Professional Documents
Culture Documents
18302-Article Text-63474-67601-10-20220530
18302-Article Text-63474-67601-10-20220530
Article Info Abstract: This study aims to reveal and identify the ethical forms of social
media for the millennial generation in Jakarta. Participants involved in this
Article History study amounted to 268 people from a private university in Jakarta. The
Received social media observed were Facebook, Instagram, WhatsApp, and Line. The
31 Jan 2021 research was carried out by distributing online questionnaires, online
Revised interviews, documentation, and non participant observation on the
24 Jan 2022 application of group lectures and student affairs group. The results show
Accepted that the use of language in social media is largely determined by the
12 Feb 2022 relationship between participants. Lecturer relations with students tend to
use formal language, while with non-formal colleagues. Forms of social
media etiquette include not offending other people, rereading messages
Keywords: before sent, choosing the right time, choosing polite words to ask for
‘alay’ language, permission, saying greetings, saying thank you, introducing yourself, and
ethic, politeness not interrupting the conversation. Nevertheless, violations of
language, social communication ethics in the form of dirty and rude speech (sarcasm)
media, sarcasm addressed to colleagues and the party being discussed are still found.
Copyright © 2022 Authors. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License (http://creativecommons.org/licences/by-sa/4.0/)
129
PENDAHULUAN atau emosi ke dalam kata-kata, gambar,
atau foto, bahkan meneruskan berita
Perkembangan pesat teknologi
(Wood, 2011). Keleluasaan ruang untuk
informasi dan komunikasi (TIK) telah
berbagi ini tidak jarang menyebabkan
mengubah gaya hidup manusia. Jejaring
ujaran yang menyinggung perasaan,
sosial, seperti media sosial, sudah
menyakiti secara tidak langsung, mem-
mendominasi komunikasi di dunia maya.
bully, baik kepada mitra bicara maupun
Media sosial memberi kemudahan dalam
pihak di luar mitra bicara. Inilah yang
berkomunikasi tanpa terhalang ruang dan
dikatakan dewasa ini telah terjadi krisis
waktu untuk menjalin pertemanan atau
etika (Astajaya, 2020).
sekadar bertukar informasi. Keberadaan
media sosial menggerakkan semua Arus komunikasi di media sosial
pengguna untuk bereaksi memberi umpan seperti dalam kehidupan nyata tidak luput
balik secara terang-terangan, dari pentingnya menjunjung tinggi etika
mengomentari, dan membagikan berkomunikasi. Kebebasan di media sosial
informasi dalam waktu yang cepat dan bukanlah kebebasan tanpa batas.
tidak terbatas (Cahyono, 2016; Wood, Sebaliknya, perlu tetap memperhatikan
2011). Pengguna media sosial secara tidak nilai, norma, dan aturan kemanusiaan
disadari telah membentuk suatu layaknya berinteraksi di dunia nyata
komunitas virtual (Fahrimal, 2018). (Besley & Chadwick, 1992; Fahrimal,
2018). Etika bukan sekadar tuturan yang
Pemakaian TIK yang begitu bebas
dituliskan, melainkan juga ada maksud
dan terbuka berdampak negatif bagi
baik yang dinyatakan dengan kesabaran
penggunanya. Misalnya, pengguna tidak
dan empati dalam berkomunikasi sehingga
selektif atas konten yang pantas atau tidak
menciptakan keharmonisan berkomuni-
pantas untuk disampaikan dan
kasi, saling menghargai, saling
disebarluaskan. Selain itu, penggunaan
mendukung, dan saling menghormati di
bahasa di media sosial sudah menyimpang
antara sesama pengguna media sosial
dari kaidah-kaidah bahasa Indonesia
(Johannesen et al., 2008; Mutiah et al.,
(Maulidi, 2015). Ini menunjukkan bahwa
2019).
sepertinya tidak ada koridor-koridor yang
ketat dalam berkomunikasi di media sosial Etika berkomunikasi erat
jikapun ada, hal itu tidak diperhatikan. kaitannya dengan penggunaan bahasa
Akibatnya, banyak terjadi pelanggaran tata yang santun, tidak menjurus dan
krama dalam berkomunikasi (Syaeba, membangkitkan emosi negatif,
2016). menghindari SARA, berhati-hati
menyebarkan foto yang tidak umum
Media sosial dan internet telah
(Rachman & Jakob, 2020); tidak mem-
menimbulkan masalah pertentangan nilai
bully, mengatakan sesuatu dengan baik,
etis dan moral (Besley & Chadwick, 1992;
membaca kembali apa yang ditulis,
Fahrimal, 2018). Etika di media sosial
menyapa seseorang, dan mengecek pesan
dikesampingkan karena keleluasaan yang
sebelum dikirim (Chrystal, 2006;
difasilitasi media sosial sebagai ruang
Johannesen et al., 2008). Pranowo
untuk berinteraksi dan berkomunikasi.
menambahkan bahwa untuk berbicara
Dengan media sosial, pengguna dengan
santun, perlu memperhatikan, antara lain
mudah mencari atau menambah teman,
kesadaran penutur dalam menjaga
menginformasikan sesuatu, mengemukakan
perasaan petutur, menjaga tuturan agar
perasaan atau ide, mengungkapkan rasa
dapat diterima petutur, menjaga tuturan
40%
60%
Ya Tidak
Pemilihan bahasa dalam media bahasa yang baku, kalau udah dekat,
sosial didasari atas siapa dan bagaimana saya lebih santai gitu Bu, tapi tetep
status sosial mitra bicara. Dengan dosen, bahasa Indonesia yang baik (A,
misalnya, partisipan menggunakan bahasa perempuan,2020)
Indonesia formal agar terkesan santun;
begitu pula kepada orang yang belum Pada Gambar 2 (a) topik
dikenal. Sebaliknya, dengan teman sejawat percakapan mengenai masalah
digunakan bahasa Indonesia nonformal. perkuliahan dan mitra bicara adalah
Hal itu terungkap dalam cuplikan dosen, maka mahasiswa cenderung
wawancara berikut. menggunakan bahasa Indonesia formal.
Untuk menunjukkan keakraban, meskipun
dosen menggunakan bahasa formal,
… saya bedakan atau misalnya
mahasiswa menanggapi secukupnya
seperti tadi chattingan sama dosen ee
mau tanya tentang mata kuliah dengan bahasa sehari-hari bercampur
misalnya di WA saya ketik dulu dengan bahasa internet, yaitu bahasa
bahasanya agar supaya sopan gitu Indonesia nonformal dengan penulisan
Bu, supaya lebih gimana bahasa yang disingkat dan ada perpanjangan
Indonesianya lebih baik. Huruf vokal/konsonan (Chrystal, 2006) (Gambar
kapitalnya ee ada yang besar kalau
2b)
misalnya kalau temen seumuran
kalau saya belum kenal saya pake
Partisipan penelitian ini mengakui kepada siapa pun yang menjadi mitra
mengutamakan tatakrama dalam berko- bicara. Artinya, kaidah bahasa Indonesia
munikasi di media sosial dibandingkan formal tidak menjadi perhatian utama.
dengan kaidah bahasa Indonesia baku Partisipan mengedepankan unsur etika
9%
28%
66%
Untuk mengurangi respon negatif kan ada orang yang suka, ada
dari pesan yang akan disampaikan, orang yang gak suka opini saya,
partisipan mencermati kembali kata-kata Jadi, saya harus baca dulu
yang digunakan dengan membaca ulang takutnya saya salah ngomong
lagi (E, perempuan, 2020).
pesan sebelum dikirim. Hal yang sama
diungkapkan oleh Chrystal (2006). Penelitian ini menemukan bahwa
Namun, jika hanya memberi tanggapan partisipan menganggap berkomunikasi
singkat, partisipan tidak merasa perlu secara etis ditujukan kepada siapa pun,
membaca ulang sebelum dikirim, seperti tidak memandang usia dan status.
dinyatakan partisipan berikut. Perbedaannya hanya pada penggunaan
bahasa. Kepada yang lebih tua, bahasa
Tergantung, kalau kontennya yang digunakan lebih formal, sedangkan
untuk seru-seruan doang, e kepada yang sebaya lebih santai,
saya gak baca lagi, tapi untuk
menggunakan bahasa sehari-hari, seperti
sifatnya informatif yang
pengaruhi orang banyak, itu diungkap berikut.
saya baca lagi, ada kalimat yang
perlu saya tulis lagi, ada lagi Beretika ya kepada orang yang
kalimat yang perlu saya lebih tua, dosen pengajar, terus
tambahkan (J, laki-laki, 2020). lebih lagi ke orang yang tidak
kenal dekat gitu loh, Pak…(V,
Ya, di media sosial dibaca ulang perempuan, 2020).
lagi, masalahnya kalau kita
posting sesuatu, saya bukannya …kalo kesopanan itu gak
ngomong panjang saya maen tergantung dari orang tua atau
aman, saya fotonya di satu sebaya karna kesopanan itu kan
tempat saya cuma kasih tulisan seharusnya dilakukan ke setiap
apa caption itu yang pendek saat gitu, kan, Pak, jadi saya
aja, cuma tempat sama tahun. sendiri kalau berkomunikasi
Biar gak- gak- kalau panjang- dengan teman sebaya juga tetap
panjang takutnya entar kayak menjaga kesopanan gitu, tapi
sekarang, lagi ngebahas materi kan berbeda kan dari segi
apa trus saya post tulisan saya bahasa yang dipakai aja kalo
yang agak panjang, takutnya itu saya. (V, perempuan, 2020)
7%
28%
65%
Ya kadang tidak
84%
68%
57% 56%
45% 44%
38%
sapa nama kenalkan diri awali dengan tutup dengan pilih kata yang jaga perasaan berkata jujur
mitra salam sopan tepat mitra
No. Bentuk
1 Tidak menyinggung perasaan orang lain
2 Membaca ulang pesan sebelum dikirim
3 Memilih waktu pengiriman yang tepat
4 Memilih kata-kata yang sopan dan positif
5 Mengucapkan salam
6 Mengucapkan terima kasih
7 Memperkenalkan diri
8 Tidak menginterupsi
9 Berkata jujur
10 Menyapa dengan hormat
11 Meminta izin dengan menggunakan kata boleh
12 Menggunakan prapermintaan
13 Mengendalikan emosi
(a) (b)
(c)
Abbas, J., Aman, J., Nurunnabi, M., & Fahrimal, Y. (2018). Netiquette: Etika
Bano, S. (2019). The impact of social jejaring sosial generasi milenial dalam
media on learning behavior for media sosial. Jurnal Penelitian Pers
sustainable education: Evidence of dan Komunikasi Pembangunan,
students from selected universities in 22(1), 69–78.
Pakistan. Sustainability https://doi.org/10.46426/jp2kp.v22i1
(Switzerland), 11(6), 1–23. .82
https://doi.org/10.3390/su11061683
Hymes, D. (1974). Model of interaction of
Abbasova, M. (2019). Language of social language and social life. In Gumperz &
media: An investigation of the changes D. Hymes (Eds.), Direction in
that soft media has imposed on Sosiolinguistic. Hold & Rinehart and
language use. 9th International Winston.
Research Conference on Education,
Language and Literature, May, 309– Hyun, S. do, & Ru, Y. N. (2021). The power
314. of language. Haru Indonesia.
Afriani, F., & Azmi, A. (2020). Penerapan Johannesen, R. L., Valde, K. S., & Whedbee,
etika komunikasi di media sosial: K. E. (2008). Ethics in human
Analisis pada grup whatsapps communication. Waveland Press Inc.
mahasiswa PPKn tahun masuk 2016
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Rachman, E., & Jakob, E. (2020). Social
Negeri Padang. Journal of Civic media: Friend or foe? Kompas, 7.
Education, 3(3), 331–338.
Latif, Y. (2020). Pendidikan yang
Astajaya, I. K. M. (2020). Etika komunikasi berkebudayaan. Gramedia.
di media sosial. Widya Duta, 15(1),
81–95. Manan, N. A. (2018). Etika bahasa dalam
komunikasi media sosial (Studi kasus
Besley, A., & Chadwick, R. (1992). Ethical pada mahasiswa PGSD STIKP
issues in jorunalism and the media. Muhammadiyah Kuningan). Jurnal
Roudledge. Ilmiah Educater, 4(1), 25–35.
Brown, P., & Levinson, S. C. (1987). Marliadi, R. (2019). Tindak tutur ekspresif
Politeness some universals in pujian dan celaan terhadap pejabat
language usage. Cambridge negara di media sosial. Jurnal Bahasa,
University Press. Sastra dan Pembelajarannya (JBSP),
9(2), 132–141.
Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh media
sosial terhadap perubahan sosial Maulidi, A. (2015). Kesantunan berbahasa
masyarakat di Indonesia. Publiciana, pada media jejaring sosial Facebook.
9(1), 140–157. E-Journal Bahasantodea, 3(4), 42–
49.
Chaer, A. (2010). Kesantunan berbahasa. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/inde
Rineka Cipta. x.php/Bahasantodea/article/view/63
28.
Chrystal, D. (2006). Language and the
internet. Cambrdige. Mutiah, T., Albar, I., Fitriyanto, & Rafiq, A.
(2019). Etika komunikasi dalam
Diana, N. (2016). Pengaruh teknologi menggunakan media sosial. Global
informasi dan komunikasi terhadap Komunika, 1(1), 14–24.
etika berbahasa mahasiswa. Al
Mabhats, 1(1), 134–147.
Pranowo. (2012). Berbahasa secara Townsend, L., & Wallace, C. (2017). Social
santun. Pustaka Pelajar. media resetarch: A Guide to ethics. In
Advances in Research Ethics and
Rianto, P. (2019). Literasi digital dan etika Integrity (Vol. 2, pp. 189–207).
media sosial di era post-truth.
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, Tsui, Am. B. M. (1995). English
8(2), 24. conversation. Oxford University
https://doi.org/10.14710/interaksi.8. Press.
2.24-35.
Wahyudin, U., & Karimah, K. E. (2017).
Santoso, I. E., & dkk. (2020). Mendidik Etika komunikasi di media sosial.
generasi milenial cerdas berkarakter. Prosiding Komunikasi 1(2).
Kanisius.
Wood, J. T. (2011). Communication
Searle, J. R. (1969). Speech act. Cambridge mosaics: An introduction to the field
University Press. of communication. Wadsworth.