Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Teknisia

Vol. 27, No. 02, November 2022, pp.103-112


E-ISSN: 2746-0185 103

Kekuatan sambungan dua tampang pada MDF dengan alat


sambung pasak WPC

Elmi Nur Sayekti1, Ali Murtopo2,* dan Yudhi Arnandha3


1,2,3
Jurusan Teknik Sipil Universitas Tidar, Jawa Tengah

Article Info Abstract


MDF (Medium Density Fiberboard) and WPC (Wood Plastic Composite)
Article history:
are innovative results of using sawdust waste to overcome the problem of
Received: Sep 16, 2022 wood scarcity. This study used a WPC Teak dowel because it has high
Revised: Dec 3, 2022 shear strength and does not cause rust marks. This study was conducted
Accepted: Dec 11, 2022 to determine the value of the MDF connection capacity using WPC Teak
Available online: dowel connectors and to determine the connection failure mode based on
Dec 20, 2022
the EYM (European Yield Model) theory. This study used a WPC Teak
dowel with a diameter of 6 mm, 8 mm, 10 mm, and 12 mm. The type of
Keywords: connection is a double-shear wooden joint using MDF. The test was
carried out at the Structural Laboratory, Civil Engineering Department,
Connection capacity, Tidar University using a Compression Testing Machine to get the value of
MDF,
the connection capacity and test failure mode based on the MDF bearing
WPC dowel.
strength and WPC Teak post failure referring to ASTM D764-97a. The test
results obtained an average connection capacity value WPC dowel with a
diameter of 6 mm, 8 mm, 10 mm, and 12 mm, respectively, which was 1094
N; 1870 N; 2439 N; and 3462. The highest average connection capacity
value at 12 mm diameter was 3462 N, and the lowest at 6 mm was 1094 N.

Corresponding Author:
Copyright © 2022 Universitas Islam Indonesia
Ali Murtopo, All rights reserved
a.m@untidar.ac.id

Pendahuluan berhasil dikembangkan, MDF dan WPC


disajikan dalam Gambar 1.
Kayu merupakan salah satu sumber daya alam
yang dapat diperbarui dan banyak ditemukan MDF adalah olahan kayu berupa papan
di Indonesia. Kayu sering digunakan untuk terbuat dari sisa potongan kayu dan campuran
berbagai keperluan seperti bahan bangunan resin yang dipadatkan dengan diberi tekanan.
dan bahan furniture. Tingginya kebutuhan MDF memiliki permukaan yang halus dan
kayu menyebabkan ketersediaan kayu harga yang relatif murah sehingga sering
semakin berkurang, maka penggunaan harus digunakan sebagai bahan pembuatan furniture
dilakukan secara efisien dan bijaksana seperti meja, lemari, kusen jendela dan pintu.
terutama dalam pemanfaatan limbah. MDF lebih fleksibel dalam penggunaannya
dibandingkan kayu lapis dan papan partikel.
Limbah kayu yang tidak bermanfaat sering
Produksi papan serat dari sisa-sisa produksi
kali terbuang maka pemanfaatannya
kayu merupakan salah satu solusi untuk
dilakukan dengan mendaur ulang sisa
mengatasi masalah kelangkaan kayu (Putra,
potongan kayu atau serbuk gergaji sehingga
2014).
menghasilkan bahan yang ramah lingkungan
(Ayubi, 2020). MDF (Medium Density
Fiberboard) dan WPC (Wood Plastic
Composite) merupakan contoh hasil dari
inovasi pemanfaatan limbah kayu yang
E-ISSN: 2746-0185

ataupun bambu, hal ini membuat MDF ramah


lingkungan. Bentuk MDF biasanya berupa
papan atau lembaran sesuai kebutuhan. MDF
sangat fleksibel sehingga mudah dibentuk.
MDF lebih berat dari plywood dan particle
board karena memakai campuran bahan kimia
resin (Tanubrata, 2015).
MDF memiliki kelebihan lebih halus bila
dibandingkan plywood, ikatan antar
materialnya kuat karena bukan hanya
direkatkan namun juga diberi tekanan (Aruan,
2019)
(a)
WPC adalah bahan struktur pengganti kayu
yang terbuat dari limbah serbuk kayu dan
limbah polimer plastik HDPE (High Density
Polyethylene). WPC memiliki permukaan
yang lebih halus, murah, bahan bakunya
melimpah, kedap air, anti rayap dan anti
jamur sehingga penggunaanya awet dan tahan
lama. WPC banyak digunakan untuk
keperluan interior dan exterior seperti
penutup lantai, dinding, pagar, dan plafon.
WPC memiliki kuat geser yang tinggi bila
dibandingkan dengan kayu, itu
memungkinkan digunakannya WPC sebagai
(b) material struktural, namun masih sebatas pada
Gambar 1. (a) Papan MDF, dan (b) balok WPC.
struktural yang membutuhkan kuat geser saja
(Arnandha, 2016).
MDF adalah papan kayu dengan penyebaran
serat berkerapatan sedang (0,4-0,8) g/cm3. Penggunaan WPC untuk material struktural
Kadar air maksimum papan serat adalah 13%. sangat jarang ditemukan, karena sejak awal
MDF mempunyai kerapatan dan kekerasan diperkenalkan WPC lebih banyak digunakan
yang seragam dibandingkan panel atau papan untuk material non struktural. Beberapa
serat lainnya sehingga penggunaanya peneliti telah meneliti sifat fisik dan mekanis
semakin banyak seperti mebel, interior, WPC sebagai komponen struktur, salah
bingkai jendela, pintu, dan bahan dekoratif satunya adalah kuat geser. WPC mempunyai
lainnya (Vachlepi, 2015). kuat geser 25-30 MPa, lebih tinggi
dibandingkan dengan papan kayu lapis
Bahan MDF biasa dipakai untuk furniture maupun kayu pada umumnya. WPC memiliki
praktis yang diproduksi masal oleh pabrik. potensi untuk digunakan sebagai dinding
Sistem knock down digunakan hampir di geser (Wijanarko, 2016). Penelitian yang
semua industri furniture dengan dilakukan oleh Sudrajad (2020) didapatkan
menggunakan dowel atau connecting bolt bahwa kuat lentur WPC adalah 21,47 MPa.
yang membuat produk dapat dibongkar
pasang dengan mudah (Putra, 2014). Sambungan dua tampang merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan kekakuan
MDF terbuat dari kombinasi serat kayu dan batang kayu khususnya pada struktur kuda-
serbuk kayu halus yang dipadatkan dengan kuda, pada umumnya sambungan
suhu dan tekanan yang tinggi dengan bantuan menggunakan baut atau paku sebagai alat
resin dalam prosesnya. Kayu yang dipakai sambung. Penggunaan bahan logam memiliki
biasanya diambil dari kayu sisa perkebunan
104 Teknisia, Vol. 27, No. 02, November 2022
E-ISSN: 2746-0185

dampak yang kurang baik seperti dalam Teori EYM ini digunakan untuk mencari
pembuatan menghasilkan polusi, serta beban pada titik leleh suatu sambungan dan
merupakan bahan yang tidak dapat diperbarui tidak digunakan untuk menentukan beban
(Ismayadi, 2018). Penggunaan pasak kayu maksimum sedangkan untuk menentukan titik
akan membantu mencegah perusakan warna leleh digunakan metode offset 5% diameter
natural pada kayu dan tidak meninggalkan (Sulistyo, 2018). Pengaplikasian metode ini
bekas karat. Pada kayu dengan menggunakan menggambarkan garis yang sejajar dengan
sambungan dua tampang tahanan lateral garis daerah elastic pada grafik hubungan
acuan diambil dari dua kali tahanan acuan beban-penurunan pengujian kuat sambungan.
satu tampang terkecil (Ayubi, 2020). Perpotongan kedua garis ditentukan sebagai
titik leleh. Diameter 5% offset merupakan
Kuat geser yang tinggi pada WPC
diameter dari alat sambungan.
memunculkan pemikiran untuk menggunakan
WPC Jati sebagai alat sambung pasak, maka Mode Kegagalan Sambungan
perlu dilakukan perhitungan kapasitas
Menurut National Design Specification
sambungan pasak WPC Jati pada MDF. Hasil
(2018) terdapat empat mode kegagalan yang
penelitian ini diharapkan mampu tercipta
terjadi pada sambungan kayu dengan metode
inovasi baru berkaitan dengan alat sambung
sambungan dua tampang. Keempat mode
pasak WPC.
kegagalan tersebut dapat dilihat pada Gambar
Sambungan Dua Tampang 3.
Sambungan dua tampang pada kayu adalah
sambungan yang menyambungkan tiga
batang kayu, lihat Gambar 2.

Gambar 3. Mode Kegagalan Sambungan


(NDS, 2018)

Nilai desain lateral (Z) dengan alat sambung


Gambar 2. Sketsa Kayu Metode Dua Tampang pasak menggunakan dua tampang yang
(SNI 7973:2013) menggabungkan 3 spesimen dapat dilihat
pada persamaan berikut:
EYM (European Yield Model)
Mode kegagalan Im :
EYM (European Yield Model) merupakan

teori yang menjadi acuan untuk perhitungan Z= (1)
kekuatan sambungan kayu sebagai dasar Mode kegagalan Is :
National Design Spesification (NDS) for

Wood Construction. Beberapa asumsi yang Z= (2)
digunakan dalam teori EYM (Wijanarko,
Mode kegagalan IIIs :
2016), antara lain:

a. Pembebanan pada alat sambung Z= ( )
(3)
diasumsikan terdistribusi merata dan Mode kegagalan IV :
arahnya tegak lurus dengan sumbu
utama alat sambung. Z= (4)
b. Alat sambung berperilaku plastis ( )
sempurna. dengan,
c. Gaya gesek yang terjadi diantara kayu
utama dengan kayu samping diabaikan.
Sayekti, dkk - Kekuatan sambungan dua tampang pada MDF dengan alat sambung pasak WPC 105
E-ISSN: 2746-0185

( ) ( ) ℓs = panjang tumpu pasak pada


𝐾 = (−1) + + ℓ
(5) komponen struktur samping (mm)


Fem = kekuatan tumpu pasak pada
𝑅 = ℓ
(6) komponen struktur utama (MPa)
Fes = kekuatan tumpu pasak pada
𝑅 = (7) komponen struktur samping (MPa)
Keterangan : Fyb = kekuatan leleh pasak (MPa)
D = diameter pasak (mm) Rd = faktor reduksi, dapat dilihat pada
ℓm = panjang tumpu pasak pada Tabel 2
komponen struktur utama (mm)

Tabel 1 Mode Kegagalan Sambungan (NDS, 2018)


Mode
Deskripsi
Kegagalan
Kegagalan tumpu pada komponen kayu samping dan alat sambung belum
Im
mengalami kegagalan/masih bersifat elastis
Kegagalan tumpu pada komponen kayu samping dan alat sambung belum
Is
mengalami kegagalan/masih bersifat elastis
Kegagalan tumpu pada kayu samping disertai dengan satu sendi plastis pada alat
IIIs
sambung dalam satu bidang geser
IV Terbentuknya dua sendi plastis pada alat sambung dalam satu bidang geser

Tabel 2. Faktor Reduksi (NDS, 2018) didapat dari perngujian berat jenis. Makin
Ukuran alat Mode Faktor besar berat jenis kayu, umumnya semakin
sambung kelelehan Reduksi kuat kayunya (Ismayadi, 2018). Perhitungan
Im, Is 4 Kθ nilai kuat tumpu menggunakan persamaan:
6,35 mm ≤ D II 3,6 Kθ /
≤ 25,4 mm G = (9)
IIIm, IIIs, IV 3,2 Kθ
Fe┴ = 185 G1,45 / √𝐷 (10)
Im, Is, II, IIIm,
D ≤ 6,35 mm KD
IIIs, IV Keterangan :
G = berat jenis
Kθ = 1 + 0,25 (8)
𝑤 = berat kayu (gr)
θ = sudut maksimum antara arah beban
dan arah serat (0 ≤ θ ≤ 90) dari kayu 𝑣 = volume benda uji (cm3)
pada sambungan 𝛾air = berat volume air (1 gr/cm3)
D = diameter pasak (mm) Fe┴ = kuat tumpu (MPa)
KD = (10D/25,4) + 0,5 D = diameter pasak (mm)
untuk 4,318 mm ≤ D ≤ 6,35 mm Kapasitas Geser Pasak WPC
Kuat Tumpu Kapasitas geser pasak WPC adalah kekuatan
Nilai kuat tumpu adalah nilai beban statis pasak dalam menahan beban. Kapasitas geser
yang mampu ditahan dari deformasi yang pasak dapat dianalis berdasarkan persamaan
timbul akibat beban yang bekerja pada MDF tegangan geser bahan. Persamaan kapasitas
(Sulistyo, 2018). Nilai kuat tumpu MDF geser disajikan dalam persamaan berikut:

106 Teknisia, Vol. 27, No. 02, November 2022


E-ISSN: 2746-0185

P = (11) Test Method for Evaluating Dowel-Bearing


Strength of Wood and Wood-Based Product).
Keterangan: Benda uji kayu berupa papan MDF yang
P = kapasitas geser (N) dipotong menjadi menjadi ukuran tertentu,
lihat Tabel 3. Kemudian disambung dengan
𝜏 = tegangan geser (MPa) pasak dari WPC. Diameter pasak yang
A = luas bidang geser (mm2) dipakai antara lain 6, 8, 10 dan 12 mm. Tebal
benda uji MDF adalah 18 mm. Lebih kecil
Metode dari ukuran minimum ASTM D5764-7a
Standart benda uji dan standart pengujian karena ukuran paling tebal di pasaran adalah
mengacu pada ASTM D5764-7a (Standard ukuran tersebut.

Tabel 3. Dimensi Benda Uji


Ukuran Minimum (mm)
Parameter Dimensi Ukuran MDF (mm)
(ASTM D5764-97a)
Tebal 38 18
Lebar 50 60
Panjang tepi terbebani 50 90
Panjang tepi tidak terbebani 25 40

Pengujian dilakukan dengan memberikan Hasil dan Pembahasan


beban pada sambungan dua tampang MDF
Kadar Air MDF
dengan pasak WPC. Pembebanan dapat
dilihat pada Gambar 4. Pengujian kadar air dilakukan dengan
menggunakan alat Moisture Meter. Jumlah
pengulangan dalam pemeriksaan kadar air
sebanyak 10 kali untuk masing-masing
tampang (Gambar 5). Hasil pemeriksaan
kadar air rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.

Gambar 4. Pengujian Kuat Sambungan


Gambar 5. Tampang yang diuji
Pengujian pendahuluan dilakukan untuk
mengetahui sifat MDF. Pengujian yang Tabel 4. Hasil uji kadar air
dilakukan antara lain adalah pengujian kadar
Kadar air rata-rata
air dan berat jenis. Nilai kapasitas sambungan Tampang
(%)
dan tahanan lateral dari hasil pengujian akan Tampang 1 8,69
dianalisis berdasarkan metode European Tampang 2 8,88
Yield Model (EYM). Tampang 3 8,76

Sayekti, dkk - Kekuatan sambungan dua tampang pada MDF dengan alat sambung pasak WPC 107
E-ISSN: 2746-0185

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sampel. Hasil pemeriksaan berat jenis dapat
masing-masing benda uji MDF tergolong dilihat pada Tabel 5.
kering karena mempunyai kadar air dibawah Tabel 5. Berat Jenis Rata-rata
19% (SNI 7973, 2013) .
Kode Benda Volume Berat Berat
Parameter mutu kadar air memberikan Uji (cm3) (gr) Jenis
informasi mengenai persentase kandungan air 1E 128,56 58 0,45
maksimum yang diperbolehkan pada MDF. 2E 128,33 56 0,44
Kadar air pada penelitian ini sesuai dengan 3E 129,13 58 0,45
Vachlepi (2015) yang menyatakan bahwa 4E 127,86 59 0,46
kadar air papan MDF maksimal adalah 13%. 5E 128,90 56 0,43
6E 127,16 58 0,46
Berat Jenis MDF 7E 128,47 56 0,44
Hasil pengujian berat jenis merupakan 8E 129,13 59 0,46
9E 128,93 59 0,46
perbandingan antara berat kayu terhadap
10E 127,76 59 0,46
volumenya pada keadaan kering udara. Berat 11E 128,00 59 0,46
jenis merupakan petunjuk penting dari 12E 127,96 58 0,45
berbagai macam sifat kayu. Jumlah benda uji 13E 128,10 57 0,44
dalam pemeriksaan berat jenis sebanyak 14 14E 127,63 58 0,45
Berat Jenis Rata-rata 0,45

Mode Kegagalan
Kegagalan pada sambungan dipengaruhi oleh kuat tekan MDF dan kuat geser WPC. Mode
kegagalan yang terjadi pada benda uji secara eksperimental rata-rata sama yaitu terjadi kegagalan
pada alat sambung pasak WPC. Apabila didekati dengan metode kegagalan EYM, kegagalan
sambungan mengarah ke mode kegagalan IV, lihat tabel 6.
Tabel 6. Mode Kegagalan Sambungan.
Diameter Pasak Bentuk kegagalan Sketsa mode kegagalan Mode Kegagalan
(mm) eksperimental EYM EYM
6 IV

8 IV

10 IV

12 IV

108 Teknisia, Vol. 27, No. 02, November 2022


E-ISSN: 2746-0185

Dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa semua Tahanan Lateral berdasarkan teori EYM
pasak WPC mengalami kerusakan berupa
Hasil analisis tahanan lateral berdasarkan
patah. Hal ini disebabkan karena pasak
teori EYM dapat dilihat pada Tabel 7.
terbuat dari bahan WPC yang getas. Hal ini
serupa dengan penelitian dari Arnandha
(2016) bahwa WPC mempunyai sifat yang
getas.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Nilai Tahanan Lateral

Tahanan Lateral Diameter Pasak


Perhitungan (N) 6 (mm) 8 (mm) 10 (mm) 12 (mm)
Benda Uji 1 322 485 704 971
Benda Uji 2 317 474 704 971
Benda Uji 3 322 485 704 986
Benda Uji 4 322 474 704 971
Benda Uji 5 322 485 704 986
Rata-rata (N) 321 481 704 977

Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa nilai Tabel 8. Hasil Perhitungan Nilai Kapasitas Geser
tahanan lateral bertambah besar seiring Diameter pasak Kapasitas Geser
dengan bertambahnya diameter pasak WPC. (mm) (N)
Teori EYM sebenarya dikhususkan untuk alat 6 848
sambung baut. Teori yang menyatakan 8 1507
analisis tahanan lateral pasak WPC masih 10 2356
belum ada sehingga dalam hal teoritis 12 3392
didekati dengan teori tersebut. Kapasitas Sambungan
Kapasitas Geser Pasak Benda uji pengujian kuat sambungan MDF
Kegagalan sambungan yang terjadi pada dengan alat sambung pasak WPC berdiameter
pasak WPC adalah keruntuhan geser. Hal ini 6, 8, 10 dan 12 mm masing-masing berjumlah
dikarenakan sifat pasak WPC yang getas. 5 sampel. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Kuat geser WPC berkisar antara 25 sampai Tabel 9. Dapat dilihat bahwa semakin besar
dengan 30 MPa (Wijanarko, 2016). Apabila diameter pasak, kapasitas sambungan juga
ditentukan kuat gesernya adalah 30 MPA, semakin tinggi. Kapasitas sambungan
berdasarkan Persamaan 11, kapasitas geser dipengaruhi kuat tekan MDF yang disambung
pasak secata teoritis disajikan dalam Tabel 8. dan kuat geser dari alat penyambung
berdasarkan mode kegagalan. Berdasarkan
mode kegagalan pada Tabel 6, kerusakan
terjadi pada alat sambung pasak WPC.
Tabel 9. Hasil Pengujian Kuat Sambungan

Tahanan Lateral Diameter Pasak (mm)


Perhitungan (N) 6 (mm) 8 (mm) 10 (mm) 12 (mm)
Benda Uji 1 1117 2038 2383 2877
Benda Uji 2 1035 1775 2564 3222
Benda Uji 3 1117 2038 2219 3929
Benda Uji 4 1167 1726 2219 3255
Benda Uji 5 1035 1775 2811 4027
Rata-rata (N) 1094 1870 2439 3462

Sayekti, dkk - Kekuatan sambungan dua tampang pada MDF dengan alat sambung pasak WPC 109
E-ISSN: 2746-0185

4000
3462 3392
3500
3000
2439 2356
Kapasitas (N)

2500
1870
2000
1507
1500
1094
977
1000 848
704
481
500 321

0
6 8 10 12
Diameter Pasak (mm)
Tahanan Lateral Kapasitas Sambungan Eksperimental Kapasitas Geser Pasak WPC

Gambar 6. Perbandingan tahanan lateral dan kapasitas sambungan.


Apabila dibandingkan dengan kapasitas pada metode kelelehan elastis sedangkan
sambungan dan kapasitas geser, nilai tahanan pasak WPC yang relatif getas kegagalanya
lateral berdasarkan hasil pengujian lebih berupa kepatahan pada pertemuan tampang.
rendah (Gambar 6). Nilai tahanan lateral lebih
Apabila dibandingkan, selisih tahanan lateral
rendah karena proses analisis dilakukan
hasil uji eksperimental terhadap hasil
dengan teori EYM yang dipakai untuk
perhitungan teoritis kapasitas geser pasak dan
perhitungan sambungan baut. Apabila dilihat
dengan metode EYM dapat dilihat pada Tabel
dari mode kegagalan, mode kegagalan pada
10.
pasak WPC berbeda dengan metode
kegagalan baut. Metode kegagalan baut lebih

Tabel 10. Selisih tahanan lateral hasil uji eksperimental dan hasil perhitungan teoritis dengan metode
EYM
Diameter Perbedaan terhadap hasil pengujian eksperimental
pasak (mm) Hasil Uji Eksperimental Teori EYM
6 23% 71 %
8 19% 74%
10 3% 71%
12 2% 72%

Dapat dilihat pada tabel 3 bahwa selisih antara Hubungan Diameter Baut dengan Kapasitas
hasil pengujian eksperimental dan teori EYM Sambungan
cukup tinggi, lebih dari 70%. Selisih
Hubungan diameter baut dengan kapasitas
perbedaan dengan metode kapasitas geser
sambungan pada penelitian ini dilakukan
(teori tegangan geser) lebih mendekati hasil
untuk mengetahui pengaruh variasi diameter
pengujian eksperimental. Kondisi ini bisa
pada peningkatan nilai kapasitas sambungan
menjadi masukan bagi teori yang ada terkait
dua tampang. Upaya untuk mengetahui nilai
pemilihan WPC sebagai pasak dan MDF
regresi dari pengaruh persentase diameter
sebagai bahan struktural.
setiap variasi sambungan terhadap nilai
kapasitas sambungan.
110 Teknisia, Vol. 27, No. 02, November 2022
E-ISSN: 2746-0185

4000
Kapasitas Sambungan (N) 3500 y = 16.233x2 + 91.152x
3000 R² = 0.9927
2500
2000
1500
1000
500
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Diameter Pasak (mm)

Gambar 7. Hubungan diameter baut dengan kapasitas sambungan


Gambar 7 merupakan hasil regresi polynomial mm berturut-turut adalah 1095, 1870,
order 2 dari hubungan diameter baut terhadap 2440 dan 3463 N. Semakin besar
kapasitas sambungan dengan persamaan diameter pasak maka nilai tahanan lateral
korelasi R2 = 0,9927 dimana nilai regresinya juga semakin tinggi.
adalah y = 15,413x2 + 106,12x - 63,62. 2. Perbedaan nilai tahanan lateral pasak
Persamaan regresi ini dapat dipakai untuk WPC pada papan MDF secara
mempredikasi kapasitas sambungan dua eksperimental dan teori EYM cukup
tampang papan MDF dengan alat sambung tinggi. Teori EYM adalah teori
pasak dengan berbagai diameter. Hasil sambungan dengan alat sambung baut.
tersebut diambil dari rata-rata nilai kapasitas Baut mempunyai sifat yang daktail,
sambungan yang terendah sampai yang sedangkan sifat mekanis pasak WPC
tertinggi. Dari hasil analisis regresi lebih getas dan mempunyai kuat geser
didapatkan bahwa semakin besar diameter yang cukup tinggi.
baut maka nilai kapasitas sambungan juga 3. Perbedaan nilai tahanan lateral pasak
semakin besar, sebaliknya jika diameter baut WPC pada papan MDF secara
semakin kecil maka kapasitas sambungan eksperimental dan teori kapasitas geser
juga semakin kecil. cukup kecil. Hal ini karena keruntuhan
Nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1 yang terjadi adalah runtuh geser pada
yang menunjukkan persentase keragaman pasak. Teori kapasitas sambungan lebih
informasi besarnya kombinasi variabel terikat relevan dipakai untuk memprediksi
atau variabel Y yang secara bersamaan dapat tahanan lateral WPC.
mempengaruhi nilai variabel bebas. Semakin
Daftar pustaka
besar nilai R2 maka semakin baik model
regresi yang diperoleh. Semakin mendekati Arnandha, Y., Satyarno, I., Awaludin, A.,
angka satu, model yang dikeluarkan oleh Fardhani, A., 2016, Evaluasi Kuat
regresi semakin baik. Berdasarkan kondisi Tumpu Alat Sambung Baut pada Papan
tersebut dapat disimpulkan bahwa diameter WPC dari Limbah Sengon dan Plastik
baut mempengaruhi kapasitas sambungan HDPE, Jurnal Media Komunikasi
dengan tingkat kepercayaan 99%. Teknik Sipil, Vol 22, No.2,
Yogyakarta.
Kesimpulan
Aruan, I., C., A., 2019, Analisa Variasi
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain: Kecepatan Putar Spindel dan
1. Nilai tahanan lateral sambungan pasak Kecepatan Pemakanan terhadap
WPC pada papan MDF dua tampang Kehalusan Permukaan Kayu MDF
dengan diameter pasak 6, 8, 10 dan 12 pada Mesin Mini Router CNC Tiga

Sayekti, dkk - Kekuatan sambungan dua tampang pada MDF dengan alat sambung pasak WPC 111
E-ISSN: 2746-0185

Axis, Skripsi, Universitas Bangka Sebagai Persyaratan Struktur, Tugas


Belitung, Bangka Belitung. Akhir Program Studi Teknik Sipil
Ayubi, K., A., A., 2020, Studi Penggunaan Universitas Islam Indonesia,
Baut pada Wood Plastic Composite Yogyakarta
(WPC) Jati dengan Metode Geser Dua Vachlepi, A. 2015, Produksi Medium Density
Irisan, Skripsi, Universitas Tidar, Fibreboard (Mdf) Dari Kayu Karet Di
Magelang. Sumatera Selatan : Potensi, Mutu Dan
Ismayadi, A., 2018, Kapasitas Sambungan Proses Pengolahannya, Warta
Kayu Tampang Dua dengan Variasi Perkaretan 2015, 34 (2), 177-186.
Sudut Memakai Alat Sambung Pasak Wijanarko, F., B., 2016, Studi Penggunaan
Bambu Dilapisi Perekat, Skripsi, Baut pada Wood Plastic Composite
Universitas Mataram, Mataram. (WPC) dengan Metode Geser Dua
National Design Specification for Wood Irisan (Double Shear Connections),
Contruction (NDS) 2018 National Skripsi, Universitas Gadjah Mada,
Design Specification, Edition, Yogyakarta.
Leesburg: America Wood Council.
Putra, G., W., A., 2014, Pemanfaatan Rumput
Laut sebagai Alternatif Pengganti
Serbuk Kayu untuk pembuatan Medium
Density Fibreboard (MDF), Skripsi,
Universitas Airlangga, Surabaya.
Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu,
2013, SNI 7973:2013, Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
Standard Test Method for Evaluating Dowel-
Bearing Strength of Wood and Wood-
Based Products, 2002, ASTM D5764-
97a, Volume 04. 10 Wood ASTM,
West Conshohocken, PA: ASTM
International.
Sulistyo, D., F., 2018, Pengujian Kuat
Sambungan Bambu Laminasi dengan
Metode Sambungan Geser Satu Irisan
Menggunakan Alat Sambung Baut,
Skripsi, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Tanubrata, M., 2015, Bahan-bahan
Konstruksi dalam Konteks Teknik Sipil,
Jurnal Teknik Sipil Vol 11 No. 2,
Universitas Kristen Maranatha,
Bandung.
Vachlepi, A., 2015, Produksi Medium Density
Fiberboard (MDF) dari Kayu Karet di
Sumatera Selatan : Potensi, Mutu dan
Proses Pengolahannya, Warta
Perkaretan, 34 (2), 177-186.
Sudrajad, I., 2020, Uji Kekuatan Papan Wood
Plastic Composite (WPC) Limbah
Serbuk Kayu Jati Dan Limbah Plastik
High Density Polyethylene (HDPE)

112 Teknisia, Vol. 27, No. 02, November 2022

You might also like