3 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Agrointek Volume 16 No 3 September 2022: 405-412

Analisis kualitatif kandungan senyawa polifenol pada daun herba kitolod


(Hippobroma longiflora (L.) G.Don) dan potensi pemanfaatannya sebagai sumber
polifenol alami

Awaly Ilham Dewantoro1*, Selly Harnesa Putri1, Efri Mardawati1,2

1
Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Indonesia
2
Research Collaboration Center for Biomass and Biorefinery between BRIN and Universitas
Padjadjaran, Sumedang, Indonesia

Article history ABSTRACT


Diterima: As the most significant secondary metabolites in plants with various
6 Januari 2022 beneficial properties, polyphenols have an increased demand for industrial
Diperbaiki: use. These issues prompted various exploratory studies on various plants
9 April 2022 to be utilized as natural polyphenols sources. Kitolod (Hippobroma
Disetujui: longiflora (L.) G.Don) has the potential to be utilized as natural
11 April 2022
polyphenols source because of the abundant amount in nature as weed and
is known as a traditional herb based on ethnobotanical studies. This study
Keyword
aims to investigate optimal potential utilization by identifying the
Hippobroma longiflora;
HPLC; polyphenols content on kitolod leaves. Identification was carried out by
Polyphenols Content; deploying HPLC qualitative analysis methods to specifically evaluate
Qualitative Analysis polyphenols content in kitolod leaves. The results showed kitolod leaves
contain 14 polyphenols compounds and consist of phenolic acids (gallic
acid, caffeic acid, and ferulic acid), flavonoids (catechin, gallocatechin,
epigallocatechin, gallocatechin gallate, epicatechin gallate, myricetin,
quercitrin, pelargonidin, baicalin, and diosmin), and another polyphenols
groups (ellagic acid). Contained polyphenolic compounds in kitolod leaves
can be utilized optimally as natural polyphenols in various industries such
as in food, cosmetics and pharmaceutical, pulp and paper, dyes, textiles,
biomaterials, and utilized as additional compounds in wastewater
treatment.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

*
Penulis korespondensi
Email : mail.dewantoro@gmail.com
DOI 10.21107/agrointek.v16i3.13235
Dewantoro et al. Agrointek 16 (3): 405-412

polifenol. Adapun senyawa polifenol terdiri dari


PENDAHULUAN komponen polar berupa gugus hidroksil dan
Polifenol secara luas ditemukan pada komponen non-polar berupa cincin aromatik
tanaman sebagai senyawa metabolit sekunder (Hasbay dan Galanakis, 2018). Menurut
terbesar dan memiliki permintaan kebutuhan Wulandari et al. (2021), pelarut yang cocok untuk
industri yang sangat tinggi. Menurut Gupta et al. mengekstraksi polifenol dengan sifat dan
(2015), peningkatan permintaan terhadap senyawa karakteristik tersebut, khususnya yang terkandung
polifenol terjadi sebesar 6,1% setiap tahunnya dalam kitolod adalah pelarut etanol.
yang disebabkan oleh beragamnya manfaat yang Identifikasi kandungan polifenol dalam
diberikan oleh senyawa ini. Polifenol secara ekstrak maserasi kitolod kemudian dilakukan agar
empiris memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, dapat diketahui potensi pemanfaatan yang
antibakteri, dan antikarsinogenik yang dapat optimal. Menurut Susanti dan Dachriyanus
dimanfaatkan dalam industri pangan, farmasi, (2017), istrumen HPLC dapat digunakan untuk
pewarna, dan kosmetik (C. M. Galanakis, 2018). mengidentifikasi jenis-jenis senyawa yang
Kedua hal tersebut menjadi alasan yang kuat terkandung seperti kandungan polifenol dalam
untuk dilakukannya studi eksplorasi terhadap kitolod. Adapun identifikasi dapat dilakukan
berbagai jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan secara kualitatif agar studi lebih difokuskan
sebagai penghasil senyawa polifenol alami. terhadap jenis-jenis senyawa yang terkandung.
Menurut Egarani et al. (2020), beberapa jenis Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
gulma yang dapat tumbuh liar di alam diketahui jenis-jenis senyawa polifenol yang terkandung
memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan dalam herba kitolod dengan menerapkan metode
sebagai salah satu sumber penghasil polifenol analisis kualitatif HPLC agar dapat diketahui
alami. beragam bentuk pemanfaatan yang optimal.
Kitolod dikenal sebagai salah satu gulma
METODE
dalam ekosistem sawah dan diketahui memiliki
kandungan polifenol yang cukup tinggi. Elfrida et Pengumpulan dan Persiapan Bahan
al. (2021) melaporkan bahwa kitolod menjadi Herba kitolod yang telah dewasa atau
sebuah tanaman herba dan digunakan dalam memiliki bunga (umur tanaman > 3 bulan)
praktik pengobatan tradisional, namun dalam dikumpulkan dari pematang sawah di Desa
jumlah yang sangat sedikit. Hal tersebut Sukamukti, Kecamatan Majalaya, Kabupaten
memperlihatkan bahwa sebagian besar dari Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan laporan dari
keberadaan kitolod sebagai gulma hanya dibuang Egarani et al. (2020), daun herba kitolod memiliki
sebagai limbah hasil penyiangan lahan sehingga kandungan polifenol total tertinggi sehingga
pemanfaatannya dinilai belum optimal. Beragam digunakan sebagai bahan utama penelitian ini.
penelitian telah mengkaji potensi dari kitolod yang Daun berukuran 3-8 cm kemudian dikering-
meliputi adanya aktivitas antioksidan anginkan mengikuti prosedur dari Rosidah et al.
(Martiningsih et al., 2021), antibakteri (2014) dengan modifikasi lama pengeringan
(Simanjuntak, 2020), antikanker (Hapsari et al., menjadi 7 hari (kadar air 7-10%). Daun herba
2016), hingga memiliki aktivitas tabir surya kitolod kering kemudian dikecilkan ukurannya
(Savira dan Iskandar, 2020). Aktivitas-aktivitas hingga menjadi serbuk berukuran 30-40 mesh dan
tersebut menunjukkan bahwa kitolod memiliki disimpan pada wadah kaca tertutup.
potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan Ekstraksi Maserasi
secara optimal sebagai sumber tanaman penghasil
senyawa polifenol. Prosedur ekstraksi mengikuti Rosidah et al.
(2014) dengan beberapa kondisi proses yang
Kandungan polifenol yang terdapat dalam dimodifikasi. Serbuk daun herba kitolod direndam
kitolod dapat diambil dengan melakukan pada pelarut etanol 60-80% (b/v) dengan rasio
ekstraksi. Fazil et al. (2017) menyebutkan bahwa atau nisbah bahan baku sebesar 1:10 (b/v).
teknik ekstraksi yang cocok dan sesuai dengan Perendaman dilakukan selama 1-5 hari yang
karakteristik senyawa polifenol yang termolabil kemudian dipisahkan antara ekstrak etanol dengan
adalah maserasi. Teknik maserasi merupakan ampas ekstraksi. Ekstrak etanol dipekatkan
salah satu teknik ekstraksi pelarut, sehingga jenis menggunakan rotary evaporator pada suhu 50°C
pelarut yang digunakan perlu disesuaikan dengan sampai tidak ada pelarut yang menetes. Hasil
sifat dan karakteristik lainnya dari senyawa

406
Dewantoro et al. Agrointek 16 (3): 405-412

ekstraksi yang didapat kemudian ditentukan nilai HASIL DAN PEMBAHASAN


rendemennya mengikuti Riwanti et al. (2020) dan Rendemen Ekstraksi Maserasi Serbuk Daun
kadar sisa pelarut ekstraksi mengikuti Rosyidah Herba Kitolod
(2016).
Ekstraksi maserasi terhadap serbuk daun
Pengumpulan dan Persiapan Bahan
herba kitolod dilakukan berdasarkan racangan
Prosedur identifikasi menggunakan metode acak yang memvariasikan konsentrasi pelarut dan
analisis kualitatif HPLC yang mengikuti Cai et al. waktu ekstraksi. Menurut Zhang et al. (2018),
(2004). Ekstrak dilarutkan dalam akuades dengan kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap hasil
rasio perbandingan 1:5 (b/v) yang kemudian ekstraksi dan dapat menutupi kelemahan yang
disentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan dimiliki teknik ekstraksi maserasi. Hasil ekstraksi
5.000 rpm. Instrumen HPLC detektor UV/Vis dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan nilai
digunakan dalam penelitian ini dengan kolom rendemen dan kadar sisa pelarut ekstraksi.
pemisah 100-C18 (5 μm, 250 × 4 mm) dan kolom
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam,
penjaga C18 (5 μm, 4 × 4 mm). Gradien elusi fase
konsetrasi pelarut etanol memiliki pengaruh yang
gerak (larutan A adalah asam asetat dalam air pH
signfikan terhadap rendemen ekstraksi. Hasil
3,0 dan larutan B adalah metanol 100%) yang
ekstraksi mengalami peningkatan dari
ditetapkan sebagai berikut: 0 menit, B 5%; 15
penggunaan etanol 60% ke etanol 70%, namun
menit, B 30%; 40 menit, B 40%; 60 menit, B 50%;
terjadi penurunan saat digunakan etanol 80%.
65 menit, B 65%; dan 90 menit, B 100%. Volume
Hasbay dan Galanakis (2018) menjelaskan bahwa
sampel uji sebanyak 10 μL dengan laju alir injeksi
perbedaan konsentrasi pelarut etanol
fase gerak sebesar 1 mL/menit. Deteksi
mempengaruhi kepolaran yang dimiliki pelarut
kandungan senyawa polifenol dilakukan pada
dan berpengaruh terhadap senyawa-senyawa yang
panjang gelombang 280 nm, baik untuk standar
dapat diikat oleh pelarut. Pada penelitian ini,
polifenol (asam galat, kuesetin, dan katekin) dan
beragam senyawa metabolit sekunder seperti
sampel uji ekstrak daun kitolod. Adapun profil
polifenol dan senyawa lainnya dalam daun herba
kromatogram yang didapatkan kemudian
kitolod lebih banyak terikat oleh etanol 70% yang
dibandingkan dengan standar dan senyawa
sifatnya lebih polar dari etanol 80%, namun lebih
lainnya diidentifikasi berdasarkan acuan dari
non-polar daripada etanol 60%. Menurut Meireles
Sakakibara et al. (2003).
(2009) dan Riwanti et al. (2020), penurunan
Analisis Data konsentrasi etanol yang disebabkan oleh
Ekstraksi maserasi daun herba kitolod penambahan air dapat meningkatkan
dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kepolarannya. Adapun senyawa polifenol yang
lengkap dua faktor, sehingga data rendemen sifatnya polar lebih mudah terikat pada sisi polar
ekstraksi dianalisis pengaruhnya menggunakan pada pelarut etanol, sehingga hasil ekstraksi
analisis sidik ragam (ANOVA). Apabila terdapat menggunakan etanol 70% diperkirakan
pengaruh yang signifikan, analisis dilanjutkan mengandung senyawa metabolit sekunder bukan
menggunakan uji DMRT pada taraf kepercayaan polifenol yang tinggi (Permatasari et al., 2020).
95%.
Tabel 1 Rendemen ekstraksi serbuk daun herba kitolod

Waktu Ekstraksi Konsentrasi Etanol Rendemen (%) Kadar Sisa Etanol (%)
Etanol 60% 12,67±0,13 g 11,99±0,13
1 Hari Etanol 70% 15,48±0,15 h 14,38±0,15
Etanol 80% 9,18±0,05 b 12,87±0,05
Etanol 60% 10,40±0,22 d 15,19±0,22
3 Hari Etanol 70% 12,32±0,12 f 16,13±0,12
Etanol 80% 9,83±0,21 c 15,64±0,21
Etanol 60% 10,66±0,15 d 12,36±0,15
5 Hari Etanol 70% 11,13±0,07 e 13,93±0,07
Etanol 80% 8,74±0,06 a 13,95±0,06
Keterangan : Nilai rendemen dan kadar sisa pelarut disajikan dalam nilai rata-rata ± standar deviasi. Notasi huruf
yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang signfikan berdasarkan uji DMRT pada taraf kepercayaan 95%.

407
Dewantoro et al. Agrointek 16 (3): 405-412

pelarut etanol 60% menjadi ekstrak yang


Rendemen ekstraksi cenderung semakin
diidentifikasi kandungan senyawa polifenolnya.
menurun saat waktu semakin lama. Hasil tertinggi
diberikan oleh ekstraksi maserasi tersingkat yaitu Hasil ekstraksi maserasi terhadap serbuk
selama 1 hari. Hal tersebut dikarenakan pelarut daun kitolod memilki warna cokelat, berbentuk
semakin jenuh saat ekstraksi maserasi kental, dan beraroma khas. Karaktersitik tersebut
berlangsung dalam waktu yang lama (Hasbay dan sama seperti hasil ekstraksi daun kitolod yang
Galanakis, 2018). Kandungan senyawa yang dilakukan oleh Arifin et al. (2018). Adapun
diikat oleh pelarut terdegradasi dan teroksidasi kualitas ekstrak dari penelitian ini dinilai belum
akibat jenuhnya pelarut sehingga menurunkan memenuhi standar karena masih mengandung
rendemen. Adapun pengaruh perbedaan waktu pelarut ekstraksi dalam ekstrak. Menurut
terhadap hasil ekstraksi secara statistik Marpaung dan Septiyani (2020), adanya pelarut
berpengaruh sangat signifikan. yang tersisa menurunkan kualitas ekstrak dan
perlu diminimalkan dengan mengatur ulang
Interaksi antara konsentrasi pelarut dan
kondisi pemekatan pada rotary evaporator.
waktu ekstraksi secara statistik berpengaruh
signifikan terhadap rendemen ekstraksi. Ekstraksi Identifikasi Kandungan Polifenol Ekstrak
maserasi selama 1 hari menggunakan pelarut Serbuk Daun Herba Kitolod
etanol 70% memberikan rendemen tertinggi. Metode analisis kualitatif menggunakan
Menurut Zhang et al. (2018), rendemen ekstraksi HPLC digunakan untuk mengidentifikasi jenis-
yang tinggi diketahui tidak berbanding lurus jenis senyawa polifenol yang terkandung dalam
dengan kandungan polifenol totalnya. ekstrak daun herba kitolod. Profil kromatogram
Berdasarkan laporan dari Dewantoro (2022), standar polifenol yang terdiri dari asam galat,
ekstraksi serbuk daun herba kitolod selama 1 hari kuersetin, dan katekin dapat dilihat pada Gambar
menggunakan etanol 60% memiliki kandungan 1 dan digunakan sebagai pembanding dalam
polifenol total lebih tinggi daripada ekstraksi penelitian ini. Beberapa senyawa lain yang
selama 1 hari menggunakan etanol 70%. Alasan teridentifikasi berdasarkan peak kromatogram
tersebut kemudian digunakan untuk menentukan ditentukan jenisnya berdasarkan acuan dari
hasil ekstraksi maserasi selama 1 hari dengan Sakakibara et al. (2003).

Gambar 1 Profil kromatogram dari standar polifenol.


Keterangan: 1. asam galat; 2. Katekin; dan 3. kuersetin.

408
Dewantoro et al. Agrointek 16 (3): 405-412

Gambar 2 Profil kromatogram kandungan polifenol dalam ekstrak serbuk daun herba kitolod.
Keterangan: 1. asam galat; 2. (-)-galokatekin; 3. (+)-katekin; 4. (-)-epigalokatekin galat; 5. asam kafeat;
6. (-)-galokatekin galat; 7. (-)-epikatekin galat; 8. asam ferulat; 9. asam elagat; 10. pelargonidin;
11. myricetin; 12. baicalin; 13. kuersitrin; 14. diosmin

Hasil analisis dan identifikasi ditunjukkan masing-masing kelompok senyawa. Kelompok


dalam profil kromatografi yang dapat dilihat pada asam fenolik terdiri dari subkelompok asam
Gambar 2. Sebanyak 14 jenis senyawa polifenol benzoat dan asam sinamat. Kelompok flavonoid
teridentifikasi dalam ekstrak serbuk daun herba terdiri dari subkelompok katekin, flavon, flavonol,
kitolod. Senyawa-senyawa tersebut kemudian dan antosianin. Adapun kelompok lainnya tidak
dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi turunan memiliki subkelompok sehingga dipetakan
senyawa polifenol dari Belščak-Cvitanović et al. potensi pemanfaatannya terhadap jenis senyawa
(2018) yang terdiri dari kelompok asam fenolik, yang terkandung.
flavonoid, dan kelompok lainnya. Kelompok asam
Ekstrak daun kitolod mengandung senyawa
fenolik terdiri dari asam galat, asam kafeat, dan
polifenol kelompok asam fenolik yang terdiri dari
asam ferulat. Kelompok flavonoid terdiri dari (-)-
subkelompok asam benzoat dan asam sinamat.
galokatekin, (+)-katekin, (-)-epigalokatekin, (-)-
Senyawa polifenol subkelompok asam benzoat
galokatekin galat, (-)-epikatekin galat, myricetin,
yang terkandung dalam ekstrak daun kitolod
kuersitrin (quercetin-3-O-rhamnoside),
adalah asam galat. Menurut Badhani et al. (2015),
pelargonidin, baicalin (baicalein-7-O-
asam galat dapat dimanfaatkan dalam berbagai
glucuronide), dan diosmin (diosmentin-7-O-
bidang industri seperti pemberi warna dan
rhamnoside). Adapun jenis senyawa polifenol
stabilisator di industri kertas, pengolahan kulit,
yang tergolong ke dalam kelompok lainnya adalah
dan pembuatan tinta. Adapun asam kafeat dan
asam elagat.
asam ferulat termasuk ke dalam subkelompok
Potensi Pemanfaatan Kandungan Polifenol asam sinamat yang dapat dimanfaatkan dalam
dalam Daun Herba Kitolod industri pangan dan farmasi seperti pembuatan
Potensi pemanfaatan ekstrak daun kitolod biofilm dan mikroenkapsulasi (de Araújo et al.,
dipetakan berdasarkan jenis-jenis senyawa 2021). Ketiga senyawa tersebut secara bersamaan
polifenol yang teridentifikasi dalam ekstrak. Tiga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan
kelompok senyawa polifenol terkandung dalam untuk pembuatan krim semi-padat dalam industri
ekstrak kitolod meliputi asam fenolik, flavonoid, kosmetik (Albuquerque et al., 2021).
dan kelompok lainnya. Pengelompokan tersebut Kelompok flavonoid yang teridentifikasi
kemudian diklasifikasikan kembali ke dalam dalam ekstrak daun kitolod terdiri dari empat
subkelompok senyawa berdasarkan klasifikasi subkelompok. Katekin menjadi salah satu
dari Belščak-Cvitanović et al. (2018) terhadap subkelompok dari flavonoid yang memiliki

409
Dewantoro et al. Agrointek 16 (3): 405-412

potensi antioksidan, antikanker, anti-inflamasi, future challenges. Food and Function,


dan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan biofilm 12(1), 14–29.
di industri pangan (Pedro et al., 2019). https://doi.org/10.1039/d0fo02324h
Subkelompok flavon dan flavonol memiliki Arifin, H., Alwi, T. I., Aisyahharma, O., & Juwita,
karakteristik yang hampir sama dan memiliki D. A. (2018). Kajian efek analgetik dan
manfaatnya yang sama seperti adanya potensi toksisitas subakut dari ekstrak etanol daun
antioksidan, antibakteri, anti-inflamasi, kitolod (Isotoma longiflora L.) pada mencit
antikanker, dan fotoprotektif. Menurut putih jantan. Jurnal Sains Farmasi &
Albuquerque et al. (2021), subkelompok flavonol Klinis, 5(2), 112–118.
memiliki manfaat lain yaitu sebagai pewarna https://doi.org/10.25077/jsfk.5.2.112-
alami dalam industri tekstil. Menurut de Lima 118.2018
Cherubim et al. (2020), pelargonidin yang Badhani, B., Sharma, N., & Kakkar, R. (2015).
tergolong subkelompok antosianin dapat Gallic acid: a versatile antioxidant with
dimanfaatkan sebagai kopigmentasi dan indikator promising therapeutic and industrial
oksidasi dalam kemasan pintar serta memiliki applications. RSC Advances, 5(35), 27540–
potensi antioksidan dan anti-inflamasi. 27557. https://doi.org/10.1039/c5ra01911g
Asam elagat menjadi satu-satunya senyawa Belščak-Cvitanović, A., Durgo, K., Hudek, A.,
polifenol kelompok lainnya yang teridentifikasi Bačun-Družina, V., & Komes, D. (2018).
dalam ekstrak daun kitolod. Albuquerque et al. Overview of polyphenols and their
(2021) menyebutkan bahwa senyawa ini memiliki properties. In C. Galanakis (Ed.),
karakteristik yang serupa dengan subkelompok Polyphenols Properties, Recovery, and
asam benzoat, namun dalam acuan profil Application (pp. 3–44). Elsevier Inc.
kromatogram dari Sakakibara et al. (2003) asam https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
elagat termasuk ke dalam kelompok lainnya 813572-3.00001-4
senyawa polifenol. Menurut Evtyugin et al. Cai, Y., Luo, Q., Sun, M., & Corke, H. (2004).
(2020), asam elagat dapat dimanfaatkan sebagai Antioxidant activity and phenolic
biosensor terhadap bahan peledak dan cemaran compounds of 112 traditional Chinese
ion Cu2+ dalam air. Adapun manfaat lain dari medicinal plants associated with anticancer.
senyawa ini adalah dapat dijadikan sebagai salah Life Sciences, 74, 2157–2184.
satu bahan kombinasi pembuatan elektroda dalam https://doi.org/10.1016/j.lfs.2003.09.047
jenis baterai lithium ion atau Li-ion. de Araújo, F. F., de Paulo Farias, D., Neri-Numa,
I. A., & Pastore, G. M. (2021). Polyphenols
KESIMPULAN
and their applications: An approach in food
Daun herba kitolod mengandung 14 jenis chemistry and innovation potential. Food
senyawa polifenol berbeda yang tergolong ke Chemistry, 338(March 2020), 127535.
dalam kelompok asam fenolik, flavonoid, dan https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2020.1
kelompok lainnya. Senyawa-senyawa tersebut 27535
terdiri dari asam galat, asam kafeat, asam ferulat, de Lima Cherubim, D. J., Buzanello Martins, C.
katekin, galokatekin, epigalokatekin, galokatekin V., Oliveira Fariña, L., & da Silva de Lucca,
galat, epikatekin galat, myricetin, kuersitrin, R. A. (2020). Polyphenols as natural
pelargonidin, baicalin, dan diosmin. Setiap jenis antioxidants in cosmetics applications.
senyawa polifenol yang teridentifikasi memiliki Journal of Cosmetic Dermatology, 19(1),
potensi pemanfaatnya masing-masing yang dapat 33–37. https://doi.org/10.1111/jocd.13093
diterapkan dalam industri pangan, farmasi dan Dewantoro, A. I. (2022). Penentuan kandungan
kosmetik, pulp dan kertas, pewarna, tekstil, total senyawa fenolik, flavonoid, dan
biomaterial, hingga dapat dijadikan sebagai bahan aktivitas fotoprotektif dari ekstrak daun
tambahan untuk menangani cemaran air limbah. tanaman kitolod (Hippobroma longiflora
DAFTAR PUSTAKA (L.) G.Don). Universitas Padjadjaran.
Albuquerque, B. R., Heleno, S. A., Oliveira, M. B. Egarani, G. R., Kasmiyati, S., & Kristiani, E. B. E.
P. P., Barros, L., & Ferreira, I. C. F. R. (2020). The antioxidant content and activity
(2021). Phenolic compounds: current of various plants organs of kitolod (Isotoma
industrial applications, limitations and longiflora). Biosaintifika, 12(3), 297–303.

410
Dewantoro et al. Agrointek 16 (3): 405-412

https://doi.org/10.15294/biosaintifika.v12i https://doi.org/10.1088/1757-
3.23888 899X/1115/1/012078
Elfrida, Tarigan, N. S., & Suwardi, A. B. (2021). Meireles, M. A. A. (2009). Extracting bioactive
Ethnobotanical study of medicinal plants compounds for food products: theory and
used by community in Jambur Labu applications. CRC Press.
Village, East Aceh, Indonesia. Pedro, A. C., Maciel, G. M., Ribeiro, R., &
Biodiversitas, 22(7), 2893–2900. Isidoro, C. W. (2019). Fundamental and
https://doi.org/10.13057/biodiv/d220741 applied aspects of catechins from different
Evtyugin, D. D., Magina, S., & Evtuguin, D. V. sources: a review. International Journal of
(2020). Recent advances in the production Food Science and Technology, 1–14.
and applications of ellagic acid and its https://doi.org/10.1111/ijfs.14371
derivatives. A review. Molecules, 25(12). Permatasari, A., Batubara, I., & Nursid, M.
https://doi.org/10.3390/molecules2512274 (2020). Pengaruh konsentrasi etanol dan
5 waktu maserasi terhadap rendemen, kadar
Fazil, M., Suci, R. N., Allfiah, F., Alam, D. N., total fenol dan aktivitas antioksidan ekstrak
Angelia, G., & Situmeang, B. (2017). rumput laut Padina australis. Majalah
Analisis senyawa alkaloid dan flavonoid Ilmiah Biologi Biosfera: A Scientific
dari ekstrak kitolod (Isotoma longiflora) Journal, 37(2), 78–84.
dan uji aktivitasnya terhadap bakteri https://doi.org/10.20884/1.mib.2020.37.2.1
penyebab karies gigi. Jurnal ITEKIMA, 192
2(1), 73–83. Riwanti, P., Izazih, F., & Amaliyah. (2020).
Galanakis, C. M. (2018). Polyphenols: properties, Pengaruh perbedaan konsentrasi etanol
recovery, and applications. Woodhead pada kadar flavonoid total ekstrak etanol
Publishing. https://doi.org/10.1016/C2016- 50, 70 dan 96% Sargassum polycystum dari
0-05057-X Madura. Journal of Pharmaceutical Care
Gupta, V. K., Tuohy, M. G., Lohani, M., & Anwar Medika, 2(2), 35–48.
O’Donovan, A. (2015). Biotechnology of https://doi.org/10.36932/jpcam.v2i2.1
bioactive compounds: sources and Rosidah, A. N., Lestari, P. E., & Astuti, P. (2014).
applications. Willey Blackwell. Daya antibakteri ekstrak daun kendali
Hapsari, A., Asti, D., Selviana, Hidayati, R., (Hippobrima longiflora [L] G. Don)
Kumalla, N., & Suhendi, A. (2016). The terhadap pertumbuhan Streptococcus
potency of kitolod (Isotoma longiflora (L) mutans. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Presl.) herb extract as a cure for cervical Mahasiswa.
cancer: an in vitro study of hela cells. repository.unej.ac.id/handle/123456789/59
ISETH 2016, 109–114. 321
Hasbay, I., & Galanakis, C. M. (2018). Recovery Rosyidah, H. (2016). Standardisasi ekstrak etil
technologies and encapsulation techniques. asetat anting-anting (Acalypha indica
In C. Galanakis (Ed.), Polyphenols: Linn.) sebagai herba antimalaria. UIN
Properties, Recovery, and Applications (pp. Maulana Malik Ibrahim.
233–264). Elsevier Inc. Sakakibara, H., Honda, Y., Nakagawa, S., Ashida,
https://doi.org/10.1016/B978-0-12- H., & Kanazawa, K. (2003). Simultaneous
813572-3.00007-5 determination of all polyphenols in
Marpaung, M. P., & Septiyani, A. (2020). vegetables, fruits, and teas. Journal of
Penentuan parameter spesifik dan Agricultural and Food Chemistry, 51, 571–
nonspesifik ekstrak kental etanol batang 581. https://doi.org/10.1021/jf020926l
akar kuning (Fibraurea chloroleuca Miers). Savira, D., & Iskandar, D. (2020). Pemanfaatan
Journal of Pharmacopolium, 3(2), 58–67. ekstrak daun kitolod (Hippobroma
https://doi.org/10.36465/jop.v3i2.622 longiflora (L) G.Don) sebagai bahan aktif
Martiningsih, N. W., Mudianta, I. W., & Suryanti, sediaan tabir surya. Jurnal Kimia Riset,
I. A. P. (2021). Phytochemical screening 5(1), 44–48.
and antioxidant activity of Hippobroma https://doi.org/10.20473/jkr.v5i1.19680
longiflora extracts. IOP Conference Series: Simanjuntak, H. A. (2020). Antibacterial activity
Materials Science and Engineering, 1115. of ethhanolic extract of kitolod

411
Dewantoro et al. Agrointek 16 (3): 405-412

(Hippobromalongiflora) leaf againts Wulandari, A. R., Sunnah, I., & Dianingati, R. S.


Staphylococcus aureus and Salmonella (2021). Optimasi pelarut terhadap
typhi. Asian Journal of Pharmaceutical parameter spesifik ekstrak kitolod (Isotoma
Research and Development, 8(1), 52–54. longiflora). Generics: Journacl of Research
https://doi.org/10.22270/ajprd.v8i1.660 in Pharmacy, 1(1), 10–15.
Susanti, M., & Dachriyanus. (2017). Zhang, Q. W., Lin, L. G., & Ye, W. C. (2018).
Kromatografi cair kinerja tinggi. LPTIK Techniques for extraction and isolation of
Universitas Andalas. natural products: a comprehensive review.
https://doi.org/10.25077/car.13.13 Chinese Medicine, 13(20), 1–26.
https://doi.org/10.1186/s13020-018-0177-x

412

You might also like