1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol 1, No. 2 (2023): pp.

25-36
DOI: http://dx.doi.org/
Copyright © 2023 by Authors, Published by INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi

Post-traumatic Growth pada Remaja Korban Kekerasan


Seksual
Post-traumatic Growth in Adolescents of Sexual Violence Victims

Amna Farida1, Rahmia Dewi1*, Yara Andita Anastasya1


1 1Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh

Jl. Cot Tengku Nie, Reuleut, Muara Batu, Aceh Utara 24355 – Indonesia
*Correspondence author: rahmia.dewi@unimal.ac.id

Abstract: This study aims to see the description of post-traumatic growth in


adolescent victims of sexual violence in Bireuen Regency. This study uses a
qualitative research design with a phenomenological approach. Methods of data
collection using the interview method. The subjects used in this study were three
teenage girls who had experienced sexual violence and experienced trauma. The
results of this study indicate that the three subjects have experienced post-traumatic
growth through four stages, namely managing negative emotions, reflecting, opening
up and getting support, and life experiences and stories. The formation of post-
traumatic growth is strongly influenced by support from family and closest people
after the traumatic event they experienced. Victims of sexual violence who experience
post-traumatic growth feel positive changes in their lives. These positive changes
include an increase in social relationships with family and the surrounding
environment, new more positive activities, more respect for life, positive thinking
about future life, and motivation to be better than before.
Keywords: adolescents, post traumatic growth, sexual violence, victim

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran post traumatic growth
pada remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten Bireuen. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode
pengumpulan data menggunakan metode wawancara. Subjek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tiga remaja perempuan yang pernah mengalami kekerasan
seksual dan mengalami trauma. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketiga subjek
sudah mengalami post traumatic growth dengan melalui empat tahapan, yaitu
mengelola emosi negatif, merenung kembali, melakukan keterbukaan dan mendapat
dukungan, dan pengalaman dan cerita kehidupan. Terbentuknya post traumatic
growth sangat dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
pasca kejadian traumatik yang dialaminya. Korban kekerasan seksual yang
mengalami post traumatic growth merasakan perubahan positif dalam hidupnya.
Perubahan positif ini meliputi adanya peningkatan hubungan sosial dengan keluarga
dan lingkungan sekitarnya, adanya aktivitas baru yang lebih positif, lebih menghargai
hidup, berpikit positif terhadap kehidupan dimasa depan, dan motivasi untuk
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kata Kunci: kekerasan seksual, pertumbuhan paska trauma, remaja, korban

ISSN: (print); ISSN: (online)


https://ojs.unimal.ac.id/index.php/jpt/index
Submitted:10 Februari 2023; Received in revised form: 15 Februari 2023; Accepted: 25 Februari 2023; Published: 30
Maret 2023.
Post-traumatic Growth pada Remaja Korban Kekerasan Seksual

Pendahuluan Terjadinya kasus kekerasan seksual


Kekerasan seksual merupakan pada remaja sangat sering terdengar baik di
suatu perilaku yang menjurus pada hal-hal kota maupun di desa. Kekerasan seksual
yang berkaitan dengan hubungan seks, baik yang terjadi saat ini semakin meningkat
berupa kata-kata maupun perbuatan yang persentasenya demkian juga di Aceh (Bahri
tidak disetujui oleh korbannya, & Fajriani, 2015). Salah satu permasalahan
merendahkan korbannya, atau yang sangat urgent dan krusial serta
memanfaatkan korbannya, kekerasan perlunya penanganan khusus di Aceh adalah
seksual dapat berupa kata-kata atau candaan terkait pelecehan seksual atau kekerasan
(humor) porno, memperlihatkan bagian seksual yang semakin hari semakin banyak
tubuh maupun gambar porno, menyentuh kasus terjadi di Provinsi Aceh (Oslami,
bagian tubuh, sampai dengan memaksa 2022). Salah satu Kabupaten yang terdapat
melakukan hubungan seksual (Lazzarini kasus kekerasan seksual adalah Kabupaten
2011). Kekerasan seksual rentan terjadi Bireuen. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
pada remaja ketika mereka sedang kasus dari tahun ke tahun yang terjadi di
mengalami pertumbuhan dan Kabupaten Bireuen.
perkembangan yang pesat pada masa Berdasarkan data yang didapat dari
remajanya (Oktasari & Susilowati, 2018). Poliklinik Psikologi RSUD dr.Fauziah
Fua’dy (2011) mengatakan remaja Bireuen, bahwa jumlah kasus kekerasan
yang mengalami kekerasan seksual seksual yang ada di Kabupaten Bireuen pada
kemungkinan akan mengalami depresi, fobia, tahun 2018 terdapat 17 kasus, selanjutnya
mimpi buruk, dan curiga terhadap orang lain pada tahun 2019 kekerasan seksual
dalam waktu yang cukup lama. Menurut meningkat menjadi 22 kasus, dan pada tahun
Sulistyaningsih (2002) ada pula yang merasa 2020 jumlah kasus kekerasan seksual
terbatasi di dalam berhubungan dengan semakin meningkat dengan total 28 kasus
orang lain, berhubungan seksual dan disertai (Poliklinik Psikologi RSUD dr.Fauziah
dengan ketakutan akan munculnya Bireuen, 09 Maret 2021).
kehamilan akibat dari perkosaan atau Tidak semua korban kekerasan
kekerasan seksual, bagi korban kekerasan seksual mengalami trauma atau merasakan
seksual yang mengalami trauma psikologis kondisi terpuruk setelah mengalami
yang sangat hebat, ada kemungkinan akan peristiwa kekerasan seksual di hidupnya,
merasakan dorongan yang kuat untuk bunuh karena mereka didasarkan oleh perilaku
diri. seksual pranikah. Akan tetapi ada juga

26 │ INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 1, No.1 (2023)


A. Farida, R. Dewi, Y.A. Anastasya

korban kekerasan seksual yang mengalami krisis kehidupan yang tinggi. Post traumatic
trauma, sehigga hal tersebut berpengaruh growth dapat dibagi menjadi tiga domain
terhadap hidupnya, baik itu secara utama, yaitu perubahan persepsi tentang
emosional maupun psikologisnya. kehidupan, perubahan dalam menjalani
Peristiwa traumatik yang telah hubungan dengan orang lain, dan perubahan
dialami oleh korban kekerasan seksual dalam filosofi hidup seseorang (Calhoun dan
tersebut membawa dampak ataupun akibat Tedeschi, 2006).
yang signifikan. Namun, seiring berjalannya Berdasarkan latar belakang masalah
waktu beberapa dari mereka mampu diatas, maka penelitian ini menjadi penting
membuktikan bahwa meskipun memiliki untuk dilakukan karena perlu pemahaman
pengalaman traumatik terhadap kehidupan, yang lebih mendalam mengenai post
akan tetapi mereka mampu bangkit dari traumatic growth pada remaja korban
keterpurukan, bertahan serta mampu kekerasan seksual menggunakan teori
berkembang atas kondisi dirinya saat ini Calhoun dan Tedeschi. Adapun tujuan
(Uasni, 2019). Keadaan seperti inilah yang penelitian ini adalah untuk mengetahui
disebut post traumatic growth proses post traumatic growth pada remaja
(pertumbuhan pasca trauma). korban kekerasan seksual di Kabupaten
Menurut Calhoun dan Tedeschi Bireuen. Manfaat penelitian ini sebagai
(2006) pertumbuhan pasca trauma adalah bahan dan masukan bagi subjek penelitian
pengalaman perubahan positif yang terjadi tentang gambaran post traumatic growth
sebagai akibat dari perjuangan yang sangat yang dimilikinya, berguna sebagai dasar
menantang situasi kehidupan. Konsep pengambilan sikap selanjutnya dalam proses
pertumbuhan post traumatic growth adalah perkembangan diri menjadi lebih baik lagi.
pengalaman perubahan positif yang
signifikan dan timbul dari perjuangan krisis Metode
kehidupan yang besar antara lain, apresiasi Penelitian ini menggunakan

peningkatan hidup, pengaturan hidup pendekatan kualitatif, dengan metode

dengan prioritas baru, rasa kekuatan pribadi fenomenologi. Adapun yang menjadi alasan

meningkat dan spiritual berubah secara peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

positif. Post traumatic growth merupakan fenomenologi adalah untuk mendapatkan

pengalaman berupa perubahan positif yang data yang lengkap dimana peneliti dapat

terjadi sebagai hasil dari perjuangan mendeskripsikan pengalaman hidup tentang

seseorang dalam menghadapi tantangan suatu fenomena seperti yang dialami oleh

INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 1, No.1 (2023) │ 27


Post-traumatic Growth pada Remaja Korban Kekerasan Seksual

subjek penelitian yaitu remaja yang dimaksud peneliti yaitu, remaja (10-21),
pernah mengalami kekerasan seksual. pernah menjadi korban kekerasan seksual,
Penelitian ini akan memahami pengalaman pernah mengalami trauma. Teknik
hidup tentang post traumatic growth yang pengumpulan data dalam penelitian ini
dialami subjek penelitian sehingga menggunakan wawancara semi terstrukur.
pendekatan fenomenologi merupakan
pendekatan yang paling cocok untuk Hasil
mengungkapkan pengalaman hidup yang Hasil penelitian ini mengungkapkan
dialami subjek. gambaran post traumatic growth pada
Penelitian ini dilakukan di remaja korban kekerasan seksual di
Kabupaten Bireuen, pemilihan lokasi Kabupaten Bireuen. Penelitin ini ingin
tersebut berdasarkan pada fenomena yang menggali bagaimana proses post traumatic
ditemukan oleh peneliti. Subjek penelitian growth pada remaja korban kekerasan
adalah 3 orang remaja yang pernah seksual ditinjau dari beberapa indikator,
mengalami tindak kekerasan seksual. yaitu 1) mengelola emosi negatif, 2)
Penentuan subjek penelitian ini merenung kembali, 3) melakukan
menggunakan teknik purposive sampling. keterbukaan dan mendapat dukungan, 4)
Alasan peneliti menggunakan teknik pengalaman dan cerita kehidupan. Berikut
purposive sampling karena tidak semua ini adalah hasil penelitian tentang gambaran
subjek dapat diteliti, namun memiliki post traumatic growth pada remaja korban
kriteria tertentu. Adapun kriteria yang kekerasan seksual di Kabupaten Bireuen.

28 │ INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 1, No.1 (2023)


A. Farida, R. Dewi, Y.A. Anastasya

Tabel 1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
NO Inisial Usia Jenis Kelamin Status Lama kejadian
1 J 18 tahun Perempuan Pelajar 5 tahun
2 YS 19 tahun Perempuan Ex pelajar 6 tahun
3 SAZ 15 tahun Perempuan Pelajar 5 tahun

INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 1, No.1 (2023) │ 29


Post-traumatic Growth pada Remaja Korban Kekerasan Seksual

Tabel 2
Hasil Analisis Data
J YS SAZ
Mengelola emosi negatif Mendekatkan diri kepada Menangis, sholat, berdoa, Menghadapi, lega
allah, menjadi optimis, merasa lega, nonton, setelah menangis, tidak
menahan marah, lega merasa tenang. mudah tersinggung,
setelah menangis, diam. santai.

Merenung kembali Menjadi penjahit, sukses, Dokter, hidup bahagia, Guru ngaji, orang
membahagiakan keluarga, bahagiain keluarga, berguna, sukses, tidak
menebus kesalahan, memikirkan masa depan, mau kuliah, mengaji di
melupakan kejadian, kerja, memiliki pekerjaan pesantren.
berusaha mewujudkan sampingan, online shop.
keinginan, kerja di tailor.

Melakukan keterbukaan Terbuka menceritakan langsung menceritakan Pertama kali bercerita


dan mendapat dukungan masalah, berani terbuka, masalah, orang tua tidak kepada ibu, keluarga
dapat dukungan dari peduli, sedih mengingat mengetahui
kakak, lebih akrab dengan orang tua, dinasehati permasalahan, disayang
kakak, memahami apa nenek, mendapat keluarga, merasa
yang terjadi, orang tua perhatian dari tetangga, terlindungi, keluarga
merasakan apa yang tetangga mengingatkan menyemangati, keluarga
terjadi, orang tua untuk sholat, sholat menyemangati, tidak
mendukung, lebih peduli, tahajjud, berdoa. menyalahkan, kakak
lebih perhatian. mengajak jalan-jalan,
keluarga menasehati,
merasa khawatir,
perhatian.

Pengalaman dan cerita Memperbaiki diri, menjadi Langsung menceritakan Terpuruk, jaga diri,
kehidupan lebih baik, menghadapi kejadian, tidak pergi-pergi langsung cerita kalau ada
dengan tenang, terbuka, sendiri, hati-hati dengan masalah, tidak
tidak memendam masalah lingkungan, rajin ibadah, mengenakan baju
sendiri, hati-hati dimudahkan dalam segala terbuka, tidak takut
berkenalan dengan orang urusan, jaga diri, tidak ancaman, pemperbaiki
baru, lebih terbuka, pacaran, pendirian. diri, mendengar kata
menjadi lebih baik, orang tua, hati-hati
menjadikan pelajaran, keluar rumah sendiri,
mendekatkan diri dengan rajin ngaji, rajin sekolah,
allah, tidak tinggal sholat, memilih teman yang
banyak mengenal baik, menutup aurat,
lingkungan, sukses, kerja, sholat, memiliki
yakin dengan rencana yang pendirian, melakukan
dibuat. sesuai yang
direncanakan, selalu
berdoa.

30 │ INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 1, No.1 (2023)


A. Farida, R. Dewi, Y.A. Anastasya

yang menyatakan bahwa meski resiko yang


Diskusi
dihadapi oleh penyintas kekerasan seksual
Hasil penelitian menunjukkan
cukup berat karena masyarakat sekitar
bahwa ketiga subjek yang pernah menjadi
masih memberikan lebel negatif,
korban kekerasan seksual sudah mengalami
kemampuan resiliensi penyintas kekerasan
proses post traumatic growth. Subjek yang
seksual saat menghadapi cemoohan
sudah mengalami proses post traumatic
masyarakat menunjukkan bahwa penyintas
growth melewati empat tahap yaitu
mampu mengelola emosi positif dan negatif
mengelola emosi negatif, merenung kembali,
dengan baik. Individu yang mempunyai
melakukan keterbukaan dan mendapat
kualitas hidup yang tinggi apabila emosi
dukungan, serta pengalaman dan cerita
positif lebih besar dibandingkan emosi
kehidupan. Sesuai dengan yang dikatakan
negatifnya.
Calhoun dan Tedeschi (2013) bahwa setiap
individu yang mengalami post traumatic Pada tahap merenung kembali,
growth akan mengalami empat tahapan yaitu semua subjek melakukan perenungan atas
mengelola emosi negatif, merenung kembali, kejadian buruk yang mereka alami,
melakukan keterbukaan dan mendapat selanjutnya memutuskan mencari cara untuk
dukungan, serta pengalaman dan cerita bangkit dan melanjutkan apa yang telah
kehidupan. mereka rencanakan sebelum mengalami
kejadian tersebut atau sebelum mengalami
Pada tahap mengelola emosi
trauma. Semua subjek memilih untuk
negatif, semua subjek dapat mengelola
melanjutkan impian atau rencana mereka
emosinya dengan baik, seperti ketika sedang
yang mereka bentuk, namun salah satu
tersinggung mereka memilih diam, ketika
subjek mengalami keterbatasan untuk
dimarahin orang tua tidak membantah apa-
mewujudkan impian atau cita-citanya karna
apa, ketika sedih lebih memilih menangis
terhambat oleh pendidikan. Akan tetapi
agar perasaannya lega, ada juga yang
subjek tersebut akan mewujudkannya
memilih nonton film kesukaan ketika sedang
dengan impian baru yang ia inginkan.
sedih, lebih menahan marah ketika sedang
Menurut Calhoun dan Tedeschi (2006)
tersinggung, dan ketika sedang merasa takut
pembentukan skema pada individu dalam
dalam suatu kondisi akan tetap
mengahadapi kejadian traumatis ditandai
menghadapinya dengan tenang. Hal ini
dengan individu memahami kejadian yang
sesuai dengan penelitian Muhid dkk (2019)
terjadi pada dirinya dan dapat mengevaluasi

INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 1, No.1 (2023) │ 31


Post-traumatic Growth pada Remaja Korban Kekerasan Seksual

kejadian tersebut sehingga memiliki tujuan orang tuanya langsung menanyakan perihal
hidup yang baru. kejadian tersebut.
Sementara itu, pada tahap Sikap yang dilakukan oleh semua
keterbukaan dan mendapat dukungan, subjek tentu akan mendapatkan dukungan
semua subjek berhasil melakukannya. dari orang-orang terdekat mereka. Subjek
Namun dalam tahap ini masing-masing mendapatkan dukungan dari keluarga dan
subjek memiliki dinamika yang berbeda. temannya, namun salah satu subjek hanya
Semua subjek memendam masalah yang mendapatkan dukungan dari tetangga dan
mereka alami pada awal kejadian karena keluarga jauhnya, subjek tersebut tidak
merasa takut, malu, menyesal, merasa mendapatkan dukungan dari orang tuanya.
bersalah, hal ini seperti yang dikatakan Sesca Hal ini tidak menghambat subjek untuk
& Hamidah (2018) bahwa dampak negatif bangkit dan berkembang atas apa yang ia
korban kekerasan seksual secara emosional alami, ia dapat bangkit dengan sendirinya
berupa perasaan bersalah dan menyalahkan walaupun hanya dengan dukungan tetangga
diri sendiri, perasaan malu, penyangkalan, dan keluarga jauhnya, ia lebih memilih
daln lain-lain. Salah satu subjek terbuka menyibukkan diri dan bekerja agar dapat
menceritakan permasalahan yang melupakan dan bangkit dari kejadian
dialaminya kepada keluarganya karena tersebut. Dengan adanya dukungan dari
keluarganya sudah merasa curiga atas sikap orang-orang terdekat, semua subjek dapat
dan perilaku yang muncul dari subjek, bangkit dari masa keterpurukannya, dan
sehingga keluarganya berinisiatif untuk dukungan yang diberikan juga berpengaruh
menanyakan kepada subjek, namun ia juga terhadap kehidupan subjek ke level yang
terbuka menceritakan masalanya kepada lebih baik. Hal ini sesuai dengan yang
temannya karena ia merasa lega setelah dikatakan Rahayu (2016) bahwa dukungan
menceritakan kepada temannya. Subjek sosial dari lingkungan keluarga merupakan
selanjutnya terbuka menceritakan hal terpenting bagi korban yang mengalami
permasalahan karena kejadian terakhir yang peristiwa yang traumatis seperti halnya
dialaminya dilihat oleh tetangga subjek, kekerasan. Hasil penelitian Fakhira &
sehingga subjek langsung menceritakan Hardianti (2021) juga mengatakan bahwa
semua kejadian yang dialaminya. Lalu salah dukungan sosial dari keluarga dan
satu subjek ada mengungkapkannya secara lingkungan sekitar sangat mempengaruhi
tidak sengaja didepan orang tua, sehingga terjadinya post traumatic pada diri
seseorang pasca kejadian traumatis.

32 │ INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 1, No.1 (2023)


A. Farida, R. Dewi, Y.A. Anastasya

Pandangan subjek terhadap persepsinya pasca kejadian traumatis


pengalaman kehidupan yang pernah (Calhoun dan Tedeschi, 2006). Perubahan
dialaminya sangat berpengaruh pada positif yang dialami subjek seperti, subjek
pembentukan post traumatic growth, semua menjadi lebih dekat dengan keluarganya,
subjek memandang bijak pengalaman lebih terbuka dengan keluarga dan orang
hidupnya, menjadikan sebuah pembelajaran, terdekatnya, keluarga menjadi tempat
subjek berusaha memperbaiki diri untuk berbagi cerita dan menjadi sumber support
kehidupan yang lebih baik lagi, sehingga terbesar setelah kejadian traumatik yang
adanya hal positif yang muncul dalam dialaminya.
kebangkitan hidupnya. Hal ini sejalan Hasil penelitian Sesca & Hamidah
dengan dengan hasil penelitian Frazier dkk (2018) mengatakan bahwa ketiga subjek
(2004) yang menemukan bahwa korban juga menunjukkan perubahan positif, yaitu
kekerasan seksual akan mengalami memiliki hubungan yang lebih dekat
peningkatan pernghargaan terhadap hidup. dengan orang lain, memiliki empati yang
Aspek-aspek yang membentuk lebih tinggi, menyadari kekuatan personal,
kemampuan diri subjek untuk dapat memiliki aktivitas-aktivitas baru,
menghadapi trauma dan mengubah meningkatkan ritual keagamaan, dan
pengalaman trauma tersebut banyak memiliki prioritas-prioritas hidup baru.
dipengaruhi oleh dukungan sosial
Calhoun dan Tedeschi (2006)
disekitarnya. Hal ini sejalan dengan yang
mengungkapkan bahwa individu yang
dikatakan Calhoun dan Tedeschi (2006)
mengalami peristiwa traumatis, termasuk
bahwa pihak-pihak yang berada disekitar
kekerasan, sering kali mengalami perubahan dan
individu akan mempengaruhi PTG yang
pertumbuhan positif yang dinamakan sebagai
muncul pada individu setelah mengalami
post traumatic growth (PTG). PTG merupakan
kejadian traumatis.
kondisi dimana individu memiliki pandangan
Pengaruh dukungan yang diberikan
yang lebih baik setelah mengalami kejadian
orang sekitar juga mempunyai perubahan
traumatis, ditandai dengan perubahan menjadi
positif yang terjadi pada ketiga subjek
lebih baik pada hubungan dengan orang lain
penelitian, hal ini ditandai ketika individu
serta lebih mengapresiasi kehidupan (Calhoun
memiliki significant other yang kerap
dan Tedeschi, 2006).
memberikan afirmasi yang membangun, dan
hal tersebut berpengaruh terhadap Hasil penelitian Mason (2013) menunjukkan

bagaimana individu dapat mengubah bahwa korban kekerasan seksual mengalami

INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 1, No.1 (2023) │ 33


Post-traumatic Growth pada Remaja Korban Kekerasan Seksual

beberapa perubahan positif pasca peristiwa growth dengan melalui empat tahapan, yaitu
kekerasan seksual, seperti lebih dekat dengan mengelola emosi negatif, merenung kembali,
keluarga, merasa lebih kuat, lebih optimis, lebih melakukan keterbukaan dan mendapat
menghargai dan mensyukuri apa yang mereka dukungan, dan pengalaman dan cerita
miliki, lebih empati terhadap korban kekerasan kehidupan. Terbentuknya post traumatic growth
seksual dan orang lain secara umum. sangat dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga
dan orang-orang terdekat pasca kejadian
Kesimpulan traumatik yang dialaminya. Korban kekerasan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
seksual yang mengalami post traumatic growth
ketiga subjek sudah mengalami post traumatic
merasakan perubahan positif dalam hal yang penting dan sangat dibutuhkan oleh
hidupnya. Perubahan positif ini meliputi adanya korban kekerasan seksual dalam masa
peningkatan hubungan sosial dengan keluarga pemulihan, serta terus menguatkan dan
dan lingkungan sekitarnya, adanya aktivitas baru mengembangkan afeksi kepada anaknya
yang lebih positif, lebih menghargai hidup, hingga tetap memberikan masukan-masukan
berpikit positif terhadap kehidupan dimasa positif yang dapat meningkatkan
depan, dan motivasi untuk menjadi lebih baik kepercayaan diri anak. Selanjutnya
dari sebelumnya. diharapkan kepada peneliti selanjutnya

Suggestion dapat juga meneliti aspek dan faktor post

Diharapkan kepada orang tua subjek traumatic growth pada remaja korban

dapat memberi dukungan dan kekerasan seksual. Serta disarankan dapat

pendampingan pada korban kekerasan melibatkan subjek dalam jumlah yang lebih

seksual karena dukungan sosial merupakan banyak untuk memperkaya data penelitian.

34 │ INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 1, No.1 (2023)


Judul

Referensi

Bahri, S., & Fajriani. (2015). Suatu kajian awal terhadap tingkat pelecehan seksual di aceh.
Jurnal Pencerahan, 9 (1), 50-65.

Calhoun, L. G., & Tedeschi, R. G. (2006). Handbook of posttraumatic growth: Research and
practice. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Calhoun, L. G., & Tedeschi, R. G. (2013). Handbook of posttraumatic growth: Posttraumatic


growth in clinical pratice.

Frazier, P., Tashiro, T., Berman, M., Steger, M., & Long, J. (2004). Correlates of levels and
patterns of positive life changes following sexual assault. Journal of Consulting and
Clinical Psychology, 72 (1), 19-30

Fu’ady, M. A. (2011). Dinamika psikologis kekerasan seksual: sebuah studi fesnomenologi.


Psikoislamika : Jurnal Psikologi Dan Psikologi Islam, 8 (2), 191–208.
https://doi.org/10.18860/psi.v0i0.1553

Fakhira & Hardianti, R. (2021). Gambaran post-traumatic growth pada remaja korban
kekerasan seksual. Socio Humanus, 1(2), 130-139.

Kunst, M. J. J. (2011). Affective personality type, post-traumatic stress disorder symptom


severity and posttraumatic growth in victims of violence. Stress and Health, 27(1), 42-51.

Lazzarini, V. (2011). KDRT dan pelecehan seksual dalam kehidupan AUD.

Mason, J. R. (2013). Posttraumatic growth in female sexual assault survivors. Knoxville: The
University of Tennessee.

Muhid, A., Fauziyah, N., Khariroh, L. M., & Andiarna, F. (2019). Quality of Life Perempuan
Penyintas Kekerasan Seksual: Studi Kualitatif. Journal of Health Science and Prevention, 3
(1), 47–55.

Oktasari, O., & Susilowati, L. (2018). Gambaran pengetahuan dan peran orangtua dalam
mencegah terjadinya kekerasan seksual pada remaja di kampung leles, dusun ngringin,
kecamatan depok, sleman yogyakarta.

Oslami, A. F. (2022). Pertimbangan hakim dalam penjatuhan uqubat jarimah pelecehan seksual
terhadap anak di aceh (analisis putusan no8/jn/2020/ms.ttn). Jurnal Ius Civile, 6 (1), 62-
78.

Poliklinik Psikologi RSUD dr.Fauziah Bireuen. (2021). Gambaran Post traumatic growth pada
remaja korban kekerasan seksual di kabupaten bireuen. Laporan RSUD internal: tidak
dipublikasikan.

Rahayu, D. (2016). Posttraumatic growth korban kekerasan pada anak dan remaja (studi di
kota Samarinda). Journal of Psychology & Humanity.

INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 1, No.1 (2023) │ 35


Post-traumatic Growth pada Remaja Korban Kekerasan Seksual

Sesca, E. M. & Hamidah. (2018). Posttraumatic growth pada wanita dewasa awal korban
kekerasan seksual. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 7 (3), 1-13.

Sulistyaningsih, E. (2015). Dampak sosial psikologis perkosaan. Dampak Sosial Psikologis


Perkosaan, 10 (1), 9–23. https://doi.org/10.22146/bpsi.7448

Steinberg, L. (2014). Adolescence. (Tenth Edition). McGraw-Hill Companies.

Tower. (2002). Understanding child abuse and neglect.Allyn & Bacon.

Uasni, Z. F. A. H. (2019). Posttraumatic growth pada korban kekerasan dalam rumah tangga.
Psikoborneo, 7 (1), 1–12.

Utami, P. (2020). Gambaran post traumatic growth pada wanita dewasa awal yang mengalami
kekerasan dalam berpacaran. Psikoborneo, 8 (2), 297-306.

36 │ INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 1, No.1 (2023)

You might also like