Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Pemanfaatan Limbah Poles Ubin...

(Subari, dkk)

PEMANFAATAN LIMBAH POLES UBIN KERAMIK GRANITO UNTUK


PRODUK KERAMIK KONVENSIONAL DAN BAHAN BANGUN
BETON

UTILIZATION OF GRANITO CERAMIC TILE WASTE FOR CONVENTIONAL


CERAMIC PRODUCT AND CONCRETE MATERIAL

Subari dan Khairul Afdhil


Balai Besar Keramik, Kementerian Perindustrian
Jl. Jend. A.Yani No. 392 Bandung, Jawa Barat – Indonesia
e-mail : soebary15@yahoo.com
diajukan: 23/01/2015, direvisi: 26/02/2015, disetujui: 19/03/2015

ABSTRACT

The utilization of granito tile waste material for making the conventional ceramics (art ceramics and ceramic tiles)
as well as concrete building materials have been conducted. For making the art ceramics, this waste material
mixed by lempung from the area of Kasongan Yogyakarta, Wonosobo, Sukabumi, Lombok NTB and West
Kalimantan with ratio of weight composition between waste material and lempung from each area is 50 % waste
material : 50 % lempung. While for making the ceramic tiles, this waste material mixed by Belitung lempung and
Banjarnegara feldspar with mixing ratio of raw material composition is waste material = 30 – 40 %, feldspar = 10
– 20 % and lempung = 50 %. Based on this research experiment, that the result of research for prototype of art
o
ceramic product like fruit bowl fired at 1050 C showing the cream colour, brownish and reddish brown, as well as
o
the prototype of ceramic tile product also fired at 1050 C showing the creamish white colour and vitrified enough.
Beside that, this waste materials also tried to research for concrete building material. The design material
composition of this product is (1 part of portland cement : 4 part of arang sawit + waste material) until (1 part of
portland cement : 6 part of arang sawit + waste material) From this experiment result in fact that the composition
with code B is 1 part of portland cement : 5 part of arang sawit + waste material is the best composition as well
as classified of light brick concrete type due to the density value still under 1.0 g/mL.

Keywords: granito tile waste material, art ceramics, ceramic tiles, concrete building materials, light bricks

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pemanfaatan bahan limbah poles ubin granito untuk pembuatan produk keramik
konvensional (keramik hias dan ubin keramik) serta bahan bangunan beton. Dalam pembuatan produk keramik
hias di sini bahan limbah poles ubin keramik granito dicampur dengan lempung dari daerah Kasongan
Yogyakarta, Wonosobo, Sukabumi, Lombok Barat dan Kalimantan Barat, dengan perbandingan komposisi berat
antara bahan limbah dan lempung dari masing-masing daerah adalah 50 % limbah : 50 % lempung. Sedangkan
untuk pembuatan ubin keramik , bahan limbah poles tersebut dicampur dengan lempung Belitung dan felspar
Banjarnegara pada perbandingan komposisi campuran bahan baku adalah bahan limbah = 30 – 40 %, felspar =
10 – 20 % dan lempungnya tetap yakni 50 %. Berdasarkan percobaan penelitian ini maka diperoleh hasilnya
o
untuk prototipe produk keramik hias berupa wadah buah dibakar pada suhu 1050 C menampakkan warna krem,
o
coklat muda dan coklat kemerahan, serta prototipe produk ubin keramik juga dibakar suhu 1050 C
menampakkan warna putih agak krem dan sudah cukup padat. Disamping itu, bahan limbah poles ini juga diteliti
pemanfaatannya untuk bahan bangunan beton. Komposisi bahan yang dirancang yaitu (1 bagian semen
Portland : 4 bagian arang sawit + limbah granito) sampai dengan (1 bagian semen Portland : 6 bagian arang
sawit + limbah granito). Dari hasil percobaan ini ternayata komposisi dengan kode B terdiri dari 1 bagian semen
Portland : 5 bagian arang sawit + bahan limbah ubin granito merupakan komposisi yang terbaik serta tergolong
jenis bata beton ringan karena nilai density masih dibawah 1,0 g/mL.

Kata kunci : Limbah ubin keramik granito, keramik hias, ubin keramik, bahan bangunan beton, bata ringan.

PENDAHULUAN Timur. Industri ubin keramik yang


memproduksi ubin jenis ubin keramik
Industri ubin keramik di Indonesia granito (granito tiles atau porcelain tiles)
tersebar di daerah-daerah Provinsi antara lain adalah PT. Kim Liong Keramik
Sumatera Utara, Jawa Barat dan Jawa Indonesia, PT. Keramik Impero, PT. Asri
23
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 9 No. 1, April 2015, Hal. 23 – 32

Keramik dan PT. Keramik Jui Shin. Pada 2009; Subari & A.Rachman 2008]. Bahan
proses produksi ubin keramik granito ini semen di sini fungsinya sebagai pengikat
terdapat tahap pemolesan ubin agar (binder) dan sebagai bahan agregatnya
produknya bersifat lebih glosi, tahan noda yaitu pasir atau kerikil, dimana bahan
dan lebih atractive. Proses pemolesan atau agregat terbagi atas agregat kasar dan
penggosokan terhadap ubin keramik granito agregat halus. Ukuran besar butir agregat
adalah suatu proses pemolesan ubin kasar diatas 4,75 mm sedangkan ukuran
keramik tidak berglasir setelah dibakar pada agregat halus adalah dibawah 4,75 mm
suhu tinggi (diatas 1250 oC) sehingga [Lasco, 2009]. Dalam proses pembuatan
diperoleh permukaan ubin yang relatif licin bahan bangunan beton terdapat 3 (tiga)
[Hutchings IM, et al 2006]. Grit number komponen utama yaitu agregat, semen dan
(mesh) pada alat pemolesan ubin air [Marinkovic SR, et al. 2003]. Salah satu
mempengaruhi kekasaran dan kelicinan bahan limbah ubin keramik granito yang di
permukaan ubin yang diperoleh, dimana teliti di sini adalah berasal dari PT. Kim
untuk ukuran diatas 400 mesh berpengaruh Liong Keramik Indonesia jumlahnya sekitar
pada sifat kelicinannya[Hutchings IM, et 10 ton/hari. Jumlah bahan limbah poles
al,2005]. tersebut belum termasuk dengan industri
Dari hasil proses pemolesan ubin ubin keramik granito yang terdapat di
tersebut akan diperoleh bahan buangan daerah Jawa Barat, Banten dan Sumatera
atau limbah poles yang jumlahnya cukup Utara.
berlimpah, dan belum ada industri yang Dalam sistem poles ini diperoleh
memanfaatkan untuk dibuat bahan bahan limbah yang ukurannya relatif halus
bangunan beton seperti bata beton ringan, dan jumlahnya cukup banyak yakni sekitar
mortar (semen instant) dan genteng beton, 2,0 % dari total berat ubin granito yang
serta produk keramik konvensional. diproduksi. Jika jumlah berat ubin granito
Pengertian daripada keramik konvensional yang diproduksi oleh industri ubin keramik
adalah suatu barang keramik yang terbuat sekitar 25.000 ton/bulan maka bahan limbah
dari bahan tunggal lempung atau lempung poles yang dihasilkan sebesar 0,02 x
dicampur dengan bahan baku lainnya 25.000 ton/bulan = 500 ton/bulan. Secara
seperti felspar dan kuarsa, yang memiliki fisik bahan limbah poles ini mengandung
sifat-sifat keramik dan kekuatan mekanis dominan oksida silika (SiO2). Dengan
tertentu [Mishulovich, A. et al, 2003]. Jenis adanya kandungan silika maka limbah
keramik konvensional antara lain adalah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
tableware (alat rumah tangga), keramik hias baku keramik. Oleh sebab itu maka perlu
dan ubin keramik. Khusus keramik hias dimanfaatkan bahan limbah poles ubin
mulanya berasal dari produk keramik yang keramik granito untuk pembuatan bahan
dibentuk dengan alat putar (pottery wheel) bangunan jenis bata beton ringan dan
sehingga disebut dengan keramik pottery. produk keramik konvensional (ubin keramik
Dalam penggunaannya bahwa dan keramik hias).
keramik hias dapat berfungsi sebagai Dalam percobaan pembuatan produk
pajangan atau hiasan dan bisa juga sebagai keramik hias digunakan komposisi
fungsi pakai seperti asbak, tempat payung campuran bahan baku antara limbah poles
dan pot bunga. Ubin keramik (ceramic tiles) ubin keramik granito dan lempung pada
adalah suatu jenis produk keramik yang perbandingan persentase berat campuran
terbuat dari bahan lempung yang dicampur bahan baku yakni 50 % bahan limbah poles
dengan felspar, kaolin dan kuarsa, serta : 50 % lempung dari Kalimantan Barat,
pembentukannya dilakukan dengan alat Sukabumi, Wonosobo, Kasongan
hydraulic press pada tekanan pembentukan Yogyakarta dan Lombok NTB. Untuk
tertentu [Carty, WM, 2004]. pembuatan produk keramik hias dicoba 5
Bahan bangunan beton adalah suatu (lima) macam komposisi bodi keramik
bahan bangunan yang terbuat dengan dengan jenis lempung yang dicampurkan
menggunakan bahan dasar semen seperti pada limbah poles. Untuk percobaan
misalnya paving block, conblock, ubin pembuatan ubin keramik digunakan
teraso, genteng beton dan kanstein [Lasco komposisi campuran bahan baku yang

24
Pemanfaatan Limbah Poles Ubin... (Subari, dkk)

terdiri dari: bahan limbah poles ubin granito beton jenis bata ringan, selain limbah poles
= 30 – 40 %, felspar Banjarnegara = 10 – 20 digunakan pula arang tempurung kelapa
%, dan lempung Belitung sebesar 50 %. sawit dan semen portland. Peralatan yang
Untuk produk beton digunakan bahan digunakan:
limbah poles ubin granito dicampur dengan 1. Alat putar listrik
bahan arang kelapa sawit pada 2. Alat press hydraulic
perbandingan volume 1 bagian bahan 3. Tungku gas skala laboratorium
limbah poles + 1 bagian arang kelapa sawit. 4. Cetakan benda uji, berdimensi (5 x 5 x 5)
Selanjutnya dibuat komposisi cm dan (1 x 5 x 10) cm
campuran antara portland semen dengan 5. Ember plastik
campuran limbah poles ubin granito dan 6. Timbangan listrik dan timbangan duduk
arang kelapa sawit ( L ) yaitu (1 PC : 4L) s/d 7. Meja gips
(1 PC : 6 L). Arti 1 PC adalah satu bagian 8. Alat pendukung.
semen portland dan 4 L artinya adalah 4
(empat) bagian dari campuran bahan limbah Rancangan komposisi bodi keramik hias
ubin keramik granito yang ukuran
butirannya lolos ayakan 1,0 mm dengan Komposisi bodi rancangan ubin
bahan arang kelapa sawit yang ukuran keramik hias terdiri dari campuran bahan
besar butirannya antara 1,0 mm dan 2,36 limbah poles ubin granito industri ubin
mm. keramik Kim Liong dan lempung dari 5
Penelitian bertujuan memanfaatkan (lima) daerah seperti Nusa Tenggara Barat
limbah hasil pemolesan ubin keramik (NTB), Kalimantan Barat, Kasongan
granito milik PT. Kim Liong Keramik Yogyakarta, Wonosobo Jawa Tengah dan
Indonesia secara optimal untuk dibuat Sukabumi Jawa Barat, yang data rancangan
produk keramik hias, ubin keramik dan komposisinya tercantum pada Tabel 1.
produk bahan bangunan beton jenis bata Tahapan pembuatan prototipe
ringan. Diharapkan bahan limbah poles ubin keramik hias meliputi pengeringan bahan
keramik granito dapat didaur ulang sebagai limbah ubin granite (limbah poles) dan
produk keramik konvensional dan bahan bahan lempung pada oven pengering atau
bangunan beton jenis bata ringan. di udara terbuka, penimbangan bahan baku,
pencampuran kedua macam bahan baku
METODE secara basah dengan menambahkan air
secukupnya dan perendaman selama 1-2
Bahan bahan yang digunakan hari, pengayakan secara basah masa
campuran menggunakan ayakan ukuran 80
Bahan limbah poles ubin keramik mesh, pengeringan masa hasil dari proses
granite dari PT. Kim Liong Keramik pengayakan pada meja gips selama 1 hari
Indonesia dan bahan lempung Kasongan sampai terbentuk masa plastis, penguledan
Yogyakarta, lempung Wonosobo, lempung masa plastis sampai dengan homogen,
Sukabumi, lempung Lombok Barat NTB dan pembentukan produk keramik hias berupa
lempung Kalimantan Barat. Untuk wadah buah dengan alat puter listrik,
pembuatan ubin keramik digunakan bahan pengeringan produk keramik hias wadah
limbah poles ubin keramik granito, lempung buah tersebut, pada ruang terbuka selama
Belitung dan felspar Banjarnegara. beberapa hari, dan pembakaran produk
Sedangkan pembuatan bahan bangunan keramik hias pada suhu 1050oC.

Tabel 1. Rancangan komposisi bodi keramik hias


Kode Sampel Limbah Poles Asal Lempung
LN Ubin granito = 50 % Lempung Lombok = 50 %
LK Ubin granito = 50 % Lempung Kalbar = 50 %
LG Ubin granito = 50 % Lempung Kasongan = 50 %
LW Ubin granito = 50 % Lempung Wonosobo = 50 %
LS Ubin granit0 = 50 % Lempung Sukabumi = 50 %

25
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 9 No. 1, April 2015, Hal. 23 – 32

Rancangan komposisi bodi ubin keramik kg/cm2,, pengeringan benda uji ubin keramik
pada oven pengering suhu 100 ± 5 oC dan
Komposisi Bodi ubinkeramik yang selanjutnya dibakar suhu 1050 oC pada
dirancang ini terdiri dari campuran bahan tungku listrik skala laboratorium.
limbah poles dari pemolesan ubin keramik
granito PT. Kim Liong Keramik Indonesia, Rancangan komposisi produk bahan
lempung Belitung dan felspar Banjarnegara, bangunan beton
yang data rancangannya diperlihatkan pada
Tabel 2. Komposisi bahan untuk produk bahan
Tahapan yang dikerjakan dalam bangunan beton yang dirancang adalah 1
pembuatan prototipe ubin keramik meliputi : bagian arang tempurung kelapa sawit lolos
pengeringan bahan limbah poles dari ubin ayakan 2,36 mm ditambah 1 bagian arang
keramik granito, felspar Banjarnegara dan sawit lolos ayakan 1,0 mm dicampur bahan
lempung Belitung pada oven pengering atau limbah poles ubin granito. Agar supaya
di udara terbuka, penimbangan masing- komposisi campuran bahan ini dapat
masing bahan baku tersebut dengan jumlah mengikat satu dengan yang lainnya maka
berat tertentu, pencampuran ketiga macam perlu ditambahkan bahan pengikat
bahan baku secara semi kering dengan semacam semen portland. Density rata-rata
menambahkan air sekitar 5 – 7 % dan bahan limbah ubin keramik granito ini
selanjutnya diperam (ageing) pada kantong sekitar 0,87 gram/mL. Setelah bahan-bahan
plastik selama 1 hari,pengayakan terhadap tersebut diatas dicampur hingga homogen
massa semi kering tersebut dengan atau merata, maka density produk bahan
menggunakan ayakan standar berukuran bangunan beton menjadi 0,68 gram/mL.
1,0 mm yang disebut juga dengan proses Dengan demikian prototipe produk bahan
granulasi, pencetakan atau pembentukan bangunan beton yang diteliti ini termasuk
benda uji ubin keramik berdimensi (1 x 5 x jenis bata beton ringan. Adapun rancangan
12) cm dengan menggunakan alat hydraulic komposisi produk bata beton ringan
press pada tekanan pembentukan 200 ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 2. Komposisi bodi ubin keramik dari limbah poles ubin granito
Bahan baku, % berat Komposisi 1 Komposisi 2 Komposisi 3

Limbah poles ubin 40 35 30


Lempung Belitung 50 50 50
Felspar Banjarnegara 10 15 20

Tabel 3. Rancangan komposisi bahan bangunan beton


Kode Semen Portland Arang tempurung kelapa sawit + Limbah
Komposisi poles ubin keramik granito
A 1 4
B 1 5
C 1 6

HASIL DAN PEMBAHASAN Sympatec GmbH Jerman, pengujian


komposisi kimia dilakukan dengan alat XR-F
Karakterisasi bahan limbah poles dan dan pengujian komposisi mineral dilakukan
bodi keramik hias dengan alat X-RD. Adapun hasil
pengamatan distribusi analisis besar butir
Karakterisasi dilakukan pada bahan limbah bahan limbah poles ubin keramik granito
ubin keramik granito meliputi : distribusi diperlihatkan pada Gambar 1 .
ukuran besar butir, komposisi kimia dan Dari gambar 1 menunjukkan distribusi
komposisi mineral. Pengamatan distribusi ukuran bahan limbah poles ubin keramik
analisis butir dilakukan dengan alat granito berkisar antara 0,01 – 0,40 mikron

26
Pemanfaatan Limbah Poles Ubin... (Subari, dkk)

(µm) dan gradasi butiran bersifat homogen, tinggi maka dibakar suhu sekitar 1050 oC
oleh sebab itu limbah poles ubin keramik akan bersifat padat.
granito dapat digunakan sebagai bahan
pengikat (binder), selain itu dapat digunakan Tabel 4. Komposisi kimia bahan limbah
sebagai bahan pengisi (filler) dalam poles dan bodi keramik hias
pembuatan produk keramik konvensional Komposisi LP LN LK
dan bahan bangunan beton. Hasil analisa kimia,%
kimia terhadap bahan limbah poles ubin SiO2 77,12 67,53 75,58
granito(LP), bodi keramik hias campuran Al2O3 13,90 16,75 11,40
limbah poles dengan lempung Lombok NTB Fe2O3 1,71 10,08 2,97
(LN) dan bodi keramik hias campuran TiO2 0,48 1,62 1,65
limbah poles dengan lempung Kalbar (LK) Na2O 2,69 1,70 2,03
diperlihatkan pada Tabel 4. K2O 3,52 2,21 4,53
Berdasarkan data komposisi kimia
pada tabel 4 tersebut diatas, nampak bahwa Hasil pembakaran bodi keramik hias
bahan limbah poles mengandung total yang kode LN pada suhu 1050 oC
kadar alkali ( K2O dan Na2O ) yang cukup menampakkan warna merah bata karena
tinggi yakni 6,21 % sehingga kemungkinan memiliki kandungan oksida besi (Fe2O3) nya
besar bahan limbah poles ini dibakar pada tinggi yakni 10,08 %. Kemudian dari hasil
suhu ± 1050 oC sudah cukup padat. analisa X-Ray Difractometer ternyata bodi
Terlebih lagi bila bahan tersebut dicampur keramik kode LN tersebut mengandung
dengan tanah liat atau lempung Lombok mineral besi jenis hematite atau Fe2O3 (lihat
NTB yang kadar oksida besi (Fe2O3) nya Gambar 2).
cukup tinggi dan lempung Kalimantan Barat
yang kandungan kadar alkali nya juga agak

100 1.6
90 1.4
Cumulative distribution Q3 / %

80

Density distribution q3*


1.2
70
60 1.0

50 0.8
40 0.6
30
0.4
20
10 0.2

0 0.0
0.005 0.010 0.05 0.10 0.5 1.0 5 10 50
particle size / µm

Gambar 1. Grafik distribusi analisa butir bahan limbah poles ubin keramik granito

Gambar 2 (lihat grafik difraktogram Sifat Susut benda uji bodi keramik hias
kode LN), nampak mineral hematite (Fe2O3)
terletak pada sudut 2ф (teta) berkisar Dari hasil pengujian sifat susut kering
antara 36.5 o, 39.5 o, 42.5 o, 50 o dan 55 o dan susut bakar terhadap benda uji bodi
(derajat). Mineral kuarsa (SiO2) terletak keramik hias yang dibakar pada suhu 1050
pada sudut 2ф (teta) antara 21o dan 36.5o. o
C, dan kemudian dihitung nilai rata-ratanya,
Dengan adanya mineral hematite tersebut maka diperoleh nilai susut kering dan susut
maka apabila bodi keramik kode LCN bakar diperlihatkan Tabel 5. Disamping sifat
dibakar pada suhu tinggi akan fisik tersebut, juga diuji sifat penyerapan air,
menampakkan warna coklat kemerahan. kuat lentur kering dan kuat lentur bakar

27
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 9 No. 1, April 2015, Hal. 23 – 32

yang dibakar pada suhu 1050 oC. Data hasil Wonosobo yang digunakan sebagai bahan
pengujiannya tercantum pada Tabel 6. campurannya mengandung kadar oksida
Berdasarkan data hasil uji yang besi (Fe2O3) cukup tinggi masing-masing
diperlihatkan pada tabel 6 bahwa bilamana sebesar 5,12 % dan 4,32 %.
dilihat dari nilai penyerapan air, maka yang
kode LN dan LS termasuk jenis gerabah
halus (fine earthenware) atau bodi terracota,
hal tersebut dapat dilihat dari nilai kuat
lentur (modulus of rupture atau bending
strength) nya sudah diatas 150 kg/cm2.

Tabel 5. Nilai Susut kering, Susut bakar dan


Warna bakar
Susut Susut
Kode Kering Bakar Warna Bakar
(%)` (%)
LN 8,21 5,31 Merah kecoklatan
LK 4,01 3,72 Putih agak krem
LG 4,53 1,09 Krem kecoklatan
LW 5,28 1,98 Coklat kemerahan
LS 4,80 2,15 Krem kekuningan

Tabel 6. Nilai Kuat lentur kering, Kuat lentur


bakar dan Penyerapan air
Kuat Kuat
Penyerapan
lentur lentur
Kode air ( %
kering bakar
serap)
(kg/cm2) (kg/cm2) Gambar 3. Produk keramik hias
LN 21,10 198,50 8,93
LK 17,54 147,70 13,12 Ubin Keramik
LG 17,26 140,49 14,95
LW 16,98 138,75 16,70 Dalam proses pembuatan ubin
LS 18,23 152,36 12,96 keramik agak berbeda dengan pembuatan
keramik hias, dimana untuk pembuatan ubin
Keramik Hias dilakukan secara pres kering dengan
penambahan kadar air sekitar 5 – 7 %
Produk keramik hias yang dibuat dari [Marquez JM, et al, 2008], sedangkan untuk
bahan campuran limbah poles ubin keramik pembuatan keramik hias dilakukan secara
granito dan lempung Kasongan (kode LG) putar dengan masanya bersifat plastis.
serta lempung Wonosobo (kode LW) berupa Untuk pembuatan ubin keramik , selain
wadah buah diperlihatkan pada Gambar 3. menggunakan bahan limbah poles ubin
Kemudian produk keramik hias granito juga di pakai bahan baku lempung
tersebut diatas dikeringkan dan selanjutnya Limbah 50 % + Lempung Kasongan 50 %
dibakar pada suhu 1050 oC dengan Limbah 50 % + Lempung Wonosobo 50 %
menggunakan tungku gas skala Belitung dan felspar Banjarnegara.
laboratorium, diperoleh hasilnya adalah Penggunaan bahan limbah poles ubin
produk keramik hias yang kode LG keramik granito berkisar antara 30 – 40 %,
berwarna krem kecoklatan dan yang kode felspar Banjarnegara 10 – 20 % dan
LW berwarna coklat kemerahan. Munculnya lempung Belitung sebesar 50 %. Kemudian
warna krem kecoklatan untuk bodi keramik dibuat benda uji ubin berukuran (1 x 5 x 12)
hias kode LG dan warna coklat kemerahan cm dan selanjutnya dibakar menggunakan
untuk bodi keramik hias kode LW, hal ini tungku listrik skala laboratorium pada suhu
disebabkan karena bahan lempung 1050 oC. Adapun hasil pembakaran benda
Kasongan Yogyakarta dan juga lempung uji atau specimen ubin keramik tersebut

28
Pemanfaatan Limbah Poles Ubin... (Subari, dkk)

diperlihatkan pada Gambar 4. Sedangkan lempung. Jika reaksi-reaksi ini berlanjut


hasil karakterisasi sifat fisik terhadap maka pada suhu 1100 – 1150 oC fasa cair
specimen ubin keramik diperlihatkan pada akan membentuk fasa yang cukup kental
Tabel 7. Berdasarkan data nilai penyerapan untuk mengisi semua pori-pori.
air dan kuat lentur specimen ubin keramik Kemudian jika reaksinya terus
untuk komposisi 1, 2, dan 3 (Tabel 7), maka berlanjut pada suhu pembakaran 1200 –
bodi ubin keramik yang diteliti termasuk 1250 oC, maka fasa cair yang ada dapat
jenis gerabah halus (fine earthenware) yang menetrasi semua partikel-partikelnya
dapat dibuat untuk ubin dinding (wall tiles). sehingga bodi keramik menjadi rapat atau
padat (dense), contohnya adalah bodi
keramik yang jenis vitreous china. Bila
temperaturnya terus bertambah sampai
suhu 1280 oC, maka terbentuk kristal mullite
menyerupai bentuk jarum (needle).
Pertumbuhan kristal-kristal ini dikarenakan
formasi fasa gelas menjadi agak kental.
Fasa gelas yang ada lebih reaktif
melarutkan kristal silika bebas sampai
semuanya larut. Jenis bodi keramik
Gambar 4. Ubin keramik dari limbah poles semacam ini dinamakan porselen keras
(hard porcelain). Akan tetapi bodi keramik
Reaksi kimia yang penting diketahui yang diteliti belum mencapai porcelen
selama proses pembakaran bodi keramik keras. Hal ini, disebabkan suhu
adalah sifat mikrostrukturnya. Mikrostruktur pembakaran sampai pada suhu 1050oC dan
yang dimaksud antara lain bentuk kristal, ukuran partikel butiran bahan baku untuk
massa amorf (matriks yang menggelas) dan bodi keramik ini masih relatif kasar.
rongga-rongga atau pori-pori. Selain sifat Partikel-partikel butiran bahan yang
tersebut diatas nampaknya sifat termal lebih halus akan lebih mudah kontak dan
ekspansi juga penting namun dalam jarak difusi lebih kecil sifat reaktifnya lebih
penelitian ini sifat termal ekspansinya tidak besar. Lempung biasanya mengandung
diamati. komponen alkali seperti bahan-bahan
Kandungan bahan baku utama di felspatik yang berfungsi sebagai pelebur
dalam bodi keramik seperti ubin keramik, kuat serta kandungan silika (SiO2) yang
sanitary, tableware dan keramik hias fungsinya sebagai filler [Djambazov SP. et
biasanya lempung, felspar atau nepheline al, 2009].
syenite dan kuarsa atau silika [Koeng CJ, Sedangkan kandungan alkali tanah
1966; Hosten C, et al, 2009]. Interaksi awal yang ada di dalam lempung dan felspar
antara kejadian masing-masing bahan hanya sedikit dan berfungsi sebagai pelebur
tersebut adalah felspar mulai melebur pada lemah. Kemudian bahan impurities dalam
suhu 1020 – 1100 oC (hal ini tergantung lempung adalah oksida besi (Fe2O3), yang
pada ratio antara K2O dan Na2O). mana jika kadar Fe2O3 tersebut diatas 7,0 %
Bahan felspar ini akan melarutkan maka badan keramik setelah dibakar suhu
sejumlah kuarsa (SiO2) yang selanjutnya tinggi akan menampakkan warna coklat
terbentuk mineral kristobalit. Reaksi ini terus kemerahan sampai merah bata. Bahan
berlanjut selama suhunya bertambah pengotor (impurities) lainnya adalah titanium
mengakibatkan komponen kuarsa atau dioksida (TiO2) yang selalu ada didalam
silika nya cenderung untuk mengental. bahan lempung, dimana unsur TiO2 ini
Kemudian larutan kuarsa didalam cairan berfungsi sebagai “catalyst” atau mineralizer
felspar akan membentuk kristal mullite, dan bisa juga mempengaruhi warna
dimana bahan mullite ini terbentuk akibat terhadap oksida-oksida logam lainnya.
adanya partikel lempung didalam kaolin.
Pertumbuhan kristal mullite ini bisa
dipercepat oleh adanya oksida alkali (K2O
dan Na2O) yang terkandung didalam

29
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 9 No. 1, April 2015, Hal. 23 – 32

Gambar 2 : Grafik difraktogram bodi keramik hias kode LN

Tabel 7. Sifat fisik ubin keramik dari limbah poles di bakar 1050 oC
Sifat fisik Whiteness Penyerapan air,% Susut, % Kuat lentur, kg/cm2
Komp. 1 54,0 10,49 5,74 250
Komp. 2 54,5 10,76 5,06 247
Komp. 3 56,5 11,50 5,21 243

Sintering bodi keramik merupakan Untuk mengetahui karakteristik produk


suatu peristiwa pemadatan bahan keramik bahan bangunan beton perlu dilakukan
yang terjadi secara simultan dengan reaksi pembuatan benda uji ukuran (5 x 5 x 5) cm
dan pelarutan bahan baku sehingga dengan kode komposisi A, B dan C (Tabel
menghasilkan fase gelas dan fase kristal. 8). Karakterisasi yang diamati terhadap
Reaksi antara bahan pelebur felspar benda uji tersebut sifat penyerapan air,
dengan kaolin diatas 1050 oC akan terwujud density dan kuat tekan. Adapun nilai
fase gelas dan kristal mullite berbentuk penyerapan air dan density benda uji
jarum (needle). Pada pembuatan keramik di produk bahan bangunan beton tercantum
sini bahwa pembakaran bodi keramik baik dalam Tabel 8.
keramik hias maupun yang ubin keramik Prototipe produk bahan bangunan
hanya dibakar pada suhu 1050 oC maka beton dengan kode B merupakan komposisi
belum terbentuk suatu kristal mullite [Damle terbaik karena nilai penyerapan airnya
A, 2001]. paling rendah. Dari nilai density (berat per
Nilai kuat lentur (modulus of rupture) volume), produk bahan bangunan beton
badan keramik yang diteliti belum mencapai yang diteliti termasuk jenis bata beton
kuat lentur badan keramik jenis porselen ringan karena nilai density benda uji
keras oleh karena ukuran kehalusan butir tersebut dibawah 1,0 g/mL [Popov SR, et al,
yang digunakan hanya sekitar 80 mesh. 2003; Subari dkk, 2010]. Berdasarkan nilai
Semestinya khusus bahan baku kuarsa kuat tekan terhadap benda uji bata beton
bahwa ukuran besar butir yang digunakan ringan seperti tercantum pada Tabel 9,
adalah sebanyak 45 – 50 % berat pada menunjukkan bahwa makin lama umur
ukuran < 10 mikron yang fungsinya sebagai perawatan (curing) nilai kuat tekannya
bahan pengisi (filler), sedangkan felspar memperlihatkan semakin besar, oleh karena
sebagai bahan pelebur (flux) kehalusan jumlah air yang ditambahkan kedalam
besar butir yang dikehendaki berukuran massa adonan kering atau disebut juga
diameter butir < 10 mikron (µm) sebanyak dengan faktor air semen (water cement
50 – 55 % berat [Marquez JM, et al, 2008]. ratio) dapat bereaksi dengan massa adonan
dan akan membentuk air hidrat, air gel yang
Produk bahan bangunan beton jenis bata mengisi pori-pori gel, air kapiler yang
ringan mengisi pori-pori kapiler dan air bebas. Air
kapiler ini akan melanjutkan reaksi hidrasi
sehingga bahan bangunan beton tersebut

30
Pemanfaatan Limbah Poles Ubin... (Subari, dkk)

kekuatannya makin lama akan semakin KESIMPULAN


kuat. Terkecuali yang percobaan penelitian
kode komposisi C (1bagian semen portland Bahan limbah poles dari hasil
: 6 bagian agregat) pada umur perawatan pemolesan ubin keramik granito (granito
21 hari nilai kuat tekannya lebih rendah dari tiles atau porcelain tiles) PT. Kimliong
pada yang umur 14 hari. Hal ini disebabkan Keramik Indonesia dapat dimanfaatkan
karena benda uji berupa kubus berdimensi sebagai bahan campuran untuk pembuatan
(5 x 5 x 5) cm pada bagian permukaannya produk keramik konvensional (keramik hias
memperlihatkan ada sedikit bagian yang dan ubin keramik) dan bahan bangunan
retak dan kurang padat. beton jenis bata ringan. Dalam pembuatan
produk keramik hias, bahan limbah poles
Tabel 8. Penyerapan air dan density benda masih harus dicampur dengan lempung
uji bahan bangunan beton dengan perbandingan komposisi
Kode Penyerapan Density, g/mL campurannya adalah bahan limbah poles
Komposisi air, % ubin keramik granito 50 % berat dan
A 24,60 0,94 lempung 50 % berat. Untuk pembuatan ubin
B 23,47 0,87 keramik digunakan limbah poles ubin
C 25,08 0,90 keramik granito 30-40 %, lempung Belitung
sebesar 50 % dan felspar Banjarnegara
Tabel 9. Kuat tekan benda uji bahan sekitar 10-20 % berat. Bahan bangunan
bangunan beton Satuan : MPa beton yang dibuat dari bahan limbah poles
Kode Curing Curing Curing termasuk jenis bata beton ringan dengan
Komposisi (7 hari) (14 (21 hari) nilai density lebih kecil dari 1,0 g/mL, yang
hari) mana bahan limbah poles tersebut
A 12,94 16,60 19,72 dicampur dengan arang tempurung kelapa
B 14,10 17,50 19,98 sawit (berfungsi sebagai agregat), dan
C 12,86 17,54 15,86 ditambahkan bahan pengikat (binder) jenis
semen portland pada perbandingan
Berdasarkan data hasil uji kuat tekan komposisi (1 bagian semen portland : 4
yang diperoleh (Tabel 9), komposisi yang bagian agregat) s/d (1 bagian semen
terbaik adalah kode B (1bagian semen portland : 6 bagian agregat).
portland : 5bagian agregat) oleh karena
memiliki nilai penyerapan air dan density UCAPAN TERIMA KASIH
paling rendah serta kuat tekan pada umur
perawatan (curing) 7 hari, 14 hari dan 21 Dengan terwujudnya makalah yang
hari nilainya paling besar. Selanjutnya dari berjudul “Pemanfaatan limbah poles ubin
percobaan komposisi terbaik tersebut dibuat keramik granito untuk produk keramik
suatu produk bahan bangunan beton jenis konvensional dan bahan bangunan beton”,
bata ringan diperlihatkan pada Gambar 5. penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada General Manager PT. Kimliong
Keramik Indonesia yang telah memberi
sampel bahan limbah tersebut sebanyak ±
50 kg, dan juga tenaga staf bagian
Research and Development yang telah
membantu dalam kegiatan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Carty,WM.2004, Whitewares and Material,


Ceramic Engineering and Science
Proceedings,Volume 25, Issue 2
Despotovic S, Babic D, Filipovic L,2006
Mineralogical changes in Zorka yellow
Gambar 5. Produk bata ringan lempung as a function of firing

31
Jurnal Riset Industri (Journal of Industrial Research), Vol. 9 No. 1, April 2015, Hal. 23 – 32

temperature Interceram, Volume 55 Mishulovich A, Evanko JL 2003. Ceramic


No 4, hal. 46-52 tiles from high carbon fly ash,
Damle A, 2001.Utilization of waste materials international Ash Utilization
in brick making, Tile and Brick Symposium, Center for Applied
International, Volume 17 No.5, hal. 31- Energy Research, University of
36 Kentucky, paper #18
Djambazov SP, Yoleva AP,Malinov OK Marquez JM, Rincon J.Ma, Romero M,2008
2009. Red firing ceramic bodies for Effect of firing temperature on
clinker tiles and bricks,Tile& Brick sintering of porcelain stoneware tiles,
International Manual, p 8-10 Ceramics International, Volume 34, p
Hutchings IM, Xu Y, Sanchez E, Ibanez MJ, 1867-1873
Quereda MF 2006; Optimisation of the Popov SR, Kostic-Pulek AB, Djinovic JM,
polishing process for porcelain 2003. The possibilities 0f flyash and
ceramic tiles, International Ceramics FGD gypsum utilization in
Journal, p 63-68. manufacturing products, Tile and Brick
Hutchings IM, Adachi K, Xu Y,Sanchez E, International No.6, Volume19. 83-87
Quereda MF 2005; Analysis and Subari dkk, 2010. Pembuatan komposit bata
Laboratory Simulation of an Industrial ringan dengan agregat arang
polishing process for Porcelain tempurung kelapa sawit
ceramic tiles, Journal Ceramic menggunakan sistem perekat semen
Society, No. 25, p 124-132. epoxy, Laporan Teknis, Balai Besar
Hosten C, Cimilli H, 2009. The effects of Keramik Bandung, BPKIMI,
feed size distribution on confined bed Kementerian Perindustrian.
comminution of quartz and calcite, Subari dan Abdul Rachman, 2008,
International Journal of Mineral Pembuatan bata beton ringan untuk
Processing, Vol. 91, p 81-87 diterapkan di IKM bahan bangunan,
Koenig CJ, 1966. Influenze of particle size Jurnal Bahan Galian Industri, Volume
distribution on the properties of 12 Nomor 33, Puslitbang Teknologi
nepheline syenite, Journal of Mineral dan Batu-bara Bandung. Hal
theAmerican Ceramic Society, p 93- 10-16.
102
Lasco, 2009. Calcium silicate bricks the
environment friendly building material,
Ceramic Forum International DKG 86
No.1

32

You might also like