1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

IMPLEMENTASI SURAT EDARAN JAKSA AGUNG NOMOR: B-113/F/FD.

1/05/2010
DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN KERUGIAN
NEGARA YANG KECIL OLEH KEJAKSAAN TINGGI RIAU.

Oleh : Sandi Ersya Arrasid

Pembimbing 1 : Dr. Evi Deliana HZ., SH., LL.M.


Pembimbing 2 : Dr. Davit Rahmadan, SH., MH.
Alamat : Jln. Cendrawasih, Pekanbaru
Email :sandi.ersya4148@student.unri.ac.id - Telepon : 082284107194

ABSTRACT
Corruption is a serious crime, then the effort to eradicate corruption needs to be done seriously, and
continuously. Settlement of corruption cases based on the Attorney General's Circular Letter Number
B-113 / F / Fd.1 / 05/2010 uses the concept of restorative justice by prioritizing the return of state
financial losses in cases of corruption with small losses. The purpose of this research are: first, to find
out how to resolve corruption with small losses using the Attorney General Circular Letter Number:
B-113 / F / Fd.1 / 05/2010 based on the concept of restorative justice in the Riau High Prosecutor's
Office, second, to know the obstacles in the implementation of the Attorney General's Circular Letter.
This type of research can be classified in the type of sociological research, namely direct research at
or the place under study. This research was conducted at the Riau High Prosecutor's Office, while the
population and sample were parties related to the problem examined in this study, the source of the
data used were primary data and secondary data, the data collection methods in this study were
interviews and library research.
From the results of the research problem there are two main things that can be concluded. First, the
settlement of corruption with a small state loss based on the Attorney General's Circular Letter. The
method of resolution is carried out by the prosecutor by issuing a Notification of the Progress of
Investigation A2 (cases cannot be upgraded to an investigation), an Order to Stop an Investigation
(SP3), and a P-26 Termination of Prosecution (SKPP) Decree. Second, the obstacles in the
application of the Attorney General's Circular Letter Numberboth external and internal obstacles,
such as irreversible state losses, non-cooperative perpetrator, legal position of Attorney General's
Circular Letter, absence of determination loss limits in Attorney General's Circular Letter, and the
prosecutor's bureaucratic structure that is nuanced by the command. The author's suggestion, first,
the prosecutor's office should prioritize the concept of restorative justice in handling corruption cases
with a small state loss. Second, special legislation is made regarding restorative justice in order to
provide legal certainty.

Keywords: Corruption Crime – Restorative Justice - Attorney General's CircularLetter

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 1
BAB I PENDAHULUAN Wewenang penyidikan tindak pidana
A. Latar Belakang Masalah korupsi merupakan wewenang kejaksaan,
Indonesia adalah negara yang berdasarkan pasal 30 Undang-Undang Nomor
berdasarkan hukum (rechstaat) dan bukan 16 Tahun 2004, Kejaksaan mempunyai tugas
atas kekuasaan belaka (machstaat). Ini dan wewenang untuk melakukan penyidikan
berarti bahwa Republik Indonesia adalah terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
negara hukum yang demokratis berdasarkan undang-undang, yaitu Undang-Undang
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan tentang Pemberantasan Tindak Pidana
menjunjung hukum dan pemerintahan itu Korupsi.
dengan tidak ada kecualinya.1 Wewenang untuk melakukan
Pemerintah Indonesia sebagai penyidikan dalam tindak pidana korupsi leih
penyelenggara negara dituntut untuk khususnya lagi dilakukan oleh Jaksa Agung
memajukan kesejahteraan umum yang Muda Tindak Pidana Khusus, berfungsi
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai pemimpin dan koordinator penyidikan
Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut, dan penuntutan pidana khusus dibawah Jaksa
pemerintah berkewajiban untuk membangun Agung.4 Lebih lanjut, Kejaksaan sebagai
infrastruktur dan pendidikan guna lembaga juga dapat mengeluarkan surat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. edaran, surat edaran adalah naskah dinas yang
Meskipun proses pembangunan dapat berisi pemberitahuan, penjelasan dan/atau
menimbulkan kemajuan dalam kehidupan petunjuk cara melaksanakan hal tertentu yang
masyarakat, disamping itu juga terjadi dianggap penting.5
peningkatan tindak pidana yang meresahkan Salah satu surat edaran yang dikeluarkan
masyarakat. Salah satu tindak pidana yang Kejaksaan adalah Surat Edaran Jaksa Agung
dapat dikatakan cukup fenomenal adalah Muda Pidana Khusus Nomor: B-
masalah korupsi.2 113/F/Fd.1/05/2010 perihal prioritas dan
Korupsi terjadi secara sistematis, pencapaian dalam penanganan perkara tindak
sehingga tidak hanya merugikan keuangan pidana korupsi tanggal 18 Mei 2010 (untuk
negara, tetapi juga melanggar hak-hak sosial selanjutnya disebut sebagai SEJA). SEJA
dan ekonomi masyarakat secara luas. tersebut berisi perintah kepada kepala
Sehingga, korupsi dapat dikategorikan kejaksaan diseluruh indonesia agar
sebagai kejahatan yang serius (serious memprioritaskan perkara tipikor yang bersifat
crime), maka upaya pemberantasan korupsi big fish (berskala besar, dilihat dari pelaku
perlu dilakukan secara serius, terus- dan/atau nilai kerugian) dan perkara tipikor
menerus, dan berkesinambungan.3 yang dilakukan terus menerus (still going on).
SEJA ini menekankan bagi masyarakat yang
1
Mexasasai Indra, "Rekonseptualisasi pengaturan melakukan tindak pidana korupsi dengan
pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam kaintannya kerugian kecil (di bawah Rp. 100 Juta)6 dan
dengan tindak pidana korupsi". Jurnal Ilmu Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Riau, Volume 4, No. 3 4
September 2014, hlm. 139. Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia,
2
Akil Mochtar, Memberantas Korupsi: Efektivitas Sinar Grafika, Jakarta: 2004, hlm. 71.
5
Pasal 1 butir 43 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Sistem Pembalikan Beban Pembuktian dalam Gratifikasi, Nomor 55 Tahun 2010 tentang Tata Naskah Dinas.
Q-Communication, Jakarta: 2006, hlm. 65. 6
Wawancara dengan Bapak Subekhan, SH.,MH,
3
Bambang Waluyo, Pemberantasan Tindak Pidana Asisten Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Riau, Hari Selasa,
Korupsi (Strategi dan Optimalisasi), Sinar Grafika, Jakarta: tanggal 16 April 2019, Bertempat di Kejaksaan Tinggi
2016, hlm. 79. Riau.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 2
telah mengembalikan kerugiannya, maka skripsi dengan judul “Implementasi
dapat digunakan konsep keadilan restoratif. Keadilan Restoratif Dalam Penyelesaian
Salah satu kasus tindak pidana korupsi Tindak Pidana Korupsi Dengan Kerugian
dibawah Rp. 100 juta yang diselesaikan Negara Yang Kecil Oleh Kejaksaan Tinggi
melalui keadilan restoratif yaitu kasus Riau”.
Penghulu Kampung Empang Pandan yang B. Rumusan Masalah
melakukan penyelewengan Alokasi Dana 1. Bagaimana penerapan konsep keadilan
Desa (ADD) sebesar Rp. 15.000.000. Kasus restoratif sesuai Surat Edaran Jaksa
tersebut dalam tahap penyidikan, namun Agung Nomor: B-113/F/Fd.1/05/2010
tersangka sudah mengembalikan seluruhnya dalam penyelesaian tindak pidana
kerugian negara. Sehingga kejaksaan korupsi dengan kerugian kecil di
menerbitkan Surat Perintah Penghentian Kejaksaan Tinggi Riau?
Penyidikan (SP3) terhadap kasus tersebut. 2. Apakah yang menjadi hambatan dalam
Berbeda dengan kasus tersebut, salah penerapan Surat Edaran Jaksa Agung
satu kasus tindak pidana korupsi yang juga Nomor: B-113/F/Fd.1/05/2010 dalam
dibawah Rp. 100 Juta yaitu kasus dengan penyelesaian tindak pidana korupsi
Nomor Perkara 16/Pid.Sus- dengan kerugian negara yang kecil?
TPK/2017/PN.Pbr yang menyebabkan C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
kerugian negara sebanyak Rp. 40.500.000 1. Tujuan Penelitian
dengan terdakwa Jafar Sidik pada dugaan a. Untuk diketahui cara penyelesaian
pembuatan dokumen pembiayaan fiktif tindak pidana korupsi dengan
dalam proyek pengadaan makanan dan kerugian kecil menggunakan Surat
minuman untuk kegiatan Dinas Pendidikan Edaran Jaksa Agung Nomor: B-
dan Kebudayaan Provinsi Riau. Perkara 113/F/Fd.1/05/2010 berdasarkan
tersebut telah diputus oleh hakim dengan konsep keadilan restoratif di
menyatakan bahwa Jafar Sidik bersalah, Kejaksaan Tinggi Riau;
namun yang menjadi perhatian yaitu kasus b. Untuk diketahui hambatan dalam
tindak pidana korupsi ini tetap dilanjutkan pelaksanaan Surat Edaran Jaksa
hingga ke pengadilan dan tidak Agung Nomor: B-113/F/Fd.1/05/2010
menggunakan proses restorative justice dalam penyelesaian tindak pidana
meskipun kerugian keuangan negara korupsi dengan kerugian negara yang
berskala kecil. Sehingga, surat edaran tadi kecil.
menimbulkan ketidakjelasan dalam 2. Kegunaan Penelitian
pelaksanaannya. Adapun kegunaan yang diharapkan
Berdasarkan permasalahan yang telah dari penelitian ini adalah sebagai
Penulis paparkan diatas, Penulis merasa berikut:
sangat perlu adanya penelitian mengenai a. Kegunaan bagi Penulis yakni sebagai
bagaimana sebenarnya penyelesaian kasus salah satu syarat untuk mendapatkan
korupsi dengan kerugian kecil gelar sarjana hukum di Universitas
menggunakan prinsip restorative justice dan Riau;
berdasarkan pada Surat Edaran Jaksa Agung b. Kegunaan Bagi Dunia Akademik
RI Nomor: B-1113/F/Fd.1/05/2010 tentang yakni diharapkan penelitian ini dapat
Prioritas dan Pencapaian Dalam Penanganan menjadi salah satu sumber data untuk
Perkara Tindak Pidana Korupsi. Atas dasar penelitian di masa depan yang
pemikiran ini maka Penulis melakukan berkaitan dan menjadi pertimbangan
penelitian yang dituangkan dalam bentuk

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 3
kajian di masa mendatang yang enforcement dalam penegakan hukum
terkait dengan penelitian Penulis; ini para penegak hukum diharapkan
c. Kegunaan Bagi Instansi Terkait yakni menegakan hukum secara maksimal.
diharapkan penelitian ini dapat c. Actual Enforcement
memberikan masukan dan saran Adanya keterbatasan-keterbatasan
kepada semua pihak. Khususnya dalam bentuk waktu, personil, alat-
terhadap instansi yang terkait alat investigasi, dana dan sebagainya,
mengenai implementasi keadilan yang kesemuanya mengakibatkan
restoratif dalam penyelesaian tindak keharusan dilakukannya diskresi dan
pidana korupsi dengan kerugian sisanya inilah yang disebut dengan
negara yang kecil oleh Kejaksaan actual enforcement.
Tinggi Riau untuk meningkatkan Sebagai suatu proses yang bersifat
profesionalisme dan kredibilitas sistemik, penegakan hukum pidana
dalam melaksanakan tugas dan menampakkan diri sebagai penerapan
fungsinya. hukum pidana (criminal law) yang
D. Kerangka Teori melibatkan berbagai sub sistem struktural
1. Teori Penegakan Hukum berupa aparat kepolisian, kejaksaan,
Pengertian penegak hukum dapat pengadilan dan pemasyarakatan.
diartikan sebagai penyelenggaraan Termasuk di dalamnya lembaga
hukum oleh petugas hukum dan oleh penasehat hukum. Dalam hal ini
setiap orang yang mempunyai penegakan hukum haruslah dipandang
kepentingan sesuai dengan dari 3 dimensi, yaitu:9
kewenangannya masing-masing menurut a. Penegakan hukum dipandang sebagai
aturan hukum yang berlaku.7 sistem normatif (normative system)
Sedangkan, pengertian penegakan yaitu penerapan keseluruhan aturan
hukum pidana adalah penerapan hukum hukum yang menggambarkan nilai-
pidana secara konkrit oleh aparat nilai sosial yang didukung oleh
penegak hukum. Dengan kata lain, sanksi pidana.
penegakan hukum pidana merupakan b. Penegakan hukum dipandang sebagai
pelaksanaan dari peraturan-peraturan sistem administratif (administrative
pidana. Lebih lanjut, Joseph Goldstein system) yang mencakup interaksi
membedakan penegakan hukum pidana antara berbagai aparat penegak
menjadi 3, yaitu:8 hukum yang merupakan sub system
a. Total Enforcement peradilan di atas.
Yakni ruang lingkup penegakan c. Penegakan hukum pidana merupakan
hukum pidana sebagaimana yang sistem sosial (social system), dalam
dirumuskan oleh hukum pidana arti bahwa dalam mendefinisikan
substantif (subtantive law of crime). tindak pidana harus pula
b. Full Enforcement diperhitungkan berbagai perspektif
Setelah ruang lingkup penegakan pemikiran yang ada dalam lapisan
hukum pidana yang bersifat total masyarakat. Sehubungan dengan
tersebut dikurangi area of no berbagai dimensi di atas dapat
dikatakan bahwa sebenarnya hasil
7
Harun M. Husen, Kejahatan dan Penegakan Hukum
9
di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta: 1990, hlm. 58 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum
8
Dellyana, Shant, Konsep Penegakan Hukum, dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan
Liberty, Yogyakarta: 1988, hlm. 32. Kejahatan, Prenada Media, Jakarta: 2018, hlm. 75.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 4
penerapan hukum pidana harus dengan mekanisme yang bekerja pada
menggambarkan keseluruhan hasil sistem peradilan pidana saat ini.11 Lebih
interaksi antara hukum, praktek lanjut, Restorative Justice lebih
administratif dan pelaku sosial. mengedepankan proses dimana semua
2. Teori Restorative Justice pihak yang berhubungan dengan tindak
Konsep Restorative Justice pidana tertentu bersama-sama
merupakan suatu perkembangan dari memecahkan masalah, dan bagaimana
pemikiran manusia yang didasarkan pada menangani akibat dimasa yang akan
tradisi-tradisi peradilan dari peradaban datang. Sehingga keadilan yang
bangsa-bangsa Arab purba, bangsa diharapkan kedua belah pihak yaitu
Yunani dan bangsa Romawi dalam keadilan responsif (real justice) dapat
menyelesaikan masalah termasuk terwujud.12
penyelesaian masalah tindak pidana. Gabbay dalam jurnalnya yang
Istilah umum tentang Restorative Justice berjudul “Exploring The Limits Of The
diperkenalkan untuk pertama kali oleh Restorative Justice Paradigm:
Albert Eglash pada tahun 1959 dalam Restorative Justice And White-Collar
artikelnya yang berjudul Creative Crime” menyebutkan bahwasanya
Restitution: Its Roots in Psychiatry, restorative justice dapat digunakan
Religion and Law. meskipun kejahatan tersebut kejahatan
Menurut Tina S, cara kuno dan yang kerah putih atau restorative justice
paling sering digunakan untuk keadilan interventions are warranted and possible
restoratif, yaitu mempertemukan antara even in high-profile white-collar crime.13
korban dan pelaku yang biasanya disebut Sementara itu, menurut Gerry
mediasi antara korban-pelaku. Dalam Johnstone dan Daniel W. Van Ness
jurnalnya disebutkan, “This process sebagaimana dikutip oleh Bambang
involves bringing the victim and the Waluyo, secara konseptual restorative
offender together to resolve their justice dapat dikelompokkan dalam 3
individual issues in reference to the (tiga) konsep, yaitu:14
crime committed. The process is ideally a a. Encounter Conception
healing one in which the victims have the Konsep ini memandang keadilan
opportunity to meet offenders, discuss restoratif sebagai suatu proses
how the crime has impacted their lives, penyelesaian persoalan yang
discuss the physical, emotional, and
financial impact of the crime, and receive 11
Jonlar Purba, Penegakan Hukum Terhadap Tindak
answers to lingering questions about the Pidana Bermotif Ringan Dengan Restorative Justice, Jala
crime and the offender.”10 Permata Aksara, Jakarta 2017, hlm. 56.
12
Menurut Jonlar Purba, Restorative Davit Rahmadan, "Pidana mati ditinjau dari sudut
pandang hak asasi manusia", Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas
Justice adalah sebuah konsep pemikiran Hukum Universitas Riau, Edisi I, No.1 Agustus 2010, hlm.
yang merespon pengembangan sistem 146.
13
peradilan pidana dengan menitikberatkan Zvi D. Gabbay, Exploring The Limits Of The
pada kebutuhan perlibatan masyarakat Restorative Justice Paradigm: Restorative Justice And
dan korban yang dirasa tersisihkan White-Collar Crime, Cradozo Journal of Conflict
Resolution Spring, Volume 8.2 2007, hlm. 8.
14
Gerry Johnstone and Daniel W. Van Ness,
10
Tina S. Ikpa, Balancing Restorative Justice Handbook of Restorative Justice, Willan Publishing, United
Principles and Due Process Rights in Order to Reform the Kingdom: 2007, hlm. 8-16. dan Bambang Waluyo, Desain
Criminal Justice System, 24 Washington University Journal Fungsi Kejaksaan Pada Restorative Justice, Rajawali Pers,
of Law & Policy 301, 308–09 (2007) Jakarta: 2017, hlm. 41.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 5
ditimbulkan dari suatu kriminalitas yang adil dengan menekankan pemulihan
dengan cara mempertemukan korban, kembali pada keadaan semula, dan bukan
pelaku dan pemangku kepentingan pembalasan.16
lainnya dalam suatu forum informal 3. Tindak Pidana Korupsi adalah suatu
yang demokratis untuk menemukan perbuatan curang yang merugikan
solusi yang positif. keuangan negara. Atau penyelewengan
b. Reparative Justice Conception atau penggelapan uang negara untuk
Konsep ini memandang keadilan kepentingan pribadi dan orang lain.17
restoratif sebagai suatu konsepsi 4. Kerugian Negara adalah nilai kerugian
keadilan yang mengutamakan yang dituntut sebesar kerugian yang
pemulihan terhadap kerugian (harm) terjadi, tidak boleh kurang dan tidak
daripada sekedar memberikan boleh lebih. Sifat kerugiannya adalah
penderitaan kepada pelakunya. nyata dan pasti (telah terjadi).18
c. Transformative Conception 5. Kejaksaan Tinggi adalah instansi vertikal
Konsep ini memandang keadilan di wilayah yang berkedudukan di tiap-
restoratif sebagai suatu way of life. tiap ibukota propinsi/daerah tingkat 1
Pendukung konsep ini memandang dengan daerah hukum yang sama dengan
restorative justice bukan hanya soal wilayah administrasi/daerah tingkat 1
perubahan pendekatan terhadap yang bersangkutan.19 Dalam penulisan
kejahatan tetapi harus lebih jauh lagi, ini pada Kejaksaan Tinggi Riau.
yaitu dalam rangka mencapai suatu F. Metode Penelitian
masyarakat yang adil (achieving a 1. Jenis Penelitian
just society), yang hanya dapat Penelitian ini adalah penelitian
dicapai melalui transformasi untuk hukum sosiologis, artinya meninjau
memahami keberadaan setiap orang keadaan permasalahan yang ada di
sebagai bagian yang tidak terpisahkan lapangan dikaitkan dengan aspek hukum
dari masyarakat dan lingkungan. yang berlaku di dalam masyarakat dan
E. Kerangka Konseptual yang mengatur permasalahan tersebut.
1. Implementasi adalah suatu tindakan atau Karena dalam penelitian ini Penulis
pelaksanaan dari sebuah rencana yang langsung mengadakan penelitian pada
sudah disusun secara matang dan lokasi atau tempat yang diteliti guna
terperinci. Implementasi biasanya memberikan gambaran secara lengkap
dilakukan setelah perencanaan sudah dan jelas tentang masalah yang diteliti.
dianggap sempurna. Menurut KBBI Sedangkan dilihat dari sifatnya penelitian
(Kamus Besar Bahasa Indonesia), ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian
implementasi adalah pelaksanaan atau yang menggambarkan berbagai fakta
penerapan ataupun pengembangan versi
kerja sistem dari desain yang diberikan.15
2. Keadilan Restoratif adalah penyelesaian 16
Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
perkara tindak pidana dengan melibatkan 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
17
pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, Aziz Syamsudin, , Tindak Pidana Khusus, Sinar
dan pihak lain yang terkait untuk Grafika, Jakarta: 2011, hlm 15.
18
Theodorus M. Tuankotta, Menghitung Kerugian
bersama-sama mencari penyelesaian Keuangan Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi, Salemba
Empat, Jakarta: 2009, hlm.90
15 19
KBBI, 2019. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pasal 28 ayat (1) Keputusan Presiden Republik
(KBBI). [Online] available at https://kbbi.kemdikbud.go.id/ Indonesia Nomor 86 Tahun 1992 Tentang Pokok-Pokok
diakses pada tanggal 4 September 2019. Organisasi Kejaksaan Republik Indonesia.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 6
gejala dan fakta yang terdapat dalam d) Undang-Undang Nomor 31
kehidupan sosial secara mendalam. Tahun 1999 tentang
2. Lokasi Penelitian Pemberantasan Tindak Pidana
Penelitian ini dilakukan di Kejaksaan Korupsi;
Tinggi Riau, karena kejaksaan memiliki e) Undang-Undang Nomor 20
wewenang untuk melakukan penyidikan Tahun 2001 Tentang Perubahan
terhadap tindak pidana korupsi, dan atas Undang-Undang Nomor 31
kejaksaan mempunyai arsip dan Tahun 1999 tentang
dokumen yang lengkap mengenai kasus- Pemberantasan Tindak Pidana
kasus yang hendak Penulis teliti. Korupsi ;
3. Populasi f) Keputusan Presiden Republik
Populasi adalah keseluruhan atau Indonesia Nomor 86 Tahun 1992
himpunan obyek dengan ciri yang sama. Tentang Pokok-Pokok
Populasi dapat berupa himpunan orang, Organisasi Kejaksaan Republik
benda, kejadian, kasus-kasus,waktu, atau Indonesia, dan
tempat, dengan sifat atau ciri yang g) Surat Edaran Jaksa Agung RI
sama.20 Adapun yang menjadi informan Nomor B-1113/F/Fd.1/05/2010
dalam penelitian ini adalah Asisten perihal Prioritas dan Pencapaian
Pidsus Kejati Riau. dalam Penanganan Perkara
4. Sumber Data Tindak Pidana Korupsi.
Dalam sebuah penelitian hukum 2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu
sosiologis terbagi menjadi 3 yaitu: bahan-bahan yang memberikan
a. Data Primer penjelasan mengenai bahan hukum
Data primer adalah data yang primer seperti hasil penelitian, hasil
diperoleh secara langsung dari karya dari kalangan hukum dan
lapangan yang sesuai dengan sebagainya.
permasalahan. Disini Penulis 3) Bahan Hukum Tersier, bahan yang
memperoleh data primer dari para memberikan petunjuk atau
responden. penjelasan terhadap bahan hukum
b. Data sekunder primer dan sekunder, seperti buku-
1) Bahan Hukum Primer, yaitu buku, jurnal, laporan hasil penelitian
bahan-bahan hukum mengikat yang berbagai jenis disiplin ilmu yang
berhubungan dengan penelitian yang mempunyai relevansi dengan objek
dilakukan,yaitu: permasalahan yang hendak diteliti.
a) Undang-Undang Dasar Negara 5. Teknik Pengumpulan Data
Republik Indonesia Tahun 1945; Metode penulisan dalam karya
b) Undang-Undang Nomor 16 ilmiah ini adalah penelitian sosiologis.
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Pengumpulan data dilakukan dengan
Republik Indonesia; metode :
c) Undang-Undang Nomor 11 a. Wawancara
Tahun 2012 tentang Sistem Wawancara (interview) adalah situasi
Peradilan Pidana Anak; peran antara pribadi bertatap-muka
(face-to-face), ketika seseorang yakni
pewawancara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang
20
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian dirancang untuk memperoleh
Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2011, hlm. 118.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 7
jawaban-jawaban yang relevan B. Tinjauan Umum Tentang Keadilan
dengan masalah penelitian kepada Restoratif
responden.21 UNODC (United Nations Office on
b. Kajian Kepustakaan Drugs and Crime) dalam buku yang
Yaitu data yang diperoleh melalui berjudul “Handbook on Restorative
penelitian kepustakaan dengan berbagai Justice Programmes”, di dalamnya
sumber seperti peraturan perundang- disebutkan pengertian restorative justice
undangan, buku-buku, jurnal hukum, adalah:24 “Restorative justice is an
dokumen resmi, publikasi, kamus apporach to problem solving that, in its
Bahasa Indonesia, pendapat sarjana, various forms, involves the victim, the
internet dan bahan lainnya yang sangat offender, their social networks, justice
berkaitan dengan penelitian ini. agencies and the community. Restorative
6. Analisis Data justice programmes are based on the
Analisis data yang digunakan adalah fundamental principle that criminal
analisis data kualitatif. Pengumpulan data behaviour not only violates the law, but
menggunakan metode wawancara dan also injures victims and the community”
pengamatan, dan penggunaan-penggunaan Penerapan keadilan restoratif
teori kurang diperlukan.22 Dalam menarik setidaknya harus memenuhi 3 (tiga) hal
kesimpulan penulis menggunakan metode berikut ini: pertama, mengidentifikasi dan
secara deduktif, yaitu menarik suatu mengambil langkah-langkah untuk
kesimpulan dari suatu pernyataan atau dalil memperbaiki kerugian/kerusakan
yang bersifat umum menjadi suatu (identifying and taking steps to repair
pernyataan yang bersifat khusus, yang harm); kedua, melibatkan semua pihak
mana dari berbagai kesimpulan tersebut yang berkepentingan (involving all
dapat diajukan saran. stakeholders); dan ketiga, transformasi
dari pola di mana negara dan masyarakat
menghadapi pelaku dengan pengenaan
BAB IITINJAUAN PUSTAKA sanksi pidana menjadi pola hubungan
A. Tinjauan Umum Tentang Korupsi kooperatif antara pelaku di satu sisi
Korupsi adalah tindakan seseorang dengan masyarakat/korban dalam
yang melakukan suatu perbuatan dengan menyelesaikan masalah akibat kejahatan
maksud untuk memperoleh suatu (transforming the traditional realtionship
keuntungan yang bertentangan dengan between communities and theirs
hak dan kewajiban orang lain. Seorang government in responding to crime). 25
pejabat yang melakukan perbuatan Pendekatan keadilan restoratif dalam
melawan hukum dan penyalahgunaan penyelesaian tindak pidana korupsi masih
wewenang untuk memperoleh disikapi secara kontroversial karena
keuntungan bagi dirinya atau orang lain, dianggap bahwa keadilan restoratif hanya
bertentangan dengan hak dan kewajiban berlaku untuk korban yang nyata
orang lain.23
24
Yvon Dandurand, Handbook on Restorative Justice
21
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Programmes, United Nations Office on Drugs and Crime,
Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta: 2012, hlm. 82. Viena: 2006, hlm. 6.
22
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam 25
Mc Cold and Wacthel, “Restorative Jusice, The
Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2002,hlm.77. International Institute for Restorative Practice (IIRP)”,
23
Amirudin, Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Kluger Publications Journal, New York Criminal Justice
Jasa, Genta Publishing, Yogyakarta: 2010, hlm. 29. Press & Amsterdam, 2003, hlm. 7

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 8
(individu) atau sekelompok masyarakat Asas oportunitas membolehkan jaksa tidak
dan tidak dapat diberlakukan terhadap menuntut perkara pidana, bila mana
tindak pidana yang korbannya negara atau penuntutan tidak patut dilakukan atau
kepentingan pembangunan nasional bilamana penuntutan itu akan merugikan
sehingga untuk bisa dimediasikan adalah kepentingan umum atau negara, sekalipun
hal yang mustahil. Namun terhadap saksi dan buktinya cukup. Dalam rumusan
pendapat tersebut, Marwan Effendy lain disebut “penghentian penuntutan
mengungkapkan gagasannya bahwa karena alasan kebijakan (policy)” atau
keadilan restoratif dapat digunakan dalam dalam bahasa sehari-hari disebut
tindak pidana korupsi, tidak seperti “mengesampingkan perkara” atau
keadilan restoratif pada tindak pidana deponering.29
umum yang harus melibatkan keterlibatan
para pihak korban, pelaku dan masyarakat, BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
terkait masalah korupsi bertitik berat PENELITIAN
kepada pengembalian keuangan Negara.26 A. Gambaran Umum Provinsi Riau
Hal ini sesuai dengan tujuan diciptakannya Seiring dengan berhembusnya
hukum, yaitu sebagai suatu sarana atau “angin reformasi” telah mememberikan
instrumen untuk mengatur hak-hak dan perubahan yang drastis terhadap negeri ini,
kewajiban subjek hukum agar masing- tidak terkecuali di Provinsi Riau sendiri.
masing subjek hukum dapat menjalankan Salah satu perwujudannya adalah dengan
kewajibannya dengan baik dan diberlakukannya pelaksanaan otonomi
mendapatkan haknya secara wajar.27 daerah yang mulai dilaksanakan pada
C. Tinjauan Umum Tentang Asas tanggal 1 januari 2001. Hal ini
Kebijaksanaan Menuntut berimplikasi terhadap timbulnya daerah-
Bambang Waluyo dalam bukunya daerah baru di Indonesia, dari 27 Provinsi
yang berjudul “Desain Fungsi Kejaksaan pada awalnya sekarang sudah menjadi 32
Pada Restorative Justice” memberikan Provinsi mulai tanggal 1 Juli 2004
pengertian tentang asas kebijaksanaan Kepulauan Riau resmi menjadi provinsi
menuntut, yaitu Asas kebijaksanaan ke-32 di Indonesia, itu berarti Provinsi
menuntut pada hakikatnya memberikan yang dulunya terdiri dari 16
kewenangan kepada jaksa untuk menuntut Kabupaten/Kota sekarang hanya menjadi
atau tidak menuntut suatu perkara pidana, 12 Kabupaten.30
baik dengan syarat maupun tanpa syarat.28 B. Gambaran umum Kejaksaan Tinggi
Kewenangan jaksa untuk tidak Riau
melakukan penuntutan perkara pidana Kejaksaan Tinggi Riau adalah
didasarkan pada asas oportunitas atau jajaran Kejaksaan RI yang memiliki
disebut juga asas kebijaksanaan menuntut. daerah tugas di wilayah Provinsi Riau.
Instansi yang berkantor di Jl. Jenderal
26
https://aai.or.id/v3/index.php?option=com_content&
Sudirman No. 375, Pekanbaru dan
view=article7id=186:kebijakan-restorative-justice-masalah- Telepon 0761-29677. Kejaksaan Tinggi
tindak-pidana- ini terdiri atas satu Kejaksaan Negeri Tipe
korupsi&catid=87&itemid=550&showall=1&limitstart, A (Kejaksaan Negeri Pekanbaru), sepuluh
Diakses pada tanggal 19 April 2020. Kejaksaan Negeri Tipe B (Kejaksaan
27
Evi Deliana HZ, "Perlindungan Hukum Terhadap
Anak dari Konten Berbahaya Dalam Media Cetak dan
29
Elektronik", Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Ibid, hlm. 202
30
Universitas Riau, Volume 3, No. 1 2012, hlm. 7. https://www.riauaktual.com, diakses pada tanggal 3
28
Bambang Waluyo, Op. Cit, hlm. 55. Desember 2019.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 9
Negeri Rengat, Dumai, Bengkalis, pertumbuhan ekonomi sebanyak 0.72%
Tembilahan, Bangkinang, Pasir atau, bertambahnya 1 unit dalam indeks
Pangaraian, Siak Sri Indrapura, Teluk korupsi dapat menurunkan rasio
Kuantan, Pangkalan Kerinci, Ujung pertumbuhan ekonomi sebanyak 0.545
Tanjung dan satu cabang Kejaksaan poin. Mengenai hal tersebut, hukum okun
Negeri (Cabang Kejaksaan Negeri menyebutkan bahwa tanpa adanya
Bengkalis di Selat Panjang). Jumlah pertumbuhan ekonomi, maka tingkat
pegawai Kejaksaan se-Riau mencapai 446 pengangguran akan meningkat 0,3% dari
orang, yang terdiri atas 208 orang Jaksa satu kuartal ke kuartal berikutnya.34 Dapat
dan 238 orang Tata Usaha.31 disimpulkan, bahwa apabila terus
meningkatnya level korupsi, maka dapat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN mengakibatkan meningkatnya tingkat
PEMBAHASAN pengangguran di masyarakat.
A. Penerapan Konsep Keadilan Restoratif Dengan demikian, pelaku tindak
Dalam Penyelesaian Tindak Pidana pidana korupsi sangat bertanggungjawab
Korupsi Dengan Kerugian Kecil Sesuai atas perbuatan yang dilakukannya, karena
Surat Edaran Jaksa Agung Nomor: B- perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian
113/F/Fd.1/05/2010 terhadap bangsa Indonesia. Maka dari itu,
Korupsi merupakan akar dari segala pelaku tindak pidana korupsi harus
permasalahan bangsa dan menjadi bertanggungjawab untuk mengembalikan
penyebab utama terjadinya kemiskinan.32 kerugian negara atas korupsi yang mereka
Mahatma Gandhi pernah menyebutkan lakukan.
bahwa korupsi merupakan bentuk Bambang Waluyo dalam bukunya
pelanggaran yang terburuk, hal ini yang berjudul “Viktimologi: Perlindungan
disebabkan karena korupsi dapat Korban dan Saksi” menyebutkan, bahwa
menghambat pertumbuhan ekonomi, Pak dalam perkara korupsi negara dapat
Hung Mo dalam tulisannya yang berjudul menjadi korban tindak pidana korupsi
"Corruption and Economic Growth" karena adanya kerugian keuangan negara
menyebutkan:33 dan perekonomian negara, kualitas
“We find that a 1% increase in the kehidupan, rusaknya infrastruktur dan
corruption level reduces the economy sebagainya.35
growth rate by about 0.72% or, Penyelesaian tindak pidana korupsi
expressed differently, a one-unit menurut United Convention Against
increase in the corruption index Corruption (UNCAC) harus berfokus pada
reduces the growth rate by 0.545 pengembalian aset (asset recovery). Salah
percentage points.” satu konsep pengembalian aset yang dapat
Penelitian tersebut menunjukkan dilakukan oleh Kejaksaan yaitu dengan
bahwa setiap 1% level korupsi meningkat, keadilan restoratif. Konsep penyelesaian
maka mengakibatkan turunnya rasio perkara pidana dengan menggunakan
pendekatan keadilan restoratif merupakan
31
Wawancara dengan Bapak Davit Pujakusuma, SH. mekanisme penyelesaian perkara yang
Bagian Tata Usaha Kejaksaan Tinggi Riau, Hari Jumat,
tanggal 22 Mei 2020, Bertempat di Kejaksaan Tinggi Riau.
32 34
Bambang Waluyo, Op. Cit, hlm. 8. Mayra Astari, "Hukum Okun: Pertumbuhan
33
Pak Hung Mo, "Corruption and Economic Ekonomi dan Tingkat Pengangguran di Indonesia", Thesis,
Growth", Journal of Comparative Economics, School of Program Pascasarjana Universitas Lampung, Bandar
Business, Hong Kong Baptist University, Vol. 29, Lampung, 2019, hlm. 40.
35
November 2000, hlm. 76. Bambang Waluyo, Op. Cit, hlm. 12.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 10
menitikberatkan pada perlibatan antara Dalam prakteknya, proses
pelaku dan korban. Penyelesaian tindak penyelesaian tindak pidana korupsi dengan
pidana korupsi dengan konsep keadilan kerugian kecil menggunakan pendekatan
restoratif dapat dilihat dari Surat Edaran keadilan restoratif sesuai SEJA dilakukan
Jaksa Agung Nomor: B- dengan proses dan tata cara sebagai
113/F/Fd.1/05/2010 tentang Prioritas dan berikut:38
Pencapaian dalam penanganan perkara 1. Penyidik tetap melakukan tindakan
tindak pidana korupsi yang dikeluarkan sesuai SOP (standard operating
oleh Jaksa Agung Muda Tindak Pidana procedure) namun juga harus sejalan
Khusus. dengan Surat Edaran Jaksa Agung
Di dalam SEJA tersebut, Jaksa Agung Nomor: B-113/F/Fd.1/05/2010;
memberikan pendapat sebagai berikut: 2. Penyidik dalam hal ini kejaksaan,
"....bagi masyarakat yang dengan memanggil pelaku untuk melakukan
kesadarannya telah mengembalikan proses mediasi pengembalian kerugian
kerugian keuangan negara (restoratif keuangan negara;
justice), terutama terkait perkara 3. Proses mediasi wajib diikuti oleh
tindak pidana korupsi yang nilai Pelaku, Korban (dalam hal ini Negara
kerugian keuangan negara relatif dan diwakili oleh Kejaksaan), dan
kecil perlu dipertimbangkan untuk pihak-pihak lainnya seperti Badan
tidak ditindaklanjuti...." Pemeriksa Keuangan;
Pertimbangan tersebut didasarkan 4. Tujuan utama mediasi dilakukan untuk
pada gagasan bahwa penanganan perkara menyepakati pengembalian penuh
tindak pidana korupsi yang relatif kecil seluruh kerugian negara yang
dirasa tidak efektif karena biaya diakibatkan oleh tindak pidana korupsi
operasionalnya yang jauh lebih besar. yang dilakukan oleh pelaku;
Menurut Asisten Pidana Khusus Kejaksaan 5. Apabila mediasi disepakati oleh para
Tinggi Riau Bapak Subekhan, beliau pihak, dan pelaku bersedia
menyebutkan “Pada saat FGD (Focus mengembalikan seluruh kerugian
Group Discussion) dengan Kejaksaan negara, maka hasil mediasi dituangkan
Agung, nominal korupsi yang dianggap dalam bentuk surat perdamaian yang
kecil itu adalah dibawah Rp. 100 Juta.36 ditandatangani di atas materai oleh para
Sedangkan, biaya penanganan perkara pihak;
korupsi di lembaga Kejaksaan mencapai 6. Surat perdamaian tersebut kemudian
Rp. 200 juta untuk satu kasus tindak pidana diserahkan kepada penyidik sebagai
korupsi hingga tuntas. Rinciannya, Rp. 25 bahan pertimbangan untuk diterbitkan
juta untuk tahap penyelidikan, Rp. 50 juta Surat Perintah Penghentian Penyidikan
untuk tahap penyidikan, Rp. 100 juta untuk (SP3);
tahap penuntutan, dan sisanya Rp. 25 juta 7. Apabila proses mediasi dilakukan pada
untuk eksekusi putusan yang sudah saat penyelidikan, maka dapat
inkracht.37 diterbitkan Surat Pemberitahuan
Perkembangan Hasil Penyidikan A2
36
Wawancara dengan Bapak Subekhan, SH.,MH,
Asisten Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Riau, Hari Selasa, /mau-tahu-biaya-penanganan-perkara-korupsi-simak-
tanggal 16 April 2019, Bertempat di Kejaksaan Tinggi angka-dan-masalahnya/ diakses pada tanggal 15 Juni 2020.
38
Riau. Wawancara dengan Bapak Hilman Azazi, SH.,MH,
37
Asisten Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Riau, Hari Jumat,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5733f0ea01aea tanggal 22 Mei 2020, Bertempat di Kejaksaan Tinggi Riau.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 11
(perkara tidak dapat ditingkatkan ke B. Hambatan-Hambatan dalam penerapan
penyidikan). Surat Edaran Jaksa Agung Nomor: B-
Apabila perkara telah sampai pada tahap 113/F/Fd.1/05/2010 dalam Penyelesaian
penuntutan, maka dapat diterbitkan Surat Tindak Pidana Korupsi dengan
Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKPP) Kerugian Negara yang Kecil
P-26. Berkaitan dengan penerapan SEJA
Perlunya perkara tindak pidana dalam penyelesaian tindak pidana korupsi
korupsi yang nilai kerugiannya sebesar Rp. dengan kerugian negara yang kecil, tidak
100 Juta ke bawah diselesaikan di luar terlepas dari hambatan-hambatan yang
pengadilan melalui pendekatan keadilan dihadapi oleh Kejaksaan dalam
restoratif, didasari pertimbangan sebagai penerapannya. Adapun yang menjadi
berikut: hambatan-hambatan (baik hambatan
1. Upaya penanganan perkara korupsi eksternal maupun hambatan internal) yang
membutuhkan waktu, biaya dan tenaga menyebabkan terhambatanya penerapan
yang cukup besar, seiring dengan konsep keadilan restoratif dalam
proses pemeriksaan persidangan yang penyelesaian tindak pidana korupsi dengan
harus dilakukan di Ibukota Provinsi kerugian negara yang kecil adalah sebagai
(Pengadilan IA). berikut:
2. Dengan dikesampingkannya penuntutan 1. Hambatan Eksternal:
perkara korupsi yang nilai kerugiannya a. Kerugian Negara Tidak Dapat
Rp. 100 Juta ke bawah, maka aparatur Dikembalikan
penegak hukum (khususnya jaksa) Fokus utama dari penerapan
dapat lebih berkonsentrasi dalam keadilan restoratif terhadap tindak
menangani kasus-kasus korupsi yang pidana korupsi yaitu untuk
besar. mengembalikan kerugian negara
3. Biaya penanganan perkara korupsi yang seutuhnya. Namun seringkali
dikeluarkan tidak sebanding dengan pelaku tindak pidana korupsi sudah
nilai kerugian negara. Adapun biaya terlanjur menghabiskan hasil dari
penanganan perkara korupsi, mulai dari tindak pidana korupsi tersebut.40
tahap penyelidikan sampai eksekusi, b. Pelaku yang Tidak Kooperatif
berdasarkan hasil penelitian Pusat Dalam menerapkan konsep keadilan
Litbang Kejaksaan Agung pada 6 restoratif, peran pelaku harus lebih
(enam) wilayah hukum Kejaksaan aktif dalam melakukan inisiasi
Tinggi ialah: Aceh (Rp. 303 Juta), damai terhadap permasalahan yang
Jambi (Rp. 281 Juta), Bangka Belitung timbul atas tindak pidana korupsi.
(Rp. 290 Juta), Kalimantan Barat (Rp. Pelaku yang tidak kooperatif
309 Juta), Jawa Timur (Rp. 296 Juta), dengan penegak hukum tentunya
dan Papua (Rp. 413 Juta).39 menghambat proses penerapan
4. Prinsip fundamental UNCAC 2003 keadilan restoratif, contohnya
pada dasarnya memprioritaskan pelaku yang menolak mengaku
pengembalian kerugian keuangan bersalah.41
negara (asset recovery), bukan
pembalasan terhadap pelaku.
40
Wawancara dengan Bapak Hilman Azazi, SH.,MH,
39
B.D Srimarsita, et. al., Naskah Laporan Penelitian Asisten Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Riau, Hari Jumat,
Tentang Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Korupsi, tanggal 22 Mei 2020, Bertempat di Kejaksaan Tinggi Riau.
41
Pusat Litbang Kejaksaan Agung RI, Jakarta: 2014, hlm. 80. Ibid.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 12
2. Hambatan Internal: kerugian keuangan negara. Namun
a. Kedudukan hukum SEJA kasus yang dapat diselesaikan dengan
Dalam hierarki peraturan keadilan restoratif dibatasi pada sifat
perundang-undangan Indonesia, perkara yang bersifat big fish (berskala
surat edaran tidak termasuk besar, pelaku dan kerugian negara), dan
kedalam peraturan perundang- still going on (tindak pidana korupsi
undangan. Hal ini dapat dilihat yang dilakukan terus
dalam Pasal 7 dan Pasal 8 Undang- menerus).dilakukan oleh kejaksaan
Undang Nomor 12 Tahun 2011 dengan cara penerbitan Surat
tentang Pembentukan Peraturan Pemberitahuan Perkembangan Hasil
Perundang-undangan, dimana surat Penyidikan A2 (perkara tidak dapat
edaran tidak termasuk sebagai ditingkatkan ke penyidikan), Surat
peraturan perundang-undangan. Perintah Penghentian Penyidikan (SP3),
b. Penentuan Batasan Kerugian dan Surat Ketetapan Penghentian
Dalam SEJA Penentuan Batasan Penuntutan (SKPP) P-26.
Kerugian Dalam SEJA 2. Hambatan dalam penerapan Surat
Dalam SEJA tersebut, tidak Edaran Jaksa Agung Nomor: B-
disebutkan secara tertulis batasan 113/F/Fd.1/05/2010 terbagi atas 2,
kerugian negara yang dianggap pertama, hambatan eksternal yaitu
“kecil”. Sehingga menyulitkan seperti kerugian negara yang tidak
Kejaksaan untuk menentukan kasus dapat dikembalikan oleh pelaku, pelaku
korupsi mana yang dapat yang tidak kooperatif, hambatan-
diterapkan keadilan restoratif. hambatan ini dikatakan hambatan
c. Struktur Birokrasi Kejaksaan eksternal karena masalahnya terletak
Menurut Bambang Waluyo, struktur pada pelaku tindak pidana korupsi.
birokrasi di Kejaksaan masih kental Kedua, hambatan internal yaitu seperti
dengan nuansa kesatuan komando. kedudukan hukum SEJA, tidak adanya
Sehingga dominasi pimpinan sangat penentuan batasan kerugian di dalam
kental dalam membuat suatu SEJA, dan struktur birokrasi kejaksaan
kebijaksanaan (diskresi) penyidikan yang bernuansa komando, dapat
ataupun penuntutan.42 dikatakan hambatan ini terletak pada
instansi kejaksaan itu sendiri.
BAB V PENUTUP B. Saran
A. Kesimpulan 1. Kepada aparat penegak hukum terutama
Berdasarkan hasil penelitian yang kejaksaan hendaknya dapat
telah dilakukan oleh Penulis, maka Penulis mengedepankan konsep keadilan
menarik kesimpulan sebagai berikut: restoratif dalam penanganan kasus
1. Penyelesaian tindak pidana korupsi korupsi dengan kerugian kecil,
dengan nilai kerugian negara yang kecil mengingat manfaat yang diberikan
berdasarkan Surat Edaran Jaksa Agung lebih besar. Serta menitikberatkan pada
RI Nomor B-113/F/Fd.1/05/2010 pemulihan aset (asset recovery)
dengan menggunakan pendekatan terhadap kerugian keuangan negara,
keadilan restoratif penyelesaiannya bukan hanya mengedepankan
harus mengutamakan pengembalian pembalasan pidana bagi pelaku.
2. Untuk mengatasi hambatan dalam
42
penerapan konsep keadilan restoratif
Bambang Waluyo, Op. Cit, hlm. 263

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 13
dalam penyelesaian kasus tindak pidana Pembuktian dalam Gratifikasi, Q-
korupsi, hendaknya segera membentuk Communication, Jakarta.
peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan penyelesaian tindak Purba, Jonlar, 2017, Penegakan Hukum
pidana dengan konsep keadilan Terhadap Tindak Pidana Bermotif
restoratif. Sehingga dapat memberikan Ringan Dengan Restorative Justice,
kepastian hukum dan konsep keadilan Jala Permata Aksara, Jakarta.
restoratif dapat dipergunakan
kedepannya secara efektif. Shant, Dellyana, 1988, Konsep Penegakan
Hukum, Liberty, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Sunggono, Bambang, 2011, Metodologi
Amirudin, 2010, Korupsi Dalam Pengadaan Penelitian Hukum, RajaGrafindo
Barang dan Jasa, Genta Publishing, Persada, Jakarta.
Yogyakarta.
Syamsudin, Aziz, 2011, Tindak Pidana
Amiruddin, Zainal Asikin, 2012, Pengantar Khusus, Sinar Grafika, Jakarta.
Metode Penelitian Hukum, Rajawali
Pers, Jakarta. Tuankotta, M. Theodorus, 2009,
Menghitung Kerugian Keuangan
Arief, Barda Nawawi, 2018, Masalah Negara Dalam Tindak Pidana
Penegakan Hukum dan Kebijakan Korupsi, Salemba Empat, Jakarta.
Hukum Pidana dalam Waluyo, Bambang, 2017, Desain Fungsi
Penanggulangan Kejahatan, Prenada Kejaksaan pada Restorative Justice,
Media, Jakarta. RajawaliPers, Jakarta.

B.D Srimarsita, et. al., 2014, Naskah Waluyo, Bambang, 2016, Pemberantasan
Laporan Penelitian Tentang Tindak Pidana Korupsi (Strategi dan
Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Optimalisasi), Sinar Grafika, Jakarta.
Korupsi, Pusat Litbang Kejaksaan
Agung RI, Jakarta. B. Jurnal/Kamus/Makalah
Deliana HZ, Evi, 2012, "Perlindungan
Dandurand, Yvon, 2006, Handbook on Hukum Terhadap Anak dari Konten
Restorative Justice Programmes, Berbahaya Dalam Media Cetak dan
United Nations Office on Drugs and Elektronik", Jurnal Ilmu Hukum,
Crime, Viena. Fakultas Hukum Universitas Riau,
Volume 3, No. 1.
Hamzah, Andi, 2004, Hukum Acara Pidana
Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Gabbay, Zvi, 2007, “Exploring The Limits
of The Restorative Justice Paradigm:
Husen, Harun M, 1990, Kejahatan dan Restorative Justice And White-Collar
Penegakan Hukum di Indonesia, Crime”, Cradozo Journal of Conflict
Rineka Cipta, Jakarta. Resolution Spring, Volume 8.2.
Journal Westlaw, diakses pada tanggal
Mochtar, Akil, 2006, Memberantas Korupsi 15 Juni 2019.
Efektivitas Sistem Pembalikan Beban

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 14
Indra, Mexasasai, 2014, "Rekonseptualisasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
pengaturan pengadaan barang dan jasa Tentang Perubahan atas Undang-
pemerintah dalam kaintannya dengan Undang Nomor 31 Tahun 1999
tindak pidana korupsi", Jurnal Ilmu tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Korupsi, Lembaran Negara Republik
Riau, Volume 4, No. 3 September. Indonesia Tahun 1999 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Mo, Pak Hung, "Corruption and Economic Indonesia Nomor 4150.
Growth", Journal of Comparative
Economics, School of Business, Hong Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
Kong Baptist University, Vol. 29 Tentang Sistem Peradilan Pidana
November. Anak, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 153,
Rahmadan, Davit, 2010, "Pidana Mati Tambahan Lembaran Negara Republik
Ditinjau Dari Sudut Pandang Hak Indonesia Nomor 5332.
Asasi Manusia”, Jurnal Ilmu Hukum,
Fakultas Hukum Universitas Riau,
Edisi I, No. 1 Agustus.

Tina S. Ikpa, 2007, "Balancing Restorative


Justice Principles and Due Process
Rights in Order to Reform the
Criminal Justice System”, Washington
University Journal of Law & Policy
301, August. Journal Westlaw, diakses
pada tanggal 15 Juni 2019.

C. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004


tentang Kejaksaan Republik Indonesia,
Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4401.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999


tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3874.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume VII Nomor 2 Juli-Desember 2020 15

You might also like