Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Biologi Indonesia Vol. III, No.

1, Juni 2001

KARAKTERISASI AMILASE DARI ISOLAT BAKTERI YANG BERASAL DARI


BALI DAN LOMBOK

Elidar Naiola

Balitbang Mikrobiologi, Puslitbang Biologi LIPI


Jl. Raya Juanda 18, Bogor

ABSTRACT

CHARACTERIZATION OF AMYLASE FROM BACTERIAL ISOLATES FROM BALI


AND LOMBOK. ELIDAR NAIOLA. Twenty-one bacterial isolates were isolated from
various sample of fermented foods from Bali and Lombok, and their ability to produce
amylase has been done. It was found 13 number of bacteria shown the amylolytic activity
which shown the clear zone areal after pouring with iodium solution, twelve out of the
thirteen isolates were belonged to the genus of Bacillus spp. The isolate (ISO B3.2) to be the
most active compared to another and it was identified as Bacillus cereus, the activity of this
enzyme obtain was 54,19 x 102 U/ml (one unit activity is define as micromol of glucose
produce per ml per minute). The maximum temperature for enzyme reaction was 40 – 50 oC,
optimal pH was pH 5.0 – 7.0 and enzyme was relatively stable in those condition. The
bacteria produced high amylase when it was grown in media containing rice glutinosa flour
or rice flour (as carbon source), the amylase activity in media containing rice glutinous and
rice flour were 337.50 x 102 U/ml and 301.1 x 102 U/mL, respectively. From kinetic
characterization study, it was found that enzyme showed Km and Vmax value of 0,0036 and
89.36 micromol/ml/minute respectively at condition (pH 7.0; temp. 40oC; incubation time 10
minute)

Key words: Amylase, Bacillus spp., characterization, activity

ABSTRAK

KARAKTERISASI AMILASE DARI ISOLAT BAKTERI YANG BERASAL DARI BALI


DAN LOMBOK. ELIDAR NAIOLA. Telah diisolasi sebanyak dua puluh satu isolat bakteri
dari beberapa contoh makanan/ minuman fermentasi tradisional serta sumber lainnya dari
daerah Bali dan Lombok, untuk diuji kemampuan amilolitiknya secara kualitatif, semi
kuantitatif dan kuantitatif. Hasil pengujian menunjukkan sebanyak tiga belas isolat yang
mempunyai kemampuan amilolitik. Sebagian besar adalah termasuk kelompok Bacillus spp.
Aktivitas amilase tertinggi (54,19 x 102 U/ml) dihasilkan oleh isolat B3.2 yang diidentifikasi
sebagai Bacillus cereus. Suhu optimal untuk reaksi enzimatis amilase kasar dari B. cereus
adalah 40 - 50oC, sedangkan untuk pH optimal antara pH 5,0 – 7,0 dan relatif stabil pada
kisaran pH tersebut. Sebagai media produksi amilase, tepung ketan dan tepung beras
merupakan sumber C yang baik. Aktivitas amilase pada media ketan adalah 377,50 x 10 2
U/ml dan pada tepung beras adalah 301 x 102 U/ml. Penghitungan secara kinetika reaksi
dengan menggunakan beberapa variasi konsentrasi pati sebagai substrat diketahui bahwa Km
32
Jurnal Biologi Indonesia Vol. III, No. 1, Juni 2001

dan Vm filtrat biakan B. cereus mengandung amilase adalah 0,0036% dan 89,36 x 102
U/ml/menit pada kondisi pH 7,0; suhu 40oC; inkubasi 10 menit.

Kata kunci: Amilase, Bacillus spp., karakterisasi, aktivitas

PENDAHULUAN bekerja pada bagian samping dari ikatan


amilo-(1,4)-maltosidase yang menghasil-
Akhir-akhir ini penggunaan enzim kan maltosa, sehingga dikenal sebagai
di Indonesia semakin meningkat, terutama “exo-amilase”. Enzim amiloglukosidase
untuk penerapan dalam berbagai bidang atau amilo-(1,4, 1-6)-glukosidase dapat
bioindustri. Enzim amilase adalah salah memecah ikatan 1,4-glikosidik secara
satu kelompok enzim yang dapat berturut-turut dari ujung rantai nonreduksi
dihasilkan oleh mikroorganisme yang telah sehingga menghasilkan glukosa.
banyak dimanfaatkan dalam berbagai Enzim amilase dapat diisolasi dari
bidang industri, pangan maupun non mikroba antara lain kapang, bakteri dan
pangan. Hingga saat ini kebutuhan akan khamir. Enzim yang diisolasi dari mikroba
enzim amilase belum dapat terpenuhi memiliki beberapa keunggulan antara lain
sehingga masih harus diimpor dari luar produksinya tidak terbatas, dapat
negeri. diproduksi hingga skala tertentu, lebih
Amilase antara lain -amilase, β- ekonomis dan produktivitasnya dapat
amilase, amiloglukosidase dan iso-amilase ditingkatkan.
adalah kelompok enzim yang dapat Beberapa isolat bakteri penghasil
memecah pati menjadi gula-gula amilase yang sudah dikembangkan secara
sederhana (glukosa) yang banyak komersial adalah dari genus Bacillus spp.
digunakan dalam berbagai industri seperti antara lain B. substilis, B. mycoides. B.
indusri tekstil, deterjen dan gula cair non stearothermophillus, B cereus, dan B
tebu. Dalam industri pangan, -amilase polymixa, sedangkan dari kelompok
berperan dalam mempercepat proses kapang adalah Aspergillus spp., dan
hidrolisis pati dan menurunkan viskositas Rhizopus spp. yang merupakan
pati (Nigam dan Singh, 1995). mikroorganisme penghasil amiloglu-
α-amilase yang disebut juga kosidase,  amilase dan transglukosidase
dextrinizing enzyme atau starch liquifing, (Fogarty dan Kelly, 1980; Frazier dan
adalah enzim yang menghasil-kan dekstrin Westhoff, 1981).
sebagai produk utama. Enzim α-amilase Sebagai medium produksi amilase
menghidrolisa ikatan glukosidik molekul dapat digunakan berbagai macam sumber
pati dibagian tengah pada ikatan α-1-4 karbohidrat seperti tepung jagung,
glikosidik sehingga lebih dikenal sebagai kentang, singkong, sagu, ubi jalar, dedak
“endo-amilase”. α-amilase menghidrolisa gandum, dedak beras serta sumber
pati melalui dua tahapan, tahap pertama karbohidrat lainnya. Nasi juga merupakan
mendegradasi pati menjadi maltosa dan bahan yang banyak digunakan sebagai
maltoriosa yang pada tahap berikutnya media pertumbuhan bagi mikroorganisme
dihidrolisis menjadi glukosa dan maltosa. penghasil enzim amilase seperti
Hidrolisis amilopektin oleh α-amilase Aspergillus niger maupun Rhizopus sp.
dapat menghasilkan glukosa, maltosa dan (Kinoshita et al., 1982).
beberapa dekstrin yang terdiri dari Dalam penelitian ini telah diisolasi
beberapa glukosa. Enzim β-amilase bakteri penghasil amilase yang berasal dari
33
Jurnal Biologi Indonesia Vol. III, No. 1, Juni 2001

beberapa contoh baik contoh pangan secara kualitatif, semi-kuantitatif dan


maupun non pangan, Beberapa sifat dari kuantitatif.
isolat terseleksi juga dipelajari untuk Pengujian aktivitas amilase secara
memperoleh biakan bakteri penghasil kualitatif dan semi kuantitatif dilakukan
amilase yang dapat digunakan untuk dengan cara menumbuhkan isolat-isolat
beberapa keperluan industri . bakteri pada permukaan media agar YPSs.
Satu ose biakan bakteri yang berumur tiga
BAHAN DAN CARA KERJA hari ditumbuhkan pada permukaan media
agar YPSs, kemudian inkubasikan selama
Biakan bakteri dua hari pada suhu kamar. Adanya
Biakan bakteri yang digunakan aktivitas amilase terlihat dengan
dalam penelitian ini diisolasi dari beberapa munculnya zona bening disekitar koloni
contoh, antara lain produk pangan/ setelah dituang dengan larutan iodine.
minuman fermentasi (bahan baku brem, Hasil bagi antara diameter zona bening dan
tuak lontar, anggur merah, terasi), susu diameter koloni dinyatakan sebagai
kuda liar serta dari beberapa contoh aktivitas enzim secara nisbi.
lainnya yang berasal dari daerah Bali dan
Lombok. Pegujian aktivitas amilase
Setengah ml larutan enzim
Media ditambahkan kedalam 0,5 ml substrat (
Media untuk memelihara isolat 2% pati terlarut dalam 0.05 M larutan
bakteri digunakan nutrien agar dengan bufer fosfat, pH 7), kemudian di-
komposisi ; 3 gr beef extract, 5 gr pepton, inkubasikan pada suhu 40oC selama 10
20 gr bacto agar dan dipersiapkan dalam menit. Produk yang terbentuk berupa gula
satu liter akuades. Untuk isolasi dan media reduksi (glukosa) diukur dengan metoda
produksi enzim amilase digunakan media Bernfeld. (1955) menggunakan asam 3,5
YPSs cair dan padat dengan komposisi: dinitrosalisilat (DNS) dan konsentrasinya
0,2% ekstrak khamir, 0,5% pepton, 0,3% dikonversikan dengan standar glukosa.
KH2PO4, 0,05% MgSO4. 7H2O, 0,01% Satu unit aktivitas amilase adalah
CaCl2.2H2O, 20 gr agar dan 2% pati banyaknya enzim yang dapat
terlarut sebagai sumber karbon menghasilkan 1μg glukosa per menit per
(Mangunwardoyo et al., 1982). ml larutan enzim pada kondisi pengujian
yang dilakukan.
Isolasi dan seleksi isolat penghasil
amilase Penentuan kondisi optimum aktivitas
Isolasi dilakukan setelah tampak amilolitik
adanya pertumbuhan masing-masing Menurut Gangrong et al. (1990)
contoh yang diinokulasikan dan enzim amilase dapat diproduksi dari
diinkubasikan selama dua hari pada suhu Bacillus cereus (isolat no. B3.2) dengan
kamar dalam medium selektif (YPSs cair menggunakan media cair YPSs cair yang
yang mengandung 2% pati terlarut). mengandung 2% pati terlarut. Starter
Bakteri yang tumbuh diisolasi dengan dibuat dengan menambahkan akuades
menginokulasikan beberapa tetes dari steril kedalam biakan berumur 5–7 hari,
medium cair tersebut pada permukaan sehingga diperoleh suspensi yang
media YPSs padat. Setiap isolat murni mengandung spora dengan kepekatan optik
dipelihara dalam media nutrien agar 0,5 pada panjang gelombang 540 nm.
miring. Seleksi terhadap kemampuan isolat Sebanyak 2,5 % suspensi diinokulasikan
dalam menghasilkan amilase dilakukan kedalam media produksi dan selanjutnya
34
Jurnal Biologi Indonesia Vol. III, No. 1, Juni 2001

diinkubasikan pada suhu kamar. Setelah mulai dari 0,2%–2,0%. Nilai dari aktivitas
dua hari inkubasi, enzim amilase enzim yang didapat diplotkan ke dalam
diekstraksi dengan cara sentrifugasi pada kurva Michaelis-Menten. Uji kurva
kecepatan 10.000 rpm selama lima menit, hubungan antara 1/(s) dan 1/(v), dilakukan
dan larutan enzim yang diperoleh diuji untuk menghitung tetapan Michaeles-
aktivitas amilolitiknya. Menten (Km) enzim.
Untuk melihat pengaruh pH
terhadap aktivitas enzim amilase HASIL DAN PEMBAHASAN
(amilolitik), pengujian dilakukan dalam
larutan buffer pada (pH 4 – 10). Larutan Hasil isolasi dan seleksi
buffer yang digunakan adalah 0,05 M Sebanyak 21 isolat bakteri telah
buffer asetat (pH 4 – 6), 0,05 M buffer diisolasi dengan cara menginokulasikan
fosfat (pH 6 – 8) dan 0,05 M buffer masing-masing contoh kedalam medium
Atkins dan Pantin (pH 9 – 10). selektif (YPSs cair yang mengandung
Stabilitas enzim amilase terhadap 2% pati terlarut). Setelah diinkubasikan
pH ditentukan dengan cara mengin- selama dua hari pada suhu kamar, bakteri
kubasikan larutan enzim selama satu jam yang tumbuh diisolasi dengan cara
dalam larutan buffer pada pH yang menumbuhkan beberapa tetes media
bervariasi ( 4 – 10), yaitu sebanyak 0,25 mengandung sample tersebut pada
ml larutan enzim ditambahkan kedalam permukaan media YPSs padat. Setiap
0,25 bufer (0,01 M, pH 4 – 10), isolat murni dipelihara dalam media
diinkubasikan pada suhu 4oC selama satu miring nutrient agar.
jam, selanjutnya ditambahkan 0,5 ml Hasil pengujian secara kualitatif
substrat (2% pati terlarut dalam 0,05 M menunjukkan bahwa sebanyak 18 isolat
buffer fosfat, pH 7). Aktivitas enzim memiliki aktivitas amilolitik, yang
amilase tersisa diuji sesuai dengan standar ditandai dengan adanya zona bening
pengujian dan nilainya dinyatakan dalam disekitar koloni setelah dituangi larutan
persen terhadap aktivitas enzim tanpa iod. Selanjutnya isolat-isolat yang
perlakuan. menunjukkan positif aktivitas amilolitik
Pengaruh suhu terhadap enzim secara kualiatatif diukur secara semi-
amilase diuji dengan cara mengukur kuantitatif dengan cara membandingkan
aktifitasnya pada berbagai macam suhu diameter zona bening disekitar koloni
yang berkisar antara 35 - 70oC. Stabilitas dengan diameter koloni setelah dituangi
enzim amilase terhadap suhu diukur larutan iod (Tabel 1.).
dengan cara menginkubasikan larutan Hasil penghitungan secara semi-
enzim selama 10 menit pada variasi suhu kuantitatif menunjukkan terdapat delapan
(35 – 70oC). Segera setelah inkubasi isolat memiliki diameter zona bening
larutan enzim didinginkan dengan cepat (aktivitas amilase relatif) dengan nilai >2
dan aktivitas enzim amilase yang tersisa dan tiga belas isolat degan nilai antara 1 –
diukur dengan cara yang sama dan 2. Isolat-isolat yang mempunyai aktivitas
nilainya dinyatakan dalam persen terhadap amilase cukup tinggi umumnya berasal.
aktivitas enzim tanpa perlakuan. dari produk makanan/ minuman hasil
fermentasi, tiga diantaranya berasal dari
Penentuan konstanta kinetika reaksi brem Bali, dan satu dari brem Lombok,
Aktivitas enzim dilakukan pada yaitu makanan fermentasi yang dibuat
kondisi optimumnya (pH 7,0, suhu 40oC dengan menggunakan beras ketan sebagai
dan waktu inkubasi 10 menit) dengan bahan dasarnya. Isolat lainnya yang
variasi konsentrasi substrat (pati terlarut) mempunyai aktivitas amilase yang cukup
35
Jurnal Biologi Indonesia Vol. III, No. 1, Juni 2001

Tabel 1. Hasil pengujian aktivitas amilase secara kualitatif dan semikuantitatif

Uji kualitatif Uji semi kuantitatif


Isolat (zona bening) (Diameter zona Asal biakan
bening/koloni)
B3.1 _ _ Bahan Baku Brem, Bali
B3.2 +++ 2,64 “
B3.3 +++ 2,06 “
B3.4 +++ 2,63 “
B3.5 ++ 2,25 “
SKL ++ 2,15 Susu kuda liar, Lombok
BL ++ 2,10 Brem, Lombok
TL ++ 2,98 Tuak Lontar, Lombok
TL.1 + 1,1 “
AM _ _ Anggur Merah, Bali
AP + 1,71 Air Panas, Bali
AP.1 + 1,25 “
TM.1 + 1,2 Terasi Mono, Bali
TM.2 _ _ “
TK ++ 2,4 Tanah Kapur, Bali
TU.1 +++ 1,5 Terasi Udang, Bali
TU.2 +++ 1,71 “
AL.1 +++ 1,8 Air Laut, Bali
AL.2 ++ 1,7 “
Tl. 2 ++ 1,8 Tuak Lontar, Lombok
TL.3 ++ 1,6 “
Keterangan : +++ Diameter zona bening besar
++ Diameter zona bening sedang
+ Diameter zona bening kecil
- Tidak ada zona bening

tinggi masing-masing adalah satu isolat sedangkan isolat lainnya memiliki


yang diisolasi dari tuak lontar Lombok, aktivitas amilase yang berkisar antara
susu kuda liar Bali, dan tanah kapur Bali. 12,60 x 102 U/ml – 33,72 x 102 U/ml,
Isolat yang secara semikuantitatif tergantung dari jenis serta sumber
memiliki aktivitas amilase cukup tinggi isolatnya (Tabel. 2).
(nilai relatif >2), selanjutnya diuji Hasil pengamatan terhadap pati
kemampuan amilasenya secara kuantitatif. yang tersisa dalam media menunjukkan
Uji aktivitas secara kuantitatif bahwa setelah 24 jam inkubasi, sembilan
dilakukan untuk mengetahui aktivitas dari seluruh isolat yang ditumbuhkan
enzim amilase filtrat biakan dengan dalam media mengandung 2% pati,
menggunakan media YPSs cair mampu menggunakan semua pati terlarut
mengandung 2% pati terlarut sebagai yang tersedia dalam medium, ditandai
bahan penginduksi. Hasil pengujian dengan hasil reaksi yang negatif terhadap
menunjukkan bahwa B. cereus (isolat larutan iod. Dari hasil tersebut dapat
B3.2) mempunyai kemampuan amilase diperkirakan bahwa salah satu jenis enzim
tertinggi yaitu sebesar 54,19 x 102 U/ml, amilase yang dimiliki oleh isolat tersebut
36
Jurnal Biologi Indonesia Vol. III, No. 1, Juni 2001

adalah amiloglukosidase yang dapat ketika suhu dinaikkan hingga mencapai


menghasilkan glukosa sebagai produk 70oC. Tampaknya bahwa suhu optimum
akhirnya. Akan tetapi tiga isolat lainnya untuk berlansungnya reaksi enzimatis
tidak menggunakan semua pati yang adalah pada suhu 40 - 50oC, sebagai
tersedia dalam medium secara optimal. indikasinyya bahwa enzim relatif stabil
Hasil identifikasi menunjukkan setelah diinkubasikan selama 10 menit
bahwa hampir semua isolat yang diuji pada kisaran suhu tersebut. Enzim amilase
termasuk kedalam genus Bacillus (Tabel sedikit kehilangan aktivitasnya pada suhu
3). 60oC. dan hampir kehilangan semua
o
aktivitasnya pada suhu 70 C. Menurut
Penentuan kondisi optimum ekstrak laporan Nikolov dan Reilly (1993) enzim
kasar amilase dari isolat B. cereus B3.2 α-amilase dari B. substilis mencapai
Untuk mempelajari beberapa aktivitas optimum pada suhu 50 oC.
karakter amilase kasar, maka isolat B. Pengaruh pH terhadap aktivits
cereus B3.2 dengan aktivitas amilase amilase kasar B. cereus diuji dengan
tertinggi dipilih untuk pengujian mereaksikan larutan enzim pada berbagai
berikutnya. Pada penentuan optimasi pH selama 10 menit, hasilnya dapat dilihat
aktivitas enzim amilase kasar dilakukan uji pada Gambar 2. Hasil pengamatan
menggunakan variasi suhu (35, 40, 45, 50, menunjukkan bahwa apabila reaksi
55, 60, 65 dan 70 oC) dan hasilnya dapat enzimatis amilase dilakukan dalam 0,05
dilihat pada Gambar..1. M fosfat bufer, maka aktivitas amilase
Aktivitas amilase tertinggi adalah tertinggi adalah pada pH 7.0 yaitu sebesar
pada suhu 55oC yaitu sebesar 85,87 x 102 53,53 x 102 U/ml dan aktivitas optimum
U/ml. Aktivitas enzim mulai menurun berada pada kisaran pH 5,0 – 7,0, yaitu pa-

Tabel 2. Hasil uji aktivitas amilase isolat-isolat bakteri secara kuantitatif

Isolat Aktivitas amilase Uji kualitatif pati yang tersisa


(x 102 U/ml) dalam medium
B3.2 54,19 -
B3.3 27,12 -
B3.5 25,80 -
SKL 26,46 +
BL2 27,12 -
TL.2 12,60 +
AP 24,48 +/-
TM 19,86 -
TK 24,48 -
TU.2 33,72 -
AL.2 20,52 -
TL.1 21,84 +-
TL.3 31,74 -
Keterangan : - Tidak ada pati yang tersisa
+ Pati yang tersisa sedikit
+- Pati yang tersisa sangat sedikit

37
Jurnal Biologi Indonesia Vol. III, No. 1, Juni 2001

Tabel 3. Hasil identifikasi isolat-isolat bakteri

No Kode sampel Genus/ Species


1 TM Bacillus cereus
2 AL Bacillus pumilus
3 B3.2 Bacillus cereus
4 B3.3 Bacillus polymixa
5 B3.5 Bacillus stearothermophillus
6 TU Bacillus sp.
7 TK Bacillus substilis
8 AP Bacillus cereus
9 BL Bacillus substilis
10 SKL Bacillus cereus
11 TL.1 Staphylococcus
12 TL.2 Bacillus cereus
13 TL.3 Bacillus cereus

120 120

100 100
U/mL)

Stabilitas enzim (%)


80 80
2
Akt. amilase (x10

60 60

40 40

20 20

0 0
35 40 45 50 55 60 65 70
Suhu (o C)

Akt. relatif enzim Akt. enzim

Gambar 1. Pengaruh suhu terhadap aktivitas dan


………… stabilitas amilase

38
Jurnal Biologi Indonesia Vol. III, No. 1, Juni 2001

120 60

100 50
Akt. amilase (x10 U/mL)

Stabilitas enzim (%)


80 40
2

60 30

40 20

20 10

0 0
5 5.5 6 7 8 9 10
pH

Aktivitas relatif amilaase Aktivitas amilase

Gambar 2. Pengaruh pH terhadap aktivitas dan stabilitas amilase

da suasana yang sedikit asam sampai masing-masing adalah sebesar 377,50 x


netral, hasil ini hampir sama dengan 102 U/ml dan 301,55 x 102 U/ml, yang
aktivitas α-amilase B. substilis yang dihasilkan setelah 44 jam inkubasi. Pati
mencapai aktivitas optimum pada pH 7 yang tersedia dalam media (baik tepung
(Nikolov dan Reilly, 1993). Enzim amilase beras ketan maupun tepung beras) telah
kelihatannya relatif stabil terhadap habis terhidrolisa menjadi gula pereduksi
perubahan pH pada kisaran tersebut. yang ditunjukkan dengan reaksi negatif
Pemilihan sumber karbon yang terhadap larutan iod. Dalam media
tepat sangat diperlukan untuk mengandung tepung maizena aktivitas
mendapatkan hasil yang maksimal, karena amilase yang dihasilkan sebesar 85,89 x
selain sebagai sumber karbon amilum juga 102 U/ml yang juga dihasilkan setelah 44
merupakan induktor untuk sekresi amilase. jam inkubasi. Aktivitas amilase paling
Pengaruh berbagai jenis tepung komersial rendah diperoleh apabila bakteri
pada produksi amilase dari B. cereus ditumbuhkan pada media yang
menunjukkan bahwa dari 5 jenis tepung mengandung pati terlarut sebagai sumber
yang digunakan tepung beras ketan dan karbon.
tepung beras merupakan sumber karbon Aktivitas amilase yang berbeda-
yang sangat baik untuk media produksi beda pada masing-masing substrat,
amilase.(Tabel..4). Aktivitas amilase yang kemungkinan disebabkan oleh perbedaan
dihasilkan dalam media mengandung komposisi masing-masing tepung. Pati
tepung beras ketan dan tepung beras (tepung) mengandung dua polimer gluko-
39
Jurnal Biologi Indonesia Vol. III, No. 1, Juni 2001

Tabel 4. Pengaruh sumber karbon pada produksi amilase Bacillus cereus

No. Sumber Aktivitas amilase Sisa pati


karbon X 102 U/ml
18 jam 44 jam 18 jam 44 jam
1 Pati terlarut 18,50 48,77 +- -
2 Maizena 36,36 85,89 ++ ++
3 Tapioka 58,81 186,86 +- -
4 Beras ketan 79,27 377,50 + -
5 Beras 107,65 301,55 ++ -

sa yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa dihasilkan dalam media mengandung pati
merupakan polimer rantai lurus dari unit- terlarut diduga sebagai akibat dari
unit D-glukosa atau disebut juga soluble tingginya kandungan gula pereduksi pada
starch yang saling berikatan melalui awal proses fermentasi.
ikatan -1,4, sedang amilopektin Hasil pengamatan terhadap
merupakan polimer dengan rantai aktivitas amilase kasar serta sumber
bercabang yang terdiri dari residu glukosa karbon yang digunakan diduga bahwa B.
pada bagian luar yang dapat diuraikan oleh cereus mempunyai kemampuan
α-amilase dan struktur limit dektrin pada menghasilkan lebih dari satu macam
bagian tengah yang tertinggal setelah α- amilase salah satu diantaranya α-amilase.
amilase melepaskan semua residu glukosa. Menurut Alam et al. (1989), mikroorga-
Amilosa bersifat sedikit larut dalam air nisme dapat menghasilkan lebih dari satu
dan amilopektin larut dalam air. Aktivitas macam amilase pada saat yang bersamaan.
enzim untuk menghidrolisa pati Karakter enzim amilase kasar dapat
dipengaruhi oleh tipe dan keadaan granula. dilihat dari nilai konstanta kinetika reaksi.
Menurut Priest (1984) sekitar 75% – 85% Pengukuran aktivitas enzim pada berbagai
bagian pati (tergantung dari jenisnya) konsentrasi substrat dibuat grafiknya dan
tersusun oleh amilopektin, pati beras besarnya aktivitas secara kinetika
terdiri dari 89% amilosa dan 11% diketahui dari harga Vm dan Km (Gambar
amilopektin. Besarnya aktivitas amilase 3).
sebanding dengan laju hidrolisis pati, dan Dari data pada Gambar 3
terjadi lebih cepat pada rantai lurus. Laju diketahui bahwa pada kondisi pengujian
hidrolisis amilosa oleh amilase lebih cepat (pH 7,0; suhu 40oC; inkubasi 10 menit)
dari pada laju hidrolisis amilopektin. nilai Vmax yang diperoleh adalah 89,36
Aktivitas amilase yang dihasilkan dalam U/ml/menit, dan Km 0,0036, atau dapat
media mengandung tepung beras ataupun dikatakan bahwa pada saat kecepatan
tepung ketan menginduksi pembentukan mencapai setengah kecepatan maksimum,
enzim amilase. konsentrasi substrat akan menunjukkan
Konsentrasi gula reduksi hasil 0,0036. Untuk melihat karakter enzim
hidrolisis senyawa polimer media yang lebih lengkap perlu dilakukan
berpengaruh terhadap aktivitas amilase, pemurnian, karena karakter suatu enzim
apabila gula pereduksi untuk keperluan sangat ditentukan oleh tingkat
metabolisme sel sudah tercukupi, akan kemurniannya.
terjadi penghambatan produksi enzim,
Rendahnya aktivitas amilase yang
40
Jurnal Biologi Indonesia Vol. III, No. 1, Juni 2001

0.035

0.03

0.025

0.02
1/V

0.015
y = 0.00004x + 0.01119
R2 = 0.93032
0.01

0.005

0
0 100 200 300 400 500 600
1/S

Gambar 3. Kurva antara kecepatan reaksi amilase kasar pada kondisi optimum
dan variasi konsentrasi substrat

KESIMPULAN U/ml/menit (kondisi pH 7,0; suhu 40oC;


inkubasi 10 menit).
Telah diisolasi tiga belas isolat
bakteri penghasil amilase dari beberapa DAFTAR PUSTAKA
contoh mengandung mikroba yang berasal
dari daerah Bali dan Lombok. Dalam Alam, R., Y. Teramoto, and S. Hayashida.
medium mengandung pati terlarut, isolat 1989. Characteristic of raw starch
Bacillus cereus B3.2 merupakan isolat digestible saccharifying α-amylase
penghasil amilase tertinggi dengan from Bacillus substilis 3018.
aktivitas sebesar 54,19 x 102 U/ml/menit Annual report of ICBiotech, Osaka
yang dihasilkan setelah 44 jam inkubasi. University, Osaka, Japan
Isolat tersebut memiliki karakter biokimia
α-amilase, aktivitas amilase yang Bernfeld, O. 1955. Amylases. In: S. P.
dihasilkan relatif stabil pada kisaran suhu Colowick and N.O. Kaplan (Ed.),
40- 50oC dan pH 5,0 – 7,0. Tepung beras Methods in Enzymology 1.
dan tepung ketan merupakan sumber C Academic Press, New York. p.
(bahan penginduksi) yang baik untuk 149.
digunakan sebagai media produksi
amilase, aktivitas amilase dalam media Fogarty, W..M. and T. Kelly. 1980.
ketan adalah 377,50 x 102 U/ml dan pada Amylases, amyloglucosidases and
tepung beras adalah 301 x 102 U/ml. related gluconases in economy
Berdasarkan penghitungan. kinetika reaksi microbiology. In: A.H. Rose (Ed.),
diketahui bahwa filtrat biakan B. cereus Microbial enzymes and
mengandung amilase dengan Km dan Vm bioconversions vol. 5. Academic
masing-masing 0,0036% dan 89,36 x 102 Press, London

41
Jurnal Biologi Indonesia Vol. III, No. 1, Juni 2001

Frazier, W.C. and D.C. Westhoff. 1981. Utilization of a concentrated seed


Food Microbiology. Tata Mc culture for bacterial amylase
GrawHill Pub. Co. New Delhi. production. Annual reports of
ICME, vol.5, Osaka Universioty,
Gangrong, X., S. Lee, M. Takagi, M. Osaka, Japan.
Morikawa, and T. Inagaki. 1990.
Cloning in Bacillus substilis of Nigam P. and D. Singh. 1995. Enzyme
thermostable and alkalophilic and microbial system invold in
amylase from a thermophilic starch processing. Enzyme Microb
Bacillus sp. Annual report of IC. Technol 17: 770-778.
Biotech, Osaka University, Osaka.
Japan. Nikolov Z. and P.J. Reilly. 1993.
Enzymatic depolymerization of
Kinoshita, S., V. Sangpituk, D. Rodpaya, starch. In: Dordick, J.S. (ed.),
N. Nilubol, and H. Taguchi. 1982. Biocatalysists for industry. New
Hydrolysis of Starch by York; Plenum. . p. 37-62
Immobilized Cells and by Enzymes
of Aspergillus oryzae and Rhizopus Priest, F.G. 1984. Extracellular Enzymes.
sp. IC Biotech. Vol 5. Van Nostrand Reinhold Co.Ltd.
London.
Mangunwardoyo, W., M. Takano, and I.
Shibasaki. 1982. Preservation and

42

You might also like