Professional Documents
Culture Documents
160-Article Text-499-1-10-20221105
160-Article Text-499-1-10-20221105
ABSTRACT
In this era of globalization, the problem of human resources in a company demands more attention, because no
matter how sophisticated the technology used in a company and no matter how much capital the company plays,
the employees in the company will ultimately run it. In relation to the consequences of being laid off, it is
appropriate for the employer to provide compensation (severance pay) as a result of the termination of
employment. As it has been regulated by the government of the Republic of Indonesia in Law Number 13 of
2003 concerning Manpower. Article 156 paragraph 1 reads: "In the event of termination of employment, the
entrepreneur is obliged to pay severance pay and/or service award money and compensation for entitlements
that should have been received". Termination of Employment Relations at companies in Indonesia gradually has
an impact on the unemployment rate which is increasing day by day and in essence will lead to arbitrariness on
the part of employers to terminate employment. Therefore, the researcher wants to know how the termination of
employment according to Law Number 12 of 2003 concerning Employment. This research was conducted at PT.
Ekadharma Internasional Tbk Padang Branch. The type of research used is empirical juridical research, which
is to see how the implementation of existing laws and regulations with their implementation in society.
Implementation of termination of employment at PT. Eka Dharma International Tbk Padang Branch occurred
because the employee had committed a serious violation and resigned voluntarily but not in accordance with the
procedures as stipulated in the Company Regulations. Termination of employment still refers to Law Number 13
of 2003 concerning Manpower. First, problem solving is carried out by deliberation between the Company and
employees. If this deliberation does not reach an agreement, then a mediation process is carried out by filing a
lawsuit with the Social and Manpower Office.
ABSTRAK
Di era globalisasi ini, permasalahan tentang sumber daya manusia dalam suatu perusahaan menuntut untuk lebih
diperhatikan, sebab secanggih apapun teknologi yang dipergunakan dalam suatu perusahaan serta sebesar
apapun modal yang diputar perusahaan, karyawan dalam perusahaan yang pada akhirnya akan menjalankannya.
Sehubungan dengan akibat yang ditimbulkan dengan adanya PHK, maka sudah selayaknya jika pengusaha
memberikan uang kompensasi (pesangon) sebagai akibat adanya pemutusan hubungan kerja. Sebagaimana hal
tersebut telah diatur oleh pemerintah Republik Indonesia dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Pasal 156 ayat 1 berbunyi : “Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha
diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima”. Pemutusan Hubungan Kerja pada perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia secara
bertahap berdampak pada angka pengangguran yang semakin hari kian meningkat dan pada hakekatnya akan
menimbulkan sifat kesewenang-wenangan dari pihak pengusaha untuk melakukan pemutusan hubungan kerja.
Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana pemutusan hubungan kerja menurut Undang-undang
Nomor 12 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Penelitian ini dilakukan di PT. Ekadharma Internasional Tbk
Cabang Padang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis empiris yaitu melihat bagaimana
penerapan peraturan perundang-undnagan yang ada dengan pelaksanaannya di masyarakat. Pelaksanaan
pemutusan hubungan kerja di PT. Eka Dharma International Tbk Cabang Padang terjadi karena pekerja telah
melakukan pelanggaran berat dan pengunduran diri secara sukarela tetapi tidak sesuai dengan prosedur
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Perusahaan. Pemutusan hubungan kerja tetap mengacu
kepada Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Penyelesaian masalah terlebih dahulu
dilakukan secara musyawarah antara Perusahaan dengan pekerja. Apabila musyawarah ini tidak menemui
kesepakatan, maka dilakukan proses mediasi dengan mengajukan gugatan ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja.
44
ISSN: 2502-1672 JURNAL SARMADA
46
ISSN: 2502-1672 JURNAL SARMADA
47
ISSN: 2502-1672 JURNAL SARMADA
hak, sedangkan bagipekerja tugas dan lambat pada hari pertama pekerja masuk
fungsi tidak mewakili kepentingan kerja dan untuk panggilan patut di artikan
perusahaan secara langsung, selain bahwa panggilan dengan tenggang waktu
memperoleh uang pengganti, juga paling lama 3 hari kerja dengan di
diberikan uang pisah yang besarnya diatur alamatkan pada alamat pekerja yang
dalam perjanjian kerja, peraturan bersangkutan atau alamat yang dicatatkan
perusahaan dan perjanjian kerja bersama. pada perusahaan. Pekerja yang di PHK
akibat mangkir berhak menerima uang
5) Pekerja di tahan pihak yang pengganti hak dan uang pisah yang
berwajib. besarnya dalam pelaksanaannya diatur
Perusahaan dapat melakukan pemutusan dalam perjanjian kerja, peraturan
hubungan kerja terhadap pekerja setelah 6 perusahaan dan perjanjian kerja bersama.
bulan tidak melakukan pekerjaan yang
disebabkan masih dalam proses pidana. 8) Pekerja meninggal dunia.
Dalam ketentuan bahwa perusahaan wajib Hubungan kerja otomatis akan berakhir
membayar kepada pekerja atau buruh uang ketika pekerja meninggal dunia,
penghargaan masa kerja 1 kali ditambah perusahaan berkewajiban untuk
uang pengganti hak. Untuk pemutusan memberiakan uang yang besarnya 2 kali
hubungan kerja ini tanpa harus ada yang pesangon, 1 kali uang penghargaan
penetapan dari lembaga penyelesaian masa kerja, dan uang pengganti hak.
hubungan industrial tetapi apabila Adapun sebagai ahli waris janda/ duda
pengadilan memutuskan pekerja pidana atau tidak ada anak atau tidak ada
sebelum 6 bulan dan pekerja dinyatakan keturunan garis lurus ke keatas/ kebawah
tidak bersalah, perusahaan wajib selam tidak di atur dalam perjanjian kerja,
mempekerjakan kembali. peraturan perusahaan, perjanjian kerja
bersama.
6) Perusahaan mengalami kerugian.
Apabila perusahaan bangkrut dan tutup 9) Pekerja melakukan pelanggaran.
karena mengalami kerugian secara terus Di dalam hubungan kerja ada suatu ikatan
menerus selama 2 tahun, perusahaan dapat antara pekerja dengan perusahaan yang
melakukan pemutusan hubungan kerja berupa perjanjian kerja, peraturan
terhadap pekerja. Syaratnya adalah harus perusahaan dan perjanjian kerja bersama
membuktikan kerugian tersebut dengan yang dibuat oleh perusahaan atau secara
laporan keuangan 2 tahun terakhir yang bersama-sama antara pekerja/ serikat
telah di audit oleh akuntan publik, dan pekerja dengan perusahaan, yang isinya
perusahaan wajib memberikan uang minimal hak dan kewajiban masing-
pesangon 1 kali ketentuan dan uang masing pihak dan syarat-syarat kerja,
penggantian hak. dengan perjanjian yang telah disetujui oleh
masing-masing pihak diharapkan di dalam
7) Pekerja mangkir terus menerus. implementasinya tidak dilanggar oleh satu
Perusahaan dapat memutuskan hubungan pihak. Pelanggaran terhadap perjanjian
kerja apabila pekerja tidak masuk selama 5 yang ada tentunya ada sanksi yang berupa
hari berturut-turut tanpa keterangan tertulis teguran lisan atau surat tertulis, sampai
yang di lengkapi bukti-bukti yang sah yang berupa surat peringatan tertulis dapat
meskipun telah dipanggil 2 kali secara dibuat surat peringatan ke I, ke II, sampai
patut dan tertulis oleh perusahaan, dalam ke III, masing-masing berlakunya surat
situasi seperti ini pekerja dianggap telah peringatan selam 6 bulan sehingga apabila
mengundurkan diri. Keterangan dan bukti pekerja sudah diberi peringatan sampai 3
sah yang menunjukkan alasan pekerja kali berturut-turut dalam 6 bulan terhadap
tidakmasuk harus diserahkan paling pelanggaran yang sama maka berdasarkan
48
ISSN: 2502-1672 JURNAL SARMADA
peraturan yang ada kecuali ditentukan lain dengan pekerja/buruh setelah memperoleh
yang ditetapkan lain dalam perjanjian penetapan dari lembaga penyelesaian
kerja, peraturan perusahaan, perjanjian perselisihan hubungan industrial.
kerja bersama maka perusahaan dapat Demikian ketentuan Pasal 151 ayat (3) UU
melakukan pemutusan hubungan kerja, ketenagakerjaan.
perusahaan berkewajiban memberikan
uang pesangon 1 kali dari ketentuan, uang Berdasarkan data yang di peroleh dari
penghargaan masa kerja 1 kali ketentuan hasil penelitian, terdapat beberapakali
dan uang pengganti hak yang besarnya pemutusan hubungan kerja yang telah di
ditentukan dalam peraturan yang ada. lakukan antara PT.Ekadharma
International,Tbk Cabang Padang dengan
10) Perubahan status, Karyawan / pekerjanya. Adapun alasan
penggabungan, pelemburan atau dan permasalahan yang melatar belakangi
perubahan kepemilikan. dari pemutusan hubungan kerja yang
Bagi pekerja yang di akhiri hubungan terjadi adalah sebagai berikut :
kerjanya karena alasan tersebut di atas 1. Pekerja melakukan kesalahan berat
maka Pekerja yang tidak bersedia Pelanggaran berat yang dilakukan pekerja
melanjutkan hubungan kerjanya, adalah pekerja tersebut telah
pekerjatersebut berhak atas uang pesangon menggelapkan uang perusahaan dan
1 kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 2 menggunakannya untuk kepentingan
dan uang penghargaan masa kerja 1 kali pribadi. Adapun proses penyelesaian
sesuai Pasal 156 ayat 3 dan uang masalah yang di lakukan adalah dengan
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal cara musyawarah dilakukan antara pekerja
156 ayat 4 dan tidak berhak mendapatkan tersebut dengan perusahaan. Hasil dari
uang pisah. Perusahaan tidak bersedia musyawarah tersebut adalah, karyawan
menerima pekerja di perusahaannya maka yang bersangkutan bersedia membuat surat
bagi pekerja tersebut berhak atas uang pernyatan yang menyatakan bahwa dirinya
pesangon 2 kali ketentuan Pasal 156 ayat 2 telah melakukan kesalahan berat dengan
dan uang penghargaan masa kerja Pasal menggunakan uang perusahaan untuk
156 ayat 3 dan uang penggantian hak kepentingan pribadi, dan selanjutnya
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 4 dan tidak bersedia untuk membayar atau
berhak mendapatkan uang pisah. mengembalikan semua uang perusahaan
yang telah di pergunakan dan juga
11) Pemutusan hubungan kerja bersedia untuk di berhentikan oleh
karena alasan efisiensi. Perusahaan. Dan jika karyawan tersebut
Bagi pekerja yang mengakhiri hubungan tidak memenuhi janjinya untuk
bekerjanya karena efisiensi maka pekerja mengembalikan seluruh uang perusahaan
tersebut berhak atas uang pesangon 2 kali yang telah ia pergunakan, maka ia bersedia
ketentuan Pasal 156 ayat 3 dan uang untuk di proses sesuai dengan proses
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal hukum yang berlaku di Indonesia.
156 ayat 3 dan uang penghargaan masa Penyelesaian masalah ini sesuai dengan
kerja 1 kali ketentuan Pasal 156 ayat 4 Pasal 136 ayat (1) Undang-Undang Nomer
tetapi tidak berhak mendapatkan uang 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
pisah. Dalam Pasal 151 ayat (1) dan ayat yang berbunyi :
(2) berarti, PHK tidak boleh dilakukan 1. Penyelesaian perselisihan hubungan
secara sepihak melainkan harus melalui industrial wajib dilaksanakan oleh
perundingan terlebih dahulu, kemudian pengusaha dan pekerja/buruh atau
apabila hasil perundingan tersebut tidak serikat pekerja/serikat buruh secara
mengahasilkan persetujuan, pengusaha musyawarah untuk mufakat.
hanya dapat memutuskan hubungan kerja
49
ISSN: 2502-1672 JURNAL SARMADA
Dan pasal 158 ayat (1) poin (a) dan ayat Pasal 57 menyatakan :
(2) , Undang-Undang Nomor 13 tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan yang 1. Pengunduran Diri
berbunyi : a. Bagi karyawan yang mengundurkan
(1) Pengusaha dapat memutuskan diri atas kemauan sendiri yang tugas
hubungan kerja terhadap dan fungsinya tidak mewakili
pekerja/buruh dengan alasan kepentingan pengusaha secara
pekerja/buruh telah melakukan langsung, maka perusahaan akan
kesalahan berat sebagai berikut: memberikan uang penggantian hak
Melakukan penipuan , pencurian , dan uang pisah yang besarnya dan
atau penggelapan barang dan/atau pelaksanaanya sesuai dengan Pasal
uang milik perusahaan. 60 dari peraturan perusaan.
(2) Kesalahan berat sebagaimana b. Karyawan yang mengundurkan diri
dimaksud dalam ayat (1) harus di sebagaimana yang dimaksud harus
dukung dengan bukti sebagai memenuhi syarat :
berikut : - Mengajukan secara tertulis
a. Pekerja buruh tertangkap selambat lambatnya 30 hari
tangan. sebelum tanggal pengunduran
b. Ada pengakuan dari diri.
pekerja/buruh yang bersangkutan; - Tidak terikat dalam ikatan dinas.
atau - Tetap melaksanakan kewajiban
c. Bukti lain berupa laporan sampai tanggal mulai
kejadianyang di buat oleh pengunduran diri.
pihak yang berwenang - Yang bersangkutan dengan
perusahaan yang bersangkutan di ketahui atasan nya wajib
dan di dukung oleh sekurang mngembalikan kartu tanda
kurangnya 2 (dua) orang saksi. pengenal, seragam kerja,
2. Pengunduran diri tetapi tidak sesuai dokumen-dokumen,
dengan prosedur perusahaan. peralatan kerja, dan
Pemutusan hubunga kerja ini terjadi perlengkapan-perlengkapan/
karena pekerja yang bersangkutan telah inventaris perusahaan yang
menulis surat pengunduran dirinya dipinjamkan kepadanya dan
kepada perusahaan akan tetapi tidak mempertanggung jawabkan
mengikuti prosedur yang telah di pekerjaan kepada atasanya
tetapkan oleh Peraturan Perusahan sebelum berhenti bekerja.
PT.Ekadharma International Tbk - Bilamana ketentuan-
sebagaimana mestinya. Prosedur ketentuan di atas tidak
tersebut adalah bahwa permohonan terpenuhi, maka pihak
pengunduran diri secara tertulis perusahaan berhak untuk
diajukan selambat-lambatnya 30 hari tidak memberikan Surat
sebelum tanggal mulai berhenti bekerja. pengalaman kerja serta hak
Hal ini dimaksudkan agar perusahaan haknya.
memiliki waktu untuk mencari c. Selanjutnya mengenai
pengganti karyawan tersebut sebelum pengunduran diri akan di atur
akhirnya karyawan tersebut berhenti dalam Keputusan Managemen
bekerja. Hal ini telah di atur di dalam dengan berpedoman pada
Peraturan Perusahaan PT.Ekadharma Peraturan dan Undang-Undang
International Tbk, Pasal 57 tentang yang berlaku.
Pemutusan Hubungan Kerja Atas
Permintaan Karyawan.
50
ISSN: 2502-1672 JURNAL SARMADA
51
ISSN: 2502-1672 JURNAL SARMADA
52