Professional Documents
Culture Documents
Isi Dan Pembahasan B Indo 233345
Isi Dan Pembahasan B Indo 233345
Isi Dan Pembahasan B Indo 233345
1)mellatulhusna14@gmail.com, 2)
ABSTRACT
Filsafat Basiru
Dalam tradisi masyarakat Tana Samawa, pada zaman dahulu kita mengenal
bayar siru atau disingkat Basiru. Basiru merupakan tradisi masyarakat yang berbentuk
hubungan sosial, yang diwujudkan dalam bentuk kerja sama antar masyarakat dan
gotong royong. Basiru merupakan sistem sosial yang berlaku pada masyarakat
Sumbawa dan secara otomatis menjadi subsistem lembaga sosial yang mengatur tata
cara memulai kerjasama antar suatu komunitas. Meski tidak diatur sebagai produk
hukum dalam dokumen resmi, basiru menerapkan sanksi sosial yang kemudian secara
implisit diterima dan didukung oleh seluruh masyarakat Samawa.
Dalam sistem Basiru, setiap warga membantu warga lainnya merayakan dan
ketika warga lain mengadakan pesta maka warga binaan harus membantu warga lain,
dan sebagainya,dalam kehidupan masyarakat.Selain itu sanksi sosial diterapkan pada
hubungan gotong royong/gotong royong antar warga, jika ada warga yang belum
pernah ikut basiru maka warga tersebut tidak akan pernah menerima bantuan dari
warga lainnya. Kalaupun ada masyarakat yang datang membantu, tidak berjalan baik
karena sanksi sosial. Kerjasama dapat berbentuk pemberian energi/fisik, finansial dan
spiritual. Kita melihatnya dalam berbagai acara sosial seperti pernikahan, khitanan,
sedekah, ta’ziah, naik haji, serta kegiatan pembangunan rumah, pembersihan
prasarana umum dan masih banyak lagi kegiatan sosial masyarakat lainnya.Kegiatan
Basiru tidak dilakukan karena paksaan atau tekanan, melainkan dilandasi rasa
persaudaraan, kebersamaan dan saling peduli.
Ikatan kekeluargaan masyarakat Sumbawa pada saat itu sangat erat sehingga
kita mudah bergaul dan berkumpul dalam kehidupan bermasyarakat khususnya
masyarakat Kabupaten Sumbawa. Dalam sistem basiru, tokoh adat akan memberikan
petunjuk dan peringatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial masyarakat dan
kemudian ada kesadaran dari warga yang bersangkutan. Dalam kehidupan
masyarakat Kabupaten Sumbawa tradisi basiru masih bisa kita jumpai hingga saat ini,
namun jumlahnya sedikit. Kita secara sadar dapat mengetahui penyebab terjadinya
hubungan sosial dalam masyarakat di era globalisasi saat ini. Globalisasi telah
mendorong perkembangan manusia modern dalam persaingan global yang ketat dan
menciptakan kehidupan sosial yang individualistis. Akulturasi budaya dengan cepat
mulai menjadi bagian dari kehidupan Indonesia. Kehidupan perekonomian
masyarakat berangsur-angsur berubah dari sektor pertanian ke sektor industri.
Industri berkembang jauh dan tatanan kehidupan saat ini lebih banyak bertumpu pada
aspek ekonomi sehingga bersifat materialistis.
Karakteristik Informan
1 Kepala Desa
2 Tokoh Agama
3 Tokoh Masyarakat
4 Tokoh Masyarakat
5 Tokoh Masyarakat
6 Tokoh Masyarakat
7 Tokoh Agama
8 Masyarakat
9 Masyarakat
10 Masyarakat
Bentuk, Model Pelaksanaan dan Peran “Basiru”.
Basiru warga desa dipandang sebagai salah satu tradisi budaya diterapkan
secara turun temurun sejak zaman nenek moyang.Konsep “Basiru” diterapkan oleh
masyarakat desa Boak merupakan kegiatan gotong royong warga setempat perjanjian
asli antara penerima bantuan atau keluarga dengan pemberi bantuan.Dalam hal ini,
“basiru” yang dilakukan adalah wajib. Di sisi lain juga ada istilah “basiru” tanpa
adanya perjanjian gotong royong terlebih dahulu antara para pihak. “Basiru” di ruang
ini tidak wajib. Istilah “basiru” di desa Boak terbagi menjadi dua yaitu “ete siru” dan
“bayar siru”. Artinya ada isiatif memberi bantuan sebelum menerima bantuan. Tradisi
basiru yang dilakukan masyarakat setempat dikelompokkan menjadi tiga bentuk,
diterapkan dalam berbagai kegiatan masyarakat dan berperan penting dalam
pembangunan desa seperti dijelaskan dibawah ini:
Setiap daerah mempunyai syarat dan bentuk gotong royong yang diterapkannya
masing-masing kehidupan komunitas. Bentuk “basiru” yang dilestarikan oleh
penduduk desa Boak terbagi-bagi menjadi 3 bentuk yaitu “basiru uang “, “basiru
barang”, “basiru jasa”. Uang “Basiru” diterapkan dari warga desa yang merupakan
salah satu bentuk bantuan tersebut seseorang atau sekelompok orang kepada orang
lain dalam bentuk uang. Jumlah uang berdasarkan kesepakatan atau tidak, tapi
besarnya dukungan finansial memberi mempengaruhi jumlah uang yang
dikembalikan orang tersebut mendapatkan bantuan. Barang “Basiru” merupakan
salah satu bentuk bantuan perlengkapan dasar rumah tangga. Keluarga membantu
keluarga lainnya dalam bentuk beras, padi, minyak dan kebutuhan pokok lainnya.
“Basiru” jasa adalah jenis “basiru”, berupa jasa atau energi yang diberikan secara
sukarela kepada warga desa yang membutuhkan bantuan. Suatu bentuk bantuan jasa
yang dapat membantu masyarakat yang mengatur hajatan, membangun rumah,
merawat dan memberi makan hewan peliharaan.
Berbagai kalangan umur turut serta dalam "Basiru" di desa . Penduduk desa
yang baik laki-laki maupun perempuan mulai dari remaja, dewasa,tua, dan lanjut usia
ikut serta dalam kegiatan “Basiru”. 3 bentuk 'basiru' tersebut adalah; "basiru uang ",
"basiru barang " dan "basiru jasa ". Penerapannya pada berbagai kegiatan masyarakat
desa dan model penerapannya hampir sama yaitu, gotong royong ditawarkan dengan
atau tanpa persetujuan sebelumnya. Secara rinci, model implementasi ketiga bentuk
“basiru” tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
“Basiru” Jasa yang diterapkan dalam kegiatan pertanian sangat membantu dalam
bentuk pekerjaan yang diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada yang
membutuhkan membantu dalam operasional pertanian seperti menanam dan
memanen hasil pertanian. Maka akan terjadi istilah "ete siru" dan "bayar siru"
digunakan jika terdapat sepuluh pekerja di desa tersebut orang, satu diantaranya
adalah petani penerima bantuan dan sembilan orang orang lain adalah orang yang
menawarkan bantuan. Berapa banyak orang dari sembilan beberapa dari mereka
membantu "bayar siru" dan yang lain "ete siru". Bagi orang yang “ete siru”, yang
mereka maksud adalah pertolongan terdahulu kepada pemiliknya tanah dengan
perjanjian bahwa pemilik tanah akan membantu mereka bila mereka memerlukannya
dalam melakukan pekerjaan serupa nanti.
Dalam kegiatan sosial seperti hajatan, masyarakat saling membantu dari awal
persiapan hingga akhir acara. “Basiru jasa “ dalam hal ini meliputi laki-laki dan
perempuan mulai dari usia remaja hingga usia lanjut. Bantuan jasa yang diberikan
warga desa kepada pihak yang merayakannya berupa tenaga untuk menyiapkan menu
yang ditawarkan pada pesta tersebut. Bagi ibu-ibu yang belum pernah mengadakan
pesta di rumahnya, maka mereka mengambil bantuan inisiatif atau “ete siru”. Yang
lain ditawari bantuan layanan untuk tujuan "bayar siru".
Selain “basiru” jasa, basiru uang dan barang juga kerap kali diterapkan oleh
masyarakat desa dalam proses pembangunan infrastruktur namun hal ini biasanya
dilaksanakan antar kerabat atau teman dekat. Basiru uang diberikan dalam bentuk
bantuan tambahan atau menutupi kekurangan biaya. Bantuan barang yang diberikan
biasanya berupa material bangunan seperti kayu yang biasanya diambil dari lahan
sendiri, semen, dan barang-barang lain yang diperlukan.