Professional Documents
Culture Documents
1907 6947 1 PB
1907 6947 1 PB
ABSTRACT
Without realizing it, the high market demand creates problems in buying and selling activities.
One of the problems often faced by companies is the occurrence of shortages and excess
inventories of products that cause companies to become inefficient in buying and selling
activities. Good and correct inventory management will help smooth buying and selling
activities, so that consumer orders can be fulfilled in a faster time. Economic Order Quantity
(EOQ) is known as a method to optimize the amount of raw material purchases that optimizes
the total cost of inventory. This study raises the case of Fuji Apple inventory in modern retailers
who expect an improvement in inventory management through optimizing the amount of
purchase for each product order, using the EOQ model case study method (case study). Analysis
of the Fuji Apple inventory system resulted in a new total inventory costing model from the basic
EOQ model. This model considers the components of the cost of product damage during
inventory, in addition to the ordering cost group, and the cost of holding it. Through the new
EOQ calculation model, there is a savings of 29% from the previously applied inventory cost.
However, the total cost of inventory using the basic EOQ model is still more efficient than the
results of the calculation of the new EOQ method by obtaining a savings of 30% of the
company's actual total inventory cost. Based on calculations using the basic EOQ model, the
optimal purchase of raw materials is 48.61 kg, the order frequency is 44 times with safety stock
at 171 kg and the reorder point is 193.37 kg.
Keywords: Fuji Apples, Economic Order Quantity (EOQ), Inventory Control, Retail
https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2023.007.04.2
Siti Fatiimatul Fadilah – Perbandingan Model Manajemen................................................................ 1211
ABSTRAK
Tanpa disadari perusahaan, permintaan pasar yang tinggi menimbulkan masalah dalam kegiatan
jual-beli. Salah satu masalah yang sering dihadapi perusahaan adalah terjadinya kekurangan dan
kelebihan persediaan produk yang menyebabkan perusahaan menjadi tidak efisisen dalam
kegiatan jual-beli. Pengelolaan persediaan yang baik dan benar akan membantu kelancaran
kegiatan jual-beli, sehingga pesanan konsumen dapat dipenuhi dengan waktu yang lebih cepat.
Economic Order Quantity (EOQ) dikenal sebagai metode untuk mengoptimalkan besarnya
jumlah pembelian bahan baku yang mengoptimalkan biaya total persediaan sehingga efisiensi
dalam manajemen persediaan tercapai. Penelitian ini mengangkat kasus persediaan buah Apel
Fuji pada ritel modern yang mengharapkan adanya perbaikan manajemen persediaan melalui
optimalisasi besarnya jumlah pembelian setiap pesanan produk, menggunakan model EOQ.
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode studi
kasus (case study). Analisis terhadap sistem persediaan buah Apel Fuji menghasilkan model
perhitungan biaya total persediaan baru dari model dasar EOQ. Model ini mempertimbangkan
komponen biaya kerusakan produk selama persediaan berlangsung, disamping kelompok biaya
pemesanan, dan biaya penyimpanannya. Melalui model perhitungan EOQ yang baru diperoleh
adanya penghematan sebesar 29% dari biaya persediaan yang sebelumnya diterapkan. Namun
total biaya persediaan dengan menggunakan model dasar EOQ masih lebih efisien dibandingkan
hasil perhitungan metode EOQ yang baru dengan diperolehnya penghematan sebesar 30% dari
biaya total persediaan aktual perusahaan. Berdasarkan perhitungan menggunakan model dasar
EOQ didapat pembelian bahan baku yang optimal yaitu 48,61 kg, frekuensi pemesanan 44 kali
dengan persediaan pengaman (Safety Stock) berada pada jumlah 171 kg dan titik pemesanan
kembali (Reorder Point) sebesar 193,37 kg.
Kata kunci: Apel Fuji, EOQ, Pengendalian Persediaan, Retail
PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara pertanian yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA)
beraneka ragam dan berlimpah. Salah satu SDA hasil produksi pertanian adalah buah-buahan.
Buah merupakan sumber berbagai vitamin, mineral dan serat pangan yang sangat bermanfaat
bagi tubuh dan mudah diperoleh oleh masyarakat untuk pola hidup yang sehat (Kemenkes RI,
2014). Buah apel banyak digemari masyarakat Indonesia karena rasanya yang lezat dan
bervariasi. Buah apel sendiri memiliki banyak nutrisi dan berbagai macam vitamin diantaranya
lemak baik, karbohidrat, protein, vitamin C, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dan masih
banyak lagi (Wijaya & Ridwan, 2019). Buah Apel impor dan Apel lokal memiliki perbedaan
dalam atribut produk, seperti ukuran, warna, dan rasa. Rasa Apel impor lebih manis daripada
Apel lokal, selain itu tampilan luar dan kemasan juga lebih menarik (Napitupulu, 2018). Hal ini
menjadi suatu dorongan bagi konsumen Indonesia untuk mengonsumsi buah Apel impor.
Akhirnya impor buah semakin melonjak tinggi yang disebabkan masyarakat Indonesia yang
lebih menyukai buah impor dibandingkan buah lokal dengan alasan faktor kualitas dan selalu
tersedia bila dibutuhkan (Sungkawa et al., 2018). Apel Fuji merupakan merupakan salah satu
buah Apel impor yang harus tersedia baik di pasar tradisional maupun ritel modern untuk dijual
setiap hari tanpa mengenal musim, selain itu Apel Fuji juga harus memiliki jumlah persediaan
yang paling banyak dibandingkan buah-buahan lain.
Salah satu hal yang harus menjadi pertimbangan ritel modern adalah terkait dengan
perencanaan persediaan produk (buah-buahan) secara tepat waktu agar dapat memenuhi
kebutuhan konsumen saat dibutuhkan dan efisiensi penjualan bagi perusahaan. Menurut
(Widyanto, 2021), perencanaan persediaan dapat dilakukan dengan melihat data permintaan
historis yang dimiliki suatu perusahaan kemudian meramalkan kemungkinan permintaan di
masa yang akan datang sehingga perusahaan dapat merinci kebutuhan bahan baku dalam proses
produksinya. Ada dua kemungkinan permintaan di masa depan yaitu permintaan yang fluktuatif
cenderung meningkat atau menurun. Permintaan yang berfluktuasi tersebut membuat
perusahaan akan dihadapkan pada kemungkinan bahwa di waktu mendatang tidak dapat
memenuhi kebutuhan konsumen yang menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan yang seharusnya ia dapatkan.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh ritel XYZ adalah persediaan yang berlebih
(over stock) ketika permintaan akan buah fluktuatif sedangkan karakteristik produk buah adalah
mudah rusak dan daya simpan yang terbatas. Produk buah yang rusak dalam jumlah besar dapat
menyebabkan ritel XYZ mengalami kekurangan persediaan (stock loss) sehingga menjadi
tantangan bagi pihak perusahaan untuk dapat mengendalikan persediaan buah-buahan segar
khususnya buah Apel Fuji yang memiliki banyak peminat. Pada ritel XYZ, sistem pemenuhan
persediaan buah Apel Fuji dapat dilakukan dengan cara melakukan pemesanan online kepada
Distribution Centre (DC) menggunakan sistem pemesanan yang dikelola perusahaan. Proses
sebelum melakukan pemesanan dari ritel ke DC seringkali dilakukan secara spekulatif dengan
tidak memperhatikan kondisi aktual stock yang ada ataupun penilaian persediaan yang
dilakukan hanya berdasarkan kasat mata saja. Apabila terlihat sedikit baru dipesan dan lain
sebaginya. Adapun data pengendalian persediaan yang telah ada belum dimanfaatkan oleh ritel
secara maksimal.
Proses sebelum pemesanan dan persediaan di ritel sebaiknya dilihat dari berbagai aspek
seperti aspek karakteristik buah, umur simpan, teknik dan suhu penyimpanannya (Asiah et al.,
2018). Buah Apel Fuji yang telah dipanen tetap mengalami respirasi dengan sel-sel yang ada di
dalam buah tersebut melakukan metabolisme komponen sel. Buah Apel Fuji tergolong jenis
buah klimaterik yang artinya buah tersebut akan tetap melakukan proses pematangan setelah
proses pemanenan karena tingginya zat etilen sehingga apabila proses penyimpanan dari buah
tersebut tidak sesuai maka dapat menyebabkan pembusukan dan stock loss yang besar (Sudjatha
& Wisaniyasa, 2017). Jumlah stock loss Apel Fuji tergolong cukup besar dan menduduki
peringkat pertama buah impor dengan kerusakan buah tertinggi di ritel XYZ yaitu 624,65 kg
dengan nilai Rp 13.983.664, oleh karena itu hal ini menjadi catatan penting untuk diminimalkan
karena akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Selain itu, persediaan yang berlebih (over
stock) juga akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan karena buah yang disimpan terlalu
lama akan cepat mengalami kerusakan (broken stock) dan dapat berefek kepada penambahan
biaya-biaya yang tidak diperlukan (Ayni, 2017). Agar tidak mengurangi kehilangan kesempatan
penjualan karena hal-hal tersebut, maka Ritel XYZ perlu melakukan perhitungan secara
matematis untuk periode sebelum melakukan pemesanan dari ritel ke DC yaitu dengan
menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk mengendalian persediaan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada ritel Ritel XYZ yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
bahwa ritel Ritel XYZ merupakan salah satu retail yang menjual berbagai macam produk buah
segar dengan akses data yang lebih terbuka untuk melakukan penelitian. Penelitian yang
dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode studi kasus (case study).
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengamatan di lapang (observasi) dan wawancara
langsung dari informan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan). Penentuan informan
dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Data sekunder diambil melalui berbagai literatur yang dijadikan
bahan rujukan untuk mendukung data primer selama proses penelitian. Data sekunder diperoleh
dengan studi pustaka yaitu melalui buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian (skripsi), serta data-
data yang didapatkan melalui lembaga dan instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS),
Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Kementerian
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, serta literatur-literatur yang relevan dengan penelitian.
Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan, data-data tersebut kemudian diolah
untuk mendapatkan persediaan produk yang optimal. Peneliti memilih metode Economic Order
Quantity (EOQ) untuk menentukan jumlah dan frekuensi pembelian yang optimal. Langkah
selanjutnya adalah penentuan besarnya persediaan pengaman (safety stock) yang dilakukan
dengan pendekatan tingkat pelayanan (service level). Setelah itu dilakukan perhitungan titik
pemesanan kembali (reorder point) dengan memperhitungkan penggunaan produk selama
produk yang dipesan belum sampai dan persediaan pengaman (safety stock). Setelah diperoleh
hasil analisis metode pengendalian persediaan yang ekonomis, kemudian dilakukan evaluasi
perbandingan dengan metode pengendalian persediaan yang diterapkan oleh perusahaan. Rumus
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
#×!×.
Q= 6 /
............................................................................................................... (4)
Keterangan:
Q = Jumlah barang setiap pesan (EOQ)
D = Permintaan tahunan barang persediaan (Kg/tahun)
S = Biaya pesanan untuk setiap kali melakukan pesanan (Rp/pesanan)
H = Biaya penyimpanan (Rp/kg/tahun)
TC = Total biaya persediaan (Rp/tahun)
SS = Safety stock (persediaan pengaman)
ROP = Reorder point (titik pemesanan kembali)
σ = Standar deviasi pemakaian pada waktu pengisian persediaan
L = Lead time (waktu tunggu)
D = Rata-rata pemakaian per hari
Z = nilai Z pada tabel distribusi normal (faktor pengaman)
Persediaan pengaman buah Apel Fuji di retail XYZ setiap bulannya cukup tinggi terlihat
pada Tabel 1. Bulan September menjadi bulan yang memiliki angka persediaan pengaman
tertinggi dengan selisih 145,23 kg. Hal yang menarik terjadi pada bulan Oktober karena terjadi
kekurangan persediaan pengaman yaitu dengan selisih -39,37 kg. Pada bulan Oktober tersebut
tidak terprediksi menjadi bulan dengan permintaan buah Apel Fuji yang tinggi. Pihak retail XYZ
mencatat bahwa permintaan buah Apel Fuji di bulan Oktober tersebut melebihi stok buah Apel
Fuji yang ada, dengan kata lain persediaan buah Apel Fuji mengalami kekurangan di bulan
Oktober. Jumlah penjualan pun berfluktuatif dan mengalami puncak penjualan di bulan Juli
sebesar 369,71 kg yang menyebabkan permintaan buah Apel Fuji melonjak tinggi. Permintaan
yang tinggi tersebut telah diimbangi dengan persediaan buah Apel Fuji yang cukup tinggi oleh
pihak perusahaan dengan mempersiapkan jumlah persediaan sebesar 401,20 kg.
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa biaya pemesanan yang ditanggung oleh retail
XYZ untuk memesan buah Apel Fuji yaitu sebesar Rp 1.578.000 per tahun, kemudian biaya
pemesanan selama setahun tersebut dibagi dengan frekuensi pemesanan Apel Fuji yaitu 144 kali
pesanan per tahun atau dengan rumus:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑠𝑎𝑛
𝑆=
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛
𝑅𝑝 1.578.000
𝑆=
144
𝑆 = 𝑅𝑝 10.958
Besarnya biaya listrik tersebut akan dikalikan dengan alat-alat yang digunakan untuk
menyimpan buah Apel Fuji dengan perhitungan sebagai berikut:
0122 4'556#2 4'556#2 4'55
= × 24 𝑗𝑎𝑚 × R𝑝 1.444,70
7222
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛
𝐻=
𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑅𝑝 56.669.224,32
𝐻=
2.844,60
𝐻 = 𝑅𝑝 19.922
Buah Apel Fuji memiliki tingkat kerusakan sebesar 23% seperti yang ditunjukkan oleh
Tabel 4. Besarnya tingkat kerusakan buah Apel Fuji akan berbanding lurus dengan besarnya
kerugian yang dialami oleh retail XYZ. Biaya kerusakan buah Apel Fuji diperoleh dari
perkalian antara harga beli buah Apel Fuji yaitu Rp 23.750 dengan jumlah kerusakan yang
ditanggung oleh retail XYZ sebanyak 23% atau dengan rumus:
𝐶𝑜𝑠𝑡$%&'( = 𝑃 × K × 𝑄!)*'+,
𝐶𝑜𝑠𝑡$%&'( = 𝑅𝑝 23.750 × 0,23 × 2.844,60
𝐶𝑜𝑠𝑡$%&'( = 𝑅𝑝 15.372.662,50
𝐷.'8)& 𝑄
𝑇𝐶'(5%'8 = X × 𝑆Y + X × 𝐻Y
𝑄 2
2.147,45 19,75
𝑇𝐶'(5%'8 = X × 𝑅𝑝 10.958Y + X × 𝑅𝑝 19.922Y
19,75 2
𝑇𝐶'(5%'8 = 𝑅𝑝 1.388.242,03
Pada aktivitas aktual perusahaan dapat dihitung biaya total pengadaan persediaan yaitu
sebesar Rp. 1.388.242,03. Biaya total pengadaan persediaan tersebut sangat tinggi disebabkan
intensitas pemesanan sebanyak 144 kali dengan jarak antar pemesanan 3 hari dan 288 hari kerja.
Pengiriman yang dilakukan oleh pemasok yaitu sebanyak 12 kali setiap bulannya dengan rata-
rata kuantitas pengiriman adalah sebanyak 19,75 kg. Kuantitas pembelian buah Apel Fuji adalah
sebanyak 2844,60 kg sedangkan penjualannya sebanyak 2147,45 kg, sehingga selisih antara
pembelian dan penjualan adalah 697,15 kg pada tahun 2021. Kuantitas tersebut termasuk
kedalam persediaan pengaman atau safety stock. Terkait harga beli buah Apel Fuji adalah Rp.
23.750/kg sedangkan harga jualnya Rp. 27.450/kg.
Pada Tabel 6 dapat dilihat perbandingan antara hasil pengelolaan persediaan menurut
perusahaan dengan hasil persediaan menggunakan metode EOQ dan metode EOQ model baru.
Biaya pemesanan dengan menggunakan metode EOQ lebih ekonomis yaitu Rp. 482.167 per
tahun untuk 44 kali pemesanan dengan lead time 7 hari dan jumlah pesanan 48,61 kg, sedangkan
menurut perhitungan aktual perusahaan biaya pemesanan mencapai Rp. 1.578.000 selama
setahun untuk 144 kali pemesanan dengan lead time 3 hari dan jumlah pesanan 19,75 kg.
Perhitungan dengan menggunakan EOQ pun masih lebih murah dibandingkan perhitungan EOQ
model baru dengan biaya pemesanannya sebesar Rp. 602.690 selama setahun untuk 55 kali
pemesanan, lead time 5 hari dan jumlah pesanan 39 kg.
Selisih pembelian dengan penjualan untuk aktivitas aktual perusahaan menghasilkan
selisih 697,15 kg, sangat jauh bila dibandingkan perhitungan EOQ dengan selisih 185,83 kg.
Selisih ini juga masih lebih kecil dibandingkan dengan metode EOQ model baru yang
menghasilkan selisih 196,27 kg. Selisih pembelian dengan penjualan dapat menentukan
kuantitas kehilangan yang akan ditanggung oleh perusahaan. Perhitungan EOQ memperkecil
kemungkinan perusahaan kehilangan keuntungan dari kuantitas yang berlebih atau kurang.
Perhitungan EOQ menghasilkan biaya total persediaan sebesar Rp. 968.303,29, sedangkan
perhitungan aktual perusahaan lebih banyak mengeluarkan biaya total yaitu sebesar Rp.
1.388.242,03 sedangkan dengan perhitungan EOQ model baru diperoleh biaya total Rp.
16.364.196. Selisih antara biaya total aktual perusahaan dengan biaya total EOQ yaitu Rp.
419.938,74. Hal yang sama juga berlaku terhadap biaya total EOQ model baru yang memiliki
selisih signifikan terhadap biaya total dengan metode EOQ yaitu sebesar 15.395.892,61. Hal ini
membuktikan bahwa metode aktivitas aktual perusahaan dan metode EOQ model baru belum
efisien.
Pada tahun 2021 buah Apel Fuji yang tidak memenuhi syarat ketika baru sampai di
retail XYZ setelah pengangkutan atau barang rusak pengiriman adalah sebesar 13,95 kg
sehingga menyebabkan kehilangan penjualan sebesar Rp. 389.912. Sedangkan akibat kerusakan
buah Apel Fuji selama penyimpanan di display atau shrinkage yaitu sebesar 53,94 kg dan
mengalami kehilangan penjualan sebesar Rp. 1.480.639. Pada bulan Juli, Retail XYZ
mengalami kekurangan persediaan buah Apel Fuji akibat permintaan yang tak terprediksi
mengakibatkan retail mengalami kehilangan penjualan sebanyak 39,37 kg atau sekitar Rp.
1.080.707. Selain itu, setiap periode pemesanan buah Apel Fuji terdapat persediaan pengaman
sebanyak 687,15 kg dan secara keseluruhan persediaan pengaman tersebut mengalami kelebihan
stok yang mengakibatkan retail XYZ mengalami kehilangan penjualan senilai Rp. 19.136.768.
Sehingga kerugian yang dikeluarkan selama setahun dalam persediaan buah Apel Fuji
diperkirakan mencapai 804,41 kg atau Rp. 22.108.475 dan secara keseluruhan jumlah potensi
keuntungan yang hilang dalam persediaan buah Apel Fuji di retail XYZ adalah sebesar Rp.
3.003.737,59.
Kesimpulan
1. Manajamen persediaan buah Apel Fuji yang dilakukan oleh retail XYZ dinilai belum
efisien dengan total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan lebih tinggi sebesar
Rp 1.388.242,03 dibandingkan dengan hasil perhitungan metode Economic Order
Quantity (EOQ) dengan total biaya persediaan Rp. 968.303,29. Namun total biaya
persediaan aktual perusahaan masih lebih rendah dibandingkan hasil perhitungan
metode EOQ berdasarkan biaya kerusakan dengan total biaya persediannya sebesar Rp.
16.364.196 dan selisih sebesar Rp. 15.395.892,61. Sedangkan selisih metode aktual
perusahaan dengan metode EOQ diperoleh hasil sebesar Rp. 419,938,74 serta didapat
penurunan biaya dengan menggunakan metode EOQ mengalami penurunan mencapai
30% dibanding dengan metode semula yaitu metode aktual perusahaan.
2. Metode EOQ menyajikan persediaan buah Apel Fuji dengan frekuensi pemesanan
sebanyak 44 kali, jumlah pemesanan sebanyak 48,61 kg dan jangka waktu antar
pemesanan selama 7 hari. Sedangkan pengiriman dilakukan sebanyak 48 kali dalam
setahun. Namun untuk hari raya imlek atau bulan puasa pihak retail XYZ harus
meningkatkan permintaan buah melebihi kuantitas optimal yang semula 48,61 kg
menjadi lebih tinggi karena bulan tersebut merupakan bulan dengan kecenderungan
peningkatan permintaan buah Apel Fuji pada retail XYZ.
3. Model EOQ dapat mengurangi adanya selisih penjualan dan pembelian yang tinggi pada
retail XYZ. Sehingga pada kuantitas ini dinilai optimal dan efisien dalam biaya dan
menghindari adanya potensi kehilangan keuntungan dalam persediaan buah Apel Fuji
di retail XYZ sebesar Rp. 3.003.737,59. Adapun total kerugian persediaan buah Apel
Fuji diperkirakan mencapai jumlah Rp. 22.108.475 dengan total jumlah kuantitas yang
hilang adalah 804,41 kg.
Saran
Pihak manajamen retail XYZ sebaiknya dapat mencoba melakukan pemesanan buah Apel
Fuji dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) agar dapat menekan biaya
total persediaan yang tinggi. Daya simpan buah juga perlu diperhatikan agar tidak banyak buah
yang terbuang akibat mengalami kerusakan. Selain itu, retail XYZ perlu untuk melakukan
perluasan ruang penyimpanan display dan menyediakan open chiller untuk Apel Fuji agar dapat
menyimpan buah dalam jumlah yang lebih banyak dan menjaga kualitas dan ketersediaan
produknya secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Asiah, N., Cempaka, L., & David, W. (2018). Panduan Praktis: Pendugaan Umur Simpan
Produk Pangan. Penerbitan Univeritas Bakrie.
Ayni, M. G. F. (2017). Pemilihan Supplier dan Inventory Lot Size dengan Metode Mixed Integer
Programming (Studi Kasus: PT. Malindo Intitama Raya). Universitas Muhammadiyah
Malang: Fakultas Teknik.
Juniar, R. (2018). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Metode EOQ
(Economic Order Quantity) Pada PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Serang Mill. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Universitas Pasundan.
Kemenkes RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Napitupulu, P. (2018). Analisis Sikap Konsumen Terhadap Apel Lokal dan Apel Impor (Studi
Kasus di Kota Medan, Sumatera Utara). Journal On Social Economic Of Agriculture And
Agribusiness.
Sudjatha, W., & Wisaniyasa, N. W. (2017). Fisiologi dan Teknologi Pascapanen. In Udayana
University Press.
Sungkawa, I., Eviyati, R., & Nuresi, N. (2018). Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap
Keputusan Pembelian Buah-Buahan Import Di Kota Cirebon (Kasus Di Perumahan
Sapphire, Taman Cipto Dan Taman Wahidin). Paradigma Agribisnis, 1(1), 27–36.
https://doi.org/10.33603/jpa.v1i1.1493
Widyanto, D. N. (2021). Analisis Perencanaan Produksi Dengan Pendekatan Metode Rough
Cut Capacity Planning Pada UD. Mandiri Guna Memenuhi Permintaan Konsumen.
Universitas 17 Agustus 1945.
Wijaya, N., & Ridwan, A. (2019). Klasifikasi Jenis Buah Apel Dengan Metode K-Nearest
Neighbors. Sisfokom, 08(1), 74–78.