Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Dinamika Pertanian Edisi XXXVII Nomor 1 April 2021 (23-28) P ISSN 0215 – 2525

E ISSN 2549 – 7960

UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA KONSENTRASI EKSTRAK DAUN


KETAPANG (Terminalia catappa L.) TERHADAP ULAT GRAYAK (Spodoptera litura)
SECARA IN VITRO

Test Effectiveness of Some Ketapang Leaf Extract Concentration (Terminalia catappa


L.) to Grayak Caterpillars (Spodoptera litura) In Vitro

Riski Nella Sari Batubara, Yusmar Mahmud, Rita Elfianis


Laboratorium Patologi Entomologi dan Patologi , Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Email: riskinella.batubara@gmail.com
[Diterima: Februari 2021; Disetujui: April 2021]

ABSTRACT
Spodoptera litura is one of the important plant pests that are polyphagic. Spodoptera litura
attacks can cause damage to up 80% on plants causing losses for framer. Control using synthetic
pesticides is excessive because it causes negative for environment. Efforts that can be made are using
biopesticides such as Terminalia catappa L. leaves. This research aims to obtain effective
concentrations in controlling Spodoptera litura in vitro. The research was carried out in Pathology,
Entomology and Microbiology, Faculty of Agriculture and Animal Husbandry and experimental farm
of State Islamic University of Sultan Syarif Kasim from February to March 2019. This research used a
Completely Randomized Design with 5 treatments, consisting of control, 9% EDK, 18% EDK, 27%
EDk and 36% EDK with 3 replications. The parameters used are larvae stop eating (%), speed of
death, mortality, toxicity of LC50 and larvae become pupae (%). The result showed the effective
concentration in controlling Spodoptera litura was EDK 18%.
Keywords: Terminalia catappa L., Effectiveness, Spodoptera litura

ABSTRAK
Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu hama tanaman penting yang bersifat
polifag dan dapat menyebabkan kerusakan hingga mencapai 80% pada tanaman, sehingga merugikan
petani. Pengendalian menggunakan pestisida sintetik yang berlebihan menyebabkan terjadinya
dampak negatif bagi lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan pestisida
nabati seperti daun ketapang (Terminalia catappa L.). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
konsentrasi ekstrak daun ketapang yang efektif dalam mengendalikan hama Spodoptera litura secara
in vitro. Penelitian dilakukan di laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi, Fakultas
Pertanian dan Peternakan dan lahan percobaan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
pada bulan Februari hingga Maret 2019. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5
perlakuan yang terdiri dari kontrol, 9% EDK, 18% EDK, 27% EDK dan 36% EDK dengan masing-
masing 3 ulangan. Parameter yang digunakan yaitu larva bergenti makan (%), kecepatan kematian,
mortalitas, toksisitas LC50 dan larva menjadi pupa (%). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
bahwa konsentrasi efektif adalah konsentrasi EDK 18%
Kata kunci: Ketapang, Efektivitas, Spodoptera litura

PENDAHULUAN berlubang. Spodoptera litura bersifat polifag


atau dapat menyerang berbagai jenis tanaman
Ulat grayak (Spodoptera litura)
pangan, sayuran dan buah-buahan. Serangan
merupakan salah satu jenis hama penting yang
Spodoptera litura pada fase instar 1-3 ditandai
menyerang tanaman palawija dan sayuran di
dengan habisnya lapisan epidermis daun
Indonesia. Hama ini sering menyebabkan
sehingga daun menjadi transfaran. Sedangkan
penurunan produktivitas bahkan kegagalan
pada fase instrar 4-5 ditandai dengan daun
panen karena menyebabkan daun dan buah
yang menjadi bolong.

23
Dinamika Pertanian April 2021

Serangan instar Spodoptera litura masing-masing 3. Pada penelitian ini dilakukan


tentunya akan menyebabkan terganggunya metode pengeceran konsentrasi ekstrak daun
proses fotosintesis pada tanaman sehingga ketapang dengan rumus:
dapat menyebabkan kematian. Kehilangan C1 V1 = C2 V2
hasil akibat serangan hama tersebut dapat Keterangan:
mencapai 80% jika tidak dikendalikan. Gejala C1 = Konsentrasi larutan awal
serangan yang cepat dan susah dikendalikan V1 = Volume larutan awal
inilah menyebabkan perlunya pengendalian C2 = Konsetrasi larutan akhir
yang intensif (Marwoto dan Suharsono, 2008). V2 = Volume larutan akhir
Pengendalian hama tanaman tidak Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
langsung dapat meningkatkan hasil, namun P1 = Kontrol
membatasi kehilangan potensi hasil yang P2 = 9% (90 ml EDK + 81 ml air)
diusahakan dengan intensifikasi. Sampai saat P3 = 18% (180 ml EDK + 162 ml air)
ini petani mengendalikan hama Spodoptera P4 = 27% (270 ml EDK + 243 ml air)
litura pada umumnya menggunakan pestisida P5 = 36% (360 ml EDK + 324 ml air)
kimia secara intensif. Mengingat dampak
negatif yang ditimbulkan dari penggunaan Pelaksanaan Penelitian
1. Penyediaan pakan Spodoptera litura
pestisida kimia banyak sekali baik itu untuk
yaitu menggunakan tanaman kacang
lingkungan maupun bagi manusia maka
kedelai yang ditanam sendiri sebelum
dilakukan alternatif pengendalian lain yaitu
penelitian. Bahan pakan berupa daun
dengan pemanfaatan bahan-bahan alam
kacang kedelai diambil setelah tanaman
sebagai biopestisida (Samsudin, 2008).
kacang kedelai berumur 2 minggu.
Biopestisida secara umum diartikan
Pengambilan bahan pakan dilakukan
sebagai pestisida yang bahan aktifnya berasal
dengan cara menggunting daun kedelai dari
dari tanaman yang kaya bahan aktif. Kardinan
tangkai secara perlahan agar daun tetap
(2002), tanaman yang dapat digunakan sebagai
utuh.
bahan insektisida alami adalah semua tanaman
2. Pengumpulan dan perbanyakan Spodoptera
yang mengandung bahan kimia saponin,
litura dengan mencari di lahan-lahan
sianida, flavonoid, tannin, steroid dan minyak
pertanian. Pengumpulan Spodoptera litura
atsiri. Salah satu tanaman yang dapat
sebagai bahan uji coba bisa dilakukan
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati adalah
dengan cara mengumpulkan telur maupun
ketapang (Terminalia catappa L.). Irnawati
larva. Telur atau larva yang didapat
dan Nita (2012), beberapa kandungan alami
3. Pembuatan ekstrak daun ketapang yaitu
yang terkandung dalam daun ketapang maupun
dengan menggunakan daun muda berwarna
buah yaitu flavanoid, alkaloid, tanin dan
hijau terang, tulang daun masih lembut dan
fenolik, saponin dan terpenoid.
daun bebas dari serangan hama atau
penyakit sebanyak 500 g. Daun ketapang
METODE PENELITAN
dicuci lebih dulu kemudian dicacah. Daun
Penelitian ini telah dilakukan di ketapang diblender dengan tambahan 500
Laboratorium Patologi, Entomologi dan ml air hingga halus sehingga didapatkan
Mikrobiologi (PEM) dan kebun percobaan perbandingan 1:1,disaring untuk
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim memisahkan cairan dengan ampas.
Riau, pada bulan Februari sampai Maret 2019. Selanjutnya dilakukan penambahan larutan
Alat yang digunakan: cangkul, blender, metanol 96% sebanyak 1.000 ml selama 24
botol plastik, toples, kain kasa, gelas ukur, jam. Tohir (2010), pelarut yang baik untuk
timbangan, gunting dan saringan dan pisau. mengekstrak pestisida nabati adalah
Sedangkan bahan yang digunakan: Spodoptera metanol dengan penurunan aktifitas makan
litura, bibit kacang kedelai, daun ketapang, rata-rata 41,30.
sarung tangan, masker, kertas label, tanah, 4. Aplikasi ekstrak daun ketapang terhadap
polibag , pupuk kandang, madu, metanol 96% ulat grayak dilakukan satu hari setelah
dan air. pembuatan ekstrak yaitu pada malam hari.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Toples perlakuan yang telah berisi
Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang Spodoptera litura disusun sesuai dengan
terdiri dari 5 perlakuan dengan ulangan susunan yang telah ditentukan. Setiap

24
Uji Efektivitas Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) terhadap Ulat Grayak (Spodoptera
litura) Secara In Vitro

toples perlakuan terdapat 10 helai daun inilah yang berfungsi sebagai penolak makan
kecang kedelai yang masih segar. Daun pada larva sehingga larva berhenti memakan
kacang kedelai pakan Spodopetra litura daun yang telah diaplikasikan dengan ektrak
dicelupkan pada beberapa konsentrasi EDK daun ketapang. Senyawa terpenoid merupakan
yang telah ditentukan. Keringkan selama 2 salah satu senyawa yang bersifat sebagai
menit. Daun yang telah kering dimasukkan antimakan (antifedant) karena rasanya yang
ke dalam kemudian ditutup kembali dengan pahit sehingga serangga menolak untuk makan.
kain kasa. Pengamatan dilakukan selama 6 Larva yang telah berhenti makan ditandai
hari terhadap gejala fisik dan kematian ulat dengan tidak adanya atau berkurangnya bekas
grayak setelah aplikasi EDK pada setiap gerekan pada permukaan daun oleh larva
parameter. Spodoptera litura.
Larva yang telah berhenti makan juga
HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukkan perubahan yaitu gerakan menjadi
lamban cenderung diam, ukuran tubuh larva
1. Larva Berhenti Makan (%) yang menyusut baik itu berat maupun panjang
Pengamatan larva berhenti makan pada larva, tubuh larva berubah warna dari hijau
penelitian dilakukan setiap 2 jam sekali selama menjadi coklat kehitaman. Perubahan ini
24 jam. Larva berhenti makan merupakan disebabkan oleh senyawa flavonoid yang
keadaan dimana larva uji coba tidak memakan menstimulasi kemoresptor kemudian
daun bahan pakan setelah dilakukannya dilanjutkan pada sistem saraf pusat serangga.
aplikasi ekstrak daun ketapang. Analisis sidik Pada proses selanjutnya pengaruh zat dapat
ragam Persentase larva berhenti makan selama merusak jaringan tertentu yaitu organ
24 jam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. pencernaan, kelenjar penghasil enzim atau
Tabel 1. Persentase Larva Berhenti Makan. jaringan saraf serangga (Yanuwadi, 2013).
Persentase Larva 2. Kecepatan Kematian
Perlakuan
Berhenti Makan (%) Setiap perlakuan pada penelitiam
Kontrol 0.00 b menyebabkan tingkat waktu kecepatan
9% EDK 11.11ab kematian larva yang berbeda dengan perlakuan
18% EDK 22.22a lainnya. Penelitian dilakukan dengan
27% EDK 22.22a mengamati dan menghitung tingkat kecepatan
36% EDK 22.22a kematian terhadap larva yang diujikan. Jumlah
kematian larva perhari akan dijumlahkan untuk
Harwanto, dkk., (2012) perbedaan mendapatkan persentase kematian larva. Hasil
tingkat konsentrasi tidak menyebabkan sidik ragam kecepatan kematian didapatkan
terjadinya perbedaan yang terlalu signifikan bahwa kecepatan kematian seperti pada Tabel
dalam penghambatan makan. Kandungan 2.
senyawa yang terdapat pada setiap konsentrasi
perlakuan ekstrak menghasilkan efek yang Tabel 2. Kecepatan Kematian.
sama yakni adanya perubahan bau, sehingga
Kecepatan Kematian
memicu larva tidak mampu untuk mengenali Perlakuan
(%)
makanan. Secara bertahap larva akan Kontrol 0.00 b
mengalami perubahan perilaku yang 9% 31.11a
menandakan larva berhenti makan. 18% 33.33a
Larva berhenti makan disebabkan oleh 27% 33.33a
kandungan senyawa kimia yang terdapat pada 36% 33.33a
ekstrak daun ketapang yang telah dianalisis.
Flavonoid yang terkandung dalam
Senyawa kimia paling dominan dalam daun
ekstrak ketapang bersifat toksik dengan kontak
ketapang yaitu fenolik. Sejalan dengan
langsung terhadap larva. Senyawa flavonoid
penelitian Batubara, dkk. (2012) yang
masuk ke dalam mulut serangga dan
menyatakan bahwa fenolik sebagai larvasida
menyerang pernafasan serta menyebabkan
bekerja dengan cara menekan konsumsi makan
kerusakan spirakel sehingga terjadinya
karena mengandung rasa pahit sehingga
gangguan pada sistem pernafasan larva yang
menyebabkan terhambat dan berkurangnya
kemudian menyebabkan kematian (Dinata,
selera makan pada larva. Rasa pahit yang
2008).
dihasilkan oleh kandungan senyawa tanin

25
Dinamika Pertanian April 2021

Menurut Batubara, dkk. (2012) fenolik Penggunaan senyawa fenolik dapat


sebagai larvasida bekerja dengan cara menekan menyebabkan terjadinya penyerapan air pada
konsumsi makan karena mengandung rasa tubuh organisme sehingga dapat mematikan
pahit sehingga menyebabkan terhambat dan organisme, karena tubuh organisme
berkurangnya selera makan pada larva. Sejalan kekurangan air. Selain itu senyawa flavanoid
dengan penelitian Herminanto dan Sumarsono yang dapat menurunkan laju reaksi kimia
(2004) yang menyatakan bahwa larva yang sehingga mengganggu mekanisme energi
telah berhenti makan akan menyebabkan dalam mitokondria dengan menghambat sistem
perubahan panjang larva, bobot berkurang dan pengangkutan elektron.
tubuh larva berubah menjadi cokelat
4. Toksisitas LC50
kehitaman. Pemberian ekstrak daun ketapang
Toksisitas EDK terhadap kematian
menyebabkan beberapa larva yang mati
Spodoptera litura setelah aplikasi
mengeluarkan bau tidak sedap yang berasal
pengaplikasian didapatkan dari jumlah larva
dari cairan yang dikeluarkan larva. Pada
uji yang mati selama penelitian. Data hasil
penelitian juga ditemukan adanya larva yang
penelitian selanjutnya dianalisis probit
mati dengan keadaan perut hancur.
menggunakan software Minitab 16 Statistic
3. Mortalitas Total Software for windows untuk mendapatkan nilai
Mortalitas menunjukkan tingkat toksisitas LC50. Hasil analis probit toksisitas
kemampuan atau jumlah kematian hama yang larva disajikan pada Gambar 1.
disebabkan oleh insektisida dari EDK yang
diujikan pada perlakuan terhadap Spodoptera
litura. Mortalitas ekstrak menunjukkan tingkat
toksik yang terdapat dalam larutan tersebut.
Pengamatan dilakukan di laboratorium selama
6 hari dengan cara menghitung jumlah larva
yang mati setiap harinya. Hasil sidik ragam
mortalitas total EDK terhadap Spodoptera
litura dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Mortalitas Total.
Perlakuan Mortalitas Harian(%)
Kontrol 0.00 b Gambar 1. Hasil Analis Probit Toksisitas
9% EDK 100.00 a Larva.
18% EDK 100.00 a
27% EDK 93.33a Nilai LC50 hasil analisis probit pada
36% EDK 93.33a konsentrasi yang digunakann dalam penelitian
yaitu kontrol, 9%, 18%, 27% dan 36%. Pada
Mortalitas disebabkan banyak tidaknya
konsentrasi perlakuan kontrol sampai
kandung kimia yang bersifat racun pada
perlakuan 36% didapatkan persentase kematian
ekstrak daun ketapang. Sejalan dengan hasil
Spodoptera litura berturut-turut sebesar 0%,
penelitian Rusdy (2010) yang menyatakan
40%, 66.7%, 66.7% dan 66.67%. Hasil
bahwa semakin banyak atau pekatnya suatu
analisis toksisitas LC50 menunjukkan bahwa
bahan kimia akan semakin banyak bahan aktif
Lethal Concentration atau konsentrasi
yang terkandung maka semakin besar
mematikan 50% dari populasi uji coba terdapat
pengaruhnya terhadap mortalitas larva.
pada konsentrasi 19.6% EDK. Menurut
Senyawa yang terdapat pada daun ketapang
Djojosumarto (2000), toksisitas atau daya
yang bersifat racun perut yaitu tanin, saponin
racun pestisida adalah sifat bawaan pestisida
dan flavonoid, alkaloid dan fenolik.
yang menggambarkan potensi pestisida
Fenolik merupakan senyawa tertinggi
tersebut dapat mengakibatkan kematian
yang terdapat pada daun ketapang. Sejalan
langsung pada hewan tingkat tinggi. Menurut
dengan pendapat Mardiana (2009), bahwa
Suparjo (2008), saponin mempunyai efek
senyawa fenolik yang merupakan polimerasi
antimikroba, zat penghambat jamur dan
polifenol sederhana. Senyawa ini ditemukan
melindungi tanaman dari serangga. Senyawa
hampir didalam dua grup yakni tanin yang
saponin bersifat sebagai racun perut dengan
dapat dihidrolisis dan tannin kondensasi.
menurunkan tegangan permukaan selaput kulit

26
Uji Efektivitas Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) terhadap Ulat Grayak (Spodoptera
litura) Secara In Vitro

larva serta mampu mengikat sterol dalam KESIMPULAN


pencernaan makanan.
Berdasarkan hasil penelitian
5. Larva Jadi Pupa (%) disimpulkan bahwa konsentrasi efektif adalah
Spodoptera litura memiliki siklus hidup konsentrasi 18% EDK.
yang terdiri antara telur, larva (instar 1-5),
pupa dan imago (ngengat) yang berlangsung DAFTAR PUSTAKA
sekitar 30-60 hari. Larva yang digunakan
dalam penelitian adalah instar 3 dengan kisaran Batubara, I., S. Kotsuka, H. Yamauchi, T.
waktu 5 hari. Hasil analisis sidik ragam Kuspradini, Mitsunaga, dan L. K.
persentase perubahan larva menjadi pupa Darusman. 2012. TNF-a Production
selama dilaksanakannya penelitian disajikan Inhibitory Activity, Phenolic, Flavonoid
pada Tabel 4. Ada Tannin Contents Of Selected
Indonesian Medicinal Plants. Research
Tabel 4. Persentase Larva Menjadi Pupa. Journal of Medicinal Plant, 6(6): 406-
Perlakuan Persentase Larva Menjadi Pupa
415.,
Kontrol 4.45a Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi
9% 0.00b Pestisida. Kanisius, Yogyakarta.
18% 0.00b Irnawati, P. dan P. Nita. 2012. Kajian Ekstraksi
27% 0.00b Tanin Dari Daun Ketapang (Terminalia
36% 0.00b catappa Linn). Online pada:
https://textid.123dok.com/docu
Berdasarkan tabel sidik ragam di atas ment/y96998rykajian-ekstraksi-tanin-
menjelaskan bahwa pada perlakuan kontrol dari-daunketapangterminalia-
terjadi perubahan larva menjadi pupa sebanyak catappalinn.html.
4.45%. Perlakuan kontrol memiliki pengaruh Kardinan Agus. 2002. Pestisida Nabati,
nyata dibanding dengan perlakuan lainnya Ramuan dan Aplikasinya. Agromedia
yang menunjukkan hasil 0.00% atau tidak Pustaka, Jakarta.
adanya larva yang berubah menjadi pupa. Pada Mardiana, L. 2009. Mencegah dan Mengobati
perlakuan lainnya tidak terjadi perubahan Kanker pada Wanita dengan Tanaman
dikarenakan adanya senyawa aktif pada Obat. Penebar Swadaya, Jakarta.
ekstrak yang bersifat racun bagi larva sehingga Marwoto & Suharsono. 2008. Strategi dan
menghambat terjadinya pembentukan pupa. Komponen Teknologi Pengendalian Ulat
Menurut Wigglesworth (1974 dalam Garayak (Spodoptera litura) pada
Baideng 2016), menjelang akhir stadia larva Tanaman Kacang Kedelai. Jurnal
banyak cadangan glikogen yang terakumulasi Litbang Pertanian, 27(4): 131-136.
untuk pembentukan kokon, sehingga aktifitas Rusdy, A. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak
biokimia digunakan untuk membentuk Bawang Putih terhadap Mortalitas
senyawa tersebut yang mengakibatkan aktifitas Keong Mas. Jurnal Floratek, 5(2): 172-
metabolisme untuk menetralisir racun dalam 180.
tubuh larva menurun. Semakin tinggi Samsudin.2008. Pengendalian Hama dengan
konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi pula Insektisida Botani. Lembaga Pertanian
daya racun yang terkandung di dalamnya. Sehat.
EDK mempunyai kandungan senyawa saponin Saputra, D. R., T. Hadiastono, A. Afandhi, dan
yang tinggi sehingga menyebabkan Bedjo. 2015. Sinergisme Spodoptera
penghambatan perkembangan larva instar litura Nuclear Polyhedrosis Virus JTM
sehingga mengalami gangguan saat ekdisis. 97C (SlNPV-JTM 97C) Dengan Ekstrak
Ekdisis atau ganti kulit diperlukan serangga Biji Sirsak (Annona muricata L.) Dalam
tidak hanya untuk tumbuh melainkan juga Pengendalian Helicoverpa armigera
untuk mencapai tahap dewa sehingga dapat Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) Pada
berkembang biak (Yunita dkk, 2009). Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di
Laboratorium. Jurnal HPT, 3(3):
Sinaga, R. 2009. Uji Efektivitas Pestisida
Nabati terhadap Hama Spodoptera litura
(Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman
Tembakau (Nicotiana tabaccum L.).

27
Dinamika Pertanian April 2021

Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Fakultas


Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Sumihe, G., R. J. Max Runtuwene dan J. A.
Rorong. 2014. Analisis Fitokimia dan
Penentuan Nulai LC50 Ekstrak Metanol
Daun Liwas. Jurnal Ilmiah Sains.
Suparjo. 2008. Saponin. Jurnal
Laboratorium Makanan Ternak, 14(2):
125-128.
Tohir, A. M. (2010). Teknik Ekstraksi dan
Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati
Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat
Grayak (Spodoptera litura Fabr.) di
Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian.
Yanuwiadi, B., Amin Setyo Leksono, Hiasinta
Guruh H., M. Fathoni dan Bedjo. 2013.
Potensi Ekstrak Daun Sirsak, Biji Sirsak
dan Biji Mahoni untuk Pengendalian
Ulat Grayak (Spodoptera litura). Jurnal
Natural B, 2(1): 88-93.

28

You might also like