oleh setiap kepentingan karena kondisi ini
buruh secara teoritis didahului berbentuk perkumpulan individu dan
belum membentuk organisasi dan ´ ZDZDQFDUD GHQJDQ ,EX )LWUL\DQL
memiliki program maupun tujuan tanggal 12 Juli 2016 pukul 09.30
(Dahrendorf, 1959, hlm 222). Guna wib)
menindaklanjuti kondisi hubungan Perbedaan khas antara kelompok
kekuasaan antara buruh dengan semu dan kelompok kepentingan
pengusaha, buruh bergabung sebagai yang kita bicarakan dalam studi ini
anggota serikat buruh dengan tujuan bersumber dari asal usul struktur
ingin mendapatkan perlindungan wewenang perserikatan atau dari ciri
hukum sebagai upaya buruh untuk formal kepentingan yang melandasi
melawan dan melepaskan diri dari kelompok itu (tersembunyi dan
ketertindasan. nyata) sebagai kepentingan yang
Sebagai serikat buruh yang berkaitan dengan legitimasi
memperjuangkan kesejahteraan hubungan dominasi dan penundukan
buruh, METAL memberikan (Dahrendorf, 1959, hlm. 222).
beberapa pelatihan maupun Kondisi kepentingan yang
pendidikan tentang ketenagakerjaan membedakan jenis kelompok dalam
maupun organisasi. Sehingga pertentangan sosial dimana dalam
dengan ini buruh memiliki konflik buruh dengan perusahaan
pengetahuan yang cukup tentang terdapat dua kelompok kepentingan,
ketenagakerjaan maupun yakni kelompok pengusaha atau
pengalaman dalam menangani pihak perusahaan dan kelompok
permasalahan ketenagakerjaan. buruh. Kelompok pengusaha
Berkaitan dengan kondisi ini, buruh memiliki kepentingan untuk
pada sebelumnya tidak memiliki mempertahankan keuangan dan
pengetahuan yang cukup mengenai keutuhan perusahaan, dimana
dirinya sebagai tenaga kerja. Melalui kondisi perusahaan sedang
pelatihan yang dilakukan oleh mengalami ketidakmampuan secara
serikat buruh, buruh mengetahui finansial dalam memenuhi hak
sedikit demi sedikit tentang hukum normatif buruh dan membawa
ketenagakerjaan. permasalahan di Pengadilan
Berdasarkan permasalahan yang Hubungan Industri (PHI) yang
sedang dialami, METAL memiliki kekuatan hukum yang
mengirimkan surat peringatan dan tetap. Sedangkan kelompok buruh
permohonan untuk berunding memiliki kepentingan untuk
kepada perusahaan sebagai tindakan melepasakan dari ketertidasan dari
advokasi. Namun upaya tersebut hubungan kekuasaan pengusaha
tidak menemukan jalan keluar atas dengan memperjuangkan hak
permasalahan. Hingga pada akhirnya normatif sebagai buruh.
METAL beserta buruh melakukan Dahrendorf menjelaskan bahwa
demonstrasi di depan perusahaan kepentingan manifest merupakan
dan ditanggapi dengan memberikan emosi kehendak yang diarahkan
uang harian 15rb bagi mereka yang menuju satu tujuan tertentu;
mau masuk kerja. Hal ini diperkuat formulasi dari isu yeng menggerakan
dengan pernyatan dari Ibu Fitria pertentagan kelompok. Namun di
selaku kepala unit buruh PT Gentong samping itu Dahrendorf juga
Gotri : menjelaskan bahwa kepentingan
³'HQJDQ DGDQ\D VHULNDW EXUXK LWX nyata adalah program dari kelompok
hak ± hak upah kami dibayar sedikit yang terorganisasi. Apabila
demi sedikit. Dan munculnya uang menyimak pernyataan demikian,
KDULDQ 5S LWX PDV´ program dari kelompok yang
terorganisasi, bahwa hal ini III PENUTUP
merupakan formulasi dari kelompok 3.1 Simpulan
kepentingan yang telah ada. Dalam Berdasarkan hasil penelitian dan
hal ini peneliti melihat bahwa pembahasan pada bab sebelumnya,
pengertian kepentingan nyata yang maka dapat disimpulkan sebagai
paling mendasar sangat relevan berikut :
dengan emosi, kemauan dan 1. Faktor penyebab terjadinya
kehendak seseorang untuk satu masalah pengupahan antara PT
tujuan. Dalam penelitian ini, peneliti Gentong Gotri dan Buruh rokok
melihat bahwa kehendak, kemauan adalah : tidak dipenuhinya hak-hak
dan emosi buruh yakni pekerja/buruh yaitu tidak
menginginkan upah yang sesuai dibayarkannya Uang premi (uang
dengan kebutuhan hidup dan buruh tanggal merah), uang tunggu
menyesalkan atas kontrol yang (kebijakan selama libur), THR, jasa
dilakukan oleh pihak perusahaan tahunan, dan asuransi tenaga kerja
sebagaimana dengan apa yang sudah (BPJS Ketenagakerjaan),
dijelaskan sebelumnya. pembayaran upah buruh tidak sesuai
Berkaitan dengan kesadaran dengan UMR tahun 2015. Jadi sejak
manifest buruh, Dahrendorf tahun 2011 PT Gentong gotri
menjelaskan bahwa kepentingan memberhentikan sementara
manifest melalui penyadaran dari buruhnya sekitar 1000 buruh.
pihak yang terlebih dahulu mengerti Namun pemberhentian itu disertai
kepentingan yang harus dengan perjanjian sehingga
diperjuangkan. Pada penelitian ini, perjanjian tersebut dilanggar dan
peneliti melihat terdapat upaya tidak sesuai dengan kesepakatan
penyadaran yang dilakukan oleh awal.
salah satu buruh terhadap buruh lain. 2. Dari sisi Perusahaan sendiri yaitu
Namun, seperti apa yang sudah lemahnya daya ekonomi Perusahaan
dijelaskan sebelumnya bahwa buruh untuk melunasi semua tunggakan
menyadari akan kepentingannya upah Buruh sehingga
tidak hanya melalui proses mengakibatkan semakin
penyadaran, namun didasari atas menumpuknya hutang baik hutang
kemauan sendiri. Pada saat buruh kepada Bank maupun hutang kepada
menerima upah yang dirasa kurang Buruh. Lesunya Perusahaan
memenuhi untuk kebutuhan diakibatkan karena adanya
hidupnya, buruh menentang dan pergantian kepemimpinan dari
melakukan perlawanan. Seperti pada Bapak Ong Kee Kan digantikan oleh
penjelasan sebelumnya, buruh anaknya Bapak Budi Hartanto.
melakukan mogok kerja atas dan Faktanya setelah pergantian
demo atas inisiatif sendiri. kepemimpinan dari tahun 2011 ±
Berdasarkan hal tersebut buruh sekarang, Perusahaan memiliki
secara naluriah merasakan atas banyak masalah keuangan dan
kekurangannya sebagai buruh dalam minimnya proses produksi yang
mendapatkan upah yang sesuai berimbas kepada pemenuhan hak ±
dengan kebutuhan hidup. Dengan hak buruh.
kata lain bahwa buruh menginginkan 3. Bahwa sampai saat ini masalah
melepaskan diri dari ketertindasan pengupahan yang terjadi antara
yang dilakukan oleh pihak buruh rokok dan PT Gentong Gotri
perusahaan yang menekan buruh masih terus berlanjut hingga saat ini.
dengan upah rendah. Sudah dilakukan Negosisasi antara
kedua belah pihak baik buruh pihak, baik dari perusahaan, buruh
maupun Pengusaha namun belum maupun pemerintah. Adapun
menemukan titik terang. Dan pihak perundingan yang dilakukan secara
terkait seperti Pemerintah dalam hal biparit yang menghasilkan adanya
ini Dinas Tenaga Kerja dan uang harian RP.15.000 dan cicilan
Transmigrasi juga belum dapat kekurangan upah. Namun hal
memberikan solusi terkait masalah tersebut tidak berdampak banyak
tersebut. bagi buruh. Hal ini dikarenakan
4. Bahwa pihak yang paling peduli memang tidak mampunya
dalam melihat kasus ini yaitu Serikat perusahaan dari segi ekonomi untuk
Pekerja khsusunya Serikat Pekerja membayar semua hutang ± hutang
Metal, Metal lah yang selalu yang dimilikinya. Jalan satu ±
berusaha mencari solusi dan selalu satunya menurut semua responden
memperjuangkan hak ± hak buruh. dalam penelitian ini yaitu dengan
Buktinya yaitu Metal selalu menjual semua asset yang dimiliki
senantiasa menjadi pihak yang PT Gentong Gotri baik itu tanah,
melakukan loby dan negosisasi bangunan, dan alat ± alatnya.
kepada pihak perusahaan untuk
sekedar memperhatikan Buruhnya. 3.2 Saran
5. Solusi penyelesaian masalah Dalam Penelitian ini, Penulis berusaha
pengupahan PT Gentong Gotri dan untuk memberikan beberapa saran yang
buruh rokok dari setiap unsur yang mungkin dapat diaplikasikan dalam
terlibat (Pemerintah, Perusahaan, memahami perselisihan upah antara buruh
Buruh, dan Lembaga Terkait) sesuai rokok dan PT Gentong Gotri.
dengan peraturan perundang-
undangan dalam UU No 2 Tahun 1. Perlu dibangunya komunikasi yang baik
2004 bahwa dalam hubungan antara pihak yang berselisih dan pihak
industrial, penyelesaian sengketa terkait. Komunikasi yang baik dapat
melalui musyawarah dapat membangun suasana yang kondusif.
menghindari konflik di bidang Sehingga dalam penyelesaian masalah
ketenagakerjaan atau minimal dapat ditemukan win ± win solution dari
intensitasnya dapat dikurangi. perselisihan ini.
Apabila terjadi konflik maka 2. Ketika komunikasi berjalan dengan baik,
penyelesaian perselisihan dapat maka akan tercipta suatu bentuk
diupayakan secara damai dengan perundingan. Masalah yang terjadi akan
tidak menutup kemungkinan lebih baik jika di rundingan bersama secara
mekanisme paksaan. Hal ini dapat kekeluargaan. Karena pada dasarnya
dilihat dalam Undang-Undang No. 2 Indonesia menjunjung tinggi apa yang
Tahun 2004 tentang Penyelesaian namanya musyawarah. Perundngan ini juga
Perselisihan Hubungan Industrial, harus menghasilkan keuntungan bagi kedua
yang menegaskan bahwa para pihak belah pihak yang berselisih hingga akhirnya
wajib mengupayakan penyelesaian perundingan ini mencapai kesepakatan.
perselisihan melalui jalan Perundingan ini juga harus dilakukan
perundingan bipartit sebelum secara berkala, agar masalah pengupahan
melakukan upaya lain seperti upaya ini cepat ditemukan solusi terbaiknya.
pengajuan gugatan (hukum) melalui
pengadilan. 3. Pada dasarnya yang menyebabkan
6. Sampai saat ini, memang belum konflik ini terjadi berlarut ± larut karena
ada penyelesaian yang dilakukan didasarkan pada tidak ada komitmen dan
secara nyata dari masing ± masing keseriusan dari masing ± masing pihak.
Dari sisi Perusahaan, selalu sulit untuk 5. Adanya Revisi Kebijakan atau Undang ±
diajak berunding dan selalu memutar ± Undang mengenai pemberian sanksi yang
mutar setiap masalah yang ada. Dari sisi tegas kepada Perusahaan yang merenggut
Pemerintah, yaitu disini Pemerintah kurang hak ± hak buruh. Saat ini Perusahaan yang
tanggap dan serius dalam menjadi pihak melanggar ketentuan terutama hak upah
ketiga yang pada dasarnya menjembatani hanya dapat dilakukan secara Perdata
setiap permasalahan yang ada. Pemerintah bukan Pidana.
cenderung tutup mata dan telinga, sehingga
masalah ini cenderung tidak ada Seharusnya baik secara perdata maupun
penyelesaian. pidana harus sama ± sama dapat
diberlakukan kepada perusahaan yang
4. Masalah ini dianggap kurang terekspose melanggar ketentuan.
ke public. Hal ini mengakibatkan
masyarakat dan pihak lain tidak tahu jika di 6. Pengajuan Gugatan ke Pengadilan.
sekitarnya ada masalah yang sangat penting Menurut penulis, dengan adanya gugatan
berkaitan dengan pelanggaran hak buruh. ke pengadilan akan ada kejelasan keputusan
Seharusnya disini media lokal maupun bagaimana masalah ini dapat terselesaikan.
swasta harus turun tangan untuk mengakat Keputusan pengadilan sifatnya mengikat
masalah ini ke public. Agar masalah ini sehingga mau tidak mau pihak yang
dapat membuka pemikiran kita semua bersangkutan harus menuruti sesuai dengan
khsusnya Perusahaan/Pengusaha bahwa putusan peradilan.
hak buruh harus benar ± benar diperhatikan.
Daftar Pustaka
Bruce, Setiawan dan Dwita. 2007. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Patricia, Collins. Conflict Theory and the Advance of Macro Historical Sociology , in.
G. Ritzer, Fronties of Social Theory: The new Sintheses (New York: Coloumbia
University Press, 1990).
Dahrendorf, Ralf. 1959. Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri. Jakarta: CV.
Rajawali.
G. Kartosapoetro, dkk. 1986. Hukum Perburuhan di Indonesia Berdasarkan Pancasila.
Jakarta : PT Bina Aksara
Habibie, Muhtar. 2009. Gemuruh Buruh Di Tengah Pusaran Neoliberalisme : Pengadopsian
Kebijakan Perburuhan Neoliberal Pasca Orde Baru. Yogyakarta : Gava Media
Jamil, M. Mukhsin. (2007). Mengelola Konflik Membangun Damai. Semarang: WMC
(Walisongo Mediation Centre) IAIN Walisongo
Miall, Hugh. dkk. 2002. Resolusi Damai Konflik Kontemporer : Menyelesaikan, Mencegah,
Mengelola Dan Mengubah KonflikBersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras, terj. Tri
Budi Sastrio. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Oktaviani, Nuri Rachma. 2010. Konflik Pekerja dengan Pengusaha di PT. Krene-Gresik
(Studi kasus tentang pemetaan konflik, resolusi konflik dan solidaritas pekerja di PT.
Krene-Gresik). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Brawijaya
Rozi, Syafuan. dkk. 2006. Kekerasan Komunal : Anatomi dan Resolusi Konflik di Indonesia.
Jakarta : Pustaka Pelajar.
Ritzer, George & Goodman, Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada
Media.
Soemarman, T. 2013. Conflict Management & Capacity Building for Profesional
Development. Jakarta, PT. Elex Media Komputindo
Soemartono, Gatot. 2006. Mediasi dan Arbritase di Indonesia. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
SMERU. 2002. Hubungan Industrial di Jabotabek, Bandung dan Surabaya pada Era
Kebebasan Berserikat. (Published). Diakses melalui world wide web
http://id.pdfsb.com/readonline/59464243657778355748783541587468-3857470.
Diakses pada tanggal 8 Desember 2016
Susan, Novri. 2009. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta:
Prenada Media Group
Uwiyono, Aloysius. Implikasi Hukum Pasar Bebas dalam Kerangka AFTA terhadap Hukum
Ketenagakerjaan di Indonesia. Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22, Yayasan Pengembang
Hukum Bisnis, Jakarta, 2003, hlm. 41
Wibawa, Arie. 1998. Menuju Hubungan Perburuhan Demokratik. Yogyakarta : FISIPOL
Universitas Atmajaya Yogyakarta LAPERA Pustaka Utama
Wijayanti, Asri. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Jakarta : Sinar
Grafika
Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta : Salemba Humanika.

You might also like