Professional Documents
Culture Documents
1 PB
1 PB
1 PB
25-36
DOI: http://dx.doi.org/
Copyright © 2023 by Authors, Published by INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi
Jl. Cot Tengku Nie, Reuleut, Muara Batu, Aceh Utara 24355 – Indonesia
*Correspondence author: rahmia.dewi@unimal.ac.id
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran post traumatic growth
pada remaja korban kekerasan seksual di Kabupaten Bireuen. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode
pengumpulan data menggunakan metode wawancara. Subjek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tiga remaja perempuan yang pernah mengalami kekerasan
seksual dan mengalami trauma. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketiga subjek
sudah mengalami post traumatic growth dengan melalui empat tahapan, yaitu
mengelola emosi negatif, merenung kembali, melakukan keterbukaan dan mendapat
dukungan, dan pengalaman dan cerita kehidupan. Terbentuknya post traumatic
growth sangat dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
pasca kejadian traumatik yang dialaminya. Korban kekerasan seksual yang
mengalami post traumatic growth merasakan perubahan positif dalam hidupnya.
Perubahan positif ini meliputi adanya peningkatan hubungan sosial dengan keluarga
dan lingkungan sekitarnya, adanya aktivitas baru yang lebih positif, lebih menghargai
hidup, berpikit positif terhadap kehidupan dimasa depan, dan motivasi untuk
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kata Kunci: kekerasan seksual, pertumbuhan paska trauma, remaja, korban
korban kekerasan seksual yang mengalami krisis kehidupan yang tinggi. Post traumatic
trauma, sehigga hal tersebut berpengaruh growth dapat dibagi menjadi tiga domain
terhadap hidupnya, baik itu secara utama, yaitu perubahan persepsi tentang
emosional maupun psikologisnya. kehidupan, perubahan dalam menjalani
Peristiwa traumatik yang telah hubungan dengan orang lain, dan perubahan
dialami oleh korban kekerasan seksual dalam filosofi hidup seseorang (Calhoun dan
tersebut membawa dampak ataupun akibat Tedeschi, 2006).
yang signifikan. Namun, seiring berjalannya Berdasarkan latar belakang masalah
waktu beberapa dari mereka mampu diatas, maka penelitian ini menjadi penting
membuktikan bahwa meskipun memiliki untuk dilakukan karena perlu pemahaman
pengalaman traumatik terhadap kehidupan, yang lebih mendalam mengenai post
akan tetapi mereka mampu bangkit dari traumatic growth pada remaja korban
keterpurukan, bertahan serta mampu kekerasan seksual menggunakan teori
berkembang atas kondisi dirinya saat ini Calhoun dan Tedeschi. Adapun tujuan
(Uasni, 2019). Keadaan seperti inilah yang penelitian ini adalah untuk mengetahui
disebut post traumatic growth proses post traumatic growth pada remaja
(pertumbuhan pasca trauma). korban kekerasan seksual di Kabupaten
Menurut Calhoun dan Tedeschi Bireuen. Manfaat penelitian ini sebagai
(2006) pertumbuhan pasca trauma adalah bahan dan masukan bagi subjek penelitian
pengalaman perubahan positif yang terjadi tentang gambaran post traumatic growth
sebagai akibat dari perjuangan yang sangat yang dimilikinya, berguna sebagai dasar
menantang situasi kehidupan. Konsep pengambilan sikap selanjutnya dalam proses
pertumbuhan post traumatic growth adalah perkembangan diri menjadi lebih baik lagi.
pengalaman perubahan positif yang
signifikan dan timbul dari perjuangan krisis Metode
kehidupan yang besar antara lain, apresiasi Penelitian ini menggunakan
dengan prioritas baru, rasa kekuatan pribadi fenomenologi. Adapun yang menjadi alasan
pengalaman berupa perubahan positif yang data yang lengkap dimana peneliti dapat
seseorang dalam menghadapi tantangan suatu fenomena seperti yang dialami oleh
subjek penelitian yaitu remaja yang dimaksud peneliti yaitu, remaja (10-21),
pernah mengalami kekerasan seksual. pernah menjadi korban kekerasan seksual,
Penelitian ini akan memahami pengalaman pernah mengalami trauma. Teknik
hidup tentang post traumatic growth yang pengumpulan data dalam penelitian ini
dialami subjek penelitian sehingga menggunakan wawancara semi terstrukur.
pendekatan fenomenologi merupakan
pendekatan yang paling cocok untuk Hasil
mengungkapkan pengalaman hidup yang Hasil penelitian ini mengungkapkan
dialami subjek. gambaran post traumatic growth pada
Penelitian ini dilakukan di remaja korban kekerasan seksual di
Kabupaten Bireuen, pemilihan lokasi Kabupaten Bireuen. Penelitin ini ingin
tersebut berdasarkan pada fenomena yang menggali bagaimana proses post traumatic
ditemukan oleh peneliti. Subjek penelitian growth pada remaja korban kekerasan
adalah 3 orang remaja yang pernah seksual ditinjau dari beberapa indikator,
mengalami tindak kekerasan seksual. yaitu 1) mengelola emosi negatif, 2)
Penentuan subjek penelitian ini merenung kembali, 3) melakukan
menggunakan teknik purposive sampling. keterbukaan dan mendapat dukungan, 4)
Alasan peneliti menggunakan teknik pengalaman dan cerita kehidupan. Berikut
purposive sampling karena tidak semua ini adalah hasil penelitian tentang gambaran
subjek dapat diteliti, namun memiliki post traumatic growth pada remaja korban
kriteria tertentu. Adapun kriteria yang kekerasan seksual di Kabupaten Bireuen.
Tabel 1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
NO Inisial Usia Jenis Kelamin Status Lama kejadian
1 J 18 tahun Perempuan Pelajar 5 tahun
2 YS 19 tahun Perempuan Ex pelajar 6 tahun
3 SAZ 15 tahun Perempuan Pelajar 5 tahun
Tabel 2
Hasil Analisis Data
J YS SAZ
Mengelola emosi negatif Mendekatkan diri kepada Menangis, sholat, berdoa, Menghadapi, lega
allah, menjadi optimis, merasa lega, nonton, setelah menangis, tidak
menahan marah, lega merasa tenang. mudah tersinggung,
setelah menangis, diam. santai.
Merenung kembali Menjadi penjahit, sukses, Dokter, hidup bahagia, Guru ngaji, orang
membahagiakan keluarga, bahagiain keluarga, berguna, sukses, tidak
menebus kesalahan, memikirkan masa depan, mau kuliah, mengaji di
melupakan kejadian, kerja, memiliki pekerjaan pesantren.
berusaha mewujudkan sampingan, online shop.
keinginan, kerja di tailor.
Pengalaman dan cerita Memperbaiki diri, menjadi Langsung menceritakan Terpuruk, jaga diri,
kehidupan lebih baik, menghadapi kejadian, tidak pergi-pergi langsung cerita kalau ada
dengan tenang, terbuka, sendiri, hati-hati dengan masalah, tidak
tidak memendam masalah lingkungan, rajin ibadah, mengenakan baju
sendiri, hati-hati dimudahkan dalam segala terbuka, tidak takut
berkenalan dengan orang urusan, jaga diri, tidak ancaman, pemperbaiki
baru, lebih terbuka, pacaran, pendirian. diri, mendengar kata
menjadi lebih baik, orang tua, hati-hati
menjadikan pelajaran, keluar rumah sendiri,
mendekatkan diri dengan rajin ngaji, rajin sekolah,
allah, tidak tinggal sholat, memilih teman yang
banyak mengenal baik, menutup aurat,
lingkungan, sukses, kerja, sholat, memiliki
yakin dengan rencana yang pendirian, melakukan
dibuat. sesuai yang
direncanakan, selalu
berdoa.
kejadian tersebut sehingga memiliki tujuan orang tuanya langsung menanyakan perihal
hidup yang baru. kejadian tersebut.
Sementara itu, pada tahap Sikap yang dilakukan oleh semua
keterbukaan dan mendapat dukungan, subjek tentu akan mendapatkan dukungan
semua subjek berhasil melakukannya. dari orang-orang terdekat mereka. Subjek
Namun dalam tahap ini masing-masing mendapatkan dukungan dari keluarga dan
subjek memiliki dinamika yang berbeda. temannya, namun salah satu subjek hanya
Semua subjek memendam masalah yang mendapatkan dukungan dari tetangga dan
mereka alami pada awal kejadian karena keluarga jauhnya, subjek tersebut tidak
merasa takut, malu, menyesal, merasa mendapatkan dukungan dari orang tuanya.
bersalah, hal ini seperti yang dikatakan Sesca Hal ini tidak menghambat subjek untuk
& Hamidah (2018) bahwa dampak negatif bangkit dan berkembang atas apa yang ia
korban kekerasan seksual secara emosional alami, ia dapat bangkit dengan sendirinya
berupa perasaan bersalah dan menyalahkan walaupun hanya dengan dukungan tetangga
diri sendiri, perasaan malu, penyangkalan, dan keluarga jauhnya, ia lebih memilih
daln lain-lain. Salah satu subjek terbuka menyibukkan diri dan bekerja agar dapat
menceritakan permasalahan yang melupakan dan bangkit dari kejadian
dialaminya kepada keluarganya karena tersebut. Dengan adanya dukungan dari
keluarganya sudah merasa curiga atas sikap orang-orang terdekat, semua subjek dapat
dan perilaku yang muncul dari subjek, bangkit dari masa keterpurukannya, dan
sehingga keluarganya berinisiatif untuk dukungan yang diberikan juga berpengaruh
menanyakan kepada subjek, namun ia juga terhadap kehidupan subjek ke level yang
terbuka menceritakan masalanya kepada lebih baik. Hal ini sesuai dengan yang
temannya karena ia merasa lega setelah dikatakan Rahayu (2016) bahwa dukungan
menceritakan kepada temannya. Subjek sosial dari lingkungan keluarga merupakan
selanjutnya terbuka menceritakan hal terpenting bagi korban yang mengalami
permasalahan karena kejadian terakhir yang peristiwa yang traumatis seperti halnya
dialaminya dilihat oleh tetangga subjek, kekerasan. Hasil penelitian Fakhira &
sehingga subjek langsung menceritakan Hardianti (2021) juga mengatakan bahwa
semua kejadian yang dialaminya. Lalu salah dukungan sosial dari keluarga dan
satu subjek ada mengungkapkannya secara lingkungan sekitar sangat mempengaruhi
tidak sengaja didepan orang tua, sehingga terjadinya post traumatic pada diri
seseorang pasca kejadian traumatis.
beberapa perubahan positif pasca peristiwa growth dengan melalui empat tahapan, yaitu
kekerasan seksual, seperti lebih dekat dengan mengelola emosi negatif, merenung kembali,
keluarga, merasa lebih kuat, lebih optimis, lebih melakukan keterbukaan dan mendapat
menghargai dan mensyukuri apa yang mereka dukungan, dan pengalaman dan cerita
miliki, lebih empati terhadap korban kekerasan kehidupan. Terbentuknya post traumatic growth
seksual dan orang lain secara umum. sangat dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga
dan orang-orang terdekat pasca kejadian
Kesimpulan traumatik yang dialaminya. Korban kekerasan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
seksual yang mengalami post traumatic growth
ketiga subjek sudah mengalami post traumatic
merasakan perubahan positif dalam hal yang penting dan sangat dibutuhkan oleh
hidupnya. Perubahan positif ini meliputi adanya korban kekerasan seksual dalam masa
peningkatan hubungan sosial dengan keluarga pemulihan, serta terus menguatkan dan
dan lingkungan sekitarnya, adanya aktivitas baru mengembangkan afeksi kepada anaknya
yang lebih positif, lebih menghargai hidup, hingga tetap memberikan masukan-masukan
berpikit positif terhadap kehidupan dimasa positif yang dapat meningkatkan
depan, dan motivasi untuk menjadi lebih baik kepercayaan diri anak. Selanjutnya
dari sebelumnya. diharapkan kepada peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada orang tua subjek traumatic growth pada remaja korban
pendampingan pada korban kekerasan melibatkan subjek dalam jumlah yang lebih
seksual karena dukungan sosial merupakan banyak untuk memperkaya data penelitian.
Referensi
Bahri, S., & Fajriani. (2015). Suatu kajian awal terhadap tingkat pelecehan seksual di aceh.
Jurnal Pencerahan, 9 (1), 50-65.
Calhoun, L. G., & Tedeschi, R. G. (2006). Handbook of posttraumatic growth: Research and
practice. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Frazier, P., Tashiro, T., Berman, M., Steger, M., & Long, J. (2004). Correlates of levels and
patterns of positive life changes following sexual assault. Journal of Consulting and
Clinical Psychology, 72 (1), 19-30
Fakhira & Hardianti, R. (2021). Gambaran post-traumatic growth pada remaja korban
kekerasan seksual. Socio Humanus, 1(2), 130-139.
Mason, J. R. (2013). Posttraumatic growth in female sexual assault survivors. Knoxville: The
University of Tennessee.
Muhid, A., Fauziyah, N., Khariroh, L. M., & Andiarna, F. (2019). Quality of Life Perempuan
Penyintas Kekerasan Seksual: Studi Kualitatif. Journal of Health Science and Prevention, 3
(1), 47–55.
Oktasari, O., & Susilowati, L. (2018). Gambaran pengetahuan dan peran orangtua dalam
mencegah terjadinya kekerasan seksual pada remaja di kampung leles, dusun ngringin,
kecamatan depok, sleman yogyakarta.
Oslami, A. F. (2022). Pertimbangan hakim dalam penjatuhan uqubat jarimah pelecehan seksual
terhadap anak di aceh (analisis putusan no8/jn/2020/ms.ttn). Jurnal Ius Civile, 6 (1), 62-
78.
Poliklinik Psikologi RSUD dr.Fauziah Bireuen. (2021). Gambaran Post traumatic growth pada
remaja korban kekerasan seksual di kabupaten bireuen. Laporan RSUD internal: tidak
dipublikasikan.
Rahayu, D. (2016). Posttraumatic growth korban kekerasan pada anak dan remaja (studi di
kota Samarinda). Journal of Psychology & Humanity.
Sesca, E. M. & Hamidah. (2018). Posttraumatic growth pada wanita dewasa awal korban
kekerasan seksual. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 7 (3), 1-13.
Uasni, Z. F. A. H. (2019). Posttraumatic growth pada korban kekerasan dalam rumah tangga.
Psikoborneo, 7 (1), 1–12.
Utami, P. (2020). Gambaran post traumatic growth pada wanita dewasa awal yang mengalami
kekerasan dalam berpacaran. Psikoborneo, 8 (2), 297-306.