Tugas Jurnal Akhir Stunting Afdal

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

EFEKTIVITAS PROGRAM KAMPUNG GIZI TANGGUH DALAM

MENURUNKAN ANGKA STUNTING DI KECAMATAN


BANJARWANGI KABUPATEN GARUT
(Studi Kasus Pada Desa Mulyajaya)

Afdal Assalam
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP Universitas Garut
afdalassalam@gmail.com

Abstract

Based on the results of the 2021 Indonesian Nutrition Status Study (SSGI) from the
Ministry of Health, Garut Regency is the area with the highest stunting rate, reaching
35.3% than other districts in West Java. In an effort to reduce the stunting toddler rate
in Garut Regency, YBM PLN launched the Nutrition Village Program. The problem in
this study is what are the supporting factors and inhibiting factors faced by YBM PLN
in the program so that it affects the effectiveness of the program in reducing stunting
rates in Mulyajaya Village. The purpose of this study was to determine the level of
effectiveness of the Tangguh Nutrition Village program through supporting and
inhibiting factors in the program. The method used in this research is a qualitative
method with a descriptive type, the data collection technique used includes interviews
(interviews) by purposive sampling, documentation study, and observation. The
research location was conducted in Mulyajaya Village where this program was
implemented. The results of the research program were quite effective in reducing the
stunting rate where out of the total number of stunted toddlers, namely as many as 16
children, 13 children were free from stunting to become normal toddlers. While the
remaining 3 children are still in the stunting toddler category. There are two factors,
namely supporting factors and inhibiting factors that affect the effectiveness of the
Tangguh Nutrition Village Program in reducing stunting rates in Banjarwangi District.
The supporting factor that plays a role in this program is the good cooperation between
the nutrition officers from the Community Health Center and the Banjarwangi
Posyandu. While the inhibiting factors in running this program are the lack of
enthusiasm and awareness of the community, the lack of insight and education from
parents, the low economic welfare of stunting toddler families and the lack of
socialization regarding good parenting.
Keywords: program, effectivity, stunting, decreasing stunting

Abstrak

Berdasarkan Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun
2021 memperlihatkan bahwa Kabupaten Garut merupakan daerah dengan angka
stunting tertinggi mencapai 35,3% dari Kabupaten lainnya di Jawa Barat. Dalam upaya
untuk menurunkan angka balita stunting di Kabupaten Garut, YBM PLN meluncurkan
Program Kampung Gizi. Permasalahan pada penelitian ini adalah apa faktor pendukung
dan faktor penghambat yang dihadapi YBM PLN pada program tersebut sehingga
mempengaruhi efektivitas programnya dalam menurunkan angka stunting di Desa
Mulyajaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas
program Kampung Gizi Tangguh melalui faktor pendukung dan penghambat pada
program tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif
dengan tipe deskriptif, teknik pengumpulan data yang diterapkan meliputi wawancara
(interview) secara purposive sampling, studi dokumentasi, dan observasi. Lokasi
penelitian dilakukan di Desa Mulyajaya dimana Program ini di-implementasikan. Hasil
penelitian program tersebut cukup efektif dalam menurunkan angka stunting dimana
dari keseluruhan jumlah angka balita stunting yaitu sebanyak 16 anak, sebanyak 13
anak terbebas dari stunting menjadi balita normal. Sedangkan sisanya terdapat 3 anak
yang masih dalam kategori balita stunting. Terdapat dua faktor yaitu faktor pendukung
dan faktor penghambat yang mempengaruhi efektivitas Program Kampung Gizi
Tangguh dalam menurunkan angka stunting di Kecamatan Banjarwangi. Faktor
pendukung yang berperan dalam program ini adalah kerjasama yang baik antara
petugas gizi dari Puskesmas dan Posyandu Banjarwangi. Sedangkan faktor penghambat
dalam menjalankan program ini adalah minimnya antusiasme dan kesadaran
masyarakat, rendahnya wawasan dan pendidikan dari pihak orang tua, rendahnya
kesejahteraan ekonomi keluarga balita stunting dan minimnya sosialisasi mengenai pola
asuh anak yang baik.

Kata Kunci: Program, Efektivitas, Stunting, Menurunkan Stunting


PENDAHULUAN

Stunting adalah suatu kondisi masalah gizi yang krusial, terutama di Negara-
negara miskin dan berkembang (WHO, 2016). Stunting adalah masalah kurang gizi
kronis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan linear pada balita yang diakibatkan
oleh ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama, mulai dari masa kehamilan sampai
usia 24 bulan (Kemkes, 2018). Kurangnya asupan gizi anak pada masa tumbuh
kembangnya di usia dini akan mengakibatkan penghambatan dalam perkembangan
fisik, meningkatnya kesakitan, menghambat perkembangan mental anak, dan bahkan
kematian. Permasalahan stunting pada balita dapat memicu resiko terjadinya penurunan
intelektual, produktivitas, dan kemungkinan resiko mengalami penyakit degenerative di
masa yang akan datang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO)
mengatakan bahwa dasar dari standar pertumbuhan anak adalah indeks panjang badan
disbanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-
score) kurang dari -2 SD. Anak atau balita yang mengidap stunting akan diketahui bila
tinggi badan anak sudah diukur, kemudian dibandingkan dengan standar sehingga
dicapai hasil pengukuran yang berada pada kisaran titik normal (Kemkes, 2018).
Stunting merupakan permasalahan gizi yang memerlukan perhatian khusus
baik bagi pemerintah maupun masyarakatnya itu sendiri, karena stunting sangat erat
kaitannya dengan kemiskinan dimana ini menjadi reaksi berantai yang berakibat pada
masalah kesehatan pangan di tingkat rumah tangga serta minimnya pengetahuan dan
pendidikan mengenai perilaku hidup sehat (World Health Organization, 2016). Apabila
kondisi gizi masyarakat buruk, maka tingkat kesehatan dan harapan hidup masyarakat
akan terganggu. Hal ini akan menyebabkan terganggunya salah satu unsur utama dalam
penentuan keberhasilan pembangunan dalam menciptakan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang sehat, cerdas, dan priduktif.
Menurut data WHO, Indonesia berada pada peringkat ketiga dengan angka
prevalensi stunting tertinggi di Asia dengan angka mencapai 36,4 % pada tahun 2017.
Namun, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, angka stunting di
Indonesia mengalami penurunan menyentuh angka 23,6 % (Data Riskesdas dirilis
setiap 5 tahun sekali). Penurunan angka stunting berdasarkan data Riskesdas tersebut
bisa dikatakan sebagai angin segar, namun angka tersebut masih belum menyentuh
standar angka batas maksimal yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20 % atau seperlima
dari jumlah total anak balita (Riskesdas, 2013).
Dalam Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepata Perbaikan Gizi, pemerintah menetapkan terdapat 160 Kabupaten/Kota yang
menjadi daerah prioritas penanganan stunting yang mencakup 1.600 desa. Di Provinsi
Jawa Barat sendiri, berdasarkan pada hasil Study Status Gizi Indonesia (SSGI),
Kabupaten Garut tercatat sebagai wilayah di Jawa Barat dengan prevalensi balita
stunting tertinggi mencapai angka 35,3 % disbanding kabupaten lainnya.
Dalam menanggulangi masalah stunting, pemerintah berupaya dalam
meningkatkan gizi masyarakat, salah satu upaya pemerintah tersebut melalui program
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk memperbaiki dan meningkatkan status
gizi anak. Di Kabupaten Garut itu sendiri, khususnya di Kecamatan Banjarwangi sudah
memiliki program untuk meningkatkan dan memperbaiki status gizi anak dengan
Pemberian Makanan Tambahan melalui Program Kampung Gizi Tangguh (Pemda
Garut, 2022).
Pada tahun 2022, Pemerintah Kabupaten Garut kian gencar dalam
menanggulangi stunting. Salah satu inovasi yang diluncurkan oleh Pemda Garut adalah
inovasi program T.O.S.S (Temukan, Obati, Sayangi, dan anak Stunting) dengan
gelontoran dana sebesar 5,9 milyar rupiah dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD). Hal ini sekaligus merupakan amanah dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) dan Visi Misi Bupati Kabupaten Garut adalah
terwujudnya Kabupaten Garut yang maju dan sejahtera melalui pengembangan Sumber
Daya Manusia. Berdasarkan Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting Tingkat Desa
di Kecamatan Banjarwangi, khususnya di desa Mulyajaya terdapat 13 anak yang
dikategorikan stunting dari total 160 anak yang sudah dimonitor (Puskesmas
Banjarwangi, 2021).
Dalam upaya melakukan kajian dan analisis mengenai efektivitas Program
Kampung Gizi dalam menurunkan angka stunting di Kecamatan Banjarwangi
Kabupaten Garut maka penulis perlu mendalami dan memahami mengenai konsep
efektivitas program. Menurut Ensiklopedi Umum Administrasi, etimologi dari kata
efektivitas berasal dari kata kerja efektif, berarti terjadinya suatu akibat atau efek yang
dikehendaki dalam suatu perbuatan. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi, efektivitas
disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya”. (Dyah Mutiarin, 2014).
Definisi efektivitas menurut Robbins yaitu sebagai “sebagai tingkat pencapaian
organisasi atas tujuan jangka pendek (tujuan) dan jangka panjang (cara)”. Sedangkan
menurut Siagian, pengertian efektivitas yaitu “penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu
yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak,
terutama menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya
yang diperlukan untuk itu”. (Indrawijaya, 2014). Efektivitas mengacu “pada
kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah cara pencapaian tujuan atau
hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasi yang diperoleh, tingkat daya
fungsi unsur atau komponen serta masalah tingkat kepuasan pengguna/client”.
(Wardiah, 2016)
Berdasarkan Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan
tahun 2021 memperlihatkan bahwa Kabupaten Garut merupakan daerah dengan angka
stunting tertinggi mencapai 35,3% dari Kabupaten lainnya di Jawa Barat. Pada
observasi yang telah dilakukan oleh penulis ke Kecamatan Banjarwangi, Banjarwangi
menjadi salah satu kecamatan dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Kabupaten
Garut. Dalam ikut serta dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Garut, YBM
PLN meluncurkan program Kampung Gizi Tangguh di desa Mulyajaya. Dalam upaya
untuk menyukseskan peng-implementasian program ini terdapat beberapa kendala dan
masalah yang dihadapi. Masalah – masalah tersebut yaitu orang tua tidak menerima
fakta akan hasil diagnosis stunting pada anak-anaknya, minimnya antusiasme dan
kesadaran masyarakat, rendahnya wawasan dan pendidikan dari pihak orang tua,
rendahnya kesejahteraan ekonomi keluarga balita stunting dan minimnya sosialisasi
mengenai pola asuh anak yang baik.
Berdasarkan permasalahan – permasalahan diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian berjudul “Efektivitas Program Kampung Gizi Tangguh dalam
Menurunkan Angka Stunting di Kecamatan Banjarwangi Kabupaten Garut (Studi Kasus
Pada Desa Mulyajaya)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan dari
program Kampung Gizi Tangguh dari YBM PLN dalam upaya menurunkan angka
stunting.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, metode kualitatif menjadi pendekatan yang digunakan.
Pendekatan ini dipilih karena permasalahan yang dianalisa ada erat kaitannya dengan
efektivitas Program Kampung Gizi pada Kecamatan Banjarwangi (studi kasus pada
desa Mulyajaya).
Mengarah pada berbagai variasi penelitian kualitatif, maka penelitian yang
digunakan bersifat deskriptif. Pengertian metodologi kualitatif menurut Bogdan &
Taylor (Lexy J. Moleong, 2013: 04) mengatakan bahwa metode kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pihak yang terlibat sebagai populasi penelitian adalah pihak yang ikut andil dan
bekerjasama dalam pelaksanaan Program Kampung Gizi Tangguh dalam upaya
menurunkan angka stunting di Kabupaten Garut terutama di Kecamatan Banjarwangi
yang meliputi Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, petugas gizi dari Puskesmas
Banjarwangi, kepala desa, bidan desa, kader Gizi Tangguh serta masyarakat yang
menjadi sasaran program ini. Jumlah informan pada penelitian yaitu berjumlah 10
orang. Dalam upaya untuk mendapatkan data yang akurat sebagaimana yang
diharapkan maka teknik pengumpulan data yang diterapkan meliputi wawancara
(interview) secara purposive sampling, studi dokumentasi, dan observasi.
Model analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles and
Huberman (dalam Sugiyono, 2015: 91-99). Seluruh data yang dikumpulkan kemudian
dianalisis dalam beberapa tahapan yaitu data reduction, data display dan conclusion
drawing/verification sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dari penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Yayasan Baitul Maal PLN (YBM PLN)

Yayasan Baitul Maal PLN (YBM PLN) dahulu LAZIS PLN berdiri di tahun
2006 melalui Surat Keputusan Direksi No 132 dan 133 yang diterbitkan pada tanggal
11 September 2006. Kemudian di tahun 2009 menjadi Yayasan LAZIS PLN
berdasarkan akta notaris Teddy Yunaldi SH No. 8 tanggal 9 Juni 2009. Anggaran dasar
Yayasan telah mengalami perubahan, pertama kali dengan Notaris Teddy Yunaldi, SH.
Nomor. 12 tanggal 16 November 2009, lalu perubahan kedua dengan notaris Zulkifli
Harahap, SH. Nomor. 19 tanggal 22 Desember 2016 dengan mengubah nama Yayasan
LAZIS PLN menjadi Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN. Yayasan telah dikukuhkan
sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, No. AHU.679.AH.01.04. Tahun 2010 pada 24 Februari
2010. Yayasan didirikan dengan tujuan untuk menghimpun dana zakat, infak,
shodaqoh, dan wakaf (ZISWAF) dari masyarakat Muslim dan dana-dana halal lainnya.
Pendayagunaan hasil pengumpulan ZISWAF berdasarkan skala prioritas Mustahik dan
dapat dimanfaatkannya untuk usaha yang produktif.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga amil zakat di lingkungan


BUMN, YBM PLN selalu mengedepankan prinsip profesionalisme dan transparansi
serta sesuai dengan ketentuan syariah dalam mengelola setiap dana zakat, infak,
shodaqoh dan wakaf (ZISWAF) yang diterima, baik dari pegawai PLN maupun
masyarakat umum. Dengan begitu YBM PLN selalu berusaha menebar manfaat
sebanyak-banyaknya untuk para Mustahik di berbagai daerah Indonesia, sehingga
mereka mampu berdaya dan merasakan hidup yang layak secara berkesinambungan.

Profil Program Kampung Gizi


Program Kampung Gizi merupakan program dari YBM PLN pada sektor
kesehatan yang bekerja sama dengan organisasi Forgizinesia (Forum Tenaga Gizi
Nusantara Sehat Se Indonesia) yang telah berdiri dari bulan mei 2018 program ini
terdiri dari program gizi spesifik dan sensitive berbasis pemberdayaan masyarakat,
yang terdiri Pemberian Makanan Tambahan Pangan Lokal dan Suplementasi gizi
kepada Ibu Hamil dan Balita, Pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak kepada Kader
Posyandu Balita, Pembentukan dan Pelatihan Kader Gizi Tangguh untuk Tim
Penanggulangan Stunting, Pelatihan Duta Remaja Sehat di SMP dan SMA,
Pembentukan Posyandu Remaja, Pelatihan Nutrisionis Junior di SD, Kelas Ibu Balita,
Kebun gizi dan Kolam Gizi, Rumah Gizi Tangguh (Demo Masak).
Gambaran Umum Desa Mulyajaya
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan Banjarwangi Dalam Angka
2021 (Badan Pusat Statistik Garut), Desa Mulyajaya memiliki luas wilayah seluas 8,68
km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 4587 orang dengan rincian untuk laki-laki
sebanyak 2321 orang dan perempuan sebanyak 2266 orang.
Desa Mulyajaya memiliki jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 1358.
Tingkat kesejahteraan dari total jumlah KK tersebut didominasi oleh tingkat
kesehateraan KK sedang (menengah) sebesar 64%, KK pra sejahtera 21% dan KK
dengan tingkat kesehateraan kategori miskin sebesar 15%. Mata pencaharian penduduk
desa Mulyajaya mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan pekebun. Tingkat
pendidikan di desa Mulyajaya rata-rata mengenyam pendidikan di tingkat SD/SMP dan
sebagian kecil ada yang tamat SMA dan S1.
Tabel 1
Tingkat Pendidikan Masyarakat

No Tingkat Pendidikan Jumlah


1 Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play Group 320
2 Tamat SD/Sederajat 1420
3 Tamat SMP/Sederajat 993
4 Tamat SMA/Sederajat 430
5 Tamat S-1/Sederajat 40
Sumber: Kecamatan Banjarwangi Dalam Angka 2021 (BPS Garut)
Efektivitas Program Kampung Gizi Tangguh dalam Menurunkan Angka Stunting
di Kecamatan Banjarwangi Kabupaten Garut (Studi Kasus Desa Mulyajaya)
Suatu program bisa dikatakan efektif bila suatu program tersebut berhasil dalam
mengatasi masalahnya. Maka dari itu, efektivitas sangatlah penting bagi suatu program
dalam mengukur keefektifan dan tingkat keberhasilan dari kinerja dan usaha dari suatu
program tersebut. Secara etimologi, kata efektif berasal dari kata bahasa Inggris
“effective” yang memiliki makna “berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan
baik”. Efektivitas dalam kamus ilmiah popular memiliki definisi sebagai ketepat
penggunaan, hasil guna atau penulis menunjang tujuan.
Dalam penelitian ini, menggunakan beberapa aspek untuk mengukur tingkat
efektivitas program.
Aspek yang pertama yaitu aspek tugas atau fungsi, aspek tugas atau fungsi
lembaga efektif jika melaksanakan tugas atau fungsinya, begitu juga suatu program
akan efektif jika tugas dan fungsi para implementor dapat dilaksanakan dengan baik.
Pihak yang menjadi pelaksana (implementor) dalam program Kampung Gizi Tangguh
adalah kader atau berbagai pihak yang terlibat dalam program Kampung Gizi Tangguh
itu sendiri. Dalam program ini, pihak YBM PLN Kampung Gizi Tangguh menunjuk
kader PMT berdasarkan usulan dari bidan desa. Kader PMT akan memberikan makanan
kepada bayi yang masuk kategori stunting setiap hari selama 6 bulan. Pihak YBM PLN
Kampung Gizi Tangguh, selain melakukan PMT (Pemberian Makanan Tambahan),
mereka juga bekerja sama dengan bidan desa dalam memberikan penyuluhan kepada
ibu hamil, ibu menyusui dan ibu yang memiliki anak balita mengenai betapa pentingnya
dalam memperhatikan gizi anak.
Pelaksanaan tugas atau fungsi pelaksana Program Kampung Gizi Tangguh
dalam menurunkan angka stunting cukup terlaksana dengan baik pihak YBM PLN
Kampung Gizi Tangguh sudah bekerja sama dengan petugas gizi, bidan desa dan juga
kader untuk melaksanakan program ini di Desa Mulyajaya Kecamatan Banjarwangi
Kabupaten Garut.
1. Aspek rencana atau program
Adapun rencana atau program yang dimaksud disini adalah
rencana/program yang dibuat oleh kader PMT Kampung Gizi Tangguh.
Dikatakan bahwa jika keseluruhan rencana/program yang telah dibuat oleh
pelaksana (implementor) dapat terlaksana dengan baik maka rencana atau
program tersebut dapat dikatakan efektif.
Dalam Program Kampung Gizi Tangguh YBM PLN terdapat beberapa
program unggulan yaitu:
a. Sosialisasi atau penyuluhan kepada ibu hamil, kegiatan ini bertujuan agar
para ibu menyusui dan ibu yang mempunyai anak balita di bawah lima
tahun agar selalu memberikan makanan bergizi dan rutin kepada anaknya.
Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan ini dilaksanakan oleh para petugas
YBM PLN Kampung Gizi bekerja sama dengan petugas Puskesmas,
Posyandu dan bidan desa.
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang dilaksananakan selama 6
bulan oleh kader PMT YBM PLN Kampung Gizi Tangguh. Pada tahun
2021, kecamatan Banjarwangi merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Garut yang melaksanakan program pemberian makanan
tambahan kepada balita stunting. Kegitan PMT ini dilakukan selama 6
bulan, di bulan pertama dan kedua, kegiatan diawali dengan memberikan
sembako. Akan tetapi, kegiatan ini dikatakan tidak terlalu efektif karena
pemberian sembako tersebut tidak bisa diawasi karena terkadang sembako
yang maksudkan untuk balita stunting juga dikonsumsi oleh seluruh
anggota keluarga. Pada bulan ketiga dan keempat, pemberian makanan
tambahan dilakukan dalam bentuk makanan yang sudah dimasak terlebih
dahulu dengan mengumpulkan balita-balita stunting di suatu tempat
kemudian balita-balita tersebut diberikan makanan tambahan. Pada
kegiatan ini, cukup disayangkan masih kurang efektif dikarenakan masih
ada orang tua yang tidak membawa anaknya ke kegiatan tersebut dengan
alasan kesibukan dan diperparah pandemic covid-19 yang menyebabkan
orang tua khawatir untuk membawa anaknya keluar rumah. Di bulan
kelima dan keenam, dilaksanakan kegiatan pembagian makanan tambahan
ke masing-masing rumah balita pengidap stunting. Makanan yang sudah
dimasak tersebut dibagikan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore
hari. Untuk menu makanannya pun bervariasi seperti nasi dengan sayur
dan ikan atau bisa juga lauknya berupa telur dan ayam.
2. Aspek ketentuan atau peraturan

Melihat efektivitas suatu program juga bisa melalui berfungsi atau


tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga keberlangsungan
proses kegiatannya. Program Kampung Gizi Tangguh yang dilaksanakan oleh
YBM PLN di Desa Mulyajaya Kecamatan Banjarwangi memiliki program
kegiatan seperti imunisasi, pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil,
pemberian vitamin A pada balita, dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
sudah dilakasanakan berdasarkan arahan dari UPT Puskesmas setempat. SOP
mengenai Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita dalam rangka menurunkan
angka stunting adalah salah satu SOP yang menjadi acuan dalam program ini.
SOP tersebut mengatur mengenai bagaimana mekanisme pemantauan
pertumbuhan bayi dan balita yang meliputi:

a. Balita datang ke Posyandu;


b. Petugas melakukan pengukuran tinggi badan;
c. Petugas melakukan pencatatan tinggi badan;
d. Petugas memasukkan data penilaian status gizi sesuai standar WHO;
e. Petugas melaporkan hasil penilaian status gizi stunting’
f. Balita pulang.
3. Aspek tujuan atau kondisi ideal

Hasil menjadi patokan pada suatu program jika program tersebut ingin
dikatakan efektif. Hasil dari suatu program dikatakan efektif jika tujuan atau
kondisi ideal program tersebut dapat dicapai. Kondisi ideal yang dimaksud
dalam Program Kampung Gizi Tangguh ini adalah kondisi dimana terjadinya
penurunan angka pada anak balita yang mengalami stunting. Di Desa Mulyajaya
Kecamatan Banjarwangi Kabupaten Garut, program Kampung Gizi Tangguh ini
dinilai cukup efektif dalam menurunkan angka stunting. Dari 160 anak yang
telah termonitor, terdapat 16 anak yang mengidap stunting dan dari 16 anak
yang mengidap stunting tersebut, 5 anak sudah terbebas dari stunting menjadi
anak dengan kondisi normal yang gizinya sudah diperbaiki.

Tabel 2
Rekapitulasi Evaluasi PMT Pemulihan Stunting Pada Desa Mulyajaya Kecamatan
Banjarwangi

Balita Evaluasi Sesudah


Stunting Pemberian PMT
Desa
Sebelum
Balita Balita yang
Pemberian % Capaian
Stunting Masih
PMT
Menjadi Stunting
Normal

Mulyajaya 16 13 3 81,25%
Sumber: Laporan Konvergensi Pencegahan Stunting Desa Mulyajaya 2021

Berdasarkan observasi, keberadaan balita stunting masih ada disebabkan karena


minimnya perhatian orang tua yang masih membiarkan anaknya mengkonsumsi
makanan ringan seperti jajanan-jajanan snack dan lainnya yang menjadi penyebab
pemberian makanan tambahan kurang diminati oleh anak-anak tersebut. Hal ini
diperparah akan minimnya pengetahuan orang tua mengenai pola asuh anak yang baik
sehingga menyebabkan adanya anggapan bahwa jika anaknya aktif maka dia sehat
walaupun makanannya tidak bergizi disertai pola makan yang tidak teratur.

Dari hasil penelitian di Desa Mulyajaya, efektivitas Program Kampung Gizi


dalam menurunkan angka stunting ini sangat dipengaruhi oleh factor-faktor berikut
yaitu:

1. Faktor Pendukung (Supporting Factor)


Jalinan kerjasama yang suportif dan kooperatif antara petugas gizi UPT
Puskesmas Mulyajaya, Posyandu, bidan deas, kader PMT dan kader Kampung
Gizi Tangguh menadi factor pendukung utama dalam menjalankan program ini.
Kegiatan-kegiatan dalam upaya menurunkan angka stunting seperti Pemberian
Makanan Tambahan (PMT), Sosialisasi dan Penyuluhan bisa berjalan lancer.
Semua pihak terkait yang terlibat dalam melaksanakan program ini bekerja sama
dalam menentukan pelaksanaan kegiatan, mengarahkan masyarakat agar
merubah pola piker dan menambah wawasan mengenaik akan pentingnya
memahami asupan gizi dan pola asuh anak yang baik.

2. Faktor-faktor penghambat
a. Minimnya antusiasme dan kesadaran masyarakat. Minimnya antusiasme
masyarakat menjadi salah satu faktor penghambat dalam melaksanakan
program Kampung Gizi Tangguh dalam menurunkan angka stunting di Desa
Mulyajaya Kecamatan Banjarwangi. Misalnya saja dalam acara kegiatan
sosialisasi dan penyuluhan, masyarakat cenderung akan ikut berpartisipasi
jika ada insentif untuk mereka.
b. Rendahnya wawasan dan pendidikan orang tua. Rendahnya wawasan dan
pendidikan orang tua juga menjadi salah satu faktor penghambat program ini
karena pola asuh dan cara mendidik anak tergantung pada bagaimana
wawasan dan pendidikan orang tuanya. Orang tua dengan wawasan dan
pendidikan yang baik biasanya memiliki pengetahuan dan wawasan yang
baik mengenai bagaimana pola asuh dan asupan gizi anak yang baik.
c. Faktor ekonomi. Faktor ekonomi keluarga menjadi faktor penghambat
ketiga dalam pelaksanaan program Kampung Gizi Tangguh dalam
menurunkan angka stunting ini. Peningkatan gizi anak melalui Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) pada kenyataannya hanya memenuhi sebagian
dari kebutuhan nutrisi anak. Keterbatasan ekonomi keluarga menjadi
penyebab orang tua tidak begitu memperhatikan keseimbangan nutrisi
makanan pada anak.
d. Minimnya sosialisasi mengenai pola asuh anak yang baik. Wawasan dan
pengetahuan orangtua mengenai pola asuh anak yang baik memiliki peran
yang cukup vital dalam pelaksanaan program Kampung Gizi Tangguh dalam
menurunkan angka stunting. Minimnya wawasan orang tua mengenai pola
asuh anak yang baik disebabkan oleh jarangnya sosialisasi dari kader
program Kampung Gizi Tangguh kepada orangtua yang memiliki anak
balita. Hal ini juga diperparah dengan adanya beberapa kader yang masih
belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai bina keluarga
balita.

KESIMPULAN

Berdasarkan peneilitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut;

a. Program Kampung Gizi Tangguh dalam upaya menurunkan angka stunting di


Kecamatan Banjarwangi (studi kasus pada desa Mulyajaya) cukup efektif.
Pengambilan kesimpulan mengenai tolak ukur keefektifan program dinilai
berdasarkan pada beberapa indikator yaitu pertama, aspek tugas dan fungsi:
pelaksanaan tugas atau fungsi pelaksana program Kampung Gizi Tangguh
dalam menurunkan angka stunting sudah terlaksana karena pihak dari Program
Kampung Gizi Tangguh bekerjasama dengan pihak puskesmas dan bidan desa
dalam menjalankan program ini. Kedua, aspek rencana atau program: rencana
atau program Kampung Gizi Tangguh dalam upaya menurunkan angka stunting
sudah terlaksana dengan baik seperti pada kegiatan yang bersifat rutin dan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Ketiga, aspek ketentuan atau program:
pelaksanaan Program Kampung Gizi Tangguh dalam menurunkan angka
stunting di Kecamatan Banjarwangi – Desa Mulyajaya berdasarkan arahan dari
UPT Puskesmas Banjarwangi. SOP yang dijadikan sebagai acuan dalam
program ini adalah SOP mengenai Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita
dalam Rangka Penurunan Angka Stunting. Isi dalam SOP ini adalah bagaimana
mekanisme pemantauan pertumbuhan bayi dan balita. Keempat, aspek tujuan
atau kondisi ideal: pada Desa Mulyajaya, program ini cukup efektif dalam
menurunkan jumlah angka balita stunting, dengan persentase capaian sebesar
81,25% dimana dari keseluruhan jumlah angka balita stunting yaitu sebanyak 16
anak, sebanyak 13 anak terbebas dari stunting menjadi balita normal. Sedangkan
sisanya terdapat 3 anak yang masih dalam kategori balita stunting.
b. Terdapat dua faktor yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat yang
mempengaruhi efektivitas Program Kampung Gizi Tangguh dalam menurunkan
angka stunting di Kecamatan Banjarwangi. Faktor pendukung yang berperan
dalam program ini adalah kerjasama yang baik antara petugas gizi dari
Puskesmas dan Posyandu Banjarwangi. Sedangkan faktor penghambat dalam
menjalankan program ini adalah minimnya antusiasme dan kesadaran
masyarakat, rendahnya wawasan dan pendidikan dari pihak orang tua,
rendahnya kesejahteraan ekonomi keluarga balita stunting dan minimnya
sosialisasi mengenai pola asuh anak yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

(Garut, 2021) Dyah Mutiarin, A. Z. (2014). No Title. 96.

Garut, B. (2021). Kecamatan Banjarwangi Dalam Angka 2021.

Indrawijaya. (2014). No Title. 175–176.

Kemkes. (2018). Mengenal Stunting dan Gizi Buruk. Penyebab, Gejala, Dan
MencegahNo Title. https://promkes.kemkes.go.id/?p=8486

Pemda Garut. (2022). Pemdakab Garut Siap Penuhi Kebutuhan Pemberian Makanan
Tambahan Bagi Balita Stunting. https://jabarprov.go.id/berita/pemdakab-garut-
siap-penuhi-kebutuhan-pemberian-makanan-tambahan-bagi-balita-stunting-6487

Puskesmas Banjarwangi. (2021). LAPORAN KONVERGENSI PENCEGAHAN


STUNTING TINGKAT DESA TERHADAP SASARAN 1000 HARI PERTAMA
KEHIDUPAN (HPK).

Riskesdas. (2013). RISET KESEHATAN DASAR.


https://cegahstunting.id/unduhan/publikasi-data/#:~:text=Litbangkes - Laporan
Nasional Riskesdas 2018&text=Berdasarkan hasil Riskesdas%2C prevalensi
stunting,%2C8%25 pada tahun 2018.

Wardiah. (2016). No Title.

World Health Organization. (2016). WHO. UNITED NATIONS DECADE OF ACTION


ON NUTRITION 2016-2025 , WHO/NMH/NHD/17.3.

You might also like