Professional Documents
Culture Documents
25498-Article Text-74877-81501-10-20221221
25498-Article Text-74877-81501-10-20221221
Corresponding Author:
Copyright © 2022 Universitas Islam Indonesia
Ali Murtopo, All rights reserved
a.m@untidar.ac.id
dampak yang kurang baik seperti dalam Teori EYM ini digunakan untuk mencari
pembuatan menghasilkan polusi, serta beban pada titik leleh suatu sambungan dan
merupakan bahan yang tidak dapat diperbarui tidak digunakan untuk menentukan beban
(Ismayadi, 2018). Penggunaan pasak kayu maksimum sedangkan untuk menentukan titik
akan membantu mencegah perusakan warna leleh digunakan metode offset 5% diameter
natural pada kayu dan tidak meninggalkan (Sulistyo, 2018). Pengaplikasian metode ini
bekas karat. Pada kayu dengan menggunakan menggambarkan garis yang sejajar dengan
sambungan dua tampang tahanan lateral garis daerah elastic pada grafik hubungan
acuan diambil dari dua kali tahanan acuan beban-penurunan pengujian kuat sambungan.
satu tampang terkecil (Ayubi, 2020). Perpotongan kedua garis ditentukan sebagai
titik leleh. Diameter 5% offset merupakan
Kuat geser yang tinggi pada WPC
diameter dari alat sambungan.
memunculkan pemikiran untuk menggunakan
WPC Jati sebagai alat sambung pasak, maka Mode Kegagalan Sambungan
perlu dilakukan perhitungan kapasitas
Menurut National Design Specification
sambungan pasak WPC Jati pada MDF. Hasil
(2018) terdapat empat mode kegagalan yang
penelitian ini diharapkan mampu tercipta
terjadi pada sambungan kayu dengan metode
inovasi baru berkaitan dengan alat sambung
sambungan dua tampang. Keempat mode
pasak WPC.
kegagalan tersebut dapat dilihat pada Gambar
Sambungan Dua Tampang 3.
Sambungan dua tampang pada kayu adalah
sambungan yang menyambungkan tiga
batang kayu, lihat Gambar 2.
ℓ
Fem = kekuatan tumpu pasak pada
𝑅 = ℓ
(6) komponen struktur utama (MPa)
Fes = kekuatan tumpu pasak pada
𝑅 = (7) komponen struktur samping (MPa)
Keterangan : Fyb = kekuatan leleh pasak (MPa)
D = diameter pasak (mm) Rd = faktor reduksi, dapat dilihat pada
ℓm = panjang tumpu pasak pada Tabel 2
komponen struktur utama (mm)
Tabel 2. Faktor Reduksi (NDS, 2018) didapat dari perngujian berat jenis. Makin
Ukuran alat Mode Faktor besar berat jenis kayu, umumnya semakin
sambung kelelehan Reduksi kuat kayunya (Ismayadi, 2018). Perhitungan
Im, Is 4 Kθ nilai kuat tumpu menggunakan persamaan:
6,35 mm ≤ D II 3,6 Kθ /
≤ 25,4 mm G = (9)
IIIm, IIIs, IV 3,2 Kθ
Fe┴ = 185 G1,45 / √𝐷 (10)
Im, Is, II, IIIm,
D ≤ 6,35 mm KD
IIIs, IV Keterangan :
G = berat jenis
Kθ = 1 + 0,25 (8)
𝑤 = berat kayu (gr)
θ = sudut maksimum antara arah beban
dan arah serat (0 ≤ θ ≤ 90) dari kayu 𝑣 = volume benda uji (cm3)
pada sambungan 𝛾air = berat volume air (1 gr/cm3)
D = diameter pasak (mm) Fe┴ = kuat tumpu (MPa)
KD = (10D/25,4) + 0,5 D = diameter pasak (mm)
untuk 4,318 mm ≤ D ≤ 6,35 mm Kapasitas Geser Pasak WPC
Kuat Tumpu Kapasitas geser pasak WPC adalah kekuatan
Nilai kuat tumpu adalah nilai beban statis pasak dalam menahan beban. Kapasitas geser
yang mampu ditahan dari deformasi yang pasak dapat dianalis berdasarkan persamaan
timbul akibat beban yang bekerja pada MDF tegangan geser bahan. Persamaan kapasitas
(Sulistyo, 2018). Nilai kuat tumpu MDF geser disajikan dalam persamaan berikut:
Sayekti, dkk - Kekuatan sambungan dua tampang pada MDF dengan alat sambung pasak WPC 107
E-ISSN: 2746-0185
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sampel. Hasil pemeriksaan berat jenis dapat
masing-masing benda uji MDF tergolong dilihat pada Tabel 5.
kering karena mempunyai kadar air dibawah Tabel 5. Berat Jenis Rata-rata
19% (SNI 7973, 2013) .
Kode Benda Volume Berat Berat
Parameter mutu kadar air memberikan Uji (cm3) (gr) Jenis
informasi mengenai persentase kandungan air 1E 128,56 58 0,45
maksimum yang diperbolehkan pada MDF. 2E 128,33 56 0,44
Kadar air pada penelitian ini sesuai dengan 3E 129,13 58 0,45
Vachlepi (2015) yang menyatakan bahwa 4E 127,86 59 0,46
kadar air papan MDF maksimal adalah 13%. 5E 128,90 56 0,43
6E 127,16 58 0,46
Berat Jenis MDF 7E 128,47 56 0,44
Hasil pengujian berat jenis merupakan 8E 129,13 59 0,46
9E 128,93 59 0,46
perbandingan antara berat kayu terhadap
10E 127,76 59 0,46
volumenya pada keadaan kering udara. Berat 11E 128,00 59 0,46
jenis merupakan petunjuk penting dari 12E 127,96 58 0,45
berbagai macam sifat kayu. Jumlah benda uji 13E 128,10 57 0,44
dalam pemeriksaan berat jenis sebanyak 14 14E 127,63 58 0,45
Berat Jenis Rata-rata 0,45
Mode Kegagalan
Kegagalan pada sambungan dipengaruhi oleh kuat tekan MDF dan kuat geser WPC. Mode
kegagalan yang terjadi pada benda uji secara eksperimental rata-rata sama yaitu terjadi kegagalan
pada alat sambung pasak WPC. Apabila didekati dengan metode kegagalan EYM, kegagalan
sambungan mengarah ke mode kegagalan IV, lihat tabel 6.
Tabel 6. Mode Kegagalan Sambungan.
Diameter Pasak Bentuk kegagalan Sketsa mode kegagalan Mode Kegagalan
(mm) eksperimental EYM EYM
6 IV
8 IV
10 IV
12 IV
Dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa semua Tahanan Lateral berdasarkan teori EYM
pasak WPC mengalami kerusakan berupa
Hasil analisis tahanan lateral berdasarkan
patah. Hal ini disebabkan karena pasak
teori EYM dapat dilihat pada Tabel 7.
terbuat dari bahan WPC yang getas. Hal ini
serupa dengan penelitian dari Arnandha
(2016) bahwa WPC mempunyai sifat yang
getas.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Nilai Tahanan Lateral
Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa nilai Tabel 8. Hasil Perhitungan Nilai Kapasitas Geser
tahanan lateral bertambah besar seiring Diameter pasak Kapasitas Geser
dengan bertambahnya diameter pasak WPC. (mm) (N)
Teori EYM sebenarya dikhususkan untuk alat 6 848
sambung baut. Teori yang menyatakan 8 1507
analisis tahanan lateral pasak WPC masih 10 2356
belum ada sehingga dalam hal teoritis 12 3392
didekati dengan teori tersebut. Kapasitas Sambungan
Kapasitas Geser Pasak Benda uji pengujian kuat sambungan MDF
Kegagalan sambungan yang terjadi pada dengan alat sambung pasak WPC berdiameter
pasak WPC adalah keruntuhan geser. Hal ini 6, 8, 10 dan 12 mm masing-masing berjumlah
dikarenakan sifat pasak WPC yang getas. 5 sampel. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Kuat geser WPC berkisar antara 25 sampai Tabel 9. Dapat dilihat bahwa semakin besar
dengan 30 MPa (Wijanarko, 2016). Apabila diameter pasak, kapasitas sambungan juga
ditentukan kuat gesernya adalah 30 MPA, semakin tinggi. Kapasitas sambungan
berdasarkan Persamaan 11, kapasitas geser dipengaruhi kuat tekan MDF yang disambung
pasak secata teoritis disajikan dalam Tabel 8. dan kuat geser dari alat penyambung
berdasarkan mode kegagalan. Berdasarkan
mode kegagalan pada Tabel 6, kerusakan
terjadi pada alat sambung pasak WPC.
Tabel 9. Hasil Pengujian Kuat Sambungan
Sayekti, dkk - Kekuatan sambungan dua tampang pada MDF dengan alat sambung pasak WPC 109
E-ISSN: 2746-0185
4000
3462 3392
3500
3000
2439 2356
Kapasitas (N)
2500
1870
2000
1507
1500
1094
977
1000 848
704
481
500 321
0
6 8 10 12
Diameter Pasak (mm)
Tahanan Lateral Kapasitas Sambungan Eksperimental Kapasitas Geser Pasak WPC
Tabel 10. Selisih tahanan lateral hasil uji eksperimental dan hasil perhitungan teoritis dengan metode
EYM
Diameter Perbedaan terhadap hasil pengujian eksperimental
pasak (mm) Hasil Uji Eksperimental Teori EYM
6 23% 71 %
8 19% 74%
10 3% 71%
12 2% 72%
Dapat dilihat pada tabel 3 bahwa selisih antara Hubungan Diameter Baut dengan Kapasitas
hasil pengujian eksperimental dan teori EYM Sambungan
cukup tinggi, lebih dari 70%. Selisih
Hubungan diameter baut dengan kapasitas
perbedaan dengan metode kapasitas geser
sambungan pada penelitian ini dilakukan
(teori tegangan geser) lebih mendekati hasil
untuk mengetahui pengaruh variasi diameter
pengujian eksperimental. Kondisi ini bisa
pada peningkatan nilai kapasitas sambungan
menjadi masukan bagi teori yang ada terkait
dua tampang. Upaya untuk mengetahui nilai
pemilihan WPC sebagai pasak dan MDF
regresi dari pengaruh persentase diameter
sebagai bahan struktural.
setiap variasi sambungan terhadap nilai
kapasitas sambungan.
110 Teknisia, Vol. 27, No. 02, November 2022
E-ISSN: 2746-0185
4000
Kapasitas Sambungan (N) 3500 y = 16.233x2 + 91.152x
3000 R² = 0.9927
2500
2000
1500
1000
500
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Diameter Pasak (mm)
Sayekti, dkk - Kekuatan sambungan dua tampang pada MDF dengan alat sambung pasak WPC 111
E-ISSN: 2746-0185