Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 59

IJEN UNESCO GLOBAL GEOPARK

ENCYCLOPEDIA

OBSERVING NATURAL, CULTURAL, AND BIODIVERSITIES OF IJEN GEOPARK


Dipublikasikan (Published by) :
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi District Goverment DAFTAR ISI
CONTENTS
Tim Penulis
Writer Teams
Geological Sites Cultural Sites Geological Sites
1 - Danau Asam Kawah Ijen (Ijen Acid Crater Lake)
Abdillah Baraas, S.T. Wiwin Indiarti, S.S., M.Hum. 3 - Api Biru Ijen (Ijen Blue Flame)
Firman Sauqi Nur Sabila, M.T. Bayu Ari Wibowo, S.S. 5 - Lava Bantal Watudodol (Pillow Lava of Watudodol Beach)
7 - Batugamping Neogen Sembulungan (Neogen Limestone of Sembulungan)
9 - Batugamping Semenanjung Blambangan (Terrace Limestone of Blambangan Peninsula)
Biological Sites 11 - Lava Bantal dan Foraminifera Pantai Parang Ireng (Pillow Lava and Foraminifera Fossil of Parang Ireng Beach)
Bani Wimala Prahardini S.Si. 13 - Batuan Gunung Api Pantai Pancur (Volcanic Rock of Pancur Beach)
Tim Penyusun 15 - Lava Vesikuler Pantai Grajagan (Vesicular Lava of Grajagan Beach) Cultural Sites
Drafting Teams 17 - Batuan Terobosan Pulau Merah (Intrusive Rock of Pulau Merah)
55 - Situs Kendenglembu (Kendenglembu Site)
Kontributor Riset Kontributor Fotografi 19 - Kekar Kolom Teluk Ijo (Collumnar Joint of Teluk Ijo)
21 - Goa Istana (Istana Cave)
57 - Situs Mulyosari (Mulyosari Site)
59 - Situs Umpak Sanga (Umpak Sanga Site)
Research Contributors Erwin Prastyo 23 - Kekar Kolom Air Terjun Lider (Collumnar Joint of Lider Waterfall)
61 - Situs Kawitan (Kawitan Site)
Prof. Valentin Troll Budi Osing 25 - Batuan Sedimen Tua Kendenglembu (Old Sediment of Kendenglembu)
63 - Petilasan Rawa Bayu (Petilasan of Rawa Bayu)
Ignasius Yudha Prasetya 27 - Aliran Asam Kalipait (Kalipait Acidic Stream)
Prof. Kim Berlo 65 - Situs Macan Putih (Macan Putih Site)
29 - Kawah Wurung (Wurung Crater)
Dr. Vincent van Hinsberg Ahmad Zulfian Baharudin 67 - Desa Adat Osing Kemiren (Osing Village of Kemiren)
31 - Komplek Mata Air Panas Blawan (Blawan Hot Spring Complex)
Sam Kawah Ijen 69 - Goa Butha Sumber Canting (Butha Cave of Sumber Canting)
Arif Mohammad Siddiq S.Si., M.Si. 33 - Lava Blawan (Basaltic Lava of Blawan)
71 - Goa Butha Cerme (Butha Cave of Cermee)
Hari Sulistiyowati, M.Sc., Ph.D. Sofwan Noerwidi 35 - Air Terjun Gentongan (Gentongan Waterfall)
73 - Situs Megalitikum Maskuning Kulon (Maskuning Kulon Megalithic Site)
Afiyan TN. Meru Betiri 37 - Aliran Lava Plalangan (Plalangan Lava Flows)
Alan TN. Alas Purwo 39 - Dinding Kaldera Ijen Megasari (Ijen Megasari Caldera Wall)
Editors 41 - Batu So'on Solor (So'on Solor Stone Park) Intangible Heritage
Sholeh DS
75 - Gandrung Banyuwangi (Gandrung Dance of Banyuwangi)
Fikli Perdana Kusuma S.Kom. Erfan Yudha Biological Sites 77 - Tumpeng Sewu (Tumpeng Sewu Rite)
Erika Dwy Septya Ningrum S.Mn. Fikri Bakti 43 - Savana Sadengan (Savanna Sadengan) 79 - Seblang (Seblang Rites)
45 - Teluk Pang-Pang (Pang-Pang Bay) 81 - Keboan Aliyan (Keboan Rite of Aliyan)

Penyusun Tata Letak Kontributor Design


47 - Erek-Erek Geoforest
49 - Sukamade Geoforest
83 - Janger (Janger Folk Art)
85 - Mocoan Lontar Yusuf (Reading Rite of Lontar Yusup)
Arta Maulana Agung
Design Contributors 51 - Hutan Pelangi (Rainbow Forest) 87 - Tari Petik Kopi (Petik Kopi Dance)
53 - Kebun Kopi Bondowoso (Coffe Plantation of Bondowoso) 89 - Singo Ulung (Singo Ulung Rite)
Dafin Sofiatun Nisa
Shifaut Tazkiyah Rahmania
Sholeh DS
LEGEND

BONDOWOSO
RAIL & TRAIN MUSEUM

GEOPARK

CULTURAL SITE
INFORMATION CENTER

BONDOWOSO CITY

RAILWAY STATION

PORT

BALI ST
AIRPORT

RAIT
PETROL STATION
KETAPANG
PORT

GEOPARK
INFORMATION CENTER

BLAMBANGAN
MUSEUM

BANYUWANGI CITY

GEOTRAIL
DELINEATION

0 7,5km 15km
PENDAHULUAN

Geopark Ijen yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, secara administratif berada di dua Kabupaten yaitu Kabupaten

Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso dengan luas wilayah 4.723 km2. Geopark Ijen terdiri dari dataran rendah dan

dataran tinggi. Nama Ijen diambil dari gunung paling ikonik yang memiliki fenomena api biru satu-satunya di dunia dan

menjadi salah satu kawah paling asam terbesar di dunia. Geopark Ijen memiliki garis pantai terpanjang di Jawa Timur,

yaitu 175,8 km sehingga menghasilkan sumberdaya kelautan dan perikanan yang melimpah.

Geopark Ijen lahir pada tahun 2018 dengan nama “Geopark Banyuwangi” dan berstatus Geopark Nasional. Tak

menunggu waktu lama, Geopark Ijen dipromosikan untuk menjadi bagian dari geopark dunia oleh Komite Nasional

Geopark Indonesia pada tahun 2020 dengan status tercepat dan resmi menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark

(UGG) pada tahun 2023.

INTRODUCTION
Ijen Geopark, which is located at the eastern tip of Java Island, is administratively located in two districts, namely Banyuwangi

Regency and Bondowoso Regency with an area of 4,723 km2. Ijen Geopark consists of lowlands and highlands. The name Ijen is

taken from the most iconic mountain which has the only blue fire phenomenon in the world and is one of the largest acidic

craters in the world. Ijen Geopark has the longest coastline in East Java, which is 175.8 km, resulting in abundant marine and

fishery resources.

Geopark Ijen was born in 2018 with the name "Geopark Banyuwangi" and has the status of National Geopark. It didn't take long

for the Ijen Geopark to be promoted to become part of the world's geopark by the Indonesian National Geopark Committee in

2020 with the fastest status and officially becoming part of the UNESCO Global Geopark (UGG) in 2023.
H I S T O R I C A L F O R M A T I O N O F I J E N G E O P A R K
Part of the Land of Gondwana - The Precious Puzzle of Indonesia -

T251R– 200I A S S I C Mil Ye r A


c145r– 66e t a c e o u s
Mil Ye r A
GEOLOGICAL TIMELINE
200 145 66 56 34 23 5 2.5 0.01 GEOLOGICAL TIMELINE

200 145 66 56 34 23 5 2.5 0.01

Akhir periode Cretaceous adalah fase paling terkenal


dalam sejarah karena menyebabkan kepunahan
dinosaurus. Mayoritas yang diketahui saat ini sebagai
daratan -yaitu sekitar belahan selatan Inggris sampai
bagian barat tengah Amerika Serikat - masih berada
di bawah permukaan laut selama periode ini.
Samudra Atlantik semakin luas di bagian utara dan
selatan Amerika memisahkan Eropa dan Afrika.
Samudra Hindia terbentuk pada kurun waktu ini.
Kondisi relatif lembab dan suhu diperkirakan sekitar
200C . Fosil Angiospermae baru ditemukan pada
Periode Trias menandai awal dari perubahan besar yang terjadi di
pertengahan periode Cretaceous, pada saat itu
sepanjang Era Mesozoikum, khususnya dalam distribusi kontinen,
jumlahnya sudah cukup berlimpah dengan banyak
evolusi kehidupan, dan distribusi geografis makhluk hidup. Iklim
variasi, baik berupa tumbuhan dikotil maupun
terrestrial sebagian besar hangat dan kering (meskipun musim
monokotil. Akhir periode menunjukkan adanya
hujan musiman terjadi di wilayah yang cukup luas), dan kerak bumi
kelimpahan jenis daun dan bunga.
relatif diam. Di akhir Periode Trian, aktivitas plate tektonik terjadi
Zircon Da ng -> Archean The end of the Cretaceous period is the most famous
dan periode continental rifting dimulai. Di pinggiran benua, laut
(4-2,5 miliyar tahun) phase in history for causing the extinction of the
dangkal yang telah menyusut pada akhir Periode Permian menjadi
Di awal Periode Trias, kehadiran kontinen yang menyatu lebih luas, ketika permukaan air laut naik secara bertahap, dinosaurs. The majority of what is known today as land -
ke dalam satu kelompok besar superkontinen yang pengarian continental shelve untuk pertama kalinya dihuni oleh that is, around the southern part of England to the mid-
disebut Pangea yang menyelimuti seperempat dari koloni reptil laut besar dan karang serta perkembangan koral. western United States - remained below sea level during
permukaan bumi, Pangea membentang dari 85 sampai The Triassic period marked the beginning of the major changes that this period. The Atlantic Ocean is getting wider in the
90 S. Terdiri dari kelompok kontinen utara yaitu occurred throughout the Mesozoic Era, particularly in continental north and south of America separating Europe and
Laurasia dan kelompok kontinen selatan disebut distribution, the evolution of life, and the geographical distribution of Africa. The Indian Ocean was formed during this period.
sebagai Gondwana. living things. The terrestrial climate is mostly warm and dry (although Conditions are relatively humid and the temperature is
seasonal monsoons occur over a large area), and the Earth's crust is estimated to be around 200C . Angiosperms fossils were
At the beginning of the Triassic Period, there were only discovered in the middle of the Cretaceous period,
relatively stable. At the end of the Triassic, plate tectonic activity
continents that merged into one large supercontinent at that time the number was quite abundant with many
occurred and the period of continental rifting began. On the margins of
group called Pangea which covered a quarter of the surface. variations, both in the form of dicotyledonous and
the continents, shallow seas that had shrunk at the end of the Permian
In the earth, Pangea stretched from 85 to 90 S. Consisting monocot plants. The end of the period indicates an
became wider, as sea levels rose gradually, continental shelf waters were
of the northern continental group, namely Laurasia and the abundance of leaf and flower species.
for the first time inhabited by colonies of large marine reptiles and corals
southern continental group known as Gondwana.
and the development of corals.
H I S T O R I C A L F O R M A T I O N O F I J E N G E O P A R K
- The Precious Puzzle of Indonesia - - Start from Zero -

c145r– 66e t a c e o u s
Mil Ye r A
200 145 66 56 34
GEOLOGICAL TIMELINE

23 5 2.5 0.01
e56o– 33.9c e n e Mil Ye r A
GEOLOGICAL TIMELINE

200 145 66 56 34 23 5 2.5 0.01

Deep Sea Sedimentary Rock,


Pesanggaran, Banyuwangi

Keberadaan tumbuhan ini mulai menggeser dominansi Gymnospermae seiring dengan kondisi iklim dan kemampuan adaptasi
yang terus meningkat. Serangga penyerbuk dengan jenis yang lebih banyak muncul bersamaan pada periode ini, contohnya
Lepidoptera, lebah (Hymenoptera) dan semut. Simbiosis tumbuhan - serangga penyerbuk terekam dari penemuan banyak fosil Pada periode ini mulai terbentuknya endapan During this period, sediment deposits began to form, previously
dengan ciri morfologi bunga yang khas dan menjadi peristiwa penting pada periode ini (mutualistik ko-evolusi). Contoh bunga sedimen, sebelumnya daerah Geopark Ijen the Ijen Geopark area was dominated by a large sea or lake.
dengan ciri penyebaran dengan pollinator adalah Nurdenskioldia . didominasi oleh laut atau danau yang luas. Ancient mammals (eg Creodonts, Condylarths, Uintatheriidae,
The existence of this plant began to shift the dominance of Gymnosperms along with climatic conditions and increasing adaptability. Mamalia kuno (mis. Creodont, Condylarth, etc.) began to develop. The emergence of some "modern"
Pollinating insects with more types appeared together during this period, for example Lepidoptera, bees (Hymenoptera) and ants. The Uintatheriidae, dll) mulai berkembang. mammal families. Diversified primitive whales. First grass. Ice
symbiosis of plant - insect pollinators is recorded from the discovery of many fossils with distinctive floral morphological characteristics Munculnya sebagian keluarga mamalia cap thrives in Antarctica.
and became an important event in this period (mutualistic co-evolution). An example of a flower with pollinator characteristics is "modern". Paus primitif terdiversifikasi. Rumput
Nurdenskioldia
pertama. Ice cap berkembang di Antarktika.
H I S T O R I C A L F O R M A T I O N O F I J E N G E O P A R K
- First Land is Coming - - Coral Reef and Volcanoes -

o34 l– 23i g o c e n e
Mil Ye r A
m23 –i5.3o c e n e
Mil Ye r A
GEOLOGICAL TIMELINE GEOLOGICAL TIMELINE
P. Merah Volcano
200 145 66 56 34 23 5 2.5 0.01
200 145 66 56 34 23 5 2.5 0.01

Pillow Lava Parangireng

Mineralized Boulder, P. Merah

Watudodol Volcano

Teluk Ijo-Rajegwesi Volcano Eroded Lava Beach,


Watudodol
Stone Beach

Pada periode ini mulai muncul gunungapi di selatan wilayah Geopark Ijen yang diakibatkan oleh
subduksi(tumbukan lempeng) yang terjadi antara lempeng indoaustralia dan Eurasia sehingga Pada periode ini terjadi pelandaian lempeng samudera sehingga sumber panas bergeser ke utara dan
menimbulkan sumber panas yang mengakibatkan munculnya magma yang kemudian menerobos ke menyebabkan gunungapi yang ada berhenti aktivitasnya. Pada akhir periode ini pula mulai tumbuh
permukaan. Pada periode ini di bagian geopark ijen masih berupa danau atau laut yang luas. dengan baik endapan karbonat atau batugamping.

In this period, volcanoes began to appear in the south of the Ijen Geopark area caused by subduction (plate During this period, the oceanic plate subsided so that the heat source shifted to the north and caused the existing
collision) that occurred between the Indoaustralian and Eurasian plates, causing a heat source that resulted in the volcanoes to stop their activities. At the end of this period also began to grow with either carbonate or limestone
emergence of magma which then penetrated to the surface. During this period, the Ijen geopark was still in the deposits.
form of a large lake or sea.
H I S T O R I C A L F O R M A T I O N O F I J E N G E O P A R K

- Coral Reef and Volcanoes -

m23 –i5.3o c e n e Mil Ye r A GEOLOGICAL TIMELINE


GEOLOGICAL TIMELINE
200 145 66 56 34 23 5 2.5 0.01
200 145 66 56 34 23 5 2.5 0.01

Pepino Hill, Savanna Sadengan

Lava Selotirto Waterfall, Banyuwangi

Lava Polo Agung Waterfall, Bondowoso


Coralline and Bioclastic Limestone, Watudodol Limestone-Volcanics Contact, Pancur Beach
H I S T O R I C A L F O R M A T I O N O F I J E N G E O P A R K
- Age of Explosive Eruption - - An Outstanding Geodiversity -

p2.6l–0.011
eistocene Mil Ye r A
h10.000
olocene Ye r A - Tod
GEOLOGICAL TIMELINE
GEOLOGICAL TIMELINE
200 145 66 56 34 23 5 2.5 0.01
200 145 66 56 34 23 5 2.5 0.01

Ijen Caldera

Pumice Airfall, Ijen Caldera

Ijen Acid Crater and Blue Fire

Caldera Forming Ignimbrite

So`on Solor Stone


Ijen Intracaldera Complex
Pada periode ini lempeng samudera semakin melandai sehingga mulai muncul jajaran gunungapi di utara yang Collumnar Joint Lider Waterfall
sering kita sebut dengan Gunung Kendeng atau Gunung Ijen Purba .
P. Merah Mineralization

Kemudian Gunung ini meletus hebat dan mengeluarkan material sekitar 466 km3 pada kala 70000 tahun lalu.
Setelah memuntahkan material sebanyak itu kemudian terbentuklah kaldera yang diameternya mencapai 15 km Pada saat ini kita bisa melihat fenomena lengkap di kawasan Geopark Ijen. Kita bisa mengamati jejak
yang merupakan kaldera terbesar di Pulau Jawa. Pada akhir periode ini mulai muncul gunung-gunung api yang gunungapi purba di kawasan selatan, endapan karbonat( batugamping) di kawasan selatan hingga ke
terbentuk di kompleks kaldera Ijen Purba yang salah satunya adalah Gunungapi Kawah Ijen. utara dan tentunya bisa mengamati kawasan gunungapi aktif dan terindah di dunia yaitu Gunungapi
Kawah Ijen.
In this period the oceanic plate was getting more and more sloping so that a series of volcanoes began to appear in the
north which we often call Mount Kendeng or Mount Ijen Purba. At this time we can see a complete phenomenon in the Ijen Geopark area. We can observe traces of ancient
Then this mountain erupted violently and released material about 466 km3 at the time of 70000 years ago. After spewing volcanoes in the south, carbonate deposits (limestone) in the south to the north and of course we can observe
that much material, a caldera with a diameter of 15 km is formed, which is the largest caldera on the island of Java. At the the most active and most beautiful volcanic area in the world, namely Ijen Crater Volcano.
end of this period, volcanoes began to appear in the Ijen Purba caldera complex, one of which was the Ijen Crater Volcano.
G-1. Danau Asam Kawah Ijen (Ijen Acid Crater Lake)
Geosite

Batuan Vulkanik Kawah Ijen (Ijen Volcanic Rock)


Kawah Asam Aktif (Active Crater Lake) Gunung Kawah Ijen merupakan gunungapi strato yang memiliki Mount Ijen Crater is a strato volcano that has 2 different types
Danau kawah aktif di Gunung Ijen dengan kedalaman 182 m dan total volume The active crater lake on Mount Ijen with a depth of 182 m and a total volume 2 jenis erupsi yang berbeda yaitu lelehan dan ledakan yang of eruptions, namely melt and explosion which then form
3x107 m3 ini membentang sejauh 2 km lebih dengan warna hijau tosca yang of 3x107 m3 stretches for more than 2 km with a turquoise green that spoils kemudian membentuk perlapisan batuan piroklastik dan lava layers of pyroclastic rock and lava that are exposed on the
memanjakan mata. Namun jangan tergoda menyentuh permukaannya the eye. But don't be tempted to touch the surface because this crater lake is yang tersingkap di dinding kawah. Beberapa batuan berubah crater wall. Some rocks change color to reddish yellow due to
karena danau kawah ini merupakan yang terasam di dunia dengan pH the most acidic in the world with a pH close to 0.1. Acidity occurs due to warna menjadi kuning kemerahan akibat mengalami proses undergoing changes related to the active hydrothermal
mendekati 0.1. Keasaman terjadi akibat reaksi kimiawi antara magma, chemical reactions between magma, rocks, volcanic gases such as H2S, CO2, ubahan yang berkaitan dengan sistem hidrotermal aktif. system.
batuan, gas vulkanik seperti H2S, CO2, dan SO2, dan gas panas bumi dengan and SO2, and geothermal gases with high concentrations. The result is no
1 konsentrasi tinggi. Hasilnya tak kurang dari 340 ton gas SO2 setiap harinya. less than 340 tons of SO2 gas every day. 2
G-2. Api Biru Ijen ( Ijen Blue Flame )
Geosite

Solfatara (Solfatara)
Hembusan gas SO2 pada kawah merupakan
manifestasi panas bumi yang keluar dari
celah- celah lapisan di bawahnya yang
sering kita lihat berpadu cantik dengan
Danau Kawah Ijen. Walaupun parasnya
cantik, kita juga harus waspada dengan
menggunakan masker pengaman.

The gust of SO2 gas in the crater is a


manifestation of geothermal heat that comes
Aliran Sulfur Cair (Liquid Sulphur Stream) out of the cracks in the layers below which we
Sulfur yang dihasilkan dari lapangan SO2 pada awalnya berbentuk cair often see blending beautifully with Ijen Crater
dan lambat laun menjadi padatan yang menjadi ladang rejeki untuk Lake. Even though her face is beautiful, we also
para pekerja tambang belerang. have to be careful by wearing a safety mask.
Sulfur produced from the SO2 field is initially a liquid and gradually
becomes a solid which becomes a fortune field for sulfur mining workers.

Sulfur (Sulphur)
Api Biru (Volcanic Blue Fire) Belerang atau sulfur adalah unsur kimia non-logam yang terbentuk
Perpaduan antara gas sulfur dan oksigen pada temperatur The combination of sulfur and oxygen gases at high secara alami. Sulfur yang terdapat di Kawah Ijen terbentuk akibat
tinggi serta konsentrasi tinggi menghasilkan api berwarna temperatures and high concentrations produces an exotic blue proses presipitasi atau pengendapan gas sulfida.
biru nan eksotis satu-satunya di dunia yang akan flame that is the only one in the world that will pay off the Sulfur or sulfur is a non-metallic chemical element that occurs naturally.
membayar lunas kelelahan setiap pendakinya mencapai exhaustion of every climber reaching that point. The sulfur contained in Ijen Crater is formed as a result of the precipitation
3 titik tersebut. process or the deposition of sulfide gas. 4
G-3. Lava Bantal Watudodol (Pillow Lava of Watudodol Beach) Fosil Koral (Coral Fossil)
Fosil Koral yang telah terendapkan
Geosite

didalam batugamping berumur


Lava Bantal (Pillow Lava) Neogen menunjukkan bahwa dulunya
Di bawah Patung Gandrung Pantai Watudodol, tersingkap Watudodol merupakan lautan dangkal
endapan aliran lava tua berumur Oligo-Miosen (33-28 juta yang saat ini sudah terangkat menjadi
tahun) yang berbentuk bantal akibat lava yang masuk ke bukit.
dalam air dulunya. Lava bantal ini berpadu dengan ombak Coral fossils that have been deposited in
yang menghantamnya menghasilkan siratan air yang elok Neogene limestone indicate that
sekali. Watudodol was once a shallow sea which
Under the Gandrung Statue of Watudodol Beach, an old Oligo- has now been lifted into a hill.
Miocene (33-28 million year old) lava flow deposit is revealed
which is in the form of a pillow due to the lava that entered the
water before. This pillow lava combines with the waves hitting
it produce a very beautiful splash of water.

Peperit (Peperite)
Lava Lobe (Lobus Lava) Peperit merupakan struktur yang
Struktur ini terbentuk akibat terbentuk akibat proses bercampurnya
perbedaan kecepatan saat lava magma dengan sedimen yang belum
mengalir. Bagian tengah yang relatif terkonsolidasi atau terkonsolidasi
lebih cepat menjadi lebih panjang dan buruk. Keberadaan peperit di lava
memendek ketepi sehingga Watudodol mengindikasikan erupsinya
Bukit Kars (Karst Hill) membentuk geometri melengkung berinteraksi dengan sedimen laut.
Ketika anda ingin melihat dimana posisi laut kita beserta pada ujungnya. Peperite is a structure formed as a result
hewannya di masa lalu, maka Batugamping Neogen yang This structure is formed due to the of the mixing of magma with
telah mengalami karsifikasi membentuk bukit inilah yang difference in velocity when the lava unconsolidated or poorly consolidated
menjadi jawaban semua itu. flows. The middle part which is relatively sediments. The presence of peperite in
When you want to see where the position of our sea and its faster becomes longer and shortens the Watudodol lava indicates that the
animals in the past , Then the neogone limestone the has edges so that it forms a curved geometry eruption interacted with marine
5 undergone karsification to form is the answer to all of that . at the ends. sediments. 6
G-4. Batugamping Neogen Sembulungan
Geosite

(Neogen Limestone of Sembulungan)


Batugamping Terumbu (Reef Limestone)
Terumbu karang yang telah mati, perlahan demi perlahan
menjadi batu dan bercampur dengan fosil hewan laut yang
akhirnya membentuk Formasi batugamping terumbu
berumur Neogen (23 juta tahun) yang menyusun
Semenanjung Sembulungan.
Coral reefs that have died, slowly turned to stone and mixed
with marine animal fossils which eventually formed the
Neogene reef limestone formation (23 million years) that made
up the Sembulungan Peninsula.

Tebing Batugamping ( Wave-Cut Carbonate Cliff )


Seperti manusia yang terus menerus ditempa, proses abrasi
gelombang air laut terhadap formasi batugamping Bongkah Lava (Lava Boulder)
membentuk tebing-tebing yang gagah dan indah untuk Gunungapi yang telah pergi selama-lamanya meninggalkan bongkah hasil erosi lava yang berkomposisi andesit tersebar di
dieksplor. pantai sekitar Semenanjung Sembulungan.
Like humans who are continuously forged, the abrasion process Volcanoes that have been gone forever have left chunks of eroded lava with andesite composition scattered on the coast around
of sea water waves against limestone formations forms strong the Sembulungan Peninsula.
7 and beautiful cliffs to explore. 8
G-5. Batugamping Semenanjung Blambangan
Geosite

(Terrace Limestone of Blambangan Peninsula)

Teras Batugamping (Tertiary Limestone Terrace)


Tak salah apabila lokasi yang dikelilingi oleh pemandangan dan juga ombak yang tinggi menjadi tempat surfing
internasional .Teras batugamping terbentuk oleh kombinasi antara abrasi dan pengangkatan daratan. yang
diperkuat dengan setidaknya terdapat 3 level teras yang terbentuk pada umur geologi yang berbeda, menunjukkan
bahwa Kawasan Geopark Ijen mengalami setidaknya 3 tahap pengangkatan daratan oleh proses tektonik.
Nothing wrong if the location which is surrounded by scenery and also high waves become a place for international
surfing. Limestone terraces are formed by a combination of abrasion and land uplift. which is strengthened by at least 3
levels of terraces formed at different geological ages, indicating that the Ijen Geopark Area has experienced at least 3
9 stages of land uplift by tectonic processes. 10
G-6. Lava Bantal dan foraminifera Pantai Parang Ireng
Geosite

(Pillow Lava and Foraminifera Fossil of Parang Ireng Beach)

Lava Bantal (Pillow Lava) Fosil Schlumbergerella floresiana (Schlumbergerella floresiana)


Lava dengan struktur bantal dijumpai di bagian utara pantai ini menunjukkan bahwa pernah ada pertemuan antara lava Butiran pasir pantai yang memiliki bentuk hampir seragam merupakan fosil dari cangkang foraminifera Schlumbergerella
yang panas dengan air laut. Di dalam pertemuan ini ada sesuatu hal yang harus dilepaskan supaya membentuk struktur/ floresiana yang terakumulasi di sepanjang Pantai Parangireng. Fosil ini bisa menjawab peristiwa yang pernah terjadi di
bentuk bantal, hal itu adalah tekanan. masa lalu kaitan dengan perubahan iklim.
Lava with a pillow structure found in the northern part of the beach indicates that there was a meeting between hot lava and sea Beach sand grains which have almost uniform shape are fossils of the shells of foraminifera Schlumbergerella floresiana that have
water. In this meeting there is something that must be released in order to form the structure / shape of the pillow, that is pressure. accumulated along Parangireng Beach. This fossil can answer events that have occurred in the past related to climate change.
11 12
G-7. Batuan Gunung Api Pantai Pancur
Geosite

(Volcanic Rock of Pancur Beach) Lava Basalt (Basaltic Lava)


Urat Kuarsa (Quartz Vein) Ketika mineral yang gelap mendominasi suatu batuan, terbentuklah Lava
Magma yang tertekan ke luar, menerobos dan basalt hitam berkilau berumur Oligo-Miosen (28-33 juta tahun) di tempat ini.
mengendapkan mineral kuarsa pada jalur When dark minerals dominate a rock, an Oligo-Miocene (28-33 million year old)
rekahan batuan vulkanik tua yang telah ada shiny black basalt lava is formed in this place.
sebelumnya.
The magma is pushed outwards, breaking through
and depositing quartz minerals in the fracture lines
of pre-existing old volcanic rocks.

Kontak antara Batuan Gunungapi


dan Batugamping (Contact Between
Volcanic Rock and Limestone)
Kontak antara endapan gunungapi tua
di bawah batugamping yang
merupakan bukti pertemuan dua
benda dengan rupa dan umur berbeda
Endapan Aliran Piroklastik Bom Kerak Roti (Breadcrust Bomb)
yang menandakan perubahan episode
geologi dari gunungapi purba (28-33 (Pyroclastic Flow Deposit) Struktur bom vulkanik yang terlontarkan dari proses erupsi di masa lalu
yang menunjukkan tingkat eksplosivitas yang cukup tinggi layaknya
juta tahun) menjadi endapan Endapan aliran piroklastik (awan panas)
meriam pada saat melontarkan amunisinya.
batugamping (23-5 juta tahun). berkomposisi asam yang merupakan
The structure of a volcanic bomb that was ejected from the eruption process
Contact between old volcanic deposits bukti jejak erupsi eksplosif masa lalu di
in the past which showed a high level of explosiveness like a cannon when
under limestone which is evidence of the jalur gunungapi purba Geopark Ijen. throwing its ammunition.
meeting of two objects with different
appearances and ages indicating a Pyroclastic flow deposits (hot clouds) with
change in geological episodes from acid composition which are evidence of
ancient volcanoes (28-33 million years) to traces of past explosive eruptions in the
13 limestone deposits (23-5 million years). ancient volcanic path of Ijen Geopark. 14
G-8. Lava Vesikuler Pantai Grajagan
(Vesicular Lava of Grajagan Beach)
Geosite

Lava Basalt (Basaltic Lava)


Pantai Grajagan yang menjadi ikon Banyuwangi dua
dekade lalu menyingkapkan lava basaltik dari gunungapi
purba dengan struktur vesikuler dan hamparan pasir
berwarna hitam yang merupakan hasil erosi dan lapukan
dari lava.
The Grajagan beach that became Banyuwangi's icon two
decades ago reveals basaltic lava from an ancient volcano
with a vesicular structure and a stretch of black sand that is
the result of erosion and weathering of lava.

Vesikuler (Vesicle)
Layaknya manusia yang harus melepakan tekanan dalam
hidupnya, lava yang terdapat pada grajagan ini juga
membentuk struktur rongga hampir di semua
permukaannya untuk melepaskan tekanannya pada saat
proses pendinginan.
Like humans who have to release the pressure in their lives,
the lava contained in this Grajagan also forms a cavity
structure on almost all of its surfaces to release its pressure
15 during the cooling process. 16
G-9. Batuan Terobosan Pulau Merah
Geosite

(Intrusive Rock of Pulau Merah)

Pulau Batuan Terobosan (Island of Intrussive Rock)


Pulau yang terdapat sekitar 200 m dari pesisir ini Pasir Pantai Kemerahan (Reddish Sand Beach)
merupakan sisa dari pusat tubuh gunungapi (volcanic neck) Material hasil erosi batuan terubah yang berwarna
yang membentuk batuan terobosan dan telah tererosi kemerahan menyusun sebagian besar butiran pasir
selama jutaan tahun. Pulau Merah menyingkapkan batuan pantai yang menghasilkan warna pantai menjadi
beku jenis diorit atau granodiorit berumur Oligo-Miosen kemerahan yang sangat elok terutama pada kala
(28-33 juta tahun) yang mengalami ubahan (alterasi) dan sore yang berpadu dengan sunset nan eksotis.
mineralisasi sehingga mengandung mineral bijih. The material from the erosion of the altered rock which
The island, which is located about 200 m from the coast, is the is reddish in color composes most of the grains of beach
remnant of a volcanic neck that forms breakthrough rock and sand which produces a very beautiful reddish color,
has been eroded over millions of years. Pulau Merah reveals especially in the afternoon combined with the exotic
igneous rocks of the Oligo-Miocene (28-33 million years) type of sunset.
diorite or granodiorite that have undergone alteration and
mineralization so that they contain more minerals.

Batuan Gunungapi Teralterasi (Tertiary Altered Volcanic Rock)


Batuan gunungapi tua yang telah mengalami ubahan
Kawah Gunungapi Tua (Ancient Volcanic Crater) warna dan komposisi kimia melalui proses alterasi
Bentukan alam geologi sirkular (lingkaran) yang yang membuatnya jauh lebih kuat dan bervariasi
mengelilingi Pulau Merah merupakan jejak Kawah warnanya.
Gunungapi tua. Old volcanic rock that has undergone changes in color
The circular geological natural formations (circles) that and chemical composition through an alteration
17 surround Pulau Merah are traces of old volcanic craters. process makes it much stronger and varies in color. 18
G-10. Kekar Kolom Teluk Ijo
Geosite

(Collumnar Joint Teluk Ijo)

Kekar Kolom (Basaltic Collumnar Joint)


Pantai yang menyingkapkan lava andesit-basaltik berwarna kelabu kehitaman berumur Oligo-Miosen (28-33 juta tahun) yang
memberi kenampakan struktur kekar kolom yang terbentuk akibat pelepasan tekanan selama pembekuan batuan.
The coast reveals a gray-black andesite-basaltic lava of Oligo-Miocene age (28-33 million years) that gives the appearance of a columnar joint
structure formed by the release of pressure during rock solidification.

20

Klorit (Chlorite)
Klorit adalah mineral umum yang berasosiasi dengan deposit Teluk Hasil Erosi Gunungapi Purba
bijih hidrotermal dan umumnya terjadi dengan epidot, serisit, (Eroded-Volcanic Bay)
adularia, dan mineral sulfida. Nama klorit berasal dari bahasa Bentukan alam geologi teluk yang sangat indah hasil erosi
Yunani chloros (χλωρός), yang berarti "hijau", mengacu pada gunungapi purba akan menjadi tempat yang sangat
warnanya. Nama Teluk Ijo secara geologi juga berkaitan dengan memanjakan mata serta pikiran setiap orang yang
mineral ini. mendatanginya.
Chlorite is a common mineral associated with hydrothermal ore The geomorphology of the bay is very beautiful as a result of ancient
deposits and commonly occurs with epidote, sericite, adularia, and volcanic erosion will be a very indulgent place for the eyes and minds
sulfide minerals. The name chlorite comes from the Greek chloros of everyone who comes to it.
(χλωρός), meaning "green", referring to its color. The name Teluk Ijo
19 is geologically related to this mineral. 20
G-11. Goa Istana (Istana Cave)
Geosite

Gua Kars (Karst Cave)


Batugamping hasil pengangkatan laut dangkal mengalami proses pelarutan (karsifikasi) dan menghasilkan bentangalam gua
yang menjadi tempat yang sangat nyaman untuk menenangkan diri.
Limestone from shallow sea uplift undergoes a process of dissolution (karsification) and produces a cave landscape that becomes a very
comfortable place to calm down.

Kalsit (CaCO3) Calcite (CaCO3)


Mineral utama pembentuk batu gamping, dengan unsur kimia pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat
(Co3), mempunyai sistem kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan transparan.
The main mineral forming limestone, with its chemical constituents consisting of calcium (Ca) and carbonate (Co3), has a
hexagonal crystal system and rhombohedral cleavage, Which is colorless and transparent.

21 22
G-12. Kekar Kolom Air Terjun Lider
Geosite

(Collumnar Joint of Lider Waterfall)

Kekar Kolom (Basaltic Collumnar Joint) Amfiteater Air Terjun (Waterfall Amphitheater)
Kekar kolom dengan ukuran 5-7 meter berbaris rapi yang Bentukan alam geologi amphiteater yang membentuk
terbentuk akibat pelepasan tekanan yang terjadi selama lembah air terjun akibat erosi batuan piroklastik di bawah
pendinginan lava hasil erupsi Gunung Raung lava yang lebih resisten dan membentuk tebing air terjun
melatarbelakangi megahnya air terjun Lider. setinggi 70 meter.
The columnar joint measuring 5-7 meters are lined up neatly as Geomorphology of the amphitheater that forms a waterfall
a result of the release of pressure that occurred during the valley due to erosion of pyroclastic rocks under more resistant
cooling of the lava from the eruption of Mount Raung, which is lava and forms a waterfall cliff as high as 70 meters
the background of the magnificent Lider waterfall.

Mata Air (Water Spring)


Dari dua material endapan yang berbeda namun
Perlapisan Batuan Gunungapi Raung membentuk perlapisan, mata air tersebut keluar dari
(Contact Between Lava and Pyroclastic) rekahan di antara bidang perlapisan material vulkanik
Perlapisan batuan piroklastik dan lava dari Gunung Raung tersebut.
merupakan produk letusan periodik gunung api strato. From two different sedimentary materials that form layers, the
Layers of pyroclastic rock and lava from Mount Raung is a springs come out of fractures between the layers of the volcanic
23 product of periodic stratovolcano material. 24
G-13. Batuan Sedimen Tua Kendenglembu
Geosite

(Old Sediment Kendenglembu)

Batuan Teraterasi
(Altered Sediments
and Volcanics)
Layaknya manusia
yang terus berubah
seiring waktu,
batuan sedimen tua
pun mengalami
alterasi (ubahan)
yang menjadikan
p e r u b a h a n
komposisi dan juga
fisik dalam dirinya.
Like humans who
continue to change
over time, old
sedimentary rocks
also undergo
alterations that make
c h a n g e s i n
composition and also
p h y s i c a l i n
themselves.

Batuan Sedimen Tersier (Tertiary Sedimentary Rock)


Tergolong satuan batuan tertua berusia 28-33 juta tahun, Batuan Sedimen Tua Kendenglembu merupakan perselingan
batu pasir dan batu lempung yang terbentuk dari endapan laut dalam di kawasan barat daya Geopark Ijen.
Classified as the oldest rock unit aged 28-33 million years, Kendenglembu Old Sedimentary Rock is an alternation of sandstone
and claystone formed from deep sea deposits in the southwestern area of the Ijen Geopark.
25 26
G-14. Aliran Asam Kalipait Aliran Sungai Asam (Acid Stream)
Geosite

Sungai yang memiliki hulu dari kawah ijen dan digunakan sebagai studio alam serta objek riset geokimia ini mengandung
(Kalipait Acidic Stream) H2SO4 yang tinggi sehingga pH airya sangat rendah.
The river that has its headwaters from the Ijen crater and can be used as a natural studio as well as object for geochemical
research contain high H2SO4 so that the pH of the water is very low.

Kekar Berlembar (Sheeting Joint)


Kekar berlembar merupakan rekahan yang terbentuk selama pembekuan batuan yang sejajar dengan bidang tempat
pengendapannya yaitu lereng aliran Kalipait.
Sheet joints are fractures formed during rock freezing parallel to the plane of deposition, namely the slope of the Kalipait
27 flow. 28
G-15. Kawah Wurung ( Wurung Crater )
Geosite

Kerucut Sinder (Cindercone)


Kerucut Sinder yang merupakan salah satu
hasil dari aktivitas vulkanisme pasca-kaldera
Ijen yang terdistribusi di tengah kaldera
(intrakaldera). Aktivitas ini berlangsung kurang
lebih sejak 20.000 tahun yang lalu. Kawah
Wurung bermakna kawah yang tidak lagi aktif
yang merepresentasikan aktivitas erupsi
kerucut sinder yang tidak berlangsung lama.

The Cinder cone is one of the results of post-Ijen


volcanism activity which is distributed in the
middle of the caldera (intracaldera). This activity
took place approximately 20,000 years ago.
Wurung Crater means a crater that is no longer
active, which represents a cinder cone eruption
that did not last long.

29 30
G-16. Komplek Air Panas Blawan
Geosite

(Blawan Hot Spring Complex)

Mata Air Panas (Hotspring)


Mata air panas merupakan
manifestasi dari sistem
panas bumi yang masih
aktif di bawah Kaldera Ijen.
Persebaran mata air panas
mengikuti orientasi sesar
berarah timurlaut-
baratdaya. Temperatur
mata air panas ini berkisar
antara 30 – 50 c.
Hot springs are a
manifestation of the
geothermal system that is still
active under the Ijen Caldera.
The distribution of hot springs
follows the orientation of the
northeast-southwest
trending fault. The
temperature of this hot spring
ranges from 30 – 50 c.

31 32
G-17. Lava Blawan (Basaltic Lava of Blawan)
Geosite

Lava Basalt (Basaltic Lava Flow)


Bagian ujung aliran lava basalt berasal dari komplek kerucut sinder di tengah kaldera. Lava berhenti di Blawan
dan membentuk lobus bertumpuk-tumpuk sehingga membendung aliran sungai dan menghasilkan air terjun.
The tip of the basalt lava flow originates from the cinder cone complex in the middle of the caldera. Lava stops in Blawan
and forms stacked lobes that block the flow of rivers and produce waterfalls.

33 34
G-18. Air Terjun Gentongan (Gentongan Waterfall)
Geosite

Perlapisan Endapan Jatuhan Piroklastik (Layered Pyroclastic Fall) Air Terjun Asam (Acidic Waterfall)
Endapan jatuhan piroklastik (abu vulkanik) dalam waktu dan kejadian berurutan, membentuk batuan berlapis- Aliran air asam dari Sungai Kalipait menuruni tebing indah berlapis berbagai macam batuan gunungapi dan
lapis dan menyusun bagian dinding Air Terjun Gentongan. menghasilkan cucuran air yang sangat eksotis dan memanjakan mata setiap pengunjungnya.
Pyroclastic fall deposits (volcanic ash) in successive time and events, form layers of rock and part of the walls of The flow of acidic water from the Kalipait River descends a beautiful cliff lined with various kinds of volcanic rocks and
Gentongan Waterfall. produces a very exotic waterfall that spoils the eyes of every visitor.

35 36
G-19. Aliran Lava Plalangan (Plalangan Lava Flows)
Geosite

Blok Lava (Lava Blocks)


Bongkah lava, jejak aliran lava yang cukup kental melewati lintasannya dengan perlahan demi perlahan hingga
membentuk blok- blok seperti saat ini.
Chunks of lava, a trail of lava flow that is thick enough to pass through its trajectory slowly by slowly forming blocks like
today.

Vesikuler Lava ( lava Vesicle )


Permukaan lava yang merepresentasikan jejak gas yang terperangkap kemudian lepas karena adanya tekanan
selama proses pembekuan batuan membentuk rongga- rongga yang berjajar rapi pada saat kita melihatnya.
The surface of the lava which represents traces of trapped gas and then released due to pressure during the rock freezing
process forms cavities that are neatly lined up when we see it.
` Lava)
A`a Lava (AA
Lava yang memiliki permukaan kasar bagaikan duri tajam ini berasal dari pergerakan cepat lava dengan suhu lebih
dari 1000 C namun dengan tingkat kekentalan yang rendah.
This lava which has a rough surface like sharp thorns comes from the rapid movement of lava with a temperature of more
37 than 1000 C but with a low viscosity level. 38
G-20. Dinding Caldera Ijen Megasari
Geosite

(Ijen Megasari Caldera Wall) Dinding Kaldera


(Caldera Wall)
Dinding kaldera kuat nan
tegak setinggi 400 meter
dan membentang
sepanjang sekitar 17 km
membentuk lengkungan
menghadap selatan.
Dinding kaldera bagian
selatan tidak terlihat akibat
tertutup oleh gunungapi
strato muda pasca-kaldera
Ijen. Diameter total Kaldera
Ijen mencapai 15 km.
Kaldera ini terbentuk
akibat erupsi super-
eksplosif Gunung Ijen Tua
kurang lebih 70.000-
100.000 tahun yang lalu.
The strong, upright caldera
wall is 400 meters high and
stretches for about 17 km
forming an arch facing south.
The southern caldera wall is
unvisible because it's
covered by young post-Ijen
caldera volcanoes. The total
diameter of the Ijen Caldera
reaches 15 km. This caldera
Gunungapi Tepi Kaldera (Caldera-Rim Volcanoes)
was formed due to the super-
Bagian selatan Kaldera Ijen yang gagah ini dihiasi oleh gunungapi strato besar dan berumur lebih muda yang berjajar dari
explosive eruption of Old Ijen
barat ke timur (G. Raung, G. Suket, G. Pendil, G. Rante, G. Merapi, G. Ringgih, dan G. Kawah Ijen).
Mountain approximately
The southern side of the dashing Ijen Caldera is dotted with large and younger stratovolcanoes that line from west to east (Mt.
70,000-100,000 years ago.
Raung, Mt. Suket, Mt. Pendil, Mt. Rante, Mt. Merapi, Mt. Ringgih, and Mt. Ijen crater).
39 40
G-21. Batu So'on Solor (So'on Solor Stone Park)
Geosite

Menara Ignimbrit (Ignimbrite Tower)


Pada waktu yang lama sekali, sekitar 70000 tahun yang lalu pernah terjadi letusan eksplosif pembentuk Kaldera
Ijen yang menghasilkan material dengan volume mencapai 466 km3 yang dominan terendapkan ke arah lereng
bagian utara. Salah satunya adalah ignimbrit, yang merupakan endapan dari aliran piroklastik berupa material
panas dari partikel dan gas yang mengalir cepat dari gunungapi. Proses erosi angin dan air yang berlangsung
selama ribuan tahun kemudian menggerus rekahan batuan dan membentuk menara (tower) ignimbrit di
kawasan Batu So`on Solor.
For a very long time, about 70,000 years ago, there was an explosive eruption that formed the Ijen Caldera which
produced material with a volume of up to 466 km3 which was predominantly deposited towards the northern slopes.
One of them are ignimbrites, which are deposits of pyroclastic flows in the form of hot material from particles and gases
that flow quickly from volcanoes. The process of wind and water erosion that lasted for thousands years then eroded
41 rock fractures and formed an overlying tower in the Sòon Solor Stone area. 42
B-1. Savana Sadengan
Biosite

Ajag (Cuon alpinus) Bangau Sandang Lawe (Ciconia episcopus)


Dua ekor Ajag (Cuon alpinus) terlihat sedang berjalan bersama memasuki Bangau Sandang Lawe (Ciconia episcopus) ini adalah salah satu bangau Rusa (Rusa timorensis) Merak Hijau (Pavo muticus)
belukar. Diketahui spesies ini merupakan predator dalam rantai makanan di berukuran besar. Meskipun mudah dijumpai di Savana Sadengan, diketahui Rusa jantan (Rusa timorensis) sedang berdiri gagah dengan tanduknya di Jika melihat seekor Merak Hijau (Pavo muticus) sedang merekahkan bulu
kawasan Sadengan ini. Namun, di masa kini populasinya mulai susah dijumpai jumlah populasinya mengalami penurunan yang sangat drastis dan mengalami tengah savana ini merupakan salah satu spesies Rusa Jawa. Savana ekornya, maka ia adalah merak jantan yang sedang menarik perhatian
akibat perburuan. Jelas saja hal itu akan mengakibatkan rusaknya rantai Habitat Loss akibat menyempitnya lahan mereka untuk mencari makan. Sering merupakan salah satu habitatnya selain padang rumput dan artificial/Terrestrial. betinanya. Sayangnya, keindahan fenomena tersebut tidak bisa dijumpai di
makanan dan mengakibatkan perubahan ekosistem. juga ditemukan sedang bertengger di tajuk-tajuk pohon. Sayangnya, populasinya mengalami penurunan sejak tahun 2014 sehingga setiap tempat karena persebarannya terbatas.
Two Ajags (Cuon alpinus) were seen walking together entering the thicket. It is This Wolly necked strok (Ciconia episcopus) is one of the large stroks. Although masuk ke dalam spesies rentan punah. If you see a Green peafowl (Pavo muticus) fan out their feathers, it is a male
known that this species is a predator in the food chain in the Sadengan area. this stork is easy to find in the Sadengan Savanna, it is known that the population The male deer (Rusa timorensis) standing proudly in the middle of the peacock attracting the female's attention and as part of a courtship ritual to
However, nowadays the population is starting to become difficult to find due to has decreased very drastically and has experienced Habitat Loss due to the savanna with his horn is one of the Javan deer species. Savanna is one of its attract a mate. Unfortunately, the beauty of this phenomenon cannot be found in
hunting. Of course, this will result in the destruction of the food chain and lead to narrowing of their land to find food. It is often found perched in the canopy of trees. habitats other than grasslands and artificial/terrestrial. Unfortunately, the every place because its distribution is limited.
changes in the ecosystem. population has decreased since 2014 so that it is classified as a vulnerable
species.

Elang Ular Bido (Spilornis cheela) Tengkek Raja Udang (Alcedo coerulescens)
Burung gagah satu ini dikenal dengan sebutan Elang Ular Bido (Spilornis Burung Tengkek Raja Udang (Alcedo coerulescens) terlihat sedang bertengger
cheela) dan sering terlihat di Kawasan Taman Nasional Alas Purwo serta mudah di atas pipa air mendekati sumber air. Burung kecil dengan bulu cantik berwarna
dijumpai Biosite Savana Sadengan pada jam-jam mencari makan yaitu siang biru ini juga memiliki suara yang cantik dan nyaring. Hobi melakukan manufer
Banteng Jawa (Bos javanicus) hari. Selebihnya dia akan bersembunyi di dalam hutan yang merupakan ketika berada di atas sungai untuk menangkap mangsanya. Populasinya juga
Sekelompok Banteng Jawa (Bos javanicus) sedang mencari makan di Savana Sadengan dan seekor banteng betina menyusui anaknya didampingi banteng jantan habitatnya. Kali ini dia terlihat sedang bertengger mengincar apa yang bisa relatif stabil dan dapat ditemukan di Jawa, Sumatra, Bali, Lombok, serta
(hitam). Herbivora ini memiliki indra penciuman yang kuat yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan predator dan sebagai salah satu cara mereka berkomunikasi dijadikan santapan siangnya. Sumbawa.
sesama satu kawanan. Merupakan fauna endemik pulau Jawa dan Bali (Indonesia) namun sayang termasuk dalam spesies yang terancam punah dan populasinya This dashing bird known as Crested Serpent Eagle (Spilornis cheela) is often The Kingfisher (Alcedo coerulescens) was seen perched on a water pipe near
selalu mengalami penurunan. Diketahui total populasi di dunia saat ini adalah <10.000 hewan. seen in the Alas Purwo National Park area and it is easy to find in the Savanna a water source. This little bird with beautiful blue feathers also has a sonorous .
A group of Banteng (Bos javanicus) are looking for food in Sadengan Savanna and a female bull is breastfeeding her child accompanied by an adult male (black) bull. Sadengan Biosite during the day when looking for food. For the rest, it will hide in Its hobby is doing maneuver on the river while catching the prey. The population
These herbivores have a strong sense of smell that serves to detect the presence of predators and as a way for them to communicate with one another. It is an endemic the forest which is his habitat. This time he seemed to be perched on what could is also relatively stable and can be found in Java, Sumatra, Bali, Lombok and
fauna of Java Island and Bali Island (Indonesia) but unfortunately is included in an endangered species and its population is always decreasing. It is known that the be its lunch. Sumbawa.
43 total population in the world today is <10,000 animals. 44
B-2. Teluk Pangpang (Pang-Pang Bay)
Biosite

Burung Kuntul Kecil (Egretta garzetta)


Burung cantik dengan bulu putih yang dikenal dengan
Burung Kuntul Kecil (Egretta garzetta) akan bisa dijumpai
Aegiceras floridum dalam jumlah ratusan ketika masuk pada musim kawin dan
Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus)
Aegiceras floridum ini masuk jenis semak, namun sudah bertelur. Tajuk mangrove seketika akan berubah menjadi
sangat jarang ditemukan dan masuk dalam status hampir warna putih sebab menjadi habitat mereka ketika pada Dikenal dengan sebutan Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus). Bangau dengan kaki jenjang sedang melenggang di tengah
terancam punah. Flora ini harusnya mendapat perhatian musim itu. pasir ini adalah penghuni Teluk Pangpang. Aves berukuran sangat besar ini tersebar di Asia mulai dari India Timur sampai
khusus karena juga merupakan endemik Asia. This beautiful bird with white feathers calls Little egret (Egretta pulau Jawa. Hobi bertengger di ujung-ujung mangrove.
Aegiceras floridum is classified as a shrub, but it is very rarely garzetta), will be found in hundreds of numbers when mating Known as Lesser adjutant (Leptoptilos javanicus). This stork with long legs waddling in the middle of the sand is an inhabitant of
found and in the status of almost endangered. This flora should and breeding seasons come. The mangrove canopy will Pangpang Bay. These very large Aves are spread across Asia from East India to the island of Java. Hobby perched on the ends of the
receive special attention because it is also endemic to Asia. immediately turns white because it becomes their habitat during mangrove.
45 that season. 46
B-3. Erek - Erek Geoforest
Biosite

Puyuh Gonggong (Arborophila orientalis)


Tumbuhan Paku Purba (Cyathea contaminans) Puyuh Gonggong (Arborophila orientalis) merupakan salah satu spesies burung puyuh dengan ukuran kecil dan berbentuk bulat.
Tinggi menjulang dan tak lekang oleh zaman, Cyathea contaminans atau yang lebih dikenal dengan Burung ini adalah burung yang istimewa. Mengapa? Karena burung ini hanya bisa dijumpai di Jawa Timur, salah satunya Erek-
sebutan Paku Purba masih banyak ditemukan di hutan sepanjang jalan menuju Gunung Ijen. Erek Geoforest ini. Pengalih fungsian lahan dataran tinggi menyebabkan penurunan populasi spesies ini, menyebabkan masuk
Tumbuhan yang telah ada sejak era akhir Jurassic ini tingginya bisa mencapai 6 meter. dalam jajaran spesies dengan status vulnerable.
Towering tall and timeless. Cyathea contaminans or better known as Ancient Nails are still found in the Grey-breasted (Arborophila orientalis) partridgeis a species of quail with a small size and round shape. This bird is a special bird. Why?
forest along the road to Mount Ijen. The plant which has existed since the late Jurassic era can reach 6 Because this bird can only be found in East Java, one of which is in the Geoforest Erek-Erek . The conversion of highland has caused a
47 meters in height. decrease in the population of this species, causing it to be included in the ranks of species with a vulnerable. 48
Penyu Lekang (Lepidochelys olivaceae)
B-4. Sukamade Geoforest Termasuk kedalam salah satu fauna yang dilindungi karena
Biosite

populasinya yang terus berkurang dan terancam punah. Penyu


Lekang merupakan penyu terkecil jika dibandingkan dengan
spesies penyu lainnya, meski begitu penyu ini dapat bermigrasi
dalam jarak yang sangat jauh di sepanjang Samudera Hindia,
Samudera Pasifik, dan Asia Tenggara. Penyu lekang merupakan
salah satu dari berbagai jenis penyu yang banyak dijumpai di
Indonesia.
It is included in one of the protected fauna because its population
continues to decrease and is threatened with extinction. The Olive
ridley sea turtle (Lepidochelys olivaceae) is the smallest turtle
compared to other turtle species. However, this turtle can migrate in
great distances along the Indian Ocean, Pacific Ocean, and Southeast
Asia. The sea turtle is one of the various types of turtles that are often
found in Indonesia

Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)


Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) memiliki ciri mencolok, dimana
terdapat sisik pada karapak. Ketika beranjak dewasa, ciri tersebut
terlihat sangat mencolok dengan warna kuning sawo dengan bercak
coklat kemerahan, coklat kehitaman, dan kuning tua. Tak hanya
Penyu Hijau (Chelonia mydas) bagian karapak, namun juga bagian perutnya (plastron) memiliki Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea)
Penyu hijau (Chelonia mydas) adalah penyu laut yang memiliki ukuran sisik berwarna kuning muda. Pemburuan yang terjadi secara besar- Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), bentuknya mirip
besar. Hidup di lautan tropis dan subtropis terutama di Samudera besaran menyebabkan spesies ini masuk dalam kategori kritis seperti buah Belimbing sama seperti namanya. Penyu laut ini
Atlantik dan Samudera Pasifik. Namun spesies ini sudah sangat populasinya. berukuran raksasa dan terbesar di dunia. Sayangnya, masuk
jarang dijumpai karena populasinya mengalami penurunan dan Hawksbill turtles (Eretmochelys imbricata) have a striking feature, ke dalam status vulnerable karena sudah sangat dijumpai.
masuk dalam status Endangered atau terancam punah (IUCN List). where there are scales on the carapace. When growing up, these Leatherback turtles (Dermochelys coriacea), the shape is
The Green turtle (Chelonia mydas) is a sea turtle that has a large size. It characteristics look very striking with a brown color with reddish brown, similar to the leatherback fruit just as the name suggests. This
lives in tropical and subtropical oceans, especially in the Atlantic and blackish brown, and dark yellow spots. Not only the carapace, but also sea turtle is gigantic in size and the largest in the world.
Pacific Oceans. However, this species is very rarely found because the the belly (plastron) has light yellow scales. Hunting that occurs on a large Unfortunately, it is included in the vulnerable status because it
49 population has decreased and is included in the Endangered (IUCN List). scale causes this species to be included in the Critical Endangered. has been rarely found. 50
B-5. Hutan Pelangi (Rainbow Forest)
Biosite

Leda (Eucalyptus deglupta)


Leda (Eucalyptus deglupta) atau yang lebih dikenal dengan Pohon Pelangi ini masuk ke dalam jajaran flora endemik
Indonesia. Eksploitasi secara terus menerus di habitatnya menjadikan tumbuhan ini masuk dalam status vulnerable.
Maluku dan Papua merupakan daerah persebaran terbesar tumbuhan ini.
Leda (Eucalyptus deglupta) or better known as the Rainbow Tree is included in the ranks of Indonesia's endemic flora. The
continuous exploitation of their habitat makes this plant in a vulnerable status. Maluku and Papua are the largest distribution
51 areas for this plant. 52
B-6. Kebun Kopi Bondowoso (Coffee Plantation of Bondowoso)
Biosite

Kopi Arabika (Coffea arabica)


Kopi hampir menjadi favorit semua orang karena memiliki aroma dan cita rasa yang menenangkan. Terlebih ketika kopi tersebut
memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi, mutu dan aroma yang khas dengan intensitas aroma yang kuat, kekentalan, dan
rasa manis chocolaty seperti yang dimiliki Kopi Arabica (Coffea arabica) ini.
Coffee is almost everyone's favorite because it has a calming aroma and taste. Especially when the coffee has a fairly high acidity
level, distinctive quality and aroma with a strong aroma intensity, thickness, and a chocolaty sweet taste like that of Arabica coffee
53 (Coffea arabica). 54
C-1. Situs Kendenglembu
Culturesite

(Kendenglembu Site)

Beliung Persegi dan Gerabah Slip Merah


(Square Pickaxe and Red Slip Pottery)
Beberapa peninggalan arkeologis di Kendenglembu memiliki
banyak kesamaan dengan benda-benda arkeologis di Situs
Kalumpang, Sulawesi Barat . Salah satunya pada teknik pembuatan
gerabah dan teknologi alat batu. Gerabah dibuat dengan teknik
handmade yang dipadukan dengan teknik tatap. Dibentuk dengan
tepian tinggi, lurus, beberapa melengkung ke luar dan cenderung
vertical. Finishing menggunakan slip merah di bagian leher dan
bahu, serta tanpa kaki.
Alat batu dibuat menggunakan bahan dasar batuan sedimen silika,
dengan teknik pengerjaan shawing, knapping dan polishing. Salah
satu contoh produknya yakni beliung persegi yang diupam .

The archaeological materials from the Neolithic layer at


Kendenglembu have many similarities with the assemblages from the
Kalumpang sites in West Sulawesi . These similarities include
handmade pottery using paddle and anvil manufacturing techniques,
high everted restricted rims, red slipped surface finishing, globular
body shapes, stone tools were made using silicified raw materials,
production technology using sawing, knapping and polishing, and
polished rectangular cross-sectioned adzes .

Cekungan Kendenglembu (Kendenglembu Basin)


Kendenglembu yang berlokasi di lereng selatan Gunung Raung dinyatakan sebagai situs pemukiman neolitik pertama di Jawa yang
memiliki posisi sangat penting karena memiliki kontak keterkaitan situs-situs neolitik lainnya di kawasan Asia Pasifik . Kendenglembu
juga menggambarkan dimulainya kehidupan di Pulau Jawa oleh masyarakat Austronesia.
Kendenglembu, which is located on the southern slope of Mount Raung, is said to be the first neolithic settlement site in Java which has a very
important position because it has contacts with other neolithic sites in the Asia Pacific region. Kendenglembu also describes the start of life on
the island of Java by the Austronesian people.

55 56
Culturesite

C-2. Situs Mulyosari (Mulyosari Site)


Situs Mulyosari adalah sebuah situs megalitik yang berlokasi di Afdeling Mulyosari, Kecamatan Kalibaru – Banyuwangi. Situs tersebut,
menyimpan banyak dolmen (kubur batu) dan bekal kubur yang berupa arca batu, senjata, tombak, manik-manik, dan perhiasan emas.
Mulyosari Site, a megalithic settlement located in Afdeling Mulyosari Kalibaru District of Banyuwangi, has the most grave stones remains
(dolmen) along with their grave supplies in the form of stone statues, weapons, spears, beads, and gold jewelry.

Dolmen
Dolmen Mulyosari tergolong unik karena di bagian bawah terdapat penambahan kontruksi pada keempat batu penyangga utama,
serta penambahan batu-batu pipih pada keempat sisinya. Kontruksi dengan sistem kancing ‘saling mengait’ di keempat batu
penyangganya. Dolmen merupakan penanda perkembangan konsep dasar religi manusia saat itu, yaitu kepercayaan tentang
kehidupan di alam arwah. Secara eksplisit masyarakat megalitik yakin bahwa kekuatan arwah nenek moyang dapat memberikan
kesejahteraan pada hidup mereka .
The Mulyosari Dolmen is unique because at the bottom there are additional buildings on the four main supporting stones, as well as the
addition of flat stones on all four sides. The building with a 'interlocking' button system on the four supporting stones of the dolmen, is similar to
the construction system of a stone coffin grave in general. Dolmen is a marker of the development of the basic concept of human religion at that
time, namely the belief about life in the spirit realm. Explicitly megalithic communities believe that the power of ancestral spirits can provide
prosperity to their lives .
57 58
C-3. Situs Umpak Sanga (Umpak Sanga Site)
Culturesite

Umpak ( Fork )
Situs Umpak Sanga yang terletak di Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar – Banyuwangi dan pada awalnya memiliki luasan kurang lebih
2 hektar ini merupakan salah satu penanda penting eksistensi Kerajaan Blambangan pada abad 14 M berdasarkan Prasasti Balawi yang
berangka tahun Saka 1227 Saka atau 1305 M . Situs ini digunakan kembali pada masa kolonial pasca pemberontakan Jagapati (11
Oktober 1772) terhadap pendudukan penjajah yang terdiri dari koalisi VOC, Mataram dan Madura. Dulunya tempat ini diyakini sebagai
lokasi pelantikan Bupati Blambangan Mas Alit (Raden Tumenggung Wiraguna) pada abad ke-18. Selain itu, tempat ini juga dipakai
sebagai tempat pemujaan oleh komunitas Hindu sebelum Pura Agung Blambangan dibangun.
The Umpak Sanga site is located in Tembokrejo Village, Muncar District - Banyuwangi. The site, which initially had an area of approximately 2
hectares, was one of the important markers of the existence of the Blambangan Kingdom in the 14th century AD based on the Balawi Inscription
which dates to the Saka year 1227 Saka or 1305 AD (Wibowo, 2020). This site was reused in the colonial period after the Jagapati rebellion (11
October 1772) against colonial occupation consisting of a coalition of VOC, Mataram and Madura.It was allegedly used as the place for the
inauguration of the Blambangan Regent Mas Alit (Raden Tumenggung Wiraguna) in the 18th century AD and as a place of worship for the Hindu
59 community as well before Pura Agung Blambangan was built. 60
59
Culturesite

C-4. Situs Kawitan (Kawitan Site)


Situs Kawitan merujuk pada reruntuhan bangunan di Alas Purwo yang diduga sebuah gapura peninggalan Kerajaan Blambangan di abad 14
M. Asumsi ini didasarkan pada Prasasti Balawi (1305 M) yang menyebut toponimi Blambangan untuk pertama kali.
Kawitan site is the ruins of a building assumed as the gate of Blambangan Kingdom based on the Balawi Inscription (1305 AD) that
mentioned the toponymy of Blambangan for the first time (Wibowo, 2020).

61 62
C-5. Petilasan Rawa Bayu (Petilasan of Rawa Bayu)
Culturesite

Petilasan Rawa Bayu merupakan peninggalan Kerajaan Blambangan di dekat telaga di dalam kawasan hutan Rawa Bayu dengan pintu
gerbang berbentuk paduraksa. Petilasan Raja Blambangan, Tawang Alun, terletak di tengah kawasan Rawa Bayu yang dibangun oleh
Tawang Alun untuk mengasingkan diri setelah ia turun takhta .
Petilasan Rawa Bayu refers to a place believed by the community as the location of Prabu Tawangalun bath after the conflict with his brother,
Wilabrata. Based on local stories, Tawangalun once built a city in this location. Many Kedawung people then flocked to Bayu Village. Finding this,
Wilabrata again attacked his brother but unfortunately the arrogant king perished. The architecture of Petilasan Rawa Bayu is very unique and
interesting because the gate is in the form of a paduraksa.

Candi Puncak Agung Macan Putih dengan 4 mata air


( The Great Peak Temple of the Macan Putih with 4 springs )
Terdapat pula Candi Puncak Agung Macan Putih serta 4 mata air di Petlasan Rawa Bayu.
Empat mata air tersebut, yang dipercaya tidak akan mengering meski kemarau sekalipun,
diyakini sebagai mata air suci. Mata air pertama adalah Sumber Taman Kaputren. Konon
mata air ini dulunya digunakan para putri untuk membersihkan diri. Airnya yang dingin
dan bersih membuat warga sekitar mempercayai bahwa dengan membasuh wajah di mata
air tersebut, maka akan memancarkan aura yang berbeda dan terlihat awet muda. Mata
air yang kedua adalah Sumber Wigangga. Mata air ini diyakini dapat menambah rezeki,
serta menjadi penglaris untuk kemajuan usaha. Mata air ketiga, yaitu Sumber Taman
Kamulyan, yang dipercaya dapat meningkatkan derajat dan martabat seseorang. Mata air
yang terakhir adalah Sumber Panguripan, yaitu mata air kehidupan. Mata air ini dipercaya
dapat menenangkan hati, membersihkan kotoran dalam jiwa, dan memakmurkan
kehidupan bagi seseorang yang membasuh wajah dan meminum airnya .
There is also a temple named Puncak macan Putih and 4 springs in Petilasan Rawa Bayu. The
four springs, which do not dry up even in the dry season, are believed to be holy. The first spring
named Sumber Taman Kaputren. The spring was used by the princesses to clean themselves. The
cold and clean water makes local residents believe that by washing your face in the spring, you
will emit a different aura and look younger. The second spring named Sumber Wigangga. This
spring is believed to be able to increase sustenance, as well as become a source of business
success. The third spring, named Sumber Taman Kamulyan, is believed to increase one's degree
and dignity. The last spring is Sumber Panguripan, namely the spring of life. This spring is
believed to calm the heart, cleanse the dirt in the soul, and prosper life for someone who washes
his face and drinks the water (Mertha, 2014).
63 64
Culturesite

C-6. Situs Macan Putih (Macan Putih Site)


Situs Macan Putih merupakan situs penting dalam sejarah Kerajaan Blambangan karena merupakan sumber sejarah tentang masa
pemerintahan Tawangalun II. Jika dikaitakn dengan masa Hindu-Buddha, Situs Macan Putih memiliki nilai penting karena mengungkap
pola pemukiman penduduk kota klasik di Nusantara.
It is an important site in the history of Blambangan Kingdom because historical sources of the reign of Tawangalun II are very minimal due to the
absence of contact with foreign nations. Meanwhile, it also took an important role when being associated with the Hindu-Buddhist era in Indonesia
in revealing classical urban settlement patterns in the archipelago because Blambangan Kingdom which was founded in the 14th BC met its
collapse in the 18th BC because of the forces of Islam and collonials.

65 66
C-7. Desa Adat Osing Kemiren (Osing Village of Kemiren)
Culturesite

Barong Kemiren
Barong Kemiren berfungsi secara sakral sekaligus profan. Barong
Kemiren berfungsi sakral sebagai unsur terpenting dalam ritual
selametan Ider Bumi dan Tumpeng Sewu. Sedangkan secara profan,
Barong Kemiren merupakan sarana hiburan rakyat pada acara hajatan
pernikahan, khitanan dan acara-acara lainnya. Sebagai seni Masyarakat Adat Osing ( Osing Indigenous People )
pertunjukan, Barong Kemiren menampilkan drama tari yang Diyakini sebagai pewaris kultural Kerajaan Blambangan, Wong Osing
merupakan ekspresi seni yang erat kaitannya dengan masyarakat dianggap sebagi pribumi Banyuwangi. Secara umum mereka memiliki
agraris. Secara garis besar pertunjukan Barong Kemiren adalah kisah beberapa karakteristik, yaitu: 1) menggunakan bahasa Osing, 2)
perjuangan penduduk desa dalam membuka hutan untuk areal memiliki Buyut (danyang desa), 3) bersifat homogen karena mereka
persawahan dan upaya mereka dalam menghadapi makhluk-makhluk pada umumnya cenderung melakukan perkawinan dengan orang dari
halus yang ada di hutan tersebut. desa yang sama, 3) masih menjalankan ritual bersih desa, 4) meyakini
Barong Kemiren functions sacredly (related to rituals) and profanely as folk kepercayaan yang diwarisi dari leluhurnya, dan 5) mayoritas
performing arts. Barong is the most important element in the ritual of penduduknya memiliki pekerjaan dalam bidang pertanian atau
Lanskap Kemiren ( Kemiren Landscape ) salvation Ider Bumi and Tumpeng Sewu in the form of a Barong procession pertukangan.
Empat kilometer ke arah Barat dari pusat kota Banyuwangi, di antara petak sawah yang menghijau dan ladang- around the village. Meanwhile, profanely, Barong Kemiren is a means of Believed as the cultural heirs of Blambangan Kingdom, Osing community
ladang penduduk, tumbuh subur beragam seni tradisi pedesaan dan ritual adat Osing individual-komunal. Kemiren entertainment for the people at weddings, circumcisions and other events. is the indigenous people in Banyuwangi with several shared
yang kental dengan aroma agraris sesuai dengan kondisi geografis wilayahnya mengemuka sebagai zona penyangga As a performing art, Barong Kemiren presents a dance drama which is an characteristics. They 1) use Osing language, 2) have Buyut (tutelary
budaya Osing. artistic expression that is closely related to an agrarian society. Broadly spirits), 3) are homogeneous because they generally tend to marry people
Four kilometers to the west of Banyuwangi city center, among local people's green rice fields, flourishes various rural traditional speaking, the Barong Kemiren show is the story of the struggle of the from the same village, 3) still carry out village cleansing rituals, 4) hold
arts and individual-communal Osing rituals. Kemiren which is thick with an agrarian aroma in accordance with the geographical villagers in clearing the forest for rice fields and their efforts in dealing with tightly the beliefs and values inherited from their ancestors, and 5) have
67 conditions of the area then stands out as the buffer zone of Osing culture. the spirits dwelling in the forest. jobs in agricultural field or carpentry. 68
Culturesite

C-8. Goa Butha Sumber Canting (Butha Cave of Sumber Canting)

Struktur Gua Butha Sumber Canting merupakan gua alam yang pada bagian kanan mulut gua dipahatkan motif kala dan angka tahun
1316 Caka/1394 SM. Motif Kala tersebut ciri-ciri bermata dan hidung besar, bertaring, lidahnya menjulur, telinganya besar dan
panjang, alisnya dipahat berbentuk ukiran, dan memakai mahkota yang berbentuk kurawal.
The structure of Gua Buta Sumber Canting Cave is a natural cave which on the right side of the mouth of which is carved with the motif of Kala
(Giant) and year 1316 Caka/1394 BC. The Kala motif is characterized by large eyes and nose, fangs, protruding tongue, large and long ears,
chiseled eyebrows, and a curly crown.

69 70
C-9. Goa Butha Cermee (Butha Cave of Cermee)
Culturesite

Struktur Gua Buta Cermee merupakan gua pertapaan yang difungsikan sejak abad ke-14 M. Pada bagian interior gua
ini terdapat ornamen Kala atau Banaspati dan relief bernafaskan agama Buddha.
The structure of the Gua Buta Cermee is a hermitage cave that has functioned since the 14th century AD. In the interior of this
cave there are Kala or Banaspati ornaments and reliefs with Buddhist inspiration.

71 72
Culturesite

C-10. Situs Megalitikum Maskuning Kulon


(Maskuning Kulon Megalithic Site)
Dolmen
Situs megalitik ini dinamai sesuai dengan lokasinya, yaitu Desa Maskuning Kulon Kecamatan Pujer Kabupaten Bondowoso.
Terdapat sebaran megalitik berupa 56 buah dolmen yang letaknya berdekatan dan tertata rapi lengkap dengan bekal kubur
yang berupa perhiasan serta peralatan lain. Dolmen di Situs Maskuning Kulon terbuat dari batuan andesit basaltik yang
diambil dari sekitar lokasi. Sebagian masyarakat masih melakukan praktik-praktik ritual pada dolmen yang berada di lahan
pertanian dan pekarangan berupa pemberian sesaji.
This megalithic site is named after its location, namely Maskuning Kulon Village, Pujer District- Bondowoso. There is a megalithic
distribution in the form of 56 dolmens which are closely located and neatly arranged complete with grave supplies in the form of
jewelry and other equipment. Dolmens at the Maskuning Kulon Site were made of basaltic andesite rocks taken from around the
site. Some people still carry out ritual practices on dolmens on agricultural land and yards in the form of offerings.

73 74
Intangible Heritage

IH-1. Gandrung Banyuwangi (Gandrung Dance of Banyuwangi)

Gandrung Banyuwangi merupakan seni pertunjukan tradisional yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional
(WBTB) pada tahun 2013. Dalam pertunjukannya, seorang atau beberapa penari wanita yang disebut Gandrung akan menari dan
menyanyi sepanjang malam dengan iringan gendang, biola, gong, dan kluncing sampai fajar menyingsing. Juga akan ada tamu laki-laki
yang menari bersama Gandrung dengan gaya tarian yang sering membuat penonton histeris senang.
Gandrung Banyuwangi is a traditional performing art that has been designated as a National Intangible Cultural Heritage (WBTB) in 2013. In the
show, one or some woman dancers called Gandrung will dance and sing along the night to the accompaniment of drums, violins, gongs, and
kluncing until the dawn falls. There also will be male guests who dance with the Gandrung the dancing style of whom often make the audiences
75 hysterically happy. 76
Intangible Heritage

IH-2. Tumpeng Sewu (Tumpeng Sewu Rite)

Pada setiap malam Senin atau Jumat pertama bulan Dzulhijjah, Ritual Tumpeng Sewu digelar oleh seluruh warga Kemiren. Mereka
meyakini bahwa ritual tolak bala ini digelar untuk menaati titah Buyut Cili Sang Danyang desa. Warga Kemiren yakin jika ritual
Tumpeng Sewu ditinggalkan, maka mereka akan kualat pada Buyut Cili sehingga mereka tetap menjaga tradisi itu secara turun-
temurun. Tumpeng Sewu yang dimasukkan pada kategori adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan ini telah ditetapkan sebagai
WBTB Nasional pada tahun 2014.
From generation to generation, Osing people in Kemiren have never been absent in conducting Tumpeng Sewu, a village rite to keep away
Kemiren people from calamity. It is held every Dzulhijjah on the night of the first Monday or Friday as ordered by the village tutelary spirit
Buyut Cili. Kemiren people believe that if Tumpeng Sewu is abandoned, they will be cursed by Buyut Cili so they continue to maintain the
tradition from time to time. Tumpeng Sewu which is included in the category of community customs, rituals and celebrations has been
77 designated as the National Intangible Cultural Heritage.in 2014. 78
Intangible Heritage

IH-3. Seblang (Seblang Rites)


Seblang Olehsari ( Seblang Ritual in Olehsari Village )
Biasanya diselenggarakan pada sekitar hari ketujuh Idul Fitri, Ritual Seblang Olehsari mewujud pada seorang bocah perempuan
bermahkota bunga dan helaian pupus daun pisang yang menari dengan mata tertutup dan gerakan ritmis mengikuti tembang dan musik
yang mengiringinya. Dalam kondisi trance seperti itulah Seblang Olehsari menari bersama dengan roh-roh para leluhur yang bergantian
masuk ke raganya. Selama enam hari berikutnya, Seblang akan melakukan ritual yang sama, namun pada sesi terakhir hari ketujuh dia
akan melakukan ider bumi sebagai bentuk penjagaan kampung dan penghuninya dari malapetaka.
Commonly held around the seventh day of Eid al-Fitr, Seblang Olehsari manifested in a girl with a crown of flowers and banana leaves dance with
her eyes closed and rhythmic movements to the song and the accompanying music. In such a trance state, Seblang Olehsari dances with the spirits
of the ancestors who take turns entering her body. For the next six days, the Seblang dancer will do exactly the same ritual procedure, but at the
last session of the seventh day she will walk around the village as an act of protecting the village and villagers from calamity.

Seblang bakungan
( Seblang Ritual in Bakungan Village )
Sekitar jam 8 malam ketika penari Seblang
Bakungan kerasukan arwah nenek moyang, dia
akan menari mengikuti tembang yang dinyanyikan
oleh sekelompok perempuan. Penari Seblang di
bakungan harus perempuan yang telah menopause.
Sebagaimana Seblang Olehsari, Seblang Bakungan
juga mengenakan mahkota bunga, tetapi
rambutnya terbuat dari kain kafan yang menambah
seram suasana. Ritual ini diyakini membawa
kedamaian, keselamatan dan panen yang
melimpah.
At around 8 pm when the Seblang Bakungan dancer has
been possessed by one of the spirits of the ancestors,
she will dance following the theme of the songs sung by
the chorus of village women. The dancer of Seblang in
Seblang merupakan nama bagi tarian mistis religious yang Bakungan should be a menopause woman. Just like
diselenggarakan secara tahunan di Olehsari dan Bakungan sebagai tolak Seblang Olehsari dancer, she wears a crown flowers,
bala dan untuk menunjukkan penghormatan kepada roh leluhur yang but the hair is made of shroud which contribute to add
dianggap sebagai cikal bakal masyarakat setempat. to a spooky atmosphere. The ritual is believed to make
Seblang which has been designated as the National Intangible Cultural life more peaceful, to free villagers from disturbances
Heritage.in 2014 is the name for annual mystico-religious dance held in by evil spirits and to get better harvest.
Olehsari dan Bakungan to show respect to the village tutelary spirits who are
79 considered the forerunners of the local community and to avoid calamity. 80
Intangible Heritage

IH-4. Keboan Aliyan (Keboan Rite of Aliyan)


Orang Osing punya caranya sendiri dalam merayakan hubungan lekatnya dengan tanah sebagai ruang hidup, menunjukkan rasa
hormatnya kepada roh leluhur, sekaligus menjaga kampungnya dari malapetaka. Pada pagi hari yang telah ditentukan di bulan Sura,
warga Dusun Sukodono dan Dusun Krajan - Desa Aliyan Kecamatan Rogojampi selalu menggelar selamatan kampung yang dinamakan
Ritual Keboan. Seketika mantra dirapalkan ke udara, orang-orang mulai kesurupan dan bertingkah seperti kerbau bergerak ke sana
kemari mencari kubangan. Keboan Aliyan telah ditetapkan sebagai WBTB Nasional pada tahun 2016.
Osing people have their own way in celebrating their intimate relationship with the land as a living space, showing respect to the village tutelary
spirits, while protecting their village from calamity as well. On the morning that has been determined in the month of Sura, the residents of
Dusun Sukodono and Krajan of Aliyan Village, Rogojampi District - Banyuwangi always hold a village cleansing ceremony called the Keboan
Ritual. As soon as the spell was chanted into the air, people started to go into a trance and act like buffalo moving here and there looking for
puddles. The unique tradition has been designated as the National Intangible Cultural Heritage.in 2016.

81 82
Intangible Heritage

IH-5. Janger (Janger Folk Art) Kombinasi unsur Jawa, Bali dan Banyuwangi melebur indah dalam suatu kemasan teater tradisional Banyuwangi yang dikenal luas
dengan nama Janger dan memainkan lakon yang terkenal berjudul Damar Wulan. Dalam pertunjukan yang ditetapkan sebagai WBTB
Nasional tahun 2018 ini pula penonton dapat berkenalan dengan local hero Banyuwangi, Minak Jinggo, tokoh yang selalu
digambarkan sebagai tokoh antagonis oleh pandangan Jawa-sentris.
The combination of Javanese, Balinese and Banyuwangi elements blends beautifully in a traditional Banyuwangi theater package which is
widely known as Janger and plays a famous play entitled Damar Wulan. In this traditional show designated as the National Intangible Cultural
Heritage in 2018, the audience can also get acquainted with Banyuwangi local hero, Minak Jinggo, a legendary character always portrayed as
an antagonist by a Javanese-centric view.

83 84
Intangible Heritage

IH-6. Mocoan Lontar Yusup (Reading Rite of Lontar Yusup)


Dalam kehidupan masyarakat Osing di Banyuwangi, pembacaan kisah hidup Nabi Yusuf a.s. merupakan ritual Mocoan Lontar
Yusup untuk memohon berkah dari Nabi Yusuf a.s. Selepas isya hingga menjelang dinihari satu kitab penuh larik-larik puisi
Yusup didendangkan secara bergantian dalam ragam tembang cara Osing yang berbeda dengan nada tembang orang Jawa
pada umumnya. Tradisi ini ditetapkan sebagai WBTB Nasional pada tahun 2019.
In the life cycle of Osing people in Banyuwangi, the reading of Prophet Yusuf Life History known as Mocoan Lontar Yusup is a ritual to
pursue the blessing of The Prophet. After the Isha prayer time (around 7 pm) until before the dawn prayer time (around 3 am) a group of
readers of Lontar Yusup sat cross-legged, lined up facing each other on mats, then took turns singing the lines of Yusup's poetry in a
variety of songs using method which differed from the tone of Javanese songs in general. The tradition was designated as the National
Intangible Cultural Heritage in 2019.

85 86
Intangible Heritage

IH-7. Tari Petik Kopi (Petik Kopi Dance)


Luapan kegembiraan para perempuan pemetik kopi Bondowoso saat musim panen raya tiba diiringi alat musik ”tong-tong” yang terbuat
dari kayu dan bambu dengan beragam nada dan ukuran digambarkan dengan indah dalam Tari Petik Kopi.
The gaiety of Bondowoso female farmers when picking coffee beans in harvest time accompanied by "tong-tong" musical instruments made of
wood and bamboo of various sizes and sounds beautifully illustrated by Petik Kopi Dance.

87 88
Intangible Heritage

IH-8. Singo Ulung (Singo Ulung Rite)

Berfungsi sebagai tolak bala, Singo Ulung dengan kostum serupa singa merupakan ritual tahunan desa Blimbing di Bondowoso yang
telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya TakBenda (WBTB) Nasional pada tahun 2015. Ritual ini menggambarkan Juk Seng yang
terkenal atas jasa-jasanya sehingga desa menjadi makmur dan aman dari perusuh.
Functioning as a repellent against calamities, Singo Ulung with lion-like costumes is an annual rite of Blimbing village of Bondowoso
designated as a National Intangible Cultural Heritage in 2015. It depicts the struggle of a local hero called Juk Seng who was famous for his
services so that the village becomes prosperous and safe from rioters.
89 90
Thanks To :

ria
sto
Geo

You might also like